Upaya Mengatasi Gagalnya Fruit-Set dengan Pemangkasan Anakan dan Bekas Tandan Bunga untuk Memproduksi Buah Salak Gula Pasir (Salacca Zalacca Var. Gulapasir) di Luar Musim.

Surat Penerimaan

R

Dengan hormat,
Panitia Pelaksana Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia 2015 dengan ini
menginformasikan bahwa setelah melalui proses review oleh komisi ilmiah, abstrak yang berjudul:

Upaya Mengatasi Gagalnya Fruit-Set dengan Pemangkasan Tunas Air dan Bekas Tandan Bunga
untuk Memproduksi Buah Salak Gula Pasir (Salacca Zalacca Var. Gulapasir) di Luar Musim
penulis:
I N Rai
telah diterima untuk dipresentasikan dalam Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura
Indonesia 2015 dalam bentuk presentasi oral.
Berkaitan dengan hal tersebut, makalah lengkap diharapkan dapat kami terima paling lambat
30 September 2015 melalui email panitia (seminarperhorti2015@gmail.com). Ketentuan dari
makalah mengikuti panduan penulisan dari bentuk Publikasi yang dipilih, yaitu: 1) prosiding
atau 2) Jurnal Hortikultura Indonesia. Adapun panduan penulisan dari kedua bentuk publikasi
tersebut terlampir.
Dalam kesempatan ini juga mengingatkan untuk segera melakukan pendaftaran dan
pembayaran bagi yang belum melakukan pendaftaran.

Kami sangat mengharapkan kehadiran dan partisipasi aktif Bapak dan Ibu di Bogor.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai persiapan dan presentasi makalah silakan hubungi
melalui email dengan alamat: seminarperhorti2015@gmail.com.

Ketua Panitia

Dr. Awang Maharijaya, SP. MSi

Upaya Mengatasi Gagalnya Fruit-Set dengan Pemangkasan Anakan dan
Bekas Tandan Bunga untuk Memproduksi Buah Salak Gula Pasir (Salacca
Zalacca Var. Gulapasir) di Luar Musim
I N. Rai*, I W. Wiraatmaja*, C. G. A. Semarajaya*, N K. Alit Astiari**
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
**) Porgram Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa
E-mail Korespondensi:inrai_fpunud@yahoo.com
*)

Absctract
Overcoming the Failure of Fruit-set by Removing Tiller and Former Flower Stem for Producing
Off-season Fruit of Salak Gula Pasir (Salacca zalacca var. Gula Pasir). Fruit of Salak Gula Pasir available in

the market within a short period, 2-3 months only, at harvest time (on-season) between December and Pebruary,
while outside of the month there is no fruit. Seasonally of fruit availability occurs because of the failure of
flowers develop into fruit (fruit-set failure), partly due to the high competition among the various organs in
fighting nutrients, water and assimilate. This research aimed to overcome the failure of fruit-set by removing
shoot tiller and former flower bunch on salak gula pasir (salacca zalacca var. Gula Pasir). Research was
conducted in farmer’s salak orchard in Sibetan Village, Bebandem Sub-district, Karangasem Regency, from
April to October 2014. This research was a factorial experiment, designed using randomized completely block
design with 2 factors. The first factor was removal of tiller, consisted of 2 levels (removed and not removed),
and the second factor was removal of former flower bunch, consisted of 2 levels (removed and not removed).
Thereby, there were 4 treatments combination and replicated 7 times so that 28 plants was required. The result
of the research showed that the greatest percentage of fruit-set (80,15%) was obtained on the tiller removal
treatment, whereas the fruit-set of the treatment on which tiller was not removed was 60,34%. On the removal of
former flower bunch treatment, there was no significant difference on removal and not removal treatment
between the percentages of fruit-set. The results also showed that the shoot tiller removal treatment gave
3,471.62 g of fruit per plant or 245.25% higher than in shoot tiller was not removed that only gave weight of
fruit 1,005.54 g per plant. The removal of former flower bunch treatment gave 2,684.26 g of fruit per plant or
49.72% higher than in former flower bunch not removed treatment which gave weight of fruit 1,792.91 g of fruit
per plant. Based on the above results suggested that removed tiller and former flower bunch can be used to
prevent failure of fruit-set and produce off-season fruits of salak Gula Pasir.
Key words : Shoot Tiller, Former Flower Stem, Fruit-set, Salak Gula Pasir

ABSTRAK
Salak Gula Pasir (Salacca zalacca var. Gulapasir) buahnya tersedia di pasar dalam periode waktu yang
singkat (hanya 2-3 bulan) yaitu pada saat panen raya (on-season) antara Desember sampai Pebruari, sedangkan
di luar musim panen raya suplai buah langka atau tidak ada buah. Sifat berbuah musiman terjadi karena
ketidakberhasilan bunga berkembang menjadi buah (kegagalan fruit-set), antara lain disebabkan oleh tingginya
kompetisi antar berbagai organ dalam memperebutkan hara, air dan fotosintat. Penelitian bertujuan untuk
mengatasi gagalnya fruit-set dengan pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga untuk memproduksi buah
salak Gula Pasir di luar musim. Penelitian dilakukan di sentra produksi salak Gula Pasir (di Desa Sibetan,
Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Bali) dari bulan Maret sampai Oktober 2014. Penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu pemangkasan anakan
terdiri atas 2 taraf (anakan tidak dipangkas sebagai kontrol dan anakan dipangkas seluruhnya), dan faktor
pemangkasan bekas tandan bunga terdiri atas 2 taraf (bekas tandan bunga tidak dipangkas sebagai kontrol dan
bekas tandan bunga dipangkas seluruhnya). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemangkasan anakan
memberikan persentase fruit-set mencapai 80,15% nyata lebig tinggi dibandingkan dengan persentase fruit-set
pada perlakuan anakan yang tidak dipangkas (60,34%). Pemangkasan anakan memberikan berat buah per pohon
3471,62 g atau lebih tinggi 245,25% dibandingkan pada tanaman yang anakannya tidak dipangkas yang hanya
memberikan berat buah per tanaman 1005,54 g. Pemangkasan bekas tandan bunga memberikan berat buah per
pohon 2684,26 g atau lebih tinggi 49,72% dibandingkan pada tanaman yang bekas tandan bunganya tidak
dipangkas dengan berat buah per pohon 1792,91 g. Berdasarkan atas hasil ini dapat disarankan pemangkasan
anakan dan bekas tandan bunga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kegagalan fruit-set sehingga dapat

digunakan untuk meningkatkan produksi buah salak Gula Pasir di luar musim.
Kata kunci: Salak Gula Pasir, di luar musim, fruit-set, pemangkasan, anakan

1

PENDAHULUAN
Salak Gula Pasir merupakan salah satu buah tropika unggul asli Indonesia yang disukai oleh masyarakat
dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 1994 melalui Kepmentan No.
584/Kpts/TP.240/7/1994. Keunggulan salak Gula Pasir adalah rasa buahnya manis walaupun umur buah masih
muda, tidak ada rasa asam dan sepet, tidak masir, daging buahnya tebal, dan tidak melekat pada biji. Sifat buah
salak seperti itu tergolong ideal untuk memenuhi tuntutan pasar komoditas salak, baik untuk pasar domestik
maupun ekspor (Bank Indonesia, 2004).
Sampai saat ini ketersediaan buah salak Gula Pasir di pasaran bersifat musiman. Pada musim panen (onseason) ketersediaan buah banyak namun harga jual rendah, hanya berkisar antara Rp. 7.000 sampai Rp.
12.000/kg. Sebaliknya di luar musim panen (off-season) tidak ada buah di pasaran, kalaupun ada harganya
sangat mahal bisa mencapai Rp. 30.000 sampai Rp. 50.000/kg (Komunikasi pribadi dengan petani dan pedagang
buah). Keadaan tersebut dari segi agribisnis tidak menguntungkan. Manipulasi tanaman dan lingkungan agar
salak Gula Pasir dapat berbuah di luar musim sangat diperlukan sehingga fluktuasi produksi dapat diatasi dan
harga lebih stabil karena terjadi keseimbangan antara suplai buah dengan permintaan konsumen.
Potensi keberhasilan untuk dapat memproduksi buah salak Gula Pasir di luar musim sangat besar. Rai et
al. (2010a) menyatakan, secara alami salak Gula Pasir berbunga setiap 3 bulan sekali atau 4 kali berbunga dalam

setahun, yaitu pada bulan Januari (musim pembungaan Raya), April (musim pembungaan Sela I), Juli (musim
pembungaan Gadu), dan Oktober (musim pembungaan Sela II). Dari 4 musim pembungaan tersebut, panen buah
atau produksi yang baik hanya sekali dalam setahun yaitu pada panen Raya (Desember-Pebruari) yang buahnya
berkembang dari musim pembungaan Oktober (musim pembungaan Sela II). Tiga musim pembungaan yang lain
(pembungaan Raya, Sela I, dan Gadu) bunganya gagal berkembang menghasilkan buah atau disebut dengan
kegagalan fruit-set. Kalaupun ada yang berhasil menjadi buah, persentasenya sangat kecil sehingga jumlah buah
panen sangat sedikit.
Kegagalan berkembangnya bunga menjadi buah pada salak Gula Pasir menyebabkan ketersediaan buah
bersifat musiman sehingga perimbangan suplai dengan permintaan kurang baik. Jumlah produksi banyak hanya
pada saat panen raya (Desember-Pebruari) dan rentang waktu suplai sangat pendek hanya 2-3 bulan. Di luar
musim itu permintaan tetap tinggi tetapi suplai tidak mencukupi. Keadaan suplai buah yang pendek juga
disebabkan oleh pendeknya umur simpan buah salak Gula Pasir yaitu hanya mencapai 7-10 hari pada
penyimpanan suhu kamar (Wijana et al., 1997). Dengan rentang waktu suplai/ketersediaan buah yang pendek
ditambah lagi dengan umur simpan yang juga pendek, posisi tawar petani dalam sistem pemasaran buah salak
sangat lemah. Untuk itu, upaya memproduksi buah salak Gula Pasir di luar musim sangat diperlukan agar terjadi
keseimbangan suplai-permintaan sepanjang tahun sehingga pendapatan petani meningkat.
Secara umum titik kritis untuk dapat memproduksi buah di luar musim pada pohon buah-buahan terletak
pada proses pembungaan, khususnya keberhasilan dalam mengatur terjadinya induksi bunga (Bernier et al.,
1985; Wang dan Faust, 1990; Hempel et al., 2000; Rouse, 2002; Thirugnanavel et al., 2007; Hanke et al., 2010).
Namun berbeda dengan tanaman buah-buahan tropika lainnya, permasalahan untuk dapat memproduksi buah di

luar musim pada salak Gula Pasir tidak terletak pada keberhasilan dalam menginduksi bunga karena secara alami
(tidak memerlukan perlakuan apapun) salak Gula Pasir berbunga 4 kali dalam setahun yaitu musim pembungaan
Sela I (April), musim pembungaan Gadu (Juli), musim pembungaan Sela II (Oktober), dan musim pembungaan
Raya (Januari). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mogea (1990) bahwa tanaman salak tergolong famili
palmae yang dapat berbunga sepanjang tahun seperti halnya pohon kelapa.
Ketidakberhasilan berkembangnya bunga menjadi buah pada salak Gula Pasir disebabkan oleh faktor
lingkungan (eksternal) dan faktor fisologis tanaman (internal) yang kurang mendukung. Faktor lingkungan yang
dimaksud, yaitu: (1) curah hujan dan hari hujan rendah yang menyebabkan Kandungan Air Relatif (KAR) daun
rendah sehingga mengganggu proses metebolisme, dan (2) kandungan hara tanah rendah sehingga tanaman
kekurangan nutrisi yang ditunjukkan oleh kandungan hara N, P dan K daun rendah (Rai et al., 2010a).
Sedangkan faktor fisiologis yang menyebabkan ketidakberhasilan berkembangnya bunga menjadi buah, yaitu:
(1) kandungan hormon auksin pada bunga (auksin endogen) rendah menyebabkan bunga mudah gugur, dan (2)
bunga kekurangan fotosintat yang ditunjukkan oleh kandungan sukrosa, gula total, dan gula reduksi pada bunga
rendah karena persaingan yang tinggi dalam memperebutkan hasil fotosintesis (Rai et al., 2010b). Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengatasi gagalnya fruit-set dengan pemangkasan anakan dan bekas tandan
bunga untuk memproduksi buah salak Gula Pasir di luar musim.
BAHAN DAN METODA
Penelitian dilakukan di kebun Salak Gula Pasir milik petani di sentra penghasil salak Gula Pasir yaitu di
Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Bali yang dilaksanakan selama 6 bulan, mulai dari bulan
April sampai Oktober 2014.

Penelitian ini merupakan percobaan faktorial 2 faktor dengan rancangan acak kelompok (RAK). Faktor
pertama adalah pembuangan anakan atau anakan terdiri atas 2 taraf, yaitu anakan di buang (Ad) dan anakan tidak
2

di buang (At), sedangkan faktor kedua adalah pembuangan bekas tandan bunga terdiri atas 2 taraf yaitu bekas
tandan bunga di buang (Bd) dan bekas tandan bunga tidak di buang (Bt). Dengan demikian terdapat empat
perlakuan kombinasi yang di ulang tujuh kali sehingga diperlukan 28 tanaman sampel.
Tanaman yang digunakan sebagai tanaman sampel dipilih berdasarkan sejarah pemeliharaan lahan yang
sama (milik satu orang) dalam satu hamparan kebun, dengan kriteria sudah produktif (lebih kurang 15 tahun),
jumlah pelepah, besar kanopi, dan tinggi tanaman yang relatif seragam. Pembuangan bekas tandan bunga dan
anakan dilakukan dengan cara memotong bekas tandan bunga yang gagal menjadi buah dan anakan yang tumbuh
pada batang menggunakan sabit bertangkai panjang. Perlakuan pemangkasan bekas tandan bunga dan anakan
dilakukan setiap saat apabila ada bekas tandan bunga yang tidak berkembang menjadi tandan buah serta terdapat
anakan baru yang tumbuh. Variabel yang diamati meliputi jumlah daun, jumlah tandan bunga per tanaman,
jumlah tandan buah per tanaman, persentase fruit-set, kandungan klorofil daun, kandungan air relatif daun,
jumlah buah dan berat buah per tanaman, kandungan hara N dan P daun, kandungan gula total, gula reduksi dan
sukrosa daun. Data hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis varian (Anova) sesuai rancangan yang
digunakan. Apabila hasil yang diperoleh menunjukkan pengaruh nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan
dengan uji beda rata-rata menggunakan uji BNT pada level 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan interaksi antara pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga
berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel yang diamati, sedangkan secara faktor tunggal pemangkasan
anakan berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap jumlah tandan buah, persentase fruit-set, KAR daun,
berat buah per pohon, jumlah buah per pohon, berat per buah, kandungan hara N dan P daun, kandungan klorofil,
kandungan gula total dan gula reduksi daun. Pemangkasan bekas tandan bunga berpengaruh nyata sampai
sangat nyata terhadap jumlah tandan buah, persentase fruit-set, KAR daun, berat buah dan jumlah buah per
pohon, berat per buah, kandungan hara P daun, kandungan klorofil, kandungan gula total dan gula reduksi daun.
Pemangkasan anakan berpengaruh baik terhadap proses fotosintesis sehingga meningkatkan nilai
komponen hasil dan hasil tanaman salak Gula Pasir. Tabel 1 memperlihatkan persentase fruit-set pada perlakuan
anakan dipangkas sebesar 80,15% dan nyata lebih tinggi dibandingkan pada tanaman yang anakannya tidak
dipangkas dengan persentase frui-set hanya 60,35%. Persentase fruit-set yang lebih tinggi pada tanaman yang
anakannya dipangkas menyebabkan jumlah buah yang dihasilkan lebih tinggi dan hal tersebut menyebabkan
berat buah per pohon juga lebih tinggi (Tabel 2).
Pada Tabel 2 dapat dilihat berat buah per tanaman pada perlakuan anakan dipangkas mencapai 3.471,62 g
sedangkan pada tanaman yang anakannya tidak dipangkas hanya memberikan berat buah per tanaman 1.005,54
g, atau pemangkasan anakan memberikan berat buah per tanaman 245,25% lebih tinggi jika dibandingkan
dengan perluan yang anakannya tidak dipangkas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemangkasan anakan
pada salak Gula Pasir sangat penting dilakukan, tidak seperti yang biasa dilakukan oleh petani dimana anakan
yang tumbuh dibiarkan demikain saja sehingga menjadi kompetitor hara, air dan hasil fotosintat bagi
perkembangan bunga dan buah dari tanaman induknya.

Berat buah yang nyata lebih tinggi pada tanaman yang anakannya dipangkas disamping didukung oleh
jumlah buah per tanaman yang lebih tinggi, juga disebabkan oleh berat per buah yang lebih besar. Jadi
pemangkasan anakan disamping meningkatkan kuantitas buah juga meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan
karena berat per buah yang lebih tinggi akan dihargai oleh konsumen lebih mahal.

Tabel 1. Pengaruh pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga terhadap jumlah daun, jumlah tandan bunga
dan tandan buah, persentase fruit-set dan KAR daun
Perlakuan

Jumlah
Daun
(Pelepah)

Pemangkasan anakan (A)
Dipangkas (Ad)
17.48 a
Tidak dipangkas (At)
17.22 a
BNT 5%
0,82

Pemangkasan Bekas Tandan Bunga (B)
Dipangkas (Bd)
17.63 a
Tidak dipangkas (Bt)
17.07 a
BNT 5%
0,82
Keterangan:

Jumlah Tandan
Bunga (buah)

Jumlah
Tandan
Buah (Buah)

Persentase
Fruit-set
(%)


KAR Daun
(%)

7.18 a
7.10 a
0,49

5.71 a
4.21 b
0,76

80.15 a
60.35 b
12,31

75.98 a
64.67 b
4,57

7.08 a
7.20 a
0,49

5.14 a
4.79 b
0,76

73.40 a
67.10 b
12,31

73.41 a
67.24 b
4,57

Pada kolom yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf 5%.

3

Tabel 2. Pengaruh pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga terhadap berat buah dan jumlah buah
per pohon, berat per buah, serta kandungan hara N dan P daun
Perlakuan

Berat buah
per pohon
(g)

Pemangkasan Anakan (A)
Dipangkas (Ad)
3471.62 a
Tidak dipangkas (At)
1005.54 b
BNT 5%
585,31
Pemangkasan Bekas Tandan Bunga (B)
Dipangkas (Bd)
2684.26 a
Tidak dipangkas (Bt)
1792.91 b
BNT 5%
585,31
Keterangan:

Jumlah buah
per pohon
(buah)

Berat per
buah
(g)

Kandungan
Hara N daun
(%)

Kandungan
hara P daun
(%)

46.79 a
27.14 b
13,54

81.93 a
45.72 b
25,75

1.84 a
1.82 a
0,05

0.16 a
0.09 b
0,02

40.50 a
33.43 a
13,54

73.57 a
54.08 a
25,75

1.85 a
1.81 a
0,05

0.13 a
0.12 a
0,02

Pada kolom yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf 5%.

Komponen hasil dan hasil per tanaman yang lebih tinggi pada tanaman yang anakannya dipangkas
didukung oleh lebih tingginya KAR daun, kandungan klorofil daun, dan kandungan hara N dan P daun, dan hal
tersebut menyebabkan aktivitas fotosintesis lebih optimal yang dibuktikan oleh labih tingginya kandungan gula
total, gula reduksi dan sukrosa daun (Tabel 3). Rendahnya fotosintat yang diterima oleh bunga pada tanaman
salak Gula Pasir yang anakannya tidak dipangkas berkaitan dengan lebih tingginya kompetisi dalam
memperebutkan hasil fotosintesis antar berbagai organ. Anakan yang tumbuh pada pangkal pohon apa bila
tidak segera dibuang maka organ tersebut sebagai kompetitor dan saling berkompetisi sehingga secara fisiologis
mengurangi kemampuan bunga atau buah untuk mendapatkan fotosintat.
Tabel 3. Pengaruh pemangkasan anakan dan bekas tandan bunga terhadap kandungan klorofil daun, kandungan
gula total, gula reduksi dan sukrosa daun
Perlakuan

Kandungan
Klorofil Daun
(SPAD)

Pemangkasan Anakan (A)
Dipangkas (Ad)
Tidak dipangkas (At)
BNT 5%
Pemangkasan Bekas Tandan Bunga (B)
Dipangkas (Bd)
Tidak dipangkas (Bt)
BNT 5%
Keterangan:

Kandungan
Gula Total
Daun (mg/g)

Kandungan
Gula Reduksi
Daun (mg/g)

Kandungan
Sukrosa Daun
(mg/g)

75.21 a
72.16 b
2,76

0.6780 a
0.6108 b
0,0605

0.3323 a
0.2740 b
0,0260

0.3285 a
0.3200 a
0,0592

74.04 a
73.33 a
2,76

0.6886 a
0.6003 b
0.0605

0.3182 a
0.2881 b
0,0260

0.3519 a
0.2966 a
0,0592

Pada kolom yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT taraf 5%.

Pada perlakuan pemangkasan bekas tandan bunga, berat buah per pohon pada tanaman yang bekas tandan
bunganya dipangkas sebesar 2.684,26 g dan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang bekas tandan
bunganya tidak dipangkas dengan berat buah per pohon hanya 1.792,91 g, atau berat buah per pohon pada
tanaman yang anaknnya dipangkas lebih tinggi sebesar 49,72%. Berat buah per pohon yang lebih tinggi pada
tanaman yang bekas tandan buahnya dipangkas didukung oleh jumlah buah per pohon dan berat per buah yang
lebih tinggi walaupun secara statistik berbeda tidak nyata dengan tanaman yang bekas tandan buanga tidak
dipangkas. Hasil dan komponen hasil yang lebih tinggi pada tanaman yang bekas tandan bunganya dipangkas
karena perlakuan tersebut dapat meningkatkan kandungan klorofil daun dan KAR daun sehingga proses
metaboliemnya lebih baik yang ditunjukkan oleh kandungan gula total, gula reduksi dan sukrosa daun lebih
tinggi. Bangerth (2000) melaporkan bahwa ketidakcukupan suplai fotosintat menyebabkan buah gugur, dan hal
itu disebabkan oleh terbatasnya produksi fotosintat dan/atau alokasi fotosintat ke buah rendah. Rendahnya
fotosintat yang diterima oleh bunga dan buah tanaman salak Gula Pasir yang bekas tandan bunga dipangkas
karena bekas tandan bunga tersebut masih berfungsi sebagai sink sehingga mengurangi jumlah fotosintat yang
dapat digunakan untuk berkembangnya tandan bunga produktif atau untuk mendukung perkembangan buah. Hal
tersebut terjadi karena bekas tandan bunga tidak segera dipangkas oleh petani. Dengan demikian memperbesar
kompetisi untuk memperebutkan hasil fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman.
Tinggi rendahnya fotosintat atau hasil fotosntesis yang dapat diterima oleh bunga juga sangat
mempengaruhi keberhasilan bunga salak Gula Pasir untuk dapat berkembang menjadi buah. Hasil penelitian Rai

4

et al. (2010b) menunjukkan kegagalan fruit-set pada musim pembungaan Sela I (April), Gadu (Juli) dan Raya
(Januari) berkaitan dengan kandungan fotosintat bunga yang rendah yang dicerminkan oleh lebih rendahnya
kandungan sukrosa, gula total dan gula reduksi dibandingkan dengan musim pembungaan Sela II (Oktober).
Hasil serupa didapatkan oleh Rai (2006) bahwa pada tanaman manggis, kandungan sukrosa dan gula total bunga
yang gugur nyata lebih rendah dibandingkan dengan sukrosa dan gula total bunga tidak gugur. Bangerth (2000)
melaporkan bahwa ketidakcukupan suplai fotosintat menyebabkan buah gugur, dan hal itu disebabkan oleh
terbatasnya produksi fotosintat dan/atau alokasi fotosintat ke buah. Namun demikian Bonghi et al. (2000)
menyatakan bahwa ketidakcukupan fotosintat tidak secara langsung menentukan absisi bunga, karena hal
tersebut juga sangat ditentukan oleh tingkat persaingan antar “sink” bunga atau antar bunga dengan organ
lainya. Rendahnya fotosintat yang diterima oleh bunga pada pertanaman salak Gula Pasir berkaitan dengan
tingginya kompetisi dalam memperebutkan hasil fotosintesis antar berbagai organ. Hal tersebut terjadi karena
jumlah tandan bunga yang tumbuh terlalu banyak tidak dilakukan penjarangan oleh petani, tandan bunga yang
bunganya gagal mengalami fruit-set juga tetap dibiarkan/tidak dipangkas. Demikian pula anakan yang tumbuh
pada pangkal pohon tidak segera dibuang. Semua organ-organ tersebut saling berkompetisi sehingga secara
fisiologis mengurangi kemampun bunga untuk mendapatkan fotosintat. Disamping itu, rendahnya fotosintat yang
dapat diterima oleh bunga juga disebabkan oleh keterbatasan tanaman dalam melakukan proses fotosintesis
karena kurangnya ketersediaan air yang ditunjukkan oleh rendahnya KAR daun dan suplai hara yang kurang
mencukupi yang ditunjukkan oleh kandungan N, P dan K daun rendah. Pada manggis, Rai (2007) mendapatkan
bunga yang berlokasi dipangkal pohon dan pangkal cabang lebih peka mengalami gugur dari pada bunga yang
tumbuh pada bagian tengah dan atas pohon atau cabang. Hal tersebut terjadi karena bunga yang tumbuh pada
bagian pangkal pohon dan cabang merupakan bunga yang didukung oleh daun-daun ternaungi. Daun-daun
ternaungi merupakan daun “parasit” sehingga fungsinya sebagai “source” untuk mensuplai kebutuhan “sink”
bunga rendah. Dalam keadaan tersebut terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan kekuatan meminta
“sink” (sink strenght) yang tinggi disatu pihak dengan kualitas “source” (source activity) yang rendah dilain
pihak sehingga kemampuannya mensuplai fotosintat terbatas. Peranan “sink” buah sebagai “sink” yang kuat
tergambar dari hasil penelitian yang dilaporkan oleh Luis et al. (1995) bahwa buah jeruk yang dipetik saat masih
muda menyebabkan meningkatnya kandungan pati dan gula non-reduksi (non-reducing sugars) di daun dan di
cabang. Peningkatan tertinggi didaun terjadi 7 hari sejak buah dipetik, sedangkan di cabang pada hari ke 17
sejak buah dipetik. Dilain pihak daun-daun yang buahnya dibiarkan tumbuh terus sampai matang ternyata
kandungan pati dan gula non-reduksinya lebih rendah dari daun-daun yang buahnya dipetik. Bunga yang posisi
tumbuhnya pada pangkal pohon atau pangkal cabang bisa saja disuplai kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangannya oleh daun-daun dari kanopi bagian atas, tetapi jarak “sink” bunga dan buah yang jauh dengan
“source” penyuplai menyebabkan kemampuannya memasok fotosintat rendah. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Bonghi et al. (2000) bahwa kedekatan letak (aproximity) antara “source” dan “sink” mempengaruhi
kemampuan “source” untuk mensuplai fotosintat. Dalam kaitan tersebut dinyatakan bahwa kebutuhan fotosintat
“sink” terutama dipasok oleh “source” terdekat. Stoy (1972) menyatakan bahwa “sink” dalam keadaan normal
memproduksi sejumlah hormon tertentu kemudian ditranslokasikan ke daun dan disana menyebabkan laju
fotosintesis daun meningkat. Bila “sink” terganggu maka jumlah hormon yang ditranslokasikan menurun
sehingga laju fotosintesis juga turun. Menurut Pidkowich et al. (1999) dan Robinson et al., (2000) kegagalan
fruit-set disebabkan oleh faktor lingkungan tumbuh yang kurang mendukung atau karena kurang optimalnya
proses-proses fisiologis tanaman karena ketidakcukupan hara, air, dan kandungan karbohidrat. Secara fisiologis
gugurnya bunga berkorelasi dengan terbatasnya suplai fotosintat (Luis a at al., 1995; Ruan, 1993),
ketidakcukupan air (Robinson et al., 2000; Kowalska, 2008; Balta et al., 2009), kecukupan hara (Saleem et al.,
2005) dan regulasi hormonal pada zone absisi (Dunlap et al., 1996; Koshita et al., 1999; Bangerth, 2000).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan perlakuan pemangkasan anakan memberikan
persentase fruit-set mencapai 80,15% nyata lebig tinggi dibandingkan dengan persentase fruit-set pada
perlakuan anakan yang tidak dipangkas (60,34%). Disamping itu, pemangkasan anakan memberikan berat buah
per pohon 3471,62 g atau lebih tinggi 245,25% dibandingkan pada tanaman yang anakannya tidak dipangkas
yang hanya memberikan berat buah per tanaman 1005,54 g. Sedangkan pemangkasan bekas tandan bunga
memberikan berat buah per pohon 2684,26 g atau lebih tinggi 49,72 dibandingkan pada tanaman yang bekas
tandan bunganya tidak dipangkas yang memberikan berat buah per tanaman 1792,91 g.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Dirjen Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, atas
pendanaan penelitian desentralisasi Skim HIbah Bersaing untuk pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih juga
disampaikan kepada Wayan Eka Saputra atas bantuannya dalam pelaksanaan pengumpulan data penelitian.

5

DAFTAR PUSTAKA
Balta, M.F., F. Muragdoglu, M.A. Askin, T. Kaya. 2009. Fruits Set and Fruit Drop in Turkish Africot (Prunus
armeniaca L.) Varieties Grown Under Ecologycal Condition of Van, Tukey. Asian Journal of Plant
Sciences 6(2):298-303.
Bangerth, F. 2000. Abscission and Thinning of Young Fruit and Their Regulation by Plant Hormones and
Bioregulators. Plant Growth Regulation 31:43-59.
Bank Indonesia. 2004. Aspek Pemasaran Salak. Model Kelayakan Program Kemitraan Terpadu (PKT)
"Budidaya Tanaman Salak Unggul". http://www.bi.go.id/sipuk/ id/lm/salak/.asp. [Rabu, 26 Maret 2008].
Bank Indonesia, Jl. MH. Thamrin 2 Jakarta 10110 Indonesia © 2004. Hak Cipta Bank Indonesia.
Bernier, G.B., J.M. Kinet, R.M. Sachs. 1985. The Physiology of Flowering. Volume I. The Initiation of
Flowering. CRC Press, Inc., Florida
Bonghi, C., P.Tontti, A. Ramina. 2000. Biochemical and Molecular Aaspects of Fruitlet Abscission. Plant
Growth Regulation 31:35-42.
Dunlap, J.R., J.P. Slovin, J.D. Cohen. 1996. Indole-3-Acetic Acid, Ethylene, and Abscisic Acid Metabolism in
Developing Muskmelon (Cucumis melo L.) Fruit. Plant Growth Regulation 19:45-54.
Hanke, M.V., H. Flachowsky, A. Peil, C. Hattasch. 2010. No Flower No Fruit-Genetic Potentials to Trigger
Flowering in Fruit Trees. Genes, Genomes and Genomics 1(1):1-20.
Hempel, F.D., D.R. Welch, L J. Feldman. 2000. Floral Induction and Determination: Where is Flowering
Controlled?. Trends in Plant Science 5(1):17-21.
Koshita, Y., T. Takahara, T. Ogata, A. Goto. 1999. Involvement of Endogenous Plant Hormones (IAA, ABA,
Gas) in Leaves and Flower Bud Formation of Satsuma Mandarin (Citrus unshiu Marc.). Scientia
Horticulturae 79:185-194.
Kowalska, G. 2008. Flowering Biology of Eggplant and Procedures Intensifying Fruit-set. Acta Scientiarum
Polonorum, Hortorum Cultus 7(4):63-76.
Luis, A.G., F. Fornes, J.L. Guardiola. 1995. Leaf Carbohydrate and Flower Formation in Citrus. Journal
American Society Horticulture Science 120(2):222-227.
Mogea, J.P. 1990. Pollination in Salacca edulis. Principles 22(2):56-63.
Pidkowich, M.S., J.E. Klenz, G.W.Haughn. 1999. The Making of a Flower: Control of Floral Meristem
Identity in Arabidopsis. Trends in Plant Science 4(2):64-70.
Rai, I. N., R. Poerwanto, L.K. Darusman, B.S. Purwoko. 2006. Perubahan Kandungan Giberelin dan Gula Total
pada Fase-Fase Perkembangan Bunga Manggis. Hayati Journal of Biosciences 13(3):101-106.
Rai, I. N. 2007. Bunga dan Buah Gugur pada Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Biji dan
Sambungan. Agritrop 26(2):66-73.
Rai, I. N., C.G.A. Semarajaya, W. Wiraatmaja. 2010a. A Study on the Flowering Phenophysiology of Gula
Pasir Snake Fruit to Prevent Failure of Fruit-set. J. Hort. 20(3):216-222.
Rai, I. N., C.G.A. Semarajaya, W. Wiraatmaja. 2010b. Studi Fenofisiologi Pembungaan Salak Gula Pasir
untuk Mengetahui Penyebab Kegagalan Fruit-Set. Laporan Penelitian Fundamental Tahun ke-2.
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Tahun 2010.
Robinson, P.W., M.V. Mickelbort, X. Liu, C. Adam, G. Witney, M.L. Arpaia. 2000. Development of
Phenological Model of Avocado Tree Growth in California. Proceeding International Seminar on
Tropical and Sub-tropical Fruits.
Rouse, R.E. 2002. High Temperatures During Bloom Affect Fruit Set in Peach. Acta Horticulture 115:96-97.
Ruan, Y.L. 1993. Fruit-set, Young Fruit and Leaf Growth of Citrus unshiu in Relation to Assimilate Supply.
Scientia Horticulturae 53:99-107.
Saleem, B.A., K. Ziaf, M. Farooq, W. Ahmed. 2005. Fruit-set and Drop Patterns as Affected by Type and Dose
of Fertilizaer Application in Mandarin Cultivars (Citrus reticulata Blanco). International Journal of
Agriculture and Biology 7(6):962-965.
Stoy V. 1972. Interrelationships Among Photosynthesis, Respiration and Movement of Carbon in Developing
Crops. In. Dinauer RC. (eds.): Physiological Aspects of Crop Yield. hlm.185-206.
Wang, S.Y., M. Faust. 1990. Metabolic Changes Associated with Flowering in Deciduous Fruit Trees. In J.B.
Petersen (Eds.). Off-Season Poduction of Horticultural Crops. Food and Fertilizer Technology Center
for the Asian and Pasific Region, Taiwan.
Wijana, G.,K. Suter, C.G.A. Semarajaya, I. N. Rai. 1997. Upaya Pelestarian, Pengembangan dan Peningkatan
Produksi Salak Kultivar Gula Pasir. Laporan Penelitian Hibah Bersaing I/5 Perguruan Tinggi Tahun
Anggaran 1996/1997. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

6