INDIKASI DAN TITIK RAWAN KORUPSI-KOLUSI-NEPOTISME DILINGKUNGAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI2002

INDIKASI DAN TITIK RAWAN
KORUPSI - KOLUSI - NEPOTISME
DILINGKUNGAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI

;; 

DEPARTEMEN KESEHATAN RI
INSPEKTORATJENDERAL
JAKARTA
2002

KATA PENGANTAR  

Dengan  mengucap  syukur  kepada  Tuhan  Yang  Maha  Kuasa,  Inspektorat 
Jenderal  Depkes  dapat  menyusun  dan  menyajikan  Indikator  dan  Titik  rawan 
terjadinya Korupsi,  Kolusi  dan Nepotisme dilingkungan Departemen Kesehatan . 
Buku  ini  dimaksudkan  untuk  memberikan  kemudahan  kepada  Kepala  Satuan 
Kerja  dan  Pemimpin  Proyek  sebagai  penanggungjawab  kegiatan,  baik  yang 
menyangkut  fisik,  keuangan  serta  tugas  pokok  dan  fungsi  dari  entitas  masingmasing. 
Untuk menyelenggarakan pemerintahan yang  bersih,  bebas Korupsi,  Kolusi dan 

Nepotisme  (KKN)  perl'u  diidentifikasi  aspek­aspek  dan  tahap­tahap  terjadinya 
KKN  untuk dapat diantisipasi pencegahannya . 
Pencegahan  dan  pemberantasan  KKN  merupakan  tanggungjawab  bersama 
seluruh  lapisan  masyarakat,  namun  setidaknya  sebagai  aparatur  pemerintah 
harus  mampu,  mau  dan  berani  memulai  tangkah­Iangkah  konstruktif  dalam 
rangka  pencegahan  dan  pemberantasan  KKN  dilingkungan  Oepartemen 
Keseha,tan. 
Diharapkan  buku  ini  dapat  membantu  dalam  melaksanakan  pengendalian 
manajemen  dalam  rangka  pelaksanaan  Pengawasan  Melekat  di  semua  Unit 
dilingkungan Oepkes. 
Meskipun  upaya  maksimal  telah  dilaksanakan  dalam  penyusunan  buku  ini, 
namun  kekurangan  tetap  tidak dapat dihindari.  Untuk itu  masukan  positif tetap 
diharapkan dari  semua pihak dalam rangka penyempurnaan buku panduan ini. 
Pada  kesempatan  ini  saya  mengucapkan  terima  kasih  dan  penghargaan  yang 
setinggi­tingginya  kepada  Tim  Penyusun  yang  telah  bekerja  dengan  sungguhsungguh sehingga berhasil menyusun buku panduan ini. 
Semoga bermanfaat. 



.' ."  ,  .... Ora. G kオセキ。イエゥョ@


Lセ@

.. 

... /"

M.  Suhel 

''':'''''/ '1/ ; '." . NIP.  140048613 
.........,  . ­ ..セN@ _.'  .-

DAFTAR  151  

Bab


"

'" 



IV 

Halaman 
PENDAHULUAN 

1

A. 

Latar  Belakang 

1

B. 

Tujuan 

C. 


Ruang  Lir.gkup 

D. 

Batasan 

2
3
3

PENCEGAHAN  KORUPSI,  KOLUSI, DAN  NEPOTISME 

5

A. 

1. Persepsi  Masyarakat 

5

5

2.  Penyebab  KKN 



B. 

UPAYA  PENCEGAHAN  KKN 



C. 

MENUJU  CLEAN  GOVERNANCE 

D. 

LANGKAH  REFORMASI  MENUNJU  CLEAN  GOVERNANCE 


INDIKASI  PRAKTEK  KKN 

11
12

INDIKASI  DAN  TITIK  RAWAN  KKN 

13

A. 

ASPEK  PERLENGKAPAN 

13

B.

ASPEK  KEUANGAN 

C.


ASPEK  KEPEGAWAIAN 

D. 

ASPEK  TUGAS  POKOK  DAN  FUNGSI 

21
25
29

PENUTUP 

33

REFRENSI  UMUM  KKN 

34

REFERENSI  KHUSUS 


37 

1. Aspek  Perlengkapan 

37 

2.  Aspek  Keuangan 

39

3.  Aspek  Kepegawaian 

44

4.  Aspek  Tupoksi 

46

LAMPIRAN ­ LAMPIRAN 

1. Lampiran  1

49

4. Lampiran  4 

49
60
51
52

5. Lampiran  5

53

G. Lampiran  G

64

2. Lampiran  2

3. Lampiran  3

11 

,  

BABI 
PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 
Pembangunan  nasional  merupakan  usaha  peningkatan  kualitas  manusia  dan 
masyarakat  Indonesia  yan9  dilakukan  secara  berkelanjutan.  berlandaskan 
kemampuan  nasional  dengan  memanfaatkan  kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan 
teknologi serta memperhatikan tantangan  perkembangan global. 
Pelaksanaan  pembangunan  nasiqnal, perlu  mengacu  pada  kepribadian  bangsa 
dan  nilai  luhur  yang  universal  untuk  mewujudkan  kehidupan  bangsa  yang 
berdaulat.  mandiri.  berkeadilan.  sejahtera.  maju  dan  kukuh  kekuatan  moral  dan 
etikanya. 
Karena  itu  reformasi  disegala  bidang  di,lakukan  untuk  membangkitkan  kembali 
dan  memperteguh  kepercayaan  diri  atas  kemampuan  bangsa  inidalam 

melakukan  langkah­Iangkah  penyelamatan,  pemulihan,  pemantapan  dan 
pengembangan pembangunan dengan paradigma baru Indonesia masa depan. 
Pencapaian  tujuan  pembangunan  yang  merata  dan  berkeadilan  harus  disusun 
konsepsi  penyelenggaraan  negara  secara  menyeluruh,  untuk  membangun 
tatanan  kehidupan  bermasyarakat,  berbangsa  dan  bemegara  serta  mewujudkan 
kemajuan di segala bidang . 
T ekad  untuk  meberantas  segala  bentuk  penyelewengan  sesuai  tuntutan 
reformasi,  seperti  korupsi,  kolusi  dan  nepotisme  perlu  diikuti  dengan  langkahlangkah nyata dan kesungguhan dari para penyelenggara kegiatan pada se'l uruh
lini administrasi pemerintahan, mulai dari tingkat teratas sampai dengan tingkat
yang bawah.
Untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang bersih perlu adanya
pengawasan. karena pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen
dalam rangka menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan dan
rencana yang tel:a h ditetapkan serta untuk menjamin balhwa tujuan dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
Pengawasan merupakan bagian yang paralel dan integral dengan upaya
orQ'anisasi dalam mencapai tujuannya, sehingga secara efektif dapat
memberikan daya ungkit terhadap terselenggaranya manajemen pemerintahan
yang baik.
Sistem pengawasan yang dilaksanakan harus mampu menjawab seluruh
tuntutan masyarakat, termasuk pencegahan terhadap terjadinya Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme.
Untuk meningkatkan kualitas hasil pengawasan khususnya terhadap
pelaksanaan program-program kesehatan, maka perlu adanya kebijakan dan
strategi pengawasan yang efektif, karena hasil pengawasan diharapkan dapat

1

memberikan  kontribusi  bagi  terselenggaranya  manajemen  pemerintahan  yang 
baik,  terwujudnya  akuntabil,itas  publik  oleh  Pemerintah,  terciptanya  aparatur 
pemerintah  yang  bersih  dan  bertanggungjawab  serta  terwujudnya  sinergi 
pengawasan di lingkungan Pemerintah. 
Inspeictorat  Jenderal  Oepkes  sebagai  Aparat  Pengawasan  Intern  Pemerintah 
(  APIP  )  perlu  tanggap  mengantisipasi  perkembangan  di masyarakat dewasa  ini. 
dengan  melaksanakan  pengawasan  secara  optimal  baik  pengawasan  langsung 
maupun  pengawasan  tidak  langsung.  sehingga  pada  gilirannya  hasil 
pengawasan  dapat  memberikan  kontribusi  mewujudkan  aparat  yang  bersih  dan 
bebas  Korupsi,  Kolusi  dan  Nepotisme  (  Clean  Governance  )  di  lingkungan 
Departemen Kesehatan  RI. 
Pelaksanaan  pengawasan  fungsional  Inspektorat  Jenderal  Oepkes  diarahkan 
pada  bidang­bidang  strategis  yang  secara  operasional  difokuskan  pada 
kegiatan­kegiatan  yang  dapat  memberikan  masukan  yang  lebih  bermakna  bagi 
menyusun 
akuntabilitas 
Pimpinan 
Departemen 
dalam 
rangka 
(pertanggungjawaban)  keberhasilan/kegagalan  pelaksanaan  visi  dan  misi 
Departemen dalam mencapai tujuan dan sasaran Indonesia Sehat 2010. 
Sejalan  kebijakan  Pemerintah,  dalam  rangka  ikut  menciptakan  Pemerintahan 
yang  bersih  dan be bas  KKN,  Inspeictorat Jenderal  Oepkes  berupaya  menyusun  , 
indikator  dan  kegiatan­kegiatan  kritis  yang  mengarah  terjadinya  KKN,  dengan 
harapan  dapat  dipergunakan  sebagai  panduan  (  Guidance  )  oleh  para 
pengendali dan pel,aksana  program di lingkungan Departemen Kesehatan. 

B.   Tujuan 
Tujuan  disusunnya buku ini adalah  : 
a.   Untuk  memberikan  panduan  kepada  para  pengendali  dan  pelaksana 
program,  proyek  dan  kegiatan  di  lingkungan  Oepkes,  agar dapat melakukan 
pengendalian  dan  pengawasan  ter,h adap  seluruh  kegiatan  dalam  upaya  ikut 
mewujudkan Aparatur yang bersih bebas KKN. 
b.   Sebagai  sarana  untuk  melakukan  perubahan  terus­menerus,  konsisten  serta 
berkelanjutan  dalam  rangka  meningkatkan  kinerja  aparatur yang  berorientasi 
pada  pelaksanaan  pemerintahan  yang  bersih  dan  bebas  KKN  (  Clean 
Governance ). 
c.   Untuk  menyamakan  persepsi  daJam  menilai  penyimpangan  dan  memberikan 
pemahaman terhadap pencegahan terjadinya  KKN di lingkungan Oepartemen 
Kesehatan. 

2

c.  Ruang lingkup 
Berbagai  upaya  telah  dilakukan  untuk  mencegah  praktek  KKN,  antara  lain 
dengan  dikeluarkannya  TAP.  MPR  No.xIlMPRl1998  dan  Undang­Undang 
No.28  tahun  1999  tentang  Penyelenggara  Negara  yang  bersih  dan  bebas 
KorupS'i,  Kolusi dan Nepotisme. 
Dewasa  ini  kesempatan  mengungkapkan  adanya  praktek­praktek  KKN  lebih 
terbuka,  sehingga  upaya  untuk  melakukan  pencegahan  terjadinya  KKN 
memperoleh momentum yang baik. 
Buku  ini  memberikan  gambaran  yang  lebih  konkrit  mengenai  pencegahan 
KKN,  dengan  memaparkan  indikator  dan  titik  rawan  kegiatan­kegiatan  yang 
memungkinkan terjadinya KKN. 

D.  Batasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 

1. Korupsi:
Setiap  orang  yang  secara  melawan  hukum  melakukan  perbuatan 
memperkaya  diri  sendiri  atau  orang  lain,  atau  suatu  korporasi  yang  dapat 
merugikan  Keuangan Negara atau  Perekonomian Negara. 
Setiap orang  yang  dengan tujuan  menguntungkan diri atau orang lain atau 
suatu  korporasi,  menyalahgunakan  kewenangan,  kesempatan  atau 
sarana  yang  ada  padanya  karena  jabatan atau  kedudukannya  yang dapat 
merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara. 

2. Kolusi:
Kolusi  adalah  permufakatan  atau  kerja  sarna  secara  melawan  hOKum 
antar  Penyelenggara  Negara  atau  antara  Penyelenggara  Negara  dan 
pihak lain yang merugikan orang lain. masyarakat dan atau Negara. 
Pihak­pihak yang dirugikan karena  praktek Kolusi  bisa siapa'saja, seperti  : 
Negara,  Masyarakat,  Lembaga  Pemerintah/Swasta,  bahkan  bisa 
perorangan.  Kolusi  bisa  mengarah  pada  korupsi  jika  kerja  sama  atau 
perjanjian  saling  pengertian  yang  terjadi  akan  mengakibatkan  kerugian 
terhadap  kepentingan  Negara  dankesejahteraan  masyarakat  untuk 
kepentingan dan keuntungan pihak­pihak yang bersekongkol. 
3. Nepotisme

Nepotisme  adaJah  setiap  perbuatan  Penyelenggara  Negara  secara· 
melawan hukum yang  menguntungkan  kepentingan  keluarganya dan atau 
kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. 

3

Salah  satu  contoh  bentuk  nepotisme  adalah  Kecenderungan 
mengutamakan  sanak  famili  sendiri  atau  kroninya  untuk  duduk  dalam 
jabatan  dan  posisi  yang  menguntungkan tanpa  memandang  kompetensi, 
kemampuan dan profesionalisme yang dimiliki. 

4  

BABII  
PENCEGAHAN KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME  

A.   Praktek korupsi,  kolusi, nepotisme 
1.   Persepsi masyarakat terhadap KKN 
Dalam  rangka  penyelamatan  dan  normalisasi  kehidupan  nasional  sesuai 
dengan  tuntUll:.:1  reformasi  diperlukan  kesamaan  visi,  persepsi  dan  misi 
dari seluruh penyelenggara negara dan masyarakat. 
Kesamaan  visit  persepsi  dan  misi  tersebut harus sejalan  dengan tuntutan 
hati  nurani  rakyat yang  menghendaki terwujudnya Penyelenggara Negara 
yang  mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh­sungguh, 
penuh  rasa  tanggungjawab  yang  dilaksanakan  secara  efektif,  efisien 
babas  dari  korupsi,  kolusi  dan  nepotisme sebagaimana  diamanatkan olah 
TAP.  MPR· No.xIlMPRl1998  dan  Undang­Undang  No.  28  tahun  1999 
tentang  Penyelenggara  Negara  yang  Bersih  dan  Bebas  Korupsi,  Kolusi 
dan Nepotisme. 
Secara ·  sederhana  KKN  dapat  diartikan  sebagai  penyalahgunaan 
kekuasaan.  untuk  kepentingan  pribadi,  yang  jelas  KKN  adalah  bentuk 
penyimpangan  dan  standar  atau  norma,  yang  tidak  dapat  diterima  oleh 
masyarakat. 
Bidang  kegiatan  yang  rawan  terjadi  prakte'k­praktek  KKN  secara  umum 
adalah sebagai berikut : 
a.   Pengadaan barang dan jasa. 
b.   Pembangunan konstruksi dan bangunan. 
c.   Pengalihan tanah dan aset (ruilslag ). 
d.   Perijinan. 
e.   Penunjukan,Pengangkatan dan panempatan pejabat atau  pegawai. 
f. Penerimaan Pegawai. 
g.   Masalah hukum dan peradilan. 
h.   Masalah­masalah pelanggaran  lalu­lintas. 
I.   Bidang keimigrasian. 
j.   Pengelolaan keuangan (pengeluaran fiktif). 
k.   Penetapan  kebijakan  operasional  yang  tidak  sesuai  dengan  kebijakan 
yang lebih tinggi. 

5

2.  Penyebab terjadinya KKN 
Beberapa  faktor  yang  menjadi  penyebab  terjadinya  KKN  adalah  sebagai 
berikut: 
a.   Faktor  rendahnya  Keimanan  dan  Ketaqwaan  Kepada  Tuhan  Yang 
Maha Esa. 
Seeara  sekilas  jenis  perbuatan  yang  meneerminkan  lemahnya 
Keimanan dan Ketaqwaan  Kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah : 
1).   Menggunakan  dan  atau  memanipulasi  dana  milik  dinas  yang 
menjadi  tanggungjawabnya  untuk kepentingan  pribadi/diri  sendiri 
dan keluarga. 
2).  Berpura­pura  bersikap  jujur  dan  taat  beragama  untuk  menutupi 
perbuatan jahatnya. 
3).  Mengkomersilkan  jabatan,  tugas  dan  tunggungjwabnya  untuk 
memperkaya diri sendiri. 
b.   Faktor Rapuhnya Keteladanan Aparatur Pemerintah. 
Tindakan  yang  meneerminkankan  rapuhnya  Ketelc:danan  Aparatur 
Pemerintah, antara lain: 
1). Merasa .ingin dilayani bukan melayani. 
2).  Merasa  yang  paling  tahu  dan  berkuasa  sehingga  hanya  dapat 
memerintah tanpa mau tahu bagaimana proses yang terjadi. 
3).  Sulit  dan  atau  tidak  pernah  mau  menerima  pendapat  orang  lain, 
karena merasa dialah yang paling benar. 
4).  Mengukur  keberhasilan  dan  tingginya  status  sosial  dari  kekuasaan 
dan materi yang dimiliki. 
5).  Pola hidup yang terkesan mewah,  konsumtif dan boros. 
c.   Faktor lemahnya pengawasan dan pengendalian. 
Ketidak  berdayaan  pengawasan  baik  pengawasan  melekat  maupun  
pengawasan  fungsional  dapat  berakibat  terhadap  terjadinya  praktek- 
praktek  KKN,  dilingkungan  Instansi  Pemerintah,  antara  lain  sebagai  
berikut :  
1). Situasi lingkungan kerja yang eenderung komersil.  
2). Timbulnya tempat kerja yang basah dan kering.  
3).  Kebiasaan  masyarakat memberl tips (uang jasa, peliein, sogok dan  
sejenisnya) untuk memperlanear sesuatu urusan . 
4). Adanya  kerjasama  antara  atasan  dan  bawahan  untuk 
mengkomersilkan pekerjaan. 

6

5).  Merekayasa laporan keuangan  berupa laporan fiktif.  
6).  Rendahnya disiplin dan moral pegawai.  
d.   Faktor  peningkatan  biaya  hidup  dan  penghasilan  yang  relatif  kurang 
memadai. 
Suatu  contoh  dampak  negatif  dari  tekanan  biaya  hidup  tinggi  dan 
penghasilan kurang  memadai adalah : 
1). Rekapitulasi  hasil  penanganan  perkara  korupsi  dari tahun  ke  tahun 
secara  kuantitas  lebih  banyak  dilakukan oleh  pejabat tingkat bawah 
(lower  manager)  baru  kemudian  pejabat tingkat  menengah  (middle 
manager) dan pejabat tingkat atas (top manager). 
2). Secara  struktural  jumlah  pejabat  tingkat  bawah  lebih  banyak 
dibandingkan  pejabat  tingkat  menengah  dan  pejabat  tingkat  atas 
Karena  itu  secara  teknis  operasional  pejabat  tingkat  bawah  lebih 
banyak melayani masyarakat. 
e.   Faktor pergeseran  tata nilai kehidupan sosial . 
Beberapa  contoh­.. . nyata  dan  pergeseran  tata  nilai  kehidupan  sosial. 
yakni: 
1). Timbulnya  sikap  mementingkan  diri  sendiri  tanpa  mempedulikan 
kepentingan orang lain. 
2). Pamrih  ­tsme  lebih  suka  uang  (dibayar)  dari  pada  diberi 
penghargaan atas ucapan terima kasih. 
3). Lunturnya kesetikawanan sosial dan kepedulian terhadap sesama. 
4). Sanggup mengorbankan harga din untuk tujuan materi. 
5). Rendahnya  kadar  kesadaran  hukum  masyarakat  dalam 
melaksanakan  hak  dan  kewajibannya  sebagai  individu  warga 
masyarakat dan warga  negara. 
6). Kecenderungan  memilih  konfliklbertindak  sendiri  dari  pada 
diselesaikan melalui saluran hukum. 
7). Perbuatan dekadensi moral semak'in kompleks. 
8). Banyak oknum masyarakat yang  suka memben  uang (sogok.  suap) 
untuk  menyelesaikan  suatu  masalah  I kepentingan  ­kepentingan 
tertentu yang menguntungkan. 
9). Ada  istilah  sehari­hari  dimasyarakat  kasih  uang  habis  perkara 
(KUHP)  dan  ujung­ujungnya  duit  (UUO)  yang  justru 
mendiskreditkan citra aparatur pemerintah dimata masyarakat. 



5).  Merekayasa laporan keuangan  berupa laporan fiktif.  
6).  Rendahnya disiplin dan moral pegawai.  
d.   Faktor  peningkatan  biaya  hidup  dan  penghasilan  yang  relatif  kurang 
memadai. 
Suatu  contoh  dampak  negatif  dari  tekanan  biaya  hidup  tinggi  dan 
penghasilan kurang  memadai adalah  : 
1). Rekapitulasi  hasil  penanganan  perkara  korupsi  dari tahun  ke  tahun 
secara  kuantitas  lebih  banyak dilakukan  oleh  pejabat tingkat bawah 
(lower  manager)  baru  kemudian  pejabat tingkat  menengah  (middle 
manager) dan pejabat tingkat atas (top manager). 
2). Secara  struktural  jumlah  pejabat  tingkat  bawah  lebih  banyak 
dibandingkan  pejabat  tingkat  menengah  dan  pejabat  tingkat  atas 
Karena  itu  secara  teknis  operasional  pejabat  tingkat  bawah  lebih 
banyak melayani masyarakat. 
e.   Faktor pergeseran  tata nilai kehidupan sosial . 
8eberapa  contoh  nyata  dari  pergeseran  tata  nilaL kehidupan  sosial, 
yakni: 
1). Timbulnya  sikap  mementingkan  din  sendin  tanpa  mempedulikan 
kepentingan orang lain. 
2). Pamrih  ­tsme  lebih  suka  uang  (dibayar)  dari  pada  diberi 
penghargaan atas ucapan terima kasih. 
3). Luntumya kesetikawanan sosial dan kepedulian terhadap sesama. 
4). Sanggup mengorbankan harga diri untuk tujuan materi. 
5). Rendahnya  kadar  kesadaran  hukum  m asyara kat  dalam 
melaksanakan  hak  dan  kewajibannya  sebagai  individu  wa rga 
masyarakat dan warga negara. 
6). Kecenderungan  memilih  konflik/bertindak  sendiri  dari  pada 
diselesaikan melalui saluran hukum. 
7). Perbuatan dekadensi moral semakin kompleks. 
8). Banyak oknum  masyarakat yang  suka  memberi  uang  (sogok, suap) 
untuk  menyelesaikan  suatu  masalah  I kepentingan  ­kepentingan 
tertentu yang menguntungkan. 
9). Ada  istilah  sehari­hari  dimasyarakat  kasih  uang  habis  perkara 
(KUHP)  dan  ujung­ujungnya  duit  (UUD)  yang  justru 
mendiskreditkan citra aparatur pemerintah dimata masyarakat. 

7

B. 

Upaya pencegahan dan pemberantasan KKN 

Memperhatikan  kompleksnya  persoaJan  yang  dapat  menimbulkan 
perbuatan  korupsi  dan  melibatkan  lingkungan  sosial  yang  luas  ,  maka 
pemberantasan  nya  hanya  dapat dilakukan  melaJui  front  bersama  dan  total 
oleh  semua  komponen  bangsa  ,  jajaran  pemerintah  dan  masyarakat  baik 
pada  tingkat  preventif  (perumusan  dan  penerapan  aturan  dan  sistem 
penyuluhan  •  pendidikan  dan  lain  sebagainya)  detektif  (mengidentifikasi 
mengaudit) maupun represif (proses hukum) disemua bidang. 


Prioritas  diarahkan  pad a  bidang­bidang  yang  rawan  korupsi  •  kolusi  dan 
nepotisme  dan  penutupan  pintu­pintunyang  memberi  peluang  pad a  pelaku 
untuk merealisasikan niat jahatnya. 
Pad a  tingkat  organisasi  Departemen  ,  pengandalian  manajemen  diperkuat 
dengan  mengefektifkan  daya  kerja  simpul­simpul  kendali  dari  seluruh 
unsurnya,  dikelola  secara  transparan  dengan  manajemen  terbuka  dan 
memungkinkan  masyarakat  memperoleh  akses  terhadap  informasi  dari 
pelaksanaan  kegiatan  tugas  pokoknya.  Pembenahan  sistemhukum  dengan 
sanksi  hukum  yang  adil,  tegas  dan  tak  pandang  bulu,  penerapan  etika 
organisasi  yang  mengikat  dan  dipatuhi  dengan  budaya  kerja  yang  sehat  • 
serta kepemimpinan yang dipilih secara demokratis. 
Lingkungan  sosial  yang  bersih  akan  tercipta  dalam  masyarakat  yang 
sejahtera  dan  lahir batin.  Untuk ini  pembangunan yang  berkelanjutan  tetap 
harus  dilangsungkan  dengan  tingkat  pengendalian  yang  lebih  intensif 
dengan  mengutamakan  pemerataan  dan  keadilan  sosial  bagi  seluruh 
rakyat. 
Pembangunan  Pendidikan  termasuk  pendidikan  agama  dan  moral.  akan 
menyadarkan  masyarakat untuk menentang perilaku  korupsi. MeJa.lui  sistem 
politik  yang  demokratis  keterlibatan  masyarakat  sebagai  kekuatan  kontrol 
sosial akan meningkat. 
Keterlibatan  semua  komponen  bangsa  dalam  upaya  pemberantasan  ini 
secara  perlahan  akan  mempersempit  kesempatan  berbuat  korupsi  •  dan 
para  aktor/pelaku  akan  merasa  terkunci  dan  terasing.  Usaha  bersama  inj 
akan  lebih  efektif jika  dikoordinasi'kan  oleh  suatu  badan  seniacam  Badan 
Anti  Korupsi  yang  mampu  mengkoordinasikan  dan  memperdayakan semua 
kegiatan pemberantasan korupsi. 
Sikap  kritis  masyarakat  luas  terhadap  KKN  dalam  era  reformasi  sekarang 
Inl 
dapat  menjadi  modal  dalam  mengambangkan  upaya­upaya 
pemberantasan. 

8

Untuk  dapat  mencegah  apalagi  memberantas  KKN  jelas  tidak  mudah 
apalagi  merubah  tatanan  yang  salah  yang  sudah  bertahun­tahun  dianggap 
benara karena dilegalisir oleh  kebijakan­kebijakan yang bersifat politis. 
Dernikian  pula  di  Departemen  Kesehatan,  perlu  sikap  dan  kemauan  yang 
keras dari  pimpinan­pimpinan ditingkat Pusat maupun Daerah. 
Ada 3  (tiga) pemikiran yang kami ajukan dalam rangka  pencegahan KKN  : 
1.   Konsep bagaimana pernberantasan  korupsi. 
a.   Restrukturisasi birokrasi dan demokratisasi disemua elemen  Depkes. 
b.   Peningkatan  kesejahteraan  pegawai  dengan  imbalan  gaji  yang 
memadai. 
c.   Meningkatkan transparansi prosedur terutama pada unit­unit  
pelayanan.  
2.   Menumbuhkan  sikap  anti  korupsi  di  lingkungan  pegawai  diseluruh 
tingkatan. 
a.   Memasyarakatkan  tindakan­tindakan  yang  sudah  dianggap  dan 
dikategorikan KKN. 
b.   Penerapan sanksi yang  lugas dan konsisten. 
c.   Menciptakan  Pimpinan  yang  menjadi  panuta  (dengan  perilaku  yang 
baik sesuai dengan ajaran agama, moral dan etika). 
3.  Pengunaan anggaran yang efektif (jan efisien  : 
a.   Dana anggaran  harus digunakan  secara  efektif sesuai dengan tujuan 
dan  untuk  mencapai  sasaran  yang  telah  ditetapkan.  Harus  dicegah 
adanya  penyimpangan  yang  menyebabkan  sasaran  menjadi  tidak 
tercapai  ,  yang  dapat  mempengaruhi  pencapaian  sasaran  secara 
nasional. 
b.   Dana  anggaran  harus  digunakan  secara  efisien  dan  hemat  .  Kita 
harus  mencegah  terjadinya  kebocoran  dan  pemborosan  sekecil 
apapun  .  Kebiasaan­kebiasaan  pengeluaran  dana  yang  tidak  ada 
atau  kecil  manfaatnya  ,  seperti  untuk  upacara­upacara  ,  harus 
dihilangkan. 
Kegiatan  ­ kegiatan  yang  perlu  dilakukan  haruslah  sesederhana 
mungkin dan tidak berlebihan. 
c.   Penggunaan  dana  anggaran  transparan  dan  sepenuhnya  dapat 
dipertanggungjawabkan.  Pengadaan  ­pengadaan  harus  dilakukan 
secara  terbuka  dengan  prosedur  yang  adil  dan  berlaku  sarna  untuk 
semua  orang.  Harus  dicegah  cara­cara  yang  mengakibatkan 
terjadinya  praktek­praktek  monopoli  dan  KKN  ,  atau  yang  dapat 
menimbulkan  kecurigaan  masyarakat  bahwa  telah  atau  dapat terjadi 
KKN,  yang  disebabkan  oleh  prosedur  yang  tidak  transparan  atau 

9

penetapan  keputusan  pemenang  lelang  serta  pengadaan  yang  tidak 
jelas dasar pertimbangannya. 
d.  Anggaran  sejauh  mungkin  memanfaatkan  produksi  dalam  negeri, 
untuk  mendorong  kemajuan  ekonomi  dan  menghemat  devisa  serta 
dalam  upaya  membangun  kemandirian.  Pengadaan  pemerintah 
harus  pula  memberi  kesempatan  pada  usaha  kecil  dan  menengah, 
serta koperasi.  Ketentuan­ketentuan  tersebut tidak harus mengurangi 
atau  mengabaikan  prinsip  efesiensi  tetapi  justru  harus  dapat 
meningkatkannya. 
e.  Anggaran  yang  dapat  digunakan  adalah  anggaran  yang  tersedia. 
Para  pejabat  hendaknya  tidak  mengharapkan  atau  membuat 
program  diluar anggaran yang  ada.  Memang anggaran yang tersedia 
akan  dirasakan  sangat  kurang  dibandingkan  kebutuhan  namun  jika 
anggaran  yang  ada  itu  dapat  dimanfaatkan  dengan  baik,  hasilnya 
ada  cukup  baik  terhadap  upaya  pemeliharaan  ekonomi  kita  agar 
kondisinya  tidak  menjadi  lebih  buruk  dan  memuai  proses 
pertumbuhan kembali. 
f.  Aparatur  Aparatur  pemerintah  hendaknya  menjalankan  pelayanan 
pada  masyarakat  dengan  sebaik­baiknya  terutama  pelayanan 
kepada  dunia  usaha  agar  ditingkatkan  dengan  menghilangkan 
hambatan­harnbatan  birokrasi  serta  praktek­praktek KKN,  agar dunia 
usaha  dapat segera  bang kit  kern bali.  Saat  ini  rnerupakan  saat yang 
paling  tepat  untuk  memperbaiki  birokrasi  dan  citra  pernerintah 
dimasyarakat. 
g.  Karena  keterbatasan  anggaran  dan  prioritas  ­yang  harus  diberikan 
kepada  upaya  pernulihan  kernbali  perekonomian,  kita  belurn  dapat 
membangun  proyek­proyek  baru,  kecuali  proyek­proyek  yang  terkait 
dengan  Jaringan  Pengaman  Sosial  (JPS)  dan  upaya  pemberdayaan 
masyarakat.  Namun  proyek­proyek  yang  telah  dimulai  harus 
dilanjutkan  meskipun  harus  dilakukan  pertahapan  kemba'ii.  Yang 
teramat  penting  adalah  memelihara  aset­aset  dan  segala  yang  kita 
miliki sebagai  hasil  pembangunan  dimasa yang  la'iu. Oleh  karena  itu 
kegiatan  pemeliharaan  harus  diprioritaskan  agar fungsi  dan  kualitas 
aset­aset tersebut dapat terus dipertahankan. 
h.  Dalam  rangka  penghemat  devisa,  perjalanan' dinas  keluar  negeri 
oleh  para  pejabat  harus  diseleksi  seketat  mungkin  .  justru  dalam 
masa  reformasi  sekarang  ini,  perhatian  harus  lebih  ditujukan  pada 
masalah ­masalah dalam negeri dibidang masin­ masing. 

i.  Agar  para  pejabat  pernerintah  disemua  tingkatan  membantu 
menciptakan suasana tenang dan tenteram dalam masyarakat. 

10

C. 

Menuju Penyelenggaraan negara yang Bersih ( Clean Governance). 
Secara  sistematik dibutuhkan suatu  pengertian  yang  sama  untuk mengatasi 
KKN  dengan  memperhatikan  masukan  dari  masyarakat  bersama­sama 
diikuti oleh semua sektor pemerintahan termasuk Departemen Kesehatan. 
KKN  di  Indonesia sudah seperti  benang  kusut , oleh  karena  itu  harus diatasi 
bersama  disemua  bidang  kehidupan  dalam  tata  pemerintahan,  Swasta  dan 
masyarakat  dengan  pembentukan  PNYB  atau  Good  Governance  yang 
dicapai  melalui  serangkaian  reformasi  dengan  mengelemenir  sebab­sebab 
terjadlnya KKN  : 
1.   Mencipta kepemimpinan yang dapat menjadi teladan. 
2.   Meningkatkan  penghayatan  agama  dan  pengalamannya terutama  dalam 
moral dan etika. 
3.   Meningkatkanlperbaikan gaji Pegawai Negeri (Pemerintah). 
4.   Menegakan hukum tanpa pandang bulu. 
5.   Menciptakan  lingkungan  yang  kondusif  untuk  memberantas  korupsi 
yang  dimulai dari diri sendiri. 
6.   Memperbaiki  struktur  Pemerintahan  dengan  memotong  birokrasi  yang 
panjang yang  menjadi peluang  エ・セ。、ゥョケ@
KKN. 
7.   Reformasi bidang administrasi disamping hukum, pol'itik dan ekonomi. 
8eberapa  kendala  menuju PNYB (Good Governance) yang  dihadapi berupa 
hambatan dalam mengungkap kasus­kasus KKN. 
1   Pelaku  mempunyai  kualitas 
kedudukannya  .  Pelaku  pada 
pendidikan  dan  pengalaman 
kesempatan  untuk  mengelola 
korupsi. 

tetentu  baik  kemampuan  maupun 
umumnya  mempunyai  latar  belakang 
yang  baik,  sehingga  memperoleh 
suatu  proyek  dimana  ia  melakukan 

2   Modus  operandi  korupsi  umumnya  rumit  dan  dilakukan  dengan  rapih 
mengingat pelakunya  adalah  orang  yang  mempuanyai  kewenangan dan 
kesempatan. 
3   Kompleksitas kasus korupsi. 
Tindak  pidana  korupsi  dilakukan  dengan  melalui  proses  yang  cukup 
panjang.  Bebagai  prosedur yang  ada  telah  disamping  oleh  pelaku  yang 
semestinya  melaksanakan  prosedur  tersebut  .  Selain  itu  untuk 
menghitung  kerugian  yang  timbul  diperlukan  seorang  petugas  khusus 
yang  memiliki  keahlian.  Begitu  komplek  proses  atau  prosedur  yang 
dilewati  oleh  pelaku  sehingga  akibat  yang  ditimbulkannya  sering  tidak 
dirasakan dan baru beberapa lama setelah terjadi. 

11

4.  Kendala waktu. 
Terungkapnya  perkara  korupsi  tidaklah  bersifat  seketika  melainkan 
beberapa waktu I tahun kemudian. 
Hal ini  sering  memberi dampak kesulitan  mengumpulkan alat bukti, sullt 
menemukan  tersangkalsaksi  karena  sudah  pindah/pensiun  dan 
sebagainya  bahkan  juga  dalam  menghitung  jumlah  kerugian  yang 
diderita tidak diperoleh data yang akurat. 
Upaya pencegahan KKN dengan mempertimbangkan waktu adalah : 
a.   Perbaikan program  pemerintah. 
b.   Reorganisasi pemerintah/restrukturisasi birokrasi dan Administrasi. 
c.   Penerapan hukum. 
d.   Keikutsertaan masyarakal 
e.   Pembentukan Tim anti KKN. 

D.   Langkah  reformasi  menuju  Penyelenggara  Negara  Yang  Bersih  (Clean 
Governance) 
1.   Tiap  Unit Utama  Depkes mengidentifikasi  KKN  dengan  memperhatikan  3 
(tiga) pilar Good Governance (r.Jle of Law, transparancy , accountability). 
2.   Transparansi  prosedur  pengadaan  barang  jasa  serta  pelayanan  . 
masyarakat 
3.   Transparasi sistem pengembangan karier (carrier planning) . 
4.   Perbaikan gaji Pegawai Negeri Sipil. 
5.   Reorganisasl  Departemen  Kesehatan  dengan  mengutamakan  tata 
laksana  dan  simbul­simbul  hubungan  antara  uni,t  dengan  pihak  luar 
(Departemen Terkait). 
6.   Penyempurnaan Program­program Departemen Kesehatan. 
7.   Pengembangan konsep, monitoring dan evaluasi. 

12

BAB  III  

INDIKASI  DAN  TITIK  RAWAN  

A. ASPEK PERLENGKAPAN
1. Pengertian 
a.  Perlengkapan  atau  Barang  adalah  bend a  dalam  berbagai  bentuk 
dan  uraian  yang  meliputi  bahan  baku,  barang  setengah  jadi, 
barang  jadi,  peralatan,  yang  spesifikasinya  ditetapkan  oleh 
pengguna  barang  I jasa. 
b.  Pengadaan  Barang  I Jasa  adalah  usaha  atau  kegiatan  pengadaan 
barang I jasa  yang  diperlukan  oleh  Instansi  Pemerintah. 
c.  Panitia  Pengadaan  adalah  Panitia  Pelelangan  atau  Panitia 
Pemilihan  Langsung  atau  Panitia  Penunjukan  Langsung  yang 
ditugasi  untuk  melaksanakan  pengadaan  8arang I Jasa. 
d.  Jasa  Pemborongan  adalah  layanan  penanganan  pekerjaan 
bangunan  atau  konstruksi  atau  wujud  fisik  lainnya  yang 
perencanaan  teknis  dan  spesifikasinya  ditetapkan  pengguna 
barang  I jasa  dan  proses  serta  pelaksanaanya  diawasi  oleh 
pengguna  barang I jasa. 
e.  Pengguna  Baran'g  I Jasa  adalah  Kepala  Kantor I Satker I Pimpro  I
8agpro  I Pejabat  lainnya  yang  dilaksanakan  I ditunjuk  sebagai 
pemilik  pekerjaan  yang  memberi  tugas  kepada  Penyedia  Barang I
Jasa  untuk  melaksanakan  pekerjaan  tertentu  guna  memenuhi 
kebutuhan  barang I jasa  tertentu. 

f.  Penyedia  Barang  I Jasa  adalah  perusahaan  atau  mitra  kerja  yang 
melaksanakan  pengadaan  Barang  I Jasa  yang  terdiri  dari 
Kontraktor  pemasok.  konsultan,  usaha  kecil.  koperasi.  Perguruan 
Tinggi . dan  LSM. 
g.  Kontrak  adalah  perikatan  antara  Kepala  Kantor  I Satuan  Kerja  I
Pimpro  I Bagpro  sebagai  pengguna  Barang  I Jasa  dengan 
pemasok  atau  kontraktor  atau  konsultan  sebagai  penyedia  Barang 
I Jasa. 
h.   Usaha  Kecil  adalah  kegiatan  ekonomi  rakyak  yang  berskala  keeil 
dan  memenuhi  kriteria  yang  ditetapkan  dalam  UU  NO.9 I 1995,
tentang  Usaha  Keeil. termasuk  koperasi  skala  usaha  kecil. 
13 

I. 

Pelelangan  adalah  pengadaan  barang  I jasa  yang  dilakukan 
secara  terbuka  untuk  umum  dengan  pengumuman  secara  luas 
melalui  media  cetak  dan  papan  pengumuman  resmi  untuk 
penerangan  umum  serta  bilamana  dimungkinkan  melalui  media 
elektronik,  sehingga  masyarakat  luas  I dunia  usaha  yang  berminat 
dan  memenuhi  kualifikasi  dapat  mengikutinya. 

J. Pemilihan  Langsung  adalah  pengadaan  barang  I jasa  tanpa 
melalui  pelelangan  dan  hanya  diikuti  oleh  penyedia  barang  I jasa 
yang 
memenuhi 
syarat,  yang 
dilakukan 
dengan 
cara 
membandingkan  penawaran  dan  melakukan  negosiasi,  baik teknis 
maupun  harga  sehingga  diperoleh  harga  yang  wajar· dan  secara 
teknis  dapat  dipertanggungjawabkan. 
k.  Penunjukan  Langsung  adalah  pengadaan  barang  I jasa  dengan 
cara  menunjuk  langsung  kepada  1 (satu)  penyedia  barang I jasa. 
I.  Swakelola  adalah  pelaksanaan  pekerjaan  yang  direncanakan, 
dikerjakan  dan  diawasi  sendiri  dengan  menggunakan  tenaga 
sendin, atau  upah  borongan  tenaga. 

2.  Indikator  Praktek  KKN 

.-

a.  Sertifikasi  dan  Prakualifikasi 
Sertifikasi  meliputi  kegiatan  registrasi, klasifikasi, dan  kualifikasi. 
1). Registrasi  adalah  pencatatan  penyediaan  barang  I jasa  yang 
meliputi  klasifikasi.  kualifikasi  dan  data  administrasi,  keuangan, 
personalia, peralatan/perlengkapan  serta  pengalaman  kerja 
2).  Klasifikasi  adalah  penentuan  I kompetensi  usaha  penyediaan 
barang  I jasa  menurut  bidang,  sub  bidang  dan  khusus  untuk 
jasa  konsultasi  termasuk  lingkup  layanan. 
3).  Kualifikasi  adalah  penggolongan  penyedia  barang  I jasa  (kecil, 
menengah,  besar)  dan  penilaian  menurut  tingkat  kemampuan 
(KK),  kemampuan  paket  (KP).  dan  kemampuan  dasarnya  (KD) 
pada  masing  ­ masing  bidang,  sub  bidang  dan  untuk  jasa 
konsultasi  termasuk  lingkup  layanan. 

• 

Kegiatan  In!  dilakukan  oleh  Lembaga  Pengembangan  Jasa 
Konstruksi  (LPKJ)  atau  Kamar  Oagang  dan  Industri  (KAOIN) 
suatu  instansi  diluar  Departemen  Kesehatan. 

14 

Prakualifikasi 
dimaksudkan 
untuk  mengetahui 
kemampuan 
penyediaan  barang  I jasa  pada  saat  akan  mengikuti  pengadaan 
barang  I jasa.  Penyelenggaraan  prakualifikasi  dilaksanakan  oleh 
Panitia  Pengadaan  Barang  I Jasa  untuk  setiap  pengadaan  barang I
jasa  dengan  memperhatikan  data  yang  terdapat  pada  sertifikat 
dan  informasi  lainnya  yang  dikeluarkan  oleh  LPJK I KADIN. 
Kemampuan 
dan 
kejujuran 
Panitia 
Pengadaan"  sangat 
berpengaruh  terhadap  hasil  ­ hasil  penilaiannya  mengenai  lulus 
atau  tidaknya  prakualifikasi  para  calon  penyedia  barang  untuk 
setiap  paket  pengadaan  barang I jasa. 
Kegiatan  sertifikasi  dan  prakualifikasi  ini  perlu  memperoleh 
perhatian  yang  memadai  daripihak  pengguna  barang  I jasa 
mengingat  banyaknya  celah  ­ celah  yang  terbuka  bagi  pelaku 
tindak  KKN. 
b.   Arisan  Tender 
Kerjasama  sesama  Penyedia  Barang  I Jasa  seperti  model  "arisan" 
ini  merupakan  praktek  ­ praktek  KKN  yang  bukan  rahasia  lagi 
karena  patut  diduga  melibatkan  pengguna  barang  I jasa  atau 
setidak ­ tidaknya  Panitia  Pengadaan  Barang I Jasa. 
Sesama  Penyedia  Barang  I Jasa  yang  seharusnya  menjadi 
pesaing  dalam  penawaran  harga  in;  melakukan  praktek  arisan 
tender  karena  beberapa  hal, a.  I  : 
1)  Mudahnya  penyedia  barang  I jasa  memperoleh  sertifikasi  dan 
lulus  prakualifikasi  sesuai  dengan  paket  pengadaan  barang  I
jasa. 
2)   Data  peral&tan  penyediaan  barang  I jasa  yang  memenangkan 
pelelangan  bila  diteliti  dan  dijumlah  ulang  ternyata  tidak 
signifikan  dibandingkan  dengan  kondisi  nyata  wilayah  kerja 
setempat. 
3)  Kewajaran  jumlah  sumber  daya  manusia  peserta  pelelangan, 
terutama  tenaga  ahli  tidak  masuk  akal,  baik  secara  kualitas 
maupun  kuantitas. 
4)   Penyediaan  Barang  I Jasa  yang  memiliki  sertifikasi  dan  lulus 
prakualifikasi  ternyata  diantara  pengurusnya  terdapat  suatu 
hubungan,  baik  dari  segi  alamat.  domisili.  pemilik  perusahaan. 
pemegang  saham.  rekening  koran  bank,  maupun  klasifikasi 
perusahaannya. 

15 

c.   T atacara  Pengadaan  Barang I Jasa 
1)   Cara  pengadaan  barang  I jasa  dengan  memecah  ­ mecah 
pekerjaan  sehingga  dapat  diadakan  pengadaan  langsung. 
2)   Pelelangan  ditunda  ­ tunda  membuat  waktunya  terdesak, 
sehingga  harus  dilakukan  penunjukan  langsung. 
3)  Menggunakan  pemilihan  langsung  dalam  pengadaan  barang  I
jasa  dengan  alasan  barang  spesifik  dan  dari  Sales 
Representative  (bukan  agen  tunggal)  sehingga  harganya 
mahal. 
d.   Penyiapan  Dokumen  Lelang 
1)   Dokumen  lelang  yang  disiapkan  tidak I belum  menginformasikan 
pekerjaan  yang  ditawarkan  dan  persyaratan  lelang  secara 
cukup  jelas  sehingga  dapat  menimbulkan  penafsiran  yang 
berbeda  dari  peserta  lelang. 
2)  Persyaratan  bagi  peserta  lelang  tidak  memenuhi  ketentuan 
peraturan  perundang  ­ undangan  yang  berlaku  (persyaratan 
ditambah  atau  dikurangi  tampa  alasan  yang  jelas). 
3)   Perubahan  isi  dokumen  lelang  tidak  disampaikan  dan  atau 
dijelaskan  kapada  seluruh  peserta  lelang  sehingga  terdapat 
beberapa  peserta  yang  gugur. 
4)  Undangan  lelan9  tidak  diumumkan  secara  luas. 
5)  Undangan  lelang  tidak  disampaikan  kepada  seluruh  rekanan 
yang  tercantum  dalam  ORT  melalui  Kepala  Oinas. 
e.   Pembukaan  Dokumen  Lelang 
1) 
2) 
3) 
4) 
5) 
6) 

7)
8) 
9) 

Kejanggalan  dalan  Berita  Acara  rapat  penjelasan  beserta 
perubahannya. 
Kejanggalan  dalam  daftar  hadir  dan  Berita  Acara  pemberian 
penjelasan . 
Kejanggalan  dalam  acara  pemberian  penjelasan  lelang. 
Kejanggalan  peserta  rapat  pemberian  penjelasan  lelang. 
Adanya  dokumen  penawaran  yang  disampaikan  setelah 
tanggal  penutupan  penyampaian  dokumen  penawaran. 
T erjadi  perpanjangan  I pengunduran  tanggal  penutupan 
penyampaian  dokumen  penawaran  tampa  alasan  yang  jelas. 
Peserta  lelang  yang  hadir  tidak  diberi  kesempatan  melihat 
dokumen  penawaran  yang  disampaikan  kepada  panitia. 
Berita  Acara  Pembukaan  dokumen  penawaran  tidak  dinuat I
hilang. 
Berita  Acara  Pembukaan  Ookumen  Penawaran  tidak  ditanda 
tangani  oleh  wakil  peserta. 

16

f.  Evaluasi  Penawaran  dan  Penetapan  Calon  Pemenang 
1) 

Adanya  dokumen  penawaran  yang  tidak  lengkap  tetapi  tetap 
diikuti. 
2)  Harga  satuan  yang  tercantum  dalam  OE  lebih  mahal  dari 
harga  pasar. 
3)  Terdapat  banyak  kesamaan  harga  satuan  yang  tercantum 
dalam  penawaran  dengan  yang  tercantum  dalam  OE. 
4)  Pemenang  lelang  bukanlah  penawar  yang  terendah. 
5)  Kriteria  evaluasi  tidak  jelas. 
6)  Kriteria  evaluasi  tidak  diberlakukan  secara  adil  dan  merata 
diantara  penawaran  yang  ada  (penggunaan  kriteria  ganda). 
7)  Bila  digunakan  sistem  gugur. 
a)  Adanya  peserta  yang  dinyatakan  lulus  evaluasi  tahap 
berikutnya  sekalipun  ditahap  sebelumnya  tidak  lulus. 
b)  Adanya 
peserta  yang 
dinyatakan 
sebagai 
calon 
pemenang.  walaupun  tidak  memenuhi  persyaratan  disalah 
satu  tahap  ataupun  seluruh  tahap  evaluasi. 
8)  Penentuan  urutan  calon  pemenang  tidak  menggunakan  I
mempertimbangkan  referensi  harga. 
9)  Harga  yang  ditawarkan  calon  ­ calon  pemenang  ada  yang 
tidak  wajar 
10)   Berita  Acara  Hasil  Pelelangan  tidak  dibuat  ataupun  kalau 
dibuat  tidak  sesuai  dengan  ketentuan  perundang ­ undangan 
yang  berlaku. 
11)   Untuk  pelelangan  terbatas  calon  pemenang  yang  ditetapkan 
tidak  termasuk  dalam  DRT. 
Penetapan  calon  pemenang  melewati  batas  waktu  yang 
ditentukan  tanpa  alasan ­ alasan  logis  yang  dapat  diterima. 
12)   Peserta  yang  ditetapkan  oleh  panitia  pelelangan  paling 
menguntungkan  bag;  negara  kurang  dari  3  (tiga)  peserta. 
13)  Adanya  sanggahan  dari  peserta  yang  tidak  menang . 
14)  T erjadi  pelelangan  ulang  berkali ­ kali. 
15)  Rentang  waktu  antara  Ielang  yang  gagal  dan  lelang  ulang 
cukup  lama. 
16)   Pada  pengususlan  calon  pemenang  lelang  ditemui  adanya 
penawar  yang  lulus  terbaik  dari  evaluasi  administrasi, teknis 
dan  harga  tidak  diusulkan  sebagai  pemenang  dengan  alasan 
kinerjanya  pada  Proyek  lainnya  tidak  baik . 



17 

3.  Titik  Rawan  KKN. 
a.  Proses  Pengadaan  Barang / Jasa 
1)  Prosedur  Prakua/ifikasi 
a)   Bilamana  DRM  ini  disusun  secara  tidak  benar  akan 
mempengaruhi  keseluruhan  proses  pe/e/angan  pangadaan 
barang I jasa. 
b)   Pemetaan 
perusahaan 
perusahaan 
rekanan 
yang 
berpeluang  menimbu/kan  9menyebabkan)  terjadinya  Kolusi 
dan  Nepotisme .  . 
c)   Dengan  dipero/ehnya  DRM  yang  datanya  benar  dan  wajar 
akan  dapat  membantu  pemerintah  da/am  penerimaan 
Negara  dari  sektor  perpajakan,  dalam  hal  ini  Pajak 
Penghasilan . 
2)  Pemilihan  Cara  Pengadaan 
Panitia  lelang  dibentuk  oleh  Pimpro  I Pimbagpro  I Kepala 
Satuan  Kerja. 
Titik  kritis  pada  kegiatan  ini  adalah  kemungkinan  adanya 
rekayasa  sedemikian  rupa  sehingga  pengadaan  barang 
dilakukan  dengan  pemilihan  langsung,  dan  sebenarnya  masih 
memungkinkan  dengan  pelelangan  umum  I pelelangan  terbatas. 
Selain  itu  pemilihan  langsung  membuka  peluang  terjadinya 
kolusi  dan  nepotisme  dengan  harapan  mereka  menjadi 
rekanan  yang  terpilih  untuk  pengadaan  suatu  barang I jasa. 
3)  Penunjukan  Langsung 
Penentuan  peserta  le/ang  dan  ususlan  calon  pemenang  lelang 
ditentukan  oleh  panitia  lelang.  Hal  ini  memungkinkan 
terbukanya  peluang  untuk  nepotisme  dan  ko/usi,  antara 
personil  panitia  lelang,  Pimpro  dan  Kepala  Kantor  serta 
rekanan. 
4)  Prosedur  Penyiapan  Dokumen  Lelang. 



Dokumen  lelang  yang  tidak  disusun  dengan  baik,  membuka 
peluang  timbulnya  kolusi, sehingga  hanya  rekanan  tertentu  saja 
yang  dapat  memenuhi  syarat  dan  memenangkan  lelang . 

18 

5)   Prosedur  Pengumuman  Lelang  &  Rapat  Penjelasan 
Pengumuman  lelang  maupun  pemberian  penjelasan  bisa  dibuat 
sedemikian  rupa  sehingga  hanya  beberapa  rekanan  saja  yang 
bisa  mengikuti  pelelangan. 
6)   Prosedur  Pembukaan  Dokumen  Penawaran 
Pada  saat  pembukaan  dokumen  penawaran,  banyak  dokumen 
penawaran  yang  melewati  batas  waktu  yang  diperbolehkan. 
7)   Prosedur  Evaluasi  Penawaran 
Dalam  menentukan  urutan  calon  pemenang  dan  dalam 
penetapan  calon  pemenang  dimana  Pemimpin  Proyek I Kapala 
Kantor  dan  atau  pejabat  ­ pejabat  atasannya  (tergantung 
besarnya  nilai  pengadaan)  mempunyai  wewenang  untuk 
menentukan  pemenang  lelang. 
8)  Prosedur  Penetapan  Calon  Pemenang 
Oalam  menentukan  urutan  calon  pemenang  dan  dalam 
penetapan  calon  pemenang  dimana  Pemimpin  Proyek I Kepala 
Kantor  dan  atau  pejabat  ­ pejabat  atasannya  (tergantung 
besarnya  nilai  pengadaan)  memounvai  wewenang  untuk 
menentukan  pemenang  lelang  atau  dengan  kata  lain 
melakukan  intervensl  (campur  tangan). 
b.   Proses  Pelaksanaan  Kontrak  dan  Peherimaan  Barang 
1)   Kuantitas  Barang 
a)   Jumlah  barang. yang  dipesan  belum  tentu  sesuai  dengan 
kontrak. 
Kegiatan  ini  terlepas  dari  tanggung  jawab  Panitia  Lelang. 
Oi  lain  pihak  Pimpro  atau  Atasan  langsung  yang 
menandatangani  kontrak  berlaku  "masa  bodoh",  karena 
sudah  ada  pengguna  barang  dan  Panitia  penerima  I
Pemeriksa  Barang . 
b)   Jumlah  barang  yang  diterima  seolah  ­ olah  cukup  dan 
sesuai  kontrak. 
Panitia  Penerima  I Pemeriksa  Barang  "asa\"  tanda  tangan 
saja  karena  adanya  pesanan  Pimpro  I pengguna  barang 
dan  atau  Penyedla  barang.  Modus  Inl  blasanya  terjadl  pada 
akhir  tahun  anggaran  dengan  dalih  mengamankan 
anggaran  atau  pelaksanaan  program. 

19

c)   Jumlah  barang  yang  diterima  nihil  (fiktif). 
Modus  ini  dapat  terjadi  karena  seolah ­ olah  barang  telah 
diterima  (pernah  masuk  gudang).  kemudian  diserahkan 
kepada  pengelola  program  dan  sudah  didistribusikan  ke 
seluruh  Kabupaten I Kota  di  Indonesia. 

.

2) 

Kualitas  Barang 
a)  Kualitas  barang  impor  dapat  dimodifikasi  dengan  negara 
asal  barang.  misalnya  barang  yang  sesuai  spesifikasi 
berasal  dari  Eropa  ternyata  diterima  dan  negara  bela han 
Asia  ケセャGIァ@
kualitasnya  lebih  rendah.  Kualitas  rendah  tentu 
lebih  murah  harganya  dengan  kualitas  barang  yang 
dikehendaki  pengguna  barang. 
b)  Barang  yang  telah  tersedia  ditenderkan.  Suatu  Satker 
memiliki  persediaan  barang  dalam  jumlah  dan  kualitas 
yang  memadai  dan  dilain  pihak  Proyek  tertentu  memiliki 
anggaran  yang  melimpah  sehingga  pada  gilirannya 
. terlihatiah  SPK I Kontrak  rekayasa 
c)  Barang  yang  sewa  memperoleh  anggaran  ganda.  Suatu 
Proyek  mengadakan  pelelangan  pengadaan  barang,  tetapi 
barang  yang  dilelang  tersebut  sebenamya  hasil  pembelian J
pencetakan  J hadiah  dan  donatur  (UNICEF,  WHO,  US­AID, 
ADS, dlJ). 

3)   Pekerjaan  Konstruksi 
Kegiatan  renovasi  gedung  dengan  alasan  pekerjaan  kontruksi 
mellbatkan  Konsultan  Perencana  dan  Konsultan  Pengawas 
sehingga  anggarannya  tersedot  untuk  membiayai .  kedua 
konsultan  tersebut  Padahal  jenis  pekerjaan  yang  direhabilitasi 
adalah  dapur, taman, jalan  ke  gedung. atau  pelatar. Kondisi  ini 
jelas ­ jelas  menghamburkan  keuangan  Negara. 
4)   Jasa  Konsultasi 
Kegiatan  ini  sebagian  besar  luarannyaberupa 
hanya  berbentuk  suatu  print  out  berbentuk 
proses  pelelangan  kegiatan  jenis  ini  "sui it"  di 
kelemahan  pihak  Satker  I Pimpro  I Auditor 
menguasai  permasalahannya. 

20

soft­ware  atau 
laporan.  Sejak 
pantau  karena 
yang  kurang 

B. ASPEK KEUANGAN
1.   Pengertian 

..  

a.   Pengelolaan  Keuangan  meliputi  kegiatan  perencanaan,  pelaksanaan, 
dan  pengawasan  serta  pelaporan  keuangan  oleh  Satuan  Kerja  / 
Proyek  /  Bagian  Proyek.  Keuangan  disini  dimaksudkan  adalah 
mencakup  uang  yang  harus  dipertanggung  jawabkan  (UYHD). 
Dalam  SE  Dirjen  Anggaran  No.  SE­92/Al522/0790,  Tanggal  31  Juli 
1990,  disebutkan  bahwa  UYHD  merupakan  uan