PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAIDAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP Perencanaan Gedung Perhotelan Empat Lantai Dan Satu Basement Di Pacitan Dengan Prinsip Daktail Parsial.

(1)

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAI

DAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP

DAKTAIL PARSIAL

Naskah Publikasi

untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat S-1 Teknik Sipil

diajukan oleh :

ARGA FRANSDIKA NIM : D 100 070 049 NIRM : 07 06 03010 50049

Kepada :

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

(3)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kabupaten Pacitan yang juga dikenal dengan ”Kota 1001 Goa” merupakan salah satu tujuan wisata di daerah perbatasan antara Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Jawa Tengah. Panorama bukit kars, tebing-tebing curam dan pantai pasir putih yang eksotis sangat mudah ditemukan di daerah ini. Kekayaan alam inilah yang sengaja dimanfaatkan Pemkab Pacitan untuk memaksimalkan pendapatan asli daerah melalui sektor pariwisata.

Untuk menunjang potensi dibidang pariwisata ini, maka perlu didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Meskipun sudah terdapat beberapa hotel, tetapi penambahan jumlah hotel masih diperlukan, mengingat jumlah wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri untuk berkunjung ke Pacitan semakin meningkat setiap tahunnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penyusun mencoba untuk merencanakan gedung perhotelan empat lantai dengan satu basement di Pacitan.

Salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam perencanaan struktur bangunan bertingkat tinggi adalah kekuatan struktur bangunan, dimana faktor ini sangat terkait dengan keamanan dan ketahanan bangunan dalam menahan atau menampung beban yang bekerja pada struktur. Menurut SNI 1726-2002, Pacitan termasuk pada wilayah gempa 3 yaitu merupakan daerah cukup besar kemungkinan terjadinya gempa maka untuk itulah dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi ini harus direncanakan dan didesain sedemikian rupa agar dapat digunakan sebaik-baiknya, nyaman dan aman terhadap bahaya gempa bagi pemakai atau pengguna struktur gedung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, dapatlah diambil suatu rumusan yang akan digunakan sebagai acuan. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1). Mengingat Pacitan termasuk pada wilayah gempa 3, maka diperlukan perencanaan struktur gedung tahan gempa.


(4)

2). Keadaan Pacitan yang semakin berkembang sehingga dibutuhkan suatu perhotelan yang memiliki struktur tahan gempa yang baik.

C. Tujuan Perencanaan

Perencanaan gedung perhotelan empat lantai dengan satu basement di Pacitan dengan prinsip daktail parsial ini bertujuan untuk mendapatkan hasil desain struktur bangunan perhotelan empat lantai dengan satu basement di Pacitan yang tahan gempa sesuai dengan prinsip daktail parsial, serta peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.

D. Manfaat perencanaan

Manfaat pada Tugas Akhir ini ada 2 macam yang hendak dicapai yaitu manfaat secara teoritis dan secara praktis, dengan penjelasan sebagai berikut : 1). Secara teoritis, perencanaan gedung ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan di bidang perencanaan struktur, khususnya dalam perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa dengan prinsip daktilitas parsial.

2). Secara praktis, perencanaan gedung ini diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu referensi dalam merencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa khususnya di daerah Pacitan.

E. Batasan Masalah

Menghindari melebarnya pembahasan, dalam penyusunan tugas akhir ini permasalahan dibatasi pada masalah-masalah berikut :

1). Gedung yang direncanakan adalah gedung dengan empat lantai dengan satu

basement di Pacitan.

2). Perhitungan struktur mencakup perhitungan struktur atap (kuda-kuda) dan beton bertulang (plat lantai, plat tangga, perhitungan balok, perhitungan kolom dan perhitungan pondasi).

3). Pembebanan yang diakibatkan oleh lift tidak diperhitungkan.

4). Digunakan beton bertulang dengan mutu beton f’c= 25 MPa, mutu baja fy =

390 MPa untuk tulangan utama, dan fy= 240 MPa untuk tulangan geser.

5). Bangunan berada di Wilayah Pacitan (wilayah gempa 3).

6). Pada perencanaan ini digunakan peraturan-peraturan sebagai berikut: a). Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983.


(5)

b). Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI) 1971.

c). Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983.

d). Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI-1726-2002.

e). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002.

7). Gedung direncanakan dengan system daktail parsial, dengan mengambil nilai = 2,0 dan R = 3,2.

8). Sudut kemiringan tangga direncanakan sebesar 30˚.

9). Keadaan tanah diasumsikan sebagai tanah keras dengan muka air tanah kurang lebih 4 meter, sehingga tekanan air tanah berpengaruh pada sloof dan plat lantai basement.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Umum

Berdasarkan Pasal 1.2 SNI 1726-2002, Syarat-syarat perencanaan struktur gedung tahan gempa yang ditetapkan tidak berlaku untuk bangunan sebagai berikut :

a). Gedung dengan sistem struktur yang tidak umum atau masih memerlukan pembuktian tentang kelayakannya.

b). Gedung dengan sistem isolasi landasan (base isolation) untuk menahan pengaruh gempa terhadap struktur atas.

c). Bangunan teknik sipil seperti jembatan, bangunan air, dinding dan dermaga pelabuhan, anjungan lepas pantai dan bangunan non gedung lainnya.

d). Rumah tinggal satu tingkat dan bangunan gedung-gedung non teknis lainnya.

B. Daktilitas

Daktilitas (ductility) adalah perbandingan antara simpangan maksimum sebelum bahan runtuh dengan simpangan pada saat leleh awal. Bahan atau struktur yang bersifat elastis murni, biasanya dikatakan bahan getas, artinya jika


(6)

terjadi leleh bahan langsung patah, sedangkan untuk bahan yang bersifat

elasto-plastis, berarti bahan tersebut adalah liat atau disebut daktail. (Asroni, 2003).

C. Pembebanan Struktur

Pedoman perhitungan struktur beton di Indonesia, dicantumkan dalam Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002.

D. Beban Gempa

Dalam perencanaan struktur bangunan, beban gempa merupakan salah satu beban yang harus diperhitungkan, terutama untuk daerah rawan gempa. Pada perencanaan ini beban gempa dihitung dengan pedoman SNI 1726-2002.

BAB III LANDASAN TEORI

A. Perencanaan Struktur Atap Rangka Baja 1. Perencanaan gording

Beban-beban yang diperhitungkan pada gording meliputi beban mati (akibat berat sendiri gording dan beban penutup atap), beban hidup dan beban angin. Baja profil yang digunakan untuk gording adalah profil Canal. Tegangan yang terjadi harus lebih kecil dari tegangan ijin. Berdasarkan SNI 03-1729-2002, dikontrol terhadap tegangan dan lendutan. Di sini atap yang digunakan adalah jenis genteng.

2. Perencanaan kuda-kuda

Struktur atap pada perencanaan kuda-kuda, harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan berdasarkan Pasal 6.2.2 SNI 03-1729-2002.

3. Perencanaan sambungan

Kegagalan struktur secara keseluruhan dapat diakibatkan oleh kegagalan sambungan antar elemen-elemen di dalam struktur rangka. Perencanaan sambungan ini digunakan alat sambung moer baut, karena alat sambung ini mudah didapat di pasaran dan mudah dalam pelaksanaannya. Pada perencanaan sambungan batang kuda-kuda, digunakan sambungan tampang dua. Moer baut yang digunakan adalah baut hitam, yang terbuat dari baja karbon rendah A307 dengan kuat tarik fubaut= 410 MPa.


(7)

B. Perencanaan Struktur Plat Lantai dan Tangga 1. Perencanaan plat

Plat merupakan struktur bidang datar (tidak melengkung) yang jika ditinjau secara 3 dimensi mempunyai tebal yang jauh lebih kecil dari pada ukuran bidang plat. Untuk merencanakan plat beton bertulang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tapi juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan pada tepi yang menentukan jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan.

2. Perencanaan tangga beton bertulang

Tangga adalah bagian dari bangunan gedung yang berfungsi sebagai alat penghubung dari tingkatan-tingkatan lantai bangunan gedung tersebut. Tangga berfungsi sebagai penghubung lantai tingkat yang satu dengan lantai tingkat yang lain. Semakin datar suatu tangga akan semakin mudah untuk digunakan. Penentuan sudut kemiringan suatu tangga tergantung dari fungsi/keperluan tangga yang akan dibangun. Sebagai pedoman dapat diambil ketentuan sebagai berikut (Asroni, 2007):

1). Tangga mobil masuk garasi  max= 12,5atau 1: 8

2). Tangga di luar bangunan  max= 20atau 1: 5

3). Tangga gedung bangunan umum  max= 30- 35

4). Tangga curam (41º), untuk basement  max= 45

untuk menara/ tandon air  max= 75- 90

B. Perencanaan Balok Dengan Sistem Daktail Parsial 1. Perhitungan penulangan memanjang balok.

Hitungan tulangan memanjang balok dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut :

1a). Menghitung momen perlu MUbalok dengan memilih nilai yang paling besar

dari nilai MU.

1b). Menghitung jumlah tulangan.

2. Perhitungan momen rencana (Mr) balok

1). Menghitung luas tulangan tarik dan tekan (Asdan As’)

2). Menghitung nilai a


(8)

3. Perhitungan tulangan geser/begel balok

Pemasangan begel balok di daerah sendi plastis (sepanjang 2.h dari muka kolom) dibuat lebih rapat daripada di bagian tengah bentang (di luar 2.h).

D. Perencanaan Kolom Dengan Sistem Daktail Parsial 1. Perhitungan tulangan memanjang kolom

Hitungan tulangan memanjang kolom pada struktur dengan daktilitas parsial, dilaksanakan sebagai berikut :

1). Dihitung momen perlu Mu,kdan gaya normal /aksial perlu Nu,k

2). Dihitung luas tulangan memanjang kolom As,t

2. Perhitungan tulangan geser/begel kolom

Begel pada daerah sendi plastis dipasang lebih rapat dari pada bagian luarnya. Proses hitungan begel kolom dilaksanakan sebagai berikut :

1). Dihitung momen kapasitas kolom dengan membuat diagram interaksi kolom. 2). Dihitung gaya geser perlu kolom (Vu,k), dipilih yang terkecil.

3). Dihitung gaya geser yang ditahan begel (Vs,k)

4). Dihitung luas begel perlu (Av,u) untuk setiap 1 meter panjang kolom (S = 1000

mm), dipilih yang terbesar diantara Avdan Av,min

5). Dihitung jarak begel (s) dengan memilih begel n kaki menggunakan diameter tulangan polos dp = y.

E. Perencanaan Pondasi

Hitungan perencanaan pondasi dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut : 1). Perhitungan kekuatan tiang tunggal

2). Perhitungan jumlah tiang dan daya dukung kelompok tiang 3). Kontrol daya dukung maksimum tiang pancang

4). Kontrol tegangan geser dan penulangan poer pondasi

5. Perhitungan tulangan dan kontrol tegangan (beton dan baja) tiang 6. Perencanan sloof

BAB IV

METODE PERENCANAAN

Perencanaan gedung ini dilaksanakan dalam 6 (enam) tahap seperti terlihat dalam bagan alir pada Gambar IV.1, yaitu sebagai berikut :


(9)

Tahap III .

Dimensi balok cukup (?)

Dimensi kolom cukup (?)

Dimensi poer dan tiang pancang(?)

Tahap VI Tahap V Tahap IV

Tahap II Tahap I

Tidak

Tidak

Tidak

Mengumpulkan data dan tes sondir Desain gambar rencana Menghitung struktur atap Menghitung tulangan plat dan tangga

Analisa pembebanan Asumsi dimensi awal balok dan kolom

Beban mati Beban hidup Beban gempa

Asumsi dimensi poer dan tiang pancang

Membuat gambar detail Analisa mekanika Penentuan beban kombinasi

Penulangan balok

Penulangan kolom

Penulangan poer dan tiang pancang

Selesai

Mulai

Ya Ya


(10)

V. HASIL PERENCANAAN

Gambar V.1. Denah perencanaan

A. Perencanaan Struktur Atap

Perencanaan Struktur atap menggunakan penutup atap dari genteng dengan rangka atap dari baja. Berdasarkan hasil perhitungan digunakan gording profil baja lip kanal C150x75x20x4,5, dan rangka kuda-kuda baja menggunakan profil

siku 40.80.8, 40.60.7, 40.60.6. Alat sambung menggunakan baut ( = 1/2” dengan menggunakan plat kopel 4 mm dan plat buhul 10 mm. Rangka atap dapat dilihat seperti pada Gambar V.2.

a1

a2

a3

a4

a6 a5

a7

a8

b1 b2 b3 b4 b5

d1

d2 d3

d6 d5

d4

d7 d8

d14 d13 d12 d9

d10

d11 A

C

D

E G

H

I

J K L M N

O F

P

b6 v1

Gambar V. 2. Rangka kuda-kuda atap

LIFT LIFT

N

N

RESEPSIONIST

L A V A T O R I P a L A V A T O R I

P i

LOBBY UTAMA RESTAURANT

HALL / RUANG SEMINAR

L0C

KE

R

L0C

KE

R

L0C

KER

L0C

KE

R

L0C

KE

R

+ 0.00

HALL - 0.15 + 0.15


(11)

A. Perencanaan Plat

Perencanaan struktur plat lantai dapat dilihat pada Tabel V.1. Tabel V.1. Tulangan dan momen tersedia plat lantai.

Tipe plat Mu (KNm) Tulangan Pokok Tulangan Bagi Momen Tersedia

(KNm)

A

Mlx= 4,667

Mly= 4,667

Mtx= -2,678

Mty= -2,678

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-200 D8-200 13,185 11,420 13,185 11,420 B

Mlx= 6,273

Mly= 6,273

Mtx= -3,825

Mty= -3,825

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-200 D8-200 13,185 11,420 13,185 11,420 C

Mlx= 4,514

Mly= 4,514

Mtx= -2,754

Mty= -2,754

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420 D

Mlx= 5,891

Mly= 5,891

Mtx= -3,902

Mty= -3,902

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420 E

Mlx= 7,480

Mly= 7,480

Mtx= -5,168

Mty= -5,168

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420 F

Mlx= 6,800

Mly= 6,800

Mtx= -5,168

Mty= -5,168

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420 G

Mlx= 5,712

Mly= 5,712

Mtx= -5,032

Mty= -5,032

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420 H

Mlx= 5,168

Mly= 5,168

Mtx= -5,848

Mty= -5,848

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420 I

Mlx= 4,284

Mly= 4,284

Mtx= -2,831

Mty= -2,831

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420 J

Mlx= 4,361

Mly= 4,361

Mtx= -2,831

Mty= -2,831

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420 K

Mlx= 1,972

Mly= 1,972

Mtx= -1,224

Mty= -1,224

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 13,185 11,420 13,185 11,420


(12)

Mly= 1,904

Mtx=-1,258

Mty= -1,258

D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 11,420 13,185 11,420 M

Mlx= 0,311

Mly= 0,311

Mtx= -0,062

Mty= -0,182

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-200 D8-200 13,185 11,420 13,185 11,420 N

Mlx= 0,311

Mly= 0,311

Mtx= -0,062

Mty= -0,182

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-200 D8-200 13,185 11,420 13,185 11,420

( Sumber : Hasil hitungan )

B. Perencanaan Plat Dinding

Pada perencanaan plat dinding basement diberi kolom tambahan, khusus pada dinding basement dengan bentang 6 m. Sehingga ukuran dinding basement menjadi 2 m x 3,5 m.

Tabel V.2. Tulangan plat dinding basement dan momen tersedia

Type Daerah

Batang

Momen perlu ( kN-m )

Tulangan pokok Tulangan bagi Momen tersedia (kN-m) 1 Kiri Lapangan Kanan 12,66 29,03855--16,375

D12–220

D12-240 D12-170 D8-200 D8-200 D8-200 12,92 29,43 16,48

(Sumber : hasil hitungan)

C. Perencanaan lantai basement

Tabel V.3. Tulangan plat lantai basement dan momen tersedia yang terpakai

Type Plat Momen perlu (KN.m) Tulangan pokok

Tulangan bagi M.tersedia (KN.m)

P

Mlx(+)= 13,521

Mly (+)

= 9,658 Mtx(-)= 30,906

Mty(-)= 27,041

D12–180 mm D12–180 mm D12–180 mm D12–180 mm

D8–130 mm D8–130 mm

32,98 30,63 32,98 30,63

Q

Mlx(+)= 11,126

Mly(+)= 5,254

Mtx(-)= 23,488

Mty (-)

= 17,616

D12–160 mm D12–160 mm D12–160 mm D12–160 mm

D8–130 mm D8–130 mm

32,98 30,63 32,98 30,63


(13)

R

Mlx (+)

= 9,581 Mly(+)= 5,872

Mtx(-)= 21,325

Mty(-)= 17,616

D12–160 mm D12–160 mm D12–160 mm D12–160 mm

D8–130 mm D8–130 mm

32,98 30,63 32,98 30,63

C

Mlx(+) = 6,490 Mly(+) = 6,490 Mtx(-) = 16,071 Mty(-) = 16,071

D12–160 mm D12–160 mm D12–160 mm D12–160 mm

D8–130 mm D8–130 mm

32,98 30,63 32,98 30,63

D. Perencanaan Tangga

Pada perencanaan ini tangga yang digunakan tiap lantai sama. Dalam analisa perhitungan, tangga dibagi menjadi 2 bagian. Sebagai contoh hasil perencanan yaitu pada tangga bagian bawah dengan denah yang dapat dilihat pada gambar V. 3. dan pada Tabel V.2, dengan injakan 31 cm dan tanjakan 16 cm.

Perencanaan anak tangga, dilakukan dengan menghitung tinggi papan tanjakan (T) dan papan injakan (I) sebagai berikut :

Tabel V.4 Penulangan tangga bagian bawah.

Batang Daerah

Batang

Momen perlu ( kN-m )

Tulangan pokok

Tulangan bagi

Momen tersedia (kN-m)

1

Kiri Lapangan Kanan

-24,068 12,04 -16,72

D12-110 D12-230 D12-160

D8-200 D8-200 D8-200

24,62 12,385 17,452 a. Tangga bagian atas

1

2

a. Tangga bagian bawah Gambar V.3. Perencanaan tangga basement, lantai 1,2,3,dan 4.

1

2


(14)

2 Kiri Lapangan Kanan -16,72 -6,336 0,000 D12-160 D12-240 D12-240 D8-200 D8-200 D8-200 17,452 11,89 11,89 ( Sumber : Hasil hitungan )

E. Perencanaan Struktur Balok

Hasil perhitungan perencanaan balok dapat dilihat pada Gambar V. 4

Perencanaan Struktur Kolom

Hasil perhitungan perencanaan kolom dapat dilihat pada Gambar V.5. Gambar V.4a. Hasil perencanaan tulangan balok portal as-7

Gambar V.4b. Hasil perencanaan tulangan balok portal as-7

D16-120 D19-90 2dp6-120 4D19 D16-120 D19-90 2dp10-260 I I II II 4D22 4D22

lo = 0,60 m

16D25

16D25

2dp10-100

16D25

DETAIL POT. I - I DETAIL POT. II - II

Gambar V.5. Hasil perencanaan tulangan kolom portal as-7

4D22 4D22 2dp10-130 2D12 3D22 3D22 2dp10-260 2D12

DETAIL POT. C - C DETAIL POT. B - B

4D22 3D22 2dp10-130 2D12 3D22 3D22 2dp10-260 2D12

DETAIL POT. B - B

4D22

4D22 2dp10-130 2D12

DETAIL POT. C - C DETAIL POT. A - A

II II

16D25

II II

2dp10-130 2dp10-260 2dp10-130

C C 4D22 4D22 C C 4D22 4D22 3D22 3D22B B 2dp10-130 C C 4D22 4D22

II II II II

4D22 4D22 C

C

2dp10-130 2dp10-260 2dp10-130

A A 3D22 4D22 3D22 3D22B B 3D22 3D22 D D 3D22 3D22D D 2dp10-130


(15)

F. Perencanaan Struktur Pondasi

Hasil perhitungan perencanaan pondasi dapat dilihat pada Gambar V. 6.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung perhotelan empat lantai dan 1 basement dengan prinsip daktail parsial di daerah Pacitan tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati, beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika strukturnya menggunakan program bantu hitung SAP 2000 v. 8 nonlinear. Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut :

1). Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil 40.40.5, dan 35.35.4

Gambar V. 6. Penulangan pondasi tiang pancang.

2dp10-100 16D25

D16-120

D19-90

2dp6-120 4D19

PONDASI TIANG PANCANG

2dp10-260 2dp10-260

D16-120

D19-90

3D19 3D19

Penulangan plat poer D19-90

D16-120

D19-90 D16-120

D19-90

D

1

9

-9

0

D16 -120

D

1

6

-1

2

0

4D16 2dp6-120


(16)

2). Struktur plat meliputi ;

a). Ketebalan plat lantai (1,2,3,4,) 12 cm dengan tulangan pokok D12 dan tulangan bagi dp 8.

b). Ketebalan plat dinding basement tebal 12 cm dengan tulangan pokok D12 dan tulangan bagi dp 8.

c). Ketebalan plat lantai basement tebal 20 cm, dengan tulangan pokok D12, dan tulangan bagi dp 8.

3). Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade 16 cm dan antrade 30 cm. Untuk plat tangga digunakan tebal 12 cm dengan tulangan pokok D12 dan tulangan bagi dp 8, sedangkan untuk plat bordes digunakan tebal 12 cm dengan tulangan pokok D12 dan tulangan bagi dp 8. 4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi :

a). Balok induk dengan dimensi 400/600 mm dengan tulangan pokok D22 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

b). Kolom dengan dimensi kolom 600/600 mm dan 500/500 mm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan dipancang sampai tanah keras meliputi :

a). Plat poer pondasi menggunakan ukuran (2,5 x 2,5) m2 setebal 90 cm dengan tulangan D19 dan jarak 90 mm.

b). Kelompok tiang pancang berjumlah 4 tiang dengan dimensi tiang pancang 250/250 dengan Tulangan pokok 4D1 dengan begel 2dp6-120.

B. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor keamanan/keselamatan dan faktor ekonomis dalam perencanaan gedung merupakan hal yang sangat perlu dipertimbangkan, sehingga pemilihan tingkat daktilitas menjadi pertimbangan yang sangat penting.

2. Letak bangunan yang direncanakan harus diperhatikan, karena akan berpengaruh pada beban horisontal/beban gempa yang bekerja.


(17)

3. Asumsi-asumsi yang digunakan perlu diperhatikan berdasarkan ketetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) terbaru sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam mencari gaya dalamnya dan mampu menerapkan aturan terbaru.

4. Setiap gedung memiliki permasalahan yang berbeda-beda sehingga diharapkan bagi para perencana agar dapat memahami prinsip-prinsip dasar dari perhitungan konstruksi, analisis struktur dan pondasi.

5. Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 atau yang lainnya hendaknya diperhatikan ketelitian dalam memasukkan data (input) karena akan berpengaruh terhadap keluaran data (output).


(1)

Mly= 1,904

Mtx=-1,258

Mty= -1,258

D12-240 D12-240 D12-240 -D8-220 D8-220 11,420 13,185 11,420 M

Mlx= 0,311

Mly= 0,311

Mtx= -0,062

Mty= -0,182

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-200 D8-200 13,185 11,420 13,185 11,420 N

Mlx= 0,311

Mly= 0,311

Mtx= -0,062

Mty= -0,182

D12-240 D12-240 D12-240 D12-240 -D8-200 D8-200 13,185 11,420 13,185 11,420

( Sumber : Hasil hitungan )

B. Perencanaan Plat Dinding

Pada perencanaan plat dinding basement diberi kolom tambahan, khusus pada dinding basement dengan bentang 6 m. Sehingga ukuran dinding basement menjadi 2 m x 3,5 m.

Tabel V.2. Tulangan plat dinding basement dan momen tersedia

Type Daerah

Batang

Momen perlu ( kN-m )

Tulangan pokok Tulangan bagi Momen tersedia (kN-m) 1 Kiri Lapangan Kanan 12,66 29,03855--16,375

D12–220

D12-240 D12-170 D8-200 D8-200 D8-200 12,92 29,43 16,48 (Sumber : hasil hitungan)

C. Perencanaan lantai basement

Tabel V.3. Tulangan plat lantai basement dan momen tersedia yang terpakai

Type Plat Momen perlu (KN.m) Tulangan pokok

Tulangan bagi M.tersedia

(KN.m)

P

Mlx(+)= 13,521

Mly

(+) = 9,658

Mtx(-)= 30,906

Mty(-)= 27,041

D12–180 mm

D12–180 mm

D12–180 mm

D12–180 mm

D8–130 mm

D8–130 mm

32,98 30,63 32,98 30,63

Q

Mlx(+)= 11,126

Mly(+)= 5,254

Mtx(-)= 23,488

Mty

(-)

= 17,616

D12–160 mm

D12–160 mm

D12–160 mm

D12–160 mm

D8–130 mm

D8–130 mm

32,98 30,63 32,98 30,63


(2)

R

Mlx

(+) = 9,581

Mly(+)= 5,872

Mtx(-)= 21,325

Mty(-)= 17,616

D12–160 mm

D12–160 mm

D12–160 mm

D12–160 mm

D8–130 mm

D8–130 mm

32,98 30,63 32,98 30,63

C

Mlx(+) = 6,490 Mly(+) = 6,490 Mtx(-) = 16,071 Mty(-) = 16,071

D12–160 mm

D12–160 mm

D12–160 mm

D12–160 mm

D8–130 mm

D8–130 mm

32,98 30,63 32,98 30,63

D. Perencanaan Tangga

Pada perencanaan ini tangga yang digunakan tiap lantai sama. Dalam analisa perhitungan, tangga dibagi menjadi 2 bagian. Sebagai contoh hasil perencanan yaitu pada tangga bagian bawah dengan denah yang dapat dilihat pada gambar V. 3. dan pada Tabel V.2, dengan injakan 31 cm dan tanjakan 16 cm.

Perencanaan anak tangga, dilakukan dengan menghitung tinggi papan tanjakan (T) dan papan injakan (I) sebagai berikut :

Tabel V.4 Penulangan tangga bagian bawah.

Batang Daerah

Batang

Momen perlu ( kN-m )

Tulangan pokok

Tulangan bagi

Momen tersedia (kN-m)

1

Kiri Lapangan Kanan

-24,068 12,04 -16,72

D12-110 D12-230 D12-160

D8-200 D8-200 D8-200

24,62 12,385 17,452

a. Tangga bagian atas

1

2

a. Tangga bagian bawah Gambar V.3. Perencanaan tangga basement, lantai 1,2,3,dan 4.

1

2


(3)

2 Kiri Lapangan Kanan -16,72 -6,336 0,000 D12-160 D12-240 D12-240 D8-200 D8-200 D8-200 17,452 11,89 11,89

( Sumber : Hasil hitungan )

E. Perencanaan Struktur Balok

Hasil perhitungan perencanaan balok dapat dilihat pada Gambar V. 4

Perencanaan Struktur Kolom

Hasil perhitungan perencanaan kolom dapat dilihat pada Gambar V.5. Gambar V.4a. Hasil perencanaan tulangan balok portal as-7

Gambar V.4b. Hasil perencanaan tulangan balok portal as-7

D16-120 D19-90 2dp6-120 4D19 D16-120 D19-90 2dp10-260 I I II II 4D22 4D22

lo = 0,60 m

16D25

16D25

2dp10-100

16D25

DETAIL POT. I - I DETAIL POT. II - II

Gambar V.5. Hasil perencanaan tulangan kolom portal as-7

4D22 4D22 2dp10-130 2D12 3D22 3D22 2dp10-260 2D12

DETAIL POT. C - C DETAIL POT. B - B

4D22 3D22 2dp10-130 2D12 3D22 3D22 2dp10-260 2D12

DETAIL POT. B - B

4D22

4D22 2dp10-130 2D12

DETAIL POT. C - C DETAIL POT. A - A

II II

16D25 II II 2dp10-130 2dp10-260 2dp10-130

C C 4D22 4D22 C C 4D22 4D22 3D22 3D22B B 2dp10-130 C C 4D22 4D22

II II II II

4D22 4D22 C

C

2dp10-130 2dp10-260 2dp10-130

A A 3D22 4D22 3D22 3D22B B 3D22 3D22 D D 3D22 3D22D D 2dp10-130


(4)

F. Perencanaan Struktur Pondasi

Hasil perhitungan perencanaan pondasi dapat dilihat pada Gambar V. 6.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis perhitungan perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung perhotelan empat lantai dan 1 basement dengan prinsip daktail parsial di daerah Pacitan tinjauan 3 dimensi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perencanaan struktur beton bertulang ini direncanakan aman terhadap beban mati, beban hidup dan beban gempa rencana. Distribusi beban geser/gempa menggunakan analisis statik ekivalen sedangkan perhitungan analisis mekanika strukturnya menggunakan program bantu hitung SAP 2000 v. 8 nonlinear. Dari hasil analisis didapat hasil sebagai berikut :

1). Struktur atap menggunakan kuda-kuda rangka baja profil 40.40.5, dan

35.35.4

Gambar V. 6. Penulangan pondasi tiang pancang.

2dp10-100 16D25

D16-120

D19-90

2dp6-120 4D19

PONDASI TIANG PANCANG

2dp10-260 2dp10-260

D16-120

D19-90

3D19 3D19

Penulangan plat poer

D19-90

D16-120 D19-90 D16-120

D19-90

D

1

9

-9

0

D16 -120

D

1

6

-1

2

0

4D16 2dp6-120


(5)

2). Struktur plat meliputi ;

a). Ketebalan plat lantai (1,2,3,4,) 12 cm dengan tulangan pokok D12 dan tulangan bagi dp 8.

b). Ketebalan plat dinding basement tebal 12 cm dengan tulangan pokok D12 dan tulangan bagi dp 8.

c). Ketebalan plat lantai basement tebal 20 cm, dengan tulangan pokok D12, dan tulangan bagi dp 8.

3). Struktur tangga digunakan bentuk K dengan hasil perencanaan optrade 16 cm dan antrade 30 cm. Untuk plat tangga digunakan tebal 12 cm dengan tulangan pokok D12 dan tulangan bagi dp 8, sedangkan untuk plat bordes digunakan tebal 12 cm dengan tulangan pokok D12 dan tulangan bagi dp 8. 4). Struktur portal gedung beton bertulang meliputi :

a). Balok induk dengan dimensi 400/600 mm dengan tulangan pokok D22 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

b). Kolom dengan dimensi kolom 600/600 mm dan 500/500 mm dengan tulangan pokok D25 dan tulangan geser menggunakan 2dp10.

5). Struktur pondasi menggunakan pondasi tiang pancang beton bertulang dan dipancang sampai tanah keras meliputi :

a). Plat poer pondasi menggunakan ukuran (2,5 x 2,5) m2 setebal 90 cm dengan tulangan D19 dan jarak 90 mm.

b). Kelompok tiang pancang berjumlah 4 tiang dengan dimensi tiang pancang 250/250 dengan Tulangan pokok 4D1 dengan begel 2dp6-120.

B. Saran

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan struktur beton bertulang untuk gedung bertingkat pada umumnya dan secara khusus pada Tugas Akhir ini penulis mencoba memberikan saran diantaranya sebagai berikut :

1. Faktor keamanan/keselamatan dan faktor ekonomis dalam perencanaan gedung merupakan hal yang sangat perlu dipertimbangkan, sehingga pemilihan tingkat daktilitas menjadi pertimbangan yang sangat penting.

2. Letak bangunan yang direncanakan harus diperhatikan, karena akan berpengaruh pada beban horisontal/beban gempa yang bekerja.


(6)

3. Asumsi-asumsi yang digunakan perlu diperhatikan berdasarkan ketetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) terbaru sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan dalam mencari gaya dalamnya dan mampu menerapkan aturan terbaru.

4. Setiap gedung memiliki permasalahan yang berbeda-beda sehingga diharapkan bagi para perencana agar dapat memahami prinsip-prinsip dasar dari perhitungan konstruksi, analisis struktur dan pondasi.

5. Jika dalam perencanaan menggunakan program bantu hitung untuk perhitungan analisa mekanika struktur seperti SAP 2000 atau yang lainnya hendaknya diperhatikan ketelitian dalam memasukkan data (input) karena akan berpengaruh terhadap keluaran data (output).


Dokumen yang terkait

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI + 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Hotel 4 Lantai + 1 Basement Dengan Prinsip Daktail Parsial Di Surakarta.

0 1 26

PERENCANAAN GEDUNG PERHOTELAN EMPAT LANTAIDAN SATU BASEMENT DI PACITAN DENGAN PRINSIP Perencanaan Gedung Perhotelan Empat Lantai Dan Satu Basement Di Pacitan Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 25

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 0 25

PERENCANAAN GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Perkuliahan Empat Lantai Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 19

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERKULIAHAN EMPAT LANTAI 1 BASEMENT DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA.

0 1 4

PERENCANAAN GEDUNG SWALAYAN EMPAT LANTAI DENGAN BASEMENT DI SUKOHARJO DENGAN PRINSIP DAKTAIL PENUH.

0 0 3

PERENCANAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN EMPAT LANTAI DENGAN SATU BASEMENT PERENCANAAN GEDUNG PUSAT PERBELANJAAN EMPAT LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI YOGYAKARTA (Menggunakan Prinsip Daktilitas Tingkat 3).

0 0 20

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATASEMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTADENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Atas Empat Lantai Dan Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 1 21

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATASEMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA Perencanaan Gedung Sekolah Menengah Atas Empat Lantai Dan Satu Basement Di Surakarta Dengan Prinsip Daktail Parsial.

0 0 14

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH 4 LANTAI( 1 BASEMENT ) DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Perencanaan Gedung Sekolah 4 Lantai ( 1 Basement ) Dengan Prinsip Daktail Parsial Di Sukoharjo.

0 0 24