KAJIAN PENGARUH PEMBERIAN BIONUTRIEN CAF1 DAN CAF2 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN TANAMAN PADI (Oryza sativa L).

(1)

KAJIAN PENGARUH PEMBERIAN BIONUTRIEN CAF1 DAN

CAF2 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN

TANAMAN PADI (Oryza sativa L)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Bidang Sains

Disusun Oleh :

Dedi Haryadi 0706515

PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

==================================================================

KAJIAN PENGARUH PEMBERIAN

BIONUTRIEN CAF

1

DAN CAF

2

TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN

TANAMAN PADI (Oryza sativa L)

Oleh Dedi Haryadi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Dedi Haryadi

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

KAJIAN PENGARUH PEMBERIAN BIONUTRIEN CAF1 DAN CAF2

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PANEN TANAMAN PADI (Oryza sativa L)

Disusun oleh:

Dedi Haryadi

NIM. 0706515

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Yaya Sonjaya, M.Si Dr. Hendrawan, M.Si

NIP: 1965 0212 1990 031 002 NIP: 1963 0911 1989 011 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir M.Si NIP: 1966 1121 1991 031 002


(4)

i

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari penelitian sebelumnya mengenai bionutrien CAF, yaitu pengaruh penggunaan bionutrien CAF1 dan

CAF2 terhadap tanaman padi (Oryza sativa L) dengan tujuan untuk menentukan

kondisi dosis optimum, meneliti pengaruhnya terhadap pertumbuhan, hasil panen dan daya tahan terhadap hama juga penyakit. Bionutrien CAF1 didapat dengan

cara ekstraksi menggunakan pelarut basa sedangkan bionutrien CAF2 didapat

dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut metanol. Bionutrien CAF1

diaplikasikan terhadap tanaman padi dengan variasi dosis 1,5 %; 2,5 %; 5 %; 7,5 %; 10 %; dan 15 %, sedangkan untuk bionutrien CAF2 variasi dosis yang

digunakan adalah 0,25 %; 0,5 %; 1,5%; 2 %; dan 4 %. Kontrol positif yang digunakan adalah tanaman padi dengan perlakuan petani, termasuk pemberian fungisida serta pestisida pada tanaman, sedangkan blanko yang digunakan adalah tanaman padi yang hanya disiram pelarut saja. Dari penelitian ini diketahui bahwa untuk tanaman padi yang diaplikasikan bionutrien CAF1, hasil panen terbaik dan

konstanta laju pertumbuhan tinggi terbesar ditunjukkan oleh tanaman aplikasi dengan dosis 7,5 % yaitu massa kering padi sebesar 35,490 gram dan konstanta laju pertumbuhan tinggi sebesar 0,1079 hari-1. Untuk tanaman padi yang

diaplikasikan bionutrien CAF2, hasil panen terbaik dan konstanta laju

pertumbuhan tinggi terbesar ditunjukkan oleh tanaman aplikasi dengan dosis 0,5% yaitu massa kering padi sebesar 27,122 gram dan konstanta laju pertumbuhan tinggi sebesar 0,1109 hari-1. Sedangkan kontrol positif memiliki massa kering padi

sebesar 40,194 gram dan konstanta laju pertumbuhan tinggi sebesar 0,1188 hari-1,

sedangkan tanaman blanko memiliki memiliki massa kering padi sebesar 25,631 gram serta konstanta laju pertumbuhan tinggi 0,0992 hari-1.


(5)

ABSTRACT

This research is a further development of previous research about bionutrien CAF, about the effect of the use bionutrien CAF1 and CAF2 on rice plants (Oryza sativa

L) in order to determine the optimum dose conditions, examining the effect on

growth, yield and resistance of pests and disease . Bionutrien CAF1 obtained by

extraction using base solvent while bionutrien CAF2 obtained by extraction using

methanol. Bionutrien CAF1 applied to rice plants with various doses of 1,5%,

2,5%, 5%, 7,5%, 10% and 15%, while for bionutrien CAF2 variation dose used

was 0,25%; 0,5%; 1,5%; 2% and 4%. Positive controls used were rice plants with farmers treatment, including the provision of fungicides and pesticides on plants, while blank used is rice plants watered with only solvent. From this research it is known that for the rice plants applied bionutrien CAF1, the best yields and higher

growth rate constant is shown by the plant site application with a dose of 7,5% of the dry mass of rice amounted to 35,490 grams and higher growth rate constant of 0,1079 day-1. For rice plants applied bionutrien CAF2, the best yields and higher

growth rate constant is shown by the plant site application with a dose of 0,5% of the dry mass of rice amounted to 27,122 grams and higher growth rate constant of 0,1109 day-1. Meanwhile positive control has a mass of dry rice 40,194 grams of and high growth rate constant of 0,1188 day-1, while the plant form has a mass of 25,631 grams of dry rice and high growth rate constant of 0,0992 day-1.


(6)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan ... 4

1.4. Manfaat ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Tanaman Padi ... 5

2.1.1. Pemupukan ... 9

2.1.2. Pengendalian Hama dan Penyakit ... 10


(7)

2.1.1. Penyakit Padi ... 12

2.2. Tanaman CAF ... 13

2.3. Pupuk ... 13

2.3.1 Pupuk Organik ... 14

2.3.2 Pupuk Anorganik ... 17

2.4. Bionutrien ... 19

2.5. Laju Pertumbuhan Tanaman ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

3.2. Alat dan Bahan ... 25

3.3. Alur Penelitian ... 26

3.3.1. Ekstraksi CAF Dengan Menggunakan Pelarut Basa ... 28

3.3.2. Ekstraksi CAF Dengan Menggunakan Pelarut Metanol ... 28

3.4. Tahap Aplikasi ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1. Ekstraksi CAF ... 32

4.1.1. Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut Basa ... 32


(8)

4.2. Aplikasi Bionutrien CAF Pada Tanaman Padi ... 35

4.2.1 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-0 (32 Hari)……….36

4.2.2 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-2 (46 Hari)……….38

4.2.3 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-4 (60 Hari)……….40

4.2.4 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-6 (74 Hari)……….43

4.2.5 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-8 (88 Hari)……….46

4.2.6 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-10 (102 Hari)……….50

4.2.7 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-12 (116 Hari)………52

4.2.8 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-14 (130 Hari)………55

4.2.9 Pengaruh Bionutrien CAF Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Minggu ke-16 (144 Hari)……….58

4.3. Konstanta Laju Pertumbuhan Tinggi ... 61

4.4. Jumlah Anakan... 65

4.5. Massa Padi Hasil panen ... 67

4.6. Hubungan Antara Jumlah Anakan, Massa Kering, Dan Konstanta Laju Pertumbuhan Tanaman Padi……….69


(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79 RIWAYAT HIDUP


(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyak usaha yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan

produktivitas pertanian, diantaranya adalah pemenuhan nutrisi tanaman yang

cukup dan seimbang. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman tersebut, selain

pemanfaatan nutrisi yang sudah tersedia di alam juga diperlukan tambahan nutrisi

berupa pemberian pupuk. Pupuk merupakan bahan organik/anorganik,

alami/buatan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk memberikan unsur esensial

tertentu bagi pertumbuhan tanaman secara normal (Buckman, 1994).

Pemberian pupuk (pemupukan) harus dilakukan dengan tepat, efektif dan

efisien agar tujuan pemupukan dapat tercapai. Ketepatan pemupukan berkaitan

dengan komposisi kandungan unsur yang terkandung dalam pupuk. Semakin tepat

unsur yang diberikan maka semakin baik produktivitas tanaman. Ketepatan dosis

dan waktu aplikasi pemupukan juga menentukan keberhasilan produksi.

Efektifitas pemupukan berhubungan dengan tingkat/persentase hara pupuk yang

diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk

diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan peningkatan

produksi untuk setiap satuan penambahan pupuk (Hernanto, 1995).

Dalam perkembangannya, pupuk yang sering digunakan oleh para petani

adalah pupuk kimia. Hal ini disebabkan karena pupuk ini selain kaya akan nutrisi


(11)

2

kimia membawa dampak pada rusaknya ekosistem lahan dan timbulnya berbagai

permasalahan. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dalam jangka waktu

tertentu akan mengakibatkan kondisi tanah pertanian kehilangan kesuburannya,

berkurangnya jasad renik di dalam tanah yang membuat struktur tanah akan

semakin rusak.

Untuk mengatasi masalah ini, petani diupayakan untuk menggunakan

pupuk organik dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan petani akan

penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Pupuk organik dikenal sebagai pupuk

yang ramah lingkungan. Hal ini karena pupuk organik dibuat dari bahan-bahan

alami yang tidak mengandung bahan-bahan kimia sehingga tidak meninggalkan

residu yang membahayakan bagi lingkungan. Pemberian pupuk organik secara

bertahap akan mengembalikan kondisi kesuburan tanah, sehingga pupuk organik

bukan saja sebagai penyubur tanaman tetapi juga sebagai soil condisioner. Namun

seperti halnya pupuk anorganik, pupuk organik memiliki kekurangan yaitu

rendahnya kadar unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman kurang maksimal.

Oleh karena itu, diperlukan suatu pupuk yang memiliki kadar unsur hara

yang tinggi dan ramah lingkungan. Salah satu yang dikembangkan dewasa ini

adalah bionutrien. Bionutrien dapat digunakan sebagai sumber nutrisi alternatif

yang kaya unsur hara dan ramah lingkungan. Tanaman yang digunakan sebagai

bahan dasar pembuatan bionutrien memiliki ciri-ciri; kandungan N, P dan K yang

cukup tinggi, fisik tanaman subur, berdaun lebat, serta tidak mudah terserang

hama dan penyakit sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman


(12)

3

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pemberian bionutrien CAF dosis 50

mL/L dengan penambahan logam II ( Ca, Cu, Mn, Zn, Fe, Co, Cd,Sr, dan Ni)

memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan bionutrien CAF

lainnya terhadap laju pertumbuhan tanaman kentang. Namun konstanta laju

pertumbuhan tanaman kentang tertinggi ditunjukan oleh pemberian bionutrien

dosis 25 mL/L dengan penambahan logam II sebesar 0,024 hari-1 (Fahmi, 2010). Penelitian kali ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari

penelitian-penelitian sebelumnya mengenai bionutrien CAF, yaitu penggunaan bionutrien

CAF terhadap tanaman padi (Oryza sativa L). Pemilihan tanaman padi sebagai

tanaman aplikasi karena padi merupakan tanaman yang memiliki peranan yang

penting di Indonesia. Tanaman padi menghasilkan beras yang merupakan

makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Dengan penelitian ini diharapkan

dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan produktivitas tanaman padi di


(13)

4

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, masalah yang akan

diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan bionutrien CAF1 dan CAF2 terhadap

pertumbuhan tanaman Padi (Oryza sativa L) ?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan bionutrien CAF1 dan CAF2 terhadap

hasil panen tanaman Padi (Oryza sativa L) ?

1.3. Tujuan

Ditinjau dari rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi mengenai :

1. Mengetahui pengaruh penggunaan bionutrien CAF1 dan CAF2 dengan

dosis berbeda terhadap laju petumbuhan tanaman padi (Oryza sativa L).

2. Mengetahui pengaruh penggunaan bionutrien CAF1 dan CAF2 dengan

dosis berbeda terhadap hasil panen tanaman padi (Oryza sativa L).

1.4. Manfaat

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap


(14)

Dedi Haryadi, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cikajang, Garut dan di

lingkungan sekitar Universitas Pendidikan Indonesia. Sampel yang diambil

berupa tanaman CAF. Penelitian berlangsung sekitar 8 bulan, terhitung dari bulan

Oktober 2011 sampai bulan Mei 2012. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap

yaitu tahap sintesis dan tahap aplikasi. Tahap sintesis dan aplikasi dilakukan di

Laboratorium Riset (Bioflokulan) Kimia FPMIPA UPI Bandung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: botol sampel,

neraca analitik, pemanas listrik (heater), gelas ukur (25 mL, 50mL dan 100 mL),

labu ukur 250 mL, labu Erlenmeyer berpenghisap, termometer, satu set alat

destilasi, mistar, kertas label, kertas saring, spatula, corong pendek, corong

plastik, batang pengaduk, penyaring Buchner, gelas kimia (100 mL, 250 mL,

500mL dan 1000mL), labu erlenmeyer 100 mL, pipet tetes, botol semprot, dirgen

(5L), ember 10L, kantung trace bag dan pot tanaman.

Bahan atau zat kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

metanol, ekstraktan basa, aquades, air, tanah, pupuk NPK, pupuk kandang


(15)

26

3.3 Alur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan dua tahapan. Tahap pertama

yaitu ekstraksi tanaman CAF. Ekstraksi tanaman CAF ini dilakukan dengan dua

cara yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut metanol dan ekstraksi dengan

menggunakan ekstrakstan basa. Tahap selanjutnya adalah aplikasi bionutrien CAF

terhadap tanaman padi (Oryza sativa L). Bionutrien hasil ekstraksi menggunakan

pelarut metanol diaplikasikan terhadap tanaman padi dengan cara penyemprotan,

sedangkan bionutrien hasil ekstraksi menggunakan ekstrakstan basa diaplikasikan

dengan cara penyiraman. Bagan alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada


(16)

Dedi Haryadi, 2013

27

- Dicuci - Dicuci - Dikeringkan selama 2 minggu - Dirajang

- Dimaserasi dengan metanol - Dimasukkan ke dalam selama 1 minggu panci

- Disaring - Ditambahkan larutan ekstraktan basa

- Dipanaskan - Didinginkan - Dikisatkan 20% - Disaring volime awal

-Diaplikasikan terhadap Tanaman padi

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Larutan

Bionutrien CAF1 Residu

Filtrat Residu

Bionutrien CAF2

Tanaman CAF


(17)

28

3.3.2 Ekstraksi CAF dengan menggunakan ekstrakstan basa

Pada tahap ini, tanaman CAF dihomogenkan dengan cara dipotong

kemudian ditimbang sebesar 70 gram, lalu ditambahkan larutan ekstraktan basa

dengan konsentrasi 1,25 M. Setelah itu, campuran diekstraksi dengan cara

digodok pada suhu 95 oC dengan waktu ekstraksi 30 menit. Kemudian lakukan penyaringan setelah campuran dingin. Bionutrien yang didapatkan dari metode

ekstraksi ini selanjutnya disebut bionutrien CAF1.

3.3.1 Ekstraksi CAF dengan menggunakan pelarut metanol

Ekstraksi CAF dengan menggunakan pelarut metanol dilakukan dengan

teknik maserasi. Sebelum dimaserasi, tumbuhan CAF dicuci hingga bersih dan

dikeringkan di udara terbuka, tetapi tidak boleh terkena cahaya matahari langsung

untuk mencegah adanya reaksi yang mungkin terjadi pada tumbuhan CAF akibat

terkena cahaya matahari langsung. Pengeringan dilakukan ± 3 minggu sampai

tumbuhan tersebut benar-benar kering. Setelah kering, tumbuhan dipotong agar

ukurannya homogen sebelum dimaserasi. Tumbuhan yang sudah dihomogenkan kemudian ditimbang dan ditambahkan dengan pelarut methanol sampai semua tanaman terendam. Proses maserasi ini dilakukan selama 1 minggu, kemudian setelah 1 minggu perendaman, maserat CAF disaring. Filtrat hasil penyaringan kemudian dikisatkan dengan cara penguapan sampai volumenya menjadi 20% dari volume awal. Bionutrien yang didapatkan dari metode ekstraksi ini selanjutnya disebut bionutrien CAF2


(18)

Dedi Haryadi, 2013

29

3. 4 Tahap Aplikasi

Pada tahap ini dilakukan aplikasi terhadap tanaman padi yang bertujuan

untuk mengetahui efektifitas pemberian bionutrien. Aplikasi dilakukan di

Laboratorium Riset Kimia Lingkungan kota Bandung. Untuk mengetahui

pengaruh pemberian bionutrien pada tanaman padi (Oryza sativa L), maka dibuat

14 kelompok tanaman yang pada aplikasinya akan diberi perlakuan berbeda.

Perlakuan yang berbeda dari ke14 kelompok tanaman tersebut adalah sebagai

berikut :

- Kelompok 1, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 1,5 % - Kelompok 2, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 2,5 % - Kelompok 3, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 5 % - Kelompok 4, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 7,5 % - Kelompok 5, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 10% - Kelompok 6, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 15% - Kelompok 7, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 0,25 % - Kelompok 8, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 0,5 % - Kelompok 9, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 1 % - Kelompok 10, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 1,5 % - Kelompok 11, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 2 % - Kelompok 12, yaitu 3 tanaman disemprot bionutrien CAF1 dengan dosis 4 % - Kelompok 13, yaitu 3 tanaman disemprot metanol saja sebagai blanko

- Kelompok 14, yaitu 3 tanaman diberi perlakuan standar petani sebagai kontrol positif


(19)

30

Adapun denah lahan untuk keperluan penelitian dapat dilihat pada gambar

3.2 dibawah ini.

Dosis 15 %

Dosis 10 %

Dosis 7,5 %

Dosis 5 %

Dosis 2,5 %

Dosis 1,5 %

Dosis 0,25%

Dosis 0,5% Dosis 1%

Dosis 1,5% Dosis 2%

Dosis 4%

Kontrol Positif

Blanko

Bionutrien CAF1


(20)

Dedi Haryadi, 2013

31

Benih tanaman padi yang digunakan adalah jenis Mekongga. Lahan yang akan

ditanami benih diberi pupuk awal yaitu pupuk kandang (kotoran ayam dan

kotoran kambing). Pemupukan pada tanaman padi tidak langsung dilakukan

ketika padi dipindahkan tetapi menunggu sampai padi dapat beradaptasi dengan

lingkungan barunya. Pemberian bionutrien dilakukan tujuh hari sekali dimulai

pada saat padi berusia 40 hari.

Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dilakukan secara

berkala tiap tujuh hari sekali terhadap semua perlakuan dan semua tanaman

didalamnya sampai siap panen. Adapun variabel-variabel yang diamati pada

penelitian ini meliputi :

(1) tinggi batang, diukur dari pangkal akar sampai bagian atas daun,

(2) jumlah anakan yang dihasilkan per tanaman,


(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan tanaman padi yang dipengaruhi pemberian bionutrien

CAF1 memenuhi hukum laju orde ke-1 dengan konstanta laju

pertumbuhan tertinggi sebesar 0,1079 hari-1 pada dosis 7,5%. Sedangkan untuk bionutrien CAF2, laju pertumbuhan tanaman padi memenuhi hukum

laju orde ke-1 dengan konstanta laju pertumbuhan tertinggi sebesar 0,1109

hari-1 pada dosis 0,5%.

2. Massa kering padi terbesar diantara tanaman yang diaplikasikan bionutrien

CAF1 adalah tanaman yang diberi dosis 7,5% sebesar 35,490 gram.

Sedangkan untuk tanaman yang diaplikasikan bionutrien CAF2, massa

kering terbesar adalah tanaman yang diberi dosis 0,5% sebesar 27,122

gram.

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan masih terdapat banyak kekurangan,

karena itu diharapkan untuk penelitian selanjutnya ada beberapa hal yang


(22)

74

Dedi Haryadi, 2013

1. Melakukan penambahan unsur hara mikro, sehingga dapat memberikan

pengaruh yang lebih baik ketika diaplikasikan terhadap tanaman padi.

2. Pada tahap aplikasi perlu dilakukan pengujian sifat fisik dan kimia tanah


(23)

Daftar Pustaka

Andoko, Agus. (2002). Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

Angga. (2009). Tugas Unsur Hara. [Online]. Tersedia: Angga1503.wordpress.com/2009/01/26/tugas-unsur-haraz. [Agustus, 2012].

Aprianto, Fahmi. (2010). Kajian Tentang bPotensi Bionutrien CAF dengan

Penambahan Logam yang diaplikasikan terhadap Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Buckman. (1994). Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Buckman, H. O and N.C. Brady. (1992). 10th ed. The Nature and Properties of

Soils. New York : The McMilan Co.

Budiharsanto, A. S. 2006. Mikrohabitat dan Relung Ekologi Walang Sangit dan

Belalang pada Tanaman Padi Sawah. [skripsi]. Universitas Negeri

Malang.

Blessington, M. T., Clement, L. D. Dan William, G. K. (tanpa tahun). Organic

and Inorganic Fertilizers. [Online]. Tersedia: http://enviromentalholticulture.umd.edu/ProductionInformation/Organics. pdf.[Agustus, 2012].

Darwis, S.N. (1979). Agronomi Tanaman Padi. Lembaga Pusat Percobaan Pertanian Perwakilan Padang.

De Datta, S. K. (1981). Principles and Practices of Rice Production. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Decoteau, D. R. (2000). Vegetable Crops. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Dwidjoseputro. (1978). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Go Ban Hong. (1977). Peranan Pupuk. Bahan Penataran Staf Peneliti LPH tahap II: 25-28 April 1977. Dept. Ilmu-ilmu Tanah, Faperta, IPB.


(24)

76

Grist D.H., (1960). Rice. Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural Service, Malaya. London: Longmans, Green and Co Ltd.

Hasanah, P. (2007). Kandungan nutrisi, fermentabilitas, dan kecernaan in vitro

bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) terdetoksifikasi. Skripsi.

Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hernanto, F. (1995). Ilmu Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hsieh, S. C and C. F. Hsieh. (1990). The Uses of Organic Matter In Crop

Production. Paper Presented at Seminar on The Uses of Organic

Fertilizers in Crop Production, at Suweon, South Korea, 18- 24 June 1990.

Indra, Feri. (2008). Kajian Potensi Tanaman CAF Sebagai Bionutrien Untuk

Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca Sativa) Dan Kentang (Solanum Tuberosum). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Ismunadji, M., S.O. Manurung. (1988). Dalam: Ismunadji, M., S. Partohardjono, M. Syam, dan A. Widjono (eds). Padi Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor. Hal 55-102

Jo, I. S. (1990). Effect of organic Fertilizer On Soil Physical Properties and Plant

Growth. Paper Presented at Seminar on The Uses of Organic Fertilizers in

Crop Production, at Suweon, South Korea, 18- 24 June 1990.

Koswara. (2007). Labelisasi dan Deteksi GMO. [Online]. Tersedia: http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr264042.pdf. [Agustus, 2012].

Lakitan, B. (2010). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers. Lang,B.F.,Gray,M.W.,Burger,G. (1999). Mitochondrial genome evolution and the

origin of eukaryotes.Annu. Rev.Genet.33,351– 397.

Lingga, P dan Marsono. (2000). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya.

Manurung, S.O. dan M. Ismunadji. (1989). Morfologi dan Fisiologi Padi. Bogor: Balai Percobaan dan Pengembangan Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan.

Nurzaman, H. (2010). Kajian Tentang Potensi Dual Bionutrian CAF dan MHR

Yang Diaplikasikan Pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.).


(25)

77

Nyoman P. Arayanta, dkk. (2010). The Potency of Sediment from Saguling Dam

(West Java) as Organic Fertilizer for Rice Plant. 4th International

Conference on Mathematics and Natural Sciences (ICMNS). Bandung. 23-25 November 2010.

Pratama, Harry agung. (2011). Kajian Potensi Bionutrien Hasil Ekstraksi

Tanaman ARH dengan Variasi Tingkat Kepolaran Pelarut dan Aplikasinya Pada Cabai Merah Keriting. (Capsicum annum L). Skripsi

Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rukmana dan Sugandi Saputra B.Sc, 1997. Penyakit Tanaman dan Teknik

Pengendaliannya. Jakarta: Kanisius.

Sabiham, S., G. Soepardi dan Djokosudarjo. (1983). Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu-Ilmu tanah, Faperta, IPB, Bogor.

Sjam,Sylvia. (2006). Pemanfaatan Ekstrak Buah Maja( Bignoniaceae: Crescentia

cujete ) dengan EM4 Terhadap Penggerek Buah Kakao Conophomorpha cramerella Snelen( Lepidoptera: Gracillariidae ).[Online].Tersedia:

http://www.ijonline.net/index.php/BullPen/article/viewFile/248/217. [Agustus, 2012].

Soeriaatmadja, R.E. (1979). Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.

Soemarjono, dkk. (1990). Bertanam Padi Sawah. Jakarta: Penerbit Swadaya

Soepardi, G. (1983). Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu tanah, Faperta, IPB, Bogor.

Sugiarto, dkk. 1994. Rancangan Percobaan. Yogyakarta: Andi Offset.

Suharno. 2007. Penyuluhan Pertanian Yogyakarta. [Online]. Tersedia: http://www.distan.pemda.diy.go.id/index2.php?option=content&task=vie w&id=178&pop=1&page=0. [Agustus, 2012].

Suharno. (2005). Perlindungan Tanaman. Diktat STPP, jurluhtan, Yogyakarta

Suparyono dan Setyono, A. (2003). Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sutejo, M. M. (2002). Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tanaka, A. (1978). Role of Organic Matter in Soil and Rice. IRRI. Los Banos. Laguna, Philippina. P. 605-669.


(26)

78

Tarigan,. F.H. (1998). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Green Giant dan

Pupuk Daun Super Bionik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.). [online]. Tersedia: httprepository. Usu.ac.idbitstrea.1234567897596109E00462. [Agustus, 2012]

Tjitrosomo, S.U., (1999). Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tobing, dkk. (1995). Agronomi Tanaman Makanan I. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Laju pertumbuhan tanaman padi yang dipengaruhi pemberian bionutrien CAF1 memenuhi hukum laju orde ke-1 dengan konstanta laju pertumbuhan tertinggi sebesar 0,1079 hari-1 pada dosis 7,5%. Sedangkan untuk bionutrien CAF2, laju pertumbuhan tanaman padi memenuhi hukum laju orde ke-1 dengan konstanta laju pertumbuhan tertinggi sebesar 0,1109 hari-1 pada dosis 0,5%.

2. Massa kering padi terbesar diantara tanaman yang diaplikasikan bionutrien CAF1 adalah tanaman yang diberi dosis 7,5% sebesar 35,490 gram. Sedangkan untuk tanaman yang diaplikasikan bionutrien CAF2, massa kering terbesar adalah tanaman yang diberi dosis 0,5% sebesar 27,122 gram.

5.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan masih terdapat banyak kekurangan, karena itu diharapkan untuk penelitian selanjutnya ada beberapa hal yang disarankan diantaranya:


(2)

74

1. Melakukan penambahan unsur hara mikro, sehingga dapat memberikan pengaruh yang lebih baik ketika diaplikasikan terhadap tanaman padi.

2. Pada tahap aplikasi perlu dilakukan pengujian sifat fisik dan kimia tanah agar efek pemberian bionutrien dapat terlihat dengan jelas.


(3)

Daftar Pustaka

Andoko, Agus. (2002). Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

Angga. (2009). Tugas Unsur Hara. [Online]. Tersedia:

Angga1503.wordpress.com/2009/01/26/tugas-unsur-haraz. [Agustus,

2012].

Aprianto, Fahmi. (2010). Kajian Tentang bPotensi Bionutrien CAF dengan

Penambahan Logam yang diaplikasikan terhadap Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Buckman. (1994). Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Buckman, H. O and N.C. Brady. (1992). 10th ed. The Nature and Properties of

Soils. New York : The McMilan Co.

Budiharsanto, A. S. 2006. Mikrohabitat dan Relung Ekologi Walang Sangit dan

Belalang pada Tanaman Padi Sawah. [skripsi]. Universitas Negeri

Malang.

Blessington, M. T., Clement, L. D. Dan William, G. K. (tanpa tahun). Organic

and Inorganic Fertilizers. [Online]. Tersedia:

http://enviromentalholticulture.umd.edu/ProductionInformation/Organics. pdf.[Agustus, 2012].

Darwis, S.N. (1979). Agronomi Tanaman Padi. Lembaga Pusat Percobaan Pertanian Perwakilan Padang.

De Datta, S. K. (1981). Principles and Practices of Rice Production. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Decoteau, D. R. (2000). Vegetable Crops. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Dwidjoseputro. (1978). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Go Ban Hong. (1977). Peranan Pupuk. Bahan Penataran Staf Peneliti LPH tahap II: 25-28 April 1977. Dept. Ilmu-ilmu Tanah, Faperta, IPB.


(4)

76

Grist D.H., (1960). Rice. Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural Service, Malaya. London: Longmans, Green and Co Ltd.

Hasanah, P. (2007). Kandungan nutrisi, fermentabilitas, dan kecernaan in vitro

bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) terdetoksifikasi. Skripsi.

Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hernanto, F. (1995). Ilmu Usaha Tani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hsieh, S. C and C. F. Hsieh. (1990). The Uses of Organic Matter In Crop

Production. Paper Presented at Seminar on The Uses of Organic

Fertilizers in Crop Production, at Suweon, South Korea, 18- 24 June 1990.

Indra, Feri. (2008). Kajian Potensi Tanaman CAF Sebagai Bionutrien Untuk

Pertumbuhan Tanaman Selada Bokor (Lactuca Sativa) Dan Kentang (Solanum Tuberosum). Skripsi Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung:

Tidak Diterbitkan.

Ismunadji, M., S.O. Manurung. (1988). Dalam: Ismunadji, M., S. Partohardjono, M. Syam, dan A. Widjono (eds). Padi Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan pengembangan Pertanian. Bogor. Hal 55-102

Jo, I. S. (1990). Effect of organic Fertilizer On Soil Physical Properties and Plant

Growth. Paper Presented at Seminar on The Uses of Organic Fertilizers in

Crop Production, at Suweon, South Korea, 18- 24 June 1990.

Koswara. (2007). Labelisasi dan Deteksi GMO. [Online]. Tersedia: http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr264042.pdf. [Agustus, 2012].

Lakitan, B. (2010). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers. Lang,B.F.,Gray,M.W.,Burger,G. (1999). Mitochondrial genome evolution and the

origin of eukaryotes.Annu. Rev.Genet.33,351– 397.

Lingga, P dan Marsono. (2000). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya.

Manurung, S.O. dan M. Ismunadji. (1989). Morfologi dan Fisiologi Padi. Bogor: Balai Percobaan dan Pengembangan Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan.

Nurzaman, H. (2010). Kajian Tentang Potensi Dual Bionutrian CAF dan MHR


(5)

Nyoman P. Arayanta, dkk. (2010). The Potency of Sediment from Saguling Dam

(West Java) as Organic Fertilizer for Rice Plant. 4th International

Conference on Mathematics and Natural Sciences (ICMNS). Bandung. 23-25 November 2010.

Pratama, Harry agung. (2011). Kajian Potensi Bionutrien Hasil Ekstraksi

Tanaman ARH dengan Variasi Tingkat Kepolaran Pelarut dan Aplikasinya Pada Cabai Merah Keriting. (Capsicum annum L). Skripsi

Sarjana Pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rukmana dan Sugandi Saputra B.Sc, 1997. Penyakit Tanaman dan Teknik

Pengendaliannya. Jakarta: Kanisius.

Sabiham, S., G. Soepardi dan Djokosudarjo. (1983). Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu-Ilmu tanah, Faperta, IPB, Bogor.

Sjam,Sylvia. (2006). Pemanfaatan Ekstrak Buah Maja( Bignoniaceae: Crescentia

cujete ) dengan EM4 Terhadap Penggerek Buah Kakao Conophomorpha cramerella Snelen( Lepidoptera: Gracillariidae ).[Online].Tersedia:

http://www.ijonline.net/index.php/BullPen/article/viewFile/248/217. [Agustus, 2012].

Soeriaatmadja, R.E. (1979). Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.

Soemarjono, dkk. (1990). Bertanam Padi Sawah. Jakarta: Penerbit Swadaya

Soepardi, G. (1983). Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu-Ilmu tanah, Faperta, IPB, Bogor.

Sugiarto, dkk. 1994. Rancangan Percobaan. Yogyakarta: Andi Offset.

Suharno. 2007. Penyuluhan Pertanian Yogyakarta. [Online]. Tersedia: http://www.distan.pemda.diy.go.id/index2.php?option=content&task=vie w&id=178&pop=1&page=0. [Agustus, 2012].

Suharno. (2005). Perlindungan Tanaman. Diktat STPP, jurluhtan, Yogyakarta Suparyono dan Setyono, A. (2003). Padi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sutejo, M. M. (2002). Pupuk Dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tanaka, A. (1978). Role of Organic Matter in Soil and Rice. IRRI. Los Banos. Laguna, Philippina. P. 605-669.


(6)

78

Tarigan,. F.H. (1998). Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Green Giant dan

Pupuk Daun Super Bionik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Jagung (Zea Mays L.). [online]. Tersedia: httprepository.

Usu.ac.idbitstrea.1234567897596109E00462. [Agustus, 2012] Tjitrosomo, S.U., (1999). Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tobing, dkk. (1995). Agronomi Tanaman Makanan I. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.