UPAYA MEMPRODUKSI BUAH SALAK GULA PASIR (SALACCA ZALACCA VAR. GULAPASIR) DI LUAR MUSIM DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK.

UPAYA MEMPRODUKSI BUAH SALAK GULA PASIR (SALACCA ZALACCA VAR.
GULAPASIR) DI LUAR MUSIM DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK
Rai, I. N*., I W. Wiraatmaja*, C. G. A Semarajaya*, dan Ni K. Alit Astiari**
*) Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar
**) Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa, Denpasar
Alamat Korespondensi: I Nyoman Rai, Perumahan Padang Asri Blok IX/14, Jl. Gunung Tangkuban Perahu,
Padangsambian Kelod, Kecamatan Denpasar Barat, Bali 80117. E-mail:inrai_fpunud@yahoo.com

Abstrak
Salak Gula Pasir (Salacca zalacca var. Gulapasir) merupakan salah satu buah
unggulan Provinsi Bali. Secara alami Salak Gula Pasir berbunga empat kali setahun,
tetapi hanya satu atau dua musim pembungaan saja yang bunganya dapat berkembang
menjadi buah. Kondisi tersebut menyebabkan suplai buah banyak pada saat panen raya
(on-season) antara Desember sampai Pebruari, sedangkan di luar musim panen raya (offseason) suplai buah langka, bahkan tidak ada buah sama sekali. Sifat berbuah musiman
terjadi karena tingginya ketidakberhasilan bunga berkembang menjadi buah (kegagalan
fruit-set). Penelitian bertujuan mengatasi gagalnya fruit-set dengan pemberian pupuk
organik untuk memproduksi buah di luar musim. Penelitian satu faktor dengan tiga taraf
perlakuan pupuk organik (pupuk kandang kambing, kompos dan seresah daun/kontrol)
dilakukan pada musim kemarau di sentra produksi salak Gula Pasir (di Desa Sibetan,
Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali) pada dua musim panen, yaitu
musim Gadu (Juli) dan Sela II (Oktober). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 16

kali. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang diberikan hanya berpangaruh nyata
terhadap jumlah tandan bunga per tanaman pada musim Gadu, KAR daun pada musim
Sela II, dan kandungan klorofil daun pada Sela II. Pupuk organik kotoran kambing dan
kompos meningkatkan persentase fruit-set tetapi berbeda tidak nyata dibandingkan
dengan kontrol. Jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman dan berat per buah
pada perlakuan kotoran kambing lebih tinggi dibandingan pada kompos dan serasah daun
tetapi secara statistik berbeda tidak nyata. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan
pupuk organik (kotoran kambing dan kompos) belum mampu membuat tanaman salak
Gula Pasir dapat berbuah di luar musim. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan perlu
dilakukan pengamatan lebih lama karena sifat dari pupuk organik yang memberikan
perbaikan terhadap sifat fisik, kimia dan biologis tanah memerlukan waktu yang panjang.
Key words: Salak Gula Pasir, kotoran kambing, kompos, fruit-set, di luar musim.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Salak Gula Pasir merupakan salah satu jenis salak yang sangat disukai konsumen
karena memiliki keunggulan rasa buahnya manis walaupun umur buah masih muda, tidak
ada rasa asam, dan tidak sepat. Secara alami munculnya bunga salak Gula Pasir terjadi
setiap empat kali dalam setahun, yaitu pada bulan April (musim pembungaan Sela I), Juli

(musim pembungaan Gadu), Oktober (musim pembungaan Sela II), dan Januari (musim
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dan Lokakarya Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia
(FKPTPI) denga Thema Pengembangan Komoditas Unggulan Daerah untuk Menunjang Ketahanan dan Keamanan
Pangan Nasional, 22-23 Mei 2014 di Universitas Tadulako, Palu.

pembungaan Raya). Walaupun berbunga empat kali dalam setahun, tetapi ketersediaan
buah di pasaran bersifat musiman karena hanya satu musim pembungaan (Sela II) yang
bunganya dapat berkembang menghasilkan buah dengan baik, sedangkan tiga musim
pembungaan yang lain bunganya gagal menjadi buah (kegagalan fruit-set), kalaupun ada
yang berhasil menjadi buah, persentasenya sangat kecil sehingga jumlah buah panen
sangat sedikit (Rai et al., 2010). Kondisi tersebut menyebabkan suplai buah banyak pada
saat panen raya (on-season) antara Desember sampai Pebruari, sedangkan di luar musim
panen raya (off-season) suplai buah langka, bahkan tidak ada buah sama sekali.
Hasil penelitian Rai et al. (2011) menunjukkan, kegagalan fruit-set pada salak Gula
Pasir disebabkan oleh empat hal penting, yaitu: (1) kandungan hara tanah rendah sehingga
tanaman kekurangan nutrisi yang ditunjukkan oleh kandungan hara N, P dan K daun
rendah, (2) curah hujan dan hari hujan rendah menyebabkan kandungan air relatif daun
rendah sehingga mengganggu proses metebolisme, (3) kandungan hormon auksin pada
bunga rendah menyebabkan bunga mudah gugur, dan (4) bunga kekurangan fotosintat,
ditunjukkan oleh kandungan sukrosa, gula total, dan gula reduksi pada bunga rendah.

Berdasarkan atas penyebab tersebut, pada penelitian ini dicoba metode memproduksi
buah salak Gula Pasir di luar musim dengan pemberian pupuk organik berupa pupuk
kandang kambing, kompos dan serasah daun untuk menambah kesuburan tanah.
Pemupukan adalah upaya pemberian atau penambahan hara dalam jumlah dan cara
sesuai yang diperlukan tanaman ke dalam tanah dalam waktu tertentu (Setianingtyas et
al., 2000). Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik alami,
misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dan pupuk guano (Handayani et al.,
2011; Sutanto, 2002).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak berupa kotoran
padat bercampur sisa makanan atau air kencing hewan, merupakan sumber unsur hara
makro dan mikro bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Soepardi (2003).

Kompos adalah bahan organik yang telah mencapai tingkat

dekomposisi matang, dimana proses perombakan bahan tersebut relatif telah berakhir.
Kompos dapat memperbaiki sifat-sifat tanah baik sifat fisik, sifat biologi, dan sifat kimia
tanah antara lain meningkatkan pH dan KTK tanah (Gunawan, 2008). Sedangkan serasah
adalah sisa-sisa dari tanaman bisa berupa batang, ranting, daun, dan campuran berbagai
tanaman yang bermanfaat sebagai sumber bahan organik. Serasah dapat dijadikan sebagai

2

salah satu pupuk organik dan dapat juga dipakai sebagai penutup tanah untuk menjaga
kelembaban tanah. Hasil penelitian Siregar et al. (2008) pada tegakan Acacia mangium di
Sumatera Selatan menunjukkan bahwa perlakuan serasah yang ditinggalkan di lapangan
di bawah tegakan dan tersebar merata dapat meningkatkan diameter pohon. Hal yang
sama juga dikemukakan oleh Hardiyanto dan Wicaksono (2008) dimana perlakuan
penyimpanan serasah (slash retention) di bawah tegakan meningkatkan pertumbuhan
Acacia mangium di Sumatera Selatan.
Penelitian ini bertujuan mengatasi gagalnya fruit-set dengan pemberian pupuk
organik agar tanaman salak Gula pasir dapat berbuah di luar musim.

BAHAN DAN METODE
Percobaan dilakukan di Kebun Salak Gula Pasir petani, di sentra produksi salak
Gula Pasir yaitu di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, pada ketinggian
650 meter di atas permukaan laut (dpl), berlangsung dari bulan Mei sampai Oktober 2013.
Perlakuan yang dicoba adalah jenis pupuk organik, terdiri atas 3 taraf yaitu pupuk
kandang kambing (Kk), pupuk kompos (Ko), dan serasah daun (Sd).

Percobaan


menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 16 ulangan, sehingga
dibutuhkan 48 pohon tanaman sampel.
Tanaman sampel dipilih dari satu orang petani pemilik, terdapat dalam satu
hamparan kebun dengan umur sama (15 tahun), ukuran kanopi pohon seragam dan
sejarah pemeliharaan yang sama. Pemupukan dilakukan dengan cara mecangkul tanah
sekeliling pohon pada jarak 20 cm dari pangkal pohon, kedalaman 20 cm dan lebar 30
cm. Pupuk ditebar merata dan masing-masing jenis pupuk organik (pupuk kandang
kambing, pupuk kompos, serasah daun) diberikan dalam jumlah berat yang sama yaitu 10
kg/pohon. Pemeliharaan terhadap tanaman sampel meliputi pemangkasan daun yang
sudah tua, pelepah yang sudah kering, dan pembersihan gulma disekitar pohon. Variabel
yang diamati meliputi Kandungan Air Relatif (KAR) daun, persentase fruit-set,
kandungan klorofil daun, berat buah per tanaman, kandungan hara N, P dan K daun, dan
kandungan karbohidrat daun (gula total, gula reduksi, dan sukrosa). Semua variabel
diamati pada dua musim yaitu musim Gadu (Juli) dan Sela II (Oktober), kecuali
kandungan hara N, P dan K dan karbohidrat daun hanya pada musim Sela II.
3

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemberian pupuk organik meningkatkan kesuburan tanah tempat penelitian,
ditunjukkan oleh meningkatnya nilai C-organik, N total, P-tersedia dan KTK setelah
perlakukan/akhir penelitian dibandingkan dengan sebelum perlakuan/awal penelitian.
Tabel 1 menunjukkan, nilai C-oragnik pada awal penelitian (sebelum dipupuk organik)
1,67% (rendah) meningkat menjadi 3,51% (tinggi) pada akhir penelitian (setelah dipupuk
organik). Selanjutnya N-total dan P-tersedia sebelum dipupuk organik 0,15% (rendah)
dan 16,33 ppm (sedang) meningkat masing-mising menjadi 0,34% (sedang) dan 77,94%
(sangat tinggi).

Demikian pula halnya KTK tanah dan kadar air tanah semula 23,53%

(sedang) dan 6,93% meningkat menjadi 27,92% (tinggi) dan 12,56%. Data tersebut
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik disamping meningkatkan kesuburan
tanah, juga meningkatkan kadar air tanah. Rendahnya kesuburan tanah pada awal
penelitian disebabkan karena pemupukan atau bahan organik yang diberikan oleh para
petani salak hanyalah berupa serasah daun.
Walaupun kesuburan tanah meningkat setelah diberikan perlakuan pupuk organik,
namun perlakuan pemupukan organik hanya berpangaruh nyata terhadap jumlah tandan
bunga per tanaman pada musim Gadu, KAR daun pada musim Sela II, dan kandungan
krorofil daun pada Sela II. Pada Tabel 2 dapat dilihat, jumlah tandan bunga pertanaman

tertinggi diperoleh pada pupuk kotoran kambing dan berbeda nyata dengan pupuk
kompos dan serasah daun.

Sedangkan pada Tabel 3 dapat dilihat, KAR daun dan

kandungan klorofil daun pada Sela II teringgi diperoleh pada pupuk kompos dan berbeda
nyata dengan seresah daun. Kandungan KAR daun pada musim Sela II pada pupuk
kotoran kambing dan kompos masing-masing 87,81%

dan 89,56% sedangkan pada

kontrol/tanaman yang dipupuk dengan seresah daun hanya 84,31%. Lebih tingginya KAR
daun tersebut memberikan pengaruh baik pada lebih tingginya berat buah per tanaman
walaupun secara statistik berbeda tidak nyata Tabel 3).
Pupuk kandang kambing dan kompos pada musim Sela II cenderung memberikan
persentase fruit-set lebih tinggi dibadingkan dengan seresah daun dan hal tersebut
berkaitan dengan lebih tingginya kandungan KAR daun. KAR daun memegang peranan
penting dalam menentukan keberhasilan perkembangan bunga menjadi buah. Hasil
penelitian Hutagalung (2011) pada tanaman salak Gula Pasri mendapatkan, KAR daun
4


Tabel 1. Hasil analisis tanah tempat penelitian di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem,
Kabupaten Karangsem.

Hasil Analisis
pH
DHL (mmhos/cm)
C-Organik (%)
N total (%)
P-tersedia (ppm)
K-tersedia (ppm)
KTK (me/100 g)
Kadar Air- KU (%)

Hasil Analisis pada Awal
Penelitian
Hasil
Keterangan
6,3
0,96

Sangat Rendah
1,67
Rendah
0,15
Rendah
16,33
Sedang
343,25
Tinggi
23,53
Sedang
6,94

Hasil Analisis pada Akhir
Penelitian
Hasil
Keterangan
6,7
Sangat Rendah
0,54

Tinggi
3,51
Sedang
0,34
Sangat
Tinggi
77,94
Tinggi
449,59
Tinggi
27,92
12,56

Keterangan: Analisis dilakukan di Laboratorium Tanah, Fak. Pertanian Universitas Udayana

Tabel 2. Pengaruh pemupukan organik terhadap jumlah tandan bunga dan tandan buah
pertanaman serta persentase fruit-set pada musim Gadu dan Sela II
Perlakuan

Jumlah Tandan Bunga

per Tanaman (buah)
pada musim
Gadu
Sela II

Jumlah Tandan Buah
per Tanaman (buah)
pada musim
Gadu
Sela II

Persentase fruit-set
(%) pada musim

Gadu
Sela II
Pupuk Organik
KK
5.25 a
3.94 a
3.31 a
3.38 a
65.19 a
88.96 a
KO
4.44 b
3.63 a
3.00 a
2.94 a
69.35 a
83.65 a
SD
4.50 b
4.00 a
2.94 a
3.00 a
66.88 a
76.67 a
BNT
0,66
0,71
0,48
0,50
10,07
15,04
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji BNT taraf 5%.

Tabel 3. Pengaruh pemupukan organik terhadap KAR daun, kandungan klorofil daun
dan berat buah per tanaman pada musim Gadu dan Sela II
Perlakuan

Pupuk Organik
KK
KO
SD
BNT

KAR daun (%) pada
musim
Gadu
Sela II
82.91 a
83.13 a
82.47 a
4,55

87.81 a
89.56 a
84.31 b
3,26

Kandungan klorofil
(SPAD) pada musim
Gadu
Sela II
85.53 a
86.62 a
83.22 a
5,39

89.92 a
93.81 a
84.89 b
6,07

Berat buah pertanaman (g) pada
musim
Gadu
Sela II
(783.03) 24,81 a
(661.87) 22,21 a
(598.86) 21,92 a
10,00

(338.53) 14,49 a
(375.99) 15,15 a
(398.02) 16,01 a
9,84

Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji BNT taraf 5%.
- Angka-angka yang dikurung menunjukkan nilai asli dari rata-rata sedangkan
angka di depan tanda kurung merupakan angka hasil transformasi ke √x+1

5

yang rendah pada musim pembungaan Gadu (67,80%) menghasilkan persentase fruit-set
paling rendah (47,00%), sebaliknya KAR daun tertinggi pada musim pembungaan Sela II
(89,32%) menghasilkan persentase fruit-set tertinggi (70,10%). Dalam penelitian ini,
KAR daun yang tinggi dapat meningkatkan aktifitas fotosintesis pada tanaman, yang
ditunjukkan oleh lebih tingginya kandungan gula total, gula pereduksi dan glukosa daun
pada pupuk kandang kambing dan kompos dibandingkan pada seresah daun (Tabel 4).
Hal yang sama diperoleh Chakherchaman et al. (2009) pada tanaman Lentil (Lens
culinaris L.), bahwa KAR daun memiliki hubungan yang sangat erat dengan jumlah
gabah yang dihasilkan.
Pupuk kandang kambing dan pupuk kompos menghasilkan persentase fruit-set pada
musim Sela II

masing-masing 88,89% dan 83,65%, jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan persentase fruit-set yang dihasilkan pada musim Gadu yaitu hanya 65,19% dan
69,35%. Lebih rendahnya persentase fruit-set pada musim Gadu tersebut diduga
disebabkan pupuk kandang kambing dan pupuk kompos pada musim Gadu belum terurai
optimal sehingga masih belum mampu memperbaiki kesuburan tanah dengan baik.
Menurut Wiyana (2008), pupuk organik bersifat slow release (terurai secara lambat),
unsur hara yang terkandung di dalam pupuk organik akan dilepas secara perlahan-lahan
dan terus menerus dalam jangka waktu yang lebih lama dan sangat dipengaruhi oleh
tingkat dekomposisi/mineralisasi dari pupuk yang bersangkutan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa walaupun kesuburan tanah meningkat
akibat pemberian pupuk organik yang ditunjukkan oleh meningkatnya nilai C-organik, N
total, P-tersedia dan KTK setelah perlakukan diberikan dibandingkan dengan sebelum
perlakuan/awal penelitian (Tabel 1), tetapi kandungan hara N, P, dan K dalam jaringan
tanaman yang diukur pada akhir penelitian (6 bulan setelah perlakuan) tidak mengalami
peningkatan secara berarti yang ditunjukkan oleh kandungan hara N, P, dan K daun yang
diperoleh pada pupuk kandang kambing dan kompos berbeda tidak nyata dengan serasah
daun (Tabel 4). Data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kesuburan tanah dan
konsentrasi hara dalam tanah tidak segera dapat diserap oleh akar tanaman salak sehingga
kandungan hara N, P dan K daun belum meningkat secara signifikan. Oleh karena itu,
selang waktu pengamatan pengaruh pemberian pupuk organik kotoran kambing dan
kompos yang hanya pada 2 musim panen belum memberikan pengaruh signifikan
6

dibandingkan dengan pemupukan seresah daun. Untuk itu perlu dilakukan pengamatan
lebih lama karena sifat dari pupuk organik yang memberikan perbaikan terhadap sifat
fisik, kimia dan biologis tanah memerlukan waktu yang panjang.
Tabel 4. Pengaruh pemupukan organik terhadap kandungan krabohidrat daun dan
kandungan hara daun pada musim Gadu dan Sela II
Perlakuan

Kandungan karbohidrat daun
Gula total Gula pereduksi Sukrosa
(%)
((%)
(%)

Kandungan hara daun
N (%)

P (%)

K (%)

Pupuk Organik
KK
1.1050 a
0.3175 a
0.5582 a 1.9400 a 0.2038 a
0.8590 a
KO
1.1010 a
0.2902 a
0.7702 a 2.0063 a 0.2438 a
0.8500 a
SD
0.8973 a
0.3064 a
0.5432 a 2.0213 a 0.2250 a
0.8413 a
BNT
0.2593
0,0525
0,2387
0,1673
0,0599
0,1177
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
tidak nyata pada Uji BNT taraf 5%.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, perlakuan pupuk organik kotoran
kambing dan kompos meningkatkan kesuburan tanah, tetapi dalam 2 musim pembungaan
peningkatan kesuburan tanah belum mampu meningkatkan kandungan hara tanaman.
Pupuk organik kotoran kambing dan kompos meningkatkan persentase fruit-set tetapi
belum mampu membuat tanaman salak Gula Pasir dapat berbuah di luar musim.
Disarankan agar dilakukan pengamatan lebih lama untuk melihat apakah pemberian
pupuk organik dapat digunakan sebagai metode untuk memperudksi buah salak Gula
Pasir di luar musim, karena sifat dari pupuk organik yang memberikan perbaikan terhadap
sifat fisik, kimia dan biologis tanah memerlukan waktu yang panjang.

DAFTAR PUSTAKA
Chakherchaman, S.A., H. Mostafaei, A. Yari, M. Hassanzadeh, S. J. Somarin, R.
Easazadeh. 2009. Study of Relationships of Leaf Relative Water Content, Cell
Membrane Stability and Duration of Growth Period with Grain Yield of Lentil
under Rain-Fed and Irrigated Conditions. J. Penel. Ilmu Hayati 4(7): 842-847.
Gunawan, I. S. 2008. “Pengaruh Kompos dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan
dan Serapan N, P, K Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Alluvial
Karawang” (skripsi). Bogor: Program Studi Ilmu Tanah. Pertanian Bogor. 68 hal.
7

Handayani, F., Mastur, Nurbani, (2011), Respon Dua Varietas Kedelai terhadap
Penambahan beberapa Jenis Bahan Organik, Prosiding Semiloka Nasional “
Dukungan Agro-Inovasi untuk Pemberdayaan Petani”. Kerjasama UNDIP, BPTP
Jateng, Pemprov Jateng.
Hardiyanto, E.B., A. Wicaksono. 2008. Interrotation Site Management, Stand Growth
and Soil Properties in Acacia mangium Plantations in South Sumatera, Indonesia. In
Nambiar (ed.) Site Management and Productivity in Tropical Plantation Forests.
2008. Proceedings of Workshops in Piracicaba (Brazil) 22-26 November 2004 and
Bogor (Indonesia) 6-9 November 2006. Center for International Forestry Research
(CIFOR). Bogor.
Hutagalung, E.T. 2011. “Studi Hubungan Antara Musim Pembungaan Dengan Produksi
Dan Kualitas Buah Salak Gula Pasir (Salacca Zalacca Var. Gulapasir)”(skripsi).
Denpasar: Universitas Udayana. 57 hal.
Rai, I. N., C.G.A. Semarajaya, W. Wiraatmaja. 2010. A Study on the Flowering
Phenophysiology of Gula Pasir Snake Fruit to Prevent Failure of Fruit-set. J. Hort.
20(3):216-222.
Rai, I. N., C.G.A. Semarajaya, W. Wiraatmaja. 2011. Studi Pembungaan Salak Gula
Pasir untuk Memperoduksi Buah di Luar Musim. Laporan Penelitian Fundamental
Tahun ke-2. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas
Udayana. Tahun 2011.
Setyaningsih, L.Y. Munawar, M. Turjaman. 2000. Efektifitas Cendawan Mikoriza
Arbusula dan pupuk NPK terhadap pertumbuahan Bitti. Prosiding Seminar Nasional
Mikoriza I. Bogor.
Siregar, S.T.H., Nurwahyudi, Mulawarman. 2008. Effects of Inter-rotation Management
on Site Productivity of Acacia mangium in Riau Province, Sumatera, Indonesia. In
Nambiar (ed.) Site Management and Productivity in Tropical Plantation Forests.
Proceedings of Workshops in Piracicaba (Brazil) 22-26 November 2004 and Bogor
(Indonesia) 6-9 November 2006. Center for International Forestry Research
(CIFOR). Bogor.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, IPB.
Bogor. 591 hal.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta:Karnisius.
Wiyana. 2008. Studi Pengaruh Penambahan Lindi dalam Pembuatan Pupuk Organik
Granuler terhadap Ketercucian N, P,dan K. MST UGM. Yogyakarta.

8