HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEBAHAGIAAN PADA REMAJA Hubungan Antara Persahabatan Dengan Kebahagiaan Pada Remaja.

HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN
DENGAN KEBAHAGIAAN PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :

ERLINDA HAYU D
F 100 070 183

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN
DENGAN KEBAHAGIAAN PADA REMAJA
Erlinda Hayu D*
Partini*
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
erlindahayu@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi. Semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia tujuan utamanya
yaitu untuk memperoleh kebahagiaan. Demikian pula yang dialami oleh remaja,
bahwa remaja juga ingin bisa hidup bahagia, jauh dari segala masalah. namun
pada kenyataannya ada sebagian remaja yang tidak bahagia dan mengalami
kesepian sehingga cenderung mengalami depresi. Salah satu faktor yang
berpengaruh pada kebahagiaan yakni persahabatan. Tujuan penelitian ini yakni
untuk mengetahui hubungan antara persahabatan dengan kebahagiaan pada
remaja, sehingga penulis mengajukan hipotesis ”Ada hubungan antara
persahabatan dengan kebahagiaan pada remaja”.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi, UMS angkatan
2014 yang berada di rentang usia remaja akhir yang berjumlah 77 subjek. Teknik
pengambilan sampel adalah yaitu incidental sampling. Alat ukur yang digunakan
untuk mengungkap variabel-variabel penelitian ada 2 macam alat ukur, yaitu : (1)
skala persahabatan, dan (2) skala kebahagiaan. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan korelasi spearman rho.
Berdasarkan hasil analisis maka diperoleh korelasi positif yang sangat
signifikan antara persahabatan dengan kebahagiaan pada remaja dengan (r)
sebesar 0,577 dengan p 87,5. Jadi rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada
umumnya persahabatan pada mahasiswa Psikologi angkatan 2014 adalah tinggi.
Selanjutnya rerata empirik kebahagiaan yang dibandingkan dengan rerata

hipotetik yakni rerata empirik sebesar 62,77 dan rerata hipotetik sebesar 65. Jadi
rerata empirik > rerata hipotetik yang berarti pada umumnya mahasiswa psikologi
angkatan 2014 mempunyai kebahagiaan sedang. Peranan persahabatan terhadap
kebahagiaan (SE) sebesar 31,7%, sehingga masih terdapat 68,3% faktor lain selain
persahabatan yang mempengaruhi kebahagiaan pada remaja.

Kata kunci : Persahabatan, Kebahagiaan, Remaja

perasaan mendalam yang membuat
seseorang merasa senang dan nyaman.
Kebahagiaan menciptakan kegairahan
dan membangun energi yang positif.
Sehingga dari energi positif tersebut
diharapkan anak yatim dapat tumbuh
dan berkembang secara sehat jasmani
serta rohaninya.
Menurut Cohen (2004) bahwa
kebahagiaan merupakan sebuah emosi
yang positif atau perasaan yang dapat
digambarkan dengan kata-kata seperti

kesenangan, sebuah pemahaman pada
kesejahteraan, kepuasan, dan lain
sebagainya. Namun demikian, harapan
agar semua remaja dapat bahagia
tidaklah mudah karena masa remaja
merupakan
masa
yang
penuh
pergolakan jiwa, mereka akan mudah
terpengaruh, mudah emosional dan
mengalami
goncangan
(Gunarsa,
2003). Seperti dikatakan oleh Santrock
(2003), bahwa masa remaja merupakan
masa krisis identitas dan mereka
mengalami posisi yang ambigu. Hal
yang demikian menyebabkan remaja
menjadi tidak stabil, agresif, konflik

antara sikap dan perilaku, kegoyahan
emosional dan sensitif, terlalu cepat
dan gegabah untuk mengambil
tindakan yang ekstrim. Dari sifat
remaja yang mudah mengalami
kegoyahan
emosional
tersebut
menyebabkan remaja tidak mudah
untuk mempertahankan emosinya yang
positif sehingga sebagian besar kurang
dapat mempertahankan rasa syukur,
dan dimasa yang penuh krisis identitas
tersebut
menyebabkan
remaja
kadangkala kurang dapat menerima
kenyataan yang ada pada dirinya yang
menyebabkan remaja merasa kurang
bahagia.

Penelitian yang dilakukan oleh
Fajarwati (dalam Pramesti, 2011)
membuktikan bahwa remaja memiliki

PENDAHULUAN
Semua orang menginginkan
kebahagiaan
dalam
hidupnya.
Aristoteles (dalam Bertens, 2004)
menyebutkan bahwa kebahagiaan
merupakan tujuan utama dari eksistensi
manusia di dunia. Kebahagiaan itu
sendiri
dapat
dicapai
dengan
terpenuhinya kebutuhan hidup dan ada
banyak cara yang ditempuh oleh
masing-masing individu. Orang bekerja

untuk memperoleh penghasilan dan
pencapaian karier. Orang berkeluarga
untuk memenuhi kebutuhan akan cinta
dan kasihsayang. Begitu pula orang
belajar untuk memenuhi kebutuhan
akan
ilmu pengetahuan.
Semua
kegiatan tersebut dilakukan untuk
memperoleh
satu
tujuan,
yaitu
kebahagiaan.
Demikian pula yang dialami
oleh remaja, bahwa remaja juga ingin
bisa hidup bahagia, jauh dari segala
masalah. Remaja yang tidak bahagia
atau mengalami kesepian cenderung
akan mengalami depresi. Rasa bahagia

itu sendiri akan dapat dirasakan dan
diraih oleh individu apabila individu
tersebut
mampu
merasakan
kenikmatan,
namun
kemampuan
merasakan kenikmatan akan tumbuh
apabila ada rasa syukur. Sehingga
apabila individu tidak mempunyai rasa
syukur maka segala hal yang diperoleh
akan dirasakan selalu kurang dan hal
itulah yang menyebabkan individu
tidak dapat merasakan kebahagiaan.
Dengan kata kebahagiaan merupakan
kesiapan diri untuk menerima keadaan
sebagaimana
adanya,
sedangkan

individu yang paling tidak bahagia
adalah individu yang tidak bisa
menerima kenyataan yang ada pada
dirinya (Sabil, 2013).
Kebahagiaan menurut Melwani
(2011) adalah sebuah emosi, semacam

1

peran penting pada masa remaja,
terutama dalam hal memberikan
dukungan sosial dan dalam rangka
berbagi serta kebersamaan aktivitas.
Ditambahkan oleh Berndt (2002)
bahwa persahabatan yang terjadi sejak
kanak-kanak
hingga
remaja
berkembang dari permainan dan
aktivitas yang sama-sama diminati, dari

saling berbagi perasaan, emosi serta
keterbukaan diri.
Kurt (dalam Ahmadi, 1991)
mengemukakan bahwa persahabatan
adalah hubungan pribadi yang akrab
atau intim yang melibatkan setiap
individu sebagai suatu kesatuan;
sedangkan
hubungan
pertemanan
merupakan hasil dari suatu hubungan
formal dan suatu tingkat permulaan
dalam
perkembangan
kearah
persahabatan.
Menurut
penelitian
yang
dilakukan oleh Cheng dan Furnham

(2002) ditemukan bahwa persahabatan
dengan teman sebaya akan menjadi
penting bagi kebahagiaan seorang
remaja, karena remaja tersebut
mendapatkan
manfaat
berupa
dukungan
sosial,
berbagi
dan
menikmati permainan dan aktivitas
yang sama-sama diminati serta
mendapat umpan balik yang positif.
Dalam studi tersebut juga ditemukan
bahwa remaja perempuan lebih
cenderung
mempunyai
hubungan
persahabatan

yang
lebih
baik
dibandingkan dengan pria.
Berdasarkan uraian diatas,
penulis memiliki harapan bahwa
remaja dapat merasakan kebahagiaan.
Oleh karena itu pertanyaan penelitian
yang diajukan oleh penulis adalah
apakah
ada
hubungan
antara
persahabatan dengan kebahagiaan?
Sehingga penulis merumuskan judul
penelitian ini “Hubungan Antara

kecemasan, khawatir terhadap masa
depan, kelanjutan studi dan reaksireaksi dari orang lain, berada dalam
kesedihan masa sendiri dan terasing
dari kehidupan luar, serta yang lebih
parah yakni mengalami depresi. Selain
itu, remaja yang tidak bahagia akan
merasa kesepian dan yang pada
akhirnya
akan
menjurus
ke
peyimpangan perilaku seperti lari ke
minum-minuman keras serta bunuh diri
(Bell dan Wenz dalam Cheng dan
Furnham, 2002).
Seperti
dilaporkan
oleh
Women’s Health Weekly dari Kanada
melaporkan, ”Dua puluh lima persen
gadis berusia 16 hingga 19 tahun akan
mengalami serangan depresi yang
serius.” yang menyerang baik anak
perempuan maupun anak laki-laki.
Menurut U.S.News & World Report,
setiap tahun sebanyak lima ribu anak
muda bunuh diri hanya karena
mengalami depresi dan merasa kurang
bahagia ( Naomi, 2005 ).
Demikian juga yang terjadi di
kalangan remaja yang baru menginjak
tahun-tahun pertama bangku kuliah,
bahwa remaja yang sudah berstatus
mahasiswa tersebut ada sebagian yang
kurang
merasakan
kebahagiaan,
dimana mereka harus beradaptasi
dengan lingkungan yang baru, sehingga
apabila kurang mampu beradaptasi
maka remaja sebagai mahasiswa baru
tersebut akan merasakan kesedihan
terutama kalau sulit dalam mencari
teman dan sahabat yang baru.
Oleh karena itu penting kiranya
untuk mencari faktor-faktor yang
membuat remaja dapat merasakan
kebahagiaan, dan salah satu faktor yang
menentukan kebahagiaan seseorang
menurut
Argyle
(1987)
adalah
persahabatan. Persahabatan dengan
teman sebaya didapati memainkan

2

Persahabatan Dengan
Pada Remaja”.

Adapun definisi dari keempat aspek
tersebut adalah:
a. Kenikmatan
adalah
percikanpercikan kecil dari kebahagiaan
yang timbul dari melakukan hal-hal
yang kecil.
b. Kegembiraan adalah impian, cita
cita dan keinginan yang kemudian
menjadi kenyataan.
c. Sukacita adalah kenikmatan dan
perasaan positif dari kegembiraan
yang memberikan sensasi yang luar
biasa.
d. Kepenuhan adalah nirvana atau
moksa atau tujuan akhir dari
kebahagiaan itu sendiri dimana
berisikan keadaan yang penuh
dengan sukacita.
Myers dan Diener (dalam
Grinde, 2002) menyatakan empat aspek
kepribadian yang berhubungan dengan
kebahagiaan yaitu (1) ekstrovert lebih
bahagia; (2) menyukai diri sendiri; (3)
optimisme; dan (4) kontrol pribadi dari
kehidupan.

Kebahagiaan

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
1. Untuk mengetahui sejauh mana
hubungan antara persahabatan
dengan kebahagiaan.
2. Untuk
mengetahui
tingkat
persahabatan subjek.
3. Untuk
mengetahui
tingkat
kebahagiaan dari subjek.
4. Untuk mengetahui sumbangan
efektif persahabatan terhadap
kebahagiaan.
LANDASAN TEORI
Kebahagiaan
Menurut Cohen (2004) bahwa
kebahagiaan merupakan sebuah emosi
yang positif atau perasaan yang dapat
digambarkan dengan kata-kata seperti
kesenangan, sebuah pemahaman pada
kesejahteraan, kepuasan, dan lain
sebagainya.
Argyle (dalam Gupta & Kumar,
2010), mendefinisikan kebahagiaan
sebagai tingkat kepuasan rata-rata
selama periode tertentu bersama
dengan frekuensi dan tingkat pengaruh
positif dan tidak adanya dampak
negatif relatif. Menurut Seligman
(2002) kebahagiaan adalah mengalami
emosi positif tentang kepuasan akan
masa lalu, optimistis akan masa depan,
kebahagiaan pada masa sekarang dan
kebahagiaan merupakan faktor yang
memanjangkan
usia,
juga
meningkatkan kesehatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebahagiaan
Menurut Myers (dalam Miller,
2001)
bahwa
kontribusi
faktor
kebahagiaan ada tiga, yaitu uang,
hubungan, dan agama.
Menurut
Pradiansyah (2010) faktor untuk
mencapai
kebahagiaan
adalah
kekayaan, kesehatan yang baik,
persahabatan, dan pikiran. Sedangkan
menurut Johnson (dalam Lubis &
Abbdinnah, 2011) mengatakan ada
delapan faktor yang bisa membuat
bahagia yaitu:
a. Optimistis
Semua dimulai dengan rasa
optimistis. Jika dapat menjinakkan
pikiran-pikiran negatif dan belajar
membentuk pola pikir positif dari

Aspek-aspek kebahagiaan
Menurut Melwani (2011) aspek
kebahagiaan terdiri dari kenikmatan,
kegembiraan, sukacita, dan kepenuhan.

3

kesadaran kita, semuanya tidak
akan menjadi masalah yang berarti.
b. Tujuan hidup
Mengksplorasi
kebutuhan
aktualisasi diri sendiri, memotivasi
diri dan jadilah diri sendiri.
c. Kesadaran diri
Socrates mengatakan, kita akan
mengenal diri sendiri. Karenanya,
kenali diri sendiri dan mulailah
memotivasi diri untuk mencapai
tujuan.
d. Aksi
Mengambil sedikit risiko dalam
hidup
untuk
mendapatkan
kesempatan tak terduga dalam
mencapai tujuan.
e. Energi
Untuk mencapai tujuan dan dalam
melaksanakan
aksi-aksi,
dibutuhkan banyak energi. Jangan
sampai tujuan hanya sebuah kata
namun tanpa realisasi.
f. Bijaksana
Bijaksana
adalah
dengan
mengambil apa yang kita tahu,
siapa diri kita, dan apa yang kita
lakukan.
g. Keberanian
Keberanian untuk mengekspresikan
diri dan hidup.
h. Cinta
Belajar dan berlatih dengan
ketekunan yang sama, kesabaran,
kegigihan, dan bermain-main.
Ada lagi tambahan pendapat
menurut Argyle (1987) bahwa salah
satu
faktor
yang
menentukan
kebahagiaan
seseorang
adalah
persahabatan. Persahabatan dengan
teman sebaya didapati memainkan
peran penting pada masa remaja,
terutama dalam hal memberikan
dukungan sosial dan dalam rangka
berbagi serta kebersamaan aktivitas.
Ditambahkan oleh Berndt (2002)

bahwa persahabatan yang terjadi sejak
kanak-kanak
hingga
remaja
berkembang dari permainan dan
aktivitas yang sama-sama diminati, dari
saling berbagi perasaan, emosi serta
keterbukaan diri.
Persahabatan
Persahabatan
melibatkan
kesenangan, penerimaan, kepercayaan,
saling
menghormati,
saling
mendukung, perhatian dan spontanitas
(Davis dalam Hall, 2009). persahabatan
itu sendiri menurut Mendelson (dalam
Brendgen, dkk., 2001) adalah suatu
proses bagaimana fungsi persahabatan
(hubungan pertemanan, pertolongan,
keintiman, kualitas hubungan yang
dapat diandalkan, pengakuan diri, rasa
aman secara emosional) terpuaskan.
Menurut Hartup, dkk (dalam
Brendgen, dkk., 2001), persahabatan
adalah hubungan yang memiliki aspek
kualitatif pertemanan, dukungan dan
konflik.
Kualitas
persahabatan
ditentukan bagaimana suatu hubungan
persahabatan berfungsi secara baik dan
bagaimana pula seseorang dapat
menyelesaikan
dengan
baik-baik
apapun konflik yang ada.
Aspek-aspek persahabatan
Aboud dan Mendelson (dalam
Brendgen, dkk., 2001) mengungkapkan
kualitas suatu hubungan persahabatan
dipengaruhi oleh aspek-aspek yang
dapat berfungsi dengan baik. Aspekaspek tersebut antara lain:
a.
Mendorong
hubungan
pertemanan
(stimulating
companionship)
Mengarahkan kepada aktifitas
bersama
yang
membangkitkan
kesenangan, kegembiraan, dan gairah
atau semangat.
b. Pertolongan (help)

4

Aspek ini mengarah pada
penyediaan atau pemberian tuntutan,
bantuan, pemberian informasi, saran
dan bentuk bantuan lain yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
atau tujuan sahabatnya.
c. Keintiman (Intimacy)
Aspek keintiman merupakan
keadaan dimana individu bersikap peka
terhadap kebutuhan dan kondisi
sahabatnya. Disamping itu, dalam
dimensi terdapat kesediaan untuk
menerima sahabat apa adanya.
d. Kualitas hubungan yang
dapat diandalkan (relaibel alliance)
Mengarah pada kesanggupan
untuk mengandalkan keberadaan dan
loyalitas sahabatnya. Disamping itu,
aspek ini menunjukkan bagaimana
konflik yang terjadi pada pasangan
sahabat diselesaikan dengan baik.
e.
Pengakuan
diri
(self
validation)
Mengarah pada penerimaan
akan orang lain untuk meyakinkan,
menyetujui,
mendengarkan,
dan
menjaga gambar diri sahabatnya
sebagai pribadi yang kompeten dan
berharga. Hal ini seringkali dicapai
dengan perbandingan sosial akan
atribut serta kepercayaan seseorang.
f. Rasa aman secara emotional
(emotional security)
Mengarah pada rasa aman dan
keyakinan yang diberikan seorang
individu pada situasi-situasi yang baru
atau mengancam sahabatnya.

Kemiripan atau kesamaan yang
dapat mempererat hubungan antar
pribadi adalah dalam hal pandangan
atau sikap. Persamaan juga sebagai
ikatan ketertarikan pada hubungan
yang akrab.
b. Saling Menilai Positif
Kemudian yang memperkuat
hubungan antar pribadi adalah saling
menilai positif sehingga timbul
perasaan atau kesan suka sama suka
antara
kedua
pihak.
Ungkapan
penilaian positif dapat dilakukan secara
non lisan, yaitu melalui gerak,
perubahan wajah, kedipan mata dan
sebagainya, atau lisan.
Menurut Baron & Byrne
(2004), faktor-faktor pembentukan
persahabatan yaitu:
a. Ketertarikan Secara Fisik
Salah satu faktor yang paling
kuat dan paling banyak dipelajari
adalah ketertarikan secara fisik. Aspek
ini menjadi penentuan yang utama dari
apa yang orang lain cari untuk
membentuk sebuah hubungan. Apakah
pertemanan atau perkenalan yang terus
menerus berkembang tergantung pada
ketertarikan secara fisik dari masingmasing individu
b. Kesamaan
Salah satu alasan kita ingin
mengetahui
kesukaan
dan
ketidaksukaan orang lain adalah karena
kita cenderung menerima seseorang
yang memiki berbagai kesamaan
dengan kita untuk menjalin sebuah
persahabatan. Kesamaan mereka dari
berbagai jenis karakteristik dan tingkat
yang mereka tunjukan.
c. Timbal Balik
Adanya
rasa
saling
menguntungkan yang didapatakan dari
persahabatan
sehingga
sebuah
persahabatan
mungkin
menjadi

Faktor-faktor
pembentuk
persahabatan
Sarwono
(2002)
mengungkapkan ada dua hal yang
berpengaruh
dalam
pembentukan
persahabatan, yaitu :
a. Kemiripan

5

berkembang kearah yang lebih baik
lagi.
Berdasarkan kerangka teoritis
yang dikemukakan, maka hipotesis
yang dapat diajukan dalam penelitian
ini yaitu “Ada hubungan positif antara
persahabatan dengan kebahagiaan
remaja”. Semakin tinggi persahabatan
pada remaja maka semakin tinggi
kebahagiaannya.
Demikian
pula
sebaliknya,
semakin
rendah
persahabatan pada remaja maka
semakin rendah kebahagiaannya.

Adanya persahabatan yang
tinggi pada mahasiswa angkatan 2014
karena diantara mahasiswa tersebut
saling
membutuhkan
dalam
bekerjasama menciptakan kelompokkelompok tugas yang diberikan oleh
dosen. Maka ari tugas-tugas kelompok
yang diberikan oleh para dosen tersebut
membuat mereka akrab satu sama lain,
dan karena ada kebutuhan saling
mendukung maka pada akhirnya
tercipta
aspek
dukungan
dan
kepedulian (validation and caring),
yakni saling mendukung agar tugas
kelompok cepat selesai, bantuan dan
bimbingan (help and guidance) yakni
saling membantu agar tugas kelompok
cepat selesai, dan pemecahan masalah
(conflict resolution) yakni saling
memberi solusi terhadap masalah
dalam tugas tersebut sebagai aspek dari
persahabatan. Seperti dikatakan oleh
Parker dan Asher (1993) terdapat enam
aspek kualitas persahabatan, yaitu:
kepedulian (validation and caring),
bantuan dan bimbingan (help and
guidance),
pemecahan
masalah
(conflict resolution), Pertemanan dan
rekreasi
(companionship
and
recreation), pertukaran yang akrab
(intimate change), serta konflik dan
penghianatan (conflict and betrayal).
Adapun variabel kebahagiaan
yang dialami oleh para mahasiswa
Psikologi angkatan 2014 termasuk
kategori sedang yang diperlihatkan dari
rerata empirik yang dibandingkan
dengan rerata hipotetik yakni rerata
empirik sebesar 62,77 dan rerata
hipotetik sebesar 65. Jadi rerata
empirik > rerata hipotetik yang berarti
pada umumnya mahasiswa psikologi
angkatan
2014
mempunyai
kebahagiaan sedang.
Kebahagiaan merupakan tujuan
hidup semua orang. Sedangkan tujuan

METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah
mahasiswa psikologi, UMS angkatan
2014 yang masih berada di rentang usia
remaja akhir.
Pengumpulan
data
dalam
penelitian ini menggunakan skala
pengukuran psikologis. Ada dua skala
yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu
skala
persahabatan
dan
kebahagiaan.
Teknik analisis yang digunakan
untuk
menghubungkan
antara
persahabatan dengan kebahagiaan
adalah
SPSS
dengan
analisis
spearman-rho.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisis data dapat
diketahui bahwa ada hubungan positif
yang
sangat
signifikan
antara
persahabatan dengan kebahagiaan
dengan r sebesar 0,577 dengan p 87,5. Jadi
rerata empirik > rerata hipotetik yang
berarti pada umumnya persahabatan
pada mahasiswa Psikologi angkatan
2014 adalah tinggi.

6

Baron, R. A., & Byrne, D. 2004.
Psikologi Sosial 2. Jakarta:
Erlangga.

menempuh pendidikan di perguruan
adalah meningkatkan pemahaman dan
intelektual yang mana hal itu juga
dapat
mempnegaruhi
tingkat
kebahagiaan individu. Sperti dikatakan
oleh Johnson (dalam Lubis &
Abbdinnah, 2011) bahwa salah satu
yang bisa membuat individu bahagia
adalah tujuan hidup. Dari tujuan hidup
tersebut, individu dapat mengksplorasi
kebutuhan aktualisasi diri sendiri,
memotivasi diri dan jadilah diri sendiri.
Selain itu dengan menjadi mahasiswa
psikologi kebanyakan memang mereka
menempatkan tujuan hidup yakni ingin
menjadi sarjana psikologi yang pada
akhirnya akan mudah untuk mencari
pekerjaan.
Berdasarkan
analisis
data
diketahui
bahwa
persahabatan
berpengaruh terhadap kebahagiaan,
dengan sumbangan efektifnya sebesar
31,7 %, yang berarti masih ada faktor
lain
sebesar
68,3%
yang
mempengaruhi kebahagiaan.
Faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi kebahagiaan selain
persahabatan yaitu uang, hubungan dan
agama, cinta, keberanian, kesadaran
diri, optimistis, kesehatan.
Adapun kelemahan dalam
penelitian ini adalah: Untuk sampling,
karena pengambilan jumlah sampel
kurang
maka
menimbulkan
keterbatasan
generalisasi
hasil
penelitian.

Berndt, T. J. 2002. Friendship Quality
And
Social
Development.
Jurnal. 1, 7-10.
Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Brendgen, Markiewicz, Doyle, &
Bukowski. 2001. The relation
between friendship quality,
ranked-friendship preference,
and adolescents’behavior with
their friends. Diakses dari
www.findarticle.com.
Cheng dan Furnham. 2002. Personality,
peer relations, and selfconfidence as predictors of
happiness
and
loneliness.
Journal of Adolescence, 25,
327–339
doi:10.1006/yjado.475.
Cohen, S. 2004. Social relationship and
health. American Psychologist,
59: 676-84.
Grinde, B. 2002. Happiness In The
Perspective Of Evolutionary
Psychology.
Journal
of
Happiness Studies 3: 331–
354, 2002.
Gunarsa, S. 2003. Psikologi Remaja.
Jakarta : Gunung Mulia.

DAFTAR PUSTAKA

Gupta, S.D & Kumar, D. 2010.
Psychological Correlates of
Happiness. Indian Journal of
Social Science Researches
Vol. 7 (1), pp 60-64.

Argyle, M. 1987. The Psychology of
Happiness. London: Routledge.
Ahmadi,
A.
1991.
Sosiologi
Pendidikan.
Jakarta:
PT
Rieneka Cipta.

7

Hall, M. 2009. Predictors of body
dissatisfaction
among
adolescent females. Paper based
on a program presented at the
American
Counseling
Association Annual Conference
and Exposition. NC: Charlotte.
http://wol.jw.org/id/wol
in/102005933/39/0

yang Bahagia.
Kaifa

Pramesti, A.R. 2011. Penyesuaian Diri
Remaja Tunanetra Dalam
Menghadapi
Lingkungan
Yang Baru. Skripsi. (Tidak
Diterbitkan).
Surakarta:
Fakultas Psikologi UMS

/pc/r25/lp-

Sabil, T. 2013. http://sabil-motivasiislami.blogspot.com/2013/03
/kebahagiaan-itu-apa-danseperti-apa.html.

Lubis, P. & Abbdinnah, F. 2011.
Delapan Rahasia Agar Hidup
Lebih
Bahagia.
http://kosmo.vivanews.com/
news/read/213682-8-rahasiaagar-hidup-lebih-bahagia.

Santrock, J.W. 2003. Adolescence.
Perkembangan
Remaja.
Jakarta: Erlangga.

Melwani, R. V. 2011. I Wanna be
Happy: 6 Langkah Menuju
Kebahagiaan,
Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Sarwono, S. W. 2002. Psikologi
remaja. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Seligman,

Miller, G. 2001. Finding Happiness For
Ourselves and Our Clients.
Journal of Counseling and
Development: JCD; Summer
2001; Vol.79, 3; Proquest
Research Library pg. 382.
Parker,

Bandung:

J., & Asher, R. 1993.
Friendship
and
friendship
quality in middle childhood:
links
with
peer
group
acceptance and feelings of
loneliness
and
social
dissatisfaction.
Journal
of
Developmental Psychology. 4,
611-621.

Pradiansyah, A. 2010. The 7 Laws of
Happiness: 7 Rahasia Hidup

8

M.E.P. 2002. Authentic
Happiness: Using the New
Positive
Psychology
to
Realize Your Potential for
Lasting Fulfillment. New
York: Free Press.