PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN J AWA POS
(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Clekit “Per s Yang Ber kuasa”
Edisi 09 Febr uar i 2012 Pada Harian J awa Pos)

SKRIPSI

Oleh:
NURAINI
NPM. 0843010152

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI

NURAINI, PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN J AWA
POS ( Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “ Pers Yang Ber kuasa”
Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian J awa Pos)
Penelitian ini didasarkan dari pemaknaan karikatur editorial clekit. Karikatur
sebagai wahana penyampai kritik social sering kali kita temui di dalam media ini,
Dalam karikatur ini menggambarkan Pers yang Berkuasa karena pers mempunyai
fungsi controlling atau pengawasan terhadap kinerja penguasa yang kemudian
disampaikan kepada masyarakat.
Teori Charles Sanders Peirce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui
hubungan segitiga yaitu tanda berhubungan dengan objek yang dirujuknya dan dari
hubungan tersebut menghasilkan Interpretan.
Metode yang di gunakan adalah analisis semiotic yang termasuk dalam
penelitian kualitatif. Disini metode kualitatif menggunakan teori Charles Sanders
Peirce, dengan menggunakan kategori tanda yaitu Ikon, Indeks dan Simbol
Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang didapat dari pemaknaan
karikatur clekit, yang merupakan dari makna konotasi – konotasi yang sengaja dibuat
oleh pengarang untuk membuat pembaca menemukan kode – kode yang tersembunyi
di dalam pemaknaan gambar karikatur clekit ini. Pengarang memberikan ideology
atau persepsi yang baru dan berbeda didalam gambar karikatur ini.
Kata kunci : Karikatur, Pers, Penguasa

The study was based on the meaning of editorial cartoons clekit. Caricatured
as a vehicle for social criticism often conveys we find in the media, In this caricature
reflects the authorities are afraid of journalist , because journalist have the function
of controlling or monitoring the performance of the authority which is then relayed to
the society.
Charles Sanders Peirce's theory argues that the mark is formed by the
triangular relationship that is the sign associated with the object to which it refers,
and of these relationships result in Interpretan.
The method used is included in the semiotic analysis of qualitative research.
Here a qualitative method using the theory of Charles Sanders Peirce, using
categories that mark icon, index and symbol.
The results of this study based on analysis of data obtained from clekit
meaning caricature, which is the connotation of meaning - the connotation of
deliberately created by the author to make the reader find the code - the code hidden
within the meaning of this clekit caricature drawing. The authors provide a new
ideology or perceptions and different in this clekit caricature drawings.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur atas rahmat dan hidayah kepada ALLAH SWT
beserta junjungan-Nya Nabi Muhammad SAW. Dengan kehadirat-Nya pula maka
penulis telah

menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “

PEMAKNAAN

KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN J AWA POS (Studi Semiotika
Representasi Pemaknaan Kar ikatur Clekit “Per s Yang Berkuasa” Edisi 09
Febr uar i 2012 Pada Har ian J awa Pos) Adapun Skripsi ini merupakan perkuliahan
mandiri yang bersifat praktis dimana harus ditempuh oleh mahasiswa Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas pembangunan
Nasional “ Veteran “ Jawa Timur. Kegiatan ini adalah sebagai wadah mahasiswa
dalam menerapkan dan membandingkan teori yang diterima dengan keadaan
sebenarnya yang ada di lapangan.

Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan Skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya ilmu dan pengalaman yang
dimiliki oleh penulis dalam menyusun Skripsi ini. Meskipun demikian dalam
menyusun Skripsi ini penulis telah mendapatkan bimbingan, serta saran – saran dari
berbagai pihak yang sangat membantu. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang setinggi – tingginya pada pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan Skripsi ini, yaitu sebagai berikut :
1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor di Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3.

Juwito, S.Sos, MSi sebagai Ketua Progdi Ilmu Komunikasi Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

4.

Drs. Saifuddin Zuhri, MSi sebagai Sekretaris Progdi Ilmu Komunikasi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

5.

Bapak dan Ibu Dosen Progdi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dalam materi perkuliahan.

6.

Kedua orang tua dan saudara-saudara penulis yang senantiasa memberikan
doa agar terselesainya Skripsi ini.

7.

Mas Dani yang udah memberi dorongan dan semangat


kepada penulis

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.
8.

Teman – teman seperjuanganku Jimbe dan Cindol yang telah memberi
dukungan dan berjuang bersama- sama dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan Skripsi

ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Harapan penulis semoga dengan
terselesainya Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Mei 2012

Penulis

ii


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………......

i

DAFTAR ISI……………………………………………………...……………….. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang masalah……………………………………………...1

1.2

Perumusan masalah………………..………………………………..13


1.3

Tujuan Penelitian…………..………………………………………..13

1.4

Manfaat Penelitian…………………………………………………..14

BAB II KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori………………………………………………..……..15
2.1.1 Surat kabar sebagai media komunikasi massa………………15
2.1. 2 Karikatur……………………...…………...……...................18
2.1.3

Kritik Sosial………………………...……………………..…20

2.1.4 Komunikasi Non Verbal………………………………..……24
2.1.5


Hari Pers Nasional………………………….……................26

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.6 Semiotika……………………………….…….……………..34
2.1.7 Konsep Makna…………………………….………………..36
2.1.8

Pria…………………………………………………………..39

2.1.9

Kaos………………………………………………………....39

2.1.10 Topi………………………………………………………….40
2.1.11 Kursi………………………………………………………...45
2.1.12 Ekspresi wajah dan Tatapan mata….……………………….46
2.1.13 Postur Tubuh………………………………………………..47
2.1.14 Tipografi…………………………………………………….48

2.1.15 Mulut………………………………………………………..51
2.1.16 Tangan……………………….……………………………...51
2.1.17 Semiotika Charles Sanders Peirce……...…………………..51
2.1.18

Penguasa……………………. ……..…...…………………55

2.1.19

Ketakutan…………………………………..………………55

2.1.20

Kepala………………………………..…………………….56

2.1.21 Keringat………………………………..……………………56
2.1.22 Garis………………………………………………………....56

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


2.1.23 Konsep Bayangan…………………………………….…….58
2.1.24 Warna Hitam…………………………………………..…….58
2.2 Kerangka Berfikir…………….…………………..…………………..59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian………………….………….…..…...…………….60
3.2 Kerangka Konseptual……………………………..……..……….…..62
3.2.1 Corpus……………………………………...…….……………..62
3.2.1.1 Karikatur……………………………………...………………63
3.2.1.2 Semiotika……………………..…………..……….………...63
3.3 Unit Analisis ……………………..…………….....…..……………...63
3.4 Teknik Pengumpulan Data……………...………..…..………………65
3.5 Teknik Analisis Data…………………………….………..….……....65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Editorial Clekit…………………………………….….………….....67
4.2 Gambaran umum objek Harian Jawa Pos………………...……….69
4.3 Penyajian Data…………………………………………..……….....71
4.3.1 Ikon, Indeks dan symbol…………………………………....73

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.4 Karikatur Editorial Clekit Edisi 09 Februari 2012…………….…..73
4.4.1 Ikon…………………………………………………...………74
4.4.2 Indeks………………………………………………………...80
4.4.3 Simbol………………………………………..………………83
4.5 Interpretasi Objek terhadap Objek Karikatur Clekit……...…..…..88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan……………………………………………...…..….....90
5.2

Saran…………………………………………………..………........91

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Media

adalah

alat

atau

sarana

yang

digunakan

untuk

menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat
membutuhkan informasi, sehingga media massa menjadi faktor kebutuhan
utama masyarakat. Media massa terdiri dari majalah, surat kabar, dan
buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film
dan internet. Media cetak seperti majalah, buku, surat kabar justru mampu
memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat
dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya (Cangara, 2005 :
128)
Selama ini media cetak seperti surat kabar tidak hanya berperan
sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi bisa juga
mempunyai suatu karateristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk
memberikan analisis yang sangat krisis yang akan menumbuhkan
motivasi, mendorong serta dapat mengembangkan pola pikir bagi
masyarakat agar semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita –
berita yang ada didalam media. Belakangan ini media pers indonesia
menampilkan komik kartun dan karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap
berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan tersembunyi.
Pembaca diajak berfikir, merenungkan dan memahami pesan – pesan yang
tersurat dan tersirat dalam gambar tersebut ( Sobur, 2006 : 140 ).

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2
Keberadaan karikatur pada surat kabar, bukan berarti hanya
melengkapi surat kabar dan memberikan hiburan selain berita – berita
utama yang disajikan. Tetapi juga dapat memberikan informasi dan
tambahan pengetahuan terhadap masyarakat. Karikatur membangun
masyarakat melalui pesan – pesan sosial yang dikemas secara kreatif
dengan pendekatan simbolis.
Dalam menyampaikan informasinya, media mempunyai cara
pengemasan yang variatif dan beragam yang disesuaikan dengan
segmentasi konsumennya, orientasi internal dari media itu sendiri dan
banyak factor – factor kepentingan yang lain. Kegiatan komunikasi massa
yang dilakukan secara rutin dan konstan bukan hanya bersifat informatif,
yaitu agar orang lain tahu dan mengerti, tetapi juga mengandung unsur
persuasif agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan,
atau juga melakukan suatu perbuatan. Media massa seperti surat kabar,
majalah, tabloid, radio, televisi dan lain sebagainya juga menyajikan
berbagai macam informasi. Informasi sendiri tiada bergerak yang
sesungguhnya terlihat adalah penyampaian suatu pesan, interpretasi
penyampaian dan penciptaan penyampaian pesan itu sendiri.
Dalam buku desain komunikasi visual, Kusmiati (1999:36),
menyatakan bahwa visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat
sesuatu abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu menarik
emosi

pembaca,

merencanakan

dapat
dan

menolong

seseorang

memutuskan

suatu

untuk

menganalisa,

problema

dengan

mengkhayalkannya pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3
merupakan media yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman.
Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis
karena menatap gambar jauh lebih mudah dipahami dan merupakan
simbol yang jelas dan mudah dikenal (Waluyanto,2000:128).
Isi surat kabar yang bersifat hiburan salah satunya adalah karikatur.
sebuah gambar lelucon, bersifat lucu dan mengandung unsur humor yang
membawa pesan social. Berasal dari bahasa italia, Caricatura tempat
kartun pertama muncul di dunia pada abad XVII. Perintisnya bernama
Amnibale Carraci, seorang karikaturis yang mampu mengubah wajah
seseorang menjadi bentuk binatang maupun sayuran tetapi tetap mirip
dengan subyeknya yang bertujuan sebagai ungkapan kritik atau protes
social. Akan tetapi, karikatur pertama muncul di Inggris yang dipelopori
oleh Thomas Rowiadson (1756-18270) dan James Gillary (1757-1815).
Dalam

perkembangan selanjutnya,

karikatur dihubungkan dengan

jurnalisme (Panuju,2005:86)
Di Indonesia sendiri saat ini karikatur memperoleh tempat yang
cukup berperan dalam perkembangan media massa khususnya surat kabar,
karena gambar ini senantiasa dimuat untuk melengkapi artikel – artikel
dimedia massa tersebut. Salah satu definisi karikatur yang diberikan
Junaedhi berbunyi :
“ Karikatur adalah gambar kartun yang menggambarkan atau memiripkan
subyeknya dengan gaya satiris atau mengolok – olok” (Panuju,2005:85).
Memuat karikatur berarti berhadapan dengan tanda – tanda visual dan kata
– kata. Untuk menguak makna karikatur pada kenyataannya bukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4
permasalahan yang berkembang dalam masyarakat khususnya mengenai
masalah social. Pembaca diajak untuk berpikir, merenungkan dan
memahami pesan – pesan yang tersirat dalam gambar tersebut. Hal inilah
yang menjadikan karikatur sebagai media komunikasi dan segala hal yang
penting bagi sosialisasi penyajian informasi.
Karya seni berupa karikatur adalah bagian tidak terpisahkan dari
media massa cetak. Karikatur diartikan sebagai opini redaksi media dalam
bentuk gambar yang syarat dengan muatan kritik social dengan
memasukkan unsur kelucuan, atau humor agar siapapun yang melihatnya
bisa tersenyum termasuk tokoh atau obyek yang dikarikaturkan itu sendiri.
(Sumandria,2004:3)
Karikatur sebagai wahana penyampai kritik sosial seringkali kita
temui didalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan opini.
Keberadaannya biasa disajikan sebagai selingan atau dapat dikatakan
sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel – artikel yang
lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan
pikiran. Meskipun sebenarnya pesan – pesan yang disampaikan dalam
sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan – pesan yang disampaikan
lewat berita dan artikel, namun pesan – pesan dalam karikatur lebih mudah
dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar terkesan lucu
dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh
karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.
Karikatur sebenarnya memiliki arti sebagai gambar didistorsikan,
diplesetkan atau diplototkan secara karateristik tanpa bermaksud

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5
melecehkan si pemilik wajah. Karikatur membangun masyarakat melalui
pesan – pesan sosial yang dikemas secara kreatif dengan pendekatan
simbolis. Jika dilihat dari wujudnya, karikatur mengandung tanda – tanda
komunikatif. Lewat bentuk – bentuk komunikasi itulah pesan tersebut
menjadi bermakna. Disamping itu, gabungan antara tanda dan pesan yang
ada pada karikatur diharapkan mampu mempersuasi khalayak yang dituju.
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan ilustrasi,
logo, tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika.
Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan
dari unsur – unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berfikir secara
kritis serta ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena
permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara
keseluruhan dikemas secara humoris, dengan demikian memahami
karikatur juga perlu memiliki referensi – referensi sosial agar mampu
menangkap pesan yang disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh isi,
maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural
sangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan
headline.
Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah
satu wujud lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya
dikelompokan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan
dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur
merupakan ungkapan ide atau pesan dari karikaturis kepada publik yang
dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6
Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang
Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang
Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia
di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat
kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi
harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional.
Fungsi dan peranan pers Berdasarkan ketentuan pasal 33 UU No.
40 tahun 1999 tentang pers, fungi pers ialah sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan dan kontrol sosial . Sementara Pasal 6 UU Pers
menegaskan bahwa pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui menegakkkan nilai-nilai
dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi
manusia, serta menghormati kebhinekaan mengembangkan pendapat
umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar melakukan
pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Berdasarkan fungsi dan peranan pers yang demikian, lembaga pers sering
disebut sebagai pilar keempat demokrasi (the fourth estate) setelah
lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif , serta pembentuk opini publik
yang paling potensial dan efektif. Fungsi peranan pers itu baru dapat
dijalankan secara optimal apabila terdapat jaminan kebebasan pers dari
pemerintah. Menurut tokoh pers, jakob Oetama , kebebasan pers menjadi
syarat mutlak agar pers secara optimal dapat melakukan peranannya. Sulit
dibayangkan bagaimana peranan pers tersebut dapat dijalankan apabila

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7
tidak ada jaminan terhadap kebebasan pers. Pemerintah orde baru di
Indonesia sebagai rezim pemerintahn yang sangat membatasi kebebasan
pers . ha l ini terlihat, dengan keluarnya Peraturan Menteri Penerangan No.
1 tahun 1984 tentang Surat Izin Usaha penerbitan Pers (SIUPP), yang
dalam praktiknya ternyata menjadi senjata ampuh untuk mengontrol isi
redaksional pers dan pembredelan. Albert Camus, novelis terkenal dari
Perancis pernah mengatakan bahwa pers bebas dapat baik dan dapat
buruk, namun tanpa pers bebas yang ada hanya celaka. Oleh karena salah
satu fungsinya ialah melakukan kontrol sosial itulah, pers melakukan kritik
dan koreksi terhadap segala sesuatu yang menurutnya tidak beres dalam
segala persoalan. Karena itu, ada anggapan bahwa pers lebih suka
memberitakan hal-hal yang salah daripada yang benar.
Pers dalam media massa lahir karena dibutuhkan masyarakat,
informasinya terus – menerus baik lokal maupun internasional. Pers juga
disebut juga dengan media komunikasi massa yang dapat membantu
manusia akan informasi. Tetapi dalam upayanya memenuhi kebutuhan
akan informasi tersebut pers tidak boleh kehilangan identitasnya sebagai
lembaga yang dinamakan pers. Lebih tegasnya lagi pers merupakan
lembaga atau organisasi atau badan yang menyebarkan berita sebagai
karya tulis jurnalistik kepada khalayak. Pers sebagai sarana yang
menyiarkan produk jurnalistik memiliki beberapa fungsi antara lain adalah
fungsi menyiarkan informasi yang merupakan fungsi utama dari sebuah
surat kabar. Khalayak pembaca memerlukan informasi mengenai hal atau
peristiwa yang terjadi. Fungsi yang kedua itu mendidik, merupakan sarana

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8
pendidikan massa, surat kabar memuat tulisan – tulisan yang mengandung
pengetahuan sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya.
Fungsi ini secara eksplisit dalam bentuk berita dan implisit dalam bentuk
artikel atau tajuk rencana, kadang – kadang cerita bersambung atau berita
bergambar yang mengandung aspek pendidikan. Fungsi ketiga dari pers
yaitu adalah fungsi menghibur, hal – hal yang bersifat hiburan sering
dimuat disurat kabar untuk mengimbangi berita – berita berat (hard news)
dan artikel – artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan
berbentuk cerita pendek, cerita bergambar, karikatur. Maksud pemuatan isi
yang mengandung hiburan semata – mata untuk melepaskan ketegangan
pikiran setelah para pembaca dihidangi berita atau artikel yang berat.
Fungsi pers yang keempat yaitu fungsi mempengaruhi dan menyebabkan
surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat
karena surat kabar bersifat independen yang bebas menyatakan pendapat
dan bebas melakukan control social (Effendy, 2000:94)
Fungsi pers sebagai control social dianggap sebagai fungsi yang
terpenting karena dianggap menjalankan control masyarakat terhadap
pemerintahan dan peristiwa lain, baik berupa dukungan ataupun kritikan.
Control social didalam surat kabar dapat terlihat pada penulisan tajuk
rencana dalam menanggapi permasalahan – permasalahan yang terjadi dan
berkembang yang merupakan berita utama dari surat kabar tersebut atau
berita – berita yang menjadi head line dibeberapa surat kabar. Dari
fungsinya ini tidak lepas dari idealisme yang disandang pers

dengan

menyatakan pendapatnya secara bebas tetapi bertanggung jawab.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9
Idealisme yang melekat pekat pada pers tidak berarti selalu harus
mengkritik pemerintah, apalagi mencari – cari kesalahan – kesalahan
pemerintah. Idealisme berarti pula mendukung pemerintah apabila
memang pantas didukung.
Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan
membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti
dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan
pesan nonverbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan
tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh,
karena gambar lebih mudah diingat daripada kata – kata, paling cepat
pemahamannya dan mudah dimengerti, karena terkait dengan maksud
pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah
dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi
untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan
informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah karikatur
mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata
lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana
didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.
Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud
(signal). Sobur (2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol
adalah sesuatu yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan
diantaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri
untuk intuisi, ide, cara berpikir, dan harapan. Dapat disimpulkan bahwa
simbol atau tanda pada sebuah gambar memiliki makna yang dapat digali,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10
dengan kata lain bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula
atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap maksud dan artinya.
Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung),
artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar kartun
tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa
symbol. Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam kartun tersebut
merupakan makna yang terselubung. Symbol – symbol pada gambar
kartun tersebut merupakan symbol yang disertai signal (maksud) yang
digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang
menerimanya.
Sementara

itu pesan yang dikemukakan dalam

karikatur,

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,
tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.
Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian
yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara
menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbolis.
Karikatur Clekit merupakan pemaknaan dari peristiwa yang terjadi
dalam masyarakat yang meliputi peristiwa social, politik, ekonomi, budaya
dan sebagainya yang terjadi dalam kurun waktu seminggu. Mengingat
karikatur clekit keluar dalam seminggu hanya tiga kali. Penyampaian
pesan secara implisit dalam artian karikatur sebagai komunikasi tidak
langsung

(symbolic

speech)

dimaksudkan

untuk

pengembangan

kreativitas, imajinasi pembacanya dalam menginterpretasikan makna yang
terkandung dalam pesan dan gambar karikatur tersebut. Hasil dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11
interpretasi itulah yang diharapkan mampu memberikan solusi, pemecahan
atau koreksi diri bagi kalangan masyarakat, pemerintah ataupun individu –
individu tentang suatu permasalahan.
Digunakannya gambar karikatur dari harian Jawa Pos edisi 09
Februari 2012 sebagai objek penelitian, dikarenakan gambar karikatur
tersebut merupakan penggambaran tentang “Pers Yang Berkuasa”.
Gambar karikatur merupakan simbolic speech (komunikasi tidak
langsung) artinya bahwa penyampaian pesan yang terdapat dalam gambar
karikatur tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan
simbol. Dengan kata lain makna yang terkandung dalam gambar karikatur
adalah makna yang terselubung. Simbol – simbol pada gambar karikatur
tersebut merupakan simbol yang disertai maksud (signal) yang digunakan
dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang
menerimanya (si penerima)
Dalam gambar editorial Clekit edisi 09 Februari 2012, ditampilkan
diantaranya yaitu gambar Pria yang bertubuh gemuk yang memakai kaos
dan topi yang bertuliskan PERS, dengan tatapan mata yang melihat ke
bawah. Dan seorang penguasa yang ketakutan yang hanya kelihatan
tangan, kepala dan mata yang melihat ke atas, serta mengeluarkan
keringat. Peneliti memilih Jawa Pos karena merupakan salah satu media
yang memberikan porsi pada idealisme yang termasuk pula pada visinya “
selalu ada yang baru” yang sekaligus menjadi merek dagang Jawa Pos
yang membidik pasar kelas menengah keatas. Media Jawa Pos merupakan
salah satu saluran komunikasi politik di Indonesia pada era reformasi,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12
realitas media dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Disamping
menggunakan bahasa tulis sebagai media utama penyampaian informasi,
juga dapat menggunakan dengan memaknai gambar kartun. Sebagai Koran
nasional peredaran Jawa Pos meliputi hampir seluruh kota di Indonesia
dan selalu menjadi market leader.
Dalam rubrik karikatur Jawa Pos yang disebut “Clekit”. Jawa Pos
lebih kritis dan menggambarkan situasi social yang terjadi di masyarakat.
sekmen karikatur pada Koran Jawa Pos yaitu clekit lebih berani dalam
mengkritisi social yang sedang terjadi. Clekit berani menggambarkan Pers
yang Berkuasa. Dalam kasus ini Jawa Pos berani menampilkan gambar
Pers yang Berkuasa. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan studi semiotic Peirce pada gambar karikatur
tersebut.
Dari beberapa uraian diatas, pemilihan gambar karikatur Clekit
sebagai objek penelitian karena gambar karikaturnya yang unik, karena
apa yang disajikan dalam gambar karikatur editorial tersebut seakan –
akan menggambarkan tanggapan permasalahan yang terjadi dalam sudut
pandang masyarakat Indonesia yang diwakili oleh kartunis. Dalam
mengungkapkan makna pesan gambar karikatur tersebut maka peneliti
menggunakan pendekatan semiotik menurut Charles Sanders Peirce yaitu
tanda atas ikon, indeks, dan symbol yang berhubungan dengan acuannya.
Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai
kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur,
2004:83). Menurut Peirce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13
objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar
tanda dapat berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Sementara itu, pesan
yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisasikan kepada
khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat diliat dari
dua aspek yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati
dengan ragam bahasanya, tema, dan pengertian yang didapatkan.
Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkan, apakah
secara ikonis, indeksikal, atau simbolis. Tanda – tanda yang telah dilihat
dan dibaca dari dua aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan
dicari hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.(Sobur,2004:86)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin meneliti tentang
pemaknaan karikatur yang menggambarkan “ Pers Yang Berkuasa”.
1.2

Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini sebagai berikut : bagaimana pemaknaan karikatur
“Clekit” dalam rubik opini pada koran Jawa Pos Edisi Kamis, 09 Februari
2012?

1.3

Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang
dikomunikasikan karikatur “Clekit” dalam rubrik opini pada Koran Jawa
Pos Edisi Kamis, 09 Febuari 2012 dengan menggunakan pendekatan
semiotika.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
pada Ilmu komunikasi mengenai karikatur Clekit dalam rubrik opini pada
Koran Jawa Pos Edisi Kamis, 09 Febuari 2012.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan dapat menjadi
pertimbangan atau masukan untuk mengetahui penerapan tanda dalam
studi semiotik sehingga dapat memberi makna bagi para pembaca Surat
kabar Jawa Pos mengenai makna dari karikatur khususnya tentang kritik
social yang terjadi didalam karikatur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan teor i
2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa
Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan
dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan
surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann
Gutenberg di Jerman” (Ardianto & Erdinaya, 2005:99). Perkembangan
surat kabar
di Indonesia sendiri juga telah melewati perjalanan panjang selama
lima periode, yakni masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang,
menjelang kemerdekaan, zaman orde lama serta orde baru. Surat kabar
sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi
menyebarluaskan

pesan-pesan

pembangunan

dan

sebagai

alat

mencerdaskan rakyat Indonesia. Dari empat fungsi media massa
(informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif), fungsi yang paling menonjol
adalah informasi” (Ardianto & Erdinaya, 2005:104).
Berdasarkan isinya, surat kabar lebih variatif dengan isi yang
beragam. Terdapat rubrik olahraga, berita lokal, nasional, maupun
internasional, terdapat media cetak terkini bila dibandingkan media cetak
lainnya karena nilai kebaruannya. Adanya isi surat kabar yang variatif,

15
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

dari berita— berita internasional hingga lokal. Namun secara sederhana isi
surat kabar dapat dibagi tiga yaitu, berita (news), opini (value), iklan
(advertising). Berita dalam surat kabar tidak terfokus pada salah satu
fenomena masyarakat (seperti pada tabloid yang hanya membahas
fenomena tentang olahraga) namun semua fenomena atau peristiwa dalam
realitas dilaporkan (Efendy, 2000:92). Dalam pelaporan berita yang dibuat
para pekerja media (wartawan dan karikaturis), terdapat perbedaan antara
media satu dengan media yang lainnya.
Selain itu surat kabar juga mempunyai beberapa karakteristik.
Menurut Pareno (2005 : 24) karakteristik surat kabar adalah sebagai
berikut :
1)

Berita merupakan unsur utama yang dominan.

2)

Memiliki ruang yang relatif lebih leluasa.

3)

Memiliki waktu untuk “dibaca ulang” lebih lama.

4)

Umpan balik relatif lebih lamban.

5)

Kesegaran (immediately) relatif lebih lamban.

6)

Dalam hal kenyataan relatif kurang kredibel.

Komunikasi massa (Mass communication) adalah komunikasi yang
dilakukan melalui media massa modern meliputi surat kabar yang
mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

kepada umum dan film yang dipertunjukan di gedung – gedung bioskop
(Effendy, 2003:79).
Banyak

definisi

tentang

komunikasi

massa

yang

telah

dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang
dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang
merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa
adalah komunikasi melalui media massa (Media cetak dan elektronik).
Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari
pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi
massa) yang dihasilkan oleh teknologi modern. (Nurudin, 2007:4).
Secara teoritis, berbagai media massa memiliki fungsi sebagai
saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun
kenyataannya media massa memberikan efek lain diluar fungsinya itu.
Efek media massa tidak hanya mempengaruhi sikap seseorang namun pula
dapat mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek
media massa dapat mempengaruhi sistem – sistem sosial maupun sistem
budaya masyarakat.
Hal tersebut dapat mempengaruhi seeorang dalam waktu pendek
sehingga dengan cepat mempengaruhi mereka, namun juga memberi efek
dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahan –
perubahan dalam waktu yang lama.
McQuail menjelaskan bahwa : “Efek media massa memiliki andil
dalam pembentukan sikap, perilaku dan keadaan masyarakat. Antara lain

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

terjadinya penyebaran budaya global yang menyebabkan masyarakat
berubah dari tradisional ke modern. Selain itu, media massa juga mampu
mengubah masyarakat dari kota sampai ke desa, sehingga menjadi
masyarakat konsumerisme.“ (Bungin, 2006:320).
Berkaitan dengan efek media massa yang juga dapat memberikan
efek kepada khalayaknya adalah surat kabar. Surat kabar merupakan
kumpulan dari berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang dicetak
kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, bisa
terbit setiap hari atau seminggu satu kali (Djuroto, 2002:11).
Ada beberapa alasan orang membaca surat kabar. Seseorang ingin
tahu

sesuatu

menghilangkan

karena

berbagai alasan

kebosanan,

agar

: untuk meraih

merasa

lebih

dekat

prestise,
dengan

lingkungannya, atau untuk menyesuaikan perannya di masyarakat. Bagi
sebagian orang, koran merupakan sumber informasi dan gagasan tentang
berbagai masalah publik yang serius. Bagi sebagian yang lain, koran
bukan untuk mencari informasi, melainkan untuk mengisi rutinitas.
Sebagian pembaca juga menjadikan koran sebagai alat kontak sosial. Ada
pula yang menjadikan koran untuk membuang kejenuhan dari kehidupan
sehari - hari. (Rivers dan Peterson, 2003: 313)
2.1.2 Kar ikatur
Karikatur memiliki muatan pesan yang bernuansa kritik atau
usulan terhadap seseorang (tokoh) atau suatu masalah. Walaupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun satir yang kadang
dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang tersenyum kecut saat
membacanya.

Karikatur

cenderung diisi dengan

humor.

(Sobur,

2003:138).
Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara
jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan,
seringkali gambar terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca
tersenyum dan tertawa karena mengandung unsur humor. Pejabat
pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek karikatur pun tidak
tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya
diangkat kepermukaan oleh kartunis. (Sobur, 2003:140). Selain itu,
menurut Sutarno pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur
merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal yang cukup
efektif dan mengena baik dalam penyampaian pesan maupun kritik social.
Dalam eksiklopedia of the art dijelaskan, karikatur merupakan
representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara melebih- lebihkan
sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering dipakai sebagai
sarana kritik sosial dan politik (Sumandiria, 2005:8).
Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik
dari segi pengetahuan, intelektual, teknik melukis, psikologis, cara melobi,
referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat.
(Sobur, 2006:140).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam
bentuk gambar – gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan
selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,
karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat karena
penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik
(Sobur, 2006:140).
Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam
(Sibarani, 2001), yaitu: karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan
karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang
(biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam
bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di
sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial mengemukakan dan
menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa
keadilan sosial. Sedangkan karikatur politik menggambarkan tentang
situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor
dengan menampilkan para tokoh politik (Sibarani, 2001).
2.1.3 Kr itik Sosial
Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi
negatif

seperti

“celaan”,

namun

kemungkinan kata positif yaitu

kata

“kecaman”

mengandung

dukungan, usulan, atau saran,

penyelidikan yang cermat. (Masoed, 1999: 36). Definisi “kritik” menurut
kamus Oxford adalah “one who appreises literaryor artistic work” atau
suatu hal yang membentuk dan memberikan penilaian untuk menemukan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

kesalahan terhadap sesuatu. Kritik awalnya dari bahasa Yunani (Kritike =
pemisahan, Krinoo = memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris
“critism” yang berarti evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara
sosial adalah

suatu

kajian

yang menyangkut

kehidupan

dalam

bermasyarakat menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil.
Indonesia terbangun ketika budaya tulis sudah menyebar luas,
ketika segala tatanan kehidupan dirumuskan secara tertulis dan tidak
tertulis baik dalam bentuk buku, majalah, surat kabar, radio, televisi, dan
internet. Semakin luas melalui pendidikan modern dan yang tak kalah
pentingnya, ketika segala bentuk tulisan sebagian besar menyampaikan
berbagai informasi melalui bahasa Indonesia dijadikan media resmi
pendidikan nasional dan sebagai alat komunikasi dalam birokrasi
(Masoed, 1999: 42).
Dengan demikian melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya, sama
saja dengan membunuh eksistensi kritik sehingga sebuah institusi sosial
yang lahir dari kebutuhan pengembangan hidup bersama manusia. Dalam
konteks budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada
budaya tulis di atas pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik
sama statusnya dengan pembangunan dan pengembangan, dan penyebaran
kritik itu sendiri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Dalam kritik sosial, pers dan politik Indonesia kritik sosial adalah
salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau
berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial
atau proses bermasyarakat. Dalam konteks inilah kritik sosial merupakan
salah satu unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata
lain, kriti sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi
dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat (Masoed, 1999: 47).
Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial. dalam arti
bahwa kritik sosial menjadi sarana komunikasi gagasan baru, sembari
menilai gagasan lama, untuk suatu perubahan sosial. Perspektif kritik
sosial yang demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis.
Mereka melihat kritik social adalah wahana komunikatif untuk suatu
tujuan perubahan sosial (Masoed, 1999:49). Kritik social yang murni
kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan
justru menitikberatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk
memperhatikan kebutuhan – kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu
kritik social kiranya didasarkan pada rasa tanggung jawab bahwa manusia
bersama – sama bertanggung jawab atas perkembangan lingkungan.
Kritik sosial dapat disampaikan melalui berbagai wahana, mulai
dari cara yang paling tradisional, seperti berjemur diri, ungkapan ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan komunikasi
sosial melalui berbagai pertunjukan sosial dan kesenian dalam komunikasi
publik, seni sastra, dan melalui media massa. Kritik dari masyarakat ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

hendaknya ditanggapi dengan serius oleh pemerintah. Memang dalam
menanggapi kritik dari masyarakat, belum menjamin persoalan akan
selesai, tetapi itu menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah.
Perhatian inilah yang secara akumulatif membentuk kesan, pemerintah
mempunyai

kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Apabila

masyarakat sudah diperhatikan aspirasinya, masyarakat tidak akan lupa
budi, sehingga apabila pemerintah mempunyai program kerja maka
partispasi masyarakat akan muncul dengan sendirinya (Panuju, 1999: 49).
Kritik sosial itu sebenarnya merupakan sesuatu yang positif karena
ia mendorong sesuatu yang terjadi didalam masyarakat untuk kembali ke
kriteria yang dianggap wajar dan telah disepakati bersama. Menurut Aris
Susanto dalam bidang politik istilah kritik sosial seringkali memperoleh
konotasi negatif karena diartikan mencari kelemahan - kelemahan pihak
lain dalam pertarungan politik sehingga arti yang substansial dari kritik
sosial itu menjadi kabur (Masoed, 1999: 71).
Kesan

oposisi

sejauh

mungkin

harus

dapat

dihindarkan,

masyarakat awam menganggap kritik sama dengan oposisi, yang artinya
“pihak sana” (out group) sehingga kritik tertuju kebijaksanaan atau oknum
aparat pemerintah, diidentifikasi sebagai penentang atau melawan
pemerintah. Padahal, kritik bukanlah seperti itu. Kritik tidak selamanya
berarti melawan. Kritik itu mengandung muatan - muatan saling memberi
arti. Setidaknya menjadi masukan yang dapat dipertimbangkan dalam
merumuskan kebijaksanaan dan tindak lanjutnya. (Ali, 1999: 84).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Kritik - kritik terbaik, sesuai dengan setting sosial, politik, dan
budaya kita adalah kritik yang membuat saran kritik menangis, tapi dalam
mimik mukanya yang tetap tertawa, artinya jika kita melaksanakan kritik
kepada sasaran tertentu, kritik tersebut tidak boleh membuat malu sasaran
kritik dihadapan publik, apalagi secara meluas.
Sesuai dengan ciri makhluk rasional, maka keterbukaan dan kritik
harus mengandung beberapa unsur utama. Diantaranya adalah peningkatan
supremasi individu, kompetisi dan membuka peluang pengarahan bagi
tindakan manusia untuk meraih sukses dan keuntungan di planet bumi ini.
(Ali, 1999: 194).
Dengan demikian, melestarikan atau mempertahankan kritik
terselubung dalam konteks budaya yang tidak lagi menopangnya sama saja
membunuh eksistensi kritik sebagai sebuah institusi sosial yang lahir dari
kebutuhan pengembangan hidup kebersamaan manusia. Dalam konteks
budaya tulis, budaya modern materialistis yang berpenopang pada budaya
tulis diatas, pembangunan, pengembangan, penyebaran kritik sama
statusnya dengan pembangunan, pengembangan, dan penyebaran kritik itu
sendiri.
2.1.4

Komunikasi Non Ver bal
Istilah non verbal biasanya untuk melakukan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita
harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini
ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

dan perilaku non verbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non verbal.
(Mulyana, 2001:312)
Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi
beberapa bagian, antara lain :
1. Isyarat Tangan
Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang
disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau
subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya
boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya
sama.
2. Postur Tubuh
Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang
mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen.
Klasifikasi

bentuk

tubuh

yang

dilakukan

William,

misalnya

menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen.
3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata
Ekspresi wajah atau raut wajah merupakan perilaku non verbal utama
yang mengekspresikan keadaan emosional seseorang. Sebagian pakar
mengakui,

terdapat

beberapa

keadaan

emosional

yang

dikomunikasikan oleh ekspresi wajah yang tampaknya dipahami
s

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS(Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011).

0 2 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos).

0 0 96

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 2 82

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)

0 0 22

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS(Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011)

0 0 20

PEMAKNAAN KARIKATUR PARTAI DEMOKRAT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Partai Demokrat Pada Karikatur Clekit Di Harian Jawa Pos Edisi 14 Juli 2011)

0 0 20