makalah korupsi dilingkungan keluarga

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat nasional maupun internasional. Korupsi sering dikaitkan dengan politik,
juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan internasional,
kesejahteraan sosial, dan pembangunan nasional.
Faktor internal penyebab korupsi dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah
faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal
terdiri aspek moral, aspek sikap atau perilaku dan aspek sosial. Faktor eksternal terdiri
dari aspek ekonomi, aspek politis, aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum dan
lemahnya penegakkan hukum, serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat
kurang mendukung perilaku anti korupsi.
Korupsi tidak hanya berdampak terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi
menimbulkan efek domino yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara.
Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat, khususnya dalam sisi
ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Pada keadaan ini,
inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih banyak kebijakan
namum disertai dengan maraknya praktek korupsi, bukannya memberikan nilai positif
yang semakin tertata, namun memberikan efek negatif bagi perekonomian secara
umum.

Salah satu upaya jangka panjang yang terbaik mengatasi korupsi adalah dengan
memberikan pendidikan anti korupsi dini kepada kalangan generasi muda sekarang
khususnya mahasiswa di Perguruan Tinggi. Karena mahasiswa adalah generasi
penerus yang akan menggantikan kedudukan para penjabat terdahulu. Juga karena
generasi muda sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi, kita
lebih mudah mendidik dan mempengaruhi generasi muda supaya tidak melakukan
tindak pidana korupsi sebelum mereka lebih dulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi
dari generasi pendahulunya.
Korupsi tidak hanya terjadi di lingkungan kerja namun juga terjadi didalam
lingkungan keluarga. Berbagai macam bentuk korupsi tanpa disadari sering dilakukan
anggota keluarga baik ayah, ibu maupun seorang anak. Pemahaman korupsi harus
dibenarkan mulai dari lingkungan keluarga dan dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai bentuk gerakan anti korupsi di lingkungan keluarga.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?
2. Apa saja bentuk gerakan anti korupsi di lingkungan keluarga?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian korupsi.

2. Mengetahui bentuk gerakan anti korupsi di lingkungan keluarga.


BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian korupsi
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini
Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan
jabatan guna mengeduk keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Korupsi
menurut Huntington adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari normanorma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam
rangka memenuhi kepentingan pribadi. Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan
perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai
macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono memberi batasan korupsi sebagai tingkah
laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan
pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala
salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus
terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan

kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata)
untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam
Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan
korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya
agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.
Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa juga
termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari
pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada
keluarganya atau partainya/kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai
hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan
yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah
tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi
dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.
B. Bentuk gerakan anti korupsi di lingkungan keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini
adalah tingkat ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi

dari dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas.

Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang
diawali dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota
keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan berkumpul, maka
pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di dalam keluarga
seringkali menjadi bias.
Bagaimana mungkin seorang anak berani menegur ayahnya ketika sang ayah
kerap kali melanggar peraturan lalu lintas? Apakah anak berani untuk bertanya
tentang asal usul penghasilan orang tuanya? Apakah anak memiliki keberanian untuk
menegur anggota keluarga yang lain karena menggunakan barang-barang bajakan?
Nilai-nilai yang ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya bermula dari lingkungan
keluarga dan pada kenyataannya nilai-nilai tersebut akan terbawa selama hidupnya.
Jadi, ketika seorang mahasiswa berhasil melewati masa yang sulit ini, maka dapat
diharapkan ketika terjun ke masyarakat mahasiswa tersebut akan selamat melewati
berbagai rintangan yang mengarah kepada tindak korupsi. Paling tidak, ada satu orang
generasi muda yang tidak tergiur untuk melakukan tindak korupsi. Jika Pendidikan
Anti Korupsi diikuti oleh banyak Perguruan Tinggi, maka akan diperoleh cukup
banyak generasi muda yang dapat menjadi benteng anti korupsi di Indonesia.

Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas. Terampasnya hak orang lain merupakan cikal bakal dari tindakan korupsi.
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Kegiatan tersebut dapat berupa melakukan pengamatan terhadap
perilaku keseharian anggota keluarga, misalnya:
1. Apakah dalam mengendarai kendaraan bermotor bersama ayahnya atau
anggota keluarga yang lain, peraturan lalin dipatuhi?
Misalnya
: tidak berbelok/berputar di tempat dimana ada tanda larangan
berbelok/berputar, tidak menghentikan kendaraan melewati batas marka jalan
tanda berhenti disaat lampu lalu lintas berwarna merah, tidak
memarkir/menghentikan kendaraan di tempat dimana terdapat tanda dilarang
parkir/berhenti, dan lainnya.
2. Apakah ketika berboncengan motor bersama kakaknya atau anggota keluarga
lainnya, tidak menjalankan motornya di atas pedestrian dan mengambil hak
pejalan kaki? Tidak mengendarai motor berlawanan arah? Tidak mengendarai
motor melebihi kapasitas (misalnya satu motor berpenumpang 3 atau bahkan 4
orang).

3. Apakah penghasilan orang tua tidak berasal dari tindak korupsi? Apakah orang
tua tidak menyalahgunakan fasilitas kantor yang menjadi haknya.
4. Apakah ada diantara anggota keluarga yang menggunakan produk-produk
bajakan (lagu, film, software, tas, sepatu)
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan anti korupsi dini sebagai langkah awal terhadap penanganan kasus
korupsi yang bermula dari diri sendiri dan diharapkan berimplikasi terhadap
kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam jangka panjang,
pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan bebas dari KKN serta mampu melaksanakan Undang-Undang Dasar ’45
demi terwujudnya good goverment.
Pendidikan anti korupsi dini diharapkan mampu memberikan pola pikir baru
terhadap generasi muda dalam mewujudkan negara yang bebas dari KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme). Pedidikan merupakan salah satu tonggak kehidupan
masyarakat demokrasi yang madani, sudah sepantasnya mempunyai andil dalam hal
pencegahan korupsi. Salah satu yang bisa menjadi gagasan baik dalam kasus korupsi
ini adalah penerapan anti korupsi dalam pendidikan karakter bangsa di Indonesia,

khususnya ditujukan bagi mahasiswa. Karena pada dasarnya mereka adalah agen
perubahan bangsa dalam perjalanan sejarah bangsa.
B. Saran
Dengan kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat,
dan idealisme yang murni terlah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran
penting dalam sejarah perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar
perjalanan bangsa ini telah terbukti mahasiswa berperan penting sebagai agen
perubahan (agent of change).

DAFTAR PUSTAKA

Indah wahyu utami : http://library.stmikdb.ac.id/files/disk1/1/--indahwahyu-46-1--indahwi.pdf
http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html (24/11/2014)
http://nurulayuislam.blogspot.com/2014/01/budaya-korupsi-di-indonesia.html
Razib, Rizal : 2013. Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia;
Internalisasi Tiga Ajaran Ki Hajar Dewantara.http://rizalrazib.blogspot.com/2011/11/peranpemuda-dalampemberantasan.html
Khoiri, Mishad : 2013. Pendidikan Anti
Korupsi.http://kualitaindonesia.blogspot.com/2012/03/pendidikan-antikorupsi.html
http://ridwanmuslim.wordpress.com/2013/04/03/makalah-korupsi-indonesia/
Rizani, Ahmad. 2013. Peran serta Pemuda sebagai Agen Pemberantasan

Korupsi.http://kompasiana.com/post/hukum/2011/01/29/peran-sertapemuda-sebagai-agenpemberantasan-korupsi/
http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/upaya-pemberantasan-korupsi-di.html
(diakses tanggal 24 November 2014 )