ETNOBOTANI TUMBUHAN KEMENYAN (STUDI DESKRIPTIF PADA MASYARAKAT PAKPAK KLASEN DI DESA SI ONOM HUDON SIBULBULON KECAMATAN PARLILITAN).

ETNOBOTANI TUMBUHAN KEMENYAN
(Studi Deskriptif Pada Masyarakat Pakpak Klasen
di Desa Sionom Hudon Sibulbulon
Kecamatan Parlilitan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :
AFRILAWANTI BARASA
NIM. 309 122 002

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013

ABSTRAK
Afrilawanti Barasa, NIM : 309122002, Etnobotani Tumbuhan Kemenyan (Studi

Deskriptif Pada Masyarakat Pakpak Klasen di Desa Si Onom Hudon Sibulbulon
Kecamatan Parlilitan, Skripsi. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan 2013.

Inti dari penelitian ini adalah setiap etnis memiliki sistem pengetahuan tradisional tentang
alam flora. Begitu pula dengan masyarakat Pakpak Klasen yang berada di Desa Si Onom Hudon
Sibulbulon. Masyarakat Pakpak Klasen di Desa Si Onom Hudon memanfaatkan sumber daya
tumbuhan

sesuai

dengan

jenis

kebutuhannya

seperti

untuk


obat-obatan, peralatan

rumah tangga, bahan pelengkap upacara adat, disamping digunakan untuk kebutuhan sandang,
pangan dan papan. Tumbuhan yang di manfaatkan oleh masyarakat Pakpak Klasen di Desa Si
Onom Hudon ini adalah tumbuhan kemenyan.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah asalusul dan perkembangan tumbuhan kemenyan di Parlilitan, mengetahui fungsi dan manfaat dari
tumbuhan kemenyan, mengetahui cara penanaman pohon kemenyan, pengelolaan, budidaya,
sampai masa panen getah kemenyan, mengetahui kepercayaan-kepercayaan tradisional yang
diyakini oleh masyarakat Pakpak Klasen yang berkaitan dengan budidaya dan pengolahan
kemenyan.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara yang
dilakukan terhadap para petani kemenyan, para pedagang kemenyan serta masyarakat yang
mengetahui tentang tumbuhan kemenyan, maka penelitian ini akan memberikan suatu gambaran
tentang etnobotani tumbuhan kemenyan.
Asal usul kemenyan di parlilitan sukar untuk diketaui, tetapi banyak yang berpendapat
bahwa kemenyan mulai berkembang ketika masa kejayaan pelabuhan Barus. Sedangkan menurut
mitos, kemenyan berasal dari seorang gadis. Fungsi kemenyan banyak dirasakan secara ekonomi,
selain itu juga dapat di manfaatkan sebagai insektisida buatan. Manfaat kemenyan pada saat ini
digunakan sebagai obat gatal-gatal, pengharum rokok, dan sebagai dupa acara keagaamaan

Katolik. Juga digunakan dalam hal ritual/magic. Terjadi perubahan dalam pengetahuan tentang
manfaat kemenyan ini, dikarenakan kemajuan zaman dan kurangnya informasi. Pengelolaan
kemenyan belum dilakukan secara intensif, tetapi masih secara tradisional. Dalam mengelola
kemenyan banyak pantangan-pantangan yang harus dipatuhi oleh para petani.

Kata Kunci : Etnobotani, Kemenyan, Masyarakat Pakpak

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan.

Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut maka penulis telah

menyusunnya dengan judul ETNOBOTANI TUMBUHAN KEMENYAN (Studi
Deskriptif Pada Masyarakat Pakpak Klasen di Desa Sionom Hudon Sibulbulon
Kecamatan Parlilitan).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berkontak secara langsung atau
tidak dengan berbagai pihak.

Mengenang kebaikan itu, Penulis ingin

mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya serta dukungan kepada
pihak-pihak tersebut yaitu kepada :
1.

Bapak Rektor Unimed, Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.S.

2.

Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Dr. H. Restu M.S.

3.

Ibu ketua Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed, Dra. Puspitawati, M.Si
dan juga sebagai dosen penguji saya yang telah memberikan masukan dan
arahan.


4.

Ibu Dra. Nurjannah, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik saya, dan
juga sebagai dosen penguji saya yang telah memberikan masukan dan arahan.

5.

Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S sebagai dosen pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan masukan, arahan dan ilmu yang sangat berharga dan
motivasi demi tercapainya penyelesaian skripsi ini.

6.

Dra. Trisni Andayani M.Si sebagai dosen penguji. Terima kasih atas saran
dan masukannya dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang berada di Prodi Pendidikan Antropologi

FIS Unimed, atas didikan dan pengajaran yang semakin berkembang.

8.

Bapak Drs. Lister Berutu, MA, yang telah memberikan masukan serta
bersedia meminjamkan buku-buku sebagai bahan referensi penulis.

9.

Kepada Bapak J. Tinambunan selaku informan kunci saya, yang selalu siap
sedia mengantar ke lapangan dan memberi data yang saya perlukan, seluruh
informan yang sudah membantu proses skripsi ini. Terkenang budi baik
mereka dalam memberikan tumpangan tempat tinggal selama penulis
mengadakan penelitian.

10. Bapak Jamarus Nahampun dan Ferdy Nahampun, selaku Kepala Desa dan
Sekretaris desa yang telah memberikan saya izin mengadakan penelitian di
daerahnya dan memberikan data-data serta informasi yang saya butuhkan.
11. Kepada Orangtua saya B. Barasa & mama S. br. Tumanggor, yang telah
banyak berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Dukungan yang diberikan baik

moril maupun materil tidak akan pernah terbalas.

12. Buat my brother, Pastor Cypriano Barasa, OFMCap., yang telah memberikan
dukungan, motivasi, dan arahan. Dan tak henti-hentinya memberikan nasehat
kepada penulis.
13. Buat abangku Roy Barasa, adek-adekku Oktavia Barasa, Risne Barasa, dan
Yulisma Barasa, rajin-rajin belajar.
14. Teman-teman seperjuangan di Prodi Pendidikan Antropologi 2009 yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
15. Buat teman-teman ku, Ayu L, Astri, Afri Juntak
16. Teman satu PS Ku Lamhot Turnip, S.Pd, dan Lisa Karsela Sembiring.
17. Abanganda, kakanda, dan adinda Pend. Antropologi.
18. Teman-teman PPL-T SMA Negeri 2 Sidikalang, Dairi, dan semua pihak yang
telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebanyakbanyaknya kepada warga masyarakat yang ada di desa Sionom Hudon Sibulbulon
yang telah memberikan informasi yang saya perlukan.
Akhir kata, penulis menyadari isi dan penulisan pada skripsi ini masih
banyak terdapat kekeliruan ataupun kesalahan yang disebabkan kemampuan
penulis yang tidak sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk penyempurnaannya sehingga skripsi ini nantinya

lebih bermanfaat bagi semua
Medan,

Agustus 2013

Afrilawanti Barasa
NIM. 309 122 002

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah …………………………….. 1
1.2.Identifikasi Masalah


….………………………………… 7

1.3.Pembatasan Masalah

……….…………………………… 8

1.4.Perumusan Masalah

……….……………………………. 8

1.5.Tujuan Penelitian …………………………………….. 9
1.6.Manfaat Penelitian

……………………………………. 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1.Kajian Pustaka ……………………………….…………..

10


2.2.Kerangka Konsep …………………………………………

13

2.2.1 Masyarakat Dan Masyarakat Pakpak Klasen ………… 13
2.2.2 Sistem Pengetahuan ………………………..………… 15
2.2.3 Etnobotani ……………………………………............... 16
2.2.4 Sistem Kepercayaan, Mitos, Religi, Sesaji ......................18
2.2.5 Kerangka Berfikir ……………………………............... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian ………………………………………....

24

3.2.Lokasi Penelitian ……………….…………………………

27

3.3.Subjek Penelitian ……………….…………………………


28

3.4.Teknik Pengumpulan Data ……..…………………………

28

3.4.1 Observasi (pengamatan) …............................................... 29
3.4.2 Interview (wawancara) ……............................................. 29
3.4.3 Studi Dokumentasi ……….............................................. 30
3.5.Teknik Analisa Data

……….……………………………. 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Parlilitan …………………….. 33
4.2 Gambaran Umum Desa Si Onom Hudon Sibulbulon

......... 43

4.3 Sejarah Asal Tumbuhan Kemenyan dan perkembanganny ....... 57
4.3.1

Mitos Tentang Asal Usul Kemenyan ....................... 57

4.3.2

Sejarah Kemenyan dan Perkembangannya………… 61

4.4 Fungsi dan Manfaat Kemenyan .............................................. 66
4.4.1 Klasifikasi Kemenyan ............................................... 66
4.4.2 Syarat Tumbuh ........................................................ 69
4.4.3 Zat Yang Terkandung di Dalam Kemenyan ............. 70
4.4.4 Fungsi Kemenyan ..................................................... 70
4.4.5 Manfaat Kemenyan ..................................................

73

4.5 Kepercayaan Masyarakat tentang Tumbuhan Kemenyan ...... 78

4.6 Pengelolaan Kemenyan............................................................. 82
4.6.1 Pengolahan Kemenyan ...........................................

89

4.6.2 Penyadapan Getah Kemenyan …............................... 90
4.6.3 Penakikan Pohon Kemenyan .................................... 91

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ………………………..……………………....... 94
2. Saran ……………………………………………………........ 98
Daftar Pustaka
Daftar Tabel 1 ........................................................................................

41

Daftar Tabel 2 .........................................................................................

42

Daftar Tabel 3 ...........................................................................................

43

Daftar Gambar
Gambar 1 ........................................................................................ 56
Gambar 2 .......................................................................................

57

Gambar 3 .......................................................................................

74

Gambar 4 ......................................................................................

80

Gambar 5 ......................................................................................

82

Lampiran

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki etnis yang sangat beragam, yaitu terdiri atas 300
kelompok etnis. Setiap kelompok masyarakat (etnis) ini memanfaatkan tumbuhan
dalam kehidupan mereka.
Dalam

perkembangan

peradaban

masyarakat

ini,

pemanfaatan

keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan mereka. Untuk kelangsungan hidupnya, masyarakat memanfaatkan
sumber daya tumbuhan sesuai dengan ragam jenis kebutuhannya seperti untuk
obat-obatan, peralatan rumah tangga,

bermacam-macam anyaman/tali-temali,

bahan pelengkap upacara adat, disamping digunakan untuk kebutuhan sandang,
pangan dan papan. Bentuk susunan ramuan, komposisi, dan proses pembuatan/
pengolahan dilakukan secara tradisional menurut pengalaman dan pengetahuan
tidak ditulis suku/etnis kelompok masing-masing yang diwariskan kepada mereka
terima secara turun-temurun .
Tumbuhan yang beranekaragam jenis ini, dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sebagai sumber bahan pangan, sandang, papan, obat-obatan, dan
kosmetika, dan lain-lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan tidak hanya sebagai
pelengkap kebutuhan manusia secara fisik saja namun juga spiritual (digunakan
dalam upacara-upacara ritual/magic).

1

Dalam sejarah perkembangan manusia, tumbuhan memerankan arti yang
sangat penting dalam perkembangan budaya. Suku-suku bangsa atau kelompokkelompok masyarakat telah mengembangkan sendiri tradisi dalam memanfaatkan
tumbuhan di sekitarnya untuk berbagai keperluan hidupnya .Pengetahuan
masyarakat mengenai tumbuh-tumbuhan yang memiliki fungsi dan manfaat
dimiliki hampir di setiap etnis (suku bangsa) di Indonesia.
Pemanfaatan

tumbuhan

oleh

etnis/suku tertentu

disebut

dengan

etnobotani. Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan
antara botani (tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di
berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya.
Studi etnobotani tidak hanya mengumpulkan tumbuhan berguna, mencatat
nama lokal dan cara pemanfaatannya. Melalui kajian etnobotani akan terungkap
cara berpikir suatu kelompok masyarakat, konsep-konsep mengenai tumbuhan,
kebijakan dalam pemanfaatan budidaya,

dan

konservasi

keanekaragaman

hayati, yang secara tradisi diselimuti aturan dan nilai budaya, kepercayaan dan
ritual.
Begitu pula dengan masyarakat Pakpak Klasen yang berada di desa
Sionom Hudon Sibulbulon Kecamatan Parlilitan. Masyarakat Pakpak merupakan
suatu kelompok suku bangsa yang terdapat di Sumatera Utara. Secara tradisional
wilayah komunitasnya disebut tanoh Pakpak. Tanoh Pakpak terbagi atas lima sub
wilayah yakni: Simsim, Keppas, Pegagan (kab. Dairi), Kelasen (kec. ParlilitanHumbang Hasundutan) dan Kec. Manduamas, serta Boang (Aceh Singkil).

2

Masyarakat Pakpak Klasen memiliki pengetahuan pemanfaatan tumbuhtumbuhan yang ada di alam sekitar. Pengetahuan terhadap tumbuh-tumbuhan
yang memiliki manfaat telah dimiliki masyarakat Pakpak sejak dahulu, yang
diwariskan secara turun temurun oleh para orang tua baik melalui lisan maupun
tulisan. Pengetahuan ini tidak mungkin dibuat daftar katalog tumbuhannya, tetapi
hanya diwariskan secara turun temurun saja.
Beberapa tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Pakpak
diantaranya yaitu, kunyit, pinang, sirih, jeruk purut, jeringo, gambir, kemenyan,
kelapa hijau, ampu-ampu, bangun-bangun, gundur (labu putih), labu, dan lainlain.
Dari berbagai tumbuh-tumbuhan yang beranekaragam jenis dan habitatnya
yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai sumber bahan
pangan, sandang, papan, obat-obatan, ataupun spiritual, kemenyan merupakan
komoditi unggulan. Hal ini dikarenakan kemenyan dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional, spiritual, juga bernilai jual yang cukup tinggi. Selain itu juga,
masyarakat menganggap tumbuhan kemenyan merupakan tumbuhan yang
memiliki nilai historis yang tingggi bagi masyarakat setempat.
Kemenyan biasa disebut Haminjon dalam bahasa Batak Toba, Kemenjen
dalam bahasa Pakpak Dairi, Keminjen dalam bahasa Karo dan Menyan dalam
bahasa Jawa. Tanaman kemenyan termasuk dalam ordo Ebanales, famili
Styracaceae dan genus Astyrax spp (Zuska,2005:40).
Terdapat dua jenis tanaman kemenyan yang diusahakan dan bernilai
ekonomis yang tumbuh tersebar di daerah Parlilitan. Kemenyan Sumatera berasal

3

dari pohon Haminjon Toba (Styrax paralleloneurum) dan Haminjon Durame
(Styrax benzoin). Pada masyarakat Pakpak juga terdapat satu jenis lagi, yaitu
Kemenyan Delang (Kemenjen Delang) namun kemenyan untuk jenis satu ini
jarang diusahakan oleh masyarakat Parlilitan dikarenakan kualitas getah yang
rendah serta waktu pengolahan yang cukup lama.
Provinsi Sumatera Utara, merupakan daerah utama penghasil kemenyan.
Sekarang daerah satu-satunya yang masih menghasilkan kemenyan dalam jumlah
besar adalah Sumatera Utara.
Ada dua jenis pohon kemenyan yang dikenal oleh masyarakat Pakpak di
Parlilitan, yaitu pohon kemenyan yang memang sengaja ditanam di kebun
masyarakat, atau ditanam/tumbuh di hutan. Tetapi, pada umumnya, di Parlilitan
pohon kemenyan saat ini adalah pohon kemenyan yang di tanam/tumbuh di hutan.
Bahkan masih banyak pohon kemenyan yang sudah berumur puluhan tahun yang
masih diusahakan masyarakat. Tanaman kemenyan termasuk salah satu tanaman
endemik di Tapanuli (Zuska,2005:42). Hal ini di perkuat dengan beberapa
informasi dan sumber ketika pada saat itu para pedagang Cina dan India telah
membawa kemenyan dari Tapanuli ketika masa berjayanya pelabuhan Barus.
Ketika masa itu, daerah Parlilitan masih masuk kedalam daerah pemerintahan
daerah Tapanuli. Tetapi saat ini sudah masuk kedalam Pemerintahan Humbang
Hasundutan. Jadi, diperkirakan kemenyan awalnya berasal dari daerah Tapanuli
tetapi menjadi tersebar di berbagai daerah di bawa oleh para pedagang.
Pengelolaan kebun kemenyan umumnya tidak dilakukan secara intensif, yaitu
tanpa pemupukan dan pembasmian hama. Pembersihan lahan dilakukan paling

4

tidak setahun sekali hanya untuk memastikan tidak adanya hama atau tanaman
pengganggu kemenyan.
Berkebun kemenyan, sudah menjadi tradisi pada masyarakat Pakpak di
Parlilitan. Karena itu, tidak heran bila penduduk parlilitan memanfaatkan hutan
untuk dijadikan kebun kemenyan. Masyarakat Pakpak yang berada di Parlilitan
menyebut hutan kemenyan dengan sebutan tembak kemenjen. Sedangkan untuk
para penduduk yang menjadi petani kemenyan disebut perkemenjen.
Kemenyan di Tanah Batak sudah lama dikenal, diperkirakan sejak
pelabuhan Barus mulai aktif sebagai pintu masuk dunia ke Tapanuli, yaitu di abad
ke-13. Tradisi berkebun kemenyan berhubungan dengan sejarah perdagangannya di masa
lalu. Menurut sejarah, pedagang dari Timur Tengah, Cina dan India sudah membeli
kemenyan dari Tapanuli sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Pada masa itu, harga
kemenyan melebihi harga emas, sehingga banyak sekali petani yang kemudian
mengumpulkan dan membudidayakan kemenyan (Zuska, 2005:40).

Di Parlilitan, kemenyan diolah khususnya oleh kaum laki-laki. Perempuan
kadang-kadang juga ikut mengolahnya, tetapi mereka adalah janda-janda yang
menggantikan posisi suaminya. Gadis-gadis sama sekali tidak ikut mengolah
kemenyan. Hal ini dikarenakan larangan tradisional, karena pohon kemenyan
dipercayai sebagai penjelmaan dari seorang gadis.
Sebuah legenda yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa pada
suatu hari seorang gadis miskin, yang akan dikawinkan dengan seorang laki-laki
kaya melarikan diri ke dalam hutan untuk menghindar. Ketika menengadahkan
tangannya kearah langit sambil berdoa, dia disambar petir dan menjadi sebuah

5

pohon kemenyan. Getah ini yang dipercayai sebagai susu gadis tersebut, katanya
diperuntukkan bagi orang miskin.
Sebelum ke kebun juga biasanya petani mempersiapkan nditak, yaitu beras
yang ditumbuk bersama gula aren dan kelapa. Mereka berdoa sebelum
memakannya supaya pohon kemenyan dapat menghasilkan banyak getah. Dan,
jenis upacara nya adalah mekotas (makan bersama) dan meminta ijin penguasa
kebun / hutan yaitu persintabien.
Kemenyan juga dipercayai oleh masyarakat sebagai pohon suci karena
pohon-pohon kemenyan tidak akan mengeluarkan getah jika lelaki bersikap buruk
terhadap orangtua, isterinya atau jika, sewaktu dikebun, mereka bicara kasar,
berbohong, menipu atau mencuri. Ada juga para perkemenjen yang masih
melakukan tradisi lain yaitu, menyanyikan odong-odong merkemenjen yaitu
nyanyian para pencari getah kemenyan.
Tanaman kemenyan dimanfaatkan getahnya. Cara menyadap getah pohon
kemenyan mirip dengan menyadap getah pohon karet atau getah pohon pinus.
Getah dihasilkan dari pemotongan pada kulit pohon. Getah yang mengeras
dikumpulkan dan digunakan sebagai kemenyan dan mur..
Awam mengenali kemenyan, biasanya pikiran kita tertuju pada hal-hal
yang berbau mistik. Tidak salah memang, karena kemenyan terutama di pulau
Jawa dan Bali banyak digunakan sebagai pelengkap sesaji dalam ritual yang
berhubungan dengan dunia gaib dan supranatural. Karena, selama ini kita
mengetahui kemenyan adalah sebagai pelengkap acara ritual. Secara tradisional,

6

kemenyan digunakan sebagai campuran dupa dalam ritual. Penggunaan lainnya
adalah sebagai bahan campuran dalam industri rokok.
Namun, sebenarnya masih banyak kegunaan kemenyan, tidak sekedar
ritual beberapa suku tertentu saja. Di lingkungan masyarakat suku Jawa,
kemenyan juga sering digunakan sebagai pengharum rokok kretek, mereka
menyebutnya Kelembak menyan. Sedangkan di sektor industri, kemenyan
dipergunakan sebagai bahan baku kosmetika dan bahan pengikat parfum agar
keharumannya tidak cepat hilang. Kemenyan berguna pula sebagai bahan
pengawet dan bahan baku farmasi/obat-obatan. Di samping itu kemenyan dapat
dipakai pula sebagai bahan campuran dalam pembuatan keramik agar lebih kuat
dan tidak mudah pecah. Kemenyan telah lama digunakan sebagai pengobatan
medis untuk mengatasi sakit tenggorokan, hidung mampet, bekas luka, dan luka
bakar. Disamping itu juga, nilai ekonomis kemenyan yang cukup tinggi yang
dapat membantu perekonomian penduduk setempat.
Pengetahuan tradisional terhadap pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat
pada umumnya, dan pada masyarakat Pakpak Klasen pada khususnya
dikhawatirkan akan hilang sebelum informasi pengetahuan tradisional tersebut
dicatat ataupun diketahui oleh masyarakat luas, karena pengetahuan ini sifatnya
lisan dari mulut ke mulut, dari setu generasi ke generasi yang lainnya. Disamping
itu juga, kita menyadari bahwa teknologi maju telah menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan yang mengakibatkan punahnya tumbuh-tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai obat tradisional selain bernilai ekonomis tinggi.

7

Berdasarkan hal-hal diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berkaitan dengan “Etnobotani Tumbuhan Kemenyan” Studi
Deskriptif pada masyarakat Pakpak Klasen Di Desa Si Onom Hudon
Sibulbulon Kecamatan Parlilitan.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sejarah asal-usul tumbuhan kemenyan di tanah Parlilitan
2. Fungsi dan Pemanfaatan tumbuhan kemenyan oleh masyarakat Pakpak
Klasen
3. Zat-zat yang terkandung didalam kemenyan
4. Cerita Rakyat (legenda) yang berkaitan dengan kemenyan
5. Kepercayaan dan upacara-upacara ritual adat yang terkait dengan tumbuhan
kemenyan
6. Budidaya dan pengelolaan tanaman kemenyan

1.3 Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas dan identifikasi
masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah, untuk mempermudah penelitian,
dan memungkinkan tercapainya hasil yang sebaik mungkin. Pembatasan masalah ini
dimaksudkan untuk membantu mengarahkan penulis pada masalah yang sebenarnya
dan mengingat masalah yang sangat kompleks, keterbatasan waktu, pengetahuan,
tenaga dan dana, untuk menghindari meluasnya masalah dalam penelitian ini maka

8

penulis membatasi permasalahan yang akan dikaji dibatasi pada “Etnobotani
Tumbuhan Kemenyan”.

1.4. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah asal-usul, dan perkembangan tumbuhan kemenyan
di Parlilitan?
2. Apa fungsi dan manfaat tumbuhan kemenyan?
3. Bagaimana cara penanaman pohon kemenyan, pengelolaan, budidaya,
sampai masa panen?
4. Kepercayaan apa yang diyakini oleh masyarakat Pakpak Klasen terkait
dengan budidaya, dan pengolahan kemenyan?

1. 5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah asal-usul dan perkembangan tumbuhan
kemenyan di Parlilitan.
2. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat dari tumbuhan kemenyan.
3. Untuk mengetahui cara penanaman pohon kemenyan, pengelolaan,
budidaya, sampai masa panen getah kemenyan.

9

4. Untuk mengetahui kepercayaan-kepercayaan tradisional yang diyakini
oleh masyarakat Pakpak Klasen yang berkaitan dengan budidaya dan
pengolahan kemenyan.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan penulis dan pembaca tentang Etnobotani
Tumbuhan Kemenyan.
2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan Penulis tentang fungsi
dan manfaat tumbuhan kemenyan.
3. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang Etnobotani Tumbuhan
Kemenyan.
4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang relevan di
kemudian harinya bagi masyarakat umum dan khususnya mahasiswa
UNIMED.

10

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Sejarah kemenyan di daerah ini sangat sukar diketahui asal-usul serta
perkembangannya. Tetapi, masyarakat sekitar memperkirakan kemenyan
masuk ke daerah Parlilitan pada saat masa kejayaan pelabuhan Barus.
Menurut legenda dan mitos yang berkembang di dalam masyarakat,
kemenyan berasal dari seorang gadis miskin yang terjerat banyak hutang
dan melarikan diri ke dalam hutan, menjelma menjadi sebuah pohon. Dan
dari pohon tersebut keluar getah, dan getah tersebutlah yang di percaya
oleh masyarakat sebagai getah kemenyan.
2. Fungsi kemenyan pada masyarakat Pakpak Klasen di Desa Si Onom
Hudon lebih dirasakan secara ekonomis, sebagai tiang penyangga rumah,
juga berfungsi sebagai insektisida buatan. Masyarakat Pakpak Klasen Di
Desa Si Onom Hudon tidak lagi mengetahui manfaat kemenyan sebagai
pengetahuan tradisional. Pengetahuan tradisional tentang pembuatan obatobatan tradisional dengan menggunakan kemenyan sudah mengalami
perubahan pengetahuan.
3. Budidaya kemenyan dilakukan masih sangat tradisional, dari penanaman,
sampai pengolahan. Belum ada petani yang melakukan penanaman secara
intensif.

94

4. Masyarakat di desa ini melarang anak gadis untuk turut mengolah
kemenyan. Masyarakat Pakpak Klasen di Desa Si Onom Hudon
Sibulbulon juga mempercayai bahwa pohon kemenyan merupakan pohon
suci. Ketika menyadap getah kemenyan, para petani juga tidak
diperbolehkan memakai pakaian yang bagus. Sebelum para petani
kemenyan tadi memulai penyadapan kemenyan, terlebih dahulu mereka
memanjatkan doa kepada sang pencipta agar terhindar dari segala
marabahaya yang ada di hutan. Sambil memanjatkan doa, petani
meletakkan nditak di bawah pohon kemenyan yang akan disadap dengan
harapan pohon kemenyan yang mereka sadap akan mengeluarkan getah
yang banyak.

95

5.2 SARAN

1. Pemerintah daerah ataupun dinas terkait, diminta untuk dapat
memberikan penyuluhan ataupun sosialisasi mengenai pembudidayaan kemenyan
secara intensif. Pembudidayaan tumbuhan secara intensif sangat diperlukan agar
hasil yang diperoleh dapat maksimal mengingat kemenyan merupakan tumbuhan
yang memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.

2. Sosialisasi mengenai fungsi dan manfaat kemenyan hendaknya
dilakukan oleh dinas terkait pula agar masyarakat lebih mengetahuinya. Sehingga
dapat mengoptimalkan pembudidayaan kemenyan tersebut.

3. Pemasaran kemenyan juga hendaknya diatur oleh pihak yang terkait
agar tidak terjadi permainan harga. Sehingga harga kemenyan dapat stabil, dan
tidak ada yang melakukan permainan harga. Ketidakstabilan harga jugalah yang
menyebabkan menurunnya pengelolaan tumbuhan kemenyan.

4. Hendaknya, pengetahuan tradisional ini haruslah di catat ataupun
dibukukan. Agar tidak hilangnya pengetahuan tersebut dikarenakan kemajuan
jaman.

96

DAFTAR PUSTAKA
Berutu, Lister.2004. Upacara Menanda Tahun Pada Masyarakat Pakpak Dan
Dampak Positif Yang Ditimbulkannya. Medan. PT. Grasindo
Monoratama
_________ Mariana Makmur dan Pasder Berutu. 2002. Aspek-Aspek Kultural
Etnis Pakpak Suatu Eksplorasi Tentang Potensi Lokal. Medan.
Monora.
_______, dan Tandak Berutu. 2006. Adat dan Tata Cara Perkawinan Masyarakat
Pakpak. Medan. Monora.
_______, dan Nurbani Padang. 2006. Mengenal Upacara Adat Pada Masyarakat
Pakpak Di
Sumatera Utara. Medan. PT. Grasindo
Monoratama.
Goloubinoff, Marina. 2002. “Harum Madu dan Dupa Kemenyan di Jawa
Tengah”, dalam
Claude Guillot. Lobu Tua Sejarah Awal
Barus. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia
Guillot, Claude. 2002. Lobu Tua Sejarah Awal Barus. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia
Katz, Esther. 2002. “Pengolahan Kemenyan Di Dataran Tinggi Batak: Keadaan
Sekarang”, dalam Claude Guillot. Lobu Tua Sejarah Awal
Barus. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia.
Koentjaraningrat. 1970. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. PT. Djembatan.
Jakarta
_____________. 1979. Kamus Istilah Antropologi. Progres. Jakarta.
_____________. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta. Dian Rakyat.
_____________. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta
Koentjaraningrat, dan Donald K. Emmerson. 1982. Aspek Manusia Dalam
Penelitian
Masyarakat. PT. Gramedia. Jakarta.
Lumbanraja, Lenna. 1995. Isolasi Dan Identifikasi Asam Benzoat Dari Getah
Kemenyan
Dairi. Skripsi S1 FPMIPA IKIP. Medan
Marsden, William. 1999. Sejarah Sumatera. Remaja Rosdakarya.
Bandung

Munthe, Nurelide. 2012. Pelajaran Kearifan Lokal Odong-Odong Sastra Lisan
Pakpak.
Medan. Mitra.
Purwanto, Y. 1999. Peran dan Peluang Etnobotani Masa Kini di Indonesia dalam
Menunjang Upaya Konservasi dan Pengembanga
Keanekaragaman Hayati. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian
Bidang Ilmu Hayati. Puslitbang-LIPI.
Bogor.Pustaka
Sasmuko, S.A, 1999. Karakteristik Kemenyan Sumatera Utara dan Laos.
Makalah Utama
Ekspose Hasil Penelitian Balai Penelitian
Kehutanan Pematang Siantar. Medan
Silalahi, Joseph. 2009. Pengelolaan Hutan Kemenyan Di Kecamatan Siempat
Rube Kabupaten Pakpak Bharat. Skripsi S1 FISIPOL USU.
Medan.
Spradley, James. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya.
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta. Kencana.
Zuska, Fikarwin. 2005. “Kebun Agroforest Kemenyan Di Tapanuli”, dalam
Jurnal Etnovisi
Volume I No.1 Universitas Sumatera Utara.