PP 38 2007 Pembagian urusan daerah

(1)

NOMOR 38 TAHUN 2007

TENTANG

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 30 ayat (9) Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 108; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4724);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA

PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai

batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan


(2)

Kesatuan Republik Indonesia.

4. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

5. Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap

tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang

menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan

masyarakat.

6. Kebijakan nasional adalah serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar, prosedur dan/atau

kriteria yang ditetapkan Pemerintah sebagai pedoman penyelenggaraan urusan pemerintahan.

BAB II

URUSAN PEMERINTAHAN

Pasal 2

(1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan

Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan

pemerintahan.

(2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

(3) Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah semua urusan pemerintahan di luar urusan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

(4) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang

urusan pemerintahan meliputi:

a. pendidikan;

b. kesehatan;

a. pekerjaan umum;

b. perumahan;

c. penataan ruang;

d. perencanaan pembangunan;

e. perhubungan;

f. lingkungan hidup;

g. pertanahan;

h. kependudukan dan catatan sipil;

i. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

j. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

k. sosial;

l. ketenagakerjaan dan ketransmigrasian;

m. koperasi dan usaha kecil dan menengah;

n. penanaman modal;

o. kebudayaan dan pariwisata;

p. kepemudaan dan olah raga;

q. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

r. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,

kepegawaian, dan persandian;

s. pemberdayaan masyarakat dan desa;

t. statistik;

u. kearsipan;

v. perpustakaan;

w. komunikasi dan informatika;

x. pertanian dan ketahanan pangan;

aa. kehutanan;

bb. energi dan sumber daya mineral;

cc. kelautan dan perikanan;

dd. perdagangan; dan

ee. perindustrian.


(3)

setiap sub bidang terdiri dari sub-sub bidang.

(6) Rincian ketigapuluh satu bidang urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum

dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 3

Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan

sarana dan prasarana, serta kepegawaian.

BAB III

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

Bagian Kesatu

Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah

Pasal 4

(1) Pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) berdasarkan kriteria

eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar tingkatan

dan/atau susunan pemerintahan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan teknis untuk masing-masing sub bidang atau sub-sub

bidang urusan pemerintahan diatur dengan Peraturan Menteri/Kepala Lembaga Pemerintahan Non

Departemen yang membidangi urusan pemerintahan yang bersangkutan setelah berkoordinasi dengan

Menteri Dalam Negeri.

Pasal 5

(1) Pemerintah mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).

(2) Selain mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangannya sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini.

(3) Khusus untuk urusan pemerintahan bidang penanaman modal, penetapan kebijakan dilakukan sesuai

peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Urusan Pemerintahan yang Menjadi

Kewenangan Pemerintahan Daerah

Pasal 6

(1) Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) menjadi kewenangannya.

(2) Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

Pasal 7

(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota,

berkaitan dengan pelayanan dasar.

(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pendidikan;

b. kesehatan;

c. lingkungan hidup;

d. pekerjaan umum;

e. penataan ruang;

f. perencanaan pembangunan;

g. perumahan;

h. kepemudaan dan olahraga;

i. penanaman modal;


(4)

l. ketenagakerjaan;

m. ketahanan pangan;

n. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

o. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

p. perhubungan;

q. komunikasi dan informatika;

r. pertanahan;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,

kepegawaian, dan persandian;

u. pemberdayaan masyarakat dan desa;

v. sosial;

w. kebudayaan;

x. statistik;

y. kearsipan; dan

z. perpustakaan.

(3) Urusan pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang secara

nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

(4) Urusan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:

a. kelautan dan perikanan;

b. pertanian;

c. kehutanan;

d. energi dan sumber daya mineral;

e. pariwisata;

f. industri;

g. perdagangan; dan

h. ketransmigrasian.

(5) Penentuan urusan pilihan ditetapkan oleh pemerintahan daerah.

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) berpedoman pada

standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap.

(2) Pemerintahan daerah yang melalaikan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib,

penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan pembiayaan bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah yang bersangkutan.

(3) Sebelum penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah

melakukan langkah-langkah pembinaan terlebih dahulu berupa teguran, instruksi, pemeriksaan, sampai

dengan penugasan pejabat Pemerintah ke daerah yang bersangkutan untuk memimpin

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib tersebut.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur dengan Peraturan Presiden.

Pasal 9

(1) Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen menetapkan norma, standar, prosedur, dan

kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan.

(2) Di dalam menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memperhatikan keserasian hubungan Pemerintah dengan pemerintahan daerah dan antar

pemerintahan daerah sebagai satu kesatuan sistem dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

(3) Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan

pemangku kepentingan terkait dan berkordinasi dengan Menteri Dalam Negeri.

Pasal 10

(1) Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) tahun.


(5)

daerah dapat menyelenggarakan langsung urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya dengan

berpedoman pada peraturan perundang-undangan sampai dengan ditetapkannya norma, standar,

prosedur, dan kriteria.

Pasal 11

Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan urusan

pemerintahan wajib dan pilihan berpedoman kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).

Pasal 12

(1) Urusan pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah sebagaimana

dinyatakan dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini ditetapkan dalam peraturan daerah

selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini.

(2) Urusan pemerintahan wajib dan pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar

penyusunan susunan organisasi dan tatakerja perangkat daerah.

BAB IV

PENGELOLAAN URUSAN PEMERINTAHAN

LINTAS DAERAH

Pasal 13

(1) Pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh

daerah terkait.

(2) Tata cara pengelolaan bersama urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

BAB V

URUSAN PEMERINTAHAN SISA

Pasal 14

(1) Urusan pemerintahan yang tidak tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini menjadi

kewenangan masing-masing tingkatan dan/atau susunan pemerintahan yang penentuannya

menggunakan kriteria pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1).

(2) Dalam hal pemerintahan daerah provinsi atau pemerintahan daerah kabupaten/kota akan

menyelenggarakan urusan pemerintahan yang tidak tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini

terlebih dahulu mengusulkan kepada Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapat

penetapannya.

Pasal 15

(1) Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen menetapkan norma, standar, prosedur, dan

kriteria untuk pelaksanaan urusan sisa.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan ayat (3) berlaku juga bagi norma, standar,

prosedur, dan kriteria untuk urusan sisa.

BAB VI

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Pasal 16

(1) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Pemerintah dapat:

a. menyelenggarakan sendiri;

b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada kepala instansi vertikal atau kepada gubernur

selaku wakil pemerintah di daerah dalam rangka dekonsentrasi; atau

c. menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada pemerintahan daerah dan/atau

pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

(2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4),

Pemerintah dapat:


(6)

b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada gubernur selaku wakil pemerintah dalam rangka

dekonsentrasi; atau

c. menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada pemerintahan daerah dan/atau

pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

(3) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah yang berdasarkan kriteria pembagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya, pemerintahan daerah provinsi dapat:

a. menyelenggarakan sendiri; atau

b. menugaskan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota

dan/atau pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

(4) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah yang berdasarkan kriteria pembagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya, pemerintahan daerah kabupaten/kota dapat:

a. menyelenggarakan sendiri; atau

b. menugaskan dan/atau menyerahkan sebagian urusan pemerintahan tersebut kepada pemerintahan

desa berdasarkan asas tugas pembantuan.

Pasal 17

(1) Urusan pemerintahan selain yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) yang penyelenggaraannya oleh

Pemerintah ditugaskan penyelenggaraannya kepada pemerintahan daerah berdasarkan asas tugas

pembantuan, secara bertahap dapat diserahkan untuk menjadi urusan pemerintahan daerah yang

bersangkutan apabila pemerintahan daerah telah menunjukkan kemampuan untuk memenuhi norma,

standar, prosedur, dan kriteria yang dipersyaratkan.

(2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi yang penyelenggaraannya ditugaskan kepada

pemerintahan daerah kabupaten/kota berdasarkan asas tugas pembantuan, secara bertahap dapat

diserahkan untuk menjadi urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersangkutan apabila

pemerintahan daerah kabupaten/kota telah menunjukkan kemampuan untuk memenuhi norma, standar,

prosedur, dan kriteria yang dipersyaratkan.

(3) Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana diatur pada ayat (1) dan ayat (2) disertai dengan

perangkat daerah, pembiayaan, dan sarana atau prasarana yang diperlukan.

(4) Penyerahan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diprioritaskan bagi

urusan pemerintahan yang berdampak lokal dan/atau lebih berhasilguna serta berdayaguna apabila

penyelenggaraannya diserahkan kepada pemerintahan daerah yang bersangkutan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyerahan urusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB VII

PEMBINAAN URUSAN PEMERINTAHAN

Pasal 18

(1) Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintahan daerah untuk mendukung

kemampuan pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya.

(2) Apabila pemerintahan daerah ternyata belum juga mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan

setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka untuk sementara

penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah.

(3) Pemerintah menyerahkan kembali penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) apabila pemerintahan daerah telah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan urusan pemerintahan yang belum mampu

dilaksanakan oleh pemerintahan daerah diatur dengan Peraturan Presiden.

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 19

(1) Khusus untuk Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta rincian urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan kabupaten/kota sebagaimana tertuang dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini secara

otomatis menjadi kewenangan provinsi.


(7)

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan pembagian

urusan pemerintahan, wajib mendasarkan dan menyesuaikan dengan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 21

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan

peraturan pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 54

Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) dinyatakan masih tetap

berlaku sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah ini.

Pasal 22

Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 54 Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952) dan

semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pembagian urusan pemerintahan dinyatakan

tidak berlaku.

Pasal 23

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 9 Juli 2007

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 9 Juli 2007

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2007 NOMOR 82.

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 38 TAHUN 2007

TENTANG

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

I. UMUM

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali


(8)

Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah tersebut,

pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah

dengan Pemerintahan Daerah. Urusan pemerintahan terdiri dari urusan pemerintahan yang sepenuhnya

menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dikelola secara bersama antar tingkatan

dan susunan pemerintahan atau konkuren. Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan

pemerintah adalah urusan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan fiskal

nasional, yustisi, dan agama. Urusan pemerintahan yang dapat dikelola secara bersama antar tingkatan dan

susunan pemerintahan atau konkuren adalah urusan-urusan pemerintahan selain urusan pemerintahan

yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah.

Dengan demikian dalam setiap bidang urusan pemerintahan yang bersifat konkuren senantiasa terdapat

bagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan

daerah kabupaten/kota.

Untuk mewujudkan pembagian urusan pemerintahan yang bersifat konkuren tersebut secara

proporsional antara Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota

maka ditetapkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang meliputi eksternalitas, akuntabilitas dan

efisiensi.

Penggunaan ketiga kriteria tersebut diterapkan secara kumulatif sebagai satu kesatuan dengan

mempertimbangkan keserasian dan keadilan hubungan antar tingkatan dan susunan pemerintahan.

Kriteria eksternalitas didasarkan atas pemikiran bahwa tingkat pemerintahan yang berwenang atas suatu

urusan pemerintahan ditentukan oleh jangkauan dampak yang diakibatkan dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahan tersebut. Untuk mencegah terjadinya tumpang tindih pengakuan atau klaim atas dampak

tersebut, maka ditentukan kriteria akuntabilitas yaitu tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan

dampak yang timbul adalah yang paling berwenang untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan

tersebut.

Hal ini adalah sesuai dengan prinsip demokrasi yaitu mendorong akuntabilitas Pemerintah kepada

rakyat. Kriteria efisiensi didasarkan pada pemikiran bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan sedapat

mungkin mencapai skala ekonomis.

Hal ini dimaksudkan agar seluruh tingkat pemerintahan wajib mengedepankan pencapaian efisiensi

dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya yang sangat diperlukan dalam

menghadapi persaingan di era global. Dengan penerapan ketiga kriteria tersebut, semangat demokrasi yang

diterapkan melalui kriteria eksternalitas dan akuntabilitas, serta semangat ekonomis yang diwujudkan

melalui kriteria efisiensi dapat disinergikan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan

demokratisasi sebagai esensi dasar dari kebijakan desentralisasi.

Urusan yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan

pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah

yang terkait dengan pelayanan dasar

(basic services)

bagi masyarakat, seperti pendidikan dasar,

kesehatan, lingkungan hidup, perhubungan, kependudukan dan sebagainya. Urusan pemerintahan yang

bersifat pilihan adalah urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintahan daerah untuk

diselenggarakan yang terkait dengan upaya mengembangkan potensi unggulan

(core competence)

yang

menjadi kekhasan daerah. Urusan pemerintahan di luar urusan wajib dan urusan pilihan yang

diselenggarakan oleh pemerintahan daerah, sepanjang menjadi kewenangan daerah yang bersangkutan

tetap harus diselenggarakan oleh pemerintahan daerah yang bersangkutan.

Namun mengingat terbatasnya sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh daerah, maka prioritas

penyelenggaraan urusan pemerintahan difokuskan pada urusan wajib dan urusan pilihan yang benar-benar

mengarah pada penciptaan kesejahteraan masyarakat disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan kekhasan

daerah yang bersangkutan.

Di luar urusan pemerintahan yang bersifat wajib dan pilihan sebagaimana tercantum dalam lampiran

Peraturan Pemerintah ini, setiap tingkat pemerintahan juga melaksanakan urusan-urusan pemerintahan

yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan menjadi kewenangan yang bersangkutan atas

dasar prinsip penyelenggaraan urusan sisa.

Untuk itu pemberdayaan dari Pemerintah kepada pemerintahan daerah menjadi sangat penting untuk

meningkatkan kapasitas daerah agar mampu memenuhi norma, standar, prosedur, dan kriteria sebagai

prasyarat menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangannya.


(9)

Cukup jelas.

Pasal 2

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan, yang

disebut juga dengan "urusan pemerintahan yang bersifat konkuren" adalah urusan pemerintahan di

luar urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan sepenuhnya Pemerintah, yang diselenggarakan

bersama oleh Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota.

Ayat (4)

Ketigapuluh satu bidang urusan pemerintahan sebagaimana diatur dalam pasal ini berkaitan langsung

dengan otonomi daerah.

Ayat (5)

Cukup Jelas.

Ayat (6)

Cukup Jelas.

Pasal 3

Cukup Jelas.

Pasal 4

Ayat (1)

Eksternalitas adalah kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang

timbul sebagai akibat dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Apabila dampak yang

ditimbulkan bersifat lokal, maka urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan pemerintahan

daerah kabupaten/kota. Sedangkan apabila dampaknya bersifat lintas kabupaten/kota dan/atau

regional maka urusan pemerintahan itu menjadi kewenangan pemerintahan provinsi; dan apabila

dampaknya bersifat lintas provinsi dan/atau nasional, maka urusan itu menjadi kewenangan

Pemerintah.

Akuntabilitas adalah kriteria pembagian urusan Pemerintahan dengan memperhatikan

pertanggungjawaban Pemerintah, pemerintahan daerah Provinsi, dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan tertentu kepada masyarakat. Apabila

dampak penyelenggaraan bagian urusan pemerintahan secara langsung hanya dialami secara lokal

(satu kabupaten/kota), maka pemerintahan daerah kabupaten/kota bertanggungjawab mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan tersebut. Sedangkan apabila dampak penyelenggaraan bagian urusan

pemerintahan secara langsung dialami oleh lebih dari satu kabupaten/kota dalam satu provinsi, maka

pemerintahan daerah provinsi yang bersangkutan bertanggung jawab mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan tersebut; dan apabila dampak penyelenggaraan urusan pemerintahan dialami lebih dari

satu provinsi dan/atau bersifat nasional maka Pemerintah bertanggungjawab untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dimaksud.

Efisiensi adalah kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan memperhatikan daya guna tertinggi

yang dapat diperoleh dari penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan. Apabila urusan pemerintahan

lebih berdayaguna ditangani pemerintahan daerah kabupaten/kota, maka diserahkan kepada

pemerintahan daerah kabupaten/kota, sedangkan apabila akan lebih berdayaguna bila ditangani

pemerintahan daerah provinsi, maka diserahkan kepada pemerintahan daerah provinsi. Sebaliknya

apabila suatu urusan pemerintahan akan berdayaguna bila ditangani Pemerintah maka akan tetap

menjadi kewenangan Pemerintah.

Ayat (2)

Rincian setiap bidang urusan pemerintahan dalam Peraturan Pemerintah ini mencakup bidang, sub

bidang sampai dengan sub-sub bidang. Rincian lebih lanjut dari sub bidang dan/atau sub-sub bidang

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen setelah

berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri guna dilakukan pembahasan bersama unsur-unsur

pemangku kepentingan terkait.


(10)

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan "urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah" adalah urusan

pemerintahan di luar urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan

berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan menjadi kewenangan Pemerintah.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Penentuan potensi unggulan mengacu pada produk domestik regional bruto (PDRB), mata

pencaharian penduduk, dan pemanfaatan lahan yang ada di daerah.

Ayat (4)

Penentuan urusan pilihan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan pemerintahan daerah.

Pemerintahan daerah tetap harus memberikan pelayanan publik yang dibutuhkan masyarakat

meskipun pelayanan tersebut bukan berasal dari urusan pilihan yang diprioritaskan.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 8

Ayat (1)

Mengingat kemampuan anggaran yang masih terbatas, maka penetapan dan pelaksanaan standar

pelayanan minimal pada bidang yang menjadi urusan wajib pemerintahan daerah dilaksanakan secara

bertahap dengan mendahulukan sub-sub bidang urusan wajib yang bersifat prioritas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Norma adalah aturan atau ketentuan yang dipakai sebagai tatanan untuk penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Prosedur adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Kriteria adalah ukuran yang dipergunakan menjadi dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan keserasian hubungan adalah pengelolaan bagian urusan pemerintah yang

dikerjakan oleh tingkat pemerintahan yang berbeda, bersifat saling berhubungan (interkoneksi), saling

tergantung (interdependensi), dan saling mendukung sebagai satu kesatuan sistem dengan

memperhatikan cakupan kemanfaatan.

Ayat (3)

Pemangku kepentingan terdiri dari unsur departemen/lembaga pemerintah non departemen terkait,

pemerintahan daerah, asosiasi profesi, dan perwakilan masyarakat.


(11)

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas

Pasal 13

Ayat (1)

Pengelolaan bersama dapat dilembagakan dalam bentuk kerjasama antar daerah yang difasilitasi oleh

Pemerintah.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 14

Ayat (1)

Urusan pemerintahan sisa yang berskala nasional atau lintas provinsi menjadi kewenangan

Pemerintah, yang berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintahan

daerah provinsi, dan yang berskala kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintahan daerah

kabupaten/kota.

Ayat (2)

Penetapan dimaksudkan untuk menghindarkan terjadinya saling gugat antar tingkatan dan/atau

susunan pemerintahan.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Ayat (1)

Pembinaan yang dilakukan Pemerintah dapat berbentuk pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi,

monitoring dan evaluasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan lainnya yang diarahkan

agar pemerintahan daerah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22


(12)

Pasal 23

Cukup jelas


(13)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

1. Kebijakan

1. Kebijakan dan

Standar

1.a. Penetapan kebijakan

nasional pendidikan.

b.Koordinasi dan

sinkronisasi kebijakan

operasional dan program

pendidikan antar provinsi.

c. Perencanaan strategis

pendidikan nasional.

1.a. Penetapan kebijakan

operasional pendidikan di

provinsi sesuai dengan

kebijakan nasional.

b.

Koordinasi dan sinkronisasi

kebijakan operasional dan

program pendidikan antar

kabupaten/kota.

c.

Perencanaan strategis

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan

pendidikan nonformal

sesuai dengan perencanaan

strategis pendidikan

nasional.

1.a.

Penetapan kebijakan

operasional pendidikan di

kabupaten/kota sesuai dengan

kebijakan nasional dan

provinsi.

b.

c.

Perencanaan operasional

program pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan

pendidikan nonformal sesuai

dengan perencanaan strategis

tingkat provinsi dan nasional.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR

:

38 Tahun 2007


(14)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

2.a. Pengembangan dan

penetapan standar

nasional pendidikan (isi,

proses, kompetensi

lulusan, tenaga

kependidikan, sarana dan

prasarana, pengelolaan,

pembiayaan, dan

penilaian pendidikan).

b. Sosialisasi standar

nasional pendidikan dan

pelaksanaannya pada

jenjang pendidikan tinggi.

3. Penetapan pedoman

pengelolaan dan

penyelenggaraan

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar,

pendidikan menengah,

pendidikan tinggi, dan

pendidikan nonformal.

2.a.

b.

Sosialisasi dan pelaksanaan

standar nasional pendidikan

di tingkat provinsi.

3. Koordinasi atas pengelolaan

dan penyelenggaraan

pendidikan, pengembangan

tenaga kependidikan dan

penyediaan fasilitas

penyelenggaraan pendidikan

lintas kabupaten/kota,

untuk tingkat pendidikan

dasar dan menengah.

2.a.

b.

Sosialisasi dan pelaksanaan

standar nasional pendidikan di

tingkat kabupaten/kota.

3. Pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan

anak usia dini, pendidikan

dasar, pendidikan menengah

dan pendidikan nonformal.


(15)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

4. Penetapan kebijakan

tentang satuan pendidikan

bertaraf internasional dan

satuan pendidikan berbasis

keunggulan lokal.

5.a. Pemberian izin pendirian

serta pencabutan izin

perguruan tinggi.

b.Pemberian izin pendirian

serta pencabutan izin

satuan pendidikan

dan/atau program studi

bertaraf internasional.

c. Penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan satuan

pendidikan dan/atau

program studi bertaraf

internasional

4. —

5.a.

b.—

c. Penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan satuan

pendidikan dan/atau

program studi bertaraf

internasional pada jenjang

pendidikan dasar dan

menengah.

4. —

5.a. Pemberian izin pendirian serta

pencabutan izin satuan

pendidikan dasar, satuan

pendidikan menengah dan

satuan/penyelenggara

pendidikan nonformal.

b.—

c. Penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan satuan pendidikan

sekolah dasar bertaraf


(16)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

d.

e.

6.

Pengelolaan dan/atau

penyelenggaraan

pendidikan tinggi.

7.

Pemantauan dan evaluasi

satuan pendidikan

bertaraf internasional.

8.

Penyelenggaraan sekolah

Indonesia di luar negeri.

d.

e.

6.

Pemberian dukungan

sumber daya terhadap

penyelenggaraan perguruan

tinggi.

7.

Pemantauan dan evaluasi

satuan pendidikan bertaraf

internasional.

8.

d.Pemberian izin pendirian serta

pencabutan izin satuan

pendidikan dasar dan

menengah berbasis keunggulan

lokal.

e. Penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan

berbasis keunggulan lokal pada

pendidikan dasar dan

menengah.

6.

Pemberian dukungan sumber

daya terhadap penyelenggaraan

perguruan tinggi.

7.

Pemantauan dan evaluasi

satuan pendidikan sekolah

dasar bertaraf internasional.

8.


(17)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

9.

Pemberian izin pendirian,

pencabutan izin

penyelenggaraan, dan

pembinaan satuan

pendidikan Asing di

Indonesia.

10.a. Pengembangan sistem

informasi manajemen

pendidikan secara

nasional.

b. Peremajaan data dalam

sistem informasi

manajemen pendidikan

nasional untuk tingkat

nasional.

9.

10. a.

b. Peremajaan data dalam

sistem infomasi

manajemen pendidikan

nasional untuk tingkat

provinsi.

9.

10. a.

b. Peremajaan data dalam

sistem infomasi manajemen

pendidikan nasional untuk

tingkat kabupaten/kota.

2. Pembiayaan

1.a. Penetapan pedoman

pembiayaan pendidikan

anak usia dini, pendidikan

dasar, pendidikan

menengah, pendidikan

tinggi, pendidikan

nonformal.


(18)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

b.Penyediaan bantuan biaya

penyelenggaraan

pendidikan tinggi sesuai

kewenangannya.

c. Pembiayaan penjaminan

mutu satuan pendidikan

sesuai kewenangannya.

b.Penyediaan bantuan biaya

penyelenggaraan pendidikan

bertaraf internasional sesuai

kewenangannya.

c. Pembiayaan penjaminan

mutu satuan pendidikan

sesuai kewenangannya.

b.Penyediaan bantuan biaya

penyelenggaraan pendidikan

anak usia dini, pendidikan

dasar, pendidikan menengah

dan pendidikan nonformal

sesuai kewenangannya.

c. Pembiayaan penjaminan mutu

satuan pendidikan sesuai

kewenangannya.

3. Kurikulum

1.a. Penetapan kerangka

dasar dan struktur

kurikulum pendidikan

anak usia dini,

pendidikan dasar dan

pendidikan menengah.

b.

Sosialisasi kerangka

dasar dan struktur

kurikulum pendidikan

anak usia dini,

pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

1.a. Koordinasi dan supervisi

pengembangan kurikulum

tingkat satuan pendidikan

pada pendidikan

menengah.

b. Sosialisasi kerangka dasar

dan struktur kurikulum

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

1.a. Koordinasi dan supervisi

pengembangan kurikulum

tingkat satuan pendidikan

pada pendidikan dasar.

b. Sosialisasi kerangka dasar

dan struktur kurikulum

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.


(19)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

c.

Penetapan standar isi

dan standar kompetensi

lulusan pendidikan

dasar dan menengah,

dan sosialisasinya.

2.a. Pengembangan model

kurikulum tingkat satuan

pendidikan pada

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan

pendidikan nonformal.

b.Sosialisasi dan fasilitasi

implementasi kurikulum

tingkat satuan pendidikan.

3. Pengawasan pelaksanaan

kurikulum tingkat satuan

pendidikan pada

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

c. Sosialisasi dan

implementasi standar isi

dan standar kompetensi

lulusan pendidikan

menengah.

2.a.

b.Sosialisasi dan fasilitasi

implementasi kurikulum

tingkat satuan pendidikan

pada pendidikan menengah.

3. Pengawasan pelaksanaan

kurikulum tingkat satuan

pendidikan pada pendidikan

menengah.

c. Sosialisasi dan implementasi

standar isi dan standar

kompetensi lulusan

pendidikan dasar.

2.a.

b.Sosialisasi dan fasilitasi

implementasi kurikulum

tingkat satuan pendidikan pada

pendidikan anak usia dini dan

pendidikan dasar.

3. Pengawasan pelaksanaan

kurikulum tingkat satuan

pendidikan pada pendidikan

dasar.


(20)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

4. Sarana dan

Prasarana

1.a. Monitoring dan evaluasi

pelaksanaan dan

pemenuhan standar

nasional sarana dan

prasarana pendidikan.

b.Pengawasan

pendayagunaan bantuan

sarana dan prasarana

pendidikan.

1.a. Pengawasan terhadap

pemenuhan standar

nasional sarana dan

prasarana pendidikan

menengah.

b.Pengawasan pendayagunaan

bantuan sarana dan

prasarana pendidikan.

1.a.

Pengawasan terhadap

pemenuhan standar nasional

sarana dan prasarana

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan

nonformal.

b.

Pengawasan pendayagunaan

bantuan sarana dan prasarana

pendidikan.

2.a. Penetapan standar dan

pengesahan kelayakan

buku pelajaran.

b.

2.a.

b.

Pengawasan penggunaan

buku pelajaran pendidikan

menengah

.

2.a.

b.Pengawasan penggunaan buku

pelajaran pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan

pendidikan nonformal.


(21)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

5. Pendidik dan

Tenaga

Kependidikan

1.a. Perencanaan kebutuhan

dan pengadaan pendidik

dan tenaga kependidikan

secara nasional.

b.

2. Pemindahan pendidik dan

tenaga kependidikan PNS

antar provinsi.

1.a. Perencanaan kebutuhan

pendidik dan tenaga

kependidikan untuk

pendidikan bertaraf

internasional sesuai

kewenangannya.

b. Pengangkatan dan

penempatan pendidik dan

tenaga kependidikan PNS

untuk satuan pendidikan

bertaraf internasional.

2. Pemindahan pendidik dan

tenaga kependidikan PNS

antar kabupaten/kota.

1.a. Perencanaan kebutuhan

pendidik dan tenaga

kependidikan pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan

pendidikan nonformal sesuai

kewenangannya.

b. Pengangkatan dan penempatan

pendidik dan tenaga

kependidikan PNS untuk

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan

nonformal sesuai

kewenangannya

2. Pemindahan pendidik dan tenaga

kependidikan PNS di kabupaten/

kota.


(22)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

3. Peningkatan kesejahteraan,

penghargaan, dan

perlindungan pendidik dan

tenaga kependidikan.

4.a. Perencanaan kebutuhan,

pengangkatan, dan

penempatan pendidik dan

tenaga kependidikan bagi

unit organisasi di

lingkungan departemen

yang bertanggungjawab di

bidang kependidikan.

b. Pemberhentian pendidik

dan tenaga kependidikan

PNS karena pelanggaran

peraturan

perundang-undangan.

3. Peningkatan kesejahteraan,

penghargaan, dan

perlindungan pendidik dan

tenaga kependidikan

pendidikan bertaraf

internasional.

4.a. Pembinaan dan

pengembangan pendidik dan

tenaga kependidikan

pendidikan bertaraf

internasional.

b.Pemberhentian pendidik

dan tenaga kependidikan

PNS pada pendidikan

bertaraf internasional selain

karena alasan pelanggaran

peraturan

perundang-undangan

3. Peningkatan kesejahteraan,

penghargaan, dan perlindungan

pendidik dan tenaga

kependidikan pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan

pendidikan nonformal.

4.a. Pembinaan dan pengembangan

pendidik dan tenaga

kependidikan pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan

pendidikan nonformal.

b. Pemberhentian pendidik dan

tenaga kependidikan PNS pada

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan

nonformal selain karena alasan

pelanggaran peraturan


(23)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

5.

6. Sertifikasi pendidik.

5. Pengalokasian tenaga

potensial pendidik dan tenaga

kependidikan di daerah.

6.

5.

6.

6. Pengendalian

Mutu

Pendidikan

1. Penilaian Hasil

Belajar

1.

Penetapan pedoman,

bahan ujian, pengendalian

pemeriksaan, dan

penetapan kriteria

kelulusan ujian nasional.

2.

Pelaksanaan ujian

nasional pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan

pendidikan nonformal.

3.

Koordinasi, fasilitasi,

monitoring, dan evaluasi

pelaksanaan ujian

nasional.

4.

Penyediaan blanko ijazah

dan/atau sertifikat ujian

nasional.

1.

2.

Membantu pelaksanaan

ujian nasional pendidikan

dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan

nonformal.

3.

Koordinasi, fasilitasi,

monitoring, dan evaluasi

pelaksanaan ujian sekolah

skala provinsi.

4.

1.

2.

Membantu pelaksanaan ujian

nasional pendidikan dasar,

pendidikan menengah dan

pendidikan nonformal.

3.

Koordinasi, fasilitasi,

monitoring, dan evaluasi

pelaksanaan ujian sekolah

skala kabupaten/kota.

4.


(24)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

5.

Penyediaan biaya

penyelenggaraan ujian

nasional.

5.

Penyediaan biaya

penyelenggaraan ujian

sekolah skala provinsi.

5.

Penyediaan biaya

penyelenggaraan ujian sekolah

skala kabupaten/kota.

2. Evaluasi

1.a. Penetapan pedoman

evaluasi terhadap

pengelola, satuan, jalur,

jenjang dan jenis

pendidikan.

b.Pelaksanaan evaluasi

nasional terhadap

pengelola, satuan, jalur,

jenjang dan jenis

pendidikan.

2.a. Penetapan pedoman

evaluasi pencapaian

standar nasional

pendidikan.

1.a.

b.Pelaksanaan evaluasi

pengelola, satuan, jalur,

jenjang, dan jenis

pendidikan pada pendidikan

anak usia dini, pendidikan

dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan

nonformal skala provinsi.

2.a.

1.a.

b.Pelaksanaan evaluasi pengelola,

satuan, jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan pada pendidikan

anak usia dini, pendidikan

dasar, pendidikan menengah

dan pendidikan nonformal skala

kabupaten/kota.


(25)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

b. Pelaksanaan evaluasi

pencapaian standar

nasional pendidikan.

b. Pelaksanaan evaluasi

pencapaian standar nasional

pendidikan pada pendidikan

anak usia dini, pendidikan

dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan

nonformal skala provinsi.

b.Pelaksanaan evaluasi

pencapaian standar nasional

pendidikan pada pendidikan

anak usia dini, pendidikan

dasar, pendidikan menengah

dan pendidikan nonformal skala

kabupaten/kota.

3. Akreditasi

1.a. Penetapan pedoman

akreditasi pendidikan jalur

pendidikan formal dan non

formal.

b.Pelaksanaan akreditasi

pendidikan jalur

pendidikan formal dan

nonformal.

1.a.

b. Membantu pemerintah

dalam pelaksanaan

akreditasi pendidikan dasar

dan menengah.

1.a.

b. Membantu pemerintah dalam

akreditasi pendidikan

nonformal.

4. Penjaminan Mutu

1. Penetapan pedoman

penjaminan mutu satuan

pendidikan.

2.a. Supervisi dan fasilitasi

satuan pendidikan dalam

pelaksanaan penjaminan

mutu untuk memenuhi

1.

2.a.

1.

2.a. Supervisi dan fasilitasi satuan

pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan

menengah dan pendidikan


(26)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG

SUB SUB BIDANG

PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH

PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH

KABUPATEN/KOTA

standar nasional

pendidikan.

b.Supervisi dan fasilitasi

satuan pendidikan

bertaraf internasional

dalam penjaminan mutu

untuk memenuhi standar

internasional.

c.

d. Evaluasi pelaksanaan dan

dampak penjaminan

mutu satuan pendidikan

skala nasional.

b.Supervisi dan fasilitasi

satuan pendidikan bertaraf

internasional dalam

penjaminan mutu untuk

memenuhi standar

internasional.

c.

d. Evaluasi pelaksanaan dan

dampak penjaminan mutu

satuan pendidikan skala

provinsi.

nonformal dalam penjaminan

mutu untuk memenuhi

standar nasional pendidikan.

b. Supervisi dan fasilitasi satuan

pendidikan bertaraf

internasional dalam

penjaminan mutu untuk

memenuhi standar

internasional.

c.

Supervisi dan Fasilitasi

satuan pendidikan berbasis

keunggulan lokal dalam

penjaminan mutu.

d. Evaluasi pelaksanaan dan

dampak penjaminan mutu

satuan pendidikan skala

kabupaten/kota.


(27)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

B. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Upaya Kesehatan 1. Pencegahan dan

Pemberantasan Penyakit

1. Pengelolaan survailans

epidemiologi kejadian luar biasa skala nasional.

2. Pengelolaan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular berpotensial wabah, dan yang merupakan komitmen global skala nasional dan internasional.

3. Pengelolaan pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular tertentu skala nasional.

4. Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah skala nasional.

1. Penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian luar biasa skala provinsi.

2. Penyelenggaraan pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular skala provinsi.

3. Penyelenggaraan pencegahan dan

penanggulangan penyakit tidak menular tertentu skala provinsi.

4. Pengendalian operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah skala provinsi.

1. Penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian luar biasa skala kabupaten/kota.

2. Penyelenggaraan pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular skala

kabupaten/kota. 3. Penyelenggaraan pencegahan dan

penanggulangan penyakit tidak menular tertentu skala kabupaten/kota.

4. Penyelenggaraan operasional penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana dan wabah skala


(28)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

5. Pengelolaan karantina kesehatan skala nasional.

5. ― 5. ―

2. Lingkungan Sehat

1. Pengelolaan pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan skala nasional.

2. ―

1. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan

pencemaran lingkungan skala provinsi.

2. ―

1. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan

pencemaran lingkungan skala kabupaten/kota. 2. Penyehatan lingkungan. 3. Perbaikan Gizi

Masyarakat

1. Pengelolaan survailans kewaspadaan pangan dan gizi buruk skala nasional.

2.a. Pengelolaan penanggulangan gizi buruk skala nasional.

b.―

1. Penyelenggaraan survailans gizi buruk skala provinsi. 2.a. Pemantauan

penanggulangan gizi buruk skala provinsi.

b.―

1. Penyelenggaraan survailans gizi buruk skala kabupaten/ kota.

2.a. Penyelenggaraan

penanggulangan gizi buruk skala kabupaten/kota. b.Perbaikan gizi keluarga dan


(29)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

4. Pelayanan Kesehatan Perorangan dan

Masyarakat

1. Pengelolaan pelayanan

kesehatan haji skala nasional.

2. Pengelolaan upaya kesehatan dan rujukan nasional.

3. Pengelolaan upaya kesehatan pada daerah perbatasan, terpencil, rawan dan kepulauan skala nasional.

1. Bimbingan dan

pengendalian pelayanan kesehatan haji skala provinsi.

2. Pengelolaan pelayanan kesehatan rujukan sekunder dan tersier tertentu.

3. Bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan pada daerah perbatasan, terpencil, rawan dan kepulauan skala provinsi.

1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji skala kabupaten/kota. 2. Pengelolaan pelayanan

kesehatan dasar dan rujukan sekunder skala kabupaten/kota. 3. Penyelenggaraan upaya

kesehatan pada daerah perbatasan, terpencil, rawan dan kepulauan skala


(30)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

4. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai

peraturan perundang-undangan. 5.a. Pemberian izin sarana kesehatan

tertentu.

b.―

4. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana

kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan. 5.a. Pemberian rekomendasi

izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan oleh pemerintah. b. Pemberian izin sarana

kesehatan meliputi rumah sakit pemerintah Kelas B non pendidikan, rumah sakit khusus, rumah sakit swasta serta sarana kesehatan penunjang yang setara.

4. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan

perundang-undangan. 5.a. Pemberian rekomendasi

izin sarana kesehatan tertentu yang diberikan oleh pemerintah dan provinsi.

b. Pemberian izin sarana kesehatan meliputi rumah sakit pemerintah Kelas C, Kelas D, rumah sakit swasta yang setara, praktik berkelompok, klinik umum/spesialis, rumah bersalin,


(31)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

klinik dokter keluarga/dokter gigi keluarga, kedokteran komplementer, dan

pengobatan tradisional, serta sarana penunjang yang setara.

2. Pembiayaan Kesehatan

1. Pembiayaan Kesehatan Masyarakat

1.a. Penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria bidang jaminan pemeliharaan kesehatan.

b.Pengelolaan jaminan pemeliharaan kesehatan nasional.

1.a. Pengelolaan/penyelenggara an, bimbingan,

pengendalian jaminan pemeliharaan kesehatan skala provinsi.

b.Bimbingan dan pengendalian

penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan nasional (Tugas

Pembantuan).

1.a. Pengelolaan/penyelenggara-an, jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kondisi lokal.

b.Penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan nasional (Tugas


(32)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 3. Sumber Daya

Manusia Kesehatan

1. Peningkatan Jumlah, Mutu dan Penyebaran Tenaga

Kesehatan

1. Pengelolaan tenaga kesehatan strategis.

2. Pendayagunaan tenaga

kesehatan makro skala nasional.

3. Pembinaan dan pengawasan pendidikan dan pelatihan (diklat)

danTraining Of Trainer(TOT)

tenaga kesehatan skala nasional.

1. Penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga tertentu antar

kabupaten/kota skala provinsi.

2. Pendayagunaan tenaga kesehatan skala provinsi. 3. Pelatihan diklat fungsional

dan teknis skala provinsi.

1. Pemanfaatan tenaga kesehatan strategis.

2. Pendayagunaan tenaga kesehatan skala kabupaten/kota. 3. Pelatihan teknis skala


(33)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 4. Registrasi, akreditasi, sertifikasi

tenaga kesehatan skala nasional sesuai peraturan perundang-undangan.

5. Pemberian izin tenaga kesehatan asing sesuai peraturan

perundang-undangan.

4. Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu skala provinsi sesuai peraturan perundang-undangan. 5. Pemberian rekomendasi

izin tenaga kesehatan asing.

4. Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu skala

kabupaten/kota sesuai peraturan perundang-undangan.

5. Pemberian izin praktik tenaga kesehatan tertentu.

4. Obat dan Perbekalan Kesehatan

1. Ketersediaan, Pemerataan, Mutu Obat dan Keterjangkauan Harga Obat Serta Perbekalan Kesehatan

1. Penyediaan dan pengelolaan

bufferstock obat nasional, alat

kesehatan tertentu, reagensia tertentu dan vaksin tertentu skala nasional.

1. Penyediaan dan pengelolaan

bufferstockobat provinsi,

alat kesehatan, reagensia dan vaksin lainnya skala provinsi.

1. Penyediaan dan pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar, alat kesehatan, reagensia dan vaksin skala kabupaten/kota


(34)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

2.a. Registrasi, akreditasi, sertifikasi komoditi kesehatan sesuai peraturan perundang-undangan.

b.—

c. — d.—

3.a. Pemberian izin industri komoditi kesehatan, alat kesehatan dan Pedagang Besar Farmasi (PBF).

2.a. Sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat

kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) Kelas II.

b.— c. — d.—

3.a. Pemberian rekomendasi izin industri komoditi kesehatan, PBF dan Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK).

2.a. Pengambilan

sampling/contoh sediaan farmasi di lapangan.

b.Pemeriksaan setempat sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi. c. Pengawasan dan registrasi

makanan minuman produksi rumah tangga. d.Sertifikasi alat kesehatan

dan PKRT Kelas I.

3.a. Pemberian rekomendasi izin PBF Cabang, PBAK dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT).


(35)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

b.― b.Pemberian izin PBF Cabang

dan IKOT.

b.Pemberian izin apotik, toko obat.

5. Pemberdayaan Masyarakat

1. Pemberdayaan Individu, Keluarga dan Masyarakat Berperilaku Hidup Sehat dan Pengembangan Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

1. Pengelolaan promosi kesehatan skala nasional.

1. Penyelenggaraan promosi kesehatan skala provinsi.

1. Penyelenggaraan promosi kesehatan skala

kabupaten/kota.

6. Manajemen Kesehatan

1. Kebijakan 1. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang kesehatan.

1. Bimbingan dan pengendalian norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang kesehatan.

1. Penyelenggaraan, bimbingan dan pengendalian

operasionalisasi bidang kesehatan.


(36)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

2. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

1.a. Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan strategis dan terapan, serta penapisan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) kesehatan skala nasional.

b.―

c.―

1.a. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan

kesehatan yang

mendukung perumusan kebijakan provinsi. b.Pengelolaan survei

kesehatan daerah

(surkesda) skala provinsi. c. Pemantauan pemanfaatan

Iptek kesehatan skala provinsi.

1.a. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan

kesehatan yang mendukung perumusan kebijakan kabupaten/kota.

b.Pengelolaan surkesda skala kabupaten/kota.

c. Implementasi penapisan Iptek di bidang pelayanan kesehatan skala

kabupaten/kota. 3. Kerjasama Luar

Negeri

1. Pengelolaan kerjasama luar negeri di bidang kesehatan skala nasional.

1. Penyelenggaraan kerjasama luar negeri skala provinsi.

1. Penyelenggaraan kerjasama luar negeri skala


(37)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

4. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas

1. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengawasan skala nasional.

1. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengawasan skala provinsi.

1. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pengawasan skala kabupaten/kota. 5. Pengembangan

Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

1. Pengelolaan dan pengembangan SIK skala nasional dan fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah.

1. Pengelolaan SIK skala provinsi.

1. Pengelolaan SIK skala kabupaten/kota.


(38)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

C. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEKERJAAN UMUM

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Sumber Daya Air 1. Pengaturan 1. Penetapan kebijakan nasional

sumber daya air.

1. Penetapan kebijakan

pengelolaan sumber daya air provinsi.

1. Penetapan kebijakan

pengelolaan sumber daya air kabupaten/kota.

2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

2. Penetapan pola pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

3. Penetapan rencana

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

3. Penetapan rencana

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai

kabupaten/kota.

3. Penetapan rencana

pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

4. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

4. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

4. Penetapan dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.


(39)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 5. Pembentukan Dewan Sumber

Daya Air Nasional, wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, dan wadah koordinasi sumber daya air wilayah sungai strategis nasional.

5. Pembentukan wadah

koordinasi sumber daya air di tingkat provinsi dan/atau pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

5. Pembentukan wadah koordinasi sumber daya air di tingkat kabupaten/kota dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

6. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pengelolaan sumber daya air.

6. — 6. —

7. Penetapan wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota, wilayah sungai lintas kabupaten/kota, wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.


(40)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 8. Penetapan status daerah

irigasi yang sudah dibangun yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.

8. — 8. —

9. Pengesahan pembentukan komisi irigasi antar provinsi

9. Pembentukan komisi irigasi provinsi dan pengesahan pembentukan komisi irigasi antar kabupaten/kota.

9. Pembentukan komisi irigasi kabupaten/kota

2. Pembinaan 1. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan

pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

1. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

1. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.


(41)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 2. Penetapan dan pemberian

rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan

pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara.

2. Penetapan dan pemberian rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota.

2. Penetapan dan pemberian izin penyediaan,

peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah.

3. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada

wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

3. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

3. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

4. Pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada provinsi dan kabupaten/kota.

4. Pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada

kabupaten/kota.


(42)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 5. Fasilitasi penyelesaian

sengketa antar provinsi dalam pengelolaan sumber daya air.

5. Fasilitasi penyelesaian sengketa antar

kabupaten/kota dalam pengelolaan sumber daya air.

5. —

6. Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas provinsi, daerah irigasi lintas negara, dan daerah irigasi strategis nasional.

6. Pemberian izin

pembangunan, pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi lintas kabupaten/kota.

6. Pemberian izin pembangunan,

pemanfaatan, pengubahan, dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau saluran irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi yang berada dalam satu kabupaten/kota.

7. Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam

pengelolaan sumber daya air tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

7. Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam

pengelolaan sumber daya air tingkat provinsi dan

kabupaten/kota.

7. Pemberdayaan para pemilik kepentingan dalam

pengelolaan sumber daya air tingkat kabupaten/kota.


(43)

www.l

ega

lit

as.or

g

www.l

ega

lit

as.or

g

SUB BIDANG SUB SUB

BIDANG PEMERINTAH

PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 8. Pemberdayaan kelembagaan

sumber daya air tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

8. Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat provinsi dan kabupaten/ kota.

8. Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat kabupaten/kota.

3. Pembangunan/ Pengelolaan

1. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

1. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

1. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

2. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.

2. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota.

2. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.

3. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala nasional.

3. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala provinsi.

3. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala kabupaten/kota.

4. Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat nasional.

4. Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat provinsi.

4. Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat kabupaten/kota.


(1)

www.l

ega

lit

as.or

www.l

ega

lit

as.or

4. Sosialisasi hasil penelitian,

pengembangan dan penerapan teknologi di bidang industri.

4. Sosialisasi hasil penelitian, pengembangan dan

penerapan teknologi di bidang industri.

4. Sosialisasi hasil penelitian, pengembangan dan

penerapan teknologi di bidang industri.

8. Standarisasi 1. Penetapan kebijakan standarisasi berdasarkan sistem standarisasi nasional.

2. Perumusan, fasilitasi penerapan dan pengawasan standar.

3. Kerjasama nasional, regional dan internasional bidang standarisasi.

1. —

2. Fasilitasi dan pengawasan terhadap penerapan standar yang akan dikembangkan di provinsi.

3. Kerjasama bidang

standarisasi tingkat provinsi.

1. —

2. Fasilitasi dan pengawasan terhadap penerapan standar yang akan dikembangkan di kabupaten/kota.

3. Kerjasama bidang standarisasi tingkat kabupaten/kota.

9. Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Penetapan kebijakan pembinaan dan pengembangan SDM industri dan aparatur pembina industri.


(2)

www.l

ega

lit

as.or

www.l

ega

lit

as.or

2. Penetapan standar kompetensi

dan kurikulum pendidikan dan pelatihan (diklat) SDM industri dan aparatur pembina industri. 3. Pelaksanaan diklat SDM industri

dan aparatur pembina industri lintas provinsi.

2. Penerapan standar

kompetensi SDM industri dan aparatur pembina industri di provinsi.

3. Pelaksanaan diklat SDM industri dan aparatur pembina industri lintas kabupaten/kota.

2. Penerapan standar

kompetensi SDM industri dan aparatur pembina industri di kabupaten/kota.

3. Pelaksanaan diklat SDM industri dan aparatur pembina industri di kabupaten/kota.

10.

Permodalan

1. Perumusan kebijakan bantuan pendanaan untuk pemberdayaan industri melalui bank dan lembaga keuangan bukan bank.

1. Fasilitasi akses permodalan bagi industri melalui bank dan lembaga keuangan bukan bank di provinsi.

1. Fasilitasi akses permodalan bagi industri melalui bank dan lembaga keuangan bukan bank di kabupaten/kota.

11. Lingkungan Hidup

1. Penetapan kebijakan pembinaan industri yang berwawasan lingkungan dan pengawasan pencemaran yang diakibatkan oleh industri.

1. Pemberian bantuan teknis kepada kabupaten/kota dalam rangka pencegahan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh industri.

1. Pembinaan industri dalam rangka pencegahan

pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh industri tingkat kabupaten/kota.


(3)

www.l

ega

lit

as.or

www.l

ega

lit

as.or

2. Fasilitasi kerjasama internasional

di bidang industri yang terkait dengan lingkungan hidup.

2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembinaan industri bersih yang dilakukan oleh

kabupaten/kota dalam rangka pencegahan pencemaran lingkungan.

2. Pengawasan terhadap

pencemaran lingkungan yang diakibatkan kegiatan industri di kabupaten/kota.

12. Kerjasama Industri

1. Penetapan kebijakan untuk peningkatan kemitraan antara industri kecil, menengah dan industri besar serta sektor ekonomi lainnya.

2. Penetapan pola kemitraan antara industri dengan sektor ekonomi lainnya.

1. Koordinasi dan fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan industri besar serta sektor ekonomi lainnya lintas

kabupaten/kota. 2. Koordinasi dan fasilitasi

kerjasama pengembangan industri melalui pola kemitraan usaha lintas kabupaten/kota.

1. Fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan industri besar serta sektor ekonomi lainnya di

kabupaten/kota.

2. Fasilitasi kerjasama pengembangan industri melalui pola kemitraan usaha di kabupaten/kota.


(4)

www.l

ega

lit

as.or

www.l

ega

lit

as.or

3. Penetapan kebijakan kerjasama

luar negeri, kerjasama lintas sektoral dan regional bidang industri.

3. Koordinasi dan fasilitasi kerjasama luar negeri, kerjasama lintas sektoral dan regional untuk pemberdayaan industri lintas

kabupaten/kota.

3. Pelaksanaan hasil-hasil kerjasama luar negeri, kerjasama lintas sektoral dan regional untuk pemberdayaan industri di kabupaten/kota.

13. Kelembaga-an

1. Pembinaan asosiasi

industri/dewan tingkat nasional dan internasional.

2. Penetapan kebijakan pengembangan lembaga

pendukung/unit pelaksana teknis penelitian dan pengembangan (litbang), diklat dan pelayanan pada IKM.

3. Pembentukan dan pembinaan unit pelaksana teknis tingkat nasional dan membantu unit pelaksana teknis tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

1. Pembinaan asosiasi industri/dewan tingkat provinsi.

2. —

3. Pembentukan dan pembinaan unit pelaksana teknis tingkat provinsi dan membantu unit pelaksana teknis tingkat kabupaten/kota.

1. Pembinaan asosiasi industri/dewan tingkat kabupaten/kota.

2. —

3. Pembentukan dan pembinaan unit pelaksana teknis tingkat kabupaten/kota.


(5)

www.l

ega

lit

as.or

www.l

ega

lit

as.or

14. Sarana dan Prasarana

1. Penetapan kebijakan

pengembangan wilayah-wilayah pusat pertumbuhan industri dan lokasi pembangunan industri termasuk kawasan industri dan sentra industri kecil.

1. Penyusunan tata ruang provinsi industri dalam rangka pengembangan pusat-pusat industri yang

terintegrasi serta koordinasi penyediaan sarana dan prasarana (jalan, air, listrik, telepon, unit pengolahan limbah IKM) untuk industri yang mengacu pada tata ruang nasional.

1. Penyusunan tata ruang kabupaten/kota industri dalam rangka pengembangan pusat-pusat industri yang terintegrasi serta koordinasi penyediaan sarana dan prasarana (jalan, air, listrik, telepon, unit pengolahan limbah IKM) untuk industri yang mengacu pada tata ruang regional (provinsi).

15. Informasi Industri

1. Penetapan kebijakan informasi industri.

2. Penyusunan pedoman dan pengumpulan, analisis dan diseminasi data nasional bidang industri.

1. —

2. Pengumpulan, analisis dan diseminasi data bidang industri tingkat provinsi dan pelaporan kepada pemerintah.

1. —

2. Pengumpulan, analisis dan diseminasi data bidang industri tingkat kabupaten/kota dan pelaporan kepada provinsi.


(6)

www.l

ega

lit

as.or

www.l

ega

lit

as.or

16. Pengawasan Industri

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan industri dalam rangka desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan di daerah. 2. Perumusan sistem, pembinaan dan

pengaturan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang industri.

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

desentralisasi bidang industri tingkat provinsi.

2. —

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas

desentralisasi bidang industri tingkat kabupaten/kota. 2. —

17. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan

1. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang perindustrian nasional.

1. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang perindustrian di provinsi.

1. Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang perindustrian di kabupaten/kota.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan

Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat ttd