PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK, PENGETAHUAN TRADISIONAL, DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DALAM DOHA DEVELOPMENT AGENDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEPENTINGAN INDONESIA.
ABSTRAK
PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK, PENGETAHUAN
TRADISIONAL, DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DALAM
DOHA DEVELOPMENT AGENDA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KEPENTINGAN INDONESIA
Permasalahan hukum mengenai Sumber Daya Genetik, Pengetahuan
Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT) telah menjadi isu
global dan lebih dari satu dekade menjadi fokus diskursus pada setiap forum
diskusi di tingkat nasional dan internasional. CBD merupakan salah satu konvensi
internasional yang mengatur tentang keberadaan Sumber Daya Genetik. Nagoya
Protocol memperkuat keberadaan CBD terkait pembagian keuntungan terhadap
akses dari Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional yang terkait. Akan
tetapi, kedua instrumen Hukum Internasional tersebut belum mampu menjadi
landasan yuridis yang kokoh untuk melindungi Sumber Daya Genetik,
Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT).
Kehadiran TRIPS Agreement yang tidak mengatur tentang Sumber Daya Genetik,
Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT) pada
gilirannya menjadi benturan terhadap CBD. Tumpang tindihnya pengaturan antara
TRIPS dan CBD menjadi permasalahan yang tidak bertepi dan cenderung
dilematis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi
penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa
studi kepustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan atau data-data sekunder
berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang dianalisis
secara kualitatif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Sumber Daya Genetik, Pengetahuan
Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT) memiliki nilai
ekonomis dan menjadi salah satu komoditas perdagangan dunia. Paragraf 19
Doha Ministerial Declaration/Doha Development Agenda menjadi landasan WTO
untuk melakukan pembahasan mengenai Sumber Daya Genetik, Pengetahuan
Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT). Perbedaan
kepentingan dan pandangan antara negara maju dan negara berkembang
terhadap Sumber Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya
Tradisional menjadi penyebab timbulnya kebuntuan negosiasi dalam pembahasan
Doha Development Agenda. Indonesia sebagai negara megabiodiversity dan
negara yang memiliki kekayaan non alam berupa kebudayaan dalam jumlah besar
semakin memperjelas bahwa Indonesia memiliki kepentingan terhadap Sumber
Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDGPT-EBT). Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia sebagai pengemban tanggung
jawab dalam melindungi seluruh rakyat Indonesia dan menciptakan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat harus melakukan upaya-upaya pada tingkat nasional dan
internasional guna melindungi Sumber Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional,
dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT) milik Indonesia.
iii
ABSTRACT
THE PROTECTION OF GENETIC RESOURCES, TRADITIONAL
KNOWLEDGE, AND TRADITIONAL CULTURAL EXPRESSIONS IN
DOHA DEVELOPMENT AGENDA AND ITS INFLUENCE ON
INTEREST OF INDONESIA
Legal issues concerning Genetic Resources, Traditional Knowledge, and
Traditional Cultural Expressions (GR-TK-TCes) has become a global issue and
over the last decade become the focus discourse on any forum discussion at
national and international level. CBD is one of the international conventions
governing the existence of Genetic Resources. Nagoya Protocol strengthen the
presence of CBD related to the sharing of benefits from access to Genetic
Resources and Traditional Knowledge related. However, both instruments of
international law is not capable of being strong juridical basis to protect Genetic
Resources, Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions (GR-TKTCes). The presence of the TRIPS Agreement that are not set on Genetic
Resources, Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions (GR-TKTCes) in turn impact on the CBD. Overlapping arrangement between TRIPS and
the CBD became a problem that is not trimmed and tended dilemma.
The approaching method used was a normative juridical approach with the
specification of descriptive analytical research. The data collection techniques used
during this research were the library research to obtain materials or secondary data
such as a primary and secondary legal materials which were analyzed qualitively.
This study concludes that Genetic Resources, Traditional Knowledge and
Traditional Cultural Expressions (GR-TK-TCes) have economic value and be one
of the world's commodities trade. Paragraph 19 Doha Ministerial Declaration/Doha
Development Agenda-WTO became the basis for a discussion on Genetic
Resources, Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions (GR-TKTCes). Differences of interest and views between developed and developing
countries on Genetic Resources, Traditional Knowledge and Traditional Cultural
Expressions (GR-TK-TCes) become the cause of the deadlock in the negotiations
the Doha Development Agenda discussions. Indonesia as a mega biodiversty
country and country that has a non-natural form of cultural wealth in large numbers
have an interest in Genetic Resources, Traditional Knowledge and Traditional
Cultural Expressions (GR-TK-TCes). Therefore, the Government of Indonesia as
the bearers of responsibility to protect the whole people of Indonesia and the entire
homeland of Indonesia, and in order to advance general prosperity, must make
efforts at the national and international level to protect Genetic Resources,
Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions (GR-TK-TCes) belongs
to Indonesia.
iv
PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK, PENGETAHUAN
TRADISIONAL, DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DALAM
DOHA DEVELOPMENT AGENDA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KEPENTINGAN INDONESIA
Permasalahan hukum mengenai Sumber Daya Genetik, Pengetahuan
Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT) telah menjadi isu
global dan lebih dari satu dekade menjadi fokus diskursus pada setiap forum
diskusi di tingkat nasional dan internasional. CBD merupakan salah satu konvensi
internasional yang mengatur tentang keberadaan Sumber Daya Genetik. Nagoya
Protocol memperkuat keberadaan CBD terkait pembagian keuntungan terhadap
akses dari Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional yang terkait. Akan
tetapi, kedua instrumen Hukum Internasional tersebut belum mampu menjadi
landasan yuridis yang kokoh untuk melindungi Sumber Daya Genetik,
Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT).
Kehadiran TRIPS Agreement yang tidak mengatur tentang Sumber Daya Genetik,
Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT) pada
gilirannya menjadi benturan terhadap CBD. Tumpang tindihnya pengaturan antara
TRIPS dan CBD menjadi permasalahan yang tidak bertepi dan cenderung
dilematis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi
penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa
studi kepustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan atau data-data sekunder
berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang dianalisis
secara kualitatif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Sumber Daya Genetik, Pengetahuan
Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT) memiliki nilai
ekonomis dan menjadi salah satu komoditas perdagangan dunia. Paragraf 19
Doha Ministerial Declaration/Doha Development Agenda menjadi landasan WTO
untuk melakukan pembahasan mengenai Sumber Daya Genetik, Pengetahuan
Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT). Perbedaan
kepentingan dan pandangan antara negara maju dan negara berkembang
terhadap Sumber Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya
Tradisional menjadi penyebab timbulnya kebuntuan negosiasi dalam pembahasan
Doha Development Agenda. Indonesia sebagai negara megabiodiversity dan
negara yang memiliki kekayaan non alam berupa kebudayaan dalam jumlah besar
semakin memperjelas bahwa Indonesia memiliki kepentingan terhadap Sumber
Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional, dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDGPT-EBT). Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia sebagai pengemban tanggung
jawab dalam melindungi seluruh rakyat Indonesia dan menciptakan kesejahteraan
bagi seluruh rakyat harus melakukan upaya-upaya pada tingkat nasional dan
internasional guna melindungi Sumber Daya Genetik, Pengetahuan Tradisional,
dan Ekspresi Budaya Tradisional (SDG-PT-EBT) milik Indonesia.
iii
ABSTRACT
THE PROTECTION OF GENETIC RESOURCES, TRADITIONAL
KNOWLEDGE, AND TRADITIONAL CULTURAL EXPRESSIONS IN
DOHA DEVELOPMENT AGENDA AND ITS INFLUENCE ON
INTEREST OF INDONESIA
Legal issues concerning Genetic Resources, Traditional Knowledge, and
Traditional Cultural Expressions (GR-TK-TCes) has become a global issue and
over the last decade become the focus discourse on any forum discussion at
national and international level. CBD is one of the international conventions
governing the existence of Genetic Resources. Nagoya Protocol strengthen the
presence of CBD related to the sharing of benefits from access to Genetic
Resources and Traditional Knowledge related. However, both instruments of
international law is not capable of being strong juridical basis to protect Genetic
Resources, Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions (GR-TKTCes). The presence of the TRIPS Agreement that are not set on Genetic
Resources, Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions (GR-TKTCes) in turn impact on the CBD. Overlapping arrangement between TRIPS and
the CBD became a problem that is not trimmed and tended dilemma.
The approaching method used was a normative juridical approach with the
specification of descriptive analytical research. The data collection techniques used
during this research were the library research to obtain materials or secondary data
such as a primary and secondary legal materials which were analyzed qualitively.
This study concludes that Genetic Resources, Traditional Knowledge and
Traditional Cultural Expressions (GR-TK-TCes) have economic value and be one
of the world's commodities trade. Paragraph 19 Doha Ministerial Declaration/Doha
Development Agenda-WTO became the basis for a discussion on Genetic
Resources, Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions (GR-TKTCes). Differences of interest and views between developed and developing
countries on Genetic Resources, Traditional Knowledge and Traditional Cultural
Expressions (GR-TK-TCes) become the cause of the deadlock in the negotiations
the Doha Development Agenda discussions. Indonesia as a mega biodiversty
country and country that has a non-natural form of cultural wealth in large numbers
have an interest in Genetic Resources, Traditional Knowledge and Traditional
Cultural Expressions (GR-TK-TCes). Therefore, the Government of Indonesia as
the bearers of responsibility to protect the whole people of Indonesia and the entire
homeland of Indonesia, and in order to advance general prosperity, must make
efforts at the national and international level to protect Genetic Resources,
Traditional Knowledge and Traditional Cultural Expressions (GR-TK-TCes) belongs
to Indonesia.
iv