PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MEMINIMALKAN MISKONSEPSI WUJUD ZAT PADA SISWA SMP.

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MEMINIMALKAN MISKONSEPSI WUJUD ZAT PADA SISWA SMP

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Fisika

oleh

Yasni Alami 0902208

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MEMINIMALKAN MISKONSEPSI WUJUD ZAT PADA SISWA SMP

Oleh: Yasni Alami

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

© Yasni Alami 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MEMINIMALKAN MISKONSEPSI WUJUD ZAT PADA SISWA SMP

Oleh:

Yasni Alami

NIM 0902208

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Drs. Iyon Suyana, M.Si

NIP 196208241991031001

Pembimbing II,

Dra. Heni Rusnayati, M.Si

NIP 19610202198912001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Fisika,


(4)

UCAPAN TERIMAKASIH………... iii

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR TABEL………... vi

DAFTAR GAMBAR………... viii

DAFTAR PERSAMAAN……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN………... x

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian……….... 1

B. RumusanMasalahPenelitian………... 7

C. TujuanPenelitian………. 8

D. ManfaatPenelitian………... 8

E. StrukturOrganisasiSkripsi……….. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. BAHAN AJAR 1. PengertianBahan Ajar………... 10

2. Prinsip-PrinsipPengembanganBahan Ajar………... 11

3. KarakteristikBahan Ajar………... 11

4. JenisBahan Ajar ………... 12

5. FungsiBahan Ajar………... 20

6. KeunggulanBahan Ajar………. 21

7. TinjauanTentangLembarKerjaSiswadanModul…………... 21

B. Miskosepsi 1. PengertianMiskonsepsi………. 23

2. PenyebabMiskonsepsi………... 24

3. MendeteksiMiskonsepsi……… 24


(5)

D. ProsedurPenelitian……….. 31

E. VariabelPenelitian………... F. DefinisiOperasional……….... 35 35 G. InstrumenPenelitian……….... 36

H. Proses PengembanganInstrumen……… 37

I. TeknikPengumpulan Data………... 39

J. Analisis Data……… 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. TahapStudiPendahuluan………. B. TahapPengumpulan Data……… C. TahapDesainBahan Ajar……… D. TahapValidasiDesain.…....……… 49 51 51 52 E. TahapRevisiBahan Ajar………. F. KeterbacaanBahan Ajar olehSiswa……… 56 56 G. TahapUjiBahan Ajar……… 60

H. TahapRevisiBahan Ajar………... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan……….. 77

B. Saran………. 78

DAFTAR PUSTAKA……….... 79


(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

2. Subjek Populasi

Sugiyono(2011, hlm 17) mengungkapkan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.Subjek populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas VIISMP Laboratorium Percontohan UPI.

3. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011, hlm. 118).Adapun sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas yang diperlakukan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan VII B sebagai kelas kontrol, dengan jumlah siswa masing-masingkelas 28 orang.Pada kelas VII A yang mengikuti prosedur penelitian yang meliputi tes pengetahuan konsep, perlakukan (treatment) dan tes miskonsepsi sebanyak 23 siswa dan kelas VII B sebanyak 21 siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dimaksud pada penelitian ini adalah desain yang digunakan pada tahap uji coba terbatas. Desain uji coba terbatas yang digunakan adalah nonequivalent control group design.Dalam desain ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara random (tidak acak), kedua kelas diberi tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa adakah perbedaan antara kelas


(7)

eksperimen dan kelas kontrol (Sugiyono, 2011, hlm. 113). Kelas eksperimen dan kelas kontrol dibandingkan.

Tabel 3.1.Desain Uji Coba Produk

Kelas Penguasaan Konsep Perlakuan Tes Miskonsepsi

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

O1 = penguasaan konsep sebelum pembelajaran menggunakan bahan ajar

O2 = tes diagnostik miskonsepsi

X1 = perlakuan(pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan)

X2 = perlakuan (pembelajaran menggunakan bahan ajar konvensional)

C. Metode Penelitian

“Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiahuntuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2011, hlm. 3). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development (R&D).Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. (Sugiyono, 2011, hlm. 407).

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan dari Sugiyono(2011, hlm.408)antara lain potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, ujicoba produk, revisi produk, ujicoba pemakaian, revisi produk, dan produksi masal.Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini hingga langkah revisi produk pasca ujicoba produk.Potensi dan masalah pada penelitian ini termasukkedalam tahap studi pendahuluan.Produk yang dimaksud pada penelitian ini adalah bahan ajar. Secara garis besar, prosedur penelitian ini dilakukan sebagai berikut:


(8)

1. Tahap Studi Pendahuluan

Tahap studi pendahuluan meliputi:

a. Menelaahkurikulum materi wujud zat serta kalor dan perubahan wujud zat,

b. Menganalisis buku teks IPA Terpadu pada materi wujud zat, serta kalor dan perubahan wujud zat,

c. Menganalisis soal-soal miskonsepsi materi wujud zat serta kalor dan perubahan wujud zat berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, d. Membuat kisi-kisi soal miskonsepsi,

e. Membuat soal miskonsepsi, f. Memvalidasi bahan ajar oleh ahli, g. Merevisi hasil validasi ahli.

2. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data meliputi: a. Menguji coba instrumen,

b. Mengolah data hasil uji coba instrumen meliputi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan revisi hasil uji coba instrumen. c. Merevisi hasil uji coba instrumen

d. Melakukan tes diagnostik

3. Tahap Desain Produk

Tahap desain produk meliputi:

a. Memetakan dugaan miskonsepsi siswa

b. Memetakan rancangan pengembangan bahan ajar c. Membuat bahan ajar

d. Memvalidasi bahan ajar oleh ahli e. Merevisi bahan ajar (I)


(9)

4. Tahap Uji Coba Produk

Tahap uji coba produk meliputi:

a. Mengalisis data penguasaan konsep yaitu, uji homogenitas, dan uji normalitas

b. Mengimplementasikan bahan ajar untuk meminimalkan miskonsepsi wujud zat siswa SMP pada kelas eksperimen

c. Menganalisis miskonsepsi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap soal

d. Mengalisis miskonsepsi siswa kelas eskperimen dan kelas kontrol untuk setiap konsep

5. Tahap Revisi Produk

Tahap revisi produk meliputi:

a. Mengalisis hasil penggunaan bahan ajar untuk

meminimalkanmiskonsepsi wujud zatsiswa SMP

b. Merevisi bahan ajar yang telah diimplementasikanpada kelas eksperimen.

c. Membuat rancangan akhir

Untuk memperjelas tahapan penelitian di atas dapat digambarkan dalam bagan alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development

(R&D) Pengumpulan

data

Desain Produk

Revisi Desain Ujicoba

Produk

Validasi Desain

Revisi Produk Studi


(10)

TAHAP REVISI PRODUK TAHAP STUDI PENDAHULUAN

TAHAP PENGUMPULAN DATA

TAHAP DESAIN PRODUK

TAHAP UJI COBA PRODUK

Studi Pustaka Instrumen miskonsepsi Analisis Materi Zat dan Perubahan Wujud Zat

Pembuatan Kisi-Kisi

Pemetaan Dugaan Miskonsepsi dan Rancangan Pengembangan Bahan Ajar

berdasarkan tes diagnostik

Revisi Hasil Uji Coba Instrumen

Tes Penguasaan Konsep

Revisi Bahan Ajar (I) Pengolahan Data Hasil Uji Coba Instrumen

Uji Coba Instrumen Pembuatan Soal

Miskonsepsi

Judgment oleh Dosen

Revisi Hasil Judgment

Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

untuk Setiap Soal dan Konsep Uji Coba Terbatas

Validasi Bahan Ajar oleh Ahli Pembuatan Bahan Ajar Pengolahan Data Hasil dan Pembahasan Rancangan Akhir

Gambar 3.2.Alur Penelitian

Revisi Bahan Ajar (II) Angket Keterbacaan Bahan Ajar

oleh Siswa Tes


(11)

E. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono(2011, hlm. 61) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Berdasarkan penjelasan di atas, yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas, adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini adalah bahan ajar.

2. Variabel terikat, adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah miskonsepsi siswa.

F. Definisi Operasional 1. Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep konsep yang dimiliki oleh para ahli. Identifikasi miskonsepsi dilakukan menggunakan tes pilihan ganda dengan CRI (Certainity of Responses

Index)skala0-5. Jawaban siswa bernilai 1 jika menjawab benar dan 0 jika

salah. Miskonsepsi merupakan jawaban siswa bernilai 0 (salah) tetapi CRI tinggi (>2,5).

2. Bahan Ajar

Bahan ajaradalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar yang didesain secara sistematis dan menarik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Cara mencapai tujuan yang diharapkan yaitu melalui evaluasi.

a. Lembar Kerja Siswa yang diadaptasikan oleh Bambang Sutedjo

Isi petunjuk praktikum antara lain, pengantar, tujuan, alat dan bahan, prosedur/langkah kerja, data hasil pengamatan, analisis, kesimpulan dan langkah selanjutnya.


(12)

b. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yaitu, petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dan evaluasi.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur hal-hal yang berkaitan dalam penelitian.Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu instrumen tes dan instrumen non tes.Berikut instrumen penelitian tes dan non tes.

1. Tes

Tes instrumen ini digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa dengan menggunakan CRI (Certainty of Responses Index).CRI merupakan skala keyakinan siswa dalam menjawab setiap soal.Siswa diminta memilih jawaban pilihan ganda kemudian menuliskan CRI atau skala keyakinan pada kolom yang telah disediakan saat menjawab soal tersebut.Adapun skala CRI yang akan digunakan adalah 0-5 (Hasan, 1999, hlm. 296).

2. Nontes

a. Lembar Instrumen Tes Formatif (validitas bahan ajar)

Lembar validasi bahan ajar oleh ahli yang memuat penilaian mengenai komponen kelayakan isi, sajian, kegrafisan, dan kebahasaan dapat dilihat pada lampiran B.5.

b. Angket keterbacaan bahan ajar oleh siswa

Isi angket keterbacaan dalam penelitian ini adalah pertanyaan mengenai aspek-aspek ketertarikan terhadap bahan ajar, penyajian, bahasa, tingkat kemudahan atau kesukaran dan lain-lain.


(13)

H. Proses Pengembangan Instrumen 1. ValidasiInstrumen Miskonsepsi

Validasiinstrumen miskonsepsiyang dilakukan adalah validasi konstruksi soal. Validasi konstruksi soal dilakukan oleh dua dosen ahli dengan aspek yang divalidasi sebagai berikut:

a. Materi

1) Soal sesuai dengan indikator 2) Pengecoh berfungsi

3) Mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar b. Konstruksi

1) Pokok soal diurutkan secara jelas dan tegas

2) Rumusan soal dan rumusan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja

3) Pokok soal tidak memberi petunjuk kearah jawaban benar

4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda 5) Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi

6) Panjang rumusan jawaban relatif sama

7) Pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan “semua pilihan

jawaban di atas salah” atau semua pilihan jawaban di atas benar”

8) Gambar, disajikan dengan jelas dan berfungsi 9) Butir soal tidak bergantung pada jawaban c. Bahasa

1) Soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

2) Bahasa yang digunakan komunikatif

3) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat

4) Pilihan jawaban tidak mengulang kata frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.


(14)

2. Validasi Instrumen Evaluasi Formatif Bahan Ajar

Validasiinstrumen evaluasi formatif bahan ajar dengan aspek yang divalidasi berupa komponen kelayakan isi, sajian, kegrafisan dan kebahasaan. Komponen kelayakan isi meliputi, kesesuaian dengan SK, KD, kesesuaian dengan kebutuhan siswa, kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar, kebenaran substansi materi, manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan, kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial. Komponen sajian meliputi kejelasan tujuan, urutan penyajian, pemberian motivasi, interaktivitas (stimulus dan respon)dan kelengkapan informasi. Komponen kegrafisan meliputi penggunaan font (jenis dan ukuran), lay out, tata letak, ilustrasi, grafis, gambar, foto, desain tampilan. Komponen kebahasaan, meliputi aspek lugas antara lain kalimat yang dipakai sederhana dan langsung kesasaran, istilah yang digunakan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.Aspek komunikatif yaitu pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa yang menarik dan lazim dalam komunikasi tulis Bahasa Indonesia. Aspek dialogis dan interaktif meliputi bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika peserta didik membacanya, bahasa yang digunakan mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis, kesesuaian dengan perkembangan peserta didik, bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik, bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan emosional peserta didik, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia, tata kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengacu kepada kaidah tata Bahasa Indonesia yang baik dan benar, ejaan yang digunakan mengacu kepada pedoman Ejaan Yang Disempurnakan, penggunaan istilah yang menggambarkan suatu konsep konsisten antar-bagian.

3. Angket Keterbacaan

Data yang dihasilkan dari angket keterbacaan bahan ajar oleh siswa akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan teknik persentase 0-100%.


(15)

I. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengujian Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran

Pengujian validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran pada penelitian ini digunakan setelah uji coba instrumen pada tahap pengumpulan data.

a. Validitas Soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Validitas berhubungan dengan ketepatan atau kesahihan instrumenyaitu kesesuaian tujuan dengan alat ukur yang digunakan. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriteria. Teknik untuk mengetahui kesejajaran tersebut salah satunya dengan menggunakan rumus korelasi product momentdengan angka kasar, yaitu :

= �Σ − Σ (Σ )

[�Σ 2(Σ )2][Σ 2 (ΣY)2 ………

Persamaan

3.1(Arikunto, 2013, hlm.87) Keterangan:

Rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan y

N : Jumlah siswa uji coba X : Skor tiap item

Y: Skor total tiap butir soal

Sedangkan interpretasi besarnya koefisien korelasi rxy adalah sebagai berikut: Tabel 3.2. Interpretasi validitas butir soal

Koefisien Korelasi Kriteria

0,81 – 1,00 Sangat tinggi 0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Sedang

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah


(16)

b. Reliabilitas

Arifin (2013, hlm. 258) menyatakan bahwa reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas soal pilihan ganda dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan rumus Kuder Richardson 20 atau KR-20,rumus KR-20 adalah sebagai berikut:

11 = �−1

2

�2 ………..….Persamaan 3.2

(Arikunto, 2013, hlm. 115) keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1- p)

Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya soal

S = standar deviasi dari tes

Sedangkan interpretasi besar koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3. Interpretasi reliabilitas tes Koefisien Korelasi Kriteria

0,81 – 1,00 Sangat Tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Sedang 0,21 – 0,40 Rendah 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

c. Daya Pembeda

“Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa (Arifin, 2012, hlm. 257)


(17)

yang tidak pandai (berkemampuan rendah)” (Arikunto, 2013, hlm. 226).Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:

��=

� − � = � − � ………….………Persamaan 3.3

(Arikunto, 2013, hlm. 228) Keterangan :

DP = Daya pembeda butir soal A

J = Banyaknya peserta kelompok atas

B

J = Banyaknya peserta kelompok bawah

A

B = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

B

B =Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

A

P = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B

P = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.5.

Tabel 3.4. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal Nilai DP Kriteria

Negatif Soal Dibuang 0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2007, hlm. 218).

d. Tingkat Kesukaran

Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik (Arifin, 2013, hlm. 266). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah


(18)

dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 2013, hlm. 222).Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan

� =

��………..…. Persamaan 3.4.

(Arikunto, 2013, hlm. 223) Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Nilai P Kriteria

0,00 Terlalu Sukar

0,00 <P 0,30 Sukar 0,31 P 0,70 Sedang

0,71 P< 1,00 Mudah

1,00 Terlalu Mudah

(Arikunto, 2007, hlm. 210). Uji coba dilakukan kepada 30 orang siswa dari tiga kelas yang telah memperoleh materi wujud zat

Tabel 3.6.Hasil Uji Coba Instrumen

No. Soal R el iab il it

as Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Keputu -san Nilai Kriteria Indeks

Kesukaran Klasifikasi

Daya

Pembeda Klasifikasi 1 0, 59 (se da ng)

0,48 Sedang 0,73 Mudah 0,54 Baik Dipakai

2 0,21 Rendah 0,76 Mudah 0,2 Jelek Dipakai

3 0,16 Sangat

rendah 0,26 Sukar 0,1 Jelek Diganti

4 0,41 Sedang 0,73 Mudah 0,4 Baik Dipakai

5 0,40 Rendah 0,63 Sedang 0,27 Cukup Dipakai

6 0,67 Tinggi 0,4 Sedang 0,67 Baik Dipakai


(19)

Dari hasil pengolahan data uji coba instrumen kemudian divalidasi kembali oleh dosen penjudgmentdiperoleh soal miskonsepsi yang digunakan dalam penelitian sebanyak21 soal.

2. Miskonsepsi Siswa

Teknik pengumpulan data untuk mengetahui miskonsepsi siswa menggunakan tes pilihan ganda menggunakan CRI (Certainty of Responses

Index).

Certainty of Responses Index (CRI)

Certainty of Responses Index (CRI) merupakan teknik untuk

mengukur miskonsepsi seseorang dengan cara mengukur tingkat keyakinan atau kepastian seseorang dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Metode CRI dikembangkan oleh Saleem Hasan. CRI

No. Soal R el iab il it

as Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda

Keputu -san Nilai Kriteria Indeks

Kesukaran Klasifikasi

Daya

Pembeda Klasifikasi 9 0, 59 (se da ng)

0,67 Tinggi 0,46 Sedang 0,67 Baik Dipakai

10 0,37 Rendah 0,83 Mudah 0,34 Cukup Dipakai

11 0,49 Sedang 0,56 Sedang 0,6 Baik Dipakai

12 0,45 Sedang 0,93 Mudah 0,34 Cukup Dipakai

13 0,55 Sedang 0,63 Sedang 0,46 Baik Dipakai

14 0,58 Sedang 0,56 Sedang -0,23 Jelek,

dibuang Dibuang

15 0,60 Sedang 0,86 Mudah 0,27 Cukup Dipakai

16 0,54 Sedang 0,9 Mudah 0,2 Jelek Dipakai

17 0,30 Rendah 0,43 Sedang 0,2 Cukup Dipakai

18 0,54 Sedang 0,7 Mudah 0,47 Baik Dipakai

19 0,26 Rendah 0,36 Sedang 0,2 Jelek Dipakai

20 0,59 Sedang 0,93 Mudah 0,14 Jelek Dipakai

21 0,44 Sedang 0,9 Mudah 0,2 Jelek Dipakai

22 0,50 Sedang 0,76 Mudah 0,33 Cukup Dipakai

23 0,19 Sangat

rendah 0,53 Sedang 0,14 Jelek Diganti

24 0,30 Rendah 0,86 Mudah 0,13 Jelek Dipakai

25 -0,07 Sangat

rendah 0,2 Sukar -0,23

Jelek,

dibuang Dibuang


(20)

sering digunakan dalam survei-survei terutama yang meminta responden untuk memberikan derajat kepastian yang siswa miliki dari kemampuannya untuk memilih dan membangun pengetahuan, konsep-konsep atau hukum-hukum yang terbentuk dengan baik dalam dirinya untuk menentukan jawaban dari suatu pertanyaan. Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah skala enam (0-5) yang dikemukakan oleh Hasan (1999, hlm. 297) sebagai berikut:

Tabel 3.7. Certainty of Responses Index (CRI)

(Liliawati, 2008, hlm. 3) Skala ini pada dasarnya untuk memberikan nilai sejauhmana tingkat keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki siswa dalam menjawab pertanyaan. Angka 0 menunjukkan tingkat keyakinan yang dimiliki siswa sangat rendah, siswa menjawab pertanyaan dengan cara menebak. Hal ini menandakan bahwa siswa tidak tahu sama sekali tentang konsep-konsep yang ditanyakan. Sedangkan angka 5 menunjukkan tingkat kepercayaan siswa dalam menjawab pertanyaan sangat tinggi. Siswa menjawab pertanyaan sangat tinggi. Siswa menjawab pertanyaan dengan pengetahuan atau konsep-konsep yang benar tanpa ada unsur tebakan sama sekali.

J. Analisis Data

1. Penguasaan Konsep Siswa a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang 0 (Totally Guessed Answer) menebak menjawab soal 100% ditebak

1 (Almost Guess) hampir menebak unsur tebakan antara 75%-99% 2 (Not Sure) tidak yakin unsur tebakan antara 50%-74%

3 (Sure) yakin unsur tebakan antara 25%-49%

4 (Almost Certain) hampir pasti unsur tebakan antara 1%-24%

5 (Certain)pasti tidak ada unsur tebakan sama sekali


(21)

digunakan uji Shapiro-Wilk dengan taraf signifikansi 5%. Jika data berdistribusi normal maka akan dilanjutkan dengan uji homogenitas dan uji perbedaan dua rata-rata. Jika tidak berdistribusi normal maka perlu dilakukan uji homogenitas varians, atau dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji statistik non-parametrik.

Dalam pengujian normalitas di atas digunakan uji dua pihak, hipotesisnya sebagai berikut:

H0 = data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 maka kriteria pengujiannya adalah:

1) Jika nilai signifikansinya lebih besar dari (>) 0,05 maka H0 diterima;

2) Jika nilaisignifikansinya lebih kecil atu sama dengan (≤) 0,05 maka H0 ditolak.

b. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak homogen.Uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s test.Jika sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen maka dapat dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Jika sampel yang diambil mempunyai variansyang tidak homogen maka dapat dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t’.

2. Analisis Data Miskonsepsi Siswa

Data yang diperoleh dari hasil tes dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.8. Kriteria Penilaian Soal

Bentuk soal Nilai Keterangan

Pilihan ganda 1 Jawaban benar

0 Jawaban salah


(22)

Jawaban siswa dianalisis dengan menggunakan model CRI. Merujuk pada jawaban benar dan salah dari siswa dan merujuk pada CRI yang dikemukakan oleh Hasan, 1999, hlm. 297, sebagai berikut:

Tabel 3.9.Certainity of Responses Index (CRI)

(

(Hasan, dkk, 1999, hlm. 297; Liliawati, 2008, hlm. 3) Bentuk matriks siswa dan pengkategoriannya disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.10.Ketentuan untuk Setiap Pertanyaan yang Diberikan

Berdasarkan pada Kombinasi dari JawabanBenar atau Salah dan kriteria CRI

Kriteria

Jawaban CRI Rendah (<2,5) CRI Tinggi (>2,5)

Jawaban benar

Tidak tahu konsep (lucky guess)

Menguasai konsep dengan baik/tahu

konsep.

Jawaban salah Tidak tahu konsep Miskonsepsi

(Hasan, dkk, 1999, hlm 296; Liliawati, 2008, hlm. 4)

Jawaban siswa berdasarkan kategori kriteria CRI dihitung miskonsepsi siswa setiap nomor soal dan setiap konsep sebagai berikut:

a. Miskonsepsi Siswa pada setiap Soal

Untuk mengetahui miskonsepsisiswa setiap soal, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini:

P = f

N x 100%………Persamaan 3.5

(Sudijono, 2009, hlm. 43)

Keterangan =

P = angka persentase (%) miskonsepsi siswa pada setiap soal

0 menebak menjawab soal 100% ditebak

1 hampir menebak unsur tebakan antara 75%-99%

2 tidak yakin unsur tebakan antara 50%-74%

3 yakin unsur tebakan antara 25%-49%

4 hampir pasti unsur tebakan antara 1%-24%


(23)

N = jumlah siswa

b. Miskonsepsi Siswa pada setiap Konsep

Untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada setiap konsep dihitung dengan menggunakan persamaan berikut

=� �

� ………Persamaan 3.6 rata-rata miskonsepsi siswa (rerata sampel)

(Sudjana, 2005, hlm. 67) Keterangan:

� � = jumlah miskonsepsi siswa dalam soal

n = jumlah/banyak soal dalam satu konsep

= rata-rata miskonsepsi (miskonsepsi siswa pada setiap konsep)

Sedangkan persentasetingkat miskonsepsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.11.Persentase Tingkat Miskonsepsi Persentase Kategori

0-30% Rendah

31%-60% Sedang

61%-100% Tinggi

(Suwarna, 2013, hlm. 4)

3. Lembar Tes Hasil Evaluasi Formatif Bahan Ajar

Data yang dihasilkan dari lembar validasi ini akan diolah secara kuantitatif dengan pemberian skor 1-5 dengan rincian pada tabel di bawah ini

Tabel 3.12.Kriteria Skor Validasi Bahan Ajar

Skor Kriteria Bahan Ajar

1 Tidak Baik

2 Kurang Baik

3 Cukup

4 Baik

5 Sangat Baik

Dari hasil pemberian skor setiap komponen yang disajikan dalam lembar validasi akan dirata-ratakan. Dari hasil rata-rata akan diperoleh satu angka


(24)

antara 1 sampai angka 5. Hasil rata-rata tersebut akan menunjukkan kriteria bahan ajar apakah tidak baik, kurang baik, cukup, baik atau sangat baik.

4. Angket Keterbacaan oleh Siswa

Jawaban angket diukur menggunakan skala Likert dengan kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik (Sugiyono, 2011, hlm. 135). Data yang dihasilkan akan diolah secara kuantitatif menggunakan persentase 0-100%. Untuk memperoleh persentase tersebut menggunakan persamaan sebagai berikut

P = f

N x 100%……….(Sudijono, 2009, hlm. 43)

K eterangan =

P = angka persentase (%) f = total nilai/total skor N = jumlah siswa


(25)

validator atau ahli, bahan ajar yang disusun peneliti pada komponen kelayakan isi dan kegrafisan termasuk kategori baik. Pada komponen sajian dan kebahasaan termasuk ketegori cukup. Setelah bahan ajar digunakan pada pembelajaran kelas eksperimen dapat meminimalkan miskonsepsi siswa melalui tabel hasil pengamatan yang membantu siswa menemukan konsep melalui fakta. Gambar termasuk jenis fakta dapat membantu siswa memahami konsep yang sedang dipelajari.

Adapun keterbacaan bahan ajar oleh siswa, berdasarkan aspek yang paling dominan dapat disimpulkan bahwa siswa tertarik, siswa dapat memahami isi materi yang disampaikan, tanggapan siswa baik terhadap teknik penyajian bahasa, siswa menemukan sedikit kata-kata yang salah cetak, dan gambar-gambar yang terdapat pada bahan ajar membantu siswa memahami suatu materi yang sedang dijelaskan.

Miskonsepsi siswa kelas eksperimen setelah menggunakan bahan ajar yang dikembangkan, diperoleh konsep wujud zat dapat meminimalkan miskonsepsi siswa menjadi sebesar 14% sedangkan miskonsepsi siswa kelas kontrol yang tidak menggunakan bahan ajar yang dikembangkan sebesar 23%. Bahan ajar lembar kegiatan siswa (LKS) pada konsep menguap dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen sebesar 0,35 atau dalam persentase sebesar 35%. Sedangkan, miskonsepsi siswa kelas kontrol pada konsep menguap sebesar 0,42 atau dalam persentase sebesar 42%. Pada konsep mengembun, bahan ajar LKS dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen sebesar 0,41 atau dalam persentase sebesar 41%. Sedangkan miskonsepsi siswa kelas kontrol pada konsep mengembun sebesar 0,49 atau dalam persentase sebesar 49%. Pada konsep membeku, bahan ajar modul dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen sebesar 0,18 atau dalam


(26)

membeku sebesar 0,27 atau dalam persentase sebesar 27%. Pada konsep melebur, bahan ajar modul dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen sebesar 0,2 atau dalam persentase sebesar 20%. Sedangkan miskonsepsi siswa pada kelas kontrol sebesar 0,34 atau dalam persentase sebesar 34%. Pada konsep menyublim, bahan ajar modul dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen menjadi sebesar 0,13 atau 13%. Sedangkan miskonsepsi siswa kelas kontrol pada konsep menyublim sebesar 0,33 atau 33%.

B. Saran

Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, miskonsepsi yang terungkap dapat memberikan gambaran mengenai miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk merancang bahan ajar untuk meminimalkan miskonsepsi siswa SMP.

Pengembangan bahan ajar pada penelitian ini mengembangkan bahan ajar LKS dan modul maka perlu dikembangkan bentuk bahan ajar yang lain untuk meminimalkan miskonsepsi wujud zat pada siswa SMP seperti buku, handout, dll.


(27)

Siswa melalui Pembelajaran Hidrolisis Garam dengan Metode Praktikum.

(Tesis) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan. Ardiyanti, Y. (2011). Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terbuka untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Konsep Pencemaran Lingkungan.

(Tesis) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan. Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cook, T. D. & Campbell, D.T. (1979). Quasi-experimentation: design and

analysis issues for field settings. Chicago: Rand McNally College Pub. Co.

Darmawan, D. (2012). Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknologi

Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Depari, G. dkk. (2010). Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep

dalam Rangkaian Listrik Menggunakan Certainty of Response Index dan Interview.

Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg. W.R. (2003). Educational Research. United States: Pearson Education.

Gardini, G. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Metode

Demonstrasi Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Siswa Kelas VIII pada Materi Energi. (Skripsi)

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Gumilar, S. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Kombinasi


(28)

Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis. (Skripsi) Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hasan, S. dkk. (1999). Misconceptions and The Certainty of Response Index

(CRI). Phys. Educ. 34(5), pp. 294-299

Irianti. P.N. (2012). Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Poko Wujud Zat Siswa

Kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010, 1 (1), hlm.

8-13.

Kurniawati, A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu tema Letusan

Gunung Berapi Kelas VII di SMP Negeri 1 Kamal. 1 (1), hlm. 42-46.

Laliyo, L. (2011). Model Mental Siswa dalam Memahami Perubahan Wujud Zat. 8 (1), hlm. 1-11.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia Permata

Liliawati, W. (2010). Profil Miskonsepsi Materi IPBA di SMA dengan Menggunakan CRI (Certainly of Respons Index).

Majid, A. (2005). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: Rosda.

Mardiana, R. (2013). Analisis Konsistensi Konsepsi Siswa Model Analysis

Berdasarkan Pengalaman Belajar Fisika pada Materi Gelombang.

(Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nindiasari, H. (2011). Pengembangan Bahan Ajar dan Instrumen untuk

Meningkatkan Berpikir Reflektif Matematis Berbasis Pendekatan Metakognitif pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). ISBN:

978-979-16353-6-3, hlm. 251-263.

Peraturan Pemerintah No 19. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Pemerintah Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41. (2007).

Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.


(29)

Ruseffendi, E. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Russefendi, E. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya.

Sabriani, S. (2012). Penerapan Pemberian Tugas Terstruktur disertai Umpan

Balik pada Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. (Studi pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X6 SMA Negeri 3 Watampone. 13 (2), hlm. 39-46.

Setyosari, P. Prof. Dr. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito Bandung.

Sugiyono. Prof. Dr. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suparna, I. (2013). Penerapan Bahan Ajar IPBA Terintegrasi pada Tema

Hidrosfer dalam Menanamkan Karakter dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA. (Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan

Fisika. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sutedjo, B. (2008). Pengembangan Bahan Ajar dan Media. [Online]. Tersedia di:

https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=Pengembangan+Bahan+Ajar+da

n+Media+Bambang+Sutedjo. Diakses 7 Desember 2013.

Suwarna. I.P. (2013). Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran

Fisika Melalui CRI (Certainly of Responses Index) Termodifikasi. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tim Abdi Guru. (2007). IPA terpadu untuk SMP/MTs kelas VII.Jakarta: Erlangga. Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Uno, H. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wardani, M.D. (2012). Efektivitas Penggunaan Modul untuk Mengurangi


(30)

Widodo, C.S. & Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis


(1)

validator atau ahli, bahan ajar yang disusun peneliti pada komponen kelayakan isi dan kegrafisan termasuk kategori baik. Pada komponen sajian dan kebahasaan termasuk ketegori cukup. Setelah bahan ajar digunakan pada pembelajaran kelas eksperimen dapat meminimalkan miskonsepsi siswa melalui tabel hasil pengamatan yang membantu siswa menemukan konsep melalui fakta. Gambar termasuk jenis fakta dapat membantu siswa memahami konsep yang sedang dipelajari.

Adapun keterbacaan bahan ajar oleh siswa, berdasarkan aspek yang paling dominan dapat disimpulkan bahwa siswa tertarik, siswa dapat memahami isi materi yang disampaikan, tanggapan siswa baik terhadap teknik penyajian bahasa, siswa menemukan sedikit kata-kata yang salah cetak, dan gambar-gambar yang terdapat pada bahan ajar membantu siswa memahami suatu materi yang sedang dijelaskan.

Miskonsepsi siswa kelas eksperimen setelah menggunakan bahan ajar yang dikembangkan, diperoleh konsep wujud zat dapat meminimalkan miskonsepsi siswa menjadi sebesar 14% sedangkan miskonsepsi siswa kelas kontrol yang tidak menggunakan bahan ajar yang dikembangkan sebesar 23%. Bahan ajar lembar kegiatan siswa (LKS) pada konsep menguap dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen sebesar 0,35 atau dalam persentase sebesar 35%. Sedangkan, miskonsepsi siswa kelas kontrol pada konsep menguap sebesar 0,42 atau dalam persentase sebesar 42%. Pada konsep mengembun, bahan ajar LKS dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen sebesar 0,41 atau dalam persentase sebesar 41%. Sedangkan miskonsepsi siswa kelas kontrol pada konsep mengembun sebesar 0,49 atau dalam persentase sebesar 49%. Pada konsep membeku, bahan ajar modul dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen sebesar 0,18 atau dalam persentase sebesar 18%. Sedangkan miskonsepsi siswa kelas kontrol untuk konsep


(2)

78

Yasni Alami, 2014

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MEMINIMALKAN MISKONSEPSI WUJUD ZAT PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membeku sebesar 0,27 atau dalam persentase sebesar 27%. Pada konsep melebur, bahan ajar modul dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen sebesar 0,2 atau dalam persentase sebesar 20%. Sedangkan miskonsepsi siswa pada kelas kontrol sebesar 0,34 atau dalam persentase sebesar 34%. Pada konsep menyublim, bahan ajar modul dapat meminimalkan miskonsepsi siswa kelas eksperimen menjadi sebesar 0,13 atau 13%. Sedangkan miskonsepsi siswa kelas kontrol pada konsep menyublim sebesar 0,33 atau 33%.

B. Saran

Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, miskonsepsi yang terungkap dapat memberikan gambaran mengenai miskonsepsi yang dimiliki oleh siswa. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk merancang bahan ajar untuk meminimalkan miskonsepsi siswa SMP.

Pengembangan bahan ajar pada penelitian ini mengembangkan bahan ajar LKS dan modul maka perlu dikembangkan bentuk bahan ajar yang lain untuk meminimalkan miskonsepsi wujud zat pada siswa SMP seperti buku, handout, dll.


(3)

Siswa melalui Pembelajaran Hidrolisis Garam dengan Metode Praktikum.

(Tesis) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan. Ardiyanti, Y. (2011). Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terbuka untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Konsep Pencemaran Lingkungan.

(Tesis) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan. Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Arikunto, S. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cook, T. D. & Campbell, D.T. (1979). Quasi-experimentation: design and

analysis issues for field settings. Chicago: Rand McNally College Pub. Co.

Darmawan, D. (2012). Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknologi

Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Depari, G. dkk. (2010). Penelusuran Miskonsepsi Mahasiswa tentang Konsep

dalam Rangkaian Listrik Menggunakan Certainty of Response Index dan Interview.

Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg. W.R. (2003). Educational Research. United States: Pearson Education.

Gardini, G. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Metode

Demonstrasi Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Proses Siswa Kelas VIII pada Materi Energi. (Skripsi)

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Gumilar, S. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dengan Kombinasi


(4)

81

Yasni Alami, 2014

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MEMINIMALKAN MISKONSEPSI WUJUD ZAT PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis. (Skripsi) Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Hasan, S. dkk. (1999). Misconceptions and The Certainty of Response Index

(CRI). Phys. Educ. 34(5), pp. 294-299

Irianti. P.N. (2012). Identifikasi Miskonsepsi pada Materi Poko Wujud Zat Siswa

Kelas VII SMP Negeri 1 Bawang Tahun Ajaran 2009/2010, 1 (1), hlm.

8-13.

Kurniawati, A. (2013). Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu tema Letusan

Gunung Berapi Kelas VII di SMP Negeri 1 Kamal. 1 (1), hlm. 42-46.

Laliyo, L. (2011). Model Mental Siswa dalam Memahami Perubahan Wujud Zat. 8 (1), hlm. 1-11.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang: Akademia Permata

Liliawati, W. (2010). Profil Miskonsepsi Materi IPBA di SMA dengan Menggunakan CRI (Certainly of Respons Index).

Majid, A. (2005). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: Rosda.

Mardiana, R. (2013). Analisis Konsistensi Konsepsi Siswa Model Analysis

Berdasarkan Pengalaman Belajar Fisika pada Materi Gelombang.

(Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nindiasari, H. (2011). Pengembangan Bahan Ajar dan Instrumen untuk

Meningkatkan Berpikir Reflektif Matematis Berbasis Pendekatan Metakognitif pada Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). ISBN:

978-979-16353-6-3, hlm. 251-263.

Peraturan Pemerintah No 19. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Pemerintah Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41. (2007).

Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pemerintah Repubik Indonesia.

Putra, S.R. (2013). Desain Evaluasi Belajar berbasis Kinerja. Yogyakarta: Diva Press


(5)

Ruseffendi, E. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Russefendi, E. (2010). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang

Non-Eksakta Lainnya.

Sabriani, S. (2012). Penerapan Pemberian Tugas Terstruktur disertai Umpan

Balik pada Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa. (Studi pada Materi Pokok Struktur Atom Kelas X6

SMA Negeri 3 Watampone. 13 (2), hlm. 39-46.

Setyosari, P. Prof. Dr. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: PT Tarsito Bandung.

Sugiyono. Prof. Dr. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suparna, I. (2013). Penerapan Bahan Ajar IPBA Terintegrasi pada Tema

Hidrosfer dalam Menanamkan Karakter dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA. (Skripsi) Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Suparno, P. (2013). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan

Fisika. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sutedjo, B. (2008). Pengembangan Bahan Ajar dan Media. [Online]. Tersedia di:

https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=Pengembangan+Bahan+Ajar+da

n+Media+Bambang+Sutedjo.Diakses 7 Desember 2013.

Suwarna. I.P. (2013). Analisis Miskonsepsi Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran

Fisika Melalui CRI (Certainly of Responses Index) Termodifikasi. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Tim Abdi Guru. (2007). IPA terpadu untuk SMP/MTs kelas VII.Jakarta: Erlangga. Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Uno, H. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wardani, M.D. (2012). Efektivitas Penggunaan Modul untuk Mengurangi

Miskonsepsi Bilangan Berpangkat. (Skripsi). Universitas Kristen Satya


(6)

81

Yasni Alami, 2014

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MEMINIMALKAN MISKONSEPSI WUJUD ZAT PADA SISWA SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Widodo, C.S. & Jasmadi. (2008). Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis