PESAN DAKWAH DALAM NOVEL "ASSALAMUALAIKUM BEIJING" KARYA ASMA NADIA.

(1)

PESAN DAKWAH DALAM NOVEL “ASSALAMUALAIKUM BEIJING” KARYA ASMA NADIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Muchammad Zakaria NIM. B01211020

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Muchammad Zakaria, NIM. B01211020, 2016 : Pesan Dakwah Dalam Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia. Skripsi jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Pesan Dakwah, Novel “Assalamualaikum Beijing”.

Fokus Masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana dari pesan dakwah dalam novel “Assalamualaikum Beijing” Karya Asma Nadia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pesan dakwah yang ada pada kisah-kisah Islami pilihan yang diringkas dalam sebuah novel.

Untuk mengidentifikasi persoalan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Setelah data yang telah diperoleh penulis dari dokumentasi. Data kemudian dianalisis menggunakan metode analisis wacana model Norman Fairclough. Pada model ini, Fairclough menekankan pada aspek bahasa yang digunakan oleh media yang menggunakan 3 Struktur: Teks, Discourse Practice dan Sociocultural Practice.

Dari hasil penelitian ini, bahwa pesan dakwah dari novel assalamualaikum Beijing adalah mengajarkan akhlak, akidah dan syari’ah yang baik. Sedangkan alur dari novel ini yakni maju. Hanya saja dikemas dalam penceritaan yang zigzag.

Karena keterbatasan waktu, maka diharapkan pada penelitian lain yang melanjutkan penelitian ini dengan metode dan hasil yang lebih sempurna.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman ... i

Pengesahan Pembimbing ... ii

Pengesahan Tim Penguji ...iii

Pernyataan Pertanggung jawaban Penulis Skripsi ... iv

Motto ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Konsep ... 6

F. Sistematika Penelitian ... 9

BAB II KERANGKA TEORETIK TENTANG PESAN DAKWAH ... 11

A. Pesan Dakwah ... 11

1. Pengertian Pesan Dakwah ... 11

2. Jenis-jenis Pesan Dakwah ... 18

B. Media dakwah ... 22

1. Pengertian Media Dakwah ... 22

2. Novel Sebagai Media Dakwah ... 23

3. Kelebihan dan Kekurangan Novel Sebagai Media Dakwah ... 24

a. Kelebihan Novel Sebagai Media Dakwah... 24

b. Kekurangan Novel Sebagai Media Dakwah ... 25

C. Analisis Wacana Norman Fairclough ... 26

a. Teks ... 26


(7)

c. Sociocultural Practice... 28

D. Penelitian-penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 33

B. Unit Analisis ... 37

C. Tahapan Penelitian ... 38

D. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 42

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 42

1. Sinopsis NAB ... 42

2. Profil Pengarang NAB ... 46

B. Penyajian Data ... 51

Ashima ... 51

: Ra! ... 57

Datanglah Cinta ... 60

Jaring Laba-Laba ... 61

Anita ... 65

The Great Wall ... 71

Cermin Retak ... 71

Cinta yang Berduka ... 74

Cinta Tak Tergesa ... 77

Bayang-Bayang ... 83

Pertemuan Kedua ... 84

Amarah ... 84

Long Distance ... 86

Mencari-Mu... 87

Wo Tiantian Xiang Ni ... 87

Keajaiban... 88

APS ... 89


(8)

Kesetiaan ... 89

Kelahiran ... 90

Doa ... 90

Menikmati Ujian ... 91

Putri Tidur ... 92

Assalamualaikum, Beijing! ... 92

C. Analisis Data ... 92

1. Isi Pesan Dakwah Dalam NAB ... 93

a. Teks Analisis ... 93

b. Discourse Practice ... 95

c. Sociocultural Practice ... 100

2. Alur Pesan Dakwah Dalam Novel NAB ... 102

BAB V PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad ini disebut abad komunikasi massa, komunikasi telah mencapai satu tingkat dimana orang mampu berbicara dengan jutaan manusia secara serentak dan serempak.1 Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan

interaksi atau komunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi yang dilakukan pun mengandung sebuah pesan. Tujuan dari komunikasi ini sendiri adalah untuk tercapainya pesan yang hendak disampaikan dari komunikator (si pembawa pesan) kepada komunikan (penerima pesan) yang dapat berupa buah pikiran seperti gagasan, informasi, opini, atau hal-hal lain yang muncul dari benaknya.2

Pada kenyataannya sejak manusia pertama Adam dan Hawa terlibat dalam percakapan, komunikasi tidak hanya berarti pemberitahuan. Maka, selain pemberitahuan, komunikasi berarti pula pengumuman, penerangan, penjelasan, penyuluhan, perintah, instruksi, komando nasihat, ajakan, bujukan, rayuan dan sebagainya.3

Seperti halnya kegiatan dakwah yang saat ini masih terus berjalan hingga yaumil qiyamah kelak, Dakwah juga merupakan sebuah kegiatan penyampaian pesan dakwah dari da’i kepada mad’u. Dakwah merupakan

1 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 186 2 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 19 3 Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikologis, (Bandung:


(10)

aktualisasi atau realisasi salah satu fungsi kodrati seorang muslim, yaitu fungsi kerisalahan berupa proses pengkondisasian agar seseorang atau masyarakat mengetahui, memahami, mengimani dan mengamalkan islam sebagai ajaran dan pandangan hidup (way of life).4

Dakwah juga dapat diartikan dengan suatu proses upaya mengubah suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah, yakni Al-Islam.5 Pengertian lain tentang

dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah (Islam), termasuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.6 Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat pakar mengenai kegiatan dakwah adalah intinya tentang mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar. Dalam firman Allah SWT yang berbunyi:



















“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS. Ali Imran [03]: 104).7

Dewasa ini, proses komunikasi yang mulai menggunakan perantara atau media, proses kegiatan dakwah pun demikian. Kini, kegiatan dakwah tak melulu dilaksanakan diatas mimbar oleh seorang kiyai atau ulama atau

4 Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episode M. Natsir & Azhar Basyir (Yogyakarta: Sipress, 1996), h. 205

5 Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan (Semarang: Toha Putra, 1973), h. 31 6 Onong Uchyana Efendi, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1993), h. 93


(11)

mubaligh kepada jama’ahnya sembari duduk dibawah dengan tunduk

takdzim. Kegiatan dakwah sekarang ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja dengan perantara atau media apapun. Media dakwah adalah alat yang menjadi perantara penampaian pesan dakwah kepada mitra dakwah.8 Perkembangan masyarakat yang semakin meningkat dan tuntutan yang semakin beragam membuat dakwah tidak bisa lagi dilakukan secara tradisional. Dakwah haruslah dikemas dengan cara atau metode yang tepat dan pas. Banyak cara atau metode yang bisa digunakan para da’i dalam menyampaikan pesan dakwahnya. Salah satunya adalah melalui media tulisan seperti cerpen bahkan novel yang bisa disisipkan nilai-nilai didalamnya.

Berkaitan dengan hal ini sebenarnya novel adalah salah satu bentuk sastra yang dapat dijadikan sebagai media dakwah. Pengarang novel, dalam kaitannya novel sebagai dakwah, berposisi dan berperan sebagai da’i. Sebagai da’i pengarang dituntut untuk memiliki kekuatan ideologi.

Kekuatan ideologi atau pemikiran dari seorang pengarang novel akan mempengaruhi gambaran-gambaran tokoh-tokoh yang diceritakannya. Jadi secara tidak langsung tema atau isi novel merupakan ajakan untuk bersikap tertentu sesuai dengan sikap yang bersumber pada kekuatan ideologi pengarangnya.

Selain ideologi, hal penting lainnya yang harus diperhatikan oleh pengarang novel adalah adanya kemampuan untuk dapat menyelipkan atau


(12)

menjadikan tema novelnya mengandung ajaran agama islam dengan gaya bahasa yang indah atau kondisional sehingga dapat menyentuh rohani pembaca. Gaya penuturan cerita yang digunakan para penulis novel tampaknya sangat potensial sekali untuk membantu dan mengarahkan pembacanya dalam meningkatkan iman dan mengamalkan amalan yang di ridhoi Allah SWT. Demi memperoleh keselamatan, kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Kemudahan dalam mencerna isi novel tidak terlepas dari keunggulan novel sebagai media tulisan dibandingkan media komunikasi suara maupun gambar (radio dan televisi). Kekuatan yang ada dalam sebuah novel adalah adanya peluang untuk mengulangi atau membaca ulang setiap teks naskah hingga pembaca bisa lebih memahami dan mengerti isi dan maksud teks tersebut. Kelebihan lain, sebagai bagian dari kekuatan novel adalah tidak terikat waktu dan tempat. Pembaca novel tidak perlu takut untuk tidak dapat menikmati isi cerita karena keterbatasan ruang waktu dan tempat layaknya yang terjadi pada media radio dan televisi.

Penelitian ini sendiri berusaha mengungkap bagaimana sebuah novel dapat digunakan untuk berdakwah melalui kalimat-kalimat yang disusun. Seorang penulis novel berusaha memasukkan pemikiranya, sikap-sikapnya dan ajakan-ajakannya. Banyak sekali teori-teori bagaimana menyusun atau membentuk kalimat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan apa yang diharapkannya.


(13)

Alasan peneliti untuk memilih novel sebagai objek kajian dakwah didasarkan karena selain novel merupakan produk kebudayaan kontemporer, media ini bersifat ringan. Artinya materinya tidak terlalu berat, menghibur, popular mudah dipahami dalam arti isi cerita tergantung pada keluwesan penulisnya serta sangat potensial sekali untuk digunakan sebagai media dakwah. Novel Assalamualaikum Beijing dianggap layak diangkat oleh si peneliti karena penulis novel telah menyajikan sebuah kisah tentang kehidupan seorang jurnalistik perempuan yang ditugaskan di Beijing. Selain itu penulis juga memperkenalkan kepada pembaca tentang kehidupan orang-orang muslim di Beijing. Novel ini mulai beredar sejak Oktober 2013 di seluruh toko buku di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena sosial dakwah diatas, maka diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diangkat dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pesan dakwah yang ada dalam Novel Assalamualaikum Beijing (NAB)?


(14)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian yang diangkat dalam tema ini, maka peneliti memfokuskan untuk :

1. Mengetahui pesan dakwah yang ada dalam NAB.

2. Untuk mengetahui alur proses pesan dakwah dalam NAB. D. Manfaat Penelitian

Setelah dikemukakan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, menambah wawasan tentang bagaimana sebuah media mengkonstruk suatu berita atau pengetahuan dan menyampaikan suatu pesan dakwah melalui novel

“Assalamualaikum Beijing”.

2. Secara praktis, sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan program S1 pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

E. Definisi Konsep

Konsep pada hakikatnya merupakan istilah, yaitu satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan).9 Untuk mendapatkan pemahaman khusus dan menghindari kesalah pahaman dalam menarik suatu makna dan persepsi setelah membaca judul yang telah


(15)

disajikan, maka disini penulis akan menjelaskan definisi konsep sesuai dengan judul yang diangkat.

Pesan Dakwah

Pesan (message) adalah suatu yang disampaikan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) yang dapat berupa buah pikiran seperti gagasan, informasi, opini, dan lai-lain yang muncul dari benaknya.10

Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a, yad’u,

da’wan, du’a yang diartikan sebagai mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan permintaan.11

Dakwah bisa diartikan sebagai aktifitas mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan, kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.12

Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125

َ إ ۚنس ۡحأ يه يتَلٱب م ۡلدج ۖةنسحۡل ة ع ۡو ۡل ة ۡكحۡلٱب ك بر ليبس ىلإ ۡد

نيدت ۡ ۡلٱب مل ۡعأ وه ۦهليبس نع َلض ن ب مل ۡعأ وه كَبر

٥٢١

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”(QS. An-Nahl [14]: 125).13

10 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 19

11 Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), h. 17 12 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003), h. 19 13


(16)

Jalan Allah itu tidak lain adalah agama Islam. Sedangkan pesan dakwah merupakan pesan yang didalamnya berisikan ajakan kepada kebaikan yang

disampaikan da’i kepada mad’u yang mana pada penelitian ini menjadi

fokus penelitian.

Dakwah adalah komunikasi, akan tetapi komunikasi belum tentu dakwah. Adapun yang membedakannya adalah terletak pada isi dan orientasi pada kegiatan dakwah dan kegiatan komunikasi. Pada komunikasi isi pesannya umum bisa juga berupa ajaran agama, sementara orientasi pesannya adalah pada pencapaian tujuan dari komunikasi itu sendiri, yaitu munculnya efek dan hasil yang berupa perubahan pada sasaran. Sedangkan pada dakwah isi pesannya jelas berupa ajaran Islam dan orientasinya adalah penggunaan metode yang benar menurut ukuran Islam. Dakwah merupakan komunikasi ajaran-ajaran Islam dari seorang da’i ummat manusia dikarenakan didalamnya terjadi proses komunikasi.

Berbicara tentang dakwah adalah berbicara tentang komunikasi, karena komunikasi adalah kegiatan informatif, yakni agar orang lain mengerti, mengetahui, dan kegiatan persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu faham atau keyakinan, melakukan suatu kegiatan atau perbuatan dan lain-lain. Keduanya (dakwah dan komunikasi) merupakan bagian dari integral yang tidak dapat dipisahkan.


(17)

F. Sistematika Penelitian

Agar penelitian ini menjadi lebih lengkap dan sistematis maka diperlukan adanya sistematika penulisan. Penelitian ini terdiri dari lima bab yang dipaparkan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Ada enam hal pokok yang perlu dikemukakan dalam bab inim yaitu (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian (e) definisi konsep, dan (f) sistematika penelitian. Hal-hal tersebut pada dasarnya sama dengan isi bagian pendahuluan skripsi hasil penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Bab II Kajian Kepustakaan. Bab ini terdiri atas sub bab kajian teoritis subtansial, kajian teori analisis tekstual (teori wacana, teori semiotik, atau teori framing), dan kajian penelitian yang relevan.

Bab III Metode Penelitian. Bab III berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian yang dipakai, metode penelitian yang dipakai oleh peneliti. Dan pada bab III ini akan membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian, unit analisis, tahapan penelitian, dan teknik analisis data yang akan dipakai dalam penelitian.

Bab IV Penyajian dan Analisis Data. Pada bab penyajian dan analisis data ini menjelaskan tentang setting penelitian yaitu analisis wacana pesan

dakwah yang terkandung dalam Novel “Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia. Dan pada bab IV inilah yang nantinya akan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.


(18)

Bab V Penutup. Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan jawaban langsung dari permasalahan. Yang perlu diingat bahwa kesimpulan harus sinkron dengan rumusan masalah, baik dalam hal urutan atau jumlahnya. Bagian rekomendasi mengemukakan beberapa anjuran bagi kemungkinan dilaksanakannya penelitian lanjutan berdasarkan kesimpulan yang dihasilkan.


(19)

BAB II

KERANGKA TEORETIK TENTANG PESAN DAKWAH A. Pesan Dakwah

1. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan (message) adalah suatu yang disampaikan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) yang dapat berupa buah pikiran seperti gagasan, informasi, opini, dan lai-lain yang muncul dari benaknya.1

Dakwah bisa diartikan sebagai aktifitas mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan, kebahagiaan mereka dunia dan akhirat.2

Pesan dakwah adalah isi pesan yang di komunikasikan secara efektif terhadap penerima dakwah, pada dasarnya materi dakwah Islam, bergantung pada tujuan dakwah yang di capainya sudah menjadi doktrin dan komitmen bahkan setiap muslim wajibberdakwah, baik itu secara perorangan ataupun dengan orang banyak, oleh karena itudakwah harus terus di lakukan.Pesan dakwah tidak lain adalah al-Islam yang bersumber kepada al-Quran dan alhaditssebagai sumber utama yang meliputi akidah, syariah dan ahlak dengan sebagaimacam cabang ilmu yang di perolehnya. Jadi pesan dakwah atau materi dakwah adalahisi

1 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 19 2 Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Semarang: Pustaka Pelajar, 2003), h. 19


(20)

dakwah yang di sampaikan dai kepada mad’u yang bersumber dari agama Islam.3

Karakteristik pesan dakwah dibagi menjadi 7, yakni:

a. Orisinil dari Allah SWT, yakni pesan dakwah Islam adalah benar- benar dari Allah SWT. Allah SWT telah menurunkan wahyu melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Nabi Muhammad SAW mendakwahkan wahyu tersebut untuk membimbing manusia menuju jalan yang benar.

b. Mudah, yakni semua perintah Islam bisa ditoleransi dan diberi keringanan jika menemui kesulitan dalam pelaksanaannya.

c. Lengkap, yakni ajaran Islam mengatur kehidupan manusia dari hal yang paling kecil hingga hal yang paling besar.

d. Seimbang, ketika ada manusia yang diliputi nafsu keserakahan, pasti ada manusia yang tertindas, dan Islam mengatur hal ini dengan kewajiban zakat.

e. Universal, yaitu mencakup semua bidang kehidupan dengan nilai- nilai mulia yang diterima oleh manusia yang beradab.

f. Masuk akal, yakni semua yang diajarkan dalam Islam dapat diterima oleh akal.

g. Membawa kebaikan, yakni Islam mengajarkan kesetaraan manusia tanpa membedakan ras, warna kulit, kerja keras, dan yang lainnya.


(21)

Sedangkan Asep Muhyidin, merumuskan karakteristik pesan dakwah, sebagai berikut:

a. Islam sebagai agama fitrah.

b. Islam sebagai agama rasional dan pemikiran. c. Islam sebagai agama ilmiah, hikmah, dan fiqhiyah.

d. Islam sebagai agama argumentatif (hujjah) dan demonstratif (burhan).

e. Islam sebagai agama hati (qalb), kesadaran (wijdan), dan nurani(dlamir).

f. Islam sebagai agama kebebasan (hurriyah) dan kemerdekaan (istiqlal).4

Beberapa pokok materi-materi dakwah secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga:

a. Tentang Akidah

Kata akidah berasal dari bahasa arab yaitu aqidah yang berarti keyakinan atau kepercayaan, secara istilah akidah berarti keyakinan atau kepercayaan yakni mengikat hati seseorang kepada sesuatu yang diyakini atau diimaninya.

Menurut Mahmud Syaltut, akidah ialah sisi teoritis yang harus pertama kali diimani atau diyakini dengan keyakinan yang mantap tanpa keraguan sedikitpun. Dalam Al quran akidah

4 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Ed. Rev. Cet. 2 (Jakarta: Kencana, 2009), hh. 341-343


(22)

disebutkan dengan istilah iman dan syari'ah dengan istilah amal shaleh, keduanya saling berhubungan dan bersamaan. Itu artinya keimanan atau kepercayaan harus diikuti oleh amal shaleh, karena iman tidaklah sempurna tanpa disertai oleh amal shaleh.5

Akidah atau kepercayaan dalam islam mempunyai rukun-rukun tertentu yakni hal yang harus dipercayai, adapun rukun-rukun iman ada enam:

1) Percaya kepada Allah; yakni percaya dengan sepenuh hati akan ke-Esaan dan eksistensi Allah, meyakini kekuasaan bahwa Dia yang menciptakan semua makhluk, tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain, semua hidup dan perbuatan manusia hanyalah dilakukan untuk mencari ridlo Allah.

2) Percaya kepada malaikat Allah; Yaitu percaya dengan adanya malaikat, makhluk yang menjadi perantara Allah kepada makhluk- Nya. Malaikat memiliki tugas masing-masing yang telah ditentukan, malaikat diciptakan dari cahaya yang bersifat immaterial being (bukan makhluk yang bersifat materi), maka wujud malaikat tidak terikat pada bentuk tertentu yakni dapat berubah-ubah atas izin-Nya. 3) Percaya kepada kitab Allah; Percaya pada kitabullah berarti

percaya bahwa Allah menurunkan kitab kepada rasul


(23)

yang berisi tentang ajaran-ajaran, dan aturanaturan islam. Kitab yang disebutkan dalam Al quran ada 4 macam, yakni Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa As, Kitab Zabur kepada Nabi Daud As, Kitab Injil kepada Nabi Isa As dan yang terakhir adalah Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada dasarnya prinsip ajaran islam yang berada dalam kitab- kitabnya adalah sama, meskipun diturunkan dalam kurun waktu yang berbeda dan keadaan umat yang berbeda pula. Jika terdapat perbedaan prinsip ajaran agama islam, itu bukanlah ajaran asli dari Nabinya, yakni pemeluknyalah yang menyelewengkan dan merubah isi ajaran kitab yang ada didalamnya.

4) Percaya kepada utusan Allah; Yakni percaya bahwa Allah memilih beberapa diantara manusia untuk menjadi utusan dan menyampaikan ajaran-Nya. Nabi berbeda dengan rasul persamaannya hanya mereka sama-sama menerima wahyu. Wahyu yang diturunkan kepada nabi untuk dilaksanakan dirinya sendiri, sedangkan rasul menerima wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Rasul yang disebutkan dalah Al-Qur’an berjumlah 25 rasul. 5) Percaya kepada hari akhir (hari kiamat); Yakni percaya


(24)

mati, kemudian dibangkitkan kembali dan diperhitungkan segala amalnya. Amal yang dilakukan semasa hidup akan mendapat balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatannya.

6) Percaya kepada takdir; Rukun iman yang terakhir yakni percaya bahwa Allah menciptakan manusia kodrat (kekuasaan) dan iradat (kehendaknya). Sehingga segala hal yang menimpa manusia sudah sesuai dengan garis takdir yang telah ditentukan oleh penciptnya. Manusia hanya wajib berusaha melakukan yang terbaik dan selebihnya memasrahkan usaha yang telah dilakukan kepada yang menciptakan dan kehendak yang maha kuasa. Inilahlah yang di sebut tawakkal. Tawakkal bukan berarti menyerah begitu saja pada keadaan, namun tawakal adalah mewakilkan (menyerahkan) segala nasib usaha yang telah dilakukan kepada Allah.6

b. Tentang Syariah

Syariah secara bahasa berarti jalan tempat keluarnya air minum, secara istilah syariah adalah segala sesuatu yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya, termasuk

6 Ibid, h. 78


(25)

peraturan-peraturan dan hukum segala hal yang telah di tetapkan oleh Allah.

Syariah sangat erat hubungannya dengan akidah, kalau akidah adalah iman atau keyakinan. Maka syariah adalah hal yang perlu dilakukan sesudah keimanan, yakni amal shaleh atau perbuatan sehari- hari yang sesuai dengan syariat islam. Seperangkat aturan yang mengatur kehidupan manusia dari segala aspek.

Syariah merupakan aturan yang harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena syariah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan manusia. Syariah meliputi; Ibadah dan Muamalah.7

c. Tentang Akhlak

Secara etimologis akhlak berarti budi pekerti, peringai, prilaku, atau tabiat. Secara terminologis ada beberapa definisi

tentang akhlak: Menurut Ibrahim Anis, “Akhlak adalah sifat

yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruknya tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan”.

Menurut Abdul Karim Zaidan, akhlak adalah kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengan sorotan dan timbangan seseorang dapat menilai perbuatannya

7 Ibid, h. 105


(26)

baik atau buruk, untuk kemudian memutuskan untuk terus melakukan atau meninggalkannya. Sedangkan menurut Tutty Alawiyah, akhlak adalah sifat yang berurat-berakar pada diri seseorang yang terbit dari amal perbuatan dengan mudah, yang keluar dengan spontan dan tanpa pertimbangan yang matang.

Dari definisi diatas sama-sama menekankan makna akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, yang muncul dengan spontan tanpa dipertimbangkan dan tanpa memerlukan dorongan dari luar. Akhlak juga sangat erat hubungannya dengan syariah, karena sikap atau akhlak yang dilakukan haruslah sesuai dengan syariat islam. Akhlak meliputi: Akhlak terhadap Tuhan dan Akhlak terhadap makhluk.8

2. Jenis-jenis Pesan Dakwah

Dalam ilmu komunikasi pesan dakwah adalah message, yaitu simbol-simbol. Pada prinsipnya, pesan apapun dapat dijadikan sebagai pesan dakwah selama tidak bertentangan dengan sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Dengan demikian, semua pesan yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadis tidak dapat disebut dengan pesan dakwah. Adapun jenis pesan dakwah yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag, dalam bukunya Ilmu Dakwah edisi revisi antara lain:

8 Ibid, h. 108


(27)

a. Ayat-ayat Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah wahyu penyempurna. Seluruh wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada nabi-nabi terdahulu yang termaktub dan teringkas dalam Al-Qur’an. Semua pokok ajaran islam tersebut secara global dalam Al-Qur’an, sedangkan detailnya dijelaskan dalam Hadis.

b. Hadits Nabi SAW

Segala hal yang berkenan dengan Nabi SAW yang meliputi ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat, bahkan ciri fisiknya dinamakan dengan hadis. Untuk melihat kualitas kesahihan hadis, pendakwah tinggal mengutip hasil penelitian dan penilaian ulama hadis. Dan tidak harus menelitinya sendiri. Pendakwah hanya perlu cara mendapatkan hadis yang sahih serta memahami kandungannya.

c. Pendapat Para Sahabat Nabi SAW

Orang yang hidup semasa dengan Nabi SAW, pernah bertemu dan beriman kepadanya adalah sahabat Nabi SAW. Pendapat sahabat memiliki nilai tinggi, karena kedekatan mereka deengan Nabi. Dan proses belajarnya yang langsung dari beliau, diantara para sahabat Nabi yang lain.


(28)

Pendapat ulama apapun isi dan kualitasnya harus dihargai, karena ia dihasilkan dari pemikiran yang mendalam berdasarkan sumber utama hukum islam, dengan pendapat ulama-ulama yang telah ada.

e. Hasil Penelitian Ilmiah

Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang bisa kita pahami lebih mendalam dan luas setelah dibantu hasil sebuah penelitian ilmiah. Inilah hasil penelitian yang menjadi salah satu sumber pesan dakwah. Masyarakat modern amat menghargai hasil penelitian, bahkan orang sekuler lebih mempercayainya daripada kitab suci. Sifat dari hasil penelitian ilmiah adalah relatif dan reflektif. Relatif, karena nilai kebenarannya dapat berubah dan reflektif karena ia mencerminkan kualitasnya.

f. Kisah dan Pengalaman Teladan

Ketika mitra dakwah merasa kesulitan dalam mencerna pesan dakwah yang kita sampaikan, kita mencari upaya-upaya yang memudahkannya. Ketika mereka kurang antusias dan kurang yakin terhadap pesan dakwah, keterangan kita yang menguatkan argumentasi atau bukti-bukti nyata dalam kehidupan. Salah satunya adalah menceritakan pengalaman seseorang atau pribadi yang terkait dengan topik.


(29)

g. Berita dan Peristiwa

Pesan dakwah bisa berupa berita tentang suatu kejadian. Peristiwanya lebih ditonjolkan dari pada pelakunya. Dan hanya berita yang diyakini kebenarannya patut dijadikanpesan dakwah, dalam Al-Qur’an berita sering diartikan dengan kata an-naba’, yakni berita yang penting, terjadinya sudah pasti dan membawa manfaat yang besar. Berbeda dengan kata al-khabar yang berarti berita sepele dan sedikit manfaatnya.

h. Karya Sastra

Pesan dakwah kadang perlu ditunjang dengan karya sastra yang bermutu, sehingga lebih indah dan menarik. Karya sastra ini dapat berupa: syair, puisi, pantun, nasyid atau lagu dan sebagainya.

i. Karya Seni

Karya seni juga memuat nilai keindahan yang tinggi. Jika karya sastra menggunakan komunikasi verbal (diucapkan), karya seni banyak mengutarakan komunikasi non verbal (diperlihatkan). Pesan dakwah ini mengacu pada lambang yang terbuka dan untuk ditafsirkan oleh siapapun.


(30)

B. Media Dakwah

1. Pengertian Media Dakwah

Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti perantara, tengah atau pengantar (Arsyad, 2006: 3). Dalam bahasa inggris media merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti tengah, antara, rata-rata. Dari pengertian ini ahli komunikasi mengartikan media sebagai alat yang menghubungkan pesan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan (penerima pesan). Dalam bahasa Arab media sama dengan wasilah atau dalam bentuk jamak, wasail yang berarti alat atau perantara.9

Media dakwah dalam pelaksanaan dakwah merupakan satu unsur yang menentukan pula, sebab media dakwah ini adalah perantara atau penghubung yang diperlukan agar materi dakwah yang diberikan juru dakwah (subjek) dapat diterima, diresapi dan diamalkan oleh umat yang menjadi objek dakwahnya. Pada garis besarnya media dakwah ini ada empat macam, yaitu: visual, audio, audio visual, dan tulisan.10

Maka media dakwah adalah segala segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.11

9 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 403

10 Hamzah Tualeka ZN, Pengantar Ilmu Dakwah, hal. 55

11 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Usana Offset Printing, 1983), h. 163


(31)

2. Novel sebagai Media Dakwah

Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara lebih luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apa pun yang halal bisa digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut bisa dikatakan sebagai media dakwah bila ditujukan untuk berdakwah. Semua alat itu tergantung dari tujuannya. A. Hasjmy menyebut media dakwah dan sarana dakwah atau alat dakwah dan medan dakwah ada enam macam, yaitu: mimbar (podium) dan khitabah (pidato/ceramah); qalam (pena) dan kitabah (tulisan); masrah (pementasan) dan malhamah (drama); seni suara dan seni bahasa; madrasah dan dayah (surau); serta lingkungan kerja dan usaha (1974: 269-270).12

Novel merupakan jenis kesustraan antara roman dan cerita pendek, dengan jalan cerita yang sederhana. Sedikit pelaku utamanya dan dipusatkan sebagai keseluruhan yang lebih kuat dari pada roman, tetapi lebih dramatis daari pada cerita pendek.13

Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih komplek dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak. Dalam kamus besar bahasa Indonesia novel adalah karangan yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan

12 Ibid, h. 405

13 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Enslikopedia Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1991), h.2408


(32)

seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.14

3. Kelebihan dan Kekurangan Novel sebagai Media Dakwah a. Kelebihan Novel sebagai Media Dakwah

1) Memberikan kesempatan untuk memilih pesan dakwah sesuai dengan kemampuan dan kepentingannya. Bahkan pembaca lebih lanjut dapat membacanya setiap kali dia ingin dan kapan ingin berhenti membacanya.

2) Tidak terikat oleh suatu waktu dalam mencapai khalayaknya. Bahkan mereka secara bebas dapat melihat kembali material yang telah dibacanya untuk mengingatkannya atau menguatkan ingatannya.

3) Dapat mengembangkan suatu topic yang diinginkan. Maksudnya topic yang ada dapat dikembangkan melalui media yang lain misalnya radio, film dan televisi.

4) Dapat hidup dan berkembang dalam keadaan yang tidak diikat oleh standar tertentu dalam hal isi keseluruhan dibanding pada media yang lainnya.

5) Memiliki prestise yang tinggi. Justru karena pembentukan prestise yang bersifat khusus, media ini dapat membentuk kebiasaan pembaca yang didalamnya tercakup perhatian dan

14 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h.788


(33)

kesenangan untuk membaca. Atas dasar ini pula maka seseorang akan sangat mudah dipengaruhi oleh bacaannya. (Mujiono, 1990: 59).15

b. Kekurangan Novel sebagai Media Dakwah

1) Dari segi waktu novel adalah yang lambat untuk digunakan berdakwah, karena novel tidak dapat menyebarluaskan pesan dakwah secara langsung kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak terlebih dahulu, novel baru dapat disebarluaskan.

2) Tidak adanya audio, novel hanya mengandalkan tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar oleh komunikan.

3) Visual yang terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali sehingga

bagi mad’u yang memerlukan visual maka pesan dakwah akan

kurang diterima.

C. Analisis Wacana Norman Fairclough

Dalam penelitian ini, Teori Analisis Tekstual yang digunakan peniliti adalah Teori Analisis Wacana Norman Fairclough. Analisis wacana dengan model Norman Fairclough menawarkan dua alternatif fokus analisis, yaitu communication events dan the order of discourse.16 Pada communication events, analisis hanya tertarik suatu event komunikasi yang spesifik, misalnya editorial surat kabar atau film dokumenter televisi, sedangkan

15 Ibid, h. 415-416


(34)

analisis order of discourse berfokus pada aturan wacana secara keseluruhan dan bagaimana ia mengalami evolusi konteks social dan perubahan cultural. Penelitian ini menggunakan analisis communication events yang menganalisis hubungan tiga dimensi events, yaitu teks, discourse practice, dan sociocultural practice.17 Ketiga level analisis ini kemudian dikaitkan

dengan apa yang disebut Fairclough intertextual analysis.18 a. Teks

Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough, yang dapat digambarkan dalam table berikut. Setiap teks pada dasarnya, menurut fairclough, dapat diuraikan dan dianalisis dari ketiga unsur tersebut.

UNSUR YANG INGIN DILIHAT

Representasi

Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau apa pun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

Relasi

Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

17 Eriyanto, Analisis Wacana, (Yogyakarta: LKIS, 2001), hal, 288 18 Ibid, hal, 54


(35)

Identitas

Bagaiman identitas wartawan, khalayak, dan partisipan berita ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

b. Discourse Practice

Analisis discourse practice memusatkan perhatian pada bagaimana produksi dan konsumsi teks. Teks dibentuk lewat suatu praktik diskursus, yang akan menentukan bagaimana teks tersebut diproduksi. Misalnya wacana di kelas. Wacana itu terbentuk lewat suatu praktik diskursus yang melibatkan bagaimana hubungan antara guru dan murid, bagaimana guru menyampaikan pelajaran, bagaimana pola hubungan dan posisi murid dalam pelajaran di kelas, dan sebagainya. Pola hubungan yang demokratis di mana murid dapat mengajukan pendapat secara bebas tentu saja akan menghasilkan wacana yang berbeda dengan suasana kelas di mana pembicaraan lebih dikuasai oleh guru, murid tidak boleh berpendapat dan guru sebagai penyampai tunggal materi pelajaran. Semua praktik tersebut adalah praktik diskursus yang membentuk wacana.

c. Sociocultural Practice

Analisis sociocultural practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks social yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media. Ruang redaksi atau wartawan bukanlah bidang atau kotak kosong yang steril, tetapi sangat ditentukan oleh faktor di luar


(36)

dirinya. Sociocultural practice ini memang tidak berhubungan langsung dengan produksi teks, tetapi ia menentukan bagaimana teks diproduksi dan dipahami. Misalnya sebuah teks yang merendahkan atau memarjinalkan posisis perempuan. Teks semacam ini mempresentasikan ideologi patriarkal yang ada dalam masyarakat. Artinya, ideologi masyarakat yang patriarkal dalam membentuk teks yang patriarkal pula. Ideologi patriarkal ini tersebar di banyak tempat, di banyak bidang: di tempat kerja, saat wawancara, di dalam keluarga, di sekolah, dan banyak lagi. Dan ideologi patriarkal semacam ini yang memandang dan menomorduakan wanita itulah yang terserap dalam bagaimana sebuah teks yang hadir dalam masyarakat tersebut merendahkan wanita.

Bagaimana sociocultural practice ini menetukan teks? Menurut Fairclough, hubungan itu bukan langsung, tetapi dimediasi oleh discourse practice. Kalau ideologi dan kepercayaan masyarakat itu paternalistic, maka hubungannya dengan teks akan dimediasi oleh bagaiman teks tesebut diproduksi dalam suatu proses dan praktik pembentukan wacana. Mediasi itu meliputi dua hal. Pertama, bagaimana teks tersebut diproduksi. Ideologi patriarkal itu akan mewujud dalam bagaimana teks tersebut diproduksi dalam ruang-ruang kerja redaksional dan penentuan berita yang akan menghasilkan teks berita tertentu. Kedua, khalayak juga akan mengkonsumsi dan menerima teks tersebut dalam pandangan yang patriarkal. Khalayak, misalnya,


(37)

memang suka membaca berita mengenai perkosaan yang korbannya adalah wanita. Dengan bentuk penafsiran konsumsi semacam ini, teks yang biasa gender tesebut tidak dipandang aneh oleh khalayak, dianggap sebagai suatu kewajaran, tidak perlu dikritisi. Di sini kemudian terlihat bagaimana kompleksnya hubungan dan jalinan yang carut-marut ini. Fairclough membuat tiga level analisis pada sociocultural practice: level situasional, institusional, dan social.19

D. Penelitian-penelitan Terdahulu yang Relevan

Dalam menulis skripsi ini, peneliti berpijak pada beberapa penelitian terdahulu yang sebagai acuan. Khususnya penelitian dalam media cetak yang pernah disusun oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya:

NO NAMA JUDUL SKRIPSI PERSAMAAN PERBEDAAN

1 Anisatul Islamiyah

Discourse Analisis Pesan Dakwah Dalam Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi

Dalam kedua novel tersebut sama-sama menggunakan alur campuran

Terletak pada model analisis wacananya.

19 Ibid, h. 322


(38)

2 Fatma Irmawati Analisis Wacana novel “Ketika Cinta Bertasbih” karya Habiburrahman El-Shirazy Kedua novel tersebut sama-sama menggunakan tema cinta sebagai porsi utama dalam novel Terletak pada model analisis wacananya

3 Mustafid Rifma Fikriyan Pesan Dakwah Media Online Republika Dalam Rubrik Pojok Arifin Ilham edisi bulan November 2012 Sama-sama menggunakan analisis wacana sebagai pisaunya penelitian terdahulu membahas tentang pesan-pesan dakwah yang terkandung dalam media online dengan sudut pandang analisis wacana


(39)

4 Arif Hidayat

Analisis Isi Pesan Dakwah Kiai Haji Ahmad Dahlan Dalam Sosial Keagamaan Sama-sama membahas dalam hal tentang pesan dakwahnya Saudara Arif meneliti pesan dakwah dari seorang Kiyai sedang peneliti meneliti pesan dakwah dari novel

5 Rizki Amalia Nur Anwari Pesan Dakwah Rubrik Hikmah Tabloid Nurani Edisi 560 Oktober III 2011 menurut tinjauan Kode Etik Jurnalistik Sama-sama meneliti tentang media cetak Rizki Amalia meneliti tentang Tabloid Islami dengan menggunakan Kode Etik Jurnalistik sedangkan peneliti meneliti sebuah novel dengan


(40)

analisis wacana


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat alat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah dan dianalisa. Muchammad Nazir dalam bukunya “metode penelitian” menyatakan bahwa penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sangat hati-hati, secara teratur dan terus menerus untuk memecahkan suatu masalah.1 Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah. Hasil permasalahan yang dihadapi, karena peneliti merupakan bagian dari pemecahan masalah yang lebih besar. Fungsi penelitian ini untuk mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

Sebelum membahas tentang metodologi penelitian, alangkah lebih baik jika memahami dan mengerti lebih dulu tentang metodologi penelitian. Metodologi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan kebenarannya.2 Jadi, agar dapat melakukan penelitian

1 Muchammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Aksara, 1989), h. 15 2 Wardi Bachtiar, Metodologi Pengertian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 1


(42)

yang valid, maka diperlukan tentang pemahaman mendalam dari peneliti tersebut tentang metodologi penelitian.

Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan pendekatan teks wacana dengan metodologi analisis wacana Norman Fairclough sebagai alat untuk mengupas dan meneliti isi teks yang akan diteliti. Dan Analisis ini termasuk sebagai penelitian teks wacana. Analisis ini muncul dari ketertarikan peneliti atas data yang ditampilkan dimedia cetak berupa novel

“Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia.

Analisis wacana adalah sebuah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi tidak terbatas pada penggunaan kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih komplek dan intern yang disebut dengan wacana.

Peneliti memilih melakukan penelitian ini dengan pendekatan teks wacana karena pendekatan ini adalah induk dari metodologi analisis isi yang digunakan dalam penelitian ini. Sehingga dengan menggunakan pendekatan ini, hasil penelitian akan bersifat lebih valid karena dapat lebih dalam mengupas isi dari teks atau rubrik yang diteliti mulai dari tatanan kata, kalimat, hingga korelasi antar kalimat yang menghasilkan sebuah makna. Ditambah lagi pendekatan teks wacana memiliki sejumlah fungsi yang semakin mendukung dari analisis isi, yaitu berfungsi sebagai: pernyataan (assertion), pertanyaan (question), tuduhan (accusation) atau ancaman (threat).3


(43)

Secara umum metodologi analisis isi ini berupaya untuk mengungkap berbagai informasi dibalik data yang disajikan media atau teks. Analisis isi dapat didefinisikan sebagai teknik mengumpulkan dan menganalisa isi dari

suatu teks. Yang dimaksud “isi” dalam hal ini dapat berupa kata, arti

(makna), gambar, simbol, ide, tema atau beberapa pesan yang dapat dikomunikasikan.4

Analsis isi merupakan sebuah metodologi penelitian yang tidak menggunakan manusia sebagai objek penelitian. Analisis isi menggunakan simbol atau teks yang ada dalam media tertentu, untuk kemudian teks-teks atau simbol untuk diolah dan dianalisis.

Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan analisis ini, yaitu: merumuskan masalah penelitian, melakukan studi pustaka, menentukan unit observasi dan unit analisis, menentukan sampel, menentukan variabel, membuat kategorisasi dan pedoman pengkodingan, mengumpulkan data, melakukan koding data (data coding), mengolah data, menyajikan data, dan memberikan interpretasi, dan yang terakhir menulis hasil laporan penelitian.5 Analisis ini dengan model Norman Fairclough menawarkan dua alternatif fokus analisis, yaitu communication events, dan the order of discourse.6 Pada communication events, analisis hanya tertarik

suatu event komunikasi yang spesifik, misalnya editorial surat kabar atau film dokumenter televisi, sedangkan analisis order of discourse berfokus

4 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 76

5 Ibid, h. 25


(44)

pada aturan wacana secara keseluruhan dan bagaimana ia mengalami evolusi konteks social dan perubahan cultural.

Peneliti ini menggunakan analisis communication events yang menganalisis hubungan tiga dimensi events, yaitu teks, discourse practice, dan sociocultural practice.7 Ketiga level analisis ini kemudian dikaitkan dengan apa yang disebut Fairclough intertextual analysis.8

Analisis discourse practice memusatkan perhatian pada bagaimana produksi dan konsumsi dari teks.9 Sementara analisis sociocultural practice

adalah dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks. Konteks disini memasukkan banyak hal seperti konteks praktik institusi media itu sendiri dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya dengan politik tertentu. Sociocultural practice memang tidak berhubungan langsung dengan produksi teks, tetapi ia menentukan teks diproduksi dan dipahami. Sociocultural practice menggambarkan bagaimana kekuatan-kekuatan dalam masyarakat memaknai dan menyebarkan ideologi yang dominan kepada masyarakat yang dimediasi melalui discourse practice.10

Teks dianalisis secara linguistik, dengan melihat kosakata semantik dan tata kalimat. Analisis terhadap teks juga memasukkan koherensi dan kohesivitas, yaitu bagaimana antar kata dan kalimat digabung sehingga membentuk pengertian. Menurut Fairclough, dalam sebuah teks terdapat tiga elemen dasar, yaitu ideasional, relasi dan identitas

.

7 Eriyanto, Analisis wacana (Yogyakarta: LKIS, 2011), h. 288 8 Ibid, h. 54

9 Eriyanto, Analisis wacana (Yogyakarta: LKIS, 2011), h. 287 10 Ibid, h. 288


(45)

B. Unit Analisis

Dalam suatu penelitian, peneliti sudah memiliki atau bayangan yang nantinya menjadi bagian dari unit analisis penelitian. Penelitian yang dilakukan peneliti adalah tentang novel “Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia. Unit analisis yang diambil adalah bagaimana pesan dakwah itu ditulis dan disampaikan dalam bentuk novel sehingga dapat membawa pembaca seolah-olah ikut ada dalam dalam peristiwa yang diceritakan didalamnya. Dan dalam penelitian kali ini, peneliti meneliti novel

“Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia. Namun tidak secara

keseluruhan dari isi novel ini dibahas, mengingat begitu banyak tema atau sub bahasan yang ada. Oleh karena itu, peneliti hanya mengambil bagian-bagian tema yang kental dengan pesan dakwahnya.

C. Tahapan Penelitian

Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus penelitian, yaitu Pesan Dakwah Dalam Novel “ASSALAMUALAIKUM BEIJING” Karya Asma Nadia dengan perspektif Analisis Wacana Yang kemudian oleh peneliti di tuangkan dalam bentuk teks atau tulisan.

Adapun tahapan penelitian yang telah, sedang dan dilakukan oleh peneliti antara lain:

1. Mencari dan Menemukan Tema

Dalam hal ini peneliti melakukan pemahaman dan memfokuskan topik tentang dakwah, ketika mengikuti ujian proposal peneliti diberi arahan oleh dosen penguji untuk meneliti sebuah pesan dakwah.


(46)

Tahapan ini adalah tahapan awal untuk memperoleh gambaran umum mengenai pesan dakwah melalui novel. Jadi, langkah pertama adalah mencari dan menemukan tema yang sesuai dengan penelitian

yang dilakukan peneliti, yaitu novel “Assalamualaikum Beijing” karya

Asma Nadia. Didalam novel ini banyak memuat nilai-nilai ajaran Islam, sehingga para pembacanya kemungkinan akan lebih memahami nilai-nilai ajaran Islam secara lebih luas.

2. Pengumpulan Data

Data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian. Kesalahan menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga meleset dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti harus mampu memahami sumber data yang mesti digunakan dalam penelitian. Kegiatan penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang sangat menjunjung tinggi validitas, readibilitas dan objektivitas serta konsisten yang tinggi dengan peneliti.

Dalam hal ini ada dua jenis data yang nantinya akan mendukung dalam penelitian peneliti, antara lain:

a. Data Primer

Ialah data pokok atau data utama yang digunakan peneliti yang berasal dari teks dan wacana. Berkaitan dengan hal ini maka pada penelitian ini ada jenis data tertulis, bahan dari sumber data tertulis ini berasal dari buku atau dalam hal ini adalah novel

“Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia yang menjadi data


(47)

b. Data Sekunder

Ialah data pendukung lancarnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bisa menggunakan studi kepustakaan yang kegiatannya dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai literatur dari kepustakaan atau tempat lainnya. telah kepustakaan dapat dilakukan dengan dua cara antara lain:11

1) Mempelajari dokumen atau hasil penelitian terdahulu

2) Mempelajari berbagai buku yang berhubungan dengan masalah penelitian

3. Tahap Analisis Data

Pada tahapan ini, peneliti melihat pada semua data yang terkumpul lalu mengolahnya dengan memakai perangkat analisis wacana milik Norman Fairclough, yang terdiri dari tiga dimensi events, yaitu teks, discourse practice dan sociocultural practice.

4. Penarikan Kesimpulan

Setelah menganalisis data tahap terakhir, pada tahap terakhir ini akan ditarik kesimpulan penelitian dari analisis-analisis yang ada. D. Teknik Analisis Data

Analisis data menunjukkan kegiatan penyederhanaan data ke dalam susunan tertentu yang lebih dibaca dan diinterpretasikan. Penelitian ini membahas naskah novel tersebut dengan analisis wacana. Peneliti akan membahas apakah pesan dakwah yang terkandung dalam novel dari segi Analisis Wacana.


(48)

Fairclough berusaha menghubungkan antara analisis teks pada level mikro dengan konteks sosial yang lebih besar, dengan hal ini sociocultural practice. Pada tahap analisis, ketiga tahapan itu dilakukan secara bersama-sama. Analisis teks bertujuan untuk mengungkap makna dan itu bisa dilakukan diantaranya dengan menganalisis bahasa secara kritis. Discourse practice mengantarai teks dengan konteks sosial budaya (sociocultural practice). Artinya hubungan antara sosial budaya dengan teks bersifat tidak langsung dan disambungkan discourse practice. Pada tingkatan discourse practice, kita perlu melakukan wawancara mendalam dengan awak redaksi dan melakukan penelitian news-room, dengan mengamati proses produksi berita, ikut rapat penentuan tema, pembagian tugas, sampai penulisan laporan.12 Ketiga dimensi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Teknik Analisis Data

TINGKATAN METODE

Teks Critical linguistik

Discourse Practice Wawancara mendalam dan news room

Sociocultural Practice Studi pustaka, penulusuran sejarah

12 Ibid, h. 326


(49)

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sinopsis Novel Assalamualaikum Beijing

Dalam penelitian ini, penulis mengambil media cetak berupa Novel yang berjudul “Assalamualaikum beijing”, karya Asma Nadia, seorang penulis sekaligus ibu rumah tangga, yang karyanya mampu menginspirasi setiap orang yang membaca. Berikut sinopsis yang dapat dipaparkan.

Novel ini bertutur tentang Dewa dan Ra adalah busur dan anak panah. Keduanya memiliki bidikan yang sama, sebuah titik bernama istana cinta. Tapi arah angin mengubah Dewa. Sebagai busur, dia memilih sasarannya sendiri dan membiarkan anak panah melesat tanpa daya. Sebagai laki-laki pengagum mitologi, Zhongwen ibarat kesatria tanpa kuda. Sikapnya santun dan perangainya gagah, tapi langkahnya tak tentu arah. Dia berburu sampai negeri jauh untuk mencari Tuhan sekaligus menemukan Asma, anak panah yang sanggup meruntuhkan tembok besar yang membentengi hatinya. Asma yang berjuang melupakan lelaki berahang kukuh yang diam-diam memujanya. Kisah cinta yang datang menyapa bertujuan menentukan takdir mereka menjalani kehidupan di dunia.


(50)

Dewa dan Ra menjalin hubungan pacaran sejak kuliah, dan tinggal selangkah lagi menuju gerbang pernikahan. Tidak disangka ternyata Dewa bersama Anita, rekan kerjanya yang memang telah lama jatuh hati padanya, membuat rencana indah itu harus buyar selamanya, dan Dewa terpaksa menikahi Anita yang hamil akibat dijebak rangsangan seksual oleh Anita untuk melakukan persetubuhan dengannya.

Sementara itu, dalam perjalanannya di Beijing, Asma bertemu dan berkenalan dengan Zhongwen, pemuda yang sangat terkesan dengan kisah cinta sejati Ahei dan Ashima, dan memanggil Asma dengan Ashima, karena menurutnya keduanya memiliki kemiripan wajah.

Lewat pertemanannya dengan Asma, Zhongwen banyak mendapat pencerahan tentang Islam, dan hidayah akhirnya menuntunnya menjadi mualaf, akibatnya Zhongwen terusir dari keluarga. Bagi Zhongwen, pengorbanannya itu belum seberapa dibandingkan dengan pengorbanan Mush'ab bin Umair, sahabat Nabi Muhammad yang rela melepaskan harta, kedudukan dan kehormatannya demi memperjuangkan agama Islam, dan mati syahid saat berperang melawan kaum musyrikin dalam kondisi kedua tangannya putus ditebas lawan.

Musibah kemudian menimpa Asma, saat ia divonis menderita sindrom antibodi antifosfolipid. Penyakit yang berhubungan dengan pengentalan darah yang membuatnya harus mengalami kesakitan luar biasa, serangan stroke, sulit bergerak bahkan nyaris buta. Penyakit itu juga membuatnya sangat tidak dianjurkan untuk hamil dan melahirkan.


(51)

Di sisi lain, Zhongwen yang mulai merasa jatuh cinta kepada Asma, berusaha keras untuk mencari dan menemukan Asma yang mendadak hilang berita. Sementara itu, Dewa tak juga berhasil melepaskan bayang-bayang Ra dari kehidupan rumah tangganya, sampai-sampai Anita berusaha bunuh diri. Meskipun mereka telah dikaruniai anak hasil persetubuhan di luar pernikahan, Dewa tetap tidak menyayangi Anita sebagai istri secara layak.

Sebagai cerita cinta Assalamualaikum Beijing biasa saja. Sekalipun ada berapa adegan yang suka misalnya Zongwhen dengan santai memotret Dewa dengan Asma seolah-olah dia bukan saingannya, membuat saya memberikan jempol pada pria ini. Perilaku yang belum tentu bisa dilakukan semua laki-laki. Bisa ditebak juga Zongwhen menjadi mualaf. Kata-katanya kepada Asma so sweet (Bahasa anak

sekarang). “Aku takut kalau tidak bisa menjadi lelaki yang membimbing kamu ke surganya..” atau “Bersediakah kamu mendampingi aku ke surganya?”.

Bagi peneliti justru yang menarik ini adalah film layar yang diangkat ke layar lebar dari novel karya Asma Nadia yang paling perempuan. Tokoh Asma (sama ya dengan penulis novelnya) digambarkan begitu kukuh. Bukan saja menolak Dewa kedua kalinya: kembali ke anak dan Istrimu. Lebih hebat, dia tetap berupaya melawan penyakitnya. Bahkan Asma tetap bekerja dengan keterbatasannya akibat penyakitnya.


(52)

Assalamualaikum Beijing/Asma Nadia. Depok, Penerbit AsmaNadia Publishing House

Judul : Assalamualaikum Beijing

Penulis : Asma Nadia

Penyunting Ahli : dr. Lukman

Penyelaras Aksara : Fakhri Fauzi

Penata Aksara : Nurul M. Janna

Perancang Sampul : Maxima Pictures, Wasi Kendedes

Model Sampul : Revalina S. Temat

Assalamualaikum Beijing Cetakan kesebelas, Januari 2015

Penerbit : AsmaNadia Publishing House

Kompleks Ruko D Mall blok A NO. 14 Jl. Raya Margonda, Depok

Telp & fax : (021) 7760208

E-mail : penerbitasmanadia@gmail.com

Website : www.tokoasmanadia.com

2. Profil Pengarang Novel Assalamualaikum Beijing Nama Lengkap : Asmarani Rosalba


(53)

Pekerjaan : Penulis

Asma Nadia (lahir di Jakarta, 26 Maret 1972; umur 43 tahun) adalah seorang penulis novel dan cerpen Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri Forum Lingkar Pena dan Asma Nadia Publishing House.

Karier

Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian di Institut Pertanian Bogor. Ia tidak menyelesaikan kuliah yang dijalaninya, karena ia harus beristirahat karena penyakit yang dideritanya. Ia mempunyai obsesi untuk terus menulis. Ketika kesehatannya menurun, ia tetap bersemangat menulis. Di samping itu, dorongan dan semangat yang diberikan keluarga dan orang yang menyayanginya memotivasi untuk terus menulis. Asma tetap aktif mengirimkan tulisannya ke majalah Islam. Sebuah cerpennya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong pernah meraih juara pertama Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) tingkat nasional yang diadakan majalah Aninda pada tahun 1994 dan 1995.

Selain menulis cerita fiksi, ia juga aktif menulis lirik lagu. Sebagian lirik lagunya terdapat di album Bestari I (1996), Bestari II (1997), dan Bestari III (2003), Snada The Prestation, Air Mata Bosnia, Cinta Ilahi, dan Kaca Diri. Ia pernah mengikuti Pertemuan Sastrawan Nusantara XI di Brunei Darusalam, bengkel kerja kepenulisan novel yang diadakan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Dari hasil


(54)

kegiatan kepenulisan Mastera, ia menghasilkan novel yang berjudul Derai Sunyi. Sebagai anggota ICMI, Asma Nadia juga pernah diundang untuk mengisi acara bengkel kerja kepenulisan yang diadakan ICMI, orsat Kairo. Kesibukannya selain sebagai penulis fiksi, ia memimpin Forum Lingkar Pena, sebuah forum kepenulisan bagi penulis muda yang anggotanya hampir ada di seluruh provinsi di Indonesia. Asma juga sering menjadi pemandu acara pada acara yang bernuansa keislaman. Kini, Asma juga aktif dengan pekerjaannya sebagai direktur Yayasan Prakasa Insan Mandiri (Prima). Ia juga sibuk mengadakan berbagai paket kegiatan anak melalui prime kids dan memberi kursus bahasa Inggris.

Karena karya-karyanya, ia pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai lokakarya yang berkaitan dengan penulisan dan feminisme, baik di dalam dan di luar negeri. Pada tahun 2009 dalam perjalanannya keliling Eropa setelah mendapatkan undangan writers in residence dari Le Chateau de Lavigny (Agustus - September 2009), ia sempat diundang untuk memberikan seminar dan wawancara kepenulisan di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin (bekerja sama dengan FLP dan KBRI di sana), KBRI Roma, Manchester (dalam acara KIBAR Gathering), dan Newcastle.

Sejak awal tahun 2009, ia merintis penerbitan sendiri dengan nama Asma Nadia Publishing House. Beberapa bukunya yang telah diadaptasi menjadi film adalah Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa


(55)

Jendela dan Assalamualaikum Beijing. Seluruh royalti dari buku Emak Ingin Naik Haji disumbangkannya untuk sosial dan kemanusiaan, khususnya membantu mewujudkan impian kaum Islam untuk menunaikan ibadah haji tapi kurang mampu. Ia juga berprofesi sebagai penulis tetap di kolom resonansi Republika setiap Sabtu.

Ia pernah menjadi satu dari 35 penulis dari 31 negara yang diundang untuk menjadi penulis tamu dalam Iowa International Writing Program, di sana ia sempat berbagi tentang Indonesia dan proses kreatifnya dalam menulis dengan pelajar dan mahasiswa serta kaum tua di Amerika Serikat. Selain memenuhi undangan membaca cerpen yang telah diterjemahkan ke bahasa Inggris, karyanya terpilih untuk ditampilkan dalam adaptasi ke pentas teater di Iowa, selain berkolaborasi dengan aktor tunarungu Amerika Serikat dalam pementasan di State Department, Washington D.C.

Ia menggemari seni fotografi, dan telah menjelajah 59 negara dan 270 kota di dunia. Melalui Yayasan Asma Nadia, ia merintis Rumah Baca Asma Nadia yang tersebar di seluruh Indonesia, rumah baca sederhana yang beberapa di antaranya memiliki sekolah dan kelas komputer serta tempat tinggal bagi anak yatim secara gratis untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan remaja yang kurang mampu. Saat ini, ada 140 perpustakaan yang dikelola bersama relawan untuk kaum yang kurang beruntung dan tidak mampu.


(56)

Assalamualaikum Beijing!, Salon Kepribadian, Derai Sunyi, novel yang mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta, Cinta Tak Pernah Menari, kumpulan cerpen yang meraih Pena Award, Rembulan di Mata Ibu (2001), novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional, Dialog Dua Layar, novel yang memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI tahun 2002, 101 Daiting: Jo dan Kas, novel yang meraih penghargaan Adikarya IKAPI tahun 2005, Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller, Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Tanah Suci yang diadaptasi menjadi film Emak Ingin Naik Haji dan sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah, Jilbab Traveler, Muhasabah Cinta Seorang Istri, Catatan Hati Bunda, Jendela Rara telah diadaptasi menjadi film yang berjudul Rumah Tanpa Jendela, Catatan Hati Seorang Istri, karya nonfiksi yang diadaptasi menjadi sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang ditayangkan RCTI, Serial Aisyah Putri yang diadaptasi menjadi sinetron Aisyah Putri The Series: Jilbab In Love.

Adapun karya yang ditulis bersama penulis lain, yaitu:

The Jilbab Traveler, Jangan Bercerai Bunda, Catatan Hati Ibunda, La Tahzan for Hijabers, Ketika Penulis Jatuh Cinta, Kisah Kasih dari Negeri Pengantin, Jilbab Pertamaku, Miss Right R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman, Jatuh Bangun Cintaku, Gara-gara Jilbabku,


(57)

Menikah Lagi, Karenamu Aku Cemburu, Catatan Hati di Setiap Sujudku, Badman: Bidin, Suparman Pulang Kampung, Pura-pura Ninja, Mengejar-ngejar Mimpi, Dikejar-kejar Mimpi, Gara-gara Indonesia, Diary Doa Aisyah.

B. Penyajian Data

Data-data yang ada adalah data yang diambil dari novel

“Assalamualaikum Beijing” karya Asma Nadia, yang secara

keseluruhannya terdapat tiga puluh tujuh tema atau sub bahasan. Dan oleh karena itu peneliti hanya mengambil beberapa tema atau sub bahasan saja yang didalamnya mengandung lebih banyak pesan dakwahnya atau yang kental akan pesan dakwahnya. Adapun isi bacaannya sebagai berikut:

Ashima

Jilbab warna cerahnya tertiup angin kencang yang menghembuskan hawa dingin November. Jauh dari suhu di Hong Kong beberapa jam lalu yang dingin, tetapi tak sampai menimbulkan kebas hingga sulit menggerakkan bibir, memaksa gadis itu merapatkan jaket tebal begitu keluar bandara.

“Jangan khawatir. China setelah olimpiade maju, kok. Pasti banyak yang bisa bahasa Inggris!”.

Oh, ingin disumpalnya bibir mungil Sekar, sahabatnya. Kenyataannya, begitu selesai dengan urusan bagasi, dia memerlukan waktu hampir empat puluh menit dan enam orang bermata sipit, hanya untuk menemukan bus yang akan membawanya ke youth hostel sederhana yang telah dipesan.


(58)

Orang ketiga dan keempat bahkan hanya melengos dan buru-buru menggeleng tepat pada menit gadis berwajah ayu itu memulai percakapan dalam bahasa inggris.

Begitu jauh dari tanah air.

Debar di dada masih berlanjut. Dengan kendala bahasa, menemukan bus yang tepat tidak berarti dia langsung tahu waktu untuk melompat turun. Tentu saja saat memesan penginapan, Asma mengantongi peta lokasi, tetapi hanya nama perhentian bus. Dan berapa lamakah dari bandara hingga sampai ke perhentian bus itu?

“Only twenty minutes”

Asma menghembuskan napas lega. Akhirnya pertolongan Allah datang juga lewat pemuda dengan rahang tegas yang kontras dan sepasang mata cerdas yang bersinar lembut. Lelaki itu meletakkan tas ranselnya yang tampak lusuh di rak atas kursi, sebelum duduk di sisinya.

Akhirnya, seseorang yang mengerti bahasa Inggris!

“Thank you,” ucapnya penuh rasa terima kasih.

Pemuda itu membalas dengan senyum hangat. Ada sesuatu di tarikan ujung-ujung bibirnya. Sosok tampang dengan tubuh menjulang itu tak hanya tersenyum dengan bibir, tetapi juga matanya. Asma cepat menundukkan wajah saat mata mereka bertemu. Merasa bersalah telah lancang menikmati wajah asing di sisinya.


(59)

Jika sekar tahu, pasti angan-angan romantis gadis bertubuh besar itu bertebaran, seperti pesannya sebelum berangkat.

“Berdoa, bismillah. Siapa tahu perjalanan tugas berbonus calon suami.

Amin.”

Kemungkinan kecil, bantah Asma dalam hati. Pertama, kulitnya yang agak gelap, sudah pasti kalah bersaing dengan gadis-gadis setempat yang seputih susu. Kedua, wajahnya mungkin tidak jelek, tetapi juga tidak terlalu cantik. Ketiga, peluangnya akan lebih besar jika dia bertemu seseorang dalam keadaan baru mandi dan masih wangi sabun. Bukan seperti sekarang, usai tergopoh-gopoh mencari bus dengan satu ransel berat di punggung, tas kamera dan satu koper lumayyan besar, yang membuat wajahnya berminyak sempurna. Risiko memanfaatkan perjalanan tugas sekaligus mengambil jatah cuti.

Lagi pula belum saatnya memulai hubungan baru. Dan, walaupun sekedar memikirkan, dia tak yakin sanggup membayangkan pernikahan dengan pasangan berbeda budaya dan agama.

“Jangan pesimis.” Suara Sekar teerngiang lagi. “komunitas muslim

China di sana, kan, banyak! Siapa tahu?”

Hei, tidak tahukah gadis itu bahwa cinta memerlukan waktu? Begitu lama pendekatan dan baru menjelang lulus dia memercayakan hatinya pada seseorang. Lagi pula berapa peluang menemukan lelaki muslim di Beijing? Pertambahan populasi musim di negeri ini setahunnya hanya berapa persen.


(60)

Bus mulai bergerak. Asma membuka mata lebar-lebar, mencoba menerobos gelap malam yang mulai membentang. Berharap langit biru tua akan melarutkan berbagai pikirannya yang campur aduk.

Tak terlalu berhasil memang. Tapi sedikit banyak pemandangan di luar jendela ditambah deretan lampu besar kecil yang muncul bergantian, membuat pikirannya lambat laun mengalir teratur seperti helaan napasnya.

Kadang-kadang diam itu nikmat. Tanpa kata-kata. Hanya duduk dan membiarkan sepasang matanya bebas mengikuti cahaya lampu di kejauhan yang serupa kunang-kunang berlarian.

I’mZhongwen.”

Lelaki di sisinya sekonyong-konyong menyodorkan tangan.

Asma merespons dengan senyum sambil mendekapkan tangan di depan dada, “Asma.”

Meskipun merasa aneh dengan sikap Asma, lelaki itu cepat menarik tangan yang disodorkan.

“Your name is Asma?”

Sebenarnya masih ada sedikit embel-embel setelah itu, tetapi apa pentingnya?

Asma mengangguk. Seketika ada keriangan kanak-kanak di cercah senyum Zhongwen.


(61)

Apa yang begitu aneh dengan namanya yang sederhana?

Masih tersenyum, lelaki itu menatapnya, “It reminds me of Ashima.”

Beberapa menit berikutnya, lelaki yang penampilannya terlalu rapi dan tak cocok dengan ransel tua yang dibawanya, mengajak gadis di sampingnya melintasi waktu dan kenangan, memperkenalkannya Ashima dari Yunnan.

“Her parents hoped she would be as beautiful as flowers and as shiny as gold. They named her Ashima.”

Secantik bunga-bunga dan bersinar bak logam mulia. Benak Asma mencoba melukis wajah Ashima yang cantik dan bercahaya. Kata orang, nama adalah doa, harapan. Dan, sepertinya harapan kedua orangtua Ashima saat memilihkan nama anak perempuan menjadi kenyataan.

Diantara deru bus besar mereka yang bergerak membelah malam, suara klakson, dan derit pintu bus yang terbuka dari satu perhentian ke perhentian lain, cerita Ashima terus bergulir.

Katanya, gadis itu tak hanya cantik, tetapi juga mahir bernyanyi dan menari. Membuat banyak pemuda di desa jatuh cinta. Termasuk Azhi, anak kepala desa mereka yang memiliki banyak harta.

Namun, kilau kebendaan, tak bisa membeli cinta yang telah diberikan gadis itu kepada Ahei, pemuda miskin, anak angkat orang tua Ashima.


(62)

Apa yang bisa menghilangkan seluruh keraguan seorang gadis saat harus menjatuhkan pilihan?

Di kursinya, Asma terpaku. Dengan cepat menyadari, betapa berbedanya dia dan Ashima. Terkait urusan cinta, begitu sulit bagi gadis berwajah sederhana itu untuk memercayai perasaan orang lain terhadapnya. Selain dia pribadi memerlukan prosses panjang untuk mendalami perasaannya kepada seseorang.

Bagaimana jika waktu menghambarkan rasa? Atau bagaimana jika setelah dia mengambil keputusan dan memilih, lalu dikecewakan? Tidakkah pikiran semacam ini hinggap di benak Ashima?

Cerita rakyat yang dikisahkan turun temurun, tidak tuntas malam itu sebab Zhongwen yang mendadak menyadari sesuatu, tergesa berdiri serta mengambil ranselnya.

“I’m sorry, this is my stop, yours is next. I’ll tell you the rest of the story some other time.”

Pemuda itu mengangguk santun sambil tergesa-gesa menyodorkan kartu nama sebagai pelengkap janji untuk menuntaskan kisah cinta Ashima.

“Call me if you need a help or someone to ask to, ok?” Asma mengangguk.

Jika Sekar di sini, dia pasti sudah berteriak dan melompat-lompat kegirangan.Sahabatnya yang berkerudung panjang itu bisa menjelma anak-anak dalam sekejap ketika terlalu antusias.


(63)

Sebuah kartu nama dan bisa berarti janji temu.

Saying, hanya angi dan gelap malam yang menjadi saksi saat sehelai kartu nama putih dengan tinta biru tua itu melayang jatuh di trotoar dan dengan cepat terinjak arus naik dan turun penumpang bus di halte.

Ya, Asma dengan kecerobohan kecilnya menghilangkan kartu nama itu, bahkan sebelum sampai di penginapan.

: Ra!

Bukan hanya sekali Anita, gadis paling cantik di kantornya, secara tersirat hingga terang-terangan meminta tolong untuk diantar pulang. Sejauh ini Dewa selalu punya alasan untuk menolak. Sebelum Anita, godaan serupa sudah sering menghampirinya.

Namun, Dewa bukan lelaki yang mudah tergoda paras cantik. Butuh dari sekedar tampang dan penampilan bak selebriti untuk bisa memikatnya. Sebagai laki-laki, telah lama dia membangun kesetiaan. Sejak bersama Ra tepatnya. Gadis itu memiliki semua yang dia dibutuhkan untuk menghijrahkan hati.

Kalaupun ada kelemahan, hanya karena Ra keras kepala dan terlalu sering mandiri, sementara dia sebagai lelaki ingin bisa memiliki seseorang sebagai tumpuan kasih saying. Berharap Ra lebih sering bermanja-manja, dengan begitu dia merasa dibutuhkan.


(64)

Dewa memandang penuh kasih foto berukuran kecil yang terselip di dompetnya. Foto lusuh yang sudah berada di sana, bahkan sebelum mereka jadian. Seorang kawan mengambilnya diam-diam saat lomba debat di kampus, lalu menjualnya kepada Dewa serta siapa saja yang menurutnya naksir sama Ra. Tak hanya foto Ra, melainkan juga gadis-gadis lain yang menjadi incaran. Namun, cuma satu foto itu yang menarik perhatian Dewa. Foto itu juga memberinya sebuah awal, setelah sebelumnya tak punya apa-apa untuk dipandang setelah jam kuliah usai.

Seharusnya hari itu dia tak pergi dengan Anita. Seharusnya Ra tak mengingkari janjinya.

“Jangan ngomong seenaknya begitu.”

Tidak seperti yang siapapun bayangkan. Kalimat barusan diucapkan Ra dengan nada sangat datar. Tidak kesal apalagi marah. Dewa bahkan bisa melihat senyum manis mengintip di balik nada suara gadisnya.

“Bukan seenaknya, tapi Ra, kan, udah janji. Untuk sekali ini aja, please

… Dewa sudah janji sama teman-teman kantor untuk mengenalkan kamu.”

Tak berhenti di situ, Dewa merajuk, walaupun yang muncul lebih

terkesan rasa kesal, “Jangan dibatalkan hanaya karena alas an sepele, dong, Ra.”

“Dewa, ini bukan hal sepele. Aku gak mungkin membiarkan mama jalan sendirian.”


(65)

Kesabaran lelaki itu menipis. Biasanya Ra selalu berhasil membuat

Dewa mengerti. Namun, kali ini ….

“Kamu meminta banyak hal untuk dimengerti, dan sejauh ini aku selalu mencoba mengalah. Cuma satu kali ini aja, tolong Ra mengerti, dong.”

Ra bergeming.

Pembicaraan via telepon yang tak menemukan kesepakatan. Di mata Dewa, Ra tidak menunjukkan komitmen, tidak menepati janji. Sementara buat Ra, Dewa bertingkah kekanak-kanakan. Selama empat tahun jadian, inilah pertengkaran paling besar yang pernah terjadi.

Dia menjaga jarak dan hubungan keduanya sempat merenggang setelah itu.

Bukan, karena Dewa masih menahan kesal dan marah.

Tidak pernah terpikir untuk putus dari Ra, apalagi karena persoalan sekecil itu. Apa yang mereka miliki jauh lebih indah dan berarti, lagi pula pernikahan di ambang pintu.

Namun, Dewa terpaksa menjauh. Sebab malam itu sesuatu yang tidak dia inginkan, terjadi.

Datanglah Cinta

Asma tersenyum kecut. Sejak masa sekolah, bahkan sampai saat ini, teman-teman sekitar sering menganggap asma , pendengar dan terapis yang baik soal cinta. Setelah mendengar kalimat-kalimat yang diucapkannya


(66)

dengan lugas, teratur, dan lebih terkesan sebagai penyemangat, segala sesuatu jadi lebih muda untuk dijalani.

Rasanya semua jadi terang benderang. Mudah saja memberikan masukan jika untuk pihak lain.

“Menurutku kamu harus memberi dia kesempatan.”

“Dalam sebuah hubungan harus ada yang mau mengalah.”

Dan, sejumlah petuah lain.

Namun, mengambil keputusan untuk dirinya sendiri?

Setiap menemukan seseorang yang menerbangkannya ke negeri penuh bunga dan mimpi segala rupa, perasaan kebahagiaan dan kecemasan, akan bergandengan, mengasingkannya pada atmosfer kegamangan.

Begitu sulitnya merasa yakin inilah teman sejiwa yang Allah berikan.

Asma mengembuskan napas. Malam semakin larut.

Gadis berkulit hitam manis itu tak punya waktu merenungi omelan panjang lebar sahabatnya tentang kartu nama Zhongwen yang hilang. Banyak pesiapan yang masih harus dilakukannya sebelum berangkat pagi-pagi sekali besok. Sebuah travel yang dipesan saat check in di hotel tadi, akan menjemput dan membawanya ke The Great Wall

Jaring Laba-Laba


(1)

100

punggung Zhongwen ditemani ransel lusuh, yang nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit. Pernikahannya bahkan belum sehari ketika istrinya dirampas takdir.

Namun dia tak akan menyesali. Agama yang belum lama dianutnya telah memberi jauh lebih banyak harapan dari yang biasa dia punya. Percaya bahwa kuasa manusia tidak ada apa-apanya disbanding kuasanya Allah. Kun fayaku! Jika sang pencipta berkehendak, siapa yang bisa menghalangi?

Dalam hal ini, apapun yang terjadi tidak akan bisa merubah akidah seseorang. Dan meyakini bahwa, manusia hanya bisa menerima dengan ikhlas jika Tuhan berkendak lain.

3 Text Mikro - “Debar di dada masih berlanjut. Dengan kendala bahasa,

menemukan bus yang tepat tidak berarti dia langsung tahu waktu untuk melompat turun. Tentu saja saat memesan penginapan, Asma mengantongi peta lokasi, tetapi hanya nama perhentian bus. Dan berapa lamakah dari bandara hingga sampai ke perhentian bus itu?

“Only twenty minutes”

Asma menghembuskan napas lega. Akhirnya pertolongan Allah datang juga lewat pemuda dengan rahang tegas yang kontras dan sepasang mata cerdas yang bersinar lembut. Lelaki itu meletakkan tas ranselnya yang tampak lusuh di rak atas kursi, sebelum duduk di sisinya. Di dalam kalimat ini menunjukkan bahwa setiap manusia haruslah bersikap baik terhadap siapapun itu. Sedangkan, Asma sebagai pendatang di negeri itu belum mengenal orang atau masyarakat Beijing.


(2)

101

- Tidakkah riskan menghabiskan sisa umur dan menyandarkan

kebahagiaan kepada orang asing yang tidak pernah dikenal sebelumnya?

Sekar membantah.

“Ada taaruf, proses perkenalan. Sebagai muslimah kita boleh bertanya apa saja untuk menjajaki kesamaan visi, dan melihat apakah ada hal-hal yang akan

menimbulkan rasa sayang.” Mungkin, dalam sebuah pernikahan bukan proses yang menjadi persoalan, asalkan syar’i dan bisa menemukan perjalanan bersama dan akhir yang

membahagiakan.tak peduli,

walaupun karakter keduanya begitu kontras.

“Mas Ridwan bukan orang yang romantic, aku malah baru nyadar kalau laki-laki selaku dan seformal begitu di planet ini, tapi dia baik dan setia. Nggak perlu khawatir dia selingkuh. Salaman sama

perempuan lain aja dia nggak mau.”

- “Cinta sejati,” bisik mereka, menatap punggung Zhongwen ditemani ransel lusuh, yang nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit. Pernikahannya bahkan belum sehari ketika istrinya dirampas takdir.

Namun dia tak akan menyesali. Agama yang belum lama dianutnya telah memberi jauh lebih banyak harapan dari yang biasa dia punya. Percaya bahwa kuasa manusia tidak ada apa-apanya disbanding kuasanya Allah. Kun fayaku! Jika sang pencipta berkehendak, siapa yang bisa menghalangi?


(3)

102 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peniliti menampilkan beberapa hasil temuan yang diperoleh sekaligus dianalisis melalui teks yang dipilih dan terdapat pesan dakwah didalamnya dengan teori analisis wacana Norman Fairclough, yaitu; teks, discourse practice, sociocultural. Kemudian di dalam novel tersebut menggunakan konsep dakwah, yakni; akidah, akhlak dan syari’ah untuk lebih mendalam pesan dakwahnya. Berikut model analisis wacana kritisnya:

1. Teks analisis

Tiga cuplikan teks novel yang disebutkan dalam uraian teks dengan menggunakan Analisis Wacana Norman Fairclough, kemudian muncul hubungan antar kalimat yang saling menekankan dengan tertuju pada kohesi dan koherensi setiap kalimatnya.

2. Discourse Practice

Disini peneliti melihat beberapa teks diproduksi melalui cerita dalam teks yang dipilih dalam teks analisis diatas (konteks level). 3. Sociocultural Practice

Pada bagian akhir teori ini, peneliti mendapat aspek dan fenomena yangb terjadi sesuai latar tempat cerita yang ada dalam novel. Tahap sebelumnya telah dipilih teks yang diteliti, kemudian memasukkan konteks yang terjadi dalam teks yang diteliti tersebut.


(4)

103 B. Saran

Setelah melakukan penelitian pada novel “Assalamualaikum Beijing” tentang bagaimana pesan dakwah dalam novel karya Asma Nadia, maka peneliti memiliki beberapa saran dan masukan:

1. Bagi para da’i dan da’iah, atau juga mungkin calon da’i dan da’iah yang memang mempunyai bakat dalam hal tulis menulis, kembangkanlah! Karena tantangan selalu ada. Semakin maju dan canggihnya zaman, maka semakin banyak dan variatif pula tantangan yang akan dihadapi dalam proses penyampaian ajaran Islam. Oleh karena itu, buatlah inovasi-inovasi baik tentang metode, media atau bahkan materi dakwah yang sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Untuk peneliti dan mungkin calon peneliti, agar lebih selektif lagi dalam pemilihan materi dakwah yang nantinya akan dijadikan tema dari penulisan skripsi. Jika memang menggunakan analisis wacana, baiknya hanya jangan berfokus pada teks yang diteliti, lihat fakta dan kenyataan yang terjadi dalam lingkungan yang menjadi latar tempat cerita dalam teks yang diteliti.

3. Untuk penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi berdasarkan penelitian ini maka penulis memberikan saran dengan adanya hasil penelitian ini, penelitian memberikan rokemendasi kepada peneliti selanjutnya untuk dapat lebih memperdalam hasil penelitian ini. Karena peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil dari penelitian ini masih jauh dari sempurna.


(5)

104

DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, dkk, Pengantar Studi Islam Cetakan III, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2005.

Aziz, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Ed. Rev. Cet. 2 Jakarta: Kencana, 2009. Bachtiar, Wardi, Metodologi Pengertian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997. Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemah Indonesia, Jakarta: Sari Agung,

2002.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Enslikopedia Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1991.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2000.

Effendy, Onong Uchjana, Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikologis, Bandung: Rosdakarya, 2006.

Effendy, Onong Uchyana, Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.

Eriyanto, Analisis Wacana, Yogyakarta: LKIS, 2001.

Fairclough, Norman, Media Dislosure, London: Edward Arnold, 1995.

Helmy, Masdar, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Semarang: Toha Putra, 1973.

Kahfi, Jamaludin, Psikologi Dakwah, Surabaya: Indah, 1997.

Martono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Munir, Abdul Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episode M. Natsir & Azhar Basyir, Yogyakarta: Sipress, 1996.

Munir, Muhammad & Ilaihi, Wahyu, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006.

Nazir, Muchammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Aksara, 1989.

Rakhmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Soeharto, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.


(6)

105

Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.