Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA JARAK TANAM

DAN PERSIAPAN TANAH YANG BERBEDA

TESIS

Oleh

SWATI SEMBIRING

077001006/AGR

FAKULTAS PERTANIAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS

PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA JARAK TANAM

DAN PERSIAPAN TANAH YANG BERBEDA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Agronomi pada Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SWATI SEMBIRING

077001006/AGR

FAKULTAS PERTANIAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) PADA JARAK TANAM DAN PERSIAPAN TANAH YANG BERBEDA

Nama Mahasiswa : Swati Sembiring Nomor Pokok : 077001006 Program Studi : Agronomi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc) (Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc) (Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D)


(4)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Telah diuji pada

Tanggal, 10 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Anggota : 1. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D

2. Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MP 3. Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP 4. Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS


(5)

ABSTRAK

Swati Sembiring, 2009. “Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo

(Oryza sativa L.) pada Jarak Tanam dan Persiapan Tanah yang Berbeda”. Penelitian

bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi gogo melalui jarak tanam dan persiapan tanah yang tepat. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Simalingkar A Kecamatan Pancur Batu. Penelitian ini dimulai bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (RPPT) Rancangan Petak-Petak Terpisah (Split-split Plot Design) dengan menggunakan 3 faktor yaitu Varietas (V) sebagai petak utama terdiri dari tiga varietas yaitu V1 = Rapat (lokal), V2 = Situ Patenggang dan V3 = Towuti.

Persiapan Tanah (P) sebagai anak petak terdiri dari 3 taraf yaitu P1 = Traditional

Tillage (TT), P2 = Minimum Tillage (MT) dan P3 = Tanpa Olah Tanah (TOT). Jarak

tanam (J) sebagai anak-anak petak terdiri dari 4 taraf yaitu J1 = 15 cm x 20 cm, J2 =

20 cm x 20 cm, J3 = 25 cm x 20 cm dan J4 = 30 cm x 20 cm. Peubah yang diamati

adalah : Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Jumlah Anakan Produktif, Luas Daun, Bobot Kering Tanaman, Bobot Kering Akar, Jumlah Gabah per Malai, Jumlah Gabah Hampa per Malai, Jumlah Gabah Berisi per Malai, Bobot Kering Gabah per Plot, Bobot Kering Gabah per Hektar, Laju Asimilasi Bersih, Laju Tumbuh Relatif, Bobot Kering Gulma dan Kadar Air Tanah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rataan tertinggi dari tinggi tanaman terdapat pada perlakuan (V1P1J1), rataan tertinggi dari

jumlah anakan terdapat pada perlakuan (V2P2J3), rataan tertinggi dari jumlah anakan

produktif terdapat pada perlakuan (V3P2J3), rataan tertinggi dari luas daun terdapat

pada perlakuan (V1P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering tanaman terdapat pada

perlakuan (V1P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering akar terdapat pada perlakuan

(V2P2J2), rataan tertinggi dari jumlah gabah per malai terdapat pada perlakuan

(V2P2J3), rataan tertinggi dari jumlah gabah hampa per malai terdapat pada perlakuan

(V1P1J1), rataan tertinggi dari jumlah gabah berisi per malai terdapat pada perlakuan

(V2P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering gabah per plot terdapat pada perlakuan

(V2P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering gabah per hektar terdapat pada perlakuan

(V2P2J3), rataan tertinggi dari bobot kering gulma terdapat pada perlakuan (V3P3J4),

rataan tertinggi dari kadar air tanah terdapat pada perlakuan (V3P2J3), rataan tertinggi

dari laju asimilasi bersih (LAB) terdapat pada perlakuan (V1P3J1), rataan tertinggi

dari laju tumbuh relatif (LTR) terdapat pada perlakuan (V1P3J1).

Kata Kunci : Padi Gogo, Jarak Tanam, Persiapan Tanah


(6)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

ABSTRACT

This research is executed in Kelurahan Simalingkar A, Kecamatan Pancur Batu, Sub-province Deli Serdang, North Sumatera, month of December 2008 to May 2009. The device used in this research is split split plot design by using 3 factor that is varietas (V) as especial check consist of three varietas that is V1 = Rapat (local), V2 = Situ

Patenggang and V3 = Towuti. Preparation of land ground (P) as check child consist of

2 level that is P1 = Traditional Tillage (TT), P2 = Minimum Tillage (MT) and P3 = No

Tillage (TOT). Planting space (J) as check children consist of 3 level that is J1 = 15

cm x 20 cm, J2 = 20 cm x 20 cm, J3 = 25 cm x 20 cm and J4 = 30 cm x 20 cm.

Parameter the perceived is : high plant, number of bud, number of bud productive, weight dry plant, weight dry root, wide leaf, number shell of rice clump, number shell of rice emptiness clump, number shell of rice contain clump, weight dry shell of rice from plot, weight dry shell of rice from ha, weight dry weeds, content of soil water, LAB (accelerate net assimilation) and LTR (accelerate growth relative). Research result indicate that research result indicate that average highest from high of crop there are at treatment (V1P1J1), average highest of amount bud there are treatment

(V2P2J3), average highest of amount bud productive there are treatment (V3P2J3),

average highest wide leaf there are treatment (V1P2J3), average highest of dry weight

of crop there are at treatment (V1P2J3), average highest of root weight of crop there

are at treatment (V2P2J2), average highest number of shell rice clump there are

(V2P2J3), average highest number of shell of rice emptiness clump there are at

treatment (V1P1J1), average highest number of shell of rice contain clump there are at

treatment (V2P2J3), average highest weight dry shell of rice from plot there are at

treatment (V2P2J3), average highest weight dry shell of rice from Ha there are

treatment (V2P2J3), average highest weight dry weeds there are at treatment (V3P3J4),

average highest content of soil water there are at treatment (V3P2J3), average highest

of LAB and LTR are at treatment (V1P3J1).

Key words : Land rice, Planting Space, Preparation of land ground


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini yang berjudul ”Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Jarak Tanam dan Persiapan Tanah yang Berbeda”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. Selaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Selaku Anggota Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk, sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tesis ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, demi kesempurnaan Tesis.

Medan, September 2009 Penulis


(8)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan-karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. Selaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D Selaku Anggota Pembimbing, atas segala bimbingan, petunjuk, koreksi dan saran yang diberikan sejak awal hingga akhir penelitian dan penulisan tesis.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

- Rektor Universitas Sumatera Utara dan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Program Magister pada program Pascasarjana USU. Juga kepada seluruh staf dan pegawai PPs USU yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

- Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D, sekaligus anggota pembimbing yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

- Ketua Program Studi Agronomi PPs USU, Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc yang sekaligus Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.


(9)

- Serta penghargaan dan doa yang tulus penulis ucapkan kepada Ayahanda (Alm) H. Senter Sembiring dan Ibunda Hj. Sinek Bangun yang telah memberikan dorongan dan doa dalam menyelesaikan studi ini.

- Suami tercinta Drs. Mulakata Singarimbun, serta anak-anak tersayang Yunistita Singarimbun dan Sri Ita Singarimbun. Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tulus atas segala doa, pengorbanan dan pengertiannya selama penulis mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana USU hingga penyelesaian Tesis ini.

- Saudara tercinta Dra. Siti Eisyah Sembiring; Dra. Seniwati Sembiring, M.Si Ak, Suedi Sembiring SH; Kapten. CKM. dr. Sumanta Sembiring, SpB dan Sa’ban Rizal Sembiring serta keponakan saya Hamdani Syahputra, SKM yang telah memberikan dorongan dan doa dalam menyelesaikan tesis ini.

- Rekan-rekan seakademis yang telah memberikan bantuan dan dukungan moril kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya kepada semua yang terlibat dan membantu yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, penulis menghaturkan hormat dan terima kasih yang setulusnya sehingga apa yang didapat penulis dalam studi ini dapat bermanfaat untuk orang lain.


(10)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1964 di Desa Tiganderket Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Sebagai anak ketiga dari enam bersaudara, dari ayah Alm. Drs. H. Senter Sembiring dan ibu Hj. Sinek br. Bangun, BA.

Pada tahun 1975, 1979, 1982, penulis berturut-turut lulus dari SD Negeri Tanjung Merawa, SMP Negeri Tiganderket, SMA Negeri 1 Medan. Pada tahun 1982 kuliah di Universitas Sumatera Utara dan meraih gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agronomi pada tahun 1987.

Pada tahun 1990 penulis diterima sebagai dosen Kopertis Wil. I Medan dpk pada Fakultas Pertanian Universitas Karo Kabanjahe.

Pada tahun 1990 penulis menikah dengan Drs. Mulakata Singarimbun dan dikarunia dua orang putri yaitu Yunistita Singarimbun dan Sri Ita Singarimbun.

Pada tahun 2007 penulis memperoleh kesempatan mengikuti Program Magister di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Agronomi dengan bantuan program BPPs Sekolah Pascasarjana USU.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Hipotesis Penelitian ... 5

Manfaat Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Padi ... 7

Varietas Padi Gogo ... 10

Pengaruh Pengolahan Tanah ... 11

Jarak Tanam ... 13

BAHAN DAN METODA ... 15

Tempat dan Waktu ... ... 15

Bahan dan Alat ... ... 15

Metode Penelitian ... ... 15

Pelaksanaan Penelitian ... ... 18

Peubah Yang Diamati ... ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

HASIL ... ... 26

Tinggi Tanaman ... ... 26

Jumlah Anakan ... ... 42

Jumlah Anakan Produktif ... ... 50

Luas Daun ... ... 53

Berat Kering Tanaman ... ... 59

Berat Kering Akar ... ... 73


(12)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Jumlah Gabah Hampa per Malai ... ... 88

Jumlah Gabah Berisi per Malai ... ... 93

Bobot Kering Gabah per Plot …... ... 98

Bobot Kering Gulma ……….…... ... 102

Bobot Kering Gabah per Hektar ... ... 113

Kadar Air Tanah ………... ... 117

Laju Asimilasi Bersih …………... ... 129

Laju Tumbuh Relatif ………..…... ... 137

PEMBAHASAN ... ... 144

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Lokal, Situ Patenggang dan Towuti) …………... 144

Pengaruh Persiapan Tanah terhadap Bobot Kering Gulma serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo ... 147

Pengaruh Jarak Tanam terhadap Bobot Kering Gulma serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo ... 151

KESIMPULAN DAN SARAN ... 155

Kesimpulan ... ... 155

Saran ... ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 157


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 1. Rataan Tinggi Tanaman Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan

Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 28

2. Rataan Jumlah Anakan Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 43

3. Rataan Jumlah Anakan Produktif Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya ... 51

4. Rataan Luas Daun Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 54

5. Rataan Bobot Kering Tanaman 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 60

6. Rataan Bobot Kering Akar 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 74

7. Rataan Jumlah Gabah per Malai Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya ... 84

8. Rataan Jumlah Gabah Hampa per Malai Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya... 89

9. Rataan Jumlah Gabah Berisi per Malai Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya... 94

10. Rataan Bobot Kering Gabah per Plot Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya... 99

11. Rataan Bobot Kering Gulma 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 103

12. Rataan Bobot Kering Gabah per Hektar Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Interaksinya... 114

13. Rataan Kadar Air Tanah 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 118


(14)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

14. Rataan Laju Asimilasi Bersih 4 - 8 MST, 8 - 12 MST dan 12 - 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 130

15. Rataan Laju Tumbuh Relatif 4 - 8 MST, 8 - 12 MST dan 12 - 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya ... 139


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst ... ... 30 2. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst ... ... 31 3. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst ... ... 32 4. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst ... 34 5. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst ... 35 6. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst ... 36 7. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst ... 38 8. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst ... 39 9. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3,

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst ... 40 10.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Tinggi Tanaman

(cm) pada Umur 16 mst... 41 11.Hubungan Jarak Tanaman terhadap Jumlah Anakan(batang) pada

Umur 8 dan 12 mst ... 44 12.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan

(batang) pada Umur 4 mst... 46 13.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan


(16)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

14.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan

Produktif (batang) ... 52 15.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Luas Daun (cm2) pada

Umur 12 mst ... 56 16.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Luas Daun (cm2) pada

Umur 16 mst... 58 17.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Bobot Kering

Tanaman (g) pada Umur 4 mst ... 61 18.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 8 mst ... 63 19.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 8 mst ... 64 20.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 8 mst ... 65 21.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 12 mst ... 66 22.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 12 mst ... 67 23.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 12 mst ... 68 24.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 16 mst ... 70 25.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 16 mst ... 71 26.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Tanaman Umur 16 mst ... 72 27.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Akar Umur 4 mst ... 75 28.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3


(17)

29.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Bobot Kering Akar

(g) pada Umur 8 mst ... 78 30.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam Terhadap Bobot

Kering Akar (g) pada Umur 8 mst ... 79 31.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam Varietas V2 Terhadap

Bobot Kering Akar pada Umur 12 mst ... 80 32.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

Terhadap Bobot Kering Akar pada Umur 16 mst ... 82 33.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

Terhadap Jumlah Gabah per Malai ... 85 34.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

Terhadap Jumlah Gabah per Malai ... 86 35.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

Terhadap Jumlah Gabah per Malai ... 87 36.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

Terhadap Jumlah Gabah Hampa per Malai... 90 37.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

Terhadap Jumlah Gabah Hampa per Malai... 91 38.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

Terhadap Jumlah Gabah Hampa per Malai... 92 39.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Jumlah Gabah Berisi per Malai ... 95 40.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Jumlah Gabah Berisi per Malai ... 96 41.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Jumlah Gabah Berisi per Malai ... 97 42.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Kering Gabah per Plot ... 100 43.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3


(18)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

44.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 4 mst ... 104 45.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 4 mst ... 105 46.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 8 mst ... 107 47.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 8 mst ... 108 48.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 12 mst ... 109 49.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 12 mst ... 110 50.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 16 mst ... 111 51.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gulma Umur 4 mst ... 112 52.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Bobot Kering Gabah per Hektar ... 115 53.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Bobot Kering Gabah per Hektar ... 116 54.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Kadar Air Tanah Umur 4 mst ... 120 55.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Kadar Air Tanah Umur 4 mst ... 121 56.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Kadar Air Tanah Umur 4 mst ... 122 57.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Kadar Air Tanah Umur 8 mst ... 123 58.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2


(19)

59.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Kadar Air Tanah Umur 12 mst ... 125 60.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Kadar Air Tanah Umur 12 mst ... 126 61.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Kadar Air Tanah Umur 16 mst ... 128 62.Hubungan Varietas dan Jarak Tanam terhadap Laju Asimilasi Bersih

(g.cm-2bulan-1) pada Umur 4 - 8 mst ... 131 63.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 4 - 8 mst ... 133 64.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 4 - 8 mst ... 134 65.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 4 - 8 mst ... 135 66.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 12 - 16 mst ... 136 67.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 8 - 12 mst ... 140 68.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Laju Asimilasi Bersih Umur 8 - 12 mst ... 141 69.Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3


(20)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Denah Susunan Perlakuan Pada Percobaan …... 160

2. Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 161 3. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST... 162 4. Rata-rata Jumlah Anakan (anakan) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 163 5. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST… 164 6. Rata-rata Jumlah Anakan Produktif, Jumlah Gabah per Malai dan

Jumlah Gabah Hampa per Malai ………... 165 7. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan Produktif, Jumlah Gabah per

Malai dan Jumlah Gabah Hampa per Malai ………... 166

8. Rata-rata Jumlah Gabah Berisi per Malai, Bobot Kering Gabah per Plot dan Bobot Kering Gabah per Hektar ……… 167

9. Daftar Sidik Ragam Jumlah Gabah Berisi per Malai, Bobot Kering Gabah per Plot dan Bobot Kering Gabah per Hektar ……….. 168

10. Rata-rata Luas Daun (cm2) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 169 11. Daftar Sidik Ragam Luas Daun pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ……... 170 12. Rata-rata Berat Kering Tanaman (g) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 171 13. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Tanaman pada Umur 4, 8, 12 dan

16 MST ………..……... 172 14. Rata-rata Berat Kering Akar (g) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 173 15. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Akar pada Umur 4, 8, 12 dan

16 MST ………..……... 174 16. Rata-rata Berat Kering Gulma (g) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 175


(21)

17. Daftar Sidik Ragam Berat Kering Gulma pada Umur 4, 8, 12 dan

16 MST ………..……... 176

18. Rata-rata Kadar Air Tanah (%) pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST ... 177

19. Daftar Sidik Ragam Kadar Air Tanah pada Umur 4, 8, 12 dan 16 MST.. 178

20. Rata-rata Laju Asimilasi Bersih pada Umur 4 - 8, 8 - 12 dan 12 - 16 MST ... 179

21. Daftar Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih pada Umur 4 - 8, 8 - 12 dan 12 - 16 MST ... 180

22. Rata-rata Laju Tumbuh Relatif pada Umur 4 - 8, 8 - 12 dan 12 - 16 MST ... 181

23. Daftar Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif pada Umur 4 - 8, 8 - 12 dan 12 - 16 MST ... 182

24. Deskripsi Dua Varietas Unggul Padi Gogo yang digunakan Penelitian... 183

25. Korelasi antar Parameter ... 184

26. Jenis Gulma Sebelum Pengolahan Tanah ... 185

27. Jenis Gulma Setelah Persiapan Tanah ... 186

28. Hasil Analisis Tanah Inceptisol dari Daerah Pancur Batu ... 187


(22)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada saat ini masalah ketersediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk Indonesia merupakan salah satu masalah nasional yang cukup memprihatinkan. Masalah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang terus meningkat dengan laju pertumbuhan 2% per tahun, adanya perubahan konsumsi penduduk dari non-beras ke beras, akibat perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian, timbulnya masalah baru seperti musim kering yang panjang, masalah banjir dan keterlambatan waktu tanam. Bila tidak ada berbagai terobosan-terobosan baru yang signifikan untuk mengatasi masalah kebutuhan pangan ini, maka negara Indonesia harus mengimpor beras terus menerus dari negara-negara lain. Berdasarkan data statistik tahun 1998-2003 impor beras ke Indonesia pertahun berkisar antara 1,4-5,7 juta ton dengan rata-rata 2-99 juta ton pertahun (Supijatno, 2004; BPS, 2003; Adiratma, 2004).

Tanaman padi merupakan tanaman penting di Asia terutama di Indonesia. Padi menghasilkan beras menjadi makanan pokok menyediakan 35-80$% dari total kalori yang dibutuhkan oleh manusia (IRRI, 1997). Penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk dikenal dengan istilah Ketahanan Pangan (Suryana, A., 2002).

Upaya untuk meningkatkan produksi beras terus dilakukan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta berkurangnnya sawah beririgasi akibat alih fungsi menjadi kawasan industri dan permukiman. Selain itu kemarau panjang serta


(23)

banjir hampir setiap tahun ikut mempengaruhi kapasitas penyediaan beras sehingga impor tidak dapat dihindari. Kondisi ini diperburuk oleh krisis moneter yang berdampak pada melemahnya daya beli petani terhadap sarana produksi terutama pupuk dan pestisida.

Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan memanfaatkan lahan kering yang tersedia cukup luas diluar Jawa. Dari luas total daratan Indonesia, sekitar 47,6 juta ha (32,4%) merupakan lahan kering yang umumnya didominasi oleh tanah masam Podsalik Merah Kuning (Purnamaningsih dan Ika, 2005).

Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang memiliki peran nyata dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Selama ini sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional cukup besar (Soewito, et al., 1995).

Hasil padi gogo relatif rendah dibandingkan dengan hasil padi sawah disebabkan terjadinya kekurangan air dalam pertumbuhannya karena sumber air bagi padi gogo hanya dari curah hujan semata. Disamping itu lahan padi gogo umumnya tanahnya miskin hara seperti P, Ca, Mg, kandungan Aluminiumnya tinggi serta bahan organiknya rendah.

Kendala pertumbuhan dan hasil padi gogo yang relatif rendah seperti diuraikan diatas, yang secara langsung maupun tidak langsung berfungsi dalam penyediaan dan pengaturan pemasukan air, energi dan nutrisi bagi tanaman.


(24)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Disamping itu kendala lingkungan biotik seperti gulma dan hama penyakit juga menyebabkan pertumbuhan maupun hasil yang rendah.

Moenandir (2004) mengatakan bahwa pengolahan tanah sesungguhnya adalah tindakan penghancuran bongkahan tanah besar menjadi berukuran lebih kecil sehingga permukaan partikel tanah yang mengakibatkan lebih luas hubungan antara akar tanaman dan tanah. Keadaan ini memungkinkan tanaman memperoleh nutrisi lebih dari cukup dan mengakibatkan pertumbuhan baik dan hasilnya menjadi baik pula.

Peranan pengolahan tanah dalam pengawetan tanah adalah sedikit sekali bahkan dapat merugikan. Meskipun dengan pengolahan tanah, tanah menjadi lebih gembur dan lebih cepat menyerap air hujan, mengurangi aliran permukaan tetapi pengaruh tersebut hanya sementara karena tanah yang diolah sampai gembur akan lebih mudah tererosi (Simanihuruk, dkk., 2007).

Pelaku pertanian harus bijaksana dalam mengatur penghematan air sehingga menguntungkan terhadap hasil, antara lain dengan mengatur jarak tanam. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman karena berhubungan dengan persaingan antar sistem perakaran tanaman dalam konteks pemanfaatan pupuk (Masdar, 2001).

Beberapa faktor dari aspek manajemen yang mempunyai korelasi positif meningkatkan produktivitas padi, antara lain : varietas padi, jarak tanam dan pengolahan tanah (Subroto, B, 2006).

Penentuan jarak tanam yang tepat sangat penting artinya, karena hal ini berhubungan erat terhadap populasi tanaman per satuan luas areal. Populasi tanaman


(25)

yang terlalu rapat dapat mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat antara satu tanaman dengan yang lainnya. Faktor tingkat kesuburan tanah, kelembaban juga akan menimbulkan persaingan apabila kerapatan tanaman semakin besar. Jadi agar tidak terjadi persaingan antara tanaman satu dengan yang lain, harus diusahakan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Napitupulu, dkk., 1997).

Admin (2002) melaporkan bahwa tanpa olah tanah memberikan hasil untuk bobot kering batang, jumlah anakan dan prosuksi padi tidak menunjukkan perbedaan nyata bila dibandingkan dengan perlakuan olah tanah sempurna (OTS).

Perumusan Masalah

Produktifitas padi gogo dilahan kering masih rendah baik ditinjau dari segi produktifitas lahan maupun dari segi produktifitas hasil tanaman per hektar, hal ini disebabkan oleh terjadinya kekurangan air dalam pertumbuhannya oleh karena sumber air bagi padi gogo hanya dari curah hujan semata. Disamping itu lahan padi gogo umumnya tanahnya miskin hara seperti P, Ca, Mg, kandungan Al-nya tinggi serta bahan organiknya rendah.

Pertumbuhan padi gogo sering mengalami cekaman air yang dikarenakan banyak tumbuhan pengganggu, ini akan semakin banyak bila lahan pertanaman padi gogo tersebut telah dikultur tekniskan. Gulma menjadi saingan bagi padi gogo dalam penyerapan air dan hara tanaman. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan padi gogo terganggu dan pada akhirnya mengurangi hasil gabah kering.


(26)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Cara pengolahan tanah juga merupakan faktor penentu dalam kadar air tanah untuk setiap keadaan iklim, dengan demikian menentukan ketersediaan air bagi tanaman padi gogo. Oleh karena itu strategi pengelolaan tanaman padi gogo untuk meningkatkan produktifitasnya dapat dilakukan dengan memakai benih varietas unggul, pengolahan tanah yang dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan akar serta dapat menekan populasi gulma akan tetapi tetap dapat menjaga kelestarian kesuburan tanah serta mengatur populasi tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam.

Berdasarkan faktor-faktor diatas untuk meningkatkan produktifitas padi gogo, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Keragaman dan Kelimpahan Gulma Terhadap Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) pada Persiapan Tanah dengan Jarak Tanam yang Berbeda”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi gogo (Oryza sativa L.) melalui persiapan tanah dan jarak tanam yang tepat.

Hipotesis Penelitian

1. Pertumbuhan dan produksi varietas padi gogo berbeda pada persiapan tanah yang berbeda.


(27)

2. Pertumbuhan dan produksi varietas padi gogo berbeda pada jarak tanam yang berbeda.

3. Ada interaksi persiapan tanah dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas padi gogo.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk peningkatan pertumbuhan dan produksi dari beberapa varietas padi gogo melalui persiapan tanah serta jarak tanam yang tepat.


(28)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi dan Pertumbuhan Tanaman Padi

Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian vegetatif (akar, batang dan daun) dan bagian generatif berupa malai dan bunga (Suparyono dan Setyono, A, 2003). Sistem perakatan tanaman padi adalah akar serabut yang terdiri dari 2 jenis akar yaitu, akar seminal dan akar adventif (Manurung dan Ismunadji, 1988). Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara, dan akar yang kedua adalah akar adventif yaitu akar bercabang bebas dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah, akar adventif tersebut menggantikan akar seminal (Suharno, 2007).

Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang, menyerap nutrien dan air serta untuk pernapasan (Suparyono dan Setyono, 2003).

Batang padi secara fisik berguna untuk menopang tanaman secara keseluruhan yang diperkuat oleh pelepah daun. Secara fungsional batang berfungsi untuk mengalirkan nutrien dan air keseluruhan bagian tanaman (Suparyono dan Setyono, 2003).

Menurut Suharno (2007) anakan padi muncul pada batang utama, batang sekunder dan batang tersier dalam urutan yang bergantian, anakan primer tumbuh dari buku terbawah dari batang utama dan anakan primer berkembang akan memunculkan anakan sekunder, anakan sekunder pada gilirannya akan menghasilkan


(29)

anakan tertier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut pertunasan. Pembentukan anakan sangat dipengaruhi oleh unsur hara, sinar, jarak tanam dan teknik budidaya.

Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun, telinga daun (uricle) dan lidah daun (ligula). Daun yang paling atas memiliki ukuran terpendek dan disebut daun bendera. Daun keempat dari daun bendera merupakan daun terpanjang. Jumlah daun pertanaman tergantung varietas. Varietas unggul umumnya memiliki 14-18 daun.

Sifat daun sering dipakai sebagai salah satu sifat morfologis yang dipakai untuk membedakan antar varietas. Sifat-sifat itu adalah ketegakan, panjang daun, lebar daun, tebal daun, warna daun dan kecepatan penuaan (Suparyono dan Setyono, 1993).

Fase pertumbuhan generatif adalah pembentukan malai sampai pembungaan dan pematangan biji. Pada fase generatif pertumbuhan dan perkembangan malai muda meningkat dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun bendera menggembung (bulge). Penggembungan pelepah daun bendera ini disebut dengan istilah bunting (BPTP Bengkulu, 2007).

Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Heading adalah stadia keluarnya malai yang ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun, pada umumnya floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari (IRRI, 2003).


(30)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer. Dari buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer dan dari cabang primer akan muncul lagi cabang-cabang sekunder. Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai butir gabah yang paling ujung. Kepadatan malai adalah perbandingan antara jumlah bunga tiap malai dengan panjang malai (Suparyono dan Setyono, 2003).

Bunga padi berkelamin dua dan memiliki 6 buah benang sari dengan tangkai sari pendek dan dua kantong serbuk di kepala sari. Bunga padi juga mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna putih atau ungu. Sekam mahkotanya ada dua dan yang bawah disebut lemma sedang yang atas disebut palea (Suparyono dan Setyono, 2003).

Pada dasar bunga terdapat dua daun mahkota yang berubah bentuk dan disebut lodicula. Bagian ini sangat berperan dalam pembentukan palea. Lodicula mudah mengisap air dari bakal buah sehingga mengembang. Pada saat palea membuka maka benang sari akan keluar. Pembukaan bunga diikuti oleh pemecahan kantong serbuk dan penumpahan serbuk sari. Setelah serbuk sari ditumpahkan, lemma dan palea menutup kembali. Penempelan serbuk sari pada kepala putik mengawali proses penyerbukan dan pembuahan. Proses tersebut akan menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm berfungsi sebagai reservoir makanan bagi benih yang baru tumbuh (Suparyono dan Setyono, 2003).

Fase pemasakan gabah merupakan fase akhir dari perkembangan pertumbuhan tanaman padi, yang ditandai dengan menuanya daun dan terhentinya


(31)

pertumbuhan gabah, terjadi perubahan warna gabah menjadi menguning cerah. Ada tiga tahapan dalam pemasakan /pematangan gabah yaitu, tahap pertama gabah matang susu, yang kedua gabah setengah matang (dough grain stage) dan tahap ketiga gabah matang penuh dan siap dipanen (Prasetyo, 2003).

Varietas Padi Gogo

Padi termasuk genus Oryza L. yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar di daerah tropik dan sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza offinalis dan Oryza sativa

spontania. Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi lahan kering (gogo) yang

umumnya ditanam di dataran tinggi, dan padi sawah ditanam di dataran rendah yang memerlukan penggenangan air (Warintek, 2007).

Penggunaan varietas padi unggul dan padi hibrida harus mempunyai jaminan sertifikat yang mengacu pada produksi tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, pohon jagur, jumlah anakan banyak, dan umur tanaman singkat/genjah (Wirajaswadi L, 2008).

Cukup banyak varietas padi gogo yang telah dikenal petani. Sejak tahun 1961 varietas anjuran mulai dilepas oleh Puslitbang Tanaman Pangan dan jumlahnya meningkat dari tahun ke tahun, namun minat petani untuk membudidayakannya masih sangat rendah (Prasetyo, 2003).

Menurut Prasetyo (2003) untuk mendapatkan produksi yang maksimal, disarankan penggunaan varietas padi gogo yang adaftif dengan lokasi setempat


(32)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

(spesifik lokasi). Jadi untuk tempat yang berbeda, varietas yang digunakan pun berbeda.

Pengaruh Pengolahan Tanah

Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga sesuai dengan perkembangan akar tanaman. Penerapan prinsip-prinsip di atas dalam budidaya tanaman padi sangat perlu diperhatikan agar produksi tanaman padi optimal (Heddy, dkk., 1994).

Peranan pengolahan tanah dalam pengawetan tanah adalah sedikit sekali bahkan dapat merugikan. Meskipun dengan pengolahan tanah, tanah menjadi lebih gembur dan lebih cepat menyerap air hujan, mengurangi aliran permukaan tetapi pengaruh tersebut hanya sementara karena tanah yang diolah sampai gembur akan lebih mudah tererosi (Vergara, 1990).

Hasil penelitian Blevin et al (1971) menunjukkan bahwa kandungan air tanah pada system no-tillage lebih tinggi dibandingkan dengan conventional tillage maupun Olah Tanah Minimum. Perbedaan kandungan air tanah terutama terjadi pada lapisan kedalaman tanah antara 0-15 cm.

Prasetyo (1999) menyatakan bahwa pengolahan tanah tidak meningkatkan air tersedia di dalam tanah. Pengolahan tanah dapat menekan pertumbuhan gulma serta menyebabkan oerasi tanah yang baik. Bila populasi gulma telah dapat ditekan dan aerasi tanah tidak menjadi masalah maka pengolahan tanah tidak diperlukan lagi


(33)

sebab dapat mengakibatkan meningkatnya kehilangan air maupun kerusakan akar tanaman.

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari dan atau keluarnya substansi alelopati (Pudjiatmoko, 2007).

Degradasi lahan pertanian disebabkan oleh manusia maupun bencana alam cenderung meningkat. Hal ini apabila dibiarkan terus akan membahayakan bagi pertanian dan ketahanan pangan Indonesia (Surdianto, dkk., 2007).

Rachman dkk., (1994) menyatakan bahwa pengolahan tanah berulang-ulang dapat menyebabkan rusaknya struktur tanah, pemadatan tanah dan kepekatan tanah terhadap erosi, sehingga laju erosi dan pelapukan bahan organik tanah semakin tinggi serta pada akhirnya menyebabkan degradasi lahan.

Menurut Poniman dkk (2001) Olah Tanah Tradisional berdampak pada pemberian pupuk N dapat mengalami mobilisasi yang tinggi melalui aliran permukaan (run off) menuju tempat lain, atau ikut larut ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam (infiltrasi). Meskipun pengolahan tanah dipandang dari sudut teori merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap produksi padi, tapi dampaknya dapat menurunkan ketersediaan unsur hara dan mikroba di dalam tanah (Taslim, dkk., 1993).


(34)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Prasetyo (1999) menyatakan bahwa tanpa olah tanah (TOT) adalah membiarkan tanah tanpa diganggu sama sekali. Sisa tanaman sebelumnya dibabat dan dimanfaatkan untuk menutupi permukaan tanah, atau sisa tanaman musim lalu dan gulma yang ada di areal disemprot dengan herbisida, setelah gulma kering/mati baru padi ditanam. Jadi dalam sistem TOT ini gulma merupakan input. Mulsa ini menguntungkan karena dapat :

a. Mencegah kerusakan tanah dari benturan air hujan.

b. Meningkatkan kandungan bahan organik dan kesuburan tanah.

c. Menekan pertumbuhan gulma berikutnya dan mengurangi penguapan. d. Menciptakan mikroklimat yang mendukung pertumbuhan tanaman. e. Meningkatkan aktivitas organisma dalam tanah.

Jarak Tanam

Pada budidaya tanaman padi upaya untuk mengatur lingkungan sebagai akibat terjadinya kompetisi antara tanaman di lapangan dapat dilakukan dengan mengatur jarak tanamnya. Jarak tanam akan mempengaruhi populasi tanaman dan efisiensi penggunaan cahaya, juga mempengaruhi persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan zat hara sehingga akan mempengaruhi hasilnya (Masdar, 2001).

Penentuan jarak tanam yang tepat sangat penting artinya, karena hal ini berhubungan erat terhadap populasi tanaman per satuan luas areal. Populasi tanaman yang terlalu rapat dapat mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat antara satu tanaman dengan tanaman lainnya. Factor tingkat kesuburan tanah,


(35)

kelembaban juga akan menimbulkan persaingan apabila kerapatan tanam semakin besar. Jadi agar tidak terjadi persaingan antara tanaman satu dengan lainnya, harus diusahakan pengaturan jarak tanam yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Napitupulu, dkk., 1997).

Di Indonesia biasanya dianjurkan menanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm dengan produksi pada rata-rata 4,5 ton/ha (Masdar, 2001).

Menurut Masdar (2001) semakin renggang jarak tanam, semakin banyak jumlah anakan produktif per rumpun. Jumlah anakan produktif paling banyak per rumpun adalah pada jarak tanam 30 cm x 30 cm, yaitu berbeda nyata dengan jumlah anakan pada jarak tanam 25 cm x 25 cm. Sementara itu jumlah anakan paling sedikit per rumpun adalah pada jarak tanam 20 cm x 20 cm, yang mana berbeda nyata dengan jumlah anakan pada jarak tanam 25 cm x 25 cm.

Produksi dan pembagian biomassa yang dialokasikan pada masing-masing bagian tanaman, sangat dipengaruhi oleh ketinggian tanaman, luas daun dan transmisi cahaya.


(36)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

BAHAN DAN METODA

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Simalingkar A Kecamatan pancur Batu. Jenis tanah inceptisol dengan pH 5,4. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih padi gogo, pupuk urea, SP-36, KCl dan Herbisida Gramoxone. Untuk pengendalian hama dan penyakit dipakai pestisida.

Alat yang dipakai pada penelitian ini yaitu : timbangan, meteran, tali plastik, bambu, parang, pisau, cangkul, babat, kored, knapsack, sprayer, oven, leaf area meter, alat tulis, buku, kantongan plastik dan amplop besar.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak-Petak Terpisah (Split-split Plot Design) dengan 3 faktor perlakuan yang diteliti yaitu :

Faktor I (petak utama) adalah varietas padi gogo, dengan simbol V terdiri dari 3 taraf yaitu :

V1 = Rapat (lokal)

V2 = Situ Patenggang


(37)

V3 = Towuti

Faktor II (anak petak) adalah persiapan tanah, dengan simbol P terdiri dari 3 taraf yaitu :

P1 = Olah Tanah Tradisional (TT) : Tanah diolah 2 x, diratakan, kemudian ditugal.

P2 = Olah Tanah Minimum (MT) : Tanah dikikis dengan cangkul 1 x, kemudian

ditugal.

P3 = Tanpa Olah Tanah (TOT) : Gulma disemprotkan dengan herbisida, kemudian

ditugal.

Faktor III (anak-anak petak) adalah jarak tanam, dengan simbol J terdiri dari 4 taraf yaitu :

J1 = 15 cm x 20 cm

J2 = 20 cm x 20 cm

J3 = 25 cm x 20 cm

J4 = 30 cm x 20 cm

Dengan demikian diperoleh 36 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Keterangan data-data penelitian yang lain meliputi :

- Jumlah petak percobaan = 108 petak - Ukuran satu petak percobaan = 2 m x 2,6 m - Luas total petak percobaan = 952,80 m2 - Jarak tanam (J1) = 15 cm x 20 cm

- Jumlah tanaman = 170 rumpun tanaman/petak - Jarak tanam (J2) = 20 cm x 20 cm


(38)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

- Jumlah tanaman = 130 rumpun tanaman/petak - Jarak tanam (J3) = 25 cm x 20 cm

- Jumlah tanaman = 110 rumpun tanaman/petak - Jarak tanam (J4) = 30 cm x 20 cm

- Jumlah tanaman = 90 rumpun tanaman/petak - Jumlah sampel tetap = 5 rumpun tanaman/petak - Jumlah total sampel destruktif = 15 rumpun tanaman/petak - Jarak antara petak percobaan = 0,5 m

- Jarak antara blok/ulangan = 1 m

Model linier aditif Rancangan Petak-Petak Terpisah (Split-split Plot Design) yang digunakan dalam penelitian ini dituliskan sebagai berikut :

Yijkl = µ + i + gj + ij + k + (g )jk + ijk + i + (gy)jl + ( y)kl + (g y)jkl + ijkl

Dimana :

Yijkl = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan varietas taraf ke-j,

perlakuan persiapan tanah taraf ke-k dan perlakuan jarak tanam taraf ke-l. µ = Rata-rata umum nilai pengamatan

i = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i

gj = Pengaruh perlakuan varietas pada taraf ke-j

ij = Pengaruh galat pada ulangan ke-i dan varietas taraf ke-j k = Pengaruh perlakuan persiapan tanah taraf ke-k


(39)

(g )jk = Pengaruh interaksi perlakuan varietas taraf ke-j dan perlakuan persiapan

tanah taraf ke-k

ijk = Pengaruh galat pada ulangan ke-i, perlakuan varietas taraf ke-j dan

persiapan tanah taraf ke-k

i = Pengaruh perlakuan jarak tanam pada taraf ke-l

(gy)jl = Pengaruh interaksi perlakuan varietas taraf ke-j dan perlakuan jarak tanam

taraf ke-l

(g y)jkl = Pengaruh interaksi perlakuan varietas taraf ke-j, perlakuan persiapan tanah

taraf ke-k, dan perlakuan jarak tanam taraf ke-l

ijkl = Pengaruh galat pada ulangan ke-i, varietas taraf ke-j, perlakuan persiapan

tanah taraf ke-k, dan perlakuan jarak tanam taraf ke-l

Data hasil pengamatan dianalisis dalam anova untuk masing-masing peubah. Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati menunjukkan pengaruh yang nyata dapat dilanjutkan dengan analisis regresi, korelasi dan uji beda rataan dengan uji DMRT pada taraf 5% (Gomez K. A, 1995).

Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Tanah

Lahan penelitian dipilih pada areal yang sudah lama tidak ditanami (± 1 tahun) dan yang homogen. Luas areal penelitian 952,80 m2. Areal penelitian dibagi menjadi tiga blok/ulangan, jarak antar blok 1 m. tiap blok dibagi menjadi 36 petak penelitian


(40)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

sesuai perlakuan yang telah ditetapkan. Setiap petak berukuran 2m x 2,6m dengan jarak antar petak 0,5 m. Denah susunan petak-petak penelitian disajikan pada Gambar Lampiran 1.

Tanah di petak-petak penelitian diolah sesuai metode persiapan tanah yang telah ditetapkan sebagai berikut :

a. Olah Tanah Tradisional (P1)

- Tanah dikikis dan gulmanya dibuang keluar areal. Dilaksanakan tanggal 17 Desember 2008

- Tanah dicangkul sedalam ± 20 cm sekaligus dipecah dan dihaluskan serta diratakan. Dilaksanakan tanggal 23 Desember 2008.

b. Olah Tanah Minimum (P2)

- Tanah dikikis dan gulmanya dibuang keluar areal. Dilaksanakan tanggal 22 Desember 2008. Ditugal tanggal 27 Desember 2008.

c. Tanpa Olah Tanah (P3)

- Gulma disemprot dengan herbisida sesuai dosis anjuran. Dilaksanakan tanggal 15 Desember 2008.

Setelah persiapan tanah ini selesai maka dilanjutkan dengan pembuatan plot-plot penelitian yang berukuran 2,6 m x 2 m, jarak antar petak 0,5 m dan jarak antar ulangan 1 m. Penanaman dilaksanakan secara serentak pada tanggal 27 Desember 2008.


(41)

2. Penyiapan Benih

Benih varietas padi gogo yang digunakan dalam penelitian ini terlebih dahulu direndam dalam air. Perendaman dilakukan selama 12 jam, dimaksudkan untuk mempermudah perkecambahan benih setelah penanaman di petak-petak penelitian dilapangan.

Benih yang telah selesai direndam kemudian di keringanginkan, setelah itu dilakukan seed treatment dengan fungisida Beam 75 Wp dan insektisida Furadan 3G. Seed treatment ini dilakukan untuk mencegah serangan jamur dan lalat bibit di lapangan. Dosis fungisida yang digunakan 10 g/kg benih dan dosis insektisida 100g/kg benih.

3. Penanaman dan Pemeliharaan

Benih padi ditanam sebanyak 7 benih pada setiap lobang tanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan. Penanaman dilakukan dengan cara tugal pada kedalaman sekitar 3 cm. Setelah tanaman padi berumur tujuah hari, dilakukan penjarangan hingga pada setiap lobang tanam terdapat 5 tanaman.

Pemupukan tanaman dilakukan berdasarkan hasil analisis tanah sebelum bertanam. Dosis pupuk yang diberikan masing-masing Urea 150 kg/ha, SP-36 135 kg/ha (70.2 g/plot) dan KCl 60 kg/ha (31.2 g/plot).

Pupuk SP-36 dan KCl diberikan sekaligus pada saat penugalan benih. Urea diberikan tiga kali yaitu masing-masing 1/6 dosis yaitu sebanyak 13 g/petak pada umur 2 MST, 3/6 dosis yaitu sebanyak 39 g/petak pada umur 6 MST dan 2/6 dosis


(42)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

yaitu 26 g/petak pada umur 8 MST. Cara pemberian pupuk urea secara larikan dengan jarak pemberian 5 cm dari barisan tanaman.

Penyiangan gulma dilakukan sesuai dengan keadaan gulma di lapangan dengan menggunakan cangkul atau koret. Untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit, dilakukan penyemprotan insektisida (Marshall 25 ST, Basudin 60 EC, Hostation 40 EC) dan fungisida (Rabcide 50). Frekuensi penyemprotan dilakukan sesuai dengan intensitas serangan hama dan penyakit di lapangan. Dosis yang digunakan adalah dosis anjuran pada masing-masing label insektisida dan fungisida tersebut diatas.

4. Pemanenan

Penelitian saat panen dengan “metode optimalisasi”, yaitu jika diperkirakan 90% malai sudah menguning maka panen dapat dilakukan. Kondisi ini diperkirakan tercapai 30-35 hari dari masa berbunga atau saat tanaman berumur antara 100 – 110 hari (Prasetyo, 2003).

Peubah yang Akan Diamati I. Pada Tanaman Padi 1. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST. Sampel tanaman yang diamati sebanyak 10 rumpun tanaman untuk setiap


(43)

perlakuan. Pada setiap sampel tanaman dibuat patok tanda sampel. Pengukuran pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan alat meteran.

2. Jumlah Anakan

Pengamatan jumlah anakan dihitung saat tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot.

3. Jumlah Anakan Produktif

Jumlah anakan produktif dihitung pada saat panen, yang dihitung hanya anakan yang memiliki malai. Jumlah anakan dihitung per rumpun dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap plot.

4. Luas Daun

Luas daun diukur dengan menggunakan leaf area meter. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST. Pengukuran luas daun dilakukan pada tanaman sampel destruktif untuk setiap perlakuan.

5. Bobot Kering Tanaman

Pengamatan bobot kering tanaman dihitung setelah tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar jangan sampai putus, kemudian dicuci di dalam ember dan air digoyang-goyang agar tanaman bersih dari tanah, setelah tanaman bersih dikering anginkan kemudian dipotong-potong dengan ukuran ± 5 cm lalu dimasukkan ke dalam amplop kertas dan dilem. Amplop dimasukkan dalam oven pada suhu 650 C sampai bobotnya stabil (tetap).


(44)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

6. Bobot Kering Akar Tanaman

Pengamatan bobot kering akar tanaman dihitung setelah tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST. Tanaman sampel destruktif dicangkul secara hati-hati agar akar jangan sampai putus kemudian dicuci di dalam ember sampai akar bersih dari tanah, lalu dipotong mulai dari leher akar. Akar dipotong-potong sepanjang ± 5 cm, kemudian dimasukkan ke dalam amplop kertas dan dilem. Amplop dimasukkan dalam oven pada suhu 650 C sampai bobotnya stabil (tetap).

7. Jumlah Gabah per Malai

Jumlah gabah per malai dihitung dengan mengambil semua gabah seluruh malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Penghitungan dilakukan pada saat panen, dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

8. Jumlah Gabah Hampa per Malai

Jumlah gabah hampa per malai dihitung dengan mengambil semua gabah hampa seluruh malai tanaman sampel kemudian dirata-ratakan. Penghitungan dilakukan pada saat panen.

9. Jumlah Gabah Berisi per Malai

Jumlah gabah berisi per malai dihitung dengan mengambil semua gabah berisi dari tanaman sampel setiap plot. Penghitungan dilakukan saat panen.

10. Bobot Kering Gabah per Plot

Pengamatan bobot kering gabah perplot dihitung pada saat panen. Gabah dipisahkan dari malai kemudian dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar airnya mencapai 14%.


(45)

11.Bobot Kering Gabah per Hektar

Pengamatan bobot kering gabah per hektar dihitung dengan rumus : 10.000 m2

Y = x bobot kering gabah per plot 5,2 m2

12. LAB (Laju Asimilasi Bersih) (g cm-2 bulan-1)

Laju asimilasi bersih dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LAB dihitung dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.

(W2 – W1) (Ln A2 – Ln A1)

LAB = x

(A2 – A1) (T2 – T1)

Dimana :

W1 dan W2 = Total berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2.

A1 dan A2 = Total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2.

T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2.

13.LTR (Laju Tumbuh Relatif) (g cm-2 bulan-1)

Laju tumbuh relatif dinyatakan sebagai peningkatan bobot kering tanaman untuk setiap satuan luas daun dalam waktu tertentu. Harga LTR dihitung dengan rumus (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari tanaman sampel yang ditetapkan pada setiap plot.


(46)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

(Ln W2 – Ln W1)

LTR = (T2 – T1)

Dimana :

W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2.

T1 dan T2 = Waktu pengamatan ke-1 dan ke-2.

II. Gulma

Bobot Kering Gulma

Pengamatan bobot kering gulma dihitung dengan cara menjumlahkan keseluruhan berat kering tiap jenis gulma yang ada dalam tiap petak sampel.

III. Tanah Kadar Air Tanah

Pengambilan data kadar air dalam tanah setelah tanaman berumur 4, 8, 12 dan 16 MST.


(47)

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Tinggi Tanaman

Data pengamatan tinggi tanaman padi gogo pada pengamatan 4, 8, 12 dan 16 minggu setelah tanam (MST) dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 2 sampai 3. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan varietas (V) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Pada perlakuan persiapan tanah (P) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Perlakuan jarak tanam (J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan persiapan tanah (V x P) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4 dan 8 MST, tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 12 dan 16 MST. Sedang kombinasi perlakuan varietas dengan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 8, 12 dan 16 MST. Untuk kombinasi perlakuan persiapan tanah dengan jarak tanam (P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 8 dan 12 MST, tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 16 MST. Sedangkan kombinasi perlakuan varietas, persiapan tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 8 dan 12 MST, tetapi tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 16 MST.


(48)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Berdasarkan hasil sidik ragam tersebut, selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata dengan Uji Jarak Ganda Duncan. Pada Tabel 1, disajikan data rataan tinggi tanaman padi gogo pada setiap pengamatan dari ketiga perlakuan serta kombinasinya.


(49)

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Padi 4, 8, 12 dan 16 MST Pada Perlakuan Varietas, Persiapan Tanah dan Jarak Tanam, serta Kombinasinya

J1 (15 x 20 cm) J2 (20 x 20 cm) J3 (25 x 20 cm) J4 (30 x 20 cm) Umur 4 MST --- cm

---Varietas (V)

V1 (Lokal) 52.55 aA 51.73 aA 50.46 abAB 47.90 bB 50.66

V2 (Situ Patenggang) 48.87 bB 47.64 bB 46.29 cC 44.67 dD 46.87

V3 (Towuti) 35.54 eE 34.33 fF 33.21 fF 31.48 gG 33.64

Persiapan Tanah

P1 (Olah Tanah Tradisional) 44.79 cC 44.12 cC 42.91 eE 41.85 fF 43.42

P2 (Olah Tanah Minimum) 48.31 aA 46.91 bB 45.68 bB 44.43 cC 46.33

P3 (Tanpa Olah Tanah) 43.86 dD 42.66 eE 41.36 fF 37.76 gG 41.41

Interaksi (V x P x J)

V1P1 50.79 eE 49.88 fF 49.06 ghGHI 48.55 hHI 49.57

P2 57.86 aA 56.80 bB 54.81 cC 53.52 dD 55.75

P3 49.00 ghHI 48.51 hiHI 47.50 jkJK 41.62 qP 46.66

V2P1 47.37 klJK 47.30 klJK 46.43 mL 44.46 oN 46.39

P2 49.43 fgFGH 47.97 ijIJ 46.90 lmKL 46.51 mL 47.70

P3 49.82 fFG 47.65 jkJK 45.54 nM 43.03 pO 46.51

V3P1 36.21 sR 35.19 tT 33.25 uvU 32.54 wUV 34.30

P2 37.65 rQ 35.96 sRS 35.33 tST 33.26 uU 35.55

P3 32.77 vU 31.83 xV 31.04 yX 28.63 zY 31.07

Rataan 45.66 aA 44.57 bB 43.32 cC 41.35 dD

Umur 8 MST --- cm

---Varietas (V)

V1 (Lokal) 123.15 aA 121.50 bB 119.22 bB 114.10 cC 119.49

V2 (Situ Patenggang) 87.39 dD 84.91 eE 82.93 fF 81.58 fF 84.20

V3 (Towuti) 53.26 gG 51.01 hH 49.52 iI 48.28 iI 50.52

Persiapan Tanah

P1 (Olah Tanah Tradisional) 88.85 bB 87.09 bB 85.29 cC 80.86 eE 85.52

P2 (Olah Tanah Minimum) 90.26 aA 87.54 bB 84.85 cC 83.24 dD 86.47

P3 (Tanpa Olah Tanah) 84.69 cC 82.80 dD 81.54 eE 79.85 fF 82.22

Interaksi (V x P x J)

V1P1 121.34 cC 120.61 cdC 119.39 eD 108.68 hG 117.51

P2 123.14 bB 120.84 cdC 117.92 fE 116.50 gF 119.60

P3 124.97 aA 123.06 bB 120.36 dCD 117.11 fgEF 121.38

V2P1 91.21 iH 88.48 jI 86.95 kJ 86.17 kJK 88.20

P2 91.59 iH 89.12 jI 85.15 lK 82.72 mL 87.15

P3 79.36 nM 77.14 oN 76.69 opNO 75.86 pO 77.26

V3P1 53.99 rQ 52.19 stRS 49.53 vU 47.74 xVW 50.86

P2 56.06 qP 52.66 sR 51.47 tST 50.50 uTU 52.67

P3 49.74 uvU 48.19 xV 47.57 xVW 46.59 yW 48.02

Rataan 87.93 aA 85.81 bB 83.89 cC 81.32 dD

Umur 12 MST --- cm

---Varietas (V)

V1 (Lokal) 154.33 aA 147.59 bB 142.89 cC 139.09 dD 145.98

V2 (Situ Patenggang) 99.57 eE 97.57 fF 95.49 fF 93.02 gG 96.41

V3 (Towuti) 69.92 hH 67.07 iI 64.19 jJ 61.83 kK 65.75

Persiapan Tanah

P1 (Olah Tanah Tradisional) 108.14 abAB 104.53 cC 100.09 eE 96.12 gG 102.22 P2 (Olah Tanah Minimum) 109.36 aA 105.40 bcBC 102.65 dD 100.64 eE 104.51

P3 (Tanpa Olah Tanah) 106.32 bB 102.30 dD 99.82 fF 97.18 gG 101.41

Interaksi (V x P x J)

V1P1 154.47 aAB 149.50 cC 142.38 fE 136.39 gG 145.69

P2 155.23 aA 148.07 dC 144.53 eD 142.35 fE 147.55

P3 153.30 bB 145.21 eD 141.75 fE 138.53 gF 144.70

V2P1 99.74 hiHI 97.35 klLM 94.41 nO 92.02 oP 95.88

P2 100.73 hH 99.12 ijIJ 97.79 kKL 95.59 mNO 98.31

P3 98.24 jkJK 96.23 lmMN 94.27 nO 91.46 oP 95.05

V3P1 70.22 qR 66.74 stST 63.49 vU 59.96 yX 65.10

P2 72.12 pQ 69.00 rR 65.64 tuT 63.97 vU 67.68

P3 67.41 rsS 65.47 uT 63.45 vU 61.55 xV 64.47

Rataan 107.94 aA 104.08 bB 100.86 cC 97.98 dD

Umur 16 MST --- cm

---Varietas (V)

V1 (Lokal) 169.74 aA 161.79 bB 155.99 cC 149.62 dD 159.29

V2 (Situ Patenggang) 103.94 eE 100.65 fF 97.96 gG 95.52 hH 99.52

V3 (Towuti) 74.27 iI 71.10 jJ 67.86 kK 65.36 lL 69.65

Persiapan Tanah

P1 (Olah Tanah Tradisional) 117.10 112.46 108.11 104.25 110.48

P2 (Olah Tanah Minimum) 117.63 113.17 109.89 106.13 111.70

P3 (Tanpa Olah Tanah) 113.23 107.92 103.80 100.12 106.27

Interaksi (V x P x J)

V1P1 171.52 164.13 158.29 151.65 161.40

P2 170.97 164.49 159.68 153.83 162.24

P3 166.73 156.75 150.00 143.38 154.22

V2P1 105.45 101.27 98.50 96.17 100.35

P2 104.51 101.70 99.94 97.07 100.81

P3 101.86 98.99 95.43 93.33 97.40

V3P1 74.32 71.99 67.55 64.94 69.70

P2 77.41 73.31 70.05 67.49 72.07

P3 71.09 68.01 65.98 63.64 67.18

Rataan 115.98 aA 111.18 bB 107.27 cC 103.50 dD

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada setiap kelompok perlakuan, berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut Uji Jarak Duncan

Jarak Tanam Rataan


(50)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 4, 8, 12 dan 16 MST varietas yang terbaik untuk parameter tinggi tanaman terdapat pada V1 (lokal) yang diikuti

oleh V2 (Situ Patenggang) dan V3 (Towuti). Pada persiapan tanah (P) tanaman

tertinggi terdapat pada P2 (MT) yang diikuti oleh P1 (TT) dan P3 (TOT). Demikian

juga dengan jarak tanam tanaman tertinggi terdapat pada J1 (15 x 20 cm), yang diikuti

J2 (20 x 20 cm), J3 (25 x 20 cm) dan J4 (30 x 20 cm).

Pada umur 4 mst perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, tapi rataan tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan MT V1P2 (55,75 cm),

sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan TOT V3P3

(31,07 cm). Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (52,55 cm), sedangkan

rataan terendah terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan (30 x 20 cm) V3J4

(31,48 cm). Sedang pada kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam (P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi untuk tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi MT dengan (15 x 20 cm) P2J1 (48,31 cm),

sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT dengan (30 x 20 cm) P3J4

(37,76 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P2J1 (varietas lokal, MT dan 15 x 20 cm) yaitu 57,86 cm dan yang


(51)

terendah pada kombinasi V3P3J4 (varietas towuti, TOT dan 30 x 20 cm) yaitu 28,63

cm.

Hubungan kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam untuk varietas (V1, V2,

V3) terhadap tinggi tanaman umur 4 mst dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar 1. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst

Pada Gambar 1, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J pada perlakuan V1

diketahui bahwa hubungan P1 dan P2 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 52,96 – 0,15 J, r = -0,99 dan P2= 62,50 – 0,30 J, r = -0,99.

sedangkan hubungan P3 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan persamaan

P3 = 31,47 + 1,96 J – 0,05 J2, R2 = 0,97. Dari grafik dapat dilihat bahwa max

(50,68 cm) terdapat pada J (19,6 cm). 40

44,5 49 53,5 58

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

nggi

Ta

na

m

a

n (

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 52,96 – 0,15 J, r = -0,99 P2= 62,50 – 0,30 J, r = -0,99

P3= 31,47 + 1,96 J – 0,05 J2, R2 = 0,97

max (50,68 cm), pada J (19,6 cm) V1


(52)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Gambar 2. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst

Pada Gambar 2, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V2

diketahui bahwa hubungan P1 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan

persamaan P1 = 41,69 + 0,66 J – 0,02 J2, R2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa

max (47,13 cm) terdapat pada J (16,5 cm). Sedangkan hubungan P2 dan P3 dengan

jarak tanam bersifat linier dengan persamaan P2= 52,13 – 0,20 J, r = -0,97 dan P3=

56,63 – 0,45 J, r = -0,99. 42

44 46 48 50

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

nggi

Ta

na

m

a

n (

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 41,69 + 0,66 J – 0,02 J2, R2 = 0,99

max (47,13 cm), pada J (16,5 cm)

P2= 52,13 – 0,20 J, r = -0,97 P3= 56,63 – 0,45 J, r = -0,99


(53)

Gambar 3. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Tinggi Tanaman Umur 4 mst

Pada Gambar 3, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V3

diketahui bahwa hubungan P1 dan P2 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 40,13 – 0,26 J, r = -0,98 dan P2= 41,76 – 0,28 J, r = -0,98.

Sedangkan hubungan P3 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan persamaan P3 = 30,03 + 0,39 J – 0,015 J2, R2 = 0,98. Dari grafik dapat dilihat bahwa max

(32,56 cm) terdapat pada J (13 cm).

Pada umur 8 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan TOT V1P3 (121,38 cm), sedangkan rataan terendah

terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan TOT V3P3 (48,02 cm). Sedang pada

27 29,75 32,5 35,25 38

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

nggi

Ta

na

m

a

n (

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 40,13 – 0,26 J, r = -0,98 P2= 41,76 – 0,28 J, r = -0,98

P3= 30,03 + 0,39 J – 0,015 J2, R2 = 0,98

max (32,56 cm), pada J (13 cm)


(54)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (123,15 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi varietas

towuti dengan (30 x 20 cm) V3J4 (48,28 cm). Sedang pada kombinasi persiapan tanah

dan jarak tanam (P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi MT dengan (15 x 20 cm) P2J1 (90,26 cm),

sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT dengan (30 x 20 cm) P3J4

(79,85 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah dan jarak tanam (V x P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P3J1 (varietas lokal, MT dan 15 x 20 cm) yaitu 124,97 cm dan

yang terendah pada kombinasi V3P3J4 (varietas towuti, TOT dan 30 x 20 cm) yaitu

46,59 cm.

Hubungan kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam untuk varietas (V1, V2,


(55)

Gambar 4. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst

Pada Gambar 4, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J pada perlakuan V1

diketahui bahwa hubungan P1 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan

persamaan P1 = 87,74 + 3,71 J – 0,09 J2, R2 = 0,96. Dari grafik dapat dilihat bahwa

max (125,97 cm) terdapat pada J (20,61 cm). Sedangkan hubungan P2 dan P3

dengan jarak tanam bersifat linier dengan persamaan P2= 129,88 – 0,46 J, r = -0,99

dan P3= 133,20 – 0,53 J, r = -0,99.

106 111 116 121 126

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

nggi

Ta

na

m

a

n (

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 87,74 + 3,71 J – 0,09 J2, R2 = 0,96

max (125,97 cm), pada J (20,61 cm)

P2= 129,88 – 0,46 J, r = -0,99 P3= 133,20 – 0,53 J, r = -0,99


(56)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Gambar 5. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst

Pada Gambar 5, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V2

diketahui bahwa hubungan P1, P2 dan P3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 95,69 – 0,33 J, r = -0,97 dan P2= 100,91 – 0,61 J, r = -0,99 serta P3= 82,19 – 0,22 J, r = -0,94.

74 78,5 83 87,5 92

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

nggi

Ta

na

m

a

n (

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 95,69 – 0,33 J, r = -0,97 P2= 100,91 – 0,61 J, r = -0,99 P3= 82,19 – 0,22 J, r = -0,94


(57)

Gambar 6. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Tinggi Tanaman Umur 8 mst

Pada Gambar 6, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V3

diketahui bahwa hubungan P1 dan P3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 60,49 – 0,43 J, r = -0,99 dan P3= 52,55 – 0,20 J, r = -0,98.

Sedangkan hubungan P2 dengan jarak tanam bersifat kwadratik dengan persamaan P2 = 72,26 – 1,45 J – 0,024 J2, R2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa min

(50,56 cm) terdapat pada J (27,28 cm).

Pada umur 12 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, namun rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan TT V1P2 (147,55 cm), sedangkan rataan

terendah terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan TOT V3P3 (64,47 cm).

Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata 45

48 51 54 57

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

nggi

Ta

na

m

a

n (

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 60,49 – 0,43 J, r = -0,99

P2= 72,26 – 1,45 J + 0,024 J2, R2 = 0,99

min (50,56 cm), pada J (27,28 cm)

P3= 52,55 – 0,20 J, r = -0,98


(58)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (154,33 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada

kombinasi varietas towuti dengan (30 x 20 cm) V3J4 (61,83 cm). Sedang pada

kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam (P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi MT dengan (15 x 20 cm) P2J1 (109,36 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada kombinasi TOT dengan

(30 x 20 cm) P3J4 (97,18 cm). Dari perlakuan kombinasi varietas, persiapan tanah dan

jarak tanam (V x P x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi V1P2J1 (varietas lokal, MT dan 15 x 20 cm) yaitu

155,23 cm dan yang terendah pada kombinasi V3P1J4 (varietas towuti, TT dan 30 x 20

cm) yaitu 59,96 cm.

Hubungan kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam untuk varietas (V1, V2,


(59)

Gambar 7. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V1

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst

Pada Gambar 7, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, pada perlakuan V1

diketahui bahwa hubungan P1 dengan jarak tanam bersifat linier dengan persamaan P1= 173,3 – 1,23 J, r = -0,99. Sedangkan hubungan P2 dan P3 dengan jarak tanam

bersifat kwadratik dengan persamaan P2 = 190,18 - 3,08 J + 0,05 J2, R2 = 0,99. Dari

grafik dapat dilihat bahwa min (142,8 cm) terdapat pada J (29,8 cm) dan P3 =

189,33 - 3,15 J + 0,05 J2, R2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa min (140,16 cm) terdapat pada J (28,5 cm)

134 139.5 145 150.5 156

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

n

ggi

T

a

na

m

a

n

(

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 173,3 – 1,23 J, r = -0,99

P2= 190,18 – 3,08 J + 0,05 J2, R2 = 0,99

min (142,8 cm), pada J (29,8 cm)

P3= 189,33 – 3,15 J + 0,05 J2, R2 = 0,99

min (140,16 cm), pada J (28,5 cm)


(60)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Gambar 8. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V2

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst

Pada Gambar 8, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, perlakuan V2

diketahui bahwa hubungan P1, P2 dan P3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 107,63 – 0,52 J, r = -0,99 dan P2= 105,85 – 0,34 J, r = -0,99 serta P3= 105,09 – 0,45 J, r = -0,99.

89 92 95 98 101

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

nggi

Ta

na

m

a

n (

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 107,63 – 0,52 J, r = -0,99 P2= 105,85 – 0,34 J, r = -0,99 P3= 105,09 – 0,45 J, r = -0,99


(61)

Gambar 9. Hubungan Persiapan Tanah dan Jarak Tanam untuk Varietas V3

terhadap Tinggi Tanaman Umur 12 mst

Pada Gambar 9, dapat dilihat ada interaksi antara V x P x J, perlakuan V3

diketahui bahwa hubungan P1, P2 dan P3 dengan jarak tanam bersifat linier dengan

persamaan P1= 80,42 – 0,68 J, r = -0,99 dan P2= 80,19 – 0,56 J, r = -0,99 serta P3 = 73,29 – 0,39 J, r = 0,99.

Pada umur 16 MST perlakuan kombinasi varietas dan persiapan tanah (V x P) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, namun rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan MT V1P2 (162,24 cm), sedangkan rataan

terendah terdapat pada kombinasi varietas towuti dengan TOT V3P3 (67,18 cm).

Sedang pada kombinasi varietas dan jarak tanam (V x J) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman, rataan tertinggi diperoleh pada kombinasi varietas lokal dengan (15 x 20 cm) V1J1 (169,74 cm), sedangkan rataan terendah terdapat pada

kombinasi varietas towuti dengan (30 x 20 cm) V3J4 (65,36 cm). Sedang pada

kombinasi persiapan tanah dan jarak tanam (P x J) berpengaruh tidak nyata terhadap 60

63,25 66,5 69,75 73

0 15 20 25 30

Jarak Tanam (20 cm x (X cm))

Ti

nggi

Ta

na

m

a

n (

c

m

)

P1 P2 P3

P1= 80,42 – 0,68 J, r = -0,99 P2= 80,19 – 0,56 J, r = -0,99 P3= 73,29 – 0,39 J, r = -0,99


(1)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Lampiran 24. Deskripsi Dua Vareitas Unggul Padi Gogo yang digunakan dalam Penelitian

Nama Varietas No. Deskripsi Karakter Varietas

Situ Patenggang Towuti

1. Tahun dilepas 2003 1999

2. Golongan Cere Cere

3. Umur Tanaman (hari) 110-120 115-125

4. Tinggi Tanaman (cm) 100-110 95-100

5. Anakan Produktif (batang) 11-13 13-15

6. Posisi Daun Tegak Tegak

7. Letak daun bendera Miring Tegak

8. Kerebahan Tahan Sedang

9. Kerontokan Sedang Sedang

10. Tekstur nasi Sedang

(pulen-pulen)

Pulen

11. Bobot 1000 butir (KA 14%) 26,5-27,5 26-27 12. Rata-rata produksi (ton/ha GKG) 3,6-5,6 3,5-5,0

13. Ketahanan terhadap blast Tahan Tahan

14. Ketahanan terhadap kekeringan - Toleran

15. Ketahanan terhadap naungan - -

16. Ketahanan terhadap keracunan Al - - 17. Ketahanan terhadap keracunan Fe - -

Sumber : 1. Balai Besar Penelitian Tanaman padi Jl. Raya IX, Sukamandi, Subang, Jawa Barat. 41256, Telp. 520157 Fax. 520158

2. Noor, M. (1996) 3. Prasetyo, Y. T. (2003)


(2)

Lampiran 25. Korelasi antar Parameteru

Parameter Tinggi

Tanaman Jumlah Anakan

Jumlah Anakan Produktif

Luas Daun

Berat Kering Tanaman

Berat Kering

Akar

Jumlah Gabah per

Malai

Jumlah Gabah Hampa per Malai

Jumlah Gabah Berisi per Malai

Berat Kering Gabah / Plot

Berat Kering Gabah / Hektar

Berat Kering Gulma

Kadar Air Tanah

Laju Asimilasi

Bersih

Laju Tumbuh

Relatif

Tinggi Tanaman - - - - - - - - - -

Jumlah Anakan -0,76 - - - - - - -

Jumlah Anakan Produktif -0,82 0,86 - - - - - -

Luas Daun 0,90 -0,59 -0,57 - - - - - -

Berat Kering Tanaman 0,69 -0,22 -0,28 0,82 - - - -

Berat Kering Akar -0,14 0,42 0,36 -0,02 0,24 - - - -

Jumlah Gabah per Malai -0,08 0,62 0,45 0,06 0,51 0,54 - - - -

Jumlah Gabah Hampa per Malai 0,37 -0,73 -0,67 0,09 -0,28 -0,49 -0,75 - - - -

Jumlah Gabah Berisi per Malai -0,17 0,69 0,54 0,02 0,47 0,56 0,98 0,87 - - - -

Berat Kering Gabah / Plot -0,81 0,80 0,74 -0,78 -0,39 0,30 0,41 -0,51 0,47 - - - -

Berat Kering Gabah / Hektar -0,81 0,80 0,74 -0,78 -0,39 0,30 0,41 -0,51 0,47 0,99 - - - - -

Berat Kering Gulma 0,47 0,14 0,22 -0,40 -0,56 -0,20 -0,35 -0,04 -0,26 0,10 0,10 - - - -

Kadar Air Tanah -0,58 0,66 0,57 -0,56 -0,26 0,32 0,39 -0,41 0,42 0,60 0,60 0,12 - - -

Laju Asimilasi Bersih 0.81 -0,77 -0,79 0,65 0,32 -0,20 -0,40 0,60 -0,48 -0,73 -0,73 -0,35 -0,49 - -


(3)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Lampiran 26. Jenis Gulma Sebelum Pengolahan Tanah

No. Jenis Gulma

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.

Paspalum conjugatum Commelina diffusa Euphorbia hirta Phillanthus niruri Alternantera brasiliana Borreria alata Agratum conyzoides Axonopus compresus Eleusine indica L Ipomea triloba L Cyperus kyllingia endl Amaranthus graecizuns Mimosa pudica

Cynodon doctylon Cyperus rotundus Aristida oligantha Iva axillaris


(4)

Lampiran 27. Jenis Gulma Setelah Persiapan Tanah

No. Persiapan Tanah Jenis Gulma

I. Traditional Tillage 1. Cleome rutidosperma DC 2. Eleusine indica (L)

3. Ageratum conyzoides 4. Axonopus comprescus 5. Amaranthus spinosus 6. Borreria alata

7. Synedrella nodiflora 8. Mikania micranta Digitaria sp.

II. Minimum Tillage 1. Synedrella nodiflora 2. Mikania micrantha

3. Cleome rotidosperma DC 4. Drymaria cordata

5. Eleusine indica (L) 6. Digitaria adscendens 7. Cynodon dactylon 8. Amaranthus spinosus 9. Borreria alata

10. Ageratum conyzoides 11. Ipomea triloba III. Tanpa Olah Tanah 1. Digitaria sp

2. Borreria alata 3. Amaranthus spinosus 4. Mikania micrantha 5. Ageratum conyzoides 6. Synedrella nodiflora 7. Eleusine indica (L) 8. Panicum brevifolium L 9. Paspalum conjuqatum 10. Mimosa pudica

11. Cleome rotidosperma DC 12. Cyrtococcum accrescens 13. Cyperus rotundus

Keterangan : J1 = Paling Tinggi


(5)

Swati Sembiring : Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda, 2009

Gulmanya :

J4 = Rapat agak jarang tapi besar J3 = Rapat agak besar

J2 = Rapat + kecil (agak) J1 = Rapat kecil


(6)

Lampiran 28. Hasil Analisis Tanah Inceptisol dari Daerah Pancur Batu

Sifat tanah Hasil Keterangan Metode

Tekstur Pasir Debu Liat pH-H2O (1:2:5) pH KCl N-Organik (%) C-Organik (%) P-tersedia (ppm) KTK (me %)

K-tukar (me %) Ca-tukar (me %) Mg-tukar (me %) Na-tukar (me %) Jumlah Basa Tukar (%) Kejenuhan Basa (%) Al-dd (me %) Kejenuhan Al (%) P2O5 (%) K2O (%) CaO (%) MgO (%) Lempung berliat 42 28 30 5.4 4.6 0.19 2.78 32.1 14.08 0.25 5.07 2.05 0.15 7.52 53.41 0.44 5.53 0.15 0.036 0.157 0.166 - - - Agak rendah Sedang Agak rendah Sedang Agak rendah Sedang Agak rendah Agak rendah Agak rendah Agak rendah Agak rendah Sedang Sedang Sedang Tinggi Agak rendah Sedang Sedang Hydrometer Hydrometer Hydrometer Elektrometri Destilasi Kyeldahl Walley dan Black Bray-II

Ekstraksi NH4OAC IN Soectro photometer Flame photo meter AAS

AAS

Flame photo meter

Elektrometri

HCl 25%

Keterangan : Analisa contoh tanah dilakukan di laboratorium tanah dan tanaman Puslitbun RISPA Medan.