PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
PADA ERA GLOBALISASI
Paningkat Siburian
Abstrak
Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu model pengelolaan sekolah yang
memberdayakan semua pihak pemangku kepentingan dalam proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen Berbasis Sekolah memberikan
wewenang pengambilan keputusan bagi sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi progam pendidikannya dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan
dengan sekolah guna memenuhi kebutuhan sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan
masyarakatnya. Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil
keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, di mana kepala
sekolah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, dan tokoh masyarakat didorong untuk
terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dibutuhkan bagi
pencapaian tujuan sekolah. Pengambilan keputusan partisipatif adalah model pengambilan
keputusan yang harus dilakukan dalam Manajemen Berbasis Sekolah, karena merupakan
inti dan faktor penentu bagi keberhasilan program pendidikan, dan dilakukan dengan
melibatkan stakeholders yang terwadahi dalam Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
Kata kunci: Manajemen, keputusan, dan partisipatif.
PENDAHULUAN
Sejalan
dengan
pelaksanaan
sepanjang
hayat;
(3)
memberikan
otonomi daerah dilakukan reorientasi
keteladanan, membangun kemauan; (4)
penyelenggaraan
mengembangkan
pendidikan
melalui
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
didik;
(School
membaca,
Based
Management)
pada
(5)
kreativitas
peserta
mengembangkan
budaya
menulis,
pendidikan anak usia dini, pendidikan
memberdayakan
dasar,
masyarakat;
dan
pendidikan
menengah.
berhitung,
seluruh
(6)
dan
komponen
pemerataan
dan
Adapun tujuan otonomi daerah di bidang
keadilan; (7) meningkatkan kesejahteraan
pendidikan `adalah: (1) meningkatkan
pendidik dan tenaga kependidikan; (8)
pelayanan pendidikan yang lebih dekat,
akuntabilitas publik; (9) transparansi;
cepat, mudah , dan murah sesuai
(10) memperkuat integritas; dan (11)
kebutuhan masyarakat; (2) pembudayaan
meningkatkan
dan
pemberdayaan
peserta
daya
saing
di
era
didik
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
globalisasi
(Husaini
Usman,
2008:
572).
Sekolah
yang
kemandirian,
Penerapan Manajemen Berbasis
partispasi,
ditunjukkan
keterbukaan,
dan
dengan
kemitraan,
akuntabilitas
Sekolah (MBS) merupakan bagian dari
perencanaan,
pelaksanaan otonomi daerah di bidang
kurikulum tingkat satuan pendidikan,
pendidikan
dapat
kegiatan pembelajaran, pendayagunaan
meningkatkan mutu pendidikan. Hal
tenaga kependidikan, penilaian kemajuan
tersebut dilakukan sesuai dengan UU
belajar,
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
prasarana, dan pengawasan. Manajemen
Pendidikan Nasional yang menetapkan
Berbasis
manajemen berbasis sekolah (School
merupakan sistem manajemen di mana
Based Management) sebagai prinsip
sekolah merupakan unit pengambilan
utama yang harus dipegang teguh dalam
keputusan
pengelolaan semua satuan pendidikan.
penyelenggaraan
yang
Faktor
diharapkan
manajemen
menjadi
program,
dalam
pengelolaan
Sekolah
penyusunan
sarana
pada
penting
pendidikan
mandiri, sehingga
keputusannya
menurut Juran bahwa 85 % masalah
meningkatkan mutu lulusan.
Sehubungan dengan itu, dalam
PP
Akan
dasarnya
tentang
secara
diharapkan setiap
penentu dalam usaha pendidikan, karena
mutu disebabkan oleh manajemennya.
dan
tepat
tetapi
dalam
dapat
rangka
diketahui
bahwa penerapan Manajemen Berbasis
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Sekolah
Nasional Pendidikan ditetapkan standar
pendidikan belum memberikan hasil
pengelolaan pendidikan adalah standar
yang maksimal, yang mana salah satu
nasional
berkaitan
faktor penyebabnya adalah kebingungan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
dan keraguan pemangku kepentingan
pengawasan kegiatan pendidikan pada
dalam pengambilan keputusan (M. Ihsan
tingkat satuan pendidikan, kabupaten
Dachofany dan Evi Yuzana, 2009: 6).
/kota,
Oleh
tercapai
pendidikan
provinsi,
yang
atau
efisiensi
nasional
dan
penyelenggaraan
Pengelolaan
menerapkan
satuan
Manajemen
agar
pada
karena
beberapa
itu,
dalam
lembaga
rangka
efektivitas
meningkatkan mutu perlu dilakukan
pendidikan.
kajian tentang pengambilan keputusan
pendidikan
dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Berbasis
pada era globalisasi.
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
PEMBAHASAN
Hakikat Manajemen Berbasis Sekolah
Pada
hakikatnya,
manajemen
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan
pendidikan adalah proses perencanaan,
untuk memberdayakan sumber daya
pengorganisasian,
dan
sekolah, terutama sumber daya manusia
pengendalian sumber daya pendidikan
(kepala sekolah, guru, karyawan, siswa,
untuk mencapai tujuan pendidikan secara
orang
efektif dan efisien. Manajemen Berbasis
sekitarnya)
Sekolah adalah suatu model pengelolaan
kewenangan,
sekolah yang memberdayakan semua
memecahkan persoalan yang dihadapi
pihak pemangku kepentingan dalam
oleh sekolah dalam rangka meningkatkan
proses perencanaan, pengorganisasian,
mutu pendidikan. Karakteristik dasar
pengarahan, dan pengendalian sumber
Manajemen Berbasis Sekolah adalah
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pemberian otonomi yang luas kepada
pendidikan secara efektif dan efisien.
sekolah,
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
orangtua peserta didik yang tinggi,
terjemahan
Based
kepemimpinan sekolah yang profesional,
Management adalah suatu pendekatan
dan tim kerja yang profesional (E.
yang bertujuan untuk merancang kembali
Mulyasa,
pengelolaan sekolah dengan memberikan
Manajemen Berbasis Sekolah dinyatakan
kekuasaan kepada kepala sekolah dan
memiliki karakteristik yang sama dengan
meningkatkan
sekolah
pengarahan,
dari
School
partisipasi
masyarakat
tua
siswa,
dan
masyarakat
melalui
dan
fleksibilitas
partispasi
2009:
yang
pemberian
masyarakat
36).
efektif,
untuk
dan
Selanjutnya,
yaitu:
(1)
dalam upaya peningkatan kinerja sekolah
manajemen
(Nanang Fatah dan H.Mohammad Ali,
kepemimpinan sekolah yang kuat dalam
2007: 1.5). Manajemen Berbasis Sekolah
arti profesi; (2) proses belajar mengajar
merupakan suatu model pengelolaan
yang bermutu; (3) sumber daya manusia
sekolah yang ditandai dengan adanya
yang
otonomi luas di tingkat sekolah, dan
administrasi sekolah yang didukung oleh
partisipasi yang tinggi dari masyarakat
anggaran yang mengacu pada pencapaian
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
visi dan misi (Syaifui Sagala, 2006: 136).
evaluasi
program
berkualitas
organisasi
baik;
dan
dan
(4)
pendidikan.
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
Dalam pelaksanaan Manajemen
pembuatan
keputusan
program
Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah
pendidikan dan kurikulum; dan (8)
merupakan
ketahanan (Husaini Usman, 2008: 574).
orang
kunci
yang
bertanggung jawab untuk megelola dan
Penerapan Manajemen Berbasis
memberdayakan sumber daya manusia
Sekolah pada suatu lembaga pendidikan
dan sumber daya instrumental untuk
ditunjukkan
keberhasilan pencapaian visi, misi, dan
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
tujuan sekolah. Sehubungan dengan itu,
akuntabilitas
ada
program, penyusunan kurikulum tingkat
beberapa
diperhatikan
prinsip
yang
dalam
perlu
melaksanakan
satuan
dengan
kemandirian,
dalam
perencanaan
pendidikan,
kegiatan
Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu: (1)
pembelajaran yang efektif, pengelolaan
komitmen
semua
sarana dan prasarana, pendayagunaan
pelanggan sekolah untuk ber-MBS; (2)
tenaga kependidikan, penilaian kemajuan
kesiapan warga sekolah secara fisik dan
hasil belajar, dan pengawasan.
yang
kuat
dari
mental untuk ber-MBS; (3) kelembagaan
bagi
pendidikan
keterlibatan
yang
semua
efektif;
diketahui bahwa Manajemen Berbasis
dalam
Sekolah
adalah
mendidik anak; (5) keputusan sekolah
sekolah
yang memberdayakan semua
yang dibuat oleh pihak yang benar-benar
pihak pemangku kepentingan dalam
mengerti
(6)
proses perencanaan, pengorganisasian,
pengambilan
pengarahan, dan pengendalian sumber
tentang
kemandirian
keputusan
pihak
(4)
Berdasarkan uraian di atas dapat
pendidikan;
dalam
pengalokasian
dana;
(7)
kesadaran guru untuk membantu dalam
sistem
pengelolaan
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Hakikat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah
pilihan diantara dua alternatif atau lebih
penentuan sebuah pilihan dari beberapa
(Stephen
P.Robbins,
pilihan yang dapat digunakan untuk
Pengambilam keputusan didefinisikan
menyelesaikan masalah atau mencapai
secara
suatu tujuan. Sehubungan dengan itu
alternatif (Fred Luthans, 2006: 406).
dijelaskan bahwa pengambilan keputusan
Selain
merupakan suatu kegiatan menentukan
didefinisiksn sebagai rangkaian kegiatan
universal
itu,
2002:
sebagai
pengambilan
89-90).
pemilihan
keputusan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
yang berhubungan dengan pemecahan
yang
masalah (Kreitner dan Knicki, 1989:
keputusan; (2) aktivitas desain untuk
487). Definisi di atas menjelaskan bahwa
penemuan, pengembangan, dan analisis
pengambilan
masalah; dan (3) aktivitas memilih untuk
keputusan
serangkaian
kegiatan
merupakan
yang
dipilih
sebagai penyelesaian suatu masalah.
Secara
rinci
pengambilan
dikemukakan
keputusan
pengambilan
menentukan pilihan terbaik dari pilihan
yang tersedia (Fred Luthans, 2006: 406).
bahwa
merupakan
memerlukan
Ada
beberapa
asumsi
model
pengambilan keputusan rasional, yaitu:
penentuan serangkaian kegiatan untuk
(1)
mencapai hasil yang diinginkan (T. Hani
diketahui; (3) preferensi yang jelas; (4)
Handoko, 2003: 130).
preferensi yang konstan; (5) tidak ada
kejelasan
masalah;
(2)
pilihan
Ada tiga model pengambilan
kendala waktu dan biaya; dan (6) hasil
keputusan, yaitu: (1) model pengambilan
maksimal (Stephen P. Robbins, 2002:
keputusan
91-92). Hal tersebut berarti bahwa model
rasional;
(2)
model
pengambilan keputusan optimasi, dan (3)
pengambilan
model
sebaiknya digunakan jika pengambil
pengambilan
pemuasan.
Model
keputusan
pengambilan
keputusan
keputusan
memiliki
rasional
informasi
yang
keputusan rasional membuat pilihan yang
lengkap
konsisten dan memaksimalkan proses
keputusan, dapat mengidentifikasi semua
dan
model
kriteria yang relevan , dapat meranking
pengambilan keputusan rasional adalah
kriteria dan alternatif berdasarkan tingkat
sebagai
mendefinisikan
pentingnya, kriteria suatu keputusan
masalah; (2) mengidentifikasi kriteria
tertentu adalah konstan dan bobot yang
keputusan; (3) menimbang kriteria; (4)
diberikaan padanya stabil sepanjang
menghasilkan
(5)
waktu, tidak ada kendala waktu dan
mengevaluasi alternatif-alternatif; dan (6)
biaya, dan dapat memilih alternatif yang
memilih alternatif terbaik (Robbins dan
memberikan hasil yang terbaik. Jadi,
Judge, 2009: 182). Herbert A. Simon
model pengambilan keputusan yang akan
dalam Fred Luthans mengemukakan tiga
digunakan tergantung pada sifat masalah,
tahap utama dalam proses pengambilan
tersedianya
waktu
keputusan, yaitu: (1) aktivitas inteligensi
pengetahuan,
dan
hasil.
Langkah-langkah
berikut:
(1)
alternatif;
berkenaan
dengan
dan
keterampilan
situasi
biaya,
dari
untuk penelusuran kondisi lingkungan
pengambil keputusan. Sesuai dengan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
hakikat Manajemen Berbasis Sekolah
Berdasarkan uraian di atas dapat
sebagai sistem pengelolaan sekolah yang
diketahui bahwa pengambilan keputusan
ditandai dengan adanya otonomi luas di
adalah
tingkat sekolah, partisipasi masyarakat
sebuah pilihan dari beberapa
yang tinggi dalam kerangka kebijakan
yang
pendidikan
nasional,
menyelesaikan masalah atau mencapai
pengambilan
keputusanya
melibatkan
semua
sehingga
dituntut
pihak
suatu
dapat
kegiatan
menentukan
digunakam
pilihan
untuk
suatu tujuan.
pemangku
kepentingan.
Hubungan Pengambilan Keputusan dengan Manajemen Berbasis Sekolah
Pengambilan keputusan adalah
salah
satu
faktor
dalam
keputusan melalui penciptaan lingkungan
Berbasis
yang terbuka dan demokratik, di mana
Sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah
kepala sekolah, guru, siswa, karyawan,
memberikan
orang tua siswa, dan tokoh masyarakat
implementasi
keputusan
penentu
adalah suatu cara untuk mengambil
Manajemen
wewenang pengambilan
bagi
sekolah
dalam
didorong untuk terlibat secara langsung
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
dalam proses pengambilan keputusan
progam
dengan
yang dibutuhkan bagi pencapaian tujuan
yang
sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan
berkepentingan dengan sekolah guna
bahwa jika seseorang dilibatkan (turut
memenuhi kebutuhan sesuai dengan
bepartisipasi)
kondisi
keputusan, maka yang bersangkutan akan
pendidikannya
melibatkan
semua
dan
masyarakatnya.
pihak
tuntutan
lingkungan
Dalam
pelaksanaan
merasa
ikut
dalam
pengambilan
memiliki
keputusan
Manajemen
Berbasis
Sekolah,
tersebut, sehingga yang bersangkutan
pengambilan
keputusan
dilakukan
akan bertanggungjawab dan berdedikasi
dengan melibatkan semua pemangku
sepenuhnya
kepentingan secara partisipatif untuk
keputusan guna mencapai tujuan sekolah.
bermusyawarah,
Meskipun demikian,
sehingga
keputusan
dalam
pelaksanaan
pelibatan warga
yang diambil akan diterima oleh semua
sekolah dalam pengambilan keputusan
pihak (Moherman dan Wohistetter, 1994:
harus
279). Pengambilan keputusan partisipatif
yurisdiksi,
mempertimbangkan
dan
relevansinya
keahlian,
dengan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
tujuan pengambilan keputusan sekolah.
terhadap
Sehubungan dengan itu dijelaskan bahwa
kepentingan sekolah dapat meningkat;
pengambilan
dan (3) kinerja sekolah meningkat.
keputusan
partisipatif
semua
pihak
pemangku
dilakukan kepala sekolah sebagai strategi
Sehubungan
untuk meningkatkan efektivitas kendali
keputusan partisipatif, ada empat faktor
(Chapman, 1990: 254). Kepala sekolah
yang
adalah orang kunci dalam pengambilan
melibatkan pihak kelompok kepentingan,
keputusan yang akan memberhasilkan
yaitu: relevansi, kompetensi, yurisdiksi,
implementasi
dan kompatibilitas tujuan. Secara khusus
Manajemen
Berbasis
Sekolah.
dengan
perlu
pengambilan
diperhatikan
dalam
dapat dikemukakan bahwa pengambilan
Dalam menerapkan pengambilan
keputusan
partisipatif,
bidang
akademik
dapat
tiga
dilakukan melalui rapat Dewan pendidik
pertanyaan yang harus dijawab oleh
yang dipimpin oleh kepala sekolah,
kepala sekolah sebelumnya, yaitu: (1)
sedangkan
apakah
jika
bidang non akademik dilakukan melalui
melibatkan
rapat komite sekolah yang dihadiri oleh
cocok
pengambilan
dan
ada
keputusan
produktif
keputusan
kelompok-kelompok kepentingan?
bagian
yang
pengambilan
melibatkan
mana
dari
keputusan
yang
pengambilan
keputusan
(2)
kepala sekolah. Pengambilan keputusan
proses
dalam rapat dewan pendidik dan komite
perlu
sekolah dilaksanakan atas dasar prinsip
kelompok-kelompok
musyawarah
dan
mufakat
yang
peningkatan
mutu
kepentingan? dan (3) cara yang mana
berorientasi
yang paling efektif untuk melibatkan
satuan pendidikan. Jadi, pada intinya
kelompok kepentingan
pengambilan
pengambilan
implementasi
dalam proses
keputusan
Manajemen
?
pada
keputusan
dalam
Melalui
Manajemen
Berbasis
dilakukan dengan melibatkan pihak-
Berbasis
Sekolah
harus
Sekolah diharapkan hal berikut : (1)
pihak
fleksibilitas
(stakeholders) yang terwadahi dalam
pengambilan
keputusan
sekolah akan tumbuh dan berkembang
dengan subur, sehingga dapat dibuat
pemangku
kepentingan
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat
keputusan yang tepat dalam memenuhi
disimpulkan
kebutuhan
keputusan dalam Manajemen Berbasis
sekolah;
(2)
bahwa
pengambilan
akuntabilitas/pertanggunggugatan
Sekolah merupakan faktor penentu bagi
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
keberhasilan program pendidikan, dan
(stakeholders) yang terwadahi dalam
dilakukan
dengan melibatkan pihak-
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
pihak
pemangku
kepentingan
PENUTUP
Manajemen
Berbasis
Sekolah
Pengambilan keputusan di bidang
adalah suatu model pengelolaan sekolah
pendidikan merupakan suatu kegiatan
yang
memberdayakan
semua
pihak
menentukan
pemangku kepentingan dalam
proses
beberapa pilihan yang dapat digunakan
perencanaan,
pengorganisasian,
untuk
sebuah
pilihan
menyelesaikan
dari
masalah
pengarahan, dan pengendalian sumber
pendidikan
atau
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Sesuai
pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
sistem pengelolaan sekolah yang ditandai
wujud
pendidikan
dengan adanya otonomi luas di tingkat
bertujuan untuk mengadakan perubahan
sekolah, partisipasi masyarakat yang
dari kondisi yang kurang baik menuju
tinggi
kondisi
dengan
pendidikan nasional, maka pengambilan
memberikan wewenang kepada sekolah
keputusanya dituntut melibatkan semua
untuk memberdayakan dirinya, sehingga
pihak
mampu
Pengambilan
dari
reformasi
yang
lebih
secara
baik
mandiri
menggali,
dalam
mencapai
tujuan
dengan
hakikat
kerangka
pemangku
kebijakan
kepentingan.
keputusan
dalam
mengalokasikan, menentukan prioritas,
pelaksanaan
memanfaatkan,
dan
Sekolah dilakukan dengan melibatkan
setiap
semua pemangku kepentingan secara
mengendalikan,
mempertanggungjawabkan
kegiatannya
kepada
berkepentingan.
pihak
Manajemen
yang
Berbasis
Sekolah memberikan otonomi yang luas
bagi
sekolah
dalam
mengambil
partisipatif
Manajemen
untuk
Berbasis
bermusyawarah,
sehingga keputusan yang diambil akan
diterima oleh semua pihak.
Jadi,
pengambilan
keputusan
keputusan untuk melakukan perbaikan
partisipatif
dan
Manajemen Berbasis Sekolah, karena
peningkatan
berkelanjutan.
kualitas
secara
harus
dilakukan
dalam
merupakan inti dan faktor penentu bagi
keberhasilan program pendidikan, dan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
dilakukan
dengan melibatkan pihak-
(stakeholders) yang terwadahi dalam
pihak
pemangku
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
kepentingan
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Judith. (1990). School
Decision
Making
and
Management.
London:
The
Farrmer Press.
Husaini Usman. (2008). Manajemen
Teori
Praktik
&
Riset
Pendidikan.
Jakarta:
Bumi
Aksara.
Kreitner, Robert dan Angelo Knicki.
(1989). Organizational Behavior.
Boston: Richard D. Irwin, Inc.
Luthans,
Fred.
(2006).
Perilaku
Organisasi. Yogyakarta: ANDI.
Moherman,
Susan
Albers
dan
Wohistetter.
(1994).
School
Based Management Organizing
for High Performance. San
Fransisco: Jossey-Bass.
Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala
Sekolah Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
M. Ihsan Dachofany dan Evi Yuzana.
(2009). Manajemen Berbasis
Sekolah.Makalah,
(Online),
(http://makalahkumakalahmu.wor
dpress.com/2009/05/15/manajem
en-berbasis-sekolah-mbs/, diakses
12 September 2011).
Nanang Fattah dan H. Mohammad Ali.
(2007). Manajemen Berbasis
Sekolah. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Robbins, Stephen P. (2002). Perilaku
Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Robbins , Stephen P dan Timothy A.
Judge. (2009). Organizational
Behavior. New Jersey: Pearson
Education.
Sagala. Syaiful. (2006). Manajemen
Berbasis
Sekolah
&
Masyarakat.Strategi
Memenangkan
Persaingan
Mutu.Jakarta: Nimas Multima.
T. Hani Handoko. (2003). Manajemen.
Yogyakarta: BPFE.
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
PADA ERA GLOBALISASI
Paningkat Siburian
Abstrak
Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu model pengelolaan sekolah yang
memberdayakan semua pihak pemangku kepentingan dalam proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen Berbasis Sekolah memberikan
wewenang pengambilan keputusan bagi sekolah dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi progam pendidikannya dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan
dengan sekolah guna memenuhi kebutuhan sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan
masyarakatnya. Pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil
keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, di mana kepala
sekolah, guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, dan tokoh masyarakat didorong untuk
terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dibutuhkan bagi
pencapaian tujuan sekolah. Pengambilan keputusan partisipatif adalah model pengambilan
keputusan yang harus dilakukan dalam Manajemen Berbasis Sekolah, karena merupakan
inti dan faktor penentu bagi keberhasilan program pendidikan, dan dilakukan dengan
melibatkan stakeholders yang terwadahi dalam Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
Kata kunci: Manajemen, keputusan, dan partisipatif.
PENDAHULUAN
Sejalan
dengan
pelaksanaan
sepanjang
hayat;
(3)
memberikan
otonomi daerah dilakukan reorientasi
keteladanan, membangun kemauan; (4)
penyelenggaraan
mengembangkan
pendidikan
melalui
penerapan Manajemen Berbasis Sekolah
didik;
(School
membaca,
Based
Management)
pada
(5)
kreativitas
peserta
mengembangkan
budaya
menulis,
pendidikan anak usia dini, pendidikan
memberdayakan
dasar,
masyarakat;
dan
pendidikan
menengah.
berhitung,
seluruh
(6)
dan
komponen
pemerataan
dan
Adapun tujuan otonomi daerah di bidang
keadilan; (7) meningkatkan kesejahteraan
pendidikan `adalah: (1) meningkatkan
pendidik dan tenaga kependidikan; (8)
pelayanan pendidikan yang lebih dekat,
akuntabilitas publik; (9) transparansi;
cepat, mudah , dan murah sesuai
(10) memperkuat integritas; dan (11)
kebutuhan masyarakat; (2) pembudayaan
meningkatkan
dan
pemberdayaan
peserta
daya
saing
di
era
didik
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
globalisasi
(Husaini
Usman,
2008:
572).
Sekolah
yang
kemandirian,
Penerapan Manajemen Berbasis
partispasi,
ditunjukkan
keterbukaan,
dan
dengan
kemitraan,
akuntabilitas
Sekolah (MBS) merupakan bagian dari
perencanaan,
pelaksanaan otonomi daerah di bidang
kurikulum tingkat satuan pendidikan,
pendidikan
dapat
kegiatan pembelajaran, pendayagunaan
meningkatkan mutu pendidikan. Hal
tenaga kependidikan, penilaian kemajuan
tersebut dilakukan sesuai dengan UU
belajar,
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
prasarana, dan pengawasan. Manajemen
Pendidikan Nasional yang menetapkan
Berbasis
manajemen berbasis sekolah (School
merupakan sistem manajemen di mana
Based Management) sebagai prinsip
sekolah merupakan unit pengambilan
utama yang harus dipegang teguh dalam
keputusan
pengelolaan semua satuan pendidikan.
penyelenggaraan
yang
Faktor
diharapkan
manajemen
menjadi
program,
dalam
pengelolaan
Sekolah
penyusunan
sarana
pada
penting
pendidikan
mandiri, sehingga
keputusannya
menurut Juran bahwa 85 % masalah
meningkatkan mutu lulusan.
Sehubungan dengan itu, dalam
PP
Akan
dasarnya
tentang
secara
diharapkan setiap
penentu dalam usaha pendidikan, karena
mutu disebabkan oleh manajemennya.
dan
tepat
tetapi
dalam
dapat
rangka
diketahui
bahwa penerapan Manajemen Berbasis
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Sekolah
Nasional Pendidikan ditetapkan standar
pendidikan belum memberikan hasil
pengelolaan pendidikan adalah standar
yang maksimal, yang mana salah satu
nasional
berkaitan
faktor penyebabnya adalah kebingungan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
dan keraguan pemangku kepentingan
pengawasan kegiatan pendidikan pada
dalam pengambilan keputusan (M. Ihsan
tingkat satuan pendidikan, kabupaten
Dachofany dan Evi Yuzana, 2009: 6).
/kota,
Oleh
tercapai
pendidikan
provinsi,
yang
atau
efisiensi
nasional
dan
penyelenggaraan
Pengelolaan
menerapkan
satuan
Manajemen
agar
pada
karena
beberapa
itu,
dalam
lembaga
rangka
efektivitas
meningkatkan mutu perlu dilakukan
pendidikan.
kajian tentang pengambilan keputusan
pendidikan
dalam Manajemen Berbasis Sekolah
Berbasis
pada era globalisasi.
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
PEMBAHASAN
Hakikat Manajemen Berbasis Sekolah
Pada
hakikatnya,
manajemen
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan
pendidikan adalah proses perencanaan,
untuk memberdayakan sumber daya
pengorganisasian,
dan
sekolah, terutama sumber daya manusia
pengendalian sumber daya pendidikan
(kepala sekolah, guru, karyawan, siswa,
untuk mencapai tujuan pendidikan secara
orang
efektif dan efisien. Manajemen Berbasis
sekitarnya)
Sekolah adalah suatu model pengelolaan
kewenangan,
sekolah yang memberdayakan semua
memecahkan persoalan yang dihadapi
pihak pemangku kepentingan dalam
oleh sekolah dalam rangka meningkatkan
proses perencanaan, pengorganisasian,
mutu pendidikan. Karakteristik dasar
pengarahan, dan pengendalian sumber
Manajemen Berbasis Sekolah adalah
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pemberian otonomi yang luas kepada
pendidikan secara efektif dan efisien.
sekolah,
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
orangtua peserta didik yang tinggi,
terjemahan
Based
kepemimpinan sekolah yang profesional,
Management adalah suatu pendekatan
dan tim kerja yang profesional (E.
yang bertujuan untuk merancang kembali
Mulyasa,
pengelolaan sekolah dengan memberikan
Manajemen Berbasis Sekolah dinyatakan
kekuasaan kepada kepala sekolah dan
memiliki karakteristik yang sama dengan
meningkatkan
sekolah
pengarahan,
dari
School
partisipasi
masyarakat
tua
siswa,
dan
masyarakat
melalui
dan
fleksibilitas
partispasi
2009:
yang
pemberian
masyarakat
36).
efektif,
untuk
dan
Selanjutnya,
yaitu:
(1)
dalam upaya peningkatan kinerja sekolah
manajemen
(Nanang Fatah dan H.Mohammad Ali,
kepemimpinan sekolah yang kuat dalam
2007: 1.5). Manajemen Berbasis Sekolah
arti profesi; (2) proses belajar mengajar
merupakan suatu model pengelolaan
yang bermutu; (3) sumber daya manusia
sekolah yang ditandai dengan adanya
yang
otonomi luas di tingkat sekolah, dan
administrasi sekolah yang didukung oleh
partisipasi yang tinggi dari masyarakat
anggaran yang mengacu pada pencapaian
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
visi dan misi (Syaifui Sagala, 2006: 136).
evaluasi
program
berkualitas
organisasi
baik;
dan
dan
(4)
pendidikan.
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
Dalam pelaksanaan Manajemen
pembuatan
keputusan
program
Berbasis Sekolah (MBS), kepala sekolah
pendidikan dan kurikulum; dan (8)
merupakan
ketahanan (Husaini Usman, 2008: 574).
orang
kunci
yang
bertanggung jawab untuk megelola dan
Penerapan Manajemen Berbasis
memberdayakan sumber daya manusia
Sekolah pada suatu lembaga pendidikan
dan sumber daya instrumental untuk
ditunjukkan
keberhasilan pencapaian visi, misi, dan
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
tujuan sekolah. Sehubungan dengan itu,
akuntabilitas
ada
program, penyusunan kurikulum tingkat
beberapa
diperhatikan
prinsip
yang
dalam
perlu
melaksanakan
satuan
dengan
kemandirian,
dalam
perencanaan
pendidikan,
kegiatan
Manajemen Berbasis Sekolah, yaitu: (1)
pembelajaran yang efektif, pengelolaan
komitmen
semua
sarana dan prasarana, pendayagunaan
pelanggan sekolah untuk ber-MBS; (2)
tenaga kependidikan, penilaian kemajuan
kesiapan warga sekolah secara fisik dan
hasil belajar, dan pengawasan.
yang
kuat
dari
mental untuk ber-MBS; (3) kelembagaan
bagi
pendidikan
keterlibatan
yang
semua
efektif;
diketahui bahwa Manajemen Berbasis
dalam
Sekolah
adalah
mendidik anak; (5) keputusan sekolah
sekolah
yang memberdayakan semua
yang dibuat oleh pihak yang benar-benar
pihak pemangku kepentingan dalam
mengerti
(6)
proses perencanaan, pengorganisasian,
pengambilan
pengarahan, dan pengendalian sumber
tentang
kemandirian
keputusan
pihak
(4)
Berdasarkan uraian di atas dapat
pendidikan;
dalam
pengalokasian
dana;
(7)
kesadaran guru untuk membantu dalam
sistem
pengelolaan
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien.
Hakikat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah
pilihan diantara dua alternatif atau lebih
penentuan sebuah pilihan dari beberapa
(Stephen
P.Robbins,
pilihan yang dapat digunakan untuk
Pengambilam keputusan didefinisikan
menyelesaikan masalah atau mencapai
secara
suatu tujuan. Sehubungan dengan itu
alternatif (Fred Luthans, 2006: 406).
dijelaskan bahwa pengambilan keputusan
Selain
merupakan suatu kegiatan menentukan
didefinisiksn sebagai rangkaian kegiatan
universal
itu,
2002:
sebagai
pengambilan
89-90).
pemilihan
keputusan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
yang berhubungan dengan pemecahan
yang
masalah (Kreitner dan Knicki, 1989:
keputusan; (2) aktivitas desain untuk
487). Definisi di atas menjelaskan bahwa
penemuan, pengembangan, dan analisis
pengambilan
masalah; dan (3) aktivitas memilih untuk
keputusan
serangkaian
kegiatan
merupakan
yang
dipilih
sebagai penyelesaian suatu masalah.
Secara
rinci
pengambilan
dikemukakan
keputusan
pengambilan
menentukan pilihan terbaik dari pilihan
yang tersedia (Fred Luthans, 2006: 406).
bahwa
merupakan
memerlukan
Ada
beberapa
asumsi
model
pengambilan keputusan rasional, yaitu:
penentuan serangkaian kegiatan untuk
(1)
mencapai hasil yang diinginkan (T. Hani
diketahui; (3) preferensi yang jelas; (4)
Handoko, 2003: 130).
preferensi yang konstan; (5) tidak ada
kejelasan
masalah;
(2)
pilihan
Ada tiga model pengambilan
kendala waktu dan biaya; dan (6) hasil
keputusan, yaitu: (1) model pengambilan
maksimal (Stephen P. Robbins, 2002:
keputusan
91-92). Hal tersebut berarti bahwa model
rasional;
(2)
model
pengambilan keputusan optimasi, dan (3)
pengambilan
model
sebaiknya digunakan jika pengambil
pengambilan
pemuasan.
Model
keputusan
pengambilan
keputusan
keputusan
memiliki
rasional
informasi
yang
keputusan rasional membuat pilihan yang
lengkap
konsisten dan memaksimalkan proses
keputusan, dapat mengidentifikasi semua
dan
model
kriteria yang relevan , dapat meranking
pengambilan keputusan rasional adalah
kriteria dan alternatif berdasarkan tingkat
sebagai
mendefinisikan
pentingnya, kriteria suatu keputusan
masalah; (2) mengidentifikasi kriteria
tertentu adalah konstan dan bobot yang
keputusan; (3) menimbang kriteria; (4)
diberikaan padanya stabil sepanjang
menghasilkan
(5)
waktu, tidak ada kendala waktu dan
mengevaluasi alternatif-alternatif; dan (6)
biaya, dan dapat memilih alternatif yang
memilih alternatif terbaik (Robbins dan
memberikan hasil yang terbaik. Jadi,
Judge, 2009: 182). Herbert A. Simon
model pengambilan keputusan yang akan
dalam Fred Luthans mengemukakan tiga
digunakan tergantung pada sifat masalah,
tahap utama dalam proses pengambilan
tersedianya
waktu
keputusan, yaitu: (1) aktivitas inteligensi
pengetahuan,
dan
hasil.
Langkah-langkah
berikut:
(1)
alternatif;
berkenaan
dengan
dan
keterampilan
situasi
biaya,
dari
untuk penelusuran kondisi lingkungan
pengambil keputusan. Sesuai dengan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
hakikat Manajemen Berbasis Sekolah
Berdasarkan uraian di atas dapat
sebagai sistem pengelolaan sekolah yang
diketahui bahwa pengambilan keputusan
ditandai dengan adanya otonomi luas di
adalah
tingkat sekolah, partisipasi masyarakat
sebuah pilihan dari beberapa
yang tinggi dalam kerangka kebijakan
yang
pendidikan
nasional,
menyelesaikan masalah atau mencapai
pengambilan
keputusanya
melibatkan
semua
sehingga
dituntut
pihak
suatu
dapat
kegiatan
menentukan
digunakam
pilihan
untuk
suatu tujuan.
pemangku
kepentingan.
Hubungan Pengambilan Keputusan dengan Manajemen Berbasis Sekolah
Pengambilan keputusan adalah
salah
satu
faktor
dalam
keputusan melalui penciptaan lingkungan
Berbasis
yang terbuka dan demokratik, di mana
Sekolah. Manajemen Berbasis Sekolah
kepala sekolah, guru, siswa, karyawan,
memberikan
orang tua siswa, dan tokoh masyarakat
implementasi
keputusan
penentu
adalah suatu cara untuk mengambil
Manajemen
wewenang pengambilan
bagi
sekolah
dalam
didorong untuk terlibat secara langsung
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
dalam proses pengambilan keputusan
progam
dengan
yang dibutuhkan bagi pencapaian tujuan
yang
sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan
berkepentingan dengan sekolah guna
bahwa jika seseorang dilibatkan (turut
memenuhi kebutuhan sesuai dengan
bepartisipasi)
kondisi
keputusan, maka yang bersangkutan akan
pendidikannya
melibatkan
semua
dan
masyarakatnya.
pihak
tuntutan
lingkungan
Dalam
pelaksanaan
merasa
ikut
dalam
pengambilan
memiliki
keputusan
Manajemen
Berbasis
Sekolah,
tersebut, sehingga yang bersangkutan
pengambilan
keputusan
dilakukan
akan bertanggungjawab dan berdedikasi
dengan melibatkan semua pemangku
sepenuhnya
kepentingan secara partisipatif untuk
keputusan guna mencapai tujuan sekolah.
bermusyawarah,
Meskipun demikian,
sehingga
keputusan
dalam
pelaksanaan
pelibatan warga
yang diambil akan diterima oleh semua
sekolah dalam pengambilan keputusan
pihak (Moherman dan Wohistetter, 1994:
harus
279). Pengambilan keputusan partisipatif
yurisdiksi,
mempertimbangkan
dan
relevansinya
keahlian,
dengan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
tujuan pengambilan keputusan sekolah.
terhadap
Sehubungan dengan itu dijelaskan bahwa
kepentingan sekolah dapat meningkat;
pengambilan
dan (3) kinerja sekolah meningkat.
keputusan
partisipatif
semua
pihak
pemangku
dilakukan kepala sekolah sebagai strategi
Sehubungan
untuk meningkatkan efektivitas kendali
keputusan partisipatif, ada empat faktor
(Chapman, 1990: 254). Kepala sekolah
yang
adalah orang kunci dalam pengambilan
melibatkan pihak kelompok kepentingan,
keputusan yang akan memberhasilkan
yaitu: relevansi, kompetensi, yurisdiksi,
implementasi
dan kompatibilitas tujuan. Secara khusus
Manajemen
Berbasis
Sekolah.
dengan
perlu
pengambilan
diperhatikan
dalam
dapat dikemukakan bahwa pengambilan
Dalam menerapkan pengambilan
keputusan
partisipatif,
bidang
akademik
dapat
tiga
dilakukan melalui rapat Dewan pendidik
pertanyaan yang harus dijawab oleh
yang dipimpin oleh kepala sekolah,
kepala sekolah sebelumnya, yaitu: (1)
sedangkan
apakah
jika
bidang non akademik dilakukan melalui
melibatkan
rapat komite sekolah yang dihadiri oleh
cocok
pengambilan
dan
ada
keputusan
produktif
keputusan
kelompok-kelompok kepentingan?
bagian
yang
pengambilan
melibatkan
mana
dari
keputusan
yang
pengambilan
keputusan
(2)
kepala sekolah. Pengambilan keputusan
proses
dalam rapat dewan pendidik dan komite
perlu
sekolah dilaksanakan atas dasar prinsip
kelompok-kelompok
musyawarah
dan
mufakat
yang
peningkatan
mutu
kepentingan? dan (3) cara yang mana
berorientasi
yang paling efektif untuk melibatkan
satuan pendidikan. Jadi, pada intinya
kelompok kepentingan
pengambilan
pengambilan
implementasi
dalam proses
keputusan
Manajemen
?
pada
keputusan
dalam
Melalui
Manajemen
Berbasis
dilakukan dengan melibatkan pihak-
Berbasis
Sekolah
harus
Sekolah diharapkan hal berikut : (1)
pihak
fleksibilitas
(stakeholders) yang terwadahi dalam
pengambilan
keputusan
sekolah akan tumbuh dan berkembang
dengan subur, sehingga dapat dibuat
pemangku
kepentingan
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
Berdasarkan uraian di atas dapat
keputusan yang tepat dalam memenuhi
disimpulkan
kebutuhan
keputusan dalam Manajemen Berbasis
sekolah;
(2)
bahwa
pengambilan
akuntabilitas/pertanggunggugatan
Sekolah merupakan faktor penentu bagi
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
keberhasilan program pendidikan, dan
(stakeholders) yang terwadahi dalam
dilakukan
dengan melibatkan pihak-
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
pihak
pemangku
kepentingan
PENUTUP
Manajemen
Berbasis
Sekolah
Pengambilan keputusan di bidang
adalah suatu model pengelolaan sekolah
pendidikan merupakan suatu kegiatan
yang
memberdayakan
semua
pihak
menentukan
pemangku kepentingan dalam
proses
beberapa pilihan yang dapat digunakan
perencanaan,
pengorganisasian,
untuk
sebuah
pilihan
menyelesaikan
dari
masalah
pengarahan, dan pengendalian sumber
pendidikan
atau
daya pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Sesuai
pendidikan secara efektif dan efisien.
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
Manajemen Berbasis Sekolah sebagai
sistem pengelolaan sekolah yang ditandai
wujud
pendidikan
dengan adanya otonomi luas di tingkat
bertujuan untuk mengadakan perubahan
sekolah, partisipasi masyarakat yang
dari kondisi yang kurang baik menuju
tinggi
kondisi
dengan
pendidikan nasional, maka pengambilan
memberikan wewenang kepada sekolah
keputusanya dituntut melibatkan semua
untuk memberdayakan dirinya, sehingga
pihak
mampu
Pengambilan
dari
reformasi
yang
lebih
secara
baik
mandiri
menggali,
dalam
mencapai
tujuan
dengan
hakikat
kerangka
pemangku
kebijakan
kepentingan.
keputusan
dalam
mengalokasikan, menentukan prioritas,
pelaksanaan
memanfaatkan,
dan
Sekolah dilakukan dengan melibatkan
setiap
semua pemangku kepentingan secara
mengendalikan,
mempertanggungjawabkan
kegiatannya
kepada
berkepentingan.
pihak
Manajemen
yang
Berbasis
Sekolah memberikan otonomi yang luas
bagi
sekolah
dalam
mengambil
partisipatif
Manajemen
untuk
Berbasis
bermusyawarah,
sehingga keputusan yang diambil akan
diterima oleh semua pihak.
Jadi,
pengambilan
keputusan
keputusan untuk melakukan perbaikan
partisipatif
dan
Manajemen Berbasis Sekolah, karena
peningkatan
berkelanjutan.
kualitas
secara
harus
dilakukan
dalam
merupakan inti dan faktor penentu bagi
keberhasilan program pendidikan, dan
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan
dilakukan
dengan melibatkan pihak-
(stakeholders) yang terwadahi dalam
pihak
pemangku
Dewan Pendidik dan Komite Sekolah.
kepentingan
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Judith. (1990). School
Decision
Making
and
Management.
London:
The
Farrmer Press.
Husaini Usman. (2008). Manajemen
Teori
Praktik
&
Riset
Pendidikan.
Jakarta:
Bumi
Aksara.
Kreitner, Robert dan Angelo Knicki.
(1989). Organizational Behavior.
Boston: Richard D. Irwin, Inc.
Luthans,
Fred.
(2006).
Perilaku
Organisasi. Yogyakarta: ANDI.
Moherman,
Susan
Albers
dan
Wohistetter.
(1994).
School
Based Management Organizing
for High Performance. San
Fransisco: Jossey-Bass.
Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala
Sekolah Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
M. Ihsan Dachofany dan Evi Yuzana.
(2009). Manajemen Berbasis
Sekolah.Makalah,
(Online),
(http://makalahkumakalahmu.wor
dpress.com/2009/05/15/manajem
en-berbasis-sekolah-mbs/, diakses
12 September 2011).
Nanang Fattah dan H. Mohammad Ali.
(2007). Manajemen Berbasis
Sekolah. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Robbins, Stephen P. (2002). Perilaku
Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Robbins , Stephen P dan Timothy A.
Judge. (2009). Organizational
Behavior. New Jersey: Pearson
Education.
Sagala. Syaiful. (2006). Manajemen
Berbasis
Sekolah
&
Masyarakat.Strategi
Memenangkan
Persaingan
Mutu.Jakarta: Nimas Multima.
T. Hani Handoko. (2003). Manajemen.
Yogyakarta: BPFE.
Paningkat Siburian adalah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Medan