TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENETAPAN WALI ‘ADAL DALAM PERKAWINAN ISLAM ( Studi kasus di Pengadilan Agama Surakarta ).

(1)

PERKAWINAN ISLAM

( Studi kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :

M NUR FAUZAN C 100.030.043

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2008


(2)

1 A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sunnatullah yang bersifat alami dan berlaku umum pada setiap makhluk Allah SWT, baik manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang sengaja diciptakan dalam bentuk berpasang-pasangan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT (QS. Yaasin ayat : 36)

Artinya : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupaun dari apa yang tidak mereka ketahui.”

Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan yang berlainan bentuk fisik dn psikisnya. Perbedaan tersebut bukan merupakan perbedaan yang ditimbulkan oleh alam maupun sejarah, tetapi perbedaaan tersebut mengandung hikmah yang sangat tinggi sebagai ketentuan Allah untuk saling mengenal, sehingga menimbulkan kecenderungan kepada lawan jenis.

Untuk mengikat kedua jenis manusia yang berlawanan jenis ke dalam tingkatan yamg sah, maka disyari’atkan perkawinan sebagai suatu lembaga kehidupan yang sah melalui aqad nikah yang merupakan lambang keutamaan, kesucian dan stempel resmi bahwa mereka sudah diperbolehkan bergaul dan terikat dalam hubungan yang murni dan suci.


(3)

Disyari’atkan perkawinana merupakan suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi manusia untuk berketurunan demi kelangsungan hidup manusia, setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan.

Perkawinan akan sah hukumnya apabila tealh memenuhi syarat dan rukunnya, baik menurut hukum syari’at maupun menurut Undang-undang yang berlaku, yaitu Undang-undang No 1 tahun 1974 ’Tentang Perkawinan” dan salah satu rukun nikah adalah wali.

Perkawinan bukan hanya urusan calon suami dan calon istri saja, tetapi termasuk urusan wali. Persoalan wali bukan masalah kehormatan, tetapi masalah tanggung jawab seorang wali terhadap perwaliannya, sehinnga apabila terjadi kesalahan seterusnya akan menimpa suami istri yang sudah melangsungkan perkawinan.

Oleh karena itu dalam suatu perkawinan harus ada kerelaan dari kedua calon mempelai maupun kerelaandari orang tua atau wali. Begitu pentingnya wali dalam perkawinan, maka jika perkawinan dilakukan tanpa adanya wali, perkawinan tersebut menjadi batal.

Pada dewasa ini masih ada wali nasab yang menolak bertindak sebagai wali, padahal keinginan seorang gadis untuk menikah dengan laki-laki yang dicintainya sangat kuat. Hal ini perlu mendapat perhatian baik dari pihak wali maupun pihak calon mempelai bersangkutan, meskipun pada dasarnya yang langsung berkepentingan dalam pernikahan adalah para calon suami istri.


(4)

Pernikahan adalah suatu janji yang kuat yang bersifat abadi untuk selama-lamanya dan merupakan aqad yang suci1, seperti diungkapakan dalam firman Allah SWT (QS. An-Nisa ayat : 21)

Artinya : “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”

Pernikahan adalah masalah keluarga, masalah pribadi yang berkepentingan untuk menciptakan ketenangan hidup dan menumbuhkan rasa kasih saying satu sama lain. Pernikahan juga masalah keturunan yang diharapkan akan mendatangkan generasi penerus yang sholeh maupun sholehah, yang akn menciptakan suasana kehidupan yang akan mendatangkan keridhoan Allah SWT.

Para ulama telah sepakat bahwa wali tidak boleh enggan menikahkan perempuan yang dalam perwaliannya dan tidak boleh melarangnya menikah dengan laki-laki yang sudah sekufu, sepadan dan sanggup membayar mas kawin.

Namun di Surakarta ada beberapa anggota masyarakat yakni beberapa orang islam yang tidak mau menikahkan anaknya yang berada dalam kewaliannya, maka wali yang demikian dinamakan wali ‘Adal. Istilah ‘Adal diberikan bagi orang tua atau wali yang menolak menikahkan anaknya satelah diadakan pemeriksaan nikah. Kemudian pihak PPN memberikan surat penolakan pelaksanaan pernikahan.

Berdasarkan surat penolakan tersebut yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan terhadap penolakan itu kepada Pengadilan Agama. Dan

1

Mu’ammal Hamidy, Perkawinan dan Persoalannya, Bagaimana Pemecahannya dalam Islam,


(5)

pihak Pengadilan Agama yang akan menentukan apakah wali tersebut ditetapkan sebagai wali yang “Adal atau bukan dengan cara singkat2.

Mengenai alasan yang dapat mementukan ‘adalnya wali ini, tidak ada peraturan perundangan yang mengaturnya secara jelas, sehingga dalam menentukan wali tersebut ‘adal atau tidak, diperlukan ijtihad.

Perkara wali ‘Adal termasuk perkara langka. Berdasarkan data dari buku Register Perkara di Pengadilan Agama Surakarta ada sedikit perkara yang didaftarkan. Hal ini dimungkinkan karena sudah tingginya kesadaran orang tua kan kepentingan anaknya, sehingga tidak ada masalah sewaktu si anak ingin menikah dengan laki-laki pilihannya. Bahkan orang tua sekarang sudah mau menuruti kehendak anak, jika anak sudah saling mencintai,orang tua tinggal merestui.

Akan tetapi mengapa masih ada orang tua yang tidak setuju dengan calon menantunya, padahal keduanya saling mencintai. Pada dasarnya orang tua yang menolak menjadi wali nikah ini karena merasa gengsi, dan untuk menutupi rasa gengsi tersebut mereka mengemukakan berbagai alasan pribadinya.

Menurut islam tidak ada salahnya jika orang tua menolak calon yang diajukan anaknya, apabila calon tersebut tidak memenuhi kafa’ah yang ditentukan.

Namun ada sementara orang tua atau wali yang menolak tanpa alasan yang dibenarkan menurut agama islam. Apabila alasan yang dikemukakan wali yang menolak tersebut tidak rasional, maka alasan tersebut dapat digunakan untuk

2

Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji,

Pedoman Pembantu Pegawai Pencatatan Nikah, Jakarta, Proyek Pembinaan Sarana Keagamaan Islam, 1991, hlm. 12


(6)

menetapkan ‘adalnya wali. Sedangkan apabila alasan yang dikemukakan beralasan atau masuk akal maka wali tidak ditetapkan sebagai wali ‘adal.

Adapun yang berhak menetapkan wali tersebut ‘adal atau tidak adalah Pengadilan Agama, karena perkara wali ‘Adal menjadi wewenangnya, dalam hal ini hakim sebagai pemutus perkara.

Dari uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan wali ‘Adal. Maka untuk membahas masalah tersebut penulis menuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul : TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENETAPAN WALI ‘ADAL DALAM PERKAWINAN ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini perlu dilakukan agar pembahasannya tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan disamping itu juga untuk mempermudah melaksanakan penelitian. Oleh sebab itu maka penulis membatasi dengan membahas permasalahan tentang bagaimana penetapan wali ‘Adal di Pengadilan Agama Surakarta berdasarkan hukum islam.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasikan ke dalam bentuk rumusan masalah yang menjadi motivasi dalam penulisan skripsi ini, yaitu :


(7)

1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan wali tidak mau menikahkan anaknya? 2. Bagaimana Pengadilan Agama dalam menetapkan wali “Adal dalam

perkawinan islam?

3. Bagaimana penyelesaian perkara wali ‘Adal di Pengadilan Agama Surakarta?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dengan jelas factor-faktor apa saja yang menyebabkan wali tidak mau menikahkan anaknya.

2. Untuk mengetahui dengan jelas bagaimana Pengadilan Agama dalm menetapkan wali ‘Adal dalam perkawinan islam.

3. Untuk mengetahui dengan jelas bagaimana penyelesaian perkara wali ‘Adal di Pengadilan Agama Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penulisan skripsi ini dapat menambah kontribusi pengetahuan tentang penetapan wali ‘Adal di Pengadila Agama Surakarta dan juga penyelesaian perkara wali ‘Adal di Pengadilan Agama Surakarta serta factor-faktor apa yang menyebabkan wali tidak mau menikahkan anaknya. 2. Manfaat Praktis

a. Dengan seterusnya hasil penelitian ini dalam bentuk skripsi, maka dapat diajukan sebagai syarat guna memperoleh gelar atau derajat kesarjanaan, dalam ilmu hukum di Universitas Muhammadiyah Surakarta.


(8)

b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalm menerapkan ilmu yang di peroleh.

c. Dapat dijadikan bahan masukan dan referensi bagi peneliti berikutnya.

F. Metode Penelitian

Untuk mengetahui dan penjelasan mengenai adanya segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok permasalahan di perlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara melukiskan sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai penyusunan laporan3.

Dengan demikian metodologi penelitian sebagai cara yang dipakai untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan guna mencapai satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Metode pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normative, disebut juga penelitian hukum doktinal yaitu hokum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam perundang-undangan atau hokum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang meruoakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas4.

3

Cholis Narbuko, Abu Achmadi, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Pustaka, 1997. 4

Amirudin Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Rajagrapindo, 1995 hlm. 38.


(9)

2. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia keadaan atau gejala lainnya. Metode deskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data seteliti mungkin tentang obyek yang diteliti.

3. Lokasi penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini di pengadilan agama surakarta, dengan pertimbangan lokasi yang mudah dijamgkau dan sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara tertentu sebagaimana diatur dalam UU No 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No 7 tahun 1998 tentang peradilan agama.

4. Sumber data a. Data primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan oleh sebagai gejala lainnya yang ada di lapangan dengan mengadakan p-eninjauan langsung pada obyek yang diteliti.

b. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari perundang-undangan, buku literatur, Al Quran, Al-Hadits, Yurisprudensi dan yang ada hubungannya dengan materi yang di bahas.


(10)

5. Metode pengumpulan data a. Penelitian kepustakaan

Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca atau mempelajari buku peraturan perundang-undangan dan sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder mengenai permasalahan yang ada relevansinya dengan obyek yang diteliti, dengan cara menelaah atau membaca buku-buku literatur peraturan perundang-undangan, Al-Quran, Al-Hadits maupun kumpulan yang ada hubungannya dengan masalah yang di bahas.

b. Penelitian lapangan

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke dalam obyek penelitian. Da;am pengumpulan data lapangan ini penulis menggunakan metode yaitu wawancara. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi.

Disini penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden terutama informan yang banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti. Dengan ini penulis mengadakan wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Surakarta dan pihak yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti.

6. Metode Analisa Data

Setelah data di kumpulkan dengan lengkap, tahapan berikutnya adalah tahap analisa data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa


(11)

sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelian. Setelah jenis data yang dikumpulkan maka analisa data dalam penulisan ini bersifat kualitatif. Adapun metode data yang dipilih adalah model analisa interaktif. Didalam model analisa interaktif terdapat tiga komponen pokok berupa

a. Reduksi data

Reduksi data adalah sajian analisa suatu bentuk analis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. b. Sajian data

Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Penelitian akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan pada suatu analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus di uji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh. Adapun proses analisanya adalah sebagai berikut : Langkah pertama adalah mengumpulkan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian diadakan penyajian data yaitu rakitan organisasi


(12)

informasi atau data sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Apabila kesimpulan yang ditarik kurang mantap kekurangan data maka penulis dapat melakukan lagi pengumpulan data. Setelah data-data terkumpul secara lengkap kemudian diadakan penyajian data lagi yang susunannya dibuat sistematis sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan berdasarkan data tersebut.

G. Sistematika Penulisan Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan penulis penelitian, maka secara garis besar dapat digunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Pembatasan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan


(13)

3. Prosedur Pelaksanaan Perkawinan 4. Tujuan Perkawinan

B. Tinjauan Umum Mengenai Wali

1. Pengertian dan dasar hukum Wali Nikah 2. Kedudukan Wali Nikah

3. Macam-macam Wali Nikah 4. Pengertian Wali ‘Adal

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Faktor-faktor yang menyebabkan wali tidak mau menikahkan anaknya

2. Penetapan Wali ‘Adal dalam perkawinan Islam di Pengadilan Agama Surakarta

3. Penyelesaian Perkara Wali ‘Adal di Pengadilan Agama Surakarta

B. Pembahasan

1. Faktor-faktor yang menyebabkan wali tidak mau menikahkan anaknya

2. Penetapan Wali ‘Adal dalam perkawinan Islam di Pengadilan Agama Surakarta

3. Penyelesaian Perkara Wali ‘Adal di Pengadilan Agama Surakarta


(14)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(1)

2. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia keadaan atau gejala lainnya. Metode deskriptif ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas dan dapat memberikan data seteliti mungkin tentang obyek yang diteliti.

3. Lokasi penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini di pengadilan agama surakarta, dengan pertimbangan lokasi yang mudah dijamgkau dan sebagai salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara tertentu sebagaimana diatur dalam UU No 3 tahun 2006 tentang perubahan atas UU No 7 tahun 1998 tentang peradilan agama.

4. Sumber data a. Data primer

Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan oleh sebagai gejala lainnya yang ada di lapangan dengan mengadakan p-eninjauan langsung pada obyek yang diteliti.

b. Data sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari perundang-undangan, buku literatur, Al Quran, Al-Hadits, Yurisprudensi dan yang ada hubungannya dengan materi yang di bahas.


(2)

5. Metode pengumpulan data a. Penelitian kepustakaan

Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca atau mempelajari buku peraturan perundang-undangan dan sumber kepustakaan lainnya yang berhubungan dengan obyek penelitian.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder mengenai permasalahan yang ada relevansinya dengan obyek yang diteliti, dengan cara menelaah atau membaca buku-buku literatur peraturan perundang-undangan, Al-Quran, Al-Hadits maupun kumpulan yang ada hubungannya dengan masalah yang di bahas.

b. Penelitian lapangan

Yaitu metode pengumpulan data dengan cara terjun langsung ke dalam obyek penelitian. Da;am pengumpulan data lapangan ini penulis menggunakan metode yaitu wawancara. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi.

Disini penulis mengumpulkan data dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden terutama informan yang banyak mengetahui tentang masalah yang diteliti. Dengan ini penulis mengadakan wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Surakarta dan pihak yang bersangkutan dengan masalah yang diteliti.

6. Metode Analisa Data

Setelah data di kumpulkan dengan lengkap, tahapan berikutnya adalah tahap analisa data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa


(3)

sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelian. Setelah jenis data yang dikumpulkan maka analisa data dalam penulisan ini bersifat kualitatif. Adapun metode data yang dipilih adalah model analisa interaktif. Didalam model analisa interaktif terdapat tiga komponen pokok berupa

a. Reduksi data

Reduksi data adalah sajian analisa suatu bentuk analis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. b. Sajian data

Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Penelitian akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan pada suatu analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus di uji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh. Adapun proses analisanya adalah sebagai berikut : Langkah pertama adalah mengumpulkan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian diadakan penyajian data yaitu rakitan organisasi


(4)

informasi atau data sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Apabila kesimpulan yang ditarik kurang mantap kekurangan data maka penulis dapat melakukan lagi pengumpulan data. Setelah data-data terkumpul secara lengkap kemudian diadakan penyajian data lagi yang susunannya dibuat sistematis sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan berdasarkan data tersebut.

G. Sistematika Penulisan Penelitian

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan penulis penelitian, maka secara garis besar dapat digunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Pembatasan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan


(5)

3. Prosedur Pelaksanaan Perkawinan 4. Tujuan Perkawinan

B. Tinjauan Umum Mengenai Wali

1. Pengertian dan dasar hukum Wali Nikah 2. Kedudukan Wali Nikah

3. Macam-macam Wali Nikah 4. Pengertian Wali ‘Adal

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Faktor-faktor yang menyebabkan wali tidak mau menikahkan anaknya

2. Penetapan Wali ‘Adal dalam perkawinan Islam di Pengadilan Agama Surakarta

3. Penyelesaian Perkara Wali ‘Adal di Pengadilan Agama Surakarta

B. Pembahasan

1. Faktor-faktor yang menyebabkan wali tidak mau menikahkan anaknya

2. Penetapan Wali ‘Adal dalam perkawinan Islam di Pengadilan Agama Surakarta

3. Penyelesaian Perkara Wali ‘Adal di Pengadilan Agama Surakarta


(6)

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN