ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS 4 SEKOLAH DASAR LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI.

(1)

vi

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Penelitian... 13

F. Manfaat Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Karakter ... 18

B. Pendidikan Karakter ... 20

C. Pendidikan karakter dalam perencanaan pembelajaran IPA ... 30

D. Pendidikan Karakter dalam Pelaksanaan Pembelajaran IPA ... 35

E. Pendidikan Karakter dalam Evaluasi Hasil Pembelajaran IPA ... 41

F. Pendidikan Karakter dalam Buku Ajar Pembelajaran IPA ... 45

G. Pendidikan Karakter dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) Pembelajaran IPA ... 48


(2)

vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 73

B. Subjek Penelitian ... 75

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 75

D. Instrumen Penelitian ... 75

E. Teknik Pengumpulan Data ... 77

F. Teknik Analisis Data ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 79

1. Perencanaan Pembelajaran ... 79

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 98

3. Evaluasi Pembelajaran ... 119

4. Lembar Kegiatan Siswa ... 126

5. Buku Ajar ... 130

B. Pembahasan ... 139

1. Perencanaan Pembelajaran ... 139

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 145

3. Evaluasi Pembelajaran ... 150

4. Lembar Kegiatan Siswa ... 153

5. Buku Ajar ... 159

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 176

B. Saran ... 181

DAFTAR PUSTAKA ... 183


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah suatu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah. Tetapi kekayaan alam ini tidak akan ada artinya jika tidak diolah dan dipelihara oleh orang-orang yang kompeten, baik kompeten intelektualnya maupun kompeten keimanannya. Maka Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki tingkah lakunya sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Untuk mengembangkan pendidikan, salah satu unsur yang harus diperhatikan adalah peserta didik. Dalam upaya mendidik atau membimbing anak agar dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin, maka dianjurkan bagi para pendidik untuk memahami perkembangan anak, karena masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan dan pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya. Maka para pendidik harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak sehingga dapat membantu anak dalam mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan


(4)

pengetahuan ini para pendidik dapat mencegah berbagai kendala atau faktor-faktor yang mungkin akan mengkontaminasi (meracuni) perkembangan anak.

Secara historis pendidikan karakter merupakan misi utama para nabi (Koesoema, D.A, 2007). Rasulullah Muhammad SAW sejak awal tugasnya diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak (karakter) manusia (Q-Anees, 2008). Hal ini menegaskan bahwa pembentukan karakter merupakan kebutuhan utama bagi tumbuhnya perilaku beragama dan untuk menciptakan peradaban manusia. Sesungguhnya setiap manusia sudah memiliki karakter masing-masing, tetapi karakter ini perlu dibentuk dalam proses kehidupannya melalui pendidikan karakter yang diberikan kepada seorang anak baik di rumah maupun di sekolah.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Koesoema, A. D. (2007) mengatakan bahwa karakter merupakan struktur antropologis manusia. Pendidikan karakter akan memberikan bantuan sosial agar individu dapat tumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain di dunia. Pendidikan karakter di Indonesia telah lama berakar dalam tradisi pendidikan. Ki Hadjar Dewantara, Soekarno, Hatta dll, telah mencoba


(5)

menerapkan semangat pendidikan karakter sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa sesuai dengan konteks dan situasinya.

Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan Nasional sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter untuk semua tingkat pendidikan, dari SD sampai Perguruan Tinggi. Menurut Nuh (2010), pembentukan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Jika karakter sudah terbentuk sejak usia dini, kata Mendiknas, maka tidak akan mudah untuk mengubah karakter seseorang. Ia juga berharap, pendidikan karakter dapat membangun kepribadian bangsa. Menurut Koesoema (2007) pendidikan karakter bukan hanya sekedar memiliki dimensi integratif, dalam arti mengukuhkan moral intelektual anak didik sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tahan uji, melainkan juga bersifat kuratif secara personal maupun sosial. Pendidikan karakter di sini diharapkan dapat menyembuhkan penyakit sosial yang selama ini sudah merajalela. Pendidikan karakter ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi proses perbaikan akhlak masyarakat secara umum. Menurut Megawangi (2004) di negara Cina, kesuksesan dalam menerapkan pendidikan karakter sudah dimulai sejak awal tahun 1980-an. Menurutnya, pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good. Yakni, suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands.


(6)

Dalam program reformasi pendidikan yang diinginkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit diungkapkan tentang pentingnya pendidikan karakter: Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society (Li, 2005). Karena itu program pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas.

Bangsa Indonesia juga memang memerlukan model pendidikan berkarakter. Sejumlah negara sudah mencobanya. Indonesia bukan tidak pernah mencoba menerapkan pendidikan semacam ini. Tetapi, pengalaman menunjukkan, berbagai program pendidikan dan pengajaran, seperti pelajaran Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewargaan Negara (PPKN), Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), belum mencapai hasil optimal, karena pemaksaan konsep yang sekularistik dan kurang seriusnya aspek pengalaman.

Pendidikan karakter merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Pendidikan karakter bukan hanya urusan Kementerian Pendidikan semata. Presiden pada Hardiknas 2010 di Istana Negara yang lalu mengatakan bahwa ''Yang disebut berkarakter kuat dan baik adalah mereka yang memiliki akhlak, moral dan budi pekerti yang baik,'' Presiden juga mengatakan bahwa pendidikan berkarakter sangat penting karena hasilnya


(7)

adalah semangat optimis dan berpikir positif, sehingga energi yang dibawa adalah energi positif. Menurut Presiden, pendidikan berkarakter juga ditunjukkan dengan sikap ulet, tegar, dan tidak mudah menyerah. Sikap toleran juga akan tercipta dari pendidikan berkarakter itu.” Dengan adanya anjuran dari Presiden tentang pentingnya pendidikan karakter ini, semakin terlihat bahwa memang sekarang ini bangsa Indonesia membutuhkan pendidikan yang berbasis karakter positif untuk menghasilkan suatu bangsa yang berkarakter positif.

Pembentukan karakter siswa merupakan aspek penting yang menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter bangsa sangat tergantung pada kualitas karakter sumberdaya manusianya (SDM). Karenanya karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.

Thomas Lickona (1991) mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda-tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah : (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group (geng/kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6)


(8)

menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda tersebut sudah ada di Indonesia. Oleh karena itu pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, kasih sayang, dan perbuatan. Pembentukan karakter memerlukan latihan yang terus menerus dan berkelanjutan sehingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya dapat menjadi sebuah kepribadian yang kuat dan baik pada seseorang.

Pada dasarnya, anak yang kualitas karakternya rendah adalah anak yang tingkat perkembangan emosi-sosialnya rendah, sehingga anak beresiko besar mengalami kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan tidak mampu mengontrol diri (Aswandi, 2010). Mengingat pentingnya penanaman karakter di usia dini dan mengingat usia sekolah dasar merupakan masa persiapan untuk sekolah selanjutnya, maka penanaman karakter yang baik di usia sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Menurut Erry Utomo (2010), “pendidikan karakter sebaiknya dilakukan oleh pemerintah tidak dalam bentuk mata pelajaran, tetapi harus menjiwai di setiap mata pelajaran yang diberikan di sekolah termasuk pelajaran IPA”. Selama ini pendidikan karakter lebih ditekankan hanya pada pelajaran PKn dan Agama saja. Karena itu hal ini mulai dilakukan tidak


(9)

hanya untuk perguruan tinggi, tapi juga dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah mendorong melalui bagaimana sekolah tersebut membentuk budaya sekolah bersih, rapi, dan nyaman sebagai syarat untuk membentuk pendidikan berkarakter.

Pendidikan agama sudah diajarkan di Indonesia, tetapi kenyataannya dalam penerapan kehidupan sehari-hari sikap dan kebiasaan pelajar masih banyak mengabaikan kandungan nilai-nilai akhlak sehingga masih banyak perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai moral yang ditetapkan secara umum. Berdasarkan kenyataan di atas, diharapkan dengan diterapkannya pendidikan karakter di sekolah-sekolah sejak usia dini, maka akan dapat menghasilkan peserta didik yang berakhlak dan bersikap mulia. Pendidikan karakter ini sebenarnya mempunyai tujuan bukan hanya mengajarkan mana yang salah dan mana yang benar, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham tentang mana yang baik dan mana yang salah sehingga mampu merasakan nilai yang baik dan mau melaksanakannya tanpa paksaan. Pendidikan dan pembentukan karakter bagi bangsa Indonesia saat ini sangatlah urgen dan mendesak bagi kelangsungan hidup bangsa. Krisis multidimensi saat ini menunjukkan pentingnya membangun dan membentuk karakter generasi muda. Sekolah diharapkan dapat menjadi pelengkap dan memperkaya pendidikan karakter yang ada di lingkungan pendidikan keluarga. Karena bagaimanapun keluarga merupakan lingkungan


(10)

pendidikan yang pertama dan utama dalam penanaman nilai-nilai dan pembentukan karakter pada generasi muda (anak-anak).

Daniel Goleman (1999) membahas tentang kecerdasan emosi dengan mengatakan bahwa pentingnya kemampuan untuk menguasai emosi sebagai penentu keberhasilan akademik anak, melebihi kemampuan intelektual yang selama ini diakui berhubungan nyata dengan prestasi akademik siswa. Goleman menyatakan bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat 80 persennya dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan terhadap 1000 anak selama 23 tahun diteliti kepribadiannya ketika mereka berusia 3 tahun, 18 tahun, 21 tahun, dan 23 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang ketika berusia 3 tahun didiagnosa sebagai “uncontrollable toddlers” atau anak yang sulit diatur, pemarah, dan pembangkang, ketika berusia 18 tahun menjadi remaja bermasalah, agresif, dan sulit bergaul. Di usia 21 tahun mereka sulit membina hubungan sosial dengan orang lain, dan ada yang terlibat dalam tindak kriminal. Sebaliknya, pada anak-anak usia 3 tahun yang sehat


(11)

jiwanya ternyata setelah dewasa menjadi orang yang berhasil dan sehat jiwanya” (Aswandi, 2010). Penelitian lain menunjukkan bahwa “sebanyak 22 % siswa kelas 4 – 8 di Amerika serikat mengalami kesulitan belajar karena adanya perilaku saling mengejek antar siswa di sekolah”, dikutip dari Ratna Megawangi.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah. Menurut Standar Isi IPA SD dinyatakan bahwa IPA merupakan ilmu alam yang secara sistematis berisi kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses penemuan. Sedangkan tujuan dari pelajaran IPA di SD ialah agar siswa mempunyai kemampuan untuk yakin kepada Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya; mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar proses pendidikan selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut dapat


(12)

dilihat bahwa dalam pembelajaran IPA di SD terdapat beberapa komponen karakter (yakin kepada Tuhan YME, mengembangkan rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan membuat keputusan; meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam) yang harus dikembangkan dan harus dikuasai oleh siswa SD. Ternyata pendidikan karakter juga harus dikembangkan dalam pelajaran IPA untuk mengembangkan kemampuan pelajaran IPA secara maksimal. Untuk mengetahui apakah benar komponen karakter tersebut sudah dikembangkan pada pelajaran IPA di SD, maka harus diadakan penelitian untuk mengetahuinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Analisis Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPA Kelas 4 Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI”. Hal ini dilakukan untuk mengetahui indikator karakter apa saja yang dilakukan dalam pembelajaran IPA yang sudah dilakukan di salah satu sekolah dasar. Sekolah Laboratorium Percontohan UPI dipilih oleh peneliti karena sekolah ini berasaskan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa; edukatif, ilmiah, dan religius; silih asih, silih asah, dan silih asuh. Sedangkan visi dari sekolah ini ialah sekolah yang memiliki keunggulan akademis, sosial, dan keunggulan religi sebagai wahana bagi pengembangan pendidikan dengan lulusan yang mempunyai daya saing tinggi dan berakhlak mulia. Misi sekolah ini salah satunya ialah melaksanakan proses pembelajaran berstandar nasional berasaskan nilai-nilai religius serta


(13)

berprinsip silih asih, silih asah, dan silih asuh. Sekolah ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan ilmu, berakhlak mulia, serta melaksanakan syariat agama sesuai dengan keyakinan yang dianutnya, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mampu hidup di tengah masyarakat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1) Siswa SD merupakan orang dengan kondisi psikologis yang masih perlu mendapat perhatian dan bimbingan dari banyak pihak, terutama pihak orang tua dan guru. Dengan adanya arus globalisasi dan informasi dari berbagai arah yang datang dengan mudah, jika siswa tersebut tidak mempunyai pondasi karakter positif yang kuat dalam menghadapinya maka akan terbawa kepada perilaku yang tidak sesuai baik menurut agama maupun lingkungan.

2) Indikator karakter apa saja dalam pembelajaran IPA yang sudah diterapkan di kelas 4 sekolah dasar. Pendidikan karakter dapat dilaksanakan dalam pembelajaran, baik terencana maupun spontan dimana hal ini terjadi baik disadari ataupun tidak oleh guru yang bersangkutan. Belum adanya sosialisasi pada para pendidik tentang pendidikan karakter untuk membangun sistem pendidikan yang


(14)

mengarahkan siswa pada pembentukan karakter positif yang kuat, sehingga di manapun siswa tersebut berada, akan selalu punya filter untuk membentengi dirinya dari pengaruh luar yang tidak baik.

C. Batasan Masalah

Untuk mengefektifkan penelitian ini, peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut :

1) Penelitian dilaksanakan di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI pada mata pelajaran IPA.

2) Analisis yang dilakukan adalah pendidikan karakter pada RPP yang dibuat guru, proses pembelajaran di kelas, evaluasi yang dilakukan oleh guru, buku teks, dan LKS yang digunakan di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI?”. Pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI terdiri dari :

1) Bagaimana pendidikan karakter dalam perencanaan pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI?

2) Bagaimana pendidikan karakter dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI ?


(15)

3) Bagaimana pendidikan karakter dalam kegiatan evaluasi pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI ?

4) Bagaimana pendidikan karakter dalam LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI? 5) Bagaimana pendidikan karakter dalam buku ajar yang digunakan

dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI?

E. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD.

2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dalam perencanaan pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI.

b. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI.

c. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dalam kegiatan evaluasi pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI.


(16)

d. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dalam LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI.

e. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dalam buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian ini akan memberikan manfaat, antara lain: 1) Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

nyata tentang pengembangan pendidikan karakter pada pembelajaran IPA di kelas 4 sekolah dasar.

2) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang pengembangan pendidikan karakter pada pembelajaran IPA di kelas 4 sekolah dasar.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru yang ingin mengembangkan pendidikan karakter pada pembelajaran IPA di kelas 4 sekolah dasar.


(17)

G. Definisi Operasional 1) Pendidikan karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara merangsang dan mengarahkan siswa dan guru untuk memunculkan berbagai indikator karakter yaitu religius, berpikir dan bersikap secara logis, kritis, dan kreatif, jujur, inovatif, memiliki rasa ingin tahu, mampu memecahkan masalah sederhana, cinta dan peduli terhadap lingkungan, cinta ilmu pengetahuan, bekerja sama dalam kelompok, disiplin, percaya diri, mandiri, bertanggung jawab, mampu berkarya, dan menghargai perbedaan pendapat.

2) Pembelajaran IPA

Penelaahan terhadap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran IPA yang meliputi :

a) Rencana Pembelajaran IPA

Pendidikan karakter dalam rencana pembelajaran IPA yang disusun oleh guru yaitu dengan adanya pernyataan yang berhubungan dengan pendidikan karakter, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Setiap nilai utama dalam pendidikan karakter dapat dimasukkan ke dalam pembelajaran mulai dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, sampai dengan konfirmasi.


(18)

b) Pelaksanaan Pembelajaran IPA

Pelaksanaan pembelajaran merupakan aktualisasi yang ditata dan diatur menurut langkah-langkah tertentu seperti yang sudah dibuat dalam perencanaan agar dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan pendidikan IPA yang berkarakter.

c) Evaluasi pembelajaran IPA

Evaluasi pembelajaran IPA mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan dilihat dari aspek kognitif, afektif, psikomotor dan penerapan pendidikan karakater dalam pembelajaran IPA yang dilaksanakan.

d) Buku ajar yang digunakan dalam Pembelajaran IPA

Buku ajar dalam pembelajaran IPA merupakan buku yang disusun untuk kepentingan proses pembelajaran baik yang bersumber dari hasil-hasil penelitian atau hasil dari sebuah pemikiran tentang sesuatu atau kajian bidang tertentu yang kemudian dirumuskan menjadi bahan pembelajaran IPA. Pengembangan pendidikan karakter dalam buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran IPA yaitu penganalisisan isi buku tentang pengembangan pendidikan karakter.


(19)

e) LKS yang digunakan dalam Pembelajaran IPA.

LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA dianalisis pendidikan karakternya, meliputi kompetensi dasar yang akan dicapai, tujuan pembelajaran, informasi singkat tentang materi, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.


(20)

73 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Nana Syaodih, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran apa adanya tentang pendidikan karakter pada pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI. Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil analisis dokumen, dan observasi. Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang diarahkan pada memahami fenomena sosial dari perspektif partisipan dengan cara wawancara, observasi, dan studi dokumen (Nana Syaodih, 2009). Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang berbentuk deskriptif yaitu data berupa ucapan pada saat eksplanasi atau tulisan dari subyek atau obyek penelitian (Sugiyono, 2007).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto, 2002). Jadi tujuan penelitian deskripsi ialah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif ini tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau


(21)

pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya (Sukmadinata, 2007). Di dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan sebagaimana adanya. Satu-satunya unsur manipulasi atau perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, pengedaran angket, atau studi dokumentasi (Nana Syaodih, 2009).

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber yaitu hasil observasi pembelajaran IPA dan hasil evaluasi pembelajaran di kelas 4 SD Laboratorium UPI sebanyak empat kali pertemuan, data dokumen yaitu RPP, LKS, dan buku ajar yang digunakan dalam pembelajaran IPA.

Dalam penelitian ini dibuat alur penelitian sebagai berikut :

BUKU AJAR

RPP PENDIDIKAN KARAKTER LKS


(22)

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelas IV yang mengajar IPA di SD Laboratorium Percontohan UPI. Sekolah ini dipilih karena gurunya sudah mengikuti pelatihan pendidikan karakter berbasis pondok pesantren.

Pengambilan subjek penelitian ini didasarkan pada pertanyaan bagaimana pengembangan pendidikan karakter tercermin dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaodih (2009) yang mengatakan bahwa “penelitian dengan metode deskriptif mengungkapkan data yang berkenaan dengan masalah bagaimana dan mengapa”. Masalah yang diungkapkan dalam penelitian deskriptif terbatas dengan lingkup daerah yang lebih sempit dengan populasi dan sampel yang lebih sedikit pula (Syaodih, 2009).

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SD Laboratorium Percontohan UPI Bandung dan dilakukan mulai bulan April 2011 sampai dengan Juni 2011.

D. Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini akan diperoleh dengan cara peneliti menyusun dan membuat instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu dengan cara menganalisis RPP yang dibuat guru kelas 4, pelaksanaan pembelajaran IPA, evaluasi pembelajaran IPA, buku ajar, dan LKS yang digunakan di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI. Pada instrumen ini akan dikemukakan beberapa


(23)

komponen pendidikan IPA berkarakter dalam RPP, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, buku ajar, dan LKS.

1) Komponen Pendidikan IPA berkarakter diambil dari SKL SD, yaitu religius, logis, kritis, kreatif, inovatif, jujur, kerjasama, tanggung jawab, percaya diri, disiplin, mandiri, mampu memecahkan masalah, rasa ingin tahu, cinta ilmu pengetahuan, peduli lingkungan, menghargai perbedaan pendapat, mampu berkarya, dan gemar membaca.

2) Komponen RPP

Menurut BSNP ada beberapa komponen penting yang harus ada dalam RPP, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alat/bahan/sumber, dan penilaian. Dalam penelitian ini komponen RPP yang dianalisisialah kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

3) Komponen pelaksanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang berlandaskan pendidikan IPA berkarakter.

4) Komponen evaluasi pembelajaran

Evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran IPA berlangsung. Evaluasi dilakukan terhadap 20 orang siswa kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI.


(24)

5) Komponen buku ajar

Standar kompetensi, Kompetensi dasar, dan materi pembelajaran, yang mengandung unsur kognitif, afektif dan psikomotor yang berlandaskan pendidikanIPA berkarakter. Penelitian ini hanya menganalisis materi pembelajaran IPA yang diberikan kepada siswa.

6) Komponen LKS

Standar kompetensi, Kompetensi dasar, dan materi pembelajaran, yang mengandung unsur kognitif, afektif dan psikomotor yang berlandaskan pendidikan IPA berkarakter. Penelitian dilakukan pada kegiatan pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Langkah pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis kemunculan komponen pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD dan tindakan guru dalam memunculkan indikator karakter pada siswa selama pembelajaran yang terdiri dari :

1. rencana pembelajaran IPA yang disusun oleh guru kelas 4 SD (7 buah RPP); 2. pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas 4 SD (4 kali pertemuan);

3. evaluasi pelajaran IPA di kelas 4 SD (4 buah evaluasi yang dilakukan);

4. buku teks yang digunakan dalam pembelajaran IPA kelas 4 SD pada materi Lingkungan Fisik dan Sumber Daya Alam; dan


(25)

5. LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA kelas 4 SD pada materi Lingkungan Fisik dan Sumber Daya Alam (4 buah LKS).

Analisis yang dilakukan adalah untuk melihat komponen pendidikan karakter apa saja yang muncul dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD dan bagaimana cara memunculkan indikator karakter tersebut dalam pelaksanaan (kegiatan) pembelajaran IPA.

F. Teknik Analisis Data

Semua data mentah yang telah diperoleh akan dikelompokkan berdasarkan kelompoknya untuk kemudian dianalisis. Langkah-langkah dalam analisis data adalah:

1) Menentukan komponen karakter apa yang diperoleh dari semua kegiatan pada RPP Pembelajaran IPA dan bagaimana kegiatan guru dalam memunculkan indikator tersebut.

2) Menentukan komponen karakter apa yang diperoleh dari semua kegiatan pada pelaksanan pembelajaran IPA dan bagaimana kegiatan guru dalam memunculkan indikator tersebut.

3) Menentukan komponen karakter apa yang diperoleh dari semua kegiatan pada evaluasi pembelajaran IPA dan bagaimana kegiatan guru dalam memunculkan indikator tersebut.

4) Menentukan komponen karakter apa yang diperoleh dari semua kegiatan pada Buku Ajar yang digunakan pada pembelajaran IPA di kelas 4 SD


(26)

Laboratorium Percontohan UPI dan kegiatan apa dalam materi buku ajar yang dapat memunculkan indikator karakter.

5) Menentukan komponen karakter apa yang diperoleh dari semua kegiatan pada LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI dan kegiatan apa dalam materi LKS yang dapat memunculkan indikator karakter.


(27)

176

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu : 1. Simpulan Umum

Pendidikan karakter dalam pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium UPI sudah diterapkan dengan cara guru cara guru menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan keberadaan tuhan sebagai sang pencipta (religius), guru merangsang siswa untuk berpikir rasional dan sistematis dengan belajar menghubungkan antara suatu kejadian sebagai akibat (banjir, longsor) dari perbuatan yang sudah dilakukan pada kejadian sebelumnya (penebangan hutan secara liar) (logis), guru membimbing siswa untuk mengungkapkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan dengan jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan masing-masing siswa dan guru merangsang siswa untuk berani mengungkapkan pendapat (kritis), guru merangsang siswa untuk mencari pemecahan masalah secara beragam (kreatif), guru merangsang siswa untuk melakukan pengamatan dalam percobaan secara teliti dan benar (bertanggung jawab), guru merangsang siswa untuk mengerjakan percobaan dan pengamatan sendiri berdasarkan tuntunan dari LKS (mandiri), guru merangsang siswa untuk berani mengungkapkan pendapat atas temuan yang sudah diperolehnya (percaya diri), guru membimbing siswa untuk melakukan percobaan dan pengamatan dengan benar dan guru mengarahkan siswa untuk membuat laporan hasil


(28)

bekerja secara kelompok dalam melakukan kegiatan percobaan dan pengamatan (kerjasama), guru mengarahkan siswa untuk mengamati kejadian di sekitarnya dan menuangkan hasil pengamatan tersebut dalam bentuk laporan (cinta ilmu pengetahuan), guru selalu mengingatkan siswa untuk tidak membuang sampah sembarangan, guru membimbing siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan, guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi tentang berbagai bencana alam yang disebabkan oleh kegiatan manusia (peduli lingkungan), guru mengarahkan siswa untuk menjawab soal yang diberikan, guru memfasilitasi siswa untuk melakukan diskusi dalam memecahkan suatu masalah (memecahkan masalah), guru merangsang siswa untuk belajar melakukan pengamatan dalam percobaan yang dilakukan pada materi yang diajarkan, guru merangsang siswa untuk bertanya tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya (ingin tahu), guru merangsang siswa untuk mewujudkan ide/gagasan baru walaupun berbeda dengan pemikiran siswa lain dan guru merangsang siswa untuk memberdayakan benda yang ada menjadi sesuatu yang berguna (inovatif), guru selalu mengingatkan siswa untuk mengerjakan soal sesuai dengan kemampuan masing-masing (tidak mencontek), guru mengarahkan siswa untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuannya, guru mengarahkan siswa untuk mengemukakan pendapat sesuai dengan keyakinannya (jujur), guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dan laporan dari hasil percobaan dan pengamatan yang sudah dilakukan


(29)

diskusi, guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan orang yang sedang mengemukakan pendapatnya tentang temuan (hasil kerjanya) di dalam kelas (menghargai perbedaan pendapat), guru merangsang siswa untuk membiasakan membaca berbagai bacaan dan guru merangsang siswa untuk mencari sendiri pemecahan masalah yang diberikan oleh guru dengan membaca berbagai sumber bacaan (gemar membaca).

2. Simpulan Khusus

Pendidikan karakter dalam RPP dilakukan oleh guru dengan cara merangsang siswa untuk berpikir rasional dan sistematis (logis), mampu memberikan jawaban yang berbeda (kritis), mencari alternatif jawaban (kreatif), mengerjakan soal sesuai dengan kemampuannya (jujur), mau bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dipahaminya (ingin tahu), mampu memecahkan masalah, selalu menjaga kebersihan lingkungan (peduli lingkungan), mampu mengamati kejadian di sekitarnya (cinta ilmu pengetahuan), mampu bekerja dalam kelompok (kerjasama), taat dan patuh pada aturan yang berlaku (disiplin), berani mengungkapkan pendapat (percaya diri), mampu menyelesaikan tugas tanpa didampingi pembimbing (mandiri), ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran (bertanggung jawab), mau mendengarkan pendapat orang lain (menghargai perbedaan pendapat), dan dapat memecahkan masalah dengan cara membaca buku (gemar membaca).


(30)

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pendidikan karakter dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh guru dengan cara merangsang siswa untuk berpikir rasional dan sistematis (logis), mengucapkan salam (religius), mampu memberikan jawaban yang berbeda (kritis), mencari alternatif jawaban (kreatif), mengerjakan soal sesuai dengan kemampuannya (jujur), mau bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dipahaminya (ingin tahu), mampu memecahkan masalah , selalu menjaga kebersihan lingkungan (peduli lingkungan), mampu mengamati kejadian di sekitarnya (cinta ilmu pengetahuan), taat dan patuh pada aturan yang berlaku (disiplin), berani mengungkapkan pendapat (percaya diri), mampu menyelesaikan tugas tanpa didampingi pembimbing (mandiri), ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran (bertanggung jawab), mampu menyelesaikan tugas yang diberikan (mampu berkarya), mau mendengarkan pendapat orang lain (menghargai perbedaan pendapat), dan dapat memecahkan masalah dengan cara membaca buku (gemar membaca).

Pendidikan karakter pada evaluasi pembelajaran muncul dengan cara guru merangsang siswa untuk berpikir rasional dan sistematis (logis), mengucapkan salam (religius), mampu memberikan jawaban yang berbeda (kritis), mencari alternatif jawaban (kreatif), mengerjakan soal sesuai dengan kemampuannya (jujur), mau bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dipahaminya (ingin tahu), mampu memecahkan masalah, selalu menjaga kebersihan lingkungan (peduli lingkungan), mampu mengamati


(31)

yang berlaku (disiplin), berani mengungkapkan pendapat (percaya diri), mampu menyelesaikan tugas tanpa didampingi pembimbing (mandiri), ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran (bertanggung jawab), mampu menyelesaikan tugas yang diberikan (mampu berkarya), mau mendengarkan pendapat orang lain (menghargai perbedaan pendapat), dan dapat memecahkan masalah dengan cara membaca buku (gemar membaca).

Pendidikan karakter pada LKS yang dibuat oleh guru muncul dengan cara guru merangsang siswa untuk berpikir rasional dan sistematis (logis), menceritakan tayangan video dengan menggunakan kata-kata sendiri (kreatif), mau bertanya tentang segala sesuatu yang tidak dipahaminya (ingin tahu), mampu memecahkan masalah, selalu menjaga kebersihan lingkungan (peduli lingkungan), melakukan pengamatan pada pembelajaran yang dilakukan (cinta ilmu pengetahuan), taat dan patuh pada aturan yang berlaku (disiplin), ikut aktif dalam kegiatan pembelajaran (bertanggung jawab), mampu menyelesaikan tugas yang diberikan (mampu berkarya), dan dapat memecahkan masalah dengan cara membaca buku (gemar membaca).

Pendidikan karakter pada buku ajar muncul dengan adanya rangsangan yang diberikan kepada siswa untuk berpikir rasional dan sistematis (logis), menghubungkan antara materi pelajaran dengan keberadaan Tuhan (religius), menghubungkan sesuatu masalah dengan penyebab dan dampak yang akan terjadi (kreatif), disediakan permasalahan yang dapat menimbulkan rasa penasaran siswa (ingin tahu), mampu memecahkan


(32)

manusia (peduli lingkungan), mengamati kejadian di lingkungan dan belajar membuat kesimpulan (cinta ilmu pengetahuan), mampu menyelesaikan tugas yang disediakan (mampu berkarya), dan dapat menjawab pertanyaan dengan cara membaca buku (gemar membaca).

B Saran

Pendidikan karakter ternyata dapat muncul pada pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI, walaupun sekolah ini tidak menyatakan secara eksplisit bahwa sekolah ini sudah termasuk sekolah berbasis karakter. Dari kelima aspek yang diteliti ada banyak hal yang berhubungan dengan karakter yang muncul. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terdapat beberapa saran dan rekomendasi yang dapat menjadi pertimbangan bagi masyarakat khususnya guru dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang pendidikan karakter yaitu sebagai berikut :

1. Bagi pengambil kebijakan (Pengawas, Kepala Sekolah, Pejabat terkait) perlu memberika kesempatan kepada semua guru untuk mendapat pelatihan dan pendidikan tentang pendidikan karakter, karena ternyata pendidikan karakter ini banyak manfaatnya dalam mengembangkan potensi siswa terutama dalam masalah kepribadian yang dapat menentukan kualitas manusia di kemudian hari. Selain itu juga pengambil kebijakan sebaiknya melakukan pengenalan pendidikan karakter di sekolah-sekolah tentang cara


(33)

sekolah yang bersangkutan.

2. Bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini sebaiknya meneliti komponen karakter lainnya yang dapat muncul dalam proses pembelajaran IPA misalnya karakter cerdas, kerja keras, hati-hati, semangat, motivasi yang kuat, dan saling menghargai. Saling menghargai di sini bukan hanya terbatas pada menghargai perbedaan pendapat seperti pada penelitian yang sudah dilakukan, tapi pada menghargai hasil usaha, menghargai perasaan (tenggang rasa).


(34)

183

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. http://id.shvoong.com/ humanities/philosophy/2034769-ciri-ciri-berpikir-kritis/

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian. Bandung: Rosdakarya.

Aswandi. 2010. Membangun Bangsa melalui Pendidikan Berbasis Karakter : Jurnal Pendidikan Karakter Vol 2. Bandung. Asosiasi Sarjana dan Dosen Pendidikan Umum dan Nilai Indonesia.

Aziz, Hamka Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Berpuisat pada Hati : Akhlak Mulia Pondasi Membangun Karakter Bangsa. Jakarta. Al-Mawardi.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Kurikulum dalam Konteks Standar Nasional Pendidikan.

Baskoro, Edy Tri. 2009. Penilaian Buku Teks Pelajaran. Jakarta. BSNP.

Budimansyah, Dasim. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung. Widya Aksara.

Budiningsih, Asri. 2008. Pembelajaran Moral : Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta. Rineka Cipta.

Cartono. 2007. Metode & Pendekatan dalam Pembelajaran Sains. Bandung. Pascasarjana UPI.

Chulsum, Umi. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya. Kashiko.

Creswell. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi ketiga. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Dahar, RW dan Liliasari. 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta. Universitas Terbuka Jakarta.

Darmodjo. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai : Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung. Alfabeta.

Fattah, Abdoel. 2008. Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus Bangsa. Jakarta. Arga Publishing.

Firman, Harry dan Ari Widodo. 2008. Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta. Pusat Perbukuan Depdiknas.

Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. New York. Bantam Dell Pub Group.


(35)

Herliani, dkk. 2009. Penilaian Hasil Belajar : Untuk Guru SD. Bandung. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk Program “Bermutu”.

Hidayatullah, Furqon. 2009. Guru Sejati : Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta. Yuma Pustaka.

Hill, T.A., 2005. Character First! Kimray Inc. http://www.charactercities.org/ downloads/publications/Whatischaracter.pdf.

Hurlock, Elizabeth. 2005. Perkembangan Anak, Edisi keenam. Jakarta. Erlangga. Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,

Pedoman Sekolah. Jakarta. Balitbang Pusat Kurikulum.

Kemendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta. Balitbang Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kesuma, Dharma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian teori dan Praktik di Sekolah. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Koesman, Soegeng. 2009. Membangun Karakter Bangsa: Carut Marut Centang-Perentang Krisis Multi Dimensi di Era Reformasi. Yogyakarta. Lokus. Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Edisi Revisi. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Koesoema, Doni. 2009. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger. Jakarta. PT Gramedia.

Kurniasih. (2010). Landasan Pendidikan Dasar. Bandung: Percikan. Latief, Wahyuni. 2008. Meningkatkan Motivasi Belajar. Education For All.

Li, L. 2005. Education for 1.3 Billion. Pearson Education and China: Foreign Language Teaching & Research Press.

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character. How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York : Bantam Books.

Lubis, Mawardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Nilai, Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Majid, Abdul. 2010. Peranan Pendidik dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik : Jurnal pendidikan Karakter Vol. 2 No. 2 Juli 2010. Bandung. Asosiasi Sarjana dan Dosen Pendidikan Umum dan Nilai Indonesia.


(36)

Surabaya.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar pada Karakter. Isu-Isu Permasalahan Bangsa. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Rosdakarya.

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter : Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta. Pedagogia.

Muniruddin. 2010. Menakar Urgensitas Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa : Bhineka karya Winaya no. 265 Desember 2010. Unit KORPRI Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

Nasution. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Cetakan kesembilan. Jakarta. Bumi Aksara.

Nur, M. 2003. Buku Panduan Ketrampilan Proses Dan Hakekat Sains. Surabaya. Universty Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006. 2006. Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Perbukuan. 2005. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun

2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Q-Anees, Bambang dan Adang Hambali. 2008. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.

Quadra, Tim Sains. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 4 B semester Kedua Sekolah Dasar. Jakarta. Quadra.

Rustam, A. (2008). Pengembangan Bahan Ajar. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajarn IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. PT Indeks. Sanjaya, W. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: San Grafika. Sauri, Sofyan. 2009. Implementasi Pendidikan Nilai dalam Pedagogik dan

Penyusunan Unsur-unsurnya. Bandung. Pascasarjana UPI.

Setiono, Agustinus. 2007. Berpikir Kritis. http://id.shvoong.com/humanities/ philosophy/2034779-berpikir-kritis.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik (Terjemahan Nurulita). London: Allymand Bacon, 2005.(Buku asli diterbitkan tahun 2005)


(37)

Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta. Unnes & Tiara Wacana.

Supriyatno, Triyo. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis Delapan Cinta di SMP Islam Sabilillah Malang. http://smp.lpisabilillahmalang.sch.id/

index.php?option=com_content&view=article&catid=43:pend-karakter&id=66:pendidikan-karakter&Itemid=78

Syaodih, Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Malang. Prestasi Pustaka Publisher.

Uno, Hamzah B, 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. Bumi Aksara. Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Utomo, Erry. 2010. Seminar Kebijakan Pendidikan Nasional Tentang Pendidikan Karakter. Jakarta. Kemendiknas Balitbang.

Wahyudin, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung. UPI Press.

Winkel WS, 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia.

Wuryanto, Agus. 2011. Pendidikan Karakter di SMP. http://aguswuryanto. wordpress.com/2011/03/11/pendidikan-karakter-di-smp/


(1)

masalah , diperlihatkan hubungan antara bencana alam dengan kegiatan manusia (peduli lingkungan), mengamati kejadian di lingkungan dan belajar membuat kesimpulan (cinta ilmu pengetahuan), mampu menyelesaikan tugas yang disediakan (mampu berkarya), dan dapat menjawab pertanyaan dengan cara membaca buku (gemar membaca).

B Saran

Pendidikan karakter ternyata dapat muncul pada pembelajaran IPA di kelas 4 SD Laboratorium Percontohan UPI, walaupun sekolah ini tidak menyatakan secara eksplisit bahwa sekolah ini sudah termasuk sekolah berbasis karakter. Dari kelima aspek yang diteliti ada banyak hal yang berhubungan dengan karakter yang muncul. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terdapat beberapa saran dan rekomendasi yang dapat menjadi pertimbangan bagi masyarakat khususnya guru dan mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang pendidikan karakter yaitu sebagai berikut :

1. Bagi pengambil kebijakan (Pengawas, Kepala Sekolah, Pejabat terkait) perlu memberika kesempatan kepada semua guru untuk mendapat pelatihan dan pendidikan tentang pendidikan karakter, karena ternyata pendidikan karakter ini banyak manfaatnya dalam mengembangkan potensi siswa terutama dalam masalah kepribadian yang dapat menentukan kualitas manusia di kemudian hari. Selain itu juga pengambil kebijakan sebaiknya melakukan pengenalan pendidikan karakter di sekolah-sekolah tentang cara


(2)

182

penerapan, kegunaan, dan manfaatnya baik bagi guru, siswa, maupun bagi sekolah yang bersangkutan.

2. Bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini sebaiknya meneliti komponen karakter lainnya yang dapat muncul dalam proses pembelajaran IPA misalnya karakter cerdas, kerja keras, hati-hati, semangat, motivasi yang kuat, dan saling menghargai. Saling menghargai di sini bukan hanya terbatas pada menghargai perbedaan pendapat seperti pada penelitian yang sudah dilakukan, tapi pada menghargai hasil usaha, menghargai perasaan (tenggang rasa).


(3)

183

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. http://id.shvoong.com/ humanities/philosophy/2034769-ciri-ciri-berpikir-kritis/

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian. Bandung: Rosdakarya.

Aswandi. 2010. Membangun Bangsa melalui Pendidikan Berbasis Karakter : Jurnal Pendidikan Karakter Vol 2. Bandung. Asosiasi Sarjana dan Dosen Pendidikan Umum dan Nilai Indonesia.

Aziz, Hamka Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Berpuisat pada Hati : Akhlak Mulia Pondasi Membangun Karakter Bangsa. Jakarta. Al-Mawardi.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Kurikulum dalam Konteks Standar Nasional Pendidikan.

Baskoro, Edy Tri. 2009. Penilaian Buku Teks Pelajaran. Jakarta. BSNP.

Budimansyah, Dasim. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung. Widya Aksara.

Budiningsih, Asri. 2008. Pembelajaran Moral : Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta. Rineka Cipta.

Cartono. 2007. Metode & Pendekatan dalam Pembelajaran Sains. Bandung. Pascasarjana UPI.

Chulsum, Umi. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya. Kashiko.

Creswell. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi ketiga. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Dahar, RW dan Liliasari. 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta. Universitas Terbuka Jakarta.

Darmodjo. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta: Depdiknas.

Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai : Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai. Bandung. Alfabeta.

Fattah, Abdoel. 2008. Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus Bangsa. Jakarta. Arga Publishing.

Firman, Harry dan Ari Widodo. 2008. Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta. Pusat Perbukuan Depdiknas.

Goleman, Daniel. 1996. Emotional Intelligence. New York. Bantam Dell Pub Group.


(4)

184

Harefa, Andrias. 2009. Membangun Karakter (www.goodreads.com). http://kabarmu .blogspot.com. pengertian-karakter.html.

Herliani, dkk. 2009. Penilaian Hasil Belajar : Untuk Guru SD. Bandung. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk Program “Bermutu”.

Hidayatullah, Furqon. 2009. Guru Sejati : Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta. Yuma Pustaka.

Hill, T.A., 2005. Character First! Kimray Inc. http://www.charactercities.org/ downloads/publications/Whatischaracter.pdf.

Hurlock, Elizabeth. 2005. Perkembangan Anak, Edisi keenam. Jakarta. Erlangga. Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,

Pedoman Sekolah. Jakarta. Balitbang Pusat Kurikulum.

Kemendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan). Jakarta. Balitbang Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Kesuma, Dharma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian teori dan Praktik di Sekolah. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Koesman, Soegeng. 2009. Membangun Karakter Bangsa: Carut Marut Centang-Perentang Krisis Multi Dimensi di Era Reformasi. Yogyakarta. Lokus. Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Edisi Revisi. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Koesoema, Doni. 2009. Pendidik Karakter di Zaman Keblinger. Jakarta. PT Gramedia.

Kurniasih. (2010). Landasan Pendidikan Dasar. Bandung: Percikan. Latief, Wahyuni. 2008. Meningkatkan Motivasi Belajar. Education For All.

Li, L. 2005. Education for 1.3 Billion. Pearson Education and China: Foreign Language Teaching & Research Press.

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character. How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York : Bantam Books.

Lubis, Mawardi. 2009. Evaluasi Pendidikan Nilai, Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Majid, Abdul. 2010. Peranan Pendidik dalam Upaya Membentuk Karakter Peserta Didik : Jurnal pendidikan Karakter Vol. 2 No. 2 Juli 2010. Bandung. Asosiasi Sarjana dan Dosen Pendidikan Umum dan Nilai Indonesia.


(5)

Masitah, dan Nur, M. 1998. Teori-Teori Perkembangan Sosial dan Perkembangan Moral. Surabaya. Surabaya. Program Pascasarjana IKIP Surabaya.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar pada Karakter. Isu-Isu Permasalahan Bangsa. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Rosdakarya.

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter : Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta. Pedagogia.

Muniruddin. 2010. Menakar Urgensitas Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa : Bhineka karya Winaya no. 265 Desember 2010. Unit KORPRI Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

Nasution. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Cetakan kesembilan. Jakarta. Bumi Aksara.

Nur, M. 2003. Buku Panduan Ketrampilan Proses Dan Hakekat Sains. Surabaya. Universty Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006. 2006. Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Perbukuan. 2005. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun

2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Q-Anees, Bambang dan Adang Hambali. 2008. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Quran. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.

Quadra, Tim Sains. 2007. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 4 B semester Kedua Sekolah Dasar. Jakarta. Quadra.

Rustam, A. (2008). Pengembangan Bahan Ajar. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Samatowa, Usman. 2010. Pembelajarn IPA di Sekolah Dasar. Jakarta. PT Indeks. Sanjaya, W. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: San Grafika. Sauri, Sofyan. 2009. Implementasi Pendidikan Nilai dalam Pedagogik dan

Penyusunan Unsur-unsurnya. Bandung. Pascasarjana UPI.

Setiono, Agustinus. 2007. Berpikir Kritis. http://id.shvoong.com/humanities/ philosophy/2034779-berpikir-kritis.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik (Terjemahan Nurulita). London: Allymand Bacon, 2005.(Buku asli diterbitkan tahun 2005)


(6)

186

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta. Unnes & Tiara Wacana.

Supriyatno, Triyo. 2010. Model Pendidikan Karakter Berbasis Delapan Cinta di SMP Islam Sabilillah Malang. http://smp.lpisabilillahmalang.sch.id/

index.php?option=com_content&view=article&catid=43:pend-karakter&id=66:pendidikan-karakter&Itemid=78

Syaodih, Nana. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Malang. Prestasi Pustaka Publisher.

Uno, Hamzah B, 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta. Bumi Aksara. Usman, Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Utomo, Erry. 2010. Seminar Kebijakan Pendidikan Nasional Tentang Pendidikan Karakter. Jakarta. Kemendiknas Balitbang.

Wahyudin, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung. UPI Press.

Winkel WS, 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : PT. Gramedia.

Wuryanto, Agus. 2011. Pendidikan Karakter di SMP. http://aguswuryanto. wordpress.com/2011/03/11/pendidikan-karakter-di-smp/