Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB IV

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM FILM SANG PENARI

Gambar 4.1 Cover “FILM SANG PENARI” 1.1. Struktur Produksi Film Sang Penari

Produser : Shanty Harmayn

Produser Eksekutif : Kemal Arsjad, Kristuadji Legopranowo, Bert Hofman,

Bimo Setiawan, Indra Yudhistira, Elwin Siregar.

Sutradara : Ifa Isfansyah


(2)

Co. Produser : Natacha Devillers, Marcia Raharjo

Ass. Produser : Ferdian Armia

Produser Pelaksana : Agustiya Herdwiyanto

Assisten Sutradara 1 : Wawan Muhammad Assisten Sutradara 2 : Nicho Yudhifar

Penulis Naskah : Salman Aristo, Ifa Isfansyah, Shanty Harmayn

Editor : Cesa David Luckmansyah

Penata kamera : Yadi Sugandi

Penata Artistik : Eros Eflin

Penata Kostum : Chitra Subiyakto

Penata Rias : Jimmy „Asoen‟ Tasmin

Penata Musik : Aksan Sjuman, Titi Sjuman

Penata Suara : Bruno Tarierre, Khikmawan Santosa

Perekam Suara : Aufa R Triangga Ariaputra

Casting : Amelya Oktavia, Riri Pohan

Konsultan Naskah : Miguel Machalski

Tim Pengembang Naskah : M Abduh Aziz, Michael Ratnadwijanti


(3)

4.2Pengenalan Tokoh Utama

1. Srintil (Prisia Nasution)

Seorang Perempuan yang dari sejak kecil sudah mempunyai hobi, ketika melihat pertunjukan tari ronggeng, Srintil menyukai dan ingin menjadi penari ronggeng di tempat kelahiran nya Dukuh Paruk

Gambar 4.2 Tokoh Srintil

2. Rasus (Nyoman Oka Antara)

Teman cowok Srintil sejak kecil dan sampai beranjak dewasa, Rasus Menyukai Srintil dan mereka menjalin hubungan seperti berpacaran. Ketika dewasa Rasus mempunyai pekerjaan menjadi salah satu anggota keamanan militer.

Gambar 4.3 Tokoh Rasus

3. Kertarajasa (Slamet Rahardjo)

Seorang dukun ronggeng di Dukuh Paruk, dan saat pertunjukan tari ronggeng dukun ronggeng ini peran nya sangat penting karena dukun ronggeng ini yang dapat menentukan saat pertunjukan tari ronggeng berlangsung dari awal hingga berakhir.


(4)

4. Nyai Kertarajasa (Dewi Irawan)

Sebagai istri Kartareja dan juga dukun ronggeng Dukuh Paruk. bertugas menyiapkan segala perlengkapan & kebutuhan Srintil saat menari ronggeng, karakter yang jahat dan berorientasi dengan materi (Uang). Sehingga memanfaatkan peluang karier srintil yang istilahnya menjadi artis di dukuh paruk.

Gambar 4.5 Nyai Kertarajasa

5. Sakarya (Landung Simatupang)

Satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Srintil ketika orang tua nya telah meninggal, kakek ini mengetahui bakat menari yang dimiliki oleh Srintil, sehingga kakek Srintil ini mempunyai niat menyalurkan bakat menari srintil untuk menjadikan nya penari ronggeng.

Gambar 4.6 Tokoh Sakarya

6. Sakum (Hendro Djarot)

Seorang penabuh kendhang mahir yang mempunyai kekurangan dengan penglihatannya (buta), namun naluri dan pendengarannya yang tajam tak heran jika

dia menjadi salah satu anggota kesenian ronggeng

Dukuh Paruk. Dalam kesenian tari ronggeng alat musik kendhang bisa di bilang alat musik yang lebih dominan. Gambar 4.7 Tokoh Sakum


(5)

7. Bakar (Lukman Sardi)

Berperan menjadi salah satu anggota partai komunis yang kembali ke Dukuh Paruk, dan karena kepintaran nya dalam berbicara serta menghasut warga Dukuh Paruk yang mengakibatkan ketidak nyamanan warga di Dukuh Paruk, namun aksi Bakar ini telah di amankan oleh petugas keamanan militer.

Gambar 4.8 Tokoh Bakar

8. Sersan Binsar (Tio Pakusadewo)

Berperan sebagai Kepala keamanan angkatan bersenjata, Sersan Binsar ini juga yang mengangkat Rasus untuk masuk di kesatuan yang di kepalai oleh Sersan Binsar. Selain itu Sersan Binsar juga yang memusnahkan Gerakan komunis yang terjadi di Dukuh Paruk akibat hasutan dari Bakar.

Gambar 4.9 Tokoh Binsar

1.2. Sekilas Tentang Film Sang Penari

Film ini merupakan film adaptasi kedua dari novel tersebut setelah film Darah dan Mahkota Ronggeng (1983). Sang Penari membutuhkan dua tahun penelitian untuk menyajikan konteks sejarah dengan lebih baik, termasuk Gerakan 30 September dan peristiwa pembantaian anti-komunis yang mengikutinya. Rincian ini dalam novelnya disensor oleh pemerintahan Orde Baru kala itu, namun digambarkan lebih jelas dalam film ini. Walaupun film ini


(6)

berlatar dan disyuting di Purwokerto, Jawa Tengah, kedua pemeran utama film ini bukan berasal dari etnis Jawa. Prisia Nasution, dalam peran debutnya, adalah orang Batak, sedangkan Oka Antara adalah orang Bali.

Kekuatan film Sang Penari bukan sekadar mengangkat tema cinta biasa, pun menempatkan tokohnya pada dilema antara loyalitas kepada negara dan cinta kepada seorang penari ronggeng di sebuah desa miskin Indonesia pada pertengahan 1960-an. Rasus (Nyoman Oka Antara), seorang tentara muda menyusuri kampung halamannya, mencari cintanya yang hilang, Srintil (Prisia Nasution). Film yang terinspirasi dari trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari ini melibatkan masyarakat. Desa di Banyumas, Jawa Tengah, tempat lokasi pembuatan film ini.

Kelebihan lain film ini, dalam penggarapannya sampai membangunan jalan. Film ini pun menghidupkan kembali batik sebagai kostum pemaian, musik tradisional lokal dan juga memperjualkan buku tentang film tersebut. “Jadi ada dampak ekonomi yang positif di dalam pembuatan film ini,” kata Menparekraf Mari Elka Pangestu yang hadir dan memberikan piala citra kepada pemenang film terbaik FF 2011 ini di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu

(10/12/20110) 1.

1

http://travelplusindonesia.blogspot.com/2011/12/nilai-plus-sang-penari-sebagai%20-film.html. diunduh pada tanggal 20 Januari 2013 jam 10.05 WIB


(7)

Apresiasi terhadap film ini memenangi Empat Penghargaan Piala Citra di Festival Film Indonesia 2011 untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Ifa Isfansyah), Aktris Terbaik (Prisia Nasution) dan Aktris Pendukung Terbaik (Dewi Irawan). Film ini adalah film yang diajukan Indonesia untuk

penghargaan Academy Awards ke-85 untuk kategori Film Bahasa Asing

Terbaik2.

1.3. Sinopsis Film Sang Penari

Cerita cinta yang tragis ini terjadi di Jawa Tengah, Indonesia tahun 1960-an. Rasus (Oka Antara)adalah seorang tentara dari Dukuh Paruk, sebuah desa miskin di daerah Banyumas. Awal cerita terjadi ketika Rasus kembali dan menyusuri Dukuh Paruk, dan bertemu dengan Sakum (Hendro Djarot), seorang tunanetra yang memintanya untuk mencari seseorang bernama Srintil. Cerita kemudian berkilas balik ke Dukuh paruk dan hubungan cinta antara Rasus dan Srintil.

Dukuh Paruk sempat mengalami masa kelam pada tahun 1953 silam. Santayib, pembuat tempe bongkrèk Dukuh Paruk, tak sengaja menjual tempe bongkrèk beracun, yang membunuh banyak warga, termasuk Surti (Happy

Salma), ronggeng Dukuh Paruk. Penduduk dusun mulai panik dan rusuh, dan

dalam kerusuhan tersebut, Santayib dan istrinya melakukan bunuh diri dengan

2

http://filmindonesia.or.id/article/ffi-2011-sang-penari-raih-penghargaan-film-terbaik. diunduh pada tanggal 22 Januari 2013 jam 10.23 WIB


(8)

mengonsumsi tempe beracun buatan mereka. Putri dari Santayip, Srintil, selamat dan dibesarkan oleh kakeknya Sakarya (Landung Simatupang). Sejak insiden itu, Dukuh Paruk seperti kehilangan kehidupannya, tidak ada musik

mengalun dan penari 3ronggeng lagi di dukuh tersebut.

Sepuluh tahun kemudian, tahun 1963, Srintil (Prisia Nasution) dan Rasus yang sama-sama yatim piatu adalah teman yang sangat dekat sejak kecil. Rasus sendiri juga menyimpan perasaan cinta pada Srintil. Keadaan Dukuh Paruk yang mengalami kelaparan dan depresi sejak kehilangan sang penari ronggengnya. Keinginan Srintil sejak dari kecil yang istilahnya mempunyai bakat dalam bidang menari ternyata seperti mengandung kekuatan magis yang membuat Sakarya yakin bahwa Srintil bisa menjadi ronggeng.

Suatu hari Sakarya mendapat pertanda bahwa Srintil akan menjadi ronggeng besar dan mampu menyelamatkan Dukuh Paruk dari kelaparan. Dia

kemudian meyakinkan Srintil untuk menjadi ronggeng dan meminta Kertareja

(Slamet Rahardjo), dukun ronggeng Dukuh Paruk untuk menjadikan Srintil

seorang ronggeng. Srintil percaya bahwa dengan menjadi ronggeng, dia bisa

membayar dosa kedua orang tuanya dalam insiden tragis sepuluh tahun lalu. Dia kemudian mencoba untuk membuktikan dirinya dengan menari di makam Ki Secamenggala, pendiri Dukuh Paruk.

3

Ronggeng adalah tari tradisional dng penari utama wanita, dilengkapi dng selendang yg dikalungkan di leher sbg kelengkapan menari. (sumber: http://www.artikata.com/arti-348180-ronggeng.html. di unduh tanggal 28 April 2013 jam 15.33)


(9)

Walaupun gagal meyakinkan Kartareja pada kali pertama, Rasus yang menaruh simpati pada tekad Srintil menolong Srintil dengan memberinya benda

temuannya, sebuah pusaka ronggeng milik Surti, ronggeng Dukuh Paruk yang

telah tiada. Setelah melihat pusaka tersebut, Sakarya akhirnya berhasil meyakinkan Kartareja. Srintil kemudian dipermak dan dirias oleh Nyai

Kartareja (Dewi Irawan) untuk menjadi seorang ronggeng. Sementara itu,

seorang aktivis dan anggota Partai Komunis Indonesia, Bakar (Lukman Sardi) tiba di Dukuh Paruk dan meyakinkan petani Dukuh Paruk untuk bergabung dengan partai komunis, untuk menyelamatkan wong cilik (kelas bawah) Dukuh Paruk dari kelaparan, kemiskinan, dan penindasan para tuan tanah yang serakah. Kepopuleran Srintil yang sampai ke Desa Dawuan, membuat Rasus, teman kecil sekaligus orang yang mencintainya, tidak senang dan nyaman.

Menjadi ronggeng berarti bukan hanya dipilih warga dukuh untuk menari,

namun juga untuk menjadi "milik bersama". Srintil harus melayani banyak lelaki di atas ranjang setelah menari. Setelah keberhasilan Srintil menari di makam Ki Secamenggala, Srintil harus menjalani ritual terakhir sebelum dia

benar-benar bisa menjadi ronggeng yang disebut Bukak Klambu, di mana

keperawanannya akan dijual kepada penawar tertinggi.

Hal ini mengecewakan Rasus, yang mengatakan pada Srintil bahwa dia

tidak senang dengan keputusannya menjadi ronggeng. Srintil mengatakan

bahwa dia akan memberikan keperawanannya kepada Rasus, dan pada hari Bukak Klambu mereka berhubungan seks di sebuah kandang kambing. Malam


(10)

itu juga, Srintil berhubungan seks dengan dua "penawar tertinggi" lainnya dan menjadi ronggeng sejati.

Hancur hatinya, Rasus memutuskan untuk pergi dari Dukuh Paruk, meninggalkan Srintil yang patah hati. Dia kemudian bergabung dengan sebuah batalyon TNI yang bermarkas tak jauh dari Dukuh Paruk, di mana ia berteman dengan Sersan Binsar (Tio Pakusadewo) yang juga mengajarkan dia membaca. Sementara itu, warga Dukuh Paruk yang dirundung kelaparan dan kemiskinan mulai merangkul komunisme walaupun tidak paham tentang politik. Sepeninggalan Rasus, grup kesenian ronggeng Dukuh Paruk makin berjaya, dan

politik juga mulai menjadi kehidupan Dukuh Paruk. Grup kesenian ronggeng

Dukuh Paruk yang termasuk Kartareja, Sakarya, Sakum dan Srintil mulai sering diminta partai komunis dalam acara kesenian rakyat agar bisa menarik massa.

Namun kemudian malapetaka politik terjadi di Jakarta tahun 1965, dan karena kebodohan mereka tentang politik, warga dukuh Paruk pun ikut terseret karena "keterlibatan" mereka dalam acara-acara kesenian rakyat tersebut. Setelah terjadinya percobaan kudeta yang gagal di Jakarta, Rasus dikirim oleh Sersan Binsar dalam misi untuk "mengamankan" orang-orang partai komunis di daerah. Namun, ketika giliran Dukuh Paruk tiba karena ikut terseret ke dalam pembantaian berdarah itu, Rasus bergegas kembali, meninggalkan rekan pasukannya ke kampung halamannya untuk mencari dan menyelamatkan cintanya, Srintil. Cinta mereka harus menghadapi akhir yang tragis di tengah-tengah situasi tergelap dalam sejarah politik Indonesia.


(11)

Rasus menemukan Dukuh Paruknya telah hancur dan warganya telah hilang seperti ditelan bumi, hanya menyisakan Sakum yang buta. Sakum meminta Rasus untuk secepatnya mencari Srintil, namun pencarian Rasus akhirnya sia-sia. Rasus tiba di sebuah kamp konsentrasi tersembunyi tepat pada saat Srintil dan warga Dukuh Paruk dibawa oleh kereta pengangkut dan menghilang entah ke mana.

Sepuluh tahun kemudian, Rasus berpapasan dengan seorang penari

kumal yang mirip dengan Srintil dan seorang penabuh kendhang buta yang

mirip dengan Sakum di Desa Dawuan. Rasus memberikan pusaka ronggeng

Dukuh Paruk kepada penari tersebut, dan penari tersebut berlalu meninggalkannya. Rasus tersenyum, menandakan dia mengenali penari tersebut sebagai cintanya, Srintil. Film diakhiri dengan sang penari kumal dan si pemusik buta yang menari dan menghilang di cakrawala.


(1)

berlatar dan disyuting di Purwokerto, Jawa Tengah, kedua pemeran utama film ini bukan berasal dari etnis Jawa. Prisia Nasution, dalam peran debutnya, adalah orang Batak, sedangkan Oka Antara adalah orang Bali.

Kekuatan film Sang Penari bukan sekadar mengangkat tema cinta biasa, pun menempatkan tokohnya pada dilema antara loyalitas kepada negara dan cinta kepada seorang penari ronggeng di sebuah desa miskin Indonesia pada pertengahan 1960-an. Rasus (Nyoman Oka Antara), seorang tentara muda menyusuri kampung halamannya, mencari cintanya yang hilang, Srintil (Prisia Nasution). Film yang terinspirasi dari trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari ini melibatkan masyarakat. Desa di Banyumas, Jawa Tengah, tempat lokasi pembuatan film ini.

Kelebihan lain film ini, dalam penggarapannya sampai membangunan jalan. Film ini pun menghidupkan kembali batik sebagai kostum pemaian, musik tradisional lokal dan juga memperjualkan buku tentang film tersebut.

“Jadi ada dampak ekonomi yang positif di dalam pembuatan film ini,” kata

Menparekraf Mari Elka Pangestu yang hadir dan memberikan piala citra kepada pemenang film terbaik FF 2011 ini di Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/12/20110) 1.

1

http://travelplusindonesia.blogspot.com/2011/12/nilai-plus-sang-penari-sebagai%20-film.html. diunduh pada tanggal 20 Januari 2013 jam 10.05 WIB


(2)

Apresiasi terhadap film ini memenangi Empat Penghargaan Piala Citra di Festival Film Indonesia 2011 untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Ifa Isfansyah), Aktris Terbaik (Prisia Nasution) dan Aktris Pendukung Terbaik (Dewi Irawan). Film ini adalah film yang diajukan Indonesia untuk penghargaan Academy Awards ke-85 untuk kategori Film Bahasa Asing Terbaik2.

1.3. Sinopsis Film Sang Penari

Cerita cinta yang tragis ini terjadi di Jawa Tengah, Indonesia tahun 1960-an. Rasus (Oka Antara)adalah seorang tentara dari Dukuh Paruk, sebuah desa miskin di daerah Banyumas. Awal cerita terjadi ketika Rasus kembali dan menyusuri Dukuh Paruk, dan bertemu dengan Sakum (Hendro Djarot), seorang tunanetra yang memintanya untuk mencari seseorang bernama Srintil. Cerita kemudian berkilas balik ke Dukuh paruk dan hubungan cinta antara Rasus dan Srintil.

Dukuh Paruk sempat mengalami masa kelam pada tahun 1953 silam. Santayib, pembuat tempe bongkrèk Dukuh Paruk, tak sengaja menjual tempe bongkrèk beracun, yang membunuh banyak warga, termasuk Surti (Happy Salma), ronggeng Dukuh Paruk. Penduduk dusun mulai panik dan rusuh, dan dalam kerusuhan tersebut, Santayib dan istrinya melakukan bunuh diri dengan

2

http://filmindonesia.or.id/article/ffi-2011-sang-penari-raih-penghargaan-film-terbaik. diunduh pada tanggal 22 Januari 2013 jam 10.23 WIB


(3)

mengonsumsi tempe beracun buatan mereka. Putri dari Santayip, Srintil, selamat dan dibesarkan oleh kakeknya Sakarya (Landung Simatupang). Sejak insiden itu, Dukuh Paruk seperti kehilangan kehidupannya, tidak ada musik mengalun dan penari 3ronggeng lagi di dukuh tersebut.

Sepuluh tahun kemudian, tahun 1963, Srintil (Prisia Nasution) dan Rasus yang sama-sama yatim piatu adalah teman yang sangat dekat sejak kecil. Rasus sendiri juga menyimpan perasaan cinta pada Srintil. Keadaan Dukuh Paruk yang mengalami kelaparan dan depresi sejak kehilangan sang penari ronggengnya. Keinginan Srintil sejak dari kecil yang istilahnya mempunyai bakat dalam bidang menari ternyata seperti mengandung kekuatan magis yang membuat Sakarya yakin bahwa Srintil bisa menjadi ronggeng.

Suatu hari Sakarya mendapat pertanda bahwa Srintil akan menjadi ronggeng besar dan mampu menyelamatkan Dukuh Paruk dari kelaparan. Dia kemudian meyakinkan Srintil untuk menjadi ronggeng dan meminta Kertareja (Slamet Rahardjo), dukun ronggeng Dukuh Paruk untuk menjadikan Srintil seorang ronggeng. Srintil percaya bahwa dengan menjadi ronggeng, dia bisa membayar dosa kedua orang tuanya dalam insiden tragis sepuluh tahun lalu. Dia kemudian mencoba untuk membuktikan dirinya dengan menari di makam Ki Secamenggala, pendiri Dukuh Paruk.

3

Ronggeng adalah tari tradisional dng penari utama wanita, dilengkapi dng selendang yg dikalungkan di leher sbg kelengkapan menari. (sumber: http://www.artikata.com/arti-348180-ronggeng.html. di unduh tanggal 28 April 2013 jam 15.33)


(4)

Walaupun gagal meyakinkan Kartareja pada kali pertama, Rasus yang menaruh simpati pada tekad Srintil menolong Srintil dengan memberinya benda temuannya, sebuah pusaka ronggeng milik Surti, ronggeng Dukuh Paruk yang telah tiada. Setelah melihat pusaka tersebut, Sakarya akhirnya berhasil meyakinkan Kartareja. Srintil kemudian dipermak dan dirias oleh Nyai Kartareja (Dewi Irawan) untuk menjadi seorang ronggeng. Sementara itu, seorang aktivis dan anggota Partai Komunis Indonesia, Bakar (Lukman Sardi) tiba di Dukuh Paruk dan meyakinkan petani Dukuh Paruk untuk bergabung dengan partai komunis, untuk menyelamatkan wong cilik (kelas bawah) Dukuh Paruk dari kelaparan, kemiskinan, dan penindasan para tuan tanah yang serakah. Kepopuleran Srintil yang sampai ke Desa Dawuan, membuat Rasus, teman kecil sekaligus orang yang mencintainya, tidak senang dan nyaman. Menjadi ronggeng berarti bukan hanya dipilih warga dukuh untuk menari, namun juga untuk menjadi "milik bersama". Srintil harus melayani banyak lelaki di atas ranjang setelah menari. Setelah keberhasilan Srintil menari di makam Ki Secamenggala, Srintil harus menjalani ritual terakhir sebelum dia benar-benar bisa menjadi ronggeng yang disebut Bukak Klambu, di mana keperawanannya akan dijual kepada penawar tertinggi.

Hal ini mengecewakan Rasus, yang mengatakan pada Srintil bahwa dia tidak senang dengan keputusannya menjadi ronggeng. Srintil mengatakan bahwa dia akan memberikan keperawanannya kepada Rasus, dan pada hari Bukak Klambu mereka berhubungan seks di sebuah kandang kambing. Malam


(5)

itu juga, Srintil berhubungan seks dengan dua "penawar tertinggi" lainnya dan menjadi ronggeng sejati.

Hancur hatinya, Rasus memutuskan untuk pergi dari Dukuh Paruk, meninggalkan Srintil yang patah hati. Dia kemudian bergabung dengan sebuah batalyon TNI yang bermarkas tak jauh dari Dukuh Paruk, di mana ia berteman dengan Sersan Binsar (Tio Pakusadewo) yang juga mengajarkan dia membaca. Sementara itu, warga Dukuh Paruk yang dirundung kelaparan dan kemiskinan mulai merangkul komunisme walaupun tidak paham tentang politik. Sepeninggalan Rasus, grup kesenian ronggeng Dukuh Paruk makin berjaya, dan politik juga mulai menjadi kehidupan Dukuh Paruk. Grup kesenian ronggeng Dukuh Paruk yang termasuk Kartareja, Sakarya, Sakum dan Srintil mulai sering diminta partai komunis dalam acara kesenian rakyat agar bisa menarik massa.

Namun kemudian malapetaka politik terjadi di Jakarta tahun 1965, dan karena kebodohan mereka tentang politik, warga dukuh Paruk pun ikut terseret karena "keterlibatan" mereka dalam acara-acara kesenian rakyat tersebut. Setelah terjadinya percobaan kudeta yang gagal di Jakarta, Rasus dikirim oleh Sersan Binsar dalam misi untuk "mengamankan" orang-orang partai komunis di daerah. Namun, ketika giliran Dukuh Paruk tiba karena ikut terseret ke dalam pembantaian berdarah itu, Rasus bergegas kembali, meninggalkan rekan pasukannya ke kampung halamannya untuk mencari dan menyelamatkan cintanya, Srintil. Cinta mereka harus menghadapi akhir yang tragis di tengah-tengah situasi tergelap dalam sejarah politik Indonesia.


(6)

Rasus menemukan Dukuh Paruknya telah hancur dan warganya telah hilang seperti ditelan bumi, hanya menyisakan Sakum yang buta. Sakum meminta Rasus untuk secepatnya mencari Srintil, namun pencarian Rasus akhirnya sia-sia. Rasus tiba di sebuah kamp konsentrasi tersembunyi tepat pada saat Srintil dan warga Dukuh Paruk dibawa oleh kereta pengangkut dan menghilang entah ke mana.

Sepuluh tahun kemudian, Rasus berpapasan dengan seorang penari kumal yang mirip dengan Srintil dan seorang penabuh kendhang buta yang mirip dengan Sakum di Desa Dawuan. Rasus memberikan pusaka ronggeng Dukuh Paruk kepada penari tersebut, dan penari tersebut berlalu meninggalkannya. Rasus tersenyum, menandakan dia mengenali penari tersebut sebagai cintanya, Srintil. Film diakhiri dengan sang penari kumal dan si pemusik buta yang menari dan menghilang di cakrawala.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB II

0 6 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB IV

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB V

0 4 35

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisa Tindakan Diskriminasi Kulit Putih Terhadap Kulit Hitam dalam Kajian Film The Help(Semiotika Roland Barthes) T1 362010004 BAB VI

1 1 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes)

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB II

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB V

0 0 45

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Perempuan dalam Film Sang Penari (Kajian Semiotika Roland Barthes) T1 362008082 BAB VI

0 0 3