PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT EDISI 04 OKTOBER 2011 (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Persiapan Sea Games 2011 Harian Jawa Pos edisi 04 Oktober 2011).

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT EDISI 04 OKTOBER 2011
(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Clekit Ver si Per siapan Sea Games
2011 Harian J awa Pos edisi 04 Oktober 2011)

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian per syar atan memperoleh gelar sarjana
pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

OLEH :
BAMBANG PALGUNADI
NPM. 0743010025

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA
TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayat dan karuniaNya

kepada

penulis

sehingga

skripsi

dengan

judul

“PEMAKNAAN

KARIKATUR CLEKIT EDISI 04 OKTOBER 2011 (Studi Semiotika

Pemaknaan Karikatur Clekit Ver si Per siapan Sea Games 2011 Har ian J awa
Pos edisi 04 Oktober 2011) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Saifudin Zuhri, Msi
selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual
maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof Dr. Ir. H. Teguh Suedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Kepada mama yang telah memberikan bantuan keuangan dan doanya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


6. Keluarga besar penulis yang telah memberikan nasehat, dorongan, serta
doanya.
7. Sahabat dan teman-teman dekat penulis yang telah memberikan masukan
terhadap jalannya penelitian ini.
8. Rizky Ladys Fransiska, S.Ked. Terima kasih banyak atas dorongan
semangat yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
umumnya dan penulis pada khususnya.
Surabaya, 2 Januari 2012

Bambang Palgunadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL……………………………………………………………...i
HALAMAN PERSETUJ UAN SKRIPSI ………..……………………………..ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .………………………………………iii
KATA PANGANTAR…………………………………………………………...iv
DAFTAR ISI………………………………………………….……………….....vi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………...……………......ix
ABSTRAKSI……………………………………………………………………...x
BAB I PENDAHULUAN………………………………………...………………1
1.1.

Latar Belakang Masalah……………..…………………………….1

1.2.

Perumusan Masalah..…………………………………………….10

1.3.

Tujuan Penelitian………………………..……………………….10


1.4.

Manfaat Penelitian……..………………………………………...11
1.4.1. Teoritis……………...…………...……………………..….11
1.4.2. Praktis………...………...………………………………….11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA…………………………………………………...12
2.1.

Landasan Teori…...…………………………...………………….12
2.1.1.

Surat Kabar………...…………………………………….12

2.1.2.

Kartun Editorial……...…………………………………..15

2.1.3.


Karikatur……...…………………………………………17

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.4.

Karikatur Sebagai Kritik Sosial………...……………….21

2.1.5.

Semiotika……………………………………………..….22

2.1.6.

Semiotika Charles Sanders Pierce ………………………25

2.1.7.

Komunikasi Politik......…...……………………………...28


2.1.8.

Persiapan SEA Games……...……………………………29

2.1.9. Komunikasi Non Verbal…………………………………31
2.1.10. Konsep Makna …………………………………..………33
2.1.11. Pemaknaan Warna ……………………………………….35
2.1.12. karakteristik Huruf …………………………………..…..40
2.2.

Kerangka Berfikir …………………………………………….…42

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….44
3.1. Definisi Operasional………...……………………………………..44
3.2. Kerangka Konseptual…………………………...…………………...45
3.3. Korpus…...…………………………………………………………..46
3.4. Unit Analisis………………...……...………………………………..46
3.5. Teknik Pengumpilan Data…………………………………………...48
3.6. Teknik Analisis Data…………...……………………………………49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..50
4.1. Editorial Clekit……………………………………………………....50
4.2. Jawa Pos……………………...……………………………………...52

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3. Penyajian Data……...……………………………………………….54
4.3.1. Ikon, Indeks, Dan Simbol………...………………………..54
4.4. Karikatur Clekit Edisi 04 Oktober 2011……………..................…...56
4.5.Pemaknaan Karikatur Clekit Edisi 04 Oktober 2011 Berdasarkan Teori
Segitiga Makna Charles Sanders Pierce……………………..............58
4.6. Interpretasi Terhadap Objek Karikatur Clekit Edisi 04 Oktober 2011
Berdasarkan Jalinan Tanda…………………………………………..66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………...70
5.1. Kesimpulan………………………………………………………….70
5.2. Saran……………………………………………………………...….71

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...72
LAMPIRAN……………………………………………………………………..74


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Istilah Semiotika……………………………………………………...25
Gambar 2. Hubungan Tanda, Objek dan Interpretan Pierce…..…………………26
Gambar 3. Model Kategori Tanda Oleh Pierce…………………………………..27
Gambar 3. Sistematika Kerangka Berfikir Penelitian……………………………43
Gambar 4. Objek Karikatur Clekit edisi 04 Oktober 2011
Berdasarkan Model Semiotika Charles Sanders Pierce……………..47
Gambar 5. Objek Karikatur Clekit edisi 04 Oktober 2011 berdasarkan Charles
Sanders Pierce……………………………………………………….56

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
Bambang Palgunadi. PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT EDISI 04
OKTOBER 2011.

Secara garis besar penelitian ini Pada karikatur diperlihatkan sosok
Manusia sedang berlari di atas treadmill yang di depannya terdapat papan
bertulisan persiapan, dengan wajah yang gembira dan menggunakan baju dengan
helm yang terdapat gambar bendera. Papan petunjuk yang bertulisan SEA
GAMES 2011 yang menunjukan arah depan yang berada di depan manusia yang
berlari.. Dari penggambaran demikian, memunculkan banyak pertanyaan yang
salah satunya mengapa pria yang berseragam tersebut berlari di atas treadmill
menuju ke arah SEA Games? Padahal pria tersebut akan segera sampai apabila
tidak menggunakan treadmill dan mengapa papan penunjuk arah mengarah ke
depan?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan karikatur
clekit di harian Jawa Pos edisi 04 oktober 2011 berdasarkan teori segitiga makna
Charles Sanders Pierce.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif, yang menggunakan analisis semiotic dari Charles Sanders Pierce.
Korpus pada penelitian ini adalah gambar karikatur clekit pada harian Jawa Pos
edisi 04 oktober 2011.
Makna keseluruhan yang didapat dari pemaknaan tanda – tanda pada
karikatur tersebut adalah Pemerintah bertanggung jawab penuh dalam
keberhasilan penyelenggaraan SEA Games di Jakabaring – Palembang akan tetapi
mendapat ujian dengan beberapa kendala dari terlambatnya pengiriman material,

cuaca yang buruk serta kasus suap wisma atlit. Hal ini membuat segala kebijakan
yang akan dibuat pemerintah menjadi sorotan dari masyarakat dan media. Semoga
dengan peristiwa ini pemerintah sadar bahwa segala sesuatu harus dipikirkan
secara matang agar semua berjalan dengan baik, serta menjadikan Indonesia
sebagai tuan rumah yang baik dan dapat menjadi juara umum SEA Games 2011.
Bukan menjadikan suatu event internasional sebagai tempat untuk meraup
keuntungan individu.
.
Kata kunci : karikatur clekit SEA Games, Jawa Pos, Pierce.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah
Pada masa yang sedang berkembang teknologinya seperti saat ini,
kebutuhan manusia semakin bertambah seiring dengan kemajuan teknologi
yang dapat menunjang kemajuan di bidang lainnya, yang salah satu di
antaranya adalah bidang komunikasi. Dalam kegiatan sehari – hari
manusia tidak lepas dari kegiatan komunikasi, kegiatan tersebut tidak
hanya dilakukan secara tatap muka namun ada juga kegiatan komunikasi
yang membutuhkan alat bantu media untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada komunikan atau penyampaian informasi kepada
masyarakat luas. Media yang menyediakan jasa dalam penyampaian pesan
kepada khalayak disebut media massa. Banyaknya informasi yang
menerpa khalayak

tidak lepas dari semakin beragam jurnalistik pers,

diantaranya surat kabar, majalah, tabloid dan seterusnya. Informasi yang
menerpa khalayak telah membentuk pola pikir dan wawasan baru yang
mampu menyaring bebasnya informasi yang menerpa khalayak tersebut.

Jurnalistik pers sebagai institusi media memiliki fungsi guna
melayani kebutuhan khalayak terhadap informasi. Fungsi pers itu adalah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

fungsi pendidikan, salah satu contohnya pers memberikan sumbangsih
dalam mengentaskan buta huruf. Fungsi pers yang kedua yaitu
informative, contohnya pers menyebarkan segala informasi seperti politik,
hankam, budaya dan sebagainya hingga ke daerah pelosok desa. Fungsi
yang ketiga pers sebagai kontrol sosial terhadap segala permasalahan yang
timbul, misalnya pers sebagai pengawas dari kinerja pemerintah. Fungsi
pers selanjutnya adalah mempengaruhi, pers memberikan pengaruh
terhadap pola pikir khalayaknya. Pengaruh tersebut masuk ketika khalayak
membaca produk pers. Fungsi terakhir pers dalam pengabdiannya kepada
khalayak adalah hiburan. Fungsi ini tampak ringan dan santai dari
sejumblah fungsi lainnya. Fungsi hiburan memberikan rasa santai, sebagai
contoh adanya rubrik life style (Efendy. 2000 ; 94).
Fungsi media sebagai kontrol sosial dan persuasif secara atau tidak
dapat mengarahkan khalayak untuk mengikuti pola pikir yang disajikan
media. Kebutuhan khalayak akan berita yang paling penting adalah nilai
“kebaruan”, nilai ini pada media cetak terletak pada surat kabar. Melihat
ketertarikan khalayak akan informasi terbaru maka media menyajikan
informasi berupa visualiasi karikatur. Informasi yang ringan dan humoris
namun tetap kritis dan faktual membuat khalayak terhibur dan tertarik
dengan informasi tersebut (Efendy. 2000 ; 92).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang
beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun
internasional, terdapat juga rubrik opini, life style dan sebagainya. Namun
demikian surat kabar menjadi media cetak terkini bila dibandingkan media
cetak lainnya karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang
variatif, dari berita – berita internasional hingga lokal. Namun secara
sederhana isi surat kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini
(value), iklan (advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada
salah satu fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya
membahas fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau
peristiwa dalam realitas dilaporkan (Efendy. 2000 ; 92).
Dalam pelaporan berita yang dibuat para pekerja media (wartawan
dan karikaturis), terdapat perbedaan antara media satu dengan media yang
lainnya. Karikaturis dikategorikan sebagai wartawan bukan karena karya
mereka dimuat di surat kabar. Mereka dikatogorikan sebagai wartawan
karena karya mereka faktual sesuai dengan permasalahan yang sedang
muncul dalam realitas. Para wartawan dan karikaturis membentuk berita
berdasarkan interpretasi mereka

terhadap realitas yang menjadi bahan

pemberitaan. Pemaknaan diantara para pekerja media itu akan berbeda
karena nilai – nilai, sudut pandang, pengalaman dan rujukan yang dimiliki

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

para pekerja tersebut (jurnalis) berbeda dengan wartawan atau jurnalis dari
media yang berbeda. Perbedaan tersebut juga dipengaruhi ideologi,
kebijakan serta segmentasi masing – masing media. Dengan demikian
hasil reportase mereka berbeda meskipun objek beritanya sama (Eriyanto.
2005 ; 25-26).
Isi surat kabar selanjutnya adalah iklan dan opini. Iklan merupakan
sumber keuangan tidak tetap media, selain itu media sebagai penyebar
informasi atas iklan yang bersangkutan. Mengenai opini, surat kabar
menyediakan kolom khusus. Kolom opini menjadi tempat, baik tim
redaksi maupun khalayak umum untuk berkomentar terhadap suatu
fenomena tertentu. Pemikiran atau komentar tersebut disampaikan secara
logis, dan faktual serta subjektif berdasarkan sudut pandang penulisnya.
Sebenarnya, aturan tersebut dibuat agar opini yang disampaikan
penulisnya tertata dan ada dasarnya. Bentuk opini beragam, namun sebagai
contoh di surat kabar Jawa Pos opini terdiri dari pojok, karikatur, artikel,
dan surat pembaca (Efendy 2000 ; 97).
Opini media yang berupa gambar lucu dan menggelitik adalah
karikatur. Pesan opini dalam bentuk visual yang tersusun seolah – olah
tidak serius membuat karikatur mampu – banyak – berkembang di media
massa nasional, misalnya Jawa Pos. Karikatur opini Jawa Pos disebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Editorial Clekit, yang arti harfiahnya rasa sakit karena cubitan atau gigitan
serangga. Fungsi clekit sebagai opini berbentuk visual adalah mengigatkan
khalayak – masyarakat dan pemerintah bahwa di sekitar mereka terdapat
suatu fenomena yang layak dibahas bersama. Clekit muncul secara
periodik di Jawa Pos mulai bulan Oktober 1994 satu kali seminggu, hari
sabtu. Namun pada perkembangan clekit hadir secara periodik tiga kali
dalam satu minggu, di hari selasa, kamis dan sabtu. Kemunculan tiga kali
dalam seminggu itu sejak bulan jaunuari 1997 (Arthaka, 2006 ; 42).
Opini media yang bentuknya visual dan kocak (karikatur) membuat
khalayak

tersenyum,

mereka

tidak

tampak

serius

menanggapi

permasalahan yang ada. Sikap khalayak yang demikian bukan berarti
khalayak tidak peduli atau asal – asalan menanggapi permasalahan, namun
karena kehebatan sang pengirim pesan membuat opini dengan gaya
karikatur yang selalu membuat banyak individu tersenyum santai. Dengan
demikian karikatur memiliki sejumblah syarat agar menjadi karikatur yang
baik, yang dapat membuat para individu – individu ini tersenyum bahkan
tertawa. Syarat tersebut diantaranya karikatur harus mengandung unsur
deformasi. Deformasi itu sendiri

adalah penggambaran berlebihan

terhadap salah satu fokus dalam objek. Deformasi dikatakan berlebihan
dalam arti ukuran, bisa besar dan menonjol namun bisa pila diperkecil

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

sehingga tampak berbeda dari gambar lainnya di dalam objek. Objeknya
biasanya tokoh terkenal seperti presiden, ketua parpol, ketua DPR dan
sebagainya. Biasanya bagian yang dideformasi adalah wajah, perut,
hidung, mulut, gigi, mata, dan sebagainya atau bahkan keseluruhan sosok
dari gambar di dalam objek. Menurut Sudarta karikatur merupakan
deformasi berlebih atas wajah seseorang atau tokoh, biasanya orang
terkenal dengan mempercantik bertujuan mengejek (Sobur, 2006 ; 138).
Karikatur editorial atau yang disebut juga kartun opini haruslah
dilihat dari cara bagaimana karikatur tersebut dibuat, unsur – unsur apa
saja yang perlu dan penting agar karikatur editorial benar – benar baik,
lucu, cerdas, kritis dan tentunya proporsional. Sebagai karikatur editorial
yang menyampaikan opini redaksi, karikatur harus mengandung teknik
karikatur. Pertama, karikatur harus informative dan komunikatif. Karikatur
pada kriteria ini berlaku sebagai penyampai pesan atau informasi berkaitan
dengan fenomena tertentu. Informasi tersebut disampaikan dengan gaya
bahasa non verbal – yang lucu – dan sedikit – satu atau dua kata verbal –
disisipkan sebagai penguat sehingga pesan gambar tersebut komunikatif.
Tujuannya agar dalam penyampaian pesan gambar tersebut tidak terjadi
salah pengertian, walaupun penafsiran terhadap karikatur berbeda – beda
dan bila tidak ditafsirkan secara benar maka akan terjadi bias. Teknik ke

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dua dalam membuat karikatur yang proporsional yaitu karikatur harus
mengangkat permasalahan yang fenomenal dan sedang ramai dibicarakan
publik, artinya fenomena yang diangkat harus baru. Teknik ke tiga, supaya
karikatur kritis, cerdas, dan lucu adalah memuat kandungan humor.
Kelucuan menjadi penetral sekaligus identitas karikatur. Sifat atau teknis
yang humoris menjadi sarana refreshing atau bersantai khalayak meskipun
secara sadar atau tidak mereka tetap kritis terhadap permasalahan yang
diangkat. Sedangkan teknik ke empat yaitu karikatur memiliki gambar
yang baik. Maksud dari gambar yang baik yaitu gambar harus dibuat
semirip mungkin dengan tokoh yang disindir dan permasalahan yang
diangkat. Karikatur harus benar – benar mirip dengan objek asli meskipun
dalam karikatur deformasi terhadap tokoh – tokohnya (Sobur, 2006 ; 139).
Karikatur editorial yang sarat dengan muatan kritis, muatan
tersebut tersimpan di dalam suatu tanda – tanda yang komplek. Apabila
dilihat lagi, tanda itu merupakan basis dari setiap bentuk komunikasi.
Adanya tanda membuat setiap individu dapat saling berinteraksi, saling
memahami sehingga terhindar dari kesalahpahaman. Namun pada bentuk
komunikasi tingkat tinggi seperti bahasa karikatur yang menggunakan
sarana tanda dan lambing membutuhkan pemaknaan yang tepat. Pertautan
antara tanda – tanda tersebut tidak dengan mudah ditafsirkan hanya dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

melihat objek saja, namun harus melalui analisis yang tepat. Kajian ilmu
yang tepat dalam menganalisis tanda khususnya karikatur adalah analisis
semiotik. Menurut salah satu tokoh semiotika yang membahas tentang
produksi tanda, Charles Sanders Pierce bahwa subjek (interpreten) sebagai
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pemaknaan. Teori segitiga
makna

yang

mengetengahkan

tanda,

objek,

dan

interpretan

memperlihatkan peran besar subjek dalam proses tersebut. Interpretan
(subjek) memiliki fungsi sebagai penafsir terhadap tanda yang ada di
dalam objek. Dengan demikian proses produksi antara tanda, objek, dan
interpretannya sebagai penafsir menghasilkan suatu pemaknaan (Sobur,
2004 ; 12-13).
Tokoh asal Amerika ini mengatakan, penafsiran terhadap tanda
tidak akan berhenti dan terus berlanjut selama di antara tanda – tanda
tersebut terdapat penafsir. Pierce menggunakan tanda (sign) yang
merupakan representasi dari sesuatu di luar tanda yaitu objek dan dipahami
oleh peserta komunikasi (interpretan). Ketiga unsur tersebut harus selalu
ada, dengan demikian segala pertandaan apapun dapat ditafsirkan (Sobur,
2004 ; 16).
Alasan peneliti dalam meneliti penelitian ini salah satunya adalah
karena gambar karikatur yang terdapat pada editorial Clekit Jawa Pos edisi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4 oktober 2011, di mana karikatur tersebut menggambarkan tentang
fenomena persiapan SEA Games 2011 yang menjadi pembahasan khalayak
yang di mana pemerintah dalam mempersiapkan SEA Games 2011 di
Jakabaring – Palembang terjadi banyak kendala. Banyaknya kendala yang
terjadi dalam persiapan SEA games salah satunya kasus suap wisma atlit.
Pada karikatur tersebut diperlihatkan sosok Manusia sedang berlari di atas
treadmill yang di depannya terdapat papan bertulisan persiapan, dengan
wajah yang gembira dan menggunakan baju dengan helm yang terdapat
gambar bendera. Papan petunjuk yang bertulisan SEA GAMES 2011 yang
menunjukan arah depan yang berada di depan manusia yang berlari. Dari
penggambaran demikian, cukup jelas versi karikatur editorial Clekit yang
ditampilkan tersebut menurut penulis cukup unik dan menarik untuk
dimaknai karena . banyak pertanyaan yang salah satunya mengapa pria
yang berseragam tersebut berlari di atas treadmill menuju ke arah SEA
Games? Padahal pria tersebut akan segera sampai apabila tidak
menggunakan treadmill dan mengapa papan penunjuk arah mengarah ke
depan?.

Peneliti memilih Editorial Clekit Jawa Pos karena Jawa Pos
merupakan surat kabar harian yang berpusat di Surabaya dan terbesar di
Jawa Timur, termasuk salah satu harian oplah terbesar se-Indonesia. Jawa
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pos yang didirikan pada 1 Juli 1949 dengan nama Djawa Pos oleh The
Chung Shen, mengalami banyak perubahan. Pada 1982 omset Djawa Pos
mengalami kemerosotan yang akhirnya dijual kepada Eric FH Samola,
Direktur utama PT Grafiti Pers (penerbit majalah Tempo). Dengan
menajemen baru Eric mengangkat Dahlan Iskan untuk membenahi Jawa
Pos secara keselurahan, baik dalam manajemen perusahaan sampai bidang
keredaksian. Semenjak itulah Jawa Pos berkembang secara pesat dengan
menciptakan beberapa terobosan, termasuk diantaranya adalah strategi
untuk membuat Koran lokal untuk mendukung ekspansi Jawa Pos ke
berbagai daerah di Indonesia. Sekarang, Jawa Pos (dan grupnya) adalah
saingan terberat dari Kompas (dan grupnya). Bahkan beberapa inovasi dan
kreasi Jawa Pos, seperti format koran yang lebih ramping, koran berwarna,
dan koran-koran yang terbit langsung dari daerah-daerah (Jawa Pos
banyak menggunakan nama “Radar” diikuti dengan nama daerah yang
bersangkutan), kini ditiru oleh Kompas, dan koran-koran lainnya di
Indonesia. Kepiawaian Dahlan Iskan itu ternyata menurun ke anaknya,
Azrul Ananda, yang mengambil-alih kepimpinan Bapaknya sebagai
Direktur Jawa Pos pada tahun 2005. Di tangan Azrul Ananda inilah Jawa
Pos semakin berkembang dengan berbagai kreasinya yang pada intinya
manajemen yang peka terhadap tren yang berkembang di masyarakat. Apa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang disukai masyarakat, dari berbagai generasi, dibaca oleh Azrul
Ananda, yang kemudian diterjemahkan ke korannya. Jawa Pos kembali
mengukuhkan diri sebagai surat kabar dengan jumlah pembaca terbanyak.
Posisi pertama ini berdasar survei Nielsen pada kuartal ketiga 2010 yang
diselenggarakan di sembilan kota besar. Sembilan kota besar di Indonesia
itu, antara lain, Jakarta dan sekitarnya, Semarang, Bandung, Surabaya dan
sekitarnya, serta Jogjakarta dan sekitarnya. Lainnya adalah Makassar,
Denpasar, Palembang, dan Medan. Peringkat berikutnya ditempati
Kompas, Top Skor, Pos Kota, lalu disusul Warta Kota di posisi kelima.
Itu berarti di antara lima besar tersebut, Jawa Pos-lah satu-satunya yang
terbit di luar Jakarta, namun berada di puncak.

Dari uraian di atas menarik minat penulis untuk meneliti maksud
gambar dan tulisan di dalam karikatur tersebut, yang di tuangkan dalam
sistem tanda, dan lambang, dengan menggunakan pendekatan semiotika
Charles Sanders Pierce.
1.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat
dirumuskan suatu bentuk permasalahan, yaitu bagaimanakah pemaknaan
gambar karikatur editorial Clekit edisi 4 Oktober 2011 ?.
1.3.

Tujuan Penelitian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna karikatur
dalam editorial Clekit edisi 4 Oktober 2011 berdasarkan teori segitiga
makna.

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1. Teor itis

Menambah dan memperluas wawasan serta pengetahuan
penulis tentang makna yang terkandung dalam karikatur Editorial
Clekit di harian Jawa Pos edisi 4 Oktober 2011.
1.4.2. Pr aktis

Hasil ppenelitian ini diharapkan bisa digunakan sebgai
referensi bagi mahasiswa komunikasi yang membutuhkan referensi
tentang semiotika. Khususnya tentang karikatur berdasarkan
pemahaman teori segitiga makna

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teor i
2.1.1. Surat kabar
“Setiap masyarakat membutuhkan berita”, kata penulis Inggris
Dame Rebecca West, “seperti orang membutuhkan mata, ia ingin tahu
segala sesuatu yang terjadi”. Tapi berita tidak selamanya demikian,
menurut William Radolf Hearts salah satu tokoh penerbitan di Amerika
punya sinisme. Berita, menurutnya ialah seseorang yang menghentikan
sesuatu yang hendak dicetak, karena iklan lebih penting (Santana,
2005:86).
Dua hal tersebut menyertai perkembangan dunia surat kabar
modern. Sejalan dengan daya rengkuhnya terhadap jutaan pembaca di
berbagai belahan dunia, serta persaingannya dengan radio dan televisi.
Teknologi elektronik yang memasok televisi hampir di setiap rumah, ikut
mendorong perkembangan proses percetakan surat kabar. Kehadiran
televisi membuat kemunculan Koran atau surat kabar di bagikan secara
gratis (di Negara – Negara Eropa dan Amerika). Iklan telah menutup biaya
produksi cetak (Santana, 2005:86)
Sebuah surat kabar berbeda dari tipe publikasi lain, karena

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

kesegarannya, karakteristik headline – nya dan keaneragaman liputan yang
menyangkut berbagai topik isu dan peristiwa. Hal ini terkait dengan
kebutuhan pembaca, akan sisi menarik informasi yang ingin dibacanya
dari surat kabar yang menjadi langganannya. Walau demikian surat kabar
bukan sekedar pelopor kisah – kisah human interst dari berbagai peristiwa
(Santana, 2005:85).
Pada abad ke – 19, surat kabar independent pertama memberikan
kontibusi signifikan bagi penyebaran keaksaraan – membuat khalayak
keluar dari buta huiruf – dan berbagai konsep hak asasi manusia dan
kebebasan demokratis. Surat kabar terus menerus mengasah pandangan –
pandangan ihwal “global village”, perkampungan dunia di akhir abad ke –
20. Setiap kejadian internasional terkait erat dengan kepentingan tiap
orang di belahan dunia manapun ia berada. Setiap kisah tragedi
perseorangan menjadi milik tiap orang untuk mempersoalkannya ke dalam
drama persoalan internasional (Santana, 2005:87).
Asumsinya, setiap orang memiliki hak untuk mengetahui segala
pernak – pernik kejadian. Karena dari bekal informasi itulah setiap orang
dapat turut urun rembuk – berpatisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Untuk mendapatkan kepastian informasi dan kemampuan urun rembuk
tersebut, tiap orang membutuhkan wartawan surat kabar yang bertugas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

sebagai wakil masyarakat untuk mencari dan memberi tahu tentang segala
peristiwa yang terjadi dan dibutuhkan masyarakat. Pada sisi inilah,
mengapa wartawan memiliki hak untuk “tahu” pada segala informasi
publik, dan diberi keleluasaan untuk mencari ke mana pun informasi itu
berada. Sebab, wartawan bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat
akan informasi yang ada di lingkungannya (Santana, 2005:87).
Surat kabar harian sendiri terbit untuk mewadahi keperluan
tersebut. Informasi menjadi instrument penting dari masyarakat industri.
Maka itulah, surat kabar harian bisa disebut sebagai produk dari industri
masyarakat. Di samping itu, dalam bentuknya yang independen (dalam
kemandirian), surat kabar biasanya integral dengan perkembangan paham
demokrasi di sebuah masyarakat. Hal itu bisa terlihat dari kondisi
kebebasan pers yang terdapat pada suatu masyarakat, dan tingkat
keaksaraan membuat khalayak keluar dari buta huruf (Santana, 2005:87).
Perkembangan surat kabar sendiri menurut ENCYCLOPEDIA
BRITANNICA bisa dilihat dari tiga fase :
1. Fase pelapor yang mengawali penerbitan surat kabar yang muncul
secara sporadis, dan secara gradual kemudian menjadi penerbitan
yang regular, teratur waktu terbit dan materi pemberitaannya, serta
khalayak pembacanya. Berbagai surat kabar, ketika awal terbit di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

masyarakat belum benar – benar memahami fungsi media ;
ditambah kesulitan membaca huruf – huruf berita cetak, karena
keterbiasaan retorika oral jadi penghubung antar individu sosial.
Namun,

perkembangan

masyarakat

akhirnya

membuat

pertumbuhan surat kabar menjadi institusi penerbitan mapan yang
diakui masyarakat.
2. Pertumbuhan kemapanan jurnal – jurnal regular yang masih rentan
terhadap berbagai tekanan masyarakat. Sistem otokrasi

yang

masih menguasai masyarakat membuat surat kabar kerap ditekan
kebebasan menyampaikan laporan pemberitaannya. Penyensoran
terhadap berbagai subjek materi informasinya kerap diterima surat
kabar. Setiap pendirian surat kabar mesti memiliki izin lisensi
pihak yang berkuasa, semua itu akhirnya mengurangi independensi
surat kabar sebagai instrument media informasi.
3. Masa penyensoran telah tiada namun berganti dengan berbagai
bentukkan pengendalian. Kebebasan pers memeng telah diperoleh,
berbagai pemberitaan sudah leluasa disampaikan. Akan tetapi,
system kapitalisasi industry masyarakat kerap jadi pengontrol. Ini
dilakukan antara lain melalui pengenaan pajak, penyuapan, dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

sanksi hukum yang dilakukan kepada berbagai media dan pelaku –
pelakunya (Santana, 2005;87-88).

2.1.2. Kar tun Editor ial
Kartun Editorial adalah kolom visual sindirin di media massa yang
mengomentari berita dan isu yang sedang ramai dibicarakan masyarakat,
karena pengaruhnya yang signifisikan. Sebagai editorial visual, karikatur
mencerminkan kebijakan dan garis politik, dan ideologi media yang
memuatnya (Oetama, 2001;158).
Dalam kebanyakan surat kabar Indonesia penulis tajuk dan pojok
sering bergantian. Sebaliknya pengisi karikatur jelas nama dan sosoknya.
Karikatur, prosesnya karya kreatif, tetapi barangkali juga bentuk dan
sosoknya akhirnya merupakan karya kreasi interaktif ke dalam, yakni
dengan sesama rekan wartawan, interktif dengan visi dan nilai bersama
lembaga, interakif keluar, dengan lingkungan luar, masyarakat, Negara,
juga dengan pemerintah. Sekalipun prosesnya kreasinya interaktif, bahkan
tidak pula dapat dilepaskan dari institusi surat kabar yang merupakan
panggungnya, bobot pribadi wartawan hadir kuat dan karena itu sang
karikaturis menjadi terkenal (Oetama, 2001;159).
Sejak awal abad ke – 18, karikatur dan kartun dikenal sebagai
lahan kreatif seniman dank arena sejak semula dimuat di penerbitan, maka

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

karikatur dapat diperdebatkan karena sifatnya yang kritis, menusuk,
cerdas, dan tentunya lucu sedangkan terdapat pertanyaan antara beda
kartun dan karikatur. Maka dapat dijelaskan bahwa karikatur lebih
mengarah pada sosok tokoh. Sedangkan kartun lebih pada kejadian atau
persoalan. Pada kartun, kita melihat semacam summing up, semacam
kepadatan dari sosok, peristiwa atau permasalahan. Deskripsi panjang
lebar sudah dibaca pada berita, komentar, artikel dan foto. Namun ketika
dijumpai sebuah karikatur, aktualitas dan kepadatan peristiwa dan
permasalahan itu,terasa sangat intensif dan mengejutkan (Oetama,
2001;160).
Kariakaturis atau kartunis dapat dikategorikan sebagai wartawan.
Tentu bukan karena karya mereka dimuat di pentas surat kabar, namun
karena karya mereka aktual, seperti wartawan lainnya. Karyanya berupa
opini atau komentar, yaitu komentar mengenai sosok pribadi seseorang,
kejadian atau permasalahan yang aktual, yang sedang berlangsung, yang
sedang menjadi pembicaraan, perhatian dan kerisauan banyak pihak.
Sosok pribadi maupun kejadian menjadi lahan pemberitaan seperti
komentar atau opini, artikel, pojok, dan foto – foto jurnalistik juga menjadi
lahan bagi karikaturis. dengan demikian, maka karikaturis dapat
dikatagorikan sama dengan wartawan umumnya, hanya karyanya berupa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

humor visual (Oetama, 2001;160).
Kelebihan kartun atau karikatur opini adalah visual, padat,
berunsur

satir,

ada

nilai

kejelian,

kecenderungan

berlebihan,

mengemukakan atau mengeksploitasi segi – segi tertentu yang khas dan
menarik. Ada unsur kritik, memperolok, mengajak bercanda, dan bila
berhasil ada faktor kejutan, sesuatu yang oleh kebanyakan orang tidak
terbayangkan (Oetama, 2001;160).
2.1.3. Kar ikatur
Karikatur merupakan tanggapan atau opini secara subyektif
terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu persoalan, pemikiran, atau pesan
tertentu. Gambar karikatur merupakan symbolic speech (komunikasi tidak
langsung) artinya penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar
karikatur tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan
bahasa symbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam karikatur
adalah makna yang terselubung. Simbol – symbol dalam karikatur tersebut
merupakan symbol yang disertai maksud (signal) yang digunakan dengan
sadar oleh orang yang mengirimnya (komuniator) dan mereka yang
menerimanya (komunikan) (Van Zoest, 1996;3).
Karikatur menurut Junaedhie adalah gambar kartun yang
menggambarkan atau memiripkan subjeknya dengan gaya satiris atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mengolok –olok. Subjeknya bisa gaya seseorang atau tindakan seseorang
(Panuju, 2005;85). Sedangkan karikatur sendiri adalah produk suatu
keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan, intelektual,
teknik melukis, psikologi, cara melobi, referensi, bacaan, maupun
bagaimana ia memilih topic yang tepat. Karana itu, seseorang bisa
mendeteksi tingkat intelektual karikaturis dari sudut ini. Selain itu seorang
karikaturis dapat dinilai dari cara mengkritik yang secara langsung
membuat orang yang dikritik justru tersenyum (Sobur, 2004;140)
Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar – gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat.
Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan
gambar – gambar lucu dan menarik (Sobur, 2004;140).
Penggambaran suara (onomatopetica) merupakan unsur penting
dalam bahasa kartun. Teks ini menirukan suara atau gerak yang selama ini
tidak mungkin dituliskan, seperti pedang beradu, gerimis, binatang yang
tidak ada di dalam kamus mengaum, dada kena tinju dan sebagainya
(Sobur, 2004;141).
Dalam era gambar – minded banyak pembaca yang merasa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

kekurangan waktu untuk membaca uraian tajuk dan justru sangat gembira
serta merasa memperoleh cukup waktu untuk istirahat dengan menikmati
karikatur yang disuguhkan dalam halaman tajuk surat kabarnya. Bertahun
– tahun karikatur telah mengembangkan kekuatannya dalam bentuk opini
public (Suhandang, 2004;159).
Benyamin Franklin, seorang pembaharu jurnalistik adalah orang
pertama yang menerbitkan sketsa “kerjasama atau mati”. Sketsa tersebut
menggambarkan ukiran kayu yang berbentuk seekor ular dipotong menjadi
delapan bagian, dan tiap bagiannya melukiskan kelompok masyarakat
pesisir. Kartunis inggris David Lowe dan kartunis Amerika Bill Mauldin
mengatakan bahwa karikatur menyimpan kekuatan sebagai jenis tajuk
yang efektif. Setiap tahun penghargaan bidang jurnalistik yang disebut
pulizer diberikan kepada kartun terkemuka di dunia. Criteria yang
disyaratkan oleh komisi adalah “kartun harus mewujudkan suatu ide yang
nyata, memperlihatkan gambar yang bagus, dan memiliki efek gambar
yang membongkar, serta memberi pertolongan dalam

memecahkan

masalah yang dihadapi public.” (Suhandang, 2004:159).
Jean Ramnicianu (1996) mengatakan bahwa seni kartun dan
karikatur adalah seni yang sulit , kejam, berbahaya, sekaligus bermanfaat.
Disebut sulit karena jenis seni ini menurut sang seniman untuk mencari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

kekurangan dan kebutaan suatu masyarakat yang notabene dia sendiri
merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri. Kejam karena tawa
(menertawakan orang lain) seolah – olah tawa bukan manifestasi
kesenangan belaka, melainkan pertahanan melawan kepedihan. Berbahaya
karena menghina atau berkomentar secara tajam, namun disini karikatur
adalah cara terbaik dan mudah dipahami atas sesuatu yang tidak normal di
masyarakat (Suhandang, 2004;145).
Besarnya fungsi kartun di media sebagai kontrol sosial, maka
harian Jawa Pos menyediakan kolom khusus untuk memuat opini. Kolom
ini

digunakan

untuk

segala

permasalahan

yang

sedang

hangat

diperdebatkan dalam masyarakat umum ataupun pada strata elit politik.
Opini ini biasa dibuat dalam bentuk artikel, seperti tajuk rencana, dan
gambar karikatur. Karikatur di harian Jawa Pos di muat setiap hari selasa,
kamis,

dan

sabtu,

biasa

disebut

clekit

(http://www.jawapos.co.id/cv/l.html/230208).
Clekit merupakan opini redaksi Jawa Pos yang dituangkan dalam
bentuk gambar karikatur yang membahas beragam permasalahan
masyarakat seperti masalah social, politik, ekonomi, pertahanan dan
keamanan, dan lain – lain. Isi pesan dari gambar kartun ataupun karikatur
biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah pemerintah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

atau lembaga lain terkait usaha atau tindakan yang dilakukan lembaga –
lembaga tersebut. Opini yang dibuat merupakan opini yang sifatnya
membangun. Tujuan redaksi Jawa Pos memberikan kritik agar terjadi
perubahan

kearah

perbaikan

bersama.

(http://www.jawapos.co.id/cv/l.html/230208).
2.1.4. Karikatur Sebagai Kritik Sosial
Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam
masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap
jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat, dalam konteks
inilah kritik sosial merupakan unsur penting dalam memelihara sistem
sosial. Dengan kata lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai
wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau
masyarakat (Masoed, 1999 : 47).
Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial, bahwa kritik
sosial menjadi sarana komunikasi, gagasan baru, sembari menilai gagasan
yang lama untuk suatu perubahan sosial. Persepsi kritik sosial yang
demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka
melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan
perubahan sosial. Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada
peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru melibatkan dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mengajak masyarakat atau khalayak untuk memperhatikan kebutuhankebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan
pada rasa tanggung jawab bahwa manusia bersama-sama bertanggung
jawab atas perkembangan lingkungan sosialnya. (Masoed, 1999 : 49)
Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam
menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan
pemerintahannya. Kontrol sosial dan kritik sosial merupakan dua sisi dari
mata uang yang sama, yang selalu ada di dalam masyarakat manapun.
Dengan demikian, apabila kontrol sosial cenderung dipahami sebagai
aktivitas pengendalian, kritik sosial cenderung dianggap sebagai aktivitas
pembebasan dari segala bentuk kontrol dan pengendalian.
Kritik sosial sebenarnya bagian yang sangat penting dalam
kemajuan jalannya pemerintahan, karena kritik menciptakan cambuk bagi
pemerintahan agar mampu dan sebisa mungkin mengerti apa yang
diinginkan masyarakat dan juga merupakan apresiasi dari masyarakat
terhadap pemerintahan, lewat karikatur media cetak yang di produksi para
desaigner media dalam hal ini majalah. Kritik sosial sering kali ditemui di
dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah dan tabloid.
Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka tidak begitu
dirasakan melecehkan atau mempermalukan (Wijana, 2004 : 4).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.5. Semiotika
Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.
Tanda – tanda adalah perangkat yang digunakan manusia dalam usaha
mencari segala sesuatu dalam kehidupannya. Tanda – tanda hanya
mengemban arti (significant) dalam kaitannya dengan pembacanya.
Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan
(signifie) sesuai dengan konvensi dalam system yang bersangkutan (Sobur,
2004:15-17).
Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna
menandakan hubungan antara suatu objek atau ide dan suatu tanda.
Konsep dasar tersebut mengikat bersama seperangkat teori yang sangat
luas, terkait dengan symbol, bahasa, wacana, bentuk – bentuk non verbal,
dan teori – teori yang menjelaskan bagaimana tanda disusun. Secara umum
studi tentang tanda merujuk pada semiotika (Sobur, 2004:15-16). Menurut
Pines apa yang dikerjakan oleh semiotika adalah mengajarkan manusia
menguraikan aturan – aturan tersebut dan membawanya pada sebuah
kesadaran (Sobur, 2001:16).
Lechte mengatakan semiotika adalah teori tentang tanda, lebih
jelasnya semiotika adalah satu disiplin yang menyelidiki semua bentuk
komunikasi yang terjadi dengan sarana sign “tanda – tanda” dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

berdasarkan sign system “sistem tanda”. Hjelmslev (dalam Christomy,
2001:7) mendefinisikan tanda sebagai suatu keterhubungan antara wahan
ekspresi dan wahana isi. Cobley dan Jansz menyebutkannya sebagai ilmu
analisis tanda atau studi tentang bagaimana sistem penandaan berfungsi.
Charles Sanders Pierce (dalam Littlejhon, 1996:64) mendefinisikan
semiosis sebagai suatu hubungan diantara tanda, objek dan makna.
Sedangkan Charles Moris (dalam Segers, 2000:5) menyebut semiosis
sebagai suatu proses tanda, yaitu proses ketika sesuatu merupakan tanda
bagi berbagai organism (Sobur, 2004:16). Kata “semiotika” berasal dari
bahasa Yunani, semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsir
tanda. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni
logika, retorika dan poetika (Kurniawan, 2001:49 dalam Sobur, 2004:17).
Kajian semiotika sampai sekarang telah membedakan dua jenis
semiotika, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.
Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang
salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam factor dalam
komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode, pesan, saluran komunikasi,
dan acuan (Jakobson, 1963 dalam Hoed, 2001:140). Sedangkan semiotika
signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya
dalam konteks tertentu. Pada semiotika signifikasi mengutamakan segi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisi (pengetahuan) pada
penerima tanda lebih diperhatikan daripada proses komunikasinya (Sobur,
2004:15).
Sebuah teks apakah itu surat cinta, makalah, iklan, cerpen, puisi,
pidato presidan, poster politik, komik, karikatur, dan semua hal yang
mungkin menjadi tanda bisa dilihat dalam aktivitas penanda : yakni suatu
proses signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek
dan interpretasi. Tanda dalam pandangan Pierce adalah suatu yang hidup
dan dihidupi. Ia hadir dalam proses interpretasi yang mengalir (Sobur,
2004:17).
Pada dasarnya semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses
tanda yang dapat diberikan. Dalam istilah semiotika sebagai sebuah
hubungan antara lima istilah :
S (s, i, e, r, c)

Gb. 2.1 Istilah semiotika

S untuk semiotic relation (hubungan semiotic); s untuk sign
(tanda); I untuk interpreter (penafsir); e untuk effect (pengaruh); r untuk
reference (rujukan); dan c untuk context (konteks) atau conditions
(kondisi). (Sobur, 2004:17)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.6. Charles Sanders Pier ce
Pierce menekankan pada hubungan antara tanda, objek, dan peserta
komunikasi atau interpretan. Hubungan antara ketiga unsure tersebut
untuk mencapai suatu makna (signifikkasi), karena itu hubungan antara
ketiga hal tersebut disebut hubungan makna. Bagi Pierce, “is something
which stands to somebody for something in some respector capacity.”
Pertandaan terhadap suatu makna selalu terdapat dalam hubungan triadic,
yaitu sign, object, interpretant. Berdasarkan hubungan ini Pierce
mengadakan klarifikasi tanda. (Sobur, 2004:41)

Sign

inter pretan t

object

Gb. 2.2 Hubungan Tanda, Objek dan Interpretant Pierce

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tanda yang dikaitkan dengan sign dibagi atas qualisign, sinsign,
dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, Sinsign
merupakan eksistensi actual benda atau peristiwa yang ada tanda.
Sedangkan Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda (Sobur,
2004:41).
Berdasarkan objeknya, Pierce membagi atas ikon, indeks, dan
symbol. Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan
petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain,
ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat
kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan
alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kuasal atau hubungan
sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan.
Sedangkan symbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah
antara penanda dengan petandanya berdasarkan konvensi (perjanjian)
masyarakat. (Sobur, 2004:41-42).

Icon

Indeks

Simbol

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Gb. 2.3 Model Kategori Tanda Oleh Pierce
Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign atau
dicisign, dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang
menafsirkan berdasarkan

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT EDISI 04 OKTOBER 2011 (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Persiapan Sea Games 2011 Harian Jawa Pos edisi 04 Oktober 2011).

1 2 89

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 103

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos).

0 0 96

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)

0 0 22

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT EDISI 04 OKTOBER 2011 (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Persiapan Sea Games 2011 Harian Jawa Pos edisi 04 Oktober 2011)

0 0 20

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT EDISI 04 OKTOBER 2011 (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit Versi Persiapan Sea Games 2011 Harian Jawa Pos edisi 04 Oktober 2011)

0 0 20