PERILAKU MENGAJAR GURU AGAMA LULUSAN PROGRAM SI FAKULTAS TARBIYAH IAIN IMAM BONJOL PADANG.

PERILAKU MENGAJAR GURU AGAMA LULUSAN PROGRAM SI
FAKULTAS TARBIYAH IAIN IMAM BONJOL PADANG

T

E

S

I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
dalam rangka menyelesaikan studi Program S2
bidang Pengembangan Kurikulum

Oleh :

H. SYAFRUDDIN NURDIN

NOMOR POKOK 8932175/XXI-13


PROGRAM

INSTITUT

PASCA

KEGURUAN

DAN

BANDUNG
19 9

2

SARJANA

ILMU


PENDIDIKAN

DISETUJUI

Prof.

Dr.

DAN

DISAHKAN

H.M.

Djawad

PEMBIMBING

Prof.


Dr.

H.

Nana

Dahlan

I

Syaodih

PEMBIMBING

OLEH

II

Sukmadinata


Motto :

M Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang heriman dan

orang-orang yang berilmu pengetahuan

(QS Al-Mu^adalah : 11)

Kupersembahkan karya tulis ini
ke hadapan isteri tercinta

dan anak-anak tersayang
Retha, Riski dan Miftahul Fikri
yang penuh harapan dan do'a

DAFTAR ISI
Halaman

±


KATA PEMBUKA
UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH

iv

DAFTAR ISI

xii

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

x±v

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN


i

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Masalah Penelitian

9

G. Tujuan Penelitian

14

D. Kegunaan Penelitian

15

PERILAKU MENGAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA

17

A. Model Perilaku Mengajar

17

B. Perilaku Guru dalam Melaksanakan Pro

ses Belajar Mengajar

24

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Peri
laku Mengajar

55

D. Pengertian, Peranan dan Kedudukan


BAB III

Pendidikan Agama Islam di Sekolah....

61

E. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan..

67

PROSEDUR PENELITIAN

72

A. Penentuan Subyek Penelitian .........

72

B. Metode Penelitian


75

C. Teknik Pengumpulan Data

76

D. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian...

81

xii

*.

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI PERILAKU

MENGAJAR GURU AGAMA


9-1

A. Deskripsi Hasil Penelitian tentang
Perilaku Mengajar Guru Agama SMP,
SMA dan SMEA

91

B. Interpretasi Hasil Penelitian

tentang Perilaku Mengajar Guru

Agama SMP, SMA dan SMEA
BAB V

165

TEMUAN PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN
REKOMENDASI


192

A. Temuan Penelitian

192

B. Pembahasan

204

C. Rekomendasi

220

DAFTAR KEPUSTAKAAN

229

LAMPIRAN-LAMPIRAN

234

Lampiran A. Bentuk Satuan Pelajaran menurut model
PPSI

234

Lampiran B. Uraian Singkat tentang Metode Mengajar
Pendidikan Agama Islam

236

Lampiran C. Ringkasan Riwayat Hidup (Curriculum
Vitae)

241

Lampiran D. Surat-surat Izin, Rekomendasi dan
Surat Keterangan Penelitian

xiii

246

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

BaSan

Halaman

1. Model Konseptual Perilaku Guru dalam
Proses Belajar Mengajar menurut Strasser...

18

2. Urutan Pelaksanaan Pengajaran menurut Nana
Sudjana

22

3. Analisis Model Mengajar menurut R.D.Conners

23

4. Diagram Prosedur Pengembangan Sistem In

struksional (PPSI)

29

5. Pola Komunikasi Banyak Arah dalam Proses

Belajar. Mengajar menurut Nana Sudjana

37

6. Pemberian Struktur pada ffraian atau Peng

-

ajaran Klasikal menurut Ad Rooijakkers ....

43

7« Unsur-unsur Kompetensi Guru menurut
C.E. Johnson

60

Tabel

1• Unsur-unsur perilaku guru yang dapat diob servasi dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar di kelas •

••••

21

2. Perilaku yang ditampilkan guru agama dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar

xiv

197

BaB I
PMDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini diuraikan dasar-dasar

pemikiran yang dijadikan landasan pokok dalam penulisan

tesis yang berjudul "Perilaku Mengajar Guru Agama Lu lusan Program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Pa
da^" •

Adapun uraian yang akan disajikan pada bab I ini

meliputi : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Masalah Pe nelitian, (3) Tujuan Penelitian, (4) Kegunaan Peneliti
an.

A« fertar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional bahkan dipandang sebagai salah sa-

tu aspek yang sangat strategis dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional tersebut* Pendidikan adalah salah
satu upaya utama dalam pembangunan nasional yang ditu -

jukan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya

dan

seluruh masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

ber-

dasarkan Pancasila, seperti tercantum di dalam Undang -

undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, tentang

Sistem Pendidikan Nasional pada fasal 3 dan 4 (Armas
Duta : 1990 ; 194) sebagai berikut :

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembang -

kan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
judkan tujuan nasional.
P J

martabat manusia Indonesia dalam rangka upava mewu-

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehi

dupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia-manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kema syarakatan dan kebangsaan.

Dalam rangka untuk mencapai cita-cita dan tujuan
pendidikan nasional seperti diungkapkan di atas,

pada

sektor pendidikan telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan oleh pemerintah, baik yang berhubungan dengan
masalah kualitas atau mutu, relevansi, efektivitas, dan

efisiensi maupun yang berkaitan dengan masalah perluasan kesempatan belajar dan pendidikan dasar. Usaha-usaha

tersebut dimaksudkan oleh pemerintah untuk mendorong
lembaga-lembaga pendidikan yang sudah ada agar lebih
giat dan efektif dalam mencapai tujuannya.

Perwujudan pembaharuan yang dilakukan itu seyogyanya tercermin dalam setiap kurikulum lembaga

pendi

dikan mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat tinggi.
Kurikulum yang dimaksudkan di sini tidak hanya meliputi
bahan pelajaran atau rencana pengajaran yang akan diberikan kepada siswa, akan tetapi mencakup segala peng

-

alaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diterima siswa di sekolah. Seperti yang dikemukakan

oleh

Nasution (1990 : 13) bahwa :

Kurikulum itu tidak hanya meliputi pelajaran yang

akan dipelajari oleh murid. Bahan itu baru merupakan
kurikulum sampai bahan pelajaran itu menjadi bagian
dari pengalaman anak. Hubungan antar manusia

dalam

kelas, metode mengajar dan prosedur evaluasi merupa
kan bagian dari kurikulum seperti halnya bahan pel ajaran itu sendiri.

Pernyataan Nasution ini menunjukkan, bahwa pengertian kurikulum itu tidaklah terbatas pada tujuan, bahan
pelajaran, metode dan evaluasi yang termuat dalam renca-

na pengajaran semata, tetapi lebih luas dari itu yakni
mencakup sarana dan prasarana, sikap dan perilaku pendi-

dik (guru) serta tenaga kependidikan lainnya. Jadi, ku rikulum itu pengertiannya luas, seperti yang diungkapkan

oleh Alice Miel (Nasution : 1990 , 13-14) :
...bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung,
suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan ,
dan sikap orang-orang yang meladeni dan diladeni se
kolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik

dan personalia (termasuk penjaga sekolah, pegawai
administrasi, jururawat, dan pegawai sekolah lainnya

yang ada hubungannya dengan murid-murid).
Oleh karena itulah, maka pembaharuan dalam bidang

pendidikan dilakukan dalam berbagai sektor dan bidang,

termasuk sektor pendidikan tenaga kependidikan atau Lem

baga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).
Pada sektor pendidikan tenaga keguruan telah di -

lakukan berbagai usaha pembaharuan dalam rangka mening katkan efektivitas serta memenuhi tuntutan untuk meng

atasi masalah-masalah seperti rendahnya mutu lulusan,

-

sistem pengelolaan lembaga dan sebagainya. Pembaharuan

dalam bidang tenaga kependidikan (keguruan) merupakan
salah satu aspek yang sangat strategis dalam kerangka
pembaharuan Sistem Pendidikan Nasional, karena kemampuan
tenaga kependidikan khususnya guru sebagai ujung tombak
yang selalu berada pada garis terdepan sangatlah menen tukan keberhasilan usaha pendidikan.

Salah satu segi pembaharuan yang dilakukan

oleh

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yaitu

me-

ngembangkan program pendidikan guru yang berorientasi

atau didasarkan atas kompetensi profesional yang memadai.

Tentang penegmabnagn program ini, Darji Darmodiharjo

(1983 : 44) mengatakan sebagai berikut :
...untuk mengembangkan program pendidikan guru perlu
digunakan pendekatan yang disebut Pendidikan Guru

Berdasarkan Kompetensi (PGBK). Pendekatan ini mem

-

persyaratkan bahwa program pendidikan guru harus di
dasarkan atas, serta mengarah pada kompetensi profe
sional yang memadai.
Seiring dengan pembaharuan yang dilakukan oleh

beberapa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
tersebut, IAIN yang juga memiliki Fakultas Tarbiyah yang
menghasilkan calon guru agama telah pula mengadakan be -

berapa penyesuaian pada kurikulumnya. Seperti terlihat

pada kurikulum yang sedang diimplementasikan saat ini,

yaitu kurikulum yang ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Agama No. 97 tahun 1982 dan disempurnakan dengan

Keputusan No. 122 tahun 1988, dalam hal ini termasuk kuri-

kulum Fakultas Tarbiyah berorientasi pada kompetensi
atau menganut pendekatan kompetensi, seperti dinyatakan

dalam buku Pedoman IAIN Imam Bonjol Padang (IAIN : 1989;
49), sebagai berikut :

...Pendekatan yang dilakukanpun pendekatan kompeten
si yaitu suatu cara menetapkan pertanggungjawaban

(accountability) atau keberhasilan program yang me -

libatkan tiga pihak, yaitu penghasil, pemakai dan
kelompok profesional.

Accountability di sini berarti isi dan cara penyampaian tidak hanya ditentukan oleh dosen saja. la ditetapkan oleh tiga pokok lembaga penghasil, termasuk
dosen, kelompok profesional dan pemakai lulusan.
Fakultas Tarbiyah sebagai salah satu Fakultas

yang berada di bawah naungan IAIN Imam Bonjol Padang, sesuai dengan misi dan tugas pokoknya bertujuan membentuk
sarjana muslim yang ahli dalam bidang tarbiyah, meliputi
pendidikan agama Islam, bahasa Arab dan tadris. Selain

dari itu, Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama

(PA) bertujuan membentuk sarjana muslim yang ahli ilmu
agama Islam dalam bidang pengajaran dan pendidikan agama
Islam yang dipersiapkan untuk bertugas pada Sekolah Me -

nengah Umum Tingkat Pertama, Tingkat Atas dan pada Mad rasah-Madrasah yang berada di bawah pembinaan Departemen

Agama. Dengan demikian jelas bahwa secara legalitas for
mal lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN merupakan

tenaga-tenaga yang kompeten untuk mengajarkan pendidikan
agama Islam di sekolah-sekolah umum*

6

Meskipun Fakultas Tarbiyah IAIN sebagai lembaga
penghasil guru agama telah mengadakan penyesuaian dalam

kurikulumnya

dan sampai saat ini telah menghasilkan 157

orang sarjana program S1 yang sebagian diantaranya sudah
bertugas pada beberapa sekolah umum, tapi dewasa ini ma-

sih saja banyak muncul sorotan dan rasa kurang puas

ma

syarakat terhadap mutu pendidikan agama Islam di sekolah.

Tidak hanya sampai di situ saja, bahkan Fakultas Tarbi -

yah IAIN yang merupakan wadah atau lembaga pengadaan gu
ru agama juga tidak luput dari sorotan tersebut. Hal ini

disebabkan karena ada anggapan bahwa yang bertanggung
jawab atas mutu pendidikan agama Islam di sekolah adalah
guru agama, yang dalam hal ini dihasilkan oleh Fakultas

Tarbiyah IAIN, dan oleh karenanya Fakultas Tarbiyah IAIN
lah yang bertanggung jawab.

Selain itu, isu tersebut di atas pun dirasakan

oleh Menteri Agama Republik Indonesia selaku pembina
Lembaga Pendidikan yang menghasilkan guru-guru agama Is

lam. Seperti pernah disampaikannya, sebagai berikut :
Banyaknya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) belum menjamin baiknya pendidikan agama Islam,dan pen
didikan agama Islam di sekolah umum sampai sekarang
masih belum mantap. Hal ini menurut beberapa laporan
dan penelitian disebabkan karena materi dan cara pe-

nyampaiannya yang kurang menarik oleh guru (Pikiran
Rakyat, 25 Mei 1991).

Selain dari adanya keresahan masyarakat dan pernya
taan serta pengakuan Menteri Agama Republik Indonesia se
perti diungkapkan di atas, bila diperhatikan pula fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat menunjukkan

adanya kecenderungan bahwa pelaksanaan pendidikan agama

Islam di sekolah menengah belum berhasil dengan baik. Hal
ini terlihat dari masih banyaknya para lulusan sekolah

menengah itu yang belum mampu membaca Al-Qur'an dan menghayati kandungan maknanya, berkurangnya gairah siswa

un

tuk melakukan ibadah ritual keagamaan terutama shalat dan

puasa di bulan ramadhan, memudarnya rasa persaudaraan

di

kalangan para pelajar yang ditandai dengan seringnya ter

jadi perkelahian antar pelajar sekolah menengah, yang dewasa ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tapi su

dah menggejala sampai ke kota-kota kecil di daerah.
Selain itu juga terlihat adanya kecenderungan berkurang -

nya rasa hormat siswa terhadap guru yang ditandai pula
dengan terjadinya pemukulan, penusukan dan pelemparan gu
ru oleh siswa. Padahal menurut tema sentral pendidikan

agama Islam di sekolah umum, siswa sekolah menengah yang
sudah menerima pendidikan agama Islam akan menunjukkan
perilaku sebagai berikut :
a. Siswa taat beribadah, berzikir, berdo'a serta
mampu menjadi imam;

b. Siswa mampu membaca Al-Quran dan menghayati kan dungan maknanya;

8

c. Siswa memiliki akhlak yang baik;
d. Siswa mampu menerapkan muamalah dengan baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (Depdik bud RI : 1989 ,11).

Diakui bahwa fenomena-fenomena yang diungkapkan
di atas tidak sepenuhnya disebabkan oleh karena belum

berhasilnya pelaksanaan pendidikan agama Islam di seko -

lah, tapi setidak-tidaknya hal ini memberi petunjuk bah
wa tujuan pendidikan agama Islam belum tereapal

dengan

sepenuhnya.

Akibat dari adanya keresahan masyarakat, -pernya taan dan pengakuan Menteri Agama Republik Indonesia ser

ta fenomena-fenomena yang terjadi di tengah-tengah

ma

syarakat tentang hasil pelaksanaan pendidikan agama Is lam di sekolah umum, timbul berbagai tanggapan atau pen
dapat yang berusaha mencari akar permasalahannya. Ada
yang berpendapat bahwa salah satu sebabnya adalah karena

perilaku mengajar yang ditampilkan oleh guru agama belum
sesuai dengan yang diharapkan. Guru agama belum mampu

menerapkan berbagai variasi metode di dalam mengajar,
terutama metode-metode yang relevan dengan pendidikan
agama Islam. Guru agama kurang memberikan perhatian ter

hadap aspek pedagogis dan didaktik di dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar... Sajauhmana kebenaran pendapat
tersebut* masih

memerlukan pembuktian secara empiris.

Sehubungan dengan adanya permasalahan tersebut

di atas dan mengingat pula para lulusan program SI Fa kultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam
Bonjol Padang yang mengajar pada sekolah-sekolah

umum

belum pernah diteliti performance atau perilaku meng

-

ajarnya, maka untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perilaku mengajar guru-guru agama yang ber-

tugas pada Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA), dan Sekolah
Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMEA), perlu dilakukan
suatu studi tersendiri melalui penelitian ilmiah.
B. Masalah Penelitian

Mengingat luasnya latar belakang permasalahan
yang dikemukakan pada bagian terdahulu, perlu adanya
perumusan masalah yang definitif dan jelas.
Adapun permasalahan yang dijadikan fokus

dalam

penelitian ini adalah "Perilaku Mengajar Guru Agama Lu
lusan Program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Pa

dang yang bertugas pada Sekolah Menengah Umum Tingkat

Pertama (SMP). Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA)

dan Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMEA).

10

Berdasarkan fokus penelitian tersebut dirumuskan
tema masalah, sebagai berikut.

"Bagaimana Perilaku Mengajar Guru Agama Lulusan Program
SM Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang ? "

Permasalahan yang akan diungkapkan dan dianalisis
oleh studi ini yaitu "perilaku guru agama dalam melaksa

nakan proses belajar mengajar di kelas". Perilaku
dilihat tersebut berupa aktivitas atau

kegiatan

yang ditampilkan oleh guru agama pada

setiap

yang
ayata

tahapan

pengajaran, yakni : tahap awal" pengajaran (pre-active) ,
tahap pelaksanaan pengajaran (inter-active), dan

tahap

akhir pengajaran (post-active).
Selain itu, juga diteliti dan dilihat

langkah-

langkah serta aktivitas yang dilakukan oleh guru

agama

dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa

serta

aktivitas dan langkah-langkah yang dilakukannya

dalam

mempersiapkan atau menyusun satuan pelajaran.
1. Perilaku yang ditampilkan dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar

Pertama, pada tahap awal pengajaran yang akan diobserva-

si yaitu aktivitas yang berhubungan dengan : (1) menciptakan suasana untuk memulai proses belajar mengajar,(2)

menjelaskan kegunaan bahan pelajaran, (3) menjelaskan
hubungan antara pelajaran yang lalu dan yang akan dibe -

rikan (apersepsi) , (4) menarik perhatian atau memberi
motivasi kepada siswa.

•*"*"

Kedua, pada tahap pelaksanaan pengajaran dilihat aktivi
tas mengenai : (1) menyampaikan pokok bahasan yang

akan

diajarkan, (2) menuliskan pokok bahasan di papan tulis,
(3) menguraikan atau menyajikan pelajaran kepada siswa,

(4) menggunakan metode atau strategi mengajar, (5) meng
gunakan alat peraga atau media pengajaran yang relevan,
(6) menerapkan atau menggunakan

berbagai

kerampilan

yang menunjang jalannya proses belajar mengajar seperti:
(a) melakukan tanya jawab dengan siswa dalam rangka un -

tuk memperoleh umpan balik, (b) memberikan reinforcement

(c) menyampaikan pelajaran bagian demi bagian, (d) meng

gunakan bahasa yang mudah dipahami, (e) menggunakan sua-

ra yang jelas sehingga dapat didengar semua siswa, (f)
mengatur tempo di dalam menyampaikan pelajaran.

Ketiga, pada tahap akhir pengajaran diobservasi aktivi -

tas atau.kegiatan yang berhubungan dengan: (1) pelaksa -

naan pos tes atau penilaian hasil belajar, (2) memberi
tugas siswa, (3) menyampaikan ikhtisar pelajaran, dan
(4) menutup atau mengakhiri pelajaran.

2. Perilaku yang dilaksanakan dalam menilai hasil
belajar siswa

Dalam aspek ini akan diobservasi mengenai langkah

langkah dan cara yang dilakukan dalam menilai hasil bel
ajar, yaitu tentang : (1) menyusun atau mempersiapkan
kisi-kisi, (2) menyusun soal atau butir tes, dan (3)m® ~

12

laksanakan penilaian, meliputi : (a) penilaian yang di laksanakan selama proses belajar mengajar yakni : pre

-

tes dan pos-tes, (b) penilaian yang dilakukan menjelang
mid smester (subsumatif), (c) mid smester, dan (d) peni
laian akhir smester (sumatif), serta (4) melakukan peni
laian terhadap ketiga lingkup yakni : pengetahuan, penghayatan dan pengamalan.

3. Perilaku yang dilaksanakan dalam menyusun atau

mempersiapkan rencana

pengajaran (satuan pel

ajaran)

Perilaku yang akan diobservasi dalam aspek ini
mengenai langkah-langkah dan aktivitas dalam : (1) mene-

tapkan atau menentukan bahan pelajaran, (2) merumuskan

tujuan pengajaran, (3) menentukan kegiatan belajar meng
ajar yang mencakup : (a) penggunaan metode atau strategi
(b) penggunaan alat peraga/media pengajaran dan sumber

belajar lainnya, (4) menentukan alat dan prosedur peni laian (evaluasi), (5) menyusun bentuk dan isi satuan
pelajaran.

Kemudian dalam studi ini, di samping meneliti pe
rilaku mengajar guru agama dalam melaksanakan proses

belajar mengajar di kelas, juga menelaah beberapa latar
belakang guru agama, yaitu : latar belakang pendidikan,
aktivitas guru agama dalam masyarakat terutama dalam

kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan, kondisi

13

sekolah tempat guru agama mengajar, dalam hal ini yang
dilihat : (a) sarana belajar yang menunjang pelaksanaan
proses belajar mengajar, (b) perhatian dan dukungan ke pala sekolah terhadap pendidikan agama Islam, dan (c)
perhatian siswa terhadap pelajaran agama Islam.

Terakhir, studi ini akan menganalisis perilaku
mengajar guru agama ditinjau dari beberapa latar bela

-

kang guru yaitu : latar belakang pendidikannya, aktivi -

tas dalam masyarakat dan kondisi sekolah tempat mengajar,
Mengapa faktor-faktor tersebut merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dalam penelitian ini ? Hal ini bertolak

dari beberapa asumsi, antara lain bahwa : (1) perwujudan

perilaku guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
itu merupakan hasil dari proses belajar yang pernah diikutinya. Proses belajar itu dapat melalui pendidikan
sebelum-jabatan dan dapat pula melalui pendidikan

dalam

jabatan (Asrori, 1990 ; 9), (2) bahwa dengan semakin banyaknya aktivitas guru agama dalam kegiatan keagamaan di
masyarakat terutama memberikan pengajian agama, ~ makin
mempermantap penguasaannya terhadap bahan pelajaran, ka
rena secara tersirat bahan pelajaran yang akan diajarkan

telah termasuk di dfilam bahan pengajian yang diberikanj

(3) bahwa kondisi sekolah, ukuran dan fasilitas yang dimiliki yang berhubungan dengan perlengkapan belajar dan

mengajar juga dapat memberi pengaruh kepada perilaku

14

mengajar guru, seperti dikemukakan oleh Lee S. Shulman

(Wittrock : 1986 , 6) bahwa kondisi sekolah, besar se
kolah, ketersediaan fasilitas sekolah seperti televisi

pendidikan, buku teks dan Iain-lain mempengaruhi peri
laku mengajar.
C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mem

peroleh gambaran tentang perilaku mengajar guru agama
lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol
Padang dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya.
Adapun secara khusus, tujuan penelitian

ini

adalah untuk memperoleh beberapa temuan tentang :

1. Penampilan mengajar guru agama di kelas,

berkenaan dengan materi/bahan dan metode yang dipakai
(digunakan).
2. Kesesuaian (consistency) antar komponen
pengajaran dan langkah-langkah mengajar.
3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi penam -

pilan mengajar guru agama tersebut.

15"

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh melalui temuan atau

hasil penelitian ini, antara lain sebagai berikut :
1. Dengan adanya penelitian ini dan apabila tu -

juan-tujuan yang telah dikemukakan terdahulu dapat ter
eapal, maka temuan penelitian ini dapat menjadi masuk -

kan (in-put) yang sangat berharga ,dan dapat digunakan
sebagai umpan balik (feedback) bagi guru agama, teruta
ma dalam meningkatkan dan menyempurnakan penampilan
mengajar di depan kelas. Selain itu, juga berguna buat
guru agama untuk meningkatkan kemampuan serta keteram -

pilannya dalam menciptakan konsistensi (kesesuaian) an-

tar komponen pengajaran dan langkah-langkah

mengajar

yang dilakukan dalam pelaksanaan proses belajar

meng

ajar.

2. Temuan dan rekomendasi hasil penelitian
diharapkan pula berguna bagi lembaga pendidikan

ini
yang

menghasilkan calon guru agama (Fakultas Tarbiyah IAIN),
untuk penyempurnaan program perkuliahan terutama

yang

berhubungan dengan pendidikan keguruan seperti ; mem

-

perkaya pengalaman belajar calon guru agama dengan me tode-metode mengajar yang relevan untuk pendidikan aga
ma Islam, Selain itu, juga untuk penyempurnaan penye

-

lenggaraan latihan praktek keguruan (praktek mengajar)
menuju kepada pelaksanaan yang terencana, terpadu

dan

TF

terkontrol, melalui peningkatan kerjasama dan pengem

-

bangan komunikasi dua arah dengan kepala-kepala sekolah

dan guru-guru pamong (pembimbing) yang ada di lapangan.
3. Temuan penelitian ini juga berguna bagi lem baga-lembaga terkait dengan pembinaan profesionalisme
guru agama, yakni Kantor Wilayah Departemen Agama

dan

Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Sumatera Barat sebagai masukan dan umpan balik

untuk penyusunan program kegiatan, terutama yang ter

-

arah pada pembinaan dan pengembangan profesionalisme
guru agama seperti : Penataran Guru Bidang Studi Pendi

dikan Agama Islam, Pemantapan Kerja Guru (PKG), Pena

-

taran PPSI dan atau penataran-penataran lain yang relevan.

4. Temuan penelitian ini diharapkan pula bermanfaat bagi kepala sekolah. Sebagai atasan atau pembina
langsung guru-guru agama, kepala sekolah memerlukan da
ta empiris tentang perilaku mengajar yang ditampilkan

oleh guru agama dalam pelaksanaan tugas mengajar. De

ngan hasil penelitian ini kepala sekolah dapat melaku kan pembinaan terhadap guru agama, baik dengan cara

mengikut sertakan guru agama pada Penataran dan

atau

latihan, maupun melalui pembinaan langsung oleh kepala
sekolah sendiri.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Dalam bab III ini diuraikan prosedur penelitian

yang akan dilakukan dalam penulisan tesis, meliputi :

(1) penentuan subyek penelitian, (2) metode penelitian,
(3) teknik pengumpulan data, (4) tahap-tahap pelaksana an penelitian, dan (5) pengolahan dan analisis data.
A. Penentuan Subyek Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti oleh

studi ini, maka penentuan "subyek penelitian" sebagai
sumber informasi utama dilakukan secara purpossive. Ar -

tinya, subyek penelitian tidak ditentukan berdasarkan

random sampling atau acakan dan tidak pula menggunakan

populasi serta sampel yang banyak, akan tetapi dipilih
menurut tujuan penelitian.

Dalam

studi

ini ,

"subyek penelitian" dipilih

lima orang guru agama lulusan program S1 Fakultas Tarbi
yah IAIN Imam Bonjol Padang yang bertugas pada lima se -

kolah, yaitu ; pada Sekolah Menengah Umum Tingkat Perta

ma (SMP), Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA), dan
Sekolah Menengah Kejuruan Tingkat Atas (SMEA). PemilihaHi
lima orang "subyek penelitian" didasarkan atas pertim

-

bangan,bahwa pada guru agama lulusan program SI keenam
dan seterusnya tidak diperoleh lag! keterangan atau in -

formasl dan karakteristik yang.berbeda (baru). daripada

72

73

yang sudah diperoleh dari lima ©rang sebelumaya (subyek
penelitian). Subyek penelitian akan diobservasi di dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, yaitu.pada
tahap awal, pelaksanaan dan akhir pengajaran sebagaimana
telah diuraikan pada bab I terdahulu. Selain itu juga

"akan ditelaah atau diteliti latar belakang pendidikan,
aktivitas dalam masyarakat,dan kondisi sekolah tempat
guru agama mengajar. Observasi atau penelitian lapangan

ini dilakukan selama lebih kurang empat bulan, yakni da
ri bulan September sampai dengan Desember 1991.

Untuk memperoleh informasi dan data dalam peneli
tian digunakan dua sumber informasi, yaitu sumber infor

masi primer dan sekunder. Sumber informasi primer yaitu
lima orang guru agama yang telah ditentukan sebagai sub
yek penelitian, sedangkan sumber informasi sekunder ter-

diri dari unsur-unsur terkait, sebagai berikut :
1. Kepala sekolah, sebagai penanggung jawab utama
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar atau dalam pe

laksanaan pengajaran di sekolah tempat guru agama meng ajar. Melalui kepala sekolah ini diharapkan diperoleh

banyak informasi atau keterangan tentang perilaku meng -

ajar yang ditampilkan oleh "subyek penelitian" (guru
agama). Selain itu, juga diperoleh keterangan mengenai
berbagai aktivitas pendidikan dan pengajaran yang dila kukan oleh subyek penelitian di sekolah.

74

2* Guru-guru, sebagai rekan sekerja atau sepro fesi pada sekolah yang dijadikan lokasi penelitian. Me
lalui beberapa orang guru (jumlahnya sesuai dengan ke butuhan dan tujuan penelitian) tersebut, diperoleh pula
keterangan atau informasi yang berhubungan dengan peri
laku mengajar guru agama (subyek penelitian), dan akti
vitas yang dilakukannya di sekolah. Di samping itu, gu
ru ini sekaligus dijadikan pihak yang dapat diwawanca rai dalam rangka "triangulasiP data

3» Siswa, sebagai unsur yang selalu berhadapan

langsung dengan guru agama (subyek penelitian) di dalam
interaksi edukatif di kelas. Melalui siswa diperoleh

informasi mengenai perilaku mengajar (performance) guru
agama dalam melaksanakan proses belajar mengajar di ke
las, serta dalam berbagai aktivitas pendidikan dan peng
ajaran lainnya di sekolah.

4. Staf Pimpinan Fakultas Tarbiyah..IAIN, sebagai
penanggung jawab utama dalam pelaksanaan perkuliahan

program SI.FMelalui mereka ini diperoleh informasi ten
tang pelaksanaan perkuliahan program S1, terutama

yang

berkenaan dengan pendidikan agama Islam, pendidikan ke

guruan, praktek keguruan (praktek mengajar) serta latih

an pembekalan praktek keguruan (praktek mengajar) ter sebut, dan informasi lain yang relevan dengan maksud
dan tujuan penelitian.

75

5. Beberapa orang lulusan program S1 Fakultas

Tarbiyah IAIN. Sebagai sejawat seangkatan pada
waktu kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN dari para lulusan

ini diperoleh informasi tentang perkuliahan, terutama

yang berhubungan dengan : (a) pendidikan agama Islam,

(b) pendidikan keguruan, (c) praktek keguruan (praktek
mengajar), dan (d) latihan pembekalan praktek keguruan.
Di samping itu, para sejawat guru agama (subyek peneli -

tian) sekaligus jadi salah satu unsur untuk mengadakan
"triangulasi".
B. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini sangat deskriptif
dan sifatnya lebih cenderung kearah metode penelitian
naturalistik-kualitatif. Dalam penelitian ini dikumpul kan data deskriptif sebanyak mungkin yang dituangkan da

lam bentuk laporan dan uraian. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan secara langsung di lapangan menurut

apa adanya (natural setting) oleh peneliti sendiri tanpa
diwakili oleh orang lain. Tentang penelitian seperti di

kemukakan di. atas, Nasution (1988 : 9) mengemukakan

se

bagai berikut : "Dalam penelitian ini diusahakan mengum-

pulkan data deskriptif yang banyak yang dituangkan dalam
bentuk laporan dan uraian. Penelitian ini tidak menguta-

makan angka-angka statistik, walaupun tidak menolak data
kuantitatif".

76

Senada dengan yang dikemukakan Nasution di atas,

Subino (1988 : 2) menambahkan bahwa "Data yang dikumpulkan ... umumnya lebih bersifat naratif daripada kuanti tatif, lebih berupa kata-kata daripada angka-angka. Akan

tetapi kesalahan yang besar kalau ada yang beranggapan
... anti kuantitatif."

Dalam pelaksanaan di lapangan peneliti berusaha
mengikuti langkah-langkah dan cara-cara yang sesuai de ngan penelitian kualitatif seperti dikemukakan di atas.
C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data di lapangan, pe
neliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, an
tara lain melalui

:

1. Observasi (pengamatan langsung)
Dengan pengamatan langsung dimaksudkan dapat di peroleh gambaran secara langsung mengenai aktivitas.atau

perilaku yang ditampilkan oleh guru agama dalam pelaksa
naan proses belajar mengajar. Perilaku yang diamati se -

cara langsung tersebut berkenaan dengan pelaksanaan

pengajaran pada tahap awal, pelaksanaan,dan akhir peng ajaran, dengan berbagai aktivitas yang diperlihatkan pa

da setiap tahapan tersebut (seperti telah diuraikan

da

lam permasalahan)• Observasi atau pengamatan langsung ke
lapangan ini dilakukan selama lebih kurang empat
dari September sampai dengan Desember 1991.

bulan

77

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dalam rangka untuk mengetahui
lebih jauh dan mendalam tentang sesuatu yang sedang

di

teliti yang ternyata belum terlihat oleh observasi.

De

ngan wawancara diharapkan diperoleh informasi verbal da

ri subyek penelitian (responden), terutama tentang

hal-

hal yang berada di balik apa yang tampak dari hasil ob servasi yang sudah dilakukan. Melalui wawancara diper

-

oleh pandangan "emie" responden tentang dunia kenyataan.
Tentang perlunya dilakukan wawancara dalam pene -

litian kualitatif, Nasution (1988 : 69) menulis dalam
bukunya, sebagai berikut :
Observasi saja tidak memadai dalam melakukan pe nelitian. Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja
tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati atau di rasakan orang lain. Itu sebabnya observasi harus dilengkapi oleh wawancara. Dengan melakukan wawancara
kita dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan res
ponden.

Melalui wawancara, selain dari memperoleh infor -

masi dari subyek penelitian (responden) sebagai sumber
informasi primer, juga diperoleh informasi atau kete

rangan dari sumber informasi sekunder, yaitu tentang :

(a) impressi atau kesan lulusan program S1 (selain dari
subyek penelitian) mengenai pelaksanaan kuliah dalam

hubungan dengan tugas yang diemban sekarang (mengajar),

TO-

(b) persepsi lulusan S1 tentang penyelenggaraan praktek
keguruan (praktek mengajar) dan latihan pembekalan yang
diadakan sebelumnya, (c) pendapat siswa tentang perila
ku mengajar guru agama di sekolah, (d) pendapat Kepala
Sekolah, Wakil dan guru-guru tentang perilaku guru aga
ma dalam mengajar, dan (e) informasi lain yang relevan
dengan tujuan penelitian ini. Wawancara dilakukan ,de -

dengan lima orang lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah
IAIN yang dilakukan dalam dua tahap atau periode.
Pertama. wawancara diarahkan untuk memperoleh jjaformasl

"emic" yaitu pandangan-pandangan umum serta pendapat

dari subyek penelitian (responden) tentang perilaku
yang harus

ditampilkan dan dilakukan dalam mengajar.

Kedua. pada tahap ini wawancara diarahkan oleh peneliti
untuk memperoleh informasi yang diharapkan atau infor -

masi yang sesuai dengan fokus masalah yang ingin diung

kapkan (etic).
Dalam pelaksanaannya antara wawancara tahap per
tama dengan kedua mempunyai hubungan yang tak dapat di-

pisahkan (kontinuitas), karena wawancara kedua

merupa

kan lanjutan dari hasil wawancara tahap pertama. Seper

ti dinyatakan oleh Nasution (1988 : 83) "Informasi etic
tidak terlepas dari informasi emic yang telah diperoleh.

79

3. Dokumentasi

Perolehan data melalui dokumen-dokumen yang rele
van dapat membantu mendukung data yang diperoleh
cara lain. Mengenai perolehan data melalui

dengan

dokumentasi

Nasution (1988 : 85) mengatakan bahwa ;
Melakukan penelitian naturalistik tidak berarti

hanya melakukan observasi dan wawancara, walaupun
kedua cara itu yang paling dominan, bahkan dokumen
tasi juga perlu mendapat perhatian
selayaknya.

Sejalan dengan apa yang dinyatakan Nasution

di

atas, Lexi Moleong (1989 s 77) menambahkan pula tentang
peranan dokumentasi dalam pengumpulan data

penelitian

kualitatif, sebagai berikut : "data yang diperoleh dari
dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsir-

kan, bahkan meramalkan".
Dalam penelitian ini dokumen yang dikumpulkan

dan ditelaah, antara lain : (a) satuan pelajaran/rencana

pengajaran, (b) daftar nilai hasil belajar siswa, (c)
buku pedoman Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang

yang memuat tentang kurikulum, (d) buku kurikulum SMP,
SMA, dan SMTA Kejuruan dan buku Petunjuk Pelaksanaan
Kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk SMTP dan SMTA,
serta (e) dokumen-dokumen lain yang relevan.

Kemudian, sebagai instrumen atau alat utama da -

lam pelaksanaan penelitian ini yaitu peneliti sendiri.

"So"

Atau dengan kata lain peneliti bertindak sebagai "key
instrument". Artinya peneliti sendiri yang terjun lang sung ke lapangan untuk melakukan observasi dan wawancara

serta memeriksa dan mempelajari dokumen-dokumen yang di
perlukan tanpa melibatkan atau meminta bantuan pihak
perantara.

Mengenai peranan peneliti sebagai pengumpul data

langsung ke lapangan, Nasution (1988 : 43) menyatakan
sebagai berikut :

Dalam penelitian naturalistik peneliti harus lang
sung mengumpulkan data dalam situasi yang sesungguh nya. Oleh sebab itu ia harus turun sendiri ke lapang
an. "No entry no research". Sebelumnya ia harus ber usaha agar ia diperbolehkan memasuki lapangan itu,
apakah itu sekolah, pabrik, atau tempat lain.
Senada dengan pendapat yang dikemukakan Nasution

di atas, Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989 : 7) mengemu kakan pula, sebagai berikut :

Peneliti dan obyek yang diteliti saling berinter -

aksi, yang proses penelitiannya dilakukan dari "luar"
maupun dari "dalam" dengan banyak melibatkan judgment.
Dalam pelaksanaannya, peneliti sekaligus berfungsi
sebagai "alat penelitian" yang tentunya tidak bisa
melepaskan diri sepenuhnya dari unsur subyektivitas.

Dengan kata lain dalam penelitian ini tidak ada alat
penelitian baku yang telah disiapkan sebelumnya.
Dengan kehadiran langsung peneliti di lapangan

(di lokasi penelitian), maka kehadiran Itu tidak hanya

sekedar menghendaki pekerjaan mengumpulkan data bahkan

juga harus memikirkan bagaimana data diperoleh, dengan
apa bisa diperoleh dan lain sebagainya.

81

Selain daripada berpedoman kepada beberapa penda,pat di atas, sudah barang tentu yang tidak kalah pentingnya petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan oleh para
pembimbing dalam rangka pengumpulan data penelitian ini.
D. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Persiapan

Sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk melaku
kan penelitian secara terpusat, terlebih dahulu dilaksa
nakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Survey Pendahuluan

Dengan melakukan kegiatan survey pendahuluan ini

diperoleh berbagai permasalahan yang terdapat di lokasi
penelitian yang telah ditentukan. Setelah dilakukan

identifikasi masalah secara umum, ternyata terdapat satu
masalah yang menarik untuk dijadikan fokus penelitian.

Hal ini di didukung oleh fakta-fakta yang berhubungan
dengan masalah yang akan dijadikan sebagai topik peneli
tian dalam penyusunan dan penulisan tesis ini, dan untuk

selanjutnya akan disusun menjadi sebuah disain peneli

-

tian.

b. Menyusun Disain Penelitian

Dari hasil survey pendahuluan ke lapangan,dapat lah disusun sebuah disain penelitian untuk diajukan ke
hadapan seminar untuk dinilai apakah layak atau tidak
permasalahan yang dituangkan dalam disain tersebut dija-

82

dikan topik penelitian. Setelah mendapatkan berbagai ma
sukan dari anggota seminar, terutama dari dosen pembim bing, maka dilakukanlah perbaikan-perbaikan dan penyem purnaannya. Sehingga akhirnya mendapat persetujuan

dari

para pembimbing.
c. Mengurus Surat Izin Penelitian

Setelah disain mendapat persetujuan pembimbing
tanggal 10 Agustus 1991, peneliti mengurus surat-surat
perizinan yang diperlukan.

Adapun surat-surat izin dan rekomendasi peneliti

an yang diurus tersebut, antara lain :

1) Surat Permohonan Izin dari Rektor IKIP Bandung, u.b
Pembantu Rektor I No. 4354/PT25.H1/1991 tertanggal
21 Agustus 1991.

2) Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa

Barat, Direktorat Sosial Politik No : 070.2/3511 ter
tanggal 30 Agustus 1991.
3) Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah Tingkat I Provin

si Sumatera Barat, Direktorat Sosial Politik No.

B. 070/1939/Sospol/IX/1991 tertanggal 5 September
1991.

4) Surat Izin dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat No : 7423/108/
N-1991 tertanggal 1991.
Setelah surat izin dan rekomendasi yang diperlu

kan diperoleh, peneliti langsung turun ke lapangan un tuk melakukan kegiatan penelitian.

83

d. Penyusunan Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian disusun tidak dengan iaenetap kan tanggal atau waktu yang past! bagi si peneliti tu -

run ke lapangan, hanya ditentukan bahwa penelitian dl lakukan setiap hari sekolah dalam rentang waktu selama
lebih kurang empat bulan, yaitu dari September sampai
dengan akhir Desember 1991.

Begitu surat izin keluar dari Instansi berwenang,
peneliti langsung ke lapangan mengunjungi Kepala Seko -

lah dan guru-guru agama yang telah dipilih sebagai sub

yek penelitian (responden). Kegiatan ini dimaksudkan
untuk minta keizinan, kesediaan dan restu Kepala Seko -

lah dan guru-guru agama buat mengadakan studi lapangan

(wawancara, observasi dan studi dokumenter) pada seko
lah yang bersangkutan. Semua Kepala Sekolah dan guru

guru agama (subyek penelitian) yang dikunjungi memberi
kan reaksi penerimaan yang menyenangkan dan bahkan me nyatakan kesediaan dengan tangan terbuka menerima pene

liti, sekaligus menyatakan kesediaannya menjadikan se -

kolah beserta guru agama (subyek penelitian) dan hal

-

hal lain yang diperlukan untuk diteliti.

Mengingat tempat mengajar para "subyek peneliti

an" (responden) jauh dari kediaman peneliti (rata-rata
di atas 100 KM), maka untuk menghindari kekecewaan dan
lain sebagainya diadakanlah semacam kesepakatan bersama

84

antara peneliti, subyek penelitian (responden) dan Kepa
la Sekolah, bahwa peneliti dapat datang kapan saja ke
sekolah pada hari-hari mengajar guru agama yang jadi
subyek penelitian.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Setelah ada kesepakatan antara peneliti dengan
subyek penelitian dan Kepala Sekolah tentang data dan
informasi yang dibutuhkan, maka barulah dilaksanakan

kegiatan pengumpulan data melalui tahap-tahap pelaksa naan penelitian, sebagai berikut :

Pertama, yaitu tahap orientasi. Kegiatan orien tasi dilakukan pada kelima sekolah yang jadi lokasi pe

nelitian, dengan jadwal waktu : (a) pada SMP V selama

lima hari dari tanggal 3 sampai dengan 7 Juli 1991, (b)
pada SMP W selama enam hari 4ari tanggal 10 sampai 15

Juli 1991, (c) pada SMA X dilakukan selama enam hari,

dari tanggal 17 sampai dengan 22 Juli 1991, (d) pada
SMA Y, selama empat hari dari tanggal 24 sampai 27 Juli

1991, dan (e) pada SMEA Z dilakukan selama enam hari
dari tanggal 29 Juli sampai 3 Agustus 1991.
Selama masa orientasi ini kegiatan dan aktivitas

yang dilakukan adalah mempelajari data yang berhubungan
dengan subyek penelitian, kondisi sekolah, sarana.yang

menunj ang pelalmwatfianvpgegeg feela^ar mengaj ar jaeliputi
antara lain j (a) latar belakang pendidikan dan keluarga

85

guru agama (subyek penelitian), (b) kurikulum pendidik
an agama Islam untuk SMP dan SMTA beserta pokok-pokok
bahasan yang termuat di dalamnya, (c) jadwal mengajar
guru agama, (d) fasilitas dan perlengkapan serta sumber
belajar yang tersedia di sekolah, dan (e) data-data lain
yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian. Selain

itu, juga dilakukan wawancara yang bersifat umum dengan
Kepala Sekolah menyangkut kegiatan pembinaan dan pengem
bangan dan peningkatan kualitas guru-guru atau tenaga
pengajar, terutama yang berhubunganan dengan peningkatan
perilaku guru dalam mengajar. Melalui kegiatan orientasi
ini diperoleh deskripsi yang lengkap dan jelas berkenaan

dengan masalah penelitian dan tindak Ianjut yang perlu
dilakukan berdasarkan temuan-temuan penelitian nantinya.
Kedua, yakni kegiatan eksplorasi terpusat. Jarak

antara tahap orientasi dan eksplorasi diusahakan tidak
terlalu dekat, mengingat perlunya waktu untuk mendes
kripsikan data yang dihimpun tahap pertama dalam rangka

proses analisis untuk selanjutnya didiskusikan dengan
pihak pembimbing, agar pengumpulan data selanjutnya le bih terarah dan terinci pada data atau informasi yang di
butuhkan.

Tentang kegiatan kedua ini, Subino (1988 : 9) me
ngatakan sebagai berikut :

86

Agar diketahui bahwa antara tahap pertama dengan
tahap kedua ini perlu ada waktu yang agak longgar
karena data yang berhasil dikumpulkan pada tahap
pertama itu perlu dianalisis kemudian perlu proto -

kol (wawancara dan pengamatan) yang lebih terstruktur. Dalam tahap kedua, protokol wawancara dan peng
amatan tersebut dipergunakan untuk mengumpulkan in
formasi-informasi yang diperlukan.
Dengan mengacu kepada pernyataan Subino tersebut
di atas, serta memperhatikan petunjuk dari dosen pem

-

bimbing, peneliti menyusun pedoman observasi dan wawan

cara tak terstruktur untuk mengumpulkan data tentang
perilaku mengajar guru agama. Hal-hal yang ditanyakan
adalah segala sesuatu yang menjadi latar belakang peri

laku yang diperlihatkan (ditunjukan) oleh guru agama,
yang tak tembus oleh panduan observasi dan pikiran pene
liti, yang tentunya berkaitan erat dengan aspek-aspek

yang diteliti. Para subyek penelitian (responden) tak
terikat untuk mengemukakan pendapat, pandangan, jawaban

dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan da
lam wawancara selalu berangkat atau bergerak dari se

-

tiap jawaban yang dikemukakan oleh subyek penelitian
(responden). Dengan demikian pedoman wawancara yang

lengkap tak disediakan terlebih dahulu. Wawancara dila

kukan pada saat responden tidak mengajar dan setelah
berlangsung proses belajar mengajar, serta tempat wa
wancara adakalanya di ruangan Kepala Sekolah, ruangan

Bimbingan Penyuluhan (BP), dan ruangan majelis guru ,

-

87

atau ruangan lain sesuai dengan kesepakatan antara pene

liti dengan subyek penelitian (responden). Suasana wa

-

wancara tidak formal, tapi berlangsung dalam keadaan
yang akrab atau "raport". Kegiatan eksplorasi terpusat
ini berlangsung dalam dalam rentang waktu kurang lebih
empat bulan, yaitu dari bulan September sampai dengan
bulan Desember 1991

Ketiga, yaitu kegiatan yang disebut "triangulasi".

Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara diskusi dan tanya
jawab dengan guru-guru, dosen, mahasiswa atau lulusan

program S1 Fakultas Tarbiyah serta pihak lain yang ber -

hubungan dengan "subyek penelitian" (responden). Kemu.-.•dian melalui wawancara terpisah dengan unsur-unsur atau

orang-orang yang erat kaitannya dengan pelaksanaan ku

-

liah pada program S1 Fakultas Tarbiyah juga dilakukan
triangulasi ini.

Keempat, yaitu tahap member check. Tahap ini di -

perlukan untuk mengecek kembali kredibilitas informasi
atau data, baik hasil pengamatan maupun hasil wawancara

yang diperoleh melalui kegiatan eksplorasi terpusat.
Keseluruhan informasi atau data yang mendeskripsikan

tentang perilaku mengajar guru agama berdasarkan aspek-

aspek yang diteliti,ditelaah kembali dan selanjutnya
dikomunikasikan serta diperlihatkan kembali kepada sub

yek penelitian (responden). Tahap eksplorasi dan member

88

check bersifat siklus, artinya informasi atau data pene
litian yang dikumpulkan selalu ditelaah, diperbaiki, di
sempurnakan serta dimantapkan sehingga kebenarannya

da

pat ditingkatkan. Setelah kegiatan atau tahap member
check ini dilakukan, barulah disusun laporan penelitian
dalam bentuk final.

Demikian tahap dan langkah-langkah pelaksanaan
penelitian yang telah dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Untuk semua kegiatan penelitian yang telah dikemukakan

di atas, mulai dari tahap orientasi (survey pendahuluan)
eksplorasi terpusat,.triangulasi sampai dengan member
check memakan waktu selama lebih kurang enam bulan, yai

tu dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 1991.
3. Pelaksanaan analisis data

Analisis data dalam penelitian kualitatif bukan

tahap tertentu yang diberikan bab tertentu seperti hal -

nya dalam penelitian kuantitatif. Analisis telah mulai
sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun

ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil

penelitian (Nasution, 1988 : 138).
Berkenaan dengan analisis data itu, lebih jauh
Nasution (1988 : 129) mengemukakan :
Tidak ada satu cara tertentu yang dapat dijadikan

pegangan bagi semua penelitian. Salah satu cara yang

dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah be
rikut yang masih sangat bersifat umum, yakni :

89

(1) reduksi data, (2) "display" data, (3) mengambil
kesimpulan dan verifikasi.

Cara-cara yang dikemukakan Nasution di atas dija
dikan pedoman pengolahan dan analiels data penelitian ini
dengan penjelasan sebagai berikut.

1. Reduksi (ringkasan) data
Data mentah yang dikurapulkan dari hasil peneliti
an melalui observasi, wawancara dan studi dokumenter di

lapangan diklasifikasi, selanjutnya diringkas agar mudah
dipahami. Reduksi data itu dilakukan dengan cara membuat

rangkuman terhadap aspek-aspek masalah yang diteliti,
yakni perilaku guru agama dalam : mempersiapkan satuan
pelajaran, melaksanakan proses belajar mengajar, dan me
nilai hasil belajar siswa, serta latar belakang pendi

-

dikan dan keluarga guru agama, aktivitasnya di tengah

-

tengah masyarakat dan di sekolah, pengalaman mengajar
atau pengalaman kerjanya.

2. Penyajian ("Display") data
Walaupun sudah dilakukan ringkasan data melalui

rangkuman-rangkuman mengenai aspek-aspek perilaku guru

agama dalam mengajar, tapi masih diperlukan penyajiannya
atau penuangannya ke dalam tabel-tabel atau matriks se -

hingga lebih mudah dipahami. Penyajian atau "display"
data melalui tabel-tabel tersebut dapat diperhatikan da
lam bab IV. Dalam tabel-tabel tersebut akan terlihat

90

gambaran keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari
semua aspek yang diteliti.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Mengambil kesimpulan merupakan langkah terakhir
dari proses analisis atau pengolahan data penelitian ini.
Setelah data disajikan dalam tabel-tabel,belumlah berarti analisis data sudah berakhir, tapi masih harus dita -

rik kesimpulan dan verifikasi data. Di mana kesimpulan
itu dituangkan dalam bentuk perayataan-pernyataan sing kat sebagai temuan penelitian berdasarkan data yang di kumpulkan, agar mudah dipahami maknanya. Jadi, kesimpul
an selalu harus diverifikasi selama penelitian berlang sung.

BAB V

TEMUAN PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI
Dalam bab terakhir ini dikemukakan temuan peneli

tian, pembahasan dan rekomendasi hasil penelitian

ten

tang perilaku mengajar guru agama ditinjau dari

latar

belakang pendidikan, aktivitas dalam masyarakat dan kon
disi sekolah tempat mengajar.
A. Temuan Penelitian

Berdasarkan interpretasi data tentang perilaku

mengajar guru agama, dalam : (1) melaksanakan proses
belajar mengajar, (2) menilai hasil belajar siswa, dan

(3) mempersiapkan atau menyusun satuan pelajaran (rencana pengajaran) yang telah dikemukakan pada bab terdahulu,
dapat dikemukakan beberapa temuan penelitian.
1. Dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di ke -

las, ditemukan dua pola perilaku yang ditampilkan oleh
guru agama lulusan program S1 Fakultas Tarbiyah
IAIN
Imam Bonjol Padang, yang bertugas pada SMP, SMA dan SMEA
yaitu :

a. Perilaku Mengajar Multi Metoda

Guru agama yang memiliki perilaku mengajar pola

pertama ini, dalam tahap awal pengajaran menarapilkan pe
rilaku : (1) mengatur dan mengorganisasi siswa, kelas,

dan waktu sebelum pelajaran dimulai, (2) menarik perha 192

193

tian dan memberi motivasi kepada siswa, dengan jalan me

nyampaikan topik/pokok bahasan yang akan dipelajari, (3)
mengaitkan pokok bahasan yang telah dikuasai siswa

ngan yang baru (apersepsi), (4) menerangkan atau

de

men -

jelaskan kegunaan bahan pelajaran kepada siswa.
Pada tahap pelaksanaan pengajaran, guru agama me-

nampilkan aktivitas atau kegiatan mengajar, sebagai

be-

rikut : (1) mengajar dengan menggunakan berbagai metoda,

(2) mengajar lebih banyak melibatkan keaktifan siswa me

lalui pengembangan komunikasi multi arah (banyak arah),
(3) menyajikan pelajaran dengan menggunakan berbagai ke
terampilan yang mendukung seperti : menggunakan alat pe

raga atau media pengajaran, bertanya jawab singkat

de

ngan siswa dalam rangka untuk mengetahui penguasaan ba
han (feedback), menyampaikan pelajaran per-pokok bahasan

serta memberi var