EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL ENDEK DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN HAK CIPTA.
Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan,SH,M.Hum,LLM
•
•
•
•
•
•
•
is a Senior Lecturer at Private Law Department of Faculty of Law Universitas Udayana
(FL UNUD)
Teach business laws and intellectual property rights (IPR) law
Participated in IPR course in UTS Sidney and IPR training in Japan Patent Office, Tokyo.
Obtained bachelor of law at FL UNUD, master of laws and Doctor of Law at
Universitas Diponegoro, and Master of Globalisation and Law at Maastricht University.
Experienced organizing institutional and academic programs with foreign partner,
including, inter alia, as Project Manager of NPT Nuffic IDN 223 cooperation between FL
UNUD and Maastricht University and as an Associate Director of Centre for Commercial
Law and Economics in Cooperation with San Fransisco University School of Law.
Currently serve as Head of Master of Law at Postgraduate Program Universitas
Udayana.
Published many publications include; Global Tourism and Environment: Toward Promoting
Sustainable Tourism: A Human Rights Perspective (Indonesia Law Review, Year 2 vol 1,
January-April 2012), Software Copyright and Electronic Security System: Specific Issues
Implementing Software Checker for Legal Writing (Academic Research International,
Vol. 5, Number 6, 2014), and Sustainable Tourism and Law (Co-Editor, Eleven
International Publisher: 2014).
Banyaknya karya-karya EBT Indonesia diklaim
oleh pihak lain yang tidak berhak Tari Pendet,
Batik, Reog Ponorogo, Tor-Tor, dll
Tidak dimilikinya dokumen sebagai bukti
kepemilikan
Pasal 38 dan Pasal 40 U.U. No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
RUU PTEBT
Penelitian tentang EBT Bali : Satue (Dongeng)
Identifikasi Hasil Karya tekstil Tradisional Bali
1.
2.
Bagaimanakah perlindungan hukum atas
keberadaan tenun ENDEK sebagai Ekspresi
Budaya Tradisional dalam dimensi HKI?
Jenis tekstil tradisional apa saja yang dimiliki,
diwariskan serta berkembang sebagai wujud
“Ekspresi Budaya Tradisional”pada masingmasing Kabupaten di Provinsi Bali?
Pasal 10 U.U. No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (nasional)
(Lama)
1.
2.
3.
4.
Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah,
sejarah, dan benda budaya nasional lainnya.
Negara memegang Hak Cipta atas folklore dan hasil kebudayaan
rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita rakyat, hikayat,
dogeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian,
kaligrafi dan karya seni lainnya
Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tersebut pada Ayat
(2), orang yang bukan Warga Negara Indonesia harus terlebih dahulu
mendapat izin dari instansi yang terkait dalam masalah tersebut
Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional)
Pasal 1
Pasal 38 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(nasional)
(1) Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh
Negara.
(2) Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara
ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat pengembannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang
oleh Negara atas ekspresi budaya tradisional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah..
Pasal 39 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional)
Pasal 40 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional)
World Intellectual Property Organization (WIPO)
WIPO/GRTKF/IC/13/5/(b) Rev.
Article 2 (viii) Agreement Establishing the World
Intellectual Property Organization,
Article 8 (j) Convention on Biological Diversity 1992,
WIPO Report on Fact-finding Missions on Intellectual
Property and Traditional Knowledge (1998-1999)
TRIPs Agreement Article 7 dan Article 27.3 (b)
(Dalam TRIPs tidak eksplesit diatur, namun terakomodir)
Ps 1 (1) RUU PT EBT:
Pengetahuan Tradisional adalah karya intelektual di
bidang pengetahuan dan teknologi yang mengandung
unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan,
dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau
masyarakat tertentu.
Ekspresi Budaya Tradisional :
karya intelektual dalam bidang seni, termasuk ekspresi
sastra yang mengandung unsur karakteristik warisan
tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan
dipelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu .
Ps 2 (1) RUU PT EBT :
Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional
yang dilindungi mencakup unsur budaya yang:
a. disusun, dikembangkan, dipelihara, dan
ditransmisikan dalam lingkup tradisi; dan
b. memiliki karakteristik khusus yang terintegrasi
dengan identitas budaya masyarakat tertentu
yang melestarikannya
Pencegahan dan/atau pelarangan terhadap:
a. Pemanfaatan yang dilakukan tanpa izin akses pemanfaatan dan
perjanjian pemanfaatan oleh orang asing atau badan hukum asing
atau badan hukum Indonesia penanaman modal asing;
b. Pemanfaatan oleh setiap orang atau badan hukum baik asing
maupun Indonesia yang dalam pelaksanaan pemanfaatannya tidak
menyebutkan dengan jelas asal wilayah dan komunitas atau
masyarakat yang menjadi sumber Pengetahuan Tradisional dan
Ekspresi Budaya Tradisional tersebut
Menteri wajib melakukan pendataan dan pendokumentasian
mengenai Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya
Tradisional di seluruh Indonesia.
Perguruan tinggi juga dapat melakukan pendokumentasian
IZIN PEMANFAATAN DAN PEMBAGIAN HASIL PEMANFAATAN
PS 14 RUU PT EBT
Pihak asing yang ingin memanfaatkan PT dan EBT wajib
meminta izin
Pihak yang melakukan pemanfaatan wajib membagi sebagian
dari hasil pemanfaatan kepada Kustodian Pengetahuan
Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional.
Pembagian hasil pemanfaatan sebagaimana ditentukan
berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian hasil pemanfaatan
diatur dengan Peratura Pemerintah.
MODEL
WIPO:
No & Kode pencatatan
Kelompok EBT-B
Nama Karya Tradisional
Pemilik (Kustodian)
Nama Orang/Kelompok Sosial yg menginformasikan
Persetujuan pencatatan
Uraian Sejarah Singkat Karya Tradisional
Ciri Khas Dan Keunikan
Fungsi, Makna Filosofis Karya Tradisional
Masyarakat pendukung
Guru Budaya / Maestro
Lokasi Karya tradisional
Kondisi Karya tradisional
Upaya pelestarian
Pendokumentasian
Yang diidentifikasi :
TENUN IKAT ENDEK
TENUN SONGKET
KAIN BEBALI
CEPUK DAN RANG-RANG NUSA PENIDA
Endek merupakan produk tekstil tradisional unggulan
yang berbasis budaya dan kearifan lokal
Di Bali keberadaan endek hampir ada di setiap
Kabupaten, namun motif dan ragam hiasnya ada sedikit
perbedaan. Seluruh Kabupaten menyebutnya dengan
nama Kain Endek, Tenun Endek, Tenun Ikat Endek
Diproduksi dengan ATBM
Bahan Benang Metris, Rayon
Pemilik Kustodian : Masyarakat Tradisional Bali (Krama Bali)
Lokasi :
Jembrana : Manis Tutu, Dusun Dauh Waru, Banjar Ngoneng mendoyo Dauh Tukad.
Denpasar : Renon, Tohpati, Penatih, Denpasar Timur
Bangli : Bangli, Susut
Gianyar : Gianyar, Bona, Blahbatuh
Kelungkung : Sampalan, Gelgel
Karangasem : Sidemen
Buleleng : Singaraja, Sinabun
Tenun Endek sudah ada sejak dulu, turun temurun. Fungsi sebagai busana
upacara keagamaan atau ritual adat di Bali : kamben (wastra), saput, udeng,
selendang
Dikembangkan Bintek Disprindag fungsi kain tidak hanya untuk
keperluan upacara keagamaan, tapi untuk pakaian seragam, busana fashion,
busana pesta, pakaian sehari-hari.
Ciri khas : Jembrana Endek Mekepung, Buleleng Endek Singa Ambara
Raja, Denpasar Endek Denpasar padupadan dengan Songket dan Bordir
Ciri khas Motif : Ragam Hias Reringgitan Lontar sarana upacara,
Flora dan Fauna
Motif tradisional :
Motif Cerari, Motif Ornamen Orti
Motif Kangkung, Motif Kapu-Kapu, Motif Bunga
Motif Bun-Bunan, Motif Kapas, Motif Anggur, Motif Gegeringsingan,
Motif Wajik, Motif Patra, Motif Bunga sesongketan, Moif Riris, Motif
Anggrek, Motif Pucuk, Motif Patra Wanara, Patra Jatayu, Motif kembang
Wayang, Patra punggel, Motif naga sari, Motif barong, Motif Burung,
Motif Lumbung, Motif cempaka, Motif Seseh, Motif Gradasi, Motif Bunga
Lotus, Motif Dobol, Motif Jepun, Motif Pucuk, Motif Singa, Motif
jejumputan, Motif Motif Jalur, Motif Modifikasi
Filosofi: karena banyak berkaitan dengan reringgitan lontar utk
upacara keagamaan, tumbuh-tumbuhan menyatukan kesucian hati
dalam pelaksanaan upacara adat serta terwujud harmoni dgn
lingkungan.
Makna dan Filosofi motif-motif yang tertuang dalam
kain Endek tradisional : sebagai rasa syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala
anugrah yang berlimpah tumbuh-tumbuhan dan
binatang di sekitar kehidupan masyarakat, serta
hubungan harmoni dengan flora dan fauna
sebagimana prinsip Tri Hita Karana.
Banyak berkaitan dengan reringgitan lontar utk
upacara keagamaan, tumbuh-tumbuhan
menyatukan kesucian hati dalam pelaksanaan upacara
adat serta terwujud harmoni dgn lingkungan.
Pendokumentasian format Buku, sehingga khalayak
umum dapat mengetahui keberadaan dan kepemilikan
karya tradisional tersebut.
Sesuatu yang terlihat sederhana, biasa-biasa saja, sudah
umum pada masyarakat Bali, namun penting untuk
didokumentasikan (Buku) sebagai bukti keberadaan dan
kepemilikan
Model pendokumentasian dan publikasi yang relevan
untuk melindungi kepastian kepemilikan HKI atas karyakarya tradisional masyarakat Bali adalah dengan
dokumentasi sesuai standar pendaftaran hak di Dirjen HKI
serta standar WIPO
Model pendokumentasiannya sama dengan Endek
Songket dibuat dengan alat : CagCag
Motif-Motif Songket Bali : Moif Bulan Bintang, Motif
Cerari, Motif Pucuk Rejuna, Motif Tomplokan, Motif Tabur,
Motif Cangkir, Motif Bintangan, Motif Batik, Motif Loster,
Motif jembatan Cinta, Motif Pot dan Bunga, Motif Pale
Gunung, Motif Bunga Matahari, Motif Bun-Bunan, Motif
Anggur, Motif Punya, Motif Wewintangan, Motif Kapit
Yuyu, Motif kala rahu, Motif wayang, Motif Burung merak,
Motif Pot Sari, Motif Bade, Motif Wayang, Motif Bulan,
Motif Boma, Motif Gada, Motif Lubeng, Motif Barong, Motif
Bulan Nyodog, Motif Jaga satru, Motif Naga, Motif lamak,
Motif Bulan mekurung, Motif ayam, Moif Bintang, Motif
kangkung, Motif Naga, Motif Kerawis Kompyong, Motif
Kombinasi, Motif modifikasi
Fungsi Songket : sebagai sarana upacara
maupun kepercayaan
Fungsinya sekarang berkembang busana
fashion, tas, dompet, taplak meja, hiasan
dinding
Bahan : benang metris, benang sutra, benang
banyumas, perak, pewarnaan alam
Kain Bebali erat kaitannya dengan upacara spiritual
keagamaan
Kain Bebali ditenun oleh prempuan yang sudah tidak
menstruasi, makna kesucian untuk fungsi upacara
keagamaan, dominan dikaitkan dengan upacacara
Manusa Yadnya sebagai sarana pakaian untuk orang
yang diupacarai
Fungsikesucian, pelindung, kasih sayang, penolak
Bala, Penyembuh penyakit, pengendalian diri.
Jenis atau Motif kain Bebali : Wastra wali sekordi, Wastra
wali Keeling, Wastra wali Bias membah, Bungan
tembakau, Rujak Boni, Tunggak sari, Tunggak Wareng,
Kain Urab Tabu, Kain Rahine Wengi, Uyah Areng atau
Uyah Sere, Dobol.
Cepuk adalah kain tenun khas Nusa Penida
Desa Tanglad
Kekhasan dari motif kain tenun Cepuk adalah:
Ada motif Odod, yaitu motif pinggiran kain pada pinggir
kanan dan kiri kain Cepuk,
Ada odod pada pinggir atas dan bawah kain Cepuk
Di tengah-tengah kain Cepuk ada motif Pancit
Genggong, motif Pancit Genggong selalu dilingkari oleh
kurung bentuknya menyerupai jajaran genjang
Jumlah kurungnya umumnya 4 atau yang lebih rumit
berjumlah 5
Lebar kain umumnya 1 meter 10 cm, panjangnya 2 meter.
Fungsi kain Cepuk erat kaitannya dengan upacara dan ritual
keagamaan baik untuk upacara Manusa Yadnya, Pitra Yadnya
maupun Dewa Yadnya
Potong Gigi Motif Cepuk Liking Paku
Tiga Bulanan Motif Giwangan
Upacara Pitra Yadnya Ngaben Cepuk Ngawis
Untuk Menolak Bala cepuk Tangi gede
Untuk menghilangkan leteh Cepuk Suda Mala
Kain Rang-Rang:
Motif Kain Rang-Rang umumnya sig-sag dan bergelombang
sehingga ada yang disebut motif Rang-Rang Gelombang
Jenis kain tenun ini umumnya digunakan untuk keperluan sehari-hari
seperti hiasan dinding, taplak meja, bahkan sekarang mulai
digunakan untuk tas dan yang lainnya.
Terima kasih
•
•
•
•
•
•
•
is a Senior Lecturer at Private Law Department of Faculty of Law Universitas Udayana
(FL UNUD)
Teach business laws and intellectual property rights (IPR) law
Participated in IPR course in UTS Sidney and IPR training in Japan Patent Office, Tokyo.
Obtained bachelor of law at FL UNUD, master of laws and Doctor of Law at
Universitas Diponegoro, and Master of Globalisation and Law at Maastricht University.
Experienced organizing institutional and academic programs with foreign partner,
including, inter alia, as Project Manager of NPT Nuffic IDN 223 cooperation between FL
UNUD and Maastricht University and as an Associate Director of Centre for Commercial
Law and Economics in Cooperation with San Fransisco University School of Law.
Currently serve as Head of Master of Law at Postgraduate Program Universitas
Udayana.
Published many publications include; Global Tourism and Environment: Toward Promoting
Sustainable Tourism: A Human Rights Perspective (Indonesia Law Review, Year 2 vol 1,
January-April 2012), Software Copyright and Electronic Security System: Specific Issues
Implementing Software Checker for Legal Writing (Academic Research International,
Vol. 5, Number 6, 2014), and Sustainable Tourism and Law (Co-Editor, Eleven
International Publisher: 2014).
Banyaknya karya-karya EBT Indonesia diklaim
oleh pihak lain yang tidak berhak Tari Pendet,
Batik, Reog Ponorogo, Tor-Tor, dll
Tidak dimilikinya dokumen sebagai bukti
kepemilikan
Pasal 38 dan Pasal 40 U.U. No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta
RUU PTEBT
Penelitian tentang EBT Bali : Satue (Dongeng)
Identifikasi Hasil Karya tekstil Tradisional Bali
1.
2.
Bagaimanakah perlindungan hukum atas
keberadaan tenun ENDEK sebagai Ekspresi
Budaya Tradisional dalam dimensi HKI?
Jenis tekstil tradisional apa saja yang dimiliki,
diwariskan serta berkembang sebagai wujud
“Ekspresi Budaya Tradisional”pada masingmasing Kabupaten di Provinsi Bali?
Pasal 10 U.U. No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (nasional)
(Lama)
1.
2.
3.
4.
Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah,
sejarah, dan benda budaya nasional lainnya.
Negara memegang Hak Cipta atas folklore dan hasil kebudayaan
rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita rakyat, hikayat,
dogeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian,
kaligrafi dan karya seni lainnya
Untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tersebut pada Ayat
(2), orang yang bukan Warga Negara Indonesia harus terlebih dahulu
mendapat izin dari instansi yang terkait dalam masalah tersebut
Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang oleh
Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini, diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional)
Pasal 1
Pasal 38 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(nasional)
(1) Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh
Negara.
(2) Negara wajib menginventarisasi, menjaga, dan memelihara
ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Penggunaan ekspresi budaya tradisional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan nilai-nilai
yang hidup dalam masyarakat pengembannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Cipta yang dipegang
oleh Negara atas ekspresi budaya tradisional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah..
Pasal 39 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional)
Pasal 40 U.U. No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (nasional)
World Intellectual Property Organization (WIPO)
WIPO/GRTKF/IC/13/5/(b) Rev.
Article 2 (viii) Agreement Establishing the World
Intellectual Property Organization,
Article 8 (j) Convention on Biological Diversity 1992,
WIPO Report on Fact-finding Missions on Intellectual
Property and Traditional Knowledge (1998-1999)
TRIPs Agreement Article 7 dan Article 27.3 (b)
(Dalam TRIPs tidak eksplesit diatur, namun terakomodir)
Ps 1 (1) RUU PT EBT:
Pengetahuan Tradisional adalah karya intelektual di
bidang pengetahuan dan teknologi yang mengandung
unsur karakteristik warisan tradisional yang dihasilkan,
dikembangkan, dan dipelihara oleh komunitas atau
masyarakat tertentu.
Ekspresi Budaya Tradisional :
karya intelektual dalam bidang seni, termasuk ekspresi
sastra yang mengandung unsur karakteristik warisan
tradisional yang dihasilkan, dikembangkan, dan
dipelihara oleh komunitas atau masyarakat tertentu .
Ps 2 (1) RUU PT EBT :
Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional
yang dilindungi mencakup unsur budaya yang:
a. disusun, dikembangkan, dipelihara, dan
ditransmisikan dalam lingkup tradisi; dan
b. memiliki karakteristik khusus yang terintegrasi
dengan identitas budaya masyarakat tertentu
yang melestarikannya
Pencegahan dan/atau pelarangan terhadap:
a. Pemanfaatan yang dilakukan tanpa izin akses pemanfaatan dan
perjanjian pemanfaatan oleh orang asing atau badan hukum asing
atau badan hukum Indonesia penanaman modal asing;
b. Pemanfaatan oleh setiap orang atau badan hukum baik asing
maupun Indonesia yang dalam pelaksanaan pemanfaatannya tidak
menyebutkan dengan jelas asal wilayah dan komunitas atau
masyarakat yang menjadi sumber Pengetahuan Tradisional dan
Ekspresi Budaya Tradisional tersebut
Menteri wajib melakukan pendataan dan pendokumentasian
mengenai Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya
Tradisional di seluruh Indonesia.
Perguruan tinggi juga dapat melakukan pendokumentasian
IZIN PEMANFAATAN DAN PEMBAGIAN HASIL PEMANFAATAN
PS 14 RUU PT EBT
Pihak asing yang ingin memanfaatkan PT dan EBT wajib
meminta izin
Pihak yang melakukan pemanfaatan wajib membagi sebagian
dari hasil pemanfaatan kepada Kustodian Pengetahuan
Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional.
Pembagian hasil pemanfaatan sebagaimana ditentukan
berdasarkan kesepakatan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembagian hasil pemanfaatan
diatur dengan Peratura Pemerintah.
MODEL
WIPO:
No & Kode pencatatan
Kelompok EBT-B
Nama Karya Tradisional
Pemilik (Kustodian)
Nama Orang/Kelompok Sosial yg menginformasikan
Persetujuan pencatatan
Uraian Sejarah Singkat Karya Tradisional
Ciri Khas Dan Keunikan
Fungsi, Makna Filosofis Karya Tradisional
Masyarakat pendukung
Guru Budaya / Maestro
Lokasi Karya tradisional
Kondisi Karya tradisional
Upaya pelestarian
Pendokumentasian
Yang diidentifikasi :
TENUN IKAT ENDEK
TENUN SONGKET
KAIN BEBALI
CEPUK DAN RANG-RANG NUSA PENIDA
Endek merupakan produk tekstil tradisional unggulan
yang berbasis budaya dan kearifan lokal
Di Bali keberadaan endek hampir ada di setiap
Kabupaten, namun motif dan ragam hiasnya ada sedikit
perbedaan. Seluruh Kabupaten menyebutnya dengan
nama Kain Endek, Tenun Endek, Tenun Ikat Endek
Diproduksi dengan ATBM
Bahan Benang Metris, Rayon
Pemilik Kustodian : Masyarakat Tradisional Bali (Krama Bali)
Lokasi :
Jembrana : Manis Tutu, Dusun Dauh Waru, Banjar Ngoneng mendoyo Dauh Tukad.
Denpasar : Renon, Tohpati, Penatih, Denpasar Timur
Bangli : Bangli, Susut
Gianyar : Gianyar, Bona, Blahbatuh
Kelungkung : Sampalan, Gelgel
Karangasem : Sidemen
Buleleng : Singaraja, Sinabun
Tenun Endek sudah ada sejak dulu, turun temurun. Fungsi sebagai busana
upacara keagamaan atau ritual adat di Bali : kamben (wastra), saput, udeng,
selendang
Dikembangkan Bintek Disprindag fungsi kain tidak hanya untuk
keperluan upacara keagamaan, tapi untuk pakaian seragam, busana fashion,
busana pesta, pakaian sehari-hari.
Ciri khas : Jembrana Endek Mekepung, Buleleng Endek Singa Ambara
Raja, Denpasar Endek Denpasar padupadan dengan Songket dan Bordir
Ciri khas Motif : Ragam Hias Reringgitan Lontar sarana upacara,
Flora dan Fauna
Motif tradisional :
Motif Cerari, Motif Ornamen Orti
Motif Kangkung, Motif Kapu-Kapu, Motif Bunga
Motif Bun-Bunan, Motif Kapas, Motif Anggur, Motif Gegeringsingan,
Motif Wajik, Motif Patra, Motif Bunga sesongketan, Moif Riris, Motif
Anggrek, Motif Pucuk, Motif Patra Wanara, Patra Jatayu, Motif kembang
Wayang, Patra punggel, Motif naga sari, Motif barong, Motif Burung,
Motif Lumbung, Motif cempaka, Motif Seseh, Motif Gradasi, Motif Bunga
Lotus, Motif Dobol, Motif Jepun, Motif Pucuk, Motif Singa, Motif
jejumputan, Motif Motif Jalur, Motif Modifikasi
Filosofi: karena banyak berkaitan dengan reringgitan lontar utk
upacara keagamaan, tumbuh-tumbuhan menyatukan kesucian hati
dalam pelaksanaan upacara adat serta terwujud harmoni dgn
lingkungan.
Makna dan Filosofi motif-motif yang tertuang dalam
kain Endek tradisional : sebagai rasa syukur
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala
anugrah yang berlimpah tumbuh-tumbuhan dan
binatang di sekitar kehidupan masyarakat, serta
hubungan harmoni dengan flora dan fauna
sebagimana prinsip Tri Hita Karana.
Banyak berkaitan dengan reringgitan lontar utk
upacara keagamaan, tumbuh-tumbuhan
menyatukan kesucian hati dalam pelaksanaan upacara
adat serta terwujud harmoni dgn lingkungan.
Pendokumentasian format Buku, sehingga khalayak
umum dapat mengetahui keberadaan dan kepemilikan
karya tradisional tersebut.
Sesuatu yang terlihat sederhana, biasa-biasa saja, sudah
umum pada masyarakat Bali, namun penting untuk
didokumentasikan (Buku) sebagai bukti keberadaan dan
kepemilikan
Model pendokumentasian dan publikasi yang relevan
untuk melindungi kepastian kepemilikan HKI atas karyakarya tradisional masyarakat Bali adalah dengan
dokumentasi sesuai standar pendaftaran hak di Dirjen HKI
serta standar WIPO
Model pendokumentasiannya sama dengan Endek
Songket dibuat dengan alat : CagCag
Motif-Motif Songket Bali : Moif Bulan Bintang, Motif
Cerari, Motif Pucuk Rejuna, Motif Tomplokan, Motif Tabur,
Motif Cangkir, Motif Bintangan, Motif Batik, Motif Loster,
Motif jembatan Cinta, Motif Pot dan Bunga, Motif Pale
Gunung, Motif Bunga Matahari, Motif Bun-Bunan, Motif
Anggur, Motif Punya, Motif Wewintangan, Motif Kapit
Yuyu, Motif kala rahu, Motif wayang, Motif Burung merak,
Motif Pot Sari, Motif Bade, Motif Wayang, Motif Bulan,
Motif Boma, Motif Gada, Motif Lubeng, Motif Barong, Motif
Bulan Nyodog, Motif Jaga satru, Motif Naga, Motif lamak,
Motif Bulan mekurung, Motif ayam, Moif Bintang, Motif
kangkung, Motif Naga, Motif Kerawis Kompyong, Motif
Kombinasi, Motif modifikasi
Fungsi Songket : sebagai sarana upacara
maupun kepercayaan
Fungsinya sekarang berkembang busana
fashion, tas, dompet, taplak meja, hiasan
dinding
Bahan : benang metris, benang sutra, benang
banyumas, perak, pewarnaan alam
Kain Bebali erat kaitannya dengan upacara spiritual
keagamaan
Kain Bebali ditenun oleh prempuan yang sudah tidak
menstruasi, makna kesucian untuk fungsi upacara
keagamaan, dominan dikaitkan dengan upacacara
Manusa Yadnya sebagai sarana pakaian untuk orang
yang diupacarai
Fungsikesucian, pelindung, kasih sayang, penolak
Bala, Penyembuh penyakit, pengendalian diri.
Jenis atau Motif kain Bebali : Wastra wali sekordi, Wastra
wali Keeling, Wastra wali Bias membah, Bungan
tembakau, Rujak Boni, Tunggak sari, Tunggak Wareng,
Kain Urab Tabu, Kain Rahine Wengi, Uyah Areng atau
Uyah Sere, Dobol.
Cepuk adalah kain tenun khas Nusa Penida
Desa Tanglad
Kekhasan dari motif kain tenun Cepuk adalah:
Ada motif Odod, yaitu motif pinggiran kain pada pinggir
kanan dan kiri kain Cepuk,
Ada odod pada pinggir atas dan bawah kain Cepuk
Di tengah-tengah kain Cepuk ada motif Pancit
Genggong, motif Pancit Genggong selalu dilingkari oleh
kurung bentuknya menyerupai jajaran genjang
Jumlah kurungnya umumnya 4 atau yang lebih rumit
berjumlah 5
Lebar kain umumnya 1 meter 10 cm, panjangnya 2 meter.
Fungsi kain Cepuk erat kaitannya dengan upacara dan ritual
keagamaan baik untuk upacara Manusa Yadnya, Pitra Yadnya
maupun Dewa Yadnya
Potong Gigi Motif Cepuk Liking Paku
Tiga Bulanan Motif Giwangan
Upacara Pitra Yadnya Ngaben Cepuk Ngawis
Untuk Menolak Bala cepuk Tangi gede
Untuk menghilangkan leteh Cepuk Suda Mala
Kain Rang-Rang:
Motif Kain Rang-Rang umumnya sig-sag dan bergelombang
sehingga ada yang disebut motif Rang-Rang Gelombang
Jenis kain tenun ini umumnya digunakan untuk keperluan sehari-hari
seperti hiasan dinding, taplak meja, bahkan sekarang mulai
digunakan untuk tas dan yang lainnya.
Terima kasih