Studi Etnobotani Tumbuhan Herba Pada Masyarakat Karo di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat)”dalam waktu yang telah ditetapkan

(1)

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN HERBA OLEH MASYARAKAT KARO DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

(Studi Kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

NUR INDAH SARI 060805031

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMETERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas Rahmat, kekuatan dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat diberikan kemampuan menyelesaikan skripsi penelitian yang

berjudul “Studi Etnobotani Tumbuhan Herba Pada Masyarakat Karo di

Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Studi Kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat)”dalam waktu yang telah ditetapkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Etti Sartina Siregar, S.Si, MSi, selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS. Selaku Dosen Pembimbing II dan Bapak Tengku Alif Athorik S.Si, M.Si selaku Dosen yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, waktu dan perhatiannya yang besar terutama saat penulis memulai penulisan hingga penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Bapak Irwansyah, selaku Kepala Dusun Perteguhan yang telah banyak memberikan bantuan dan kemurahan hati pada saat penulis melakukan penelitian di desa telagah.

Ucapan terma kasih kepada Bapak Riyanto Sinaga S.Si, M.Si, dan Ibu Dr. Suci Rahayu MS dan Ibu Kaniwa Berliani S.Si, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan arahan sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna, serta ucapan terima kasih kepada Ibu Yurnaliza S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik saya dan juga kepada Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto M.Sc Ketua Departemen Biologi FMIPA USU dan Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU. Dekan dan para Pembantu Dekan FMIPA USU, semua Dosen Departemen Biologi FMIPA USU yang telah memberikan Ilmu yany bermanfaat kepada penulis.

Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta Darwis Nasution dan Nur baya Siregar atas do’a, dukungan, perhatian, serta kasih dan cintanya yang tak terhingga yang diberikan kepada penulis. Keluarga besar di MADINA, Simangambat (Kakak dan Adekku tercinta Mhd. Yasir Nst, SE, Ikhwan Saputra Nst, Nurmilah Nst AMd, Zuraidah, Mhd. Najir, Haqqul yakin dan Wahyudi, Tua, Bou, Tobang, Ujing, semuanya yang tak dapat dituliskan satu persatu) terima kasih atas kasih sayangnya dan perhatiannya.

Ucapan terima kasih kepada Tim Telagah (Bang Mahya, Bang Yovie, Bang Rahmat, Bang Barita, Kasbih, Zulfan, Zuki, Andri, Sutrisno, Umri, Farid, Surya, Juju, Gilang, Kak Zaida, Santi, Tety dan Irma) atas bantuannya selama penelitian. Serta kepada kak Putri, Kak Yanti dan kakak abang senior yang banyak memberikan dukungan dan kepada Teman – teman seperjuangan angkatan Bio 06 penulis ucapakan terima kasih atas dukungannya. Dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bias disebutkan satu Persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam melengkapi kekurangan serta penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Robbal ‘Alamin


(3)

HERBACEOUS ETHNOBOTANY STUDY OF KARO TRIBE AT GUNUNG LEUSER NATIONAL PARK.

(Case Study In The Telagah Village Of Sei Bingai Langkat District)

ABSTRACT

Research on the ethnobotany studies herbaceous by Karo Community in Gunung Leuser National Park area (case study in the village of Sei Bingai Telagah Langkat District), has been conducted from May to June 2010. The purpose of this study was to determine the types of herbaceous and their utilization by the community in the village of Karo Telagah, Sei Bingai, Langkat District. The result showed that 101 species of 48 families used at Karo people for diffrent purposes, such as foods/beverage, medicines, mystic/magic, yards, and dyestuffs. Utilization of the largest is for the need of medicines (68 species), mixture materials food / beverage (35 species), mystic / magic (19 species), yards (12 kinds), dyestuffs (1 species). From the results of research conducted in order to plant value (UV) is the highest there is in Perteguhan Bahing (Zingiber officinaleRosc.) is 611 with UVs at 13 and RUV 0.467%. Conducted in order to plant value (UV) is the highest there is in Pamah Semilir Bahing (Zingiber officinale Rosc.) is 773 with UVs 12.88 and RUV 0.594%. Index of Cultural Significance (ICS) is the highest there is in Perteguhan kiung Flower (Impatiens balsaminaL.) is 75. Index of Cultural Significance (ICS), the highest there is in Pamah Semilir is Galoh (Musa paradisiaca L.) is 96. Knowledge society Karo in the village of Telagah utilization of herbaceous from generation to generation tends to decrease. The highest level of degradation there is in perteguhan in age group I respondents 20-35 years amounted 60.68%.


(4)

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN HERBA PADA MASYARAKAT KARO DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

(Studi Kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat)

ABSTRAK

Penelitian tentang studi Etnobotani Tumbuhan Herba Oleh Masyarakat Karo di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (studi kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat), telah dilakukan pada bulan Mei- Juni 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis tumbuhan herba dan pemanfaatannya oleh masyarakat Karo di Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Dari hasil penelitian ditemukan 101 jenis tumbuhan Herba yang tergolong kedalam 48 famili untuk memenuhi beberapa kebutuhan sehari-hari yaitu untuk bahan campuran makanan/minuman, obat-obatan, mistik, pekarangan, dan zat warna. Pemanfaatan terbesar adalah untuk kebutuhan bahan campuran obat-obatan (68 jenis), bahan campuran makanan/ minuman (35 jenis) mistik/magis (19 jenis), pekarangan (12 jenis), zat warna (1 jenis). Dari hasil penelitian yang dilakukan nilai guna tumbuhan (UV) tertinggi di Dusun Perteguhan adalah Bahing (Zingiber officinale Rosc.) yaitu 611 dengan UVs sebesar 13 dan nilai RUV 0,467%. Nilai guna tumbuhan (UV) tertinggi di Dusun Pamah Semilir adalah Bahing (Zingiber officinale Rosc.) yaitu 773 dengan UVs 12,88 dan RUV 0,594. Nilai Index of Cultural Significance (ICS) tertinggi di Dusun Perteguhan adalah Bunga kiung (Impatiens balsamina L) yaitu 75. Nilai Index of Cultural Significance (ICS) tertinggi di Dusun

Pamah Semilir adalah Galoh (Musa paradisiaca L.) yaitu 96. Pengetahuan

masyarakat karo di Desa Telagah tentang pemanfaatan tumbuhan herba dari generasi ke generasi cenderung menurun. Tingkat degradasi tertinggi terdapat di Dusun Perteguhan pada responden kelompok umur I yaitu umur20- 35 tahun sebesar 60.68%.


(5)

DAFTAR ISI

halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrac v

Abstrak vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 4

1.4 Manfaat 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5

2.1 Pengertian Etnobotani 5

2.2 Tumbuhan Herba 8

2.3 Peranan Tumbuhan 9

2.4 Masyarakat Karo 10

2.5 Kebiasaan dan Adat Istiadat Masyarakat Karo 11

Bab 3 Bahan dan Metode

3.1 Waktu dan Tempat 13

3.2 Deskripsi Area 13

3.2.1 Letak dan Luas 13

3.2.2 Topografi 13

3.2.3 Iklim 14

3.2.4 Vegetasi 14

3.3 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat 14

3.4 Metode Penelitian 15

3.5 Pelaksanaan Penelitian 15

3.5.1 Di Lapangan 15

3.5.2 Di Laboratorium 17

3.6 Analisis Data 17

3.6.1 Indeks Nilai Guna Setiap Tumbuhan (Uvis) 18

3.6.2 Jumlah Penggunaan Setiap Jenis Tumbuhan (Uvs) 18

3.6.3 Nilai Guna Relatif Setiap Nara Sumber (RUV) 18

3.6.4 Indeks Kepentingan Budaya (ICS) 19

3.6.5 Perhitungan Degradasi Pengetahuan 19

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

4.1 Tumbuhan Herba yang Dimanfaatkan 20

4.1.1 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Bahan Obat-Obatan 24


(6)

Minuman

4.1.3 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Ritual/Magis 33

4.1.4 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Tanaman Pekarangan

35

4.1.5 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Bahan Bumbu 36

4.1.6 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Pakan Ternak 37

4.1.7 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Bahan Zat Warna 37

4.2 Indeks Nilai guna tumbuhan (UV) dan Jumlah Pengguna setiap jenis tumbuhan

39

4.2.1 Nilai UV dan UVs di Dusun Perteguhan 39

4.2.2 Nilai UV dan UVs di Dusun Pamah Semilir 42

4.2.3 perbandingan Nilai Guna Relativ (RUV) 45

4.2.4 Nilai Indeks Kepentingan Budaya (ICS) 46

4.3 Degradasi Pengetahuan 47

4.3.1 Degradasi Pengetahuan di Dusun Pertenguhan 47

4.3.2 Degradasi Pengetahuan di Dusun Pamah Semilir 47

4.3.3 Degradasi Pengetahuan Jenis Tumbuhan Herba Pada Suku Karo di Dusun Perteguhan

48 4.3.4 Degradasi Pengetahuan Jenis Tumbuhan Herba Pada Suku

Karo di Dusun Pamah Semilir

49

4.3.5 Tingkat Pendidikan Responden di Dusun Perteguhan 49

4.3.6 Tingkat Pendidikan Responden di Dusun Pamah Semilir 49

4.4 Deskripsi Jenis-Jenis Tumbuhan Herba 50

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 68

5.2 Saran 69

Daftar Pustaka 70


(7)

HERBACEOUS ETHNOBOTANY STUDY OF KARO TRIBE AT GUNUNG LEUSER NATIONAL PARK.

(Case Study In The Telagah Village Of Sei Bingai Langkat District)

ABSTRACT

Research on the ethnobotany studies herbaceous by Karo Community in Gunung Leuser National Park area (case study in the village of Sei Bingai Telagah Langkat District), has been conducted from May to June 2010. The purpose of this study was to determine the types of herbaceous and their utilization by the community in the village of Karo Telagah, Sei Bingai, Langkat District. The result showed that 101 species of 48 families used at Karo people for diffrent purposes, such as foods/beverage, medicines, mystic/magic, yards, and dyestuffs. Utilization of the largest is for the need of medicines (68 species), mixture materials food / beverage (35 species), mystic / magic (19 species), yards (12 kinds), dyestuffs (1 species). From the results of research conducted in order to plant value (UV) is the highest there is in Perteguhan Bahing (Zingiber officinaleRosc.) is 611 with UVs at 13 and RUV 0.467%. Conducted in order to plant value (UV) is the highest there is in Pamah Semilir Bahing (Zingiber officinale Rosc.) is 773 with UVs 12.88 and RUV 0.594%. Index of Cultural Significance (ICS) is the highest there is in Perteguhan kiung Flower (Impatiens balsaminaL.) is 75. Index of Cultural Significance (ICS), the highest there is in Pamah Semilir is Galoh (Musa paradisiaca L.) is 96. Knowledge society Karo in the village of Telagah utilization of herbaceous from generation to generation tends to decrease. The highest level of degradation there is in perteguhan in age group I respondents 20-35 years amounted 60.68%.


(8)

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN HERBA PADA MASYARAKAT KARO DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

(Studi Kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat)

ABSTRAK

Penelitian tentang studi Etnobotani Tumbuhan Herba Oleh Masyarakat Karo di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (studi kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat), telah dilakukan pada bulan Mei- Juni 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis-jenis tumbuhan herba dan pemanfaatannya oleh masyarakat Karo di Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Dari hasil penelitian ditemukan 101 jenis tumbuhan Herba yang tergolong kedalam 48 famili untuk memenuhi beberapa kebutuhan sehari-hari yaitu untuk bahan campuran makanan/minuman, obat-obatan, mistik, pekarangan, dan zat warna. Pemanfaatan terbesar adalah untuk kebutuhan bahan campuran obat-obatan (68 jenis), bahan campuran makanan/ minuman (35 jenis) mistik/magis (19 jenis), pekarangan (12 jenis), zat warna (1 jenis). Dari hasil penelitian yang dilakukan nilai guna tumbuhan (UV) tertinggi di Dusun Perteguhan adalah Bahing (Zingiber officinale Rosc.) yaitu 611 dengan UVs sebesar 13 dan nilai RUV 0,467%. Nilai guna tumbuhan (UV) tertinggi di Dusun Pamah Semilir adalah Bahing (Zingiber officinale Rosc.) yaitu 773 dengan UVs 12,88 dan RUV 0,594. Nilai Index of Cultural Significance (ICS) tertinggi di Dusun Perteguhan adalah Bunga kiung (Impatiens balsamina L) yaitu 75. Nilai Index of Cultural Significance (ICS) tertinggi di Dusun

Pamah Semilir adalah Galoh (Musa paradisiaca L.) yaitu 96. Pengetahuan

masyarakat karo di Desa Telagah tentang pemanfaatan tumbuhan herba dari generasi ke generasi cenderung menurun. Tingkat degradasi tertinggi terdapat di Dusun Perteguhan pada responden kelompok umur I yaitu umur20- 35 tahun sebesar 60.68%.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam megadiversity, yaitu merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi (Sadjudin, 2000), disamping itu Indonesia juga pusat keragaman hayati dan menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazilia. Diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia ini berada di Indonesia (Arief, 2001).

Indonesia memiliki etnis yang sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis (Konphalindo, 1994). Setiap kelompok masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan mereka, seperti untuk obat-obatan, peralatan rumah tangga, bermacam-macam anyaman/tali-temali, bahan pelengkap upacara adat, disamping digunakan untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan. Bentuk susunan ramuan, komposisi, dan proses pembuatan/ pengolahan dilakukan secara tradisional menurut pengalaman praktis dan pengetahuan tidak ditulis suku/etnis kelompok masing-masing yang diwariskan kepada mereka terima secara turun-temurun (Tamin dan Arbain, 1995).

Pemanfaatan tumbuhan oleh etnis/suku tertentu disebut dengan etnobotani. Studi etnobotani tidak hanya mengumpulkan tumbuhan berguna, mencatat nama lokal dan cara pemanfaatannya. Dalam rangka kepentingan teoritis, etnobotani perlu diperluas dengan pendekatan interdisipliner antara ilmu botani dengan ilmu sosial. Penekanan yang dilakukan secara interdisipliner akan dapat memecahkan masalah yang mencakup aspek sosial budaya dan persepsi serta pemahaman masyarakat terhadap tumbuhan dan pemanfaatannya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Melalui kajian etnobotani akan terungkap cara berpikir suatu kelompok masyarakat, konsep-konsep mengenai tumbuhan, kebijakan dalam pemanfaatan budidaya, dan konservasi keanekaragaman hayati, yang secara tradisi diselimuti


(10)

aturan dan nilai budaya, kepercayaan dan ritual. Menurut Martin (1998) Etnobotani merujuk pada kajian interaksi antara manusia, dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi.

Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan suaka tropis terkaya di dunia. MacKinnon et al., (1986) menilai TNGL memiliki skor tertinggi di antara kawasan konservasi di seluruh Indo-Malaya. Pentingnya kawasan ini dibuktikan dengan ekspedisi van Steenis tahun 1937, dan dilanjutkan dengan ekspedisi-ekspedisi lainnya, membuktikan kayanya keragaman hayati taman nasional ini. Tidak kurang dari 4.000 spesies tumbuhan dapat dijumpai. Komposisi vegetasinya tersebar dalam beberapa zonasi (menurut ketinggian permukaan laut), yaitu Coastal Vegetation, Tropical Zone (0-1000 m), Colline Sub-Zone (500-1.000 m), Submontane Zone (1.000-1500 m), Montane Zone (1.500-2.400 m), Subalpine Zone

(2.400-3.400 m), Mountain Blang Vegetation (2.600-3.000 m), dan Anthropogenic Vegetation. Selain itu, taman nasional ini juga tempat yang penting sebagai habitat tumbuhan obat (Wiratno, 2006).

Menurut Azmy (2002) Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) salah satu kawasan konservasi yang paling luas di Sumatera. Taman Nasional ini dikelilingi oleh berbagai tipe penggunaan lahan, mulai dari hutan lindung, hutan produksi terbatas, kawasan konsensi hutan sampai pemukiman. Beberapa pemukiman terdapat di dalam Taman Nasional berupa ‘enclave’ (perkampungan di dalam kawasan Taman Nasional). Penduduk desa yang tinggal di sekitar dan di dalam Taman Nasional ini mempunyai aktivitas bertani dan memungut hasil hutan disekitar atau di dalam Taman Nasional tersebut. Pengelolaan Taman Nasional ini sebagai salah satu kawasan konservasi juga sangat berkaitan dengan cara masyarakat setempat dalam mengelola pertanian dan memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitarnya.

Tingkat kehidupan masyarakat sekitar Taman Nasional yang sederhana dan jauhnya lokasi dari kehidupan perkotaan, memaksa sebagian besar masyarakat sekitar Gunung Leuser bergantung kehidupannya pada alam, baik sebagai sumber


(11)

pangan, papan, dan sandang. Kajian Ekologi maupun Etnobotani yang diungkapkan secara bersamaan disebut etnoekologi yang merupakan kajian interdisiplin yang mempelajari interaksi masyarakat lokal dengan sumberdaya alamnya meliputi pekarangan, kebun, hingga hutan primer, tempat tumbuhan yang bermanfaat dapat ditemukan (Martin, 1995).

Masyarakat Karo, dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan alam sekitarnya, mereka memanfaatkan tumbuhan herba untuk kepentingan sehari-hari, pesta adat dan budaya serta obat tradisional misalnya Musa Paradisiaca L. dimana batang Musa Paradisiaca L. dijadikan sebagai sayur di saat pesta adat. Masyarakat di Desa Telagah sampai saat ini masih banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan obat-obatan, pesta adat, dan kepentingan lainnya. Hingga sekarang belum ada data yang lengkap tentang bagaimana pengetahuan masyarakat Karo tentang pemanfaatan tumbuhan herba, maka berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang jenis-jenis herba yang dimanfaatkan oleh suku Karo di sekitar wilayah Taman Nasional Gunung Leuser.

1.2Permasalahan

Penelitian tentang studi etnobotani tumbuhan herba di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat hingga sekarang belum ada data yang lengkap tentang pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan herba oleh masyarakat Karo di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.


(12)

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui jenis-jenis tumbuhan herba dan pemanfaatannya oleh masyarakat Karo di Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

2. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Karo tentang pemanfaatan

tumbuhan herba di Desa Telagah, Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar penelitian lebih lanjut guna pengembangan pengetahuan etnobotani di Sumatera Utara, serta dapat dijadikan sebagai jembatan pemanfaatan pengetahuan tradisional (indigenous knowledge)


(13)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Etnobotani

Pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia mengalami peningkatan selama kurun waktu 35 tahun ini, bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan dasar yang terbatas pada pangan, sandang dan perumahan, tetapi juga pada kebutuhan lain seperti ilmu pengetahun, rekreasi dan sebagainya. Hal tersebut mendorong masyarakat melakukan banyak upaya untuk memanfaatkan dan melestarikan keanekaragaman hayati. Upaya tersebut mulai dari inventarisasi, pemanfaatan, budidaya sampai dengan pelestariannya yang melibatkan berbagai disiplin ilmu, diantaranya Taksonomi, Etnobotani dan Bioteknologi (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).

Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomis saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian sumberdaya alam (Darmono, 2007).

Menurut Martin (1998) Etnobotani merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumberdaya alam tumbuhan. Etnobotani merujuk pada kajian interaksi antara manusia, dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk deskriptif dari pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi.


(14)

Tamin dan Arbain (1995), menyatakan istilah etnobotani dikemukakan pertama kalinya oleh Dr. J. W. Harshberger pada tahun 1985 dan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa yang masih primitif. Secara Terminologi, etnobotani adalah studi yang mempelajari tentang hubungan antara tumbuhan dan manusia. Dua bagian besar dari etnobotani ini adalah terbagi dalam dua kata yaitu “etno” dan studi tentang manusia, “botani”, studi tentang tumbuhan. Jadi etnobotani adalah studi yang menganalisis hasil dari manipulasi materil tanaman asli dengan konteks budaya dalam penggunaan tanaman atau dinyatakan bahwa etnobotani melihat dan mengetahui bagaimana masyarakat memandang dunia tumbuhan, atau memasukkan tumbuhan ke dalam budaya dan agama mereka. Menurut Balick dan Cox (1996), masyarakat yang dimaksudkan adalah penduduk asli yaitu orang-orang yang mengikuti tradisi atau kehidupan non industrial pada suatu daerah dan kemudian diturunkan pada generasinya. Menurut Martin (1995), etnobotani adalah bagian dari etnoekologi yang memprioritaskan tumbuhan dalam bidang kajiannya.

Ilmu etnobotani yang berkisar pada pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk kemaslahatan orang di sekitarnya, pada aplikasinya mampu meningkatkan daya hidup manusia. Studi lanjutan dapat berfokus pada penggunaan spesifik (pangan/makanan, ekonomi, banyak manfaat, pakan ternak, buah-buahan, obat-obatan, kayu bakar, dll). Atau bisa juga dengan mencoba mengumpulkan sejumlah informasi dilain musim. Atau memilih tumbuhan spesifik, contohnya cara perkembangbiakan beberapa jenis tumbuhan liar untuk dibudidayakan. Ada berbagai hasil dari studi etnobotani yang dilakukan. Diskusi bersama masyarakat tentang tanaman lokal bisa memunculkan kembali nilai-nilai lama yang pernah didapatkan dari tanaman-tanaman tersebut, selanjutnya peserta bisa menyampaikan gagasan-gagasan lain tentang manfaat tanaman tertentu berdasarkan kearifan lokal (Tamin & Arbain, 1995).

Studi ini merupakan ilmu yang kompleks dan dalam pelaksanaannya memerlukan pendekatan yang terpadu dari beberapa disiplin ilmu antara lain Taksonomi, Ekologi, Geografi Tumbuhan, Pertanian, Sejarah dan Antropologi (Tamin & Arbain, 1995), Linguistik, Kimia Bahan Alam, Pharmakognosi, Ekologi Tumbuhan, Antropologi dan Ekonomi (Balick & Cox, 1996).


(15)

Menurut Widjaja (2001), pada mulanya penelitian etnobotani dilakukan berawal dari keinginan untuk melestarikan warisan budaya tentang pengetahuan masyarakat pada dunia tumbuhan dan ingin mengetahui interaksi manusia yang hidup di sekitar hutan terhadap hutan sekitarnya. Namun ternyata penelitian ini sangat berguna untuk :

a. Usaha melestarikan hutan.

b. Peningkatan pendapatan masyarakat dengan membudidayakan tanaman

bernilai ekonomi di luar kawasan konservasi.

c. Pembuatan daerah buffer zone (daerah penyangga) di kawasan konservasi

sehingga penduduk diharapkan tidak mengambil hasil hutan baik kayu dan non kayu.

d. Pengambilan lahan terdegradasi karena usaha perdagangan dan usaha

penduduk di sekitar hutan.

e. Pengumpulan data masyarakat dan budayanya terhadap tumbuhan yang

dipergunakan secara tradisional maupun intoduksi. f. Pelestarian aneka budaya masyarakat.

g. Pengembangan obat tradisional.

h. Pencarian obat-obatan baru untuk penyakit modren seperti kanker, HIVAIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome), malaria, TBC (Tuberculosis).

i. Usaha mengembangkan tumbuhan berguna dan berpotensi ekonomi. j. Usaha mencari induk silangan untuk pengembangan pertanian.

Pada era Millenium ini, kecenderungan gaya hidup masyarakat dunia adalah

back to nature. Hal ini mengakibatkan penggunaan metode tradisional tidak akan ketinggalan zaman, contohnya di Barat, walaupun masyarakatnya telah berpikiran dan berbudaya dengan sangat maju dan modern, sampai sekarang ini kecenderungan untuk menggunakan metode pengobatan atau terapi untuk suatu penyakit dengan metode pengobatan tradisional tetap masih ada. Bahkan ada indikasi terjadinya peningkatan dalam hal penggunaan obat tradisional (Dianawati et al., 2001).


(16)

2.2. Tumbuhan Herba

Herba merupakan salah satu jenis tumbuhan penyusun hutan yang ukurannya lebih kecil jika dibandingkan dengan habitat semak ataupun pohon yang batangnya basah dan tidak berkayu (Nadakavukaren & McCracken, 1985). Tumbuhan ini memiliki organ tubuh yang tidak tetap atas permukaan tanah, siklus hidup yang pendek dengan jaringan yang cukup lunak (Wilson & Loomis, 1962). Menurut Longman & jenik (1987) mengungkapkan bahwa sejumlah herba menunjukkan bentuk-bentuk yang menarik, warna serta struktur permukaan daun yang sebagian besar darinya telah menjadi tanaman rumah yang popular seperti jenis dari suku Urticaceae, Araceace, Gesneriaceae, Begoniaceae.

Herba berupa tumbuhan pendek (0.3-2 m) tidak mempunyai kayu dan berbatang basah karena banyak mengandung air. Kebanyakan herba dari famili Begoniaceae, Gesneriaceae, Melastomaceae, Rubiaceae, dan berbagai jenis famili paku - pakuan (Whitmore, 1991). Jenis ini juga memiliki morfologi yang unik dan khas seperti yang diungkapkan ole MacKinnon et al., (2000), herba hutan basah sangat mencolok dengan bunga berwarna merah, kuning, jingga, biru keunguan, dan daun belang-belang. Oleh karena itu, tanaman ini banyak di tanam di lingkungan sekitar rumah tinggal, halaman perkantoran, sebagai tanaman hias dipinggir-pinggir jalan (Suryominoto, 1997), Hernani & Djauhariya (2004) menambahkan di Indonesia pada umumnya jenis-jenis herba sering dimanfaatkan sebagai obat-obatan, sayur-sayuran serta rempah-rempah. Ini disebabkan herba memiliki komposisi dan kandungan kimia yang berbeda-beda bahkan pada setian organnya mempunyai khasiat

dan pemnfaatan yang berbeda, misalnya pada jenis Curcuma yang memiliki

rhizomnya dapat digunakan untuk memasak dan sebagai obat-obatan tradisional.

2.2.1 Peranan Herba

Hutan yang baru mengalami suksesi ditandai dengan banyaknya tumbuhan pionir dan tumbuhan kecil lainnya seperti herba dan semak. Kehadiran herba dalam suatu kawasan hutan mempunyai peranan yang sangat penting (Anwar et al., 1987).


(17)

Menurut Sukman & Yakup (1995) beberapa peranan penting herba adalah sebagai berikut :

1. Menambah kesuburan tanah terutama dalam hal bahan organik. Ini di dukung oleh pendapat Soeriaadmadja (1997) tumbuhan merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi sifat serta ciri tanah sebagai penyumbang bahan organik.

2. Mencengah atau mengurangi timbulnya erosi. Herba merupakan komunitas

awal yang memegang peranan penting dalam memantapkan tanah-tanah yang peka terhadap erosi(Anwar et al.,1987). Ini didukung pula oleh Sastroutomo (1990) yang mengatakan bahwa pengaruh yang paling menguntungkan secara nyata dari adanya herba khususnya di daerah dengan curah hujan yang tinggi adalah perlindungan tanah dari bahaya erosi.

3. Sebagai sumber pakan bagi manusia maupun hewan ternak seperti pada jenis umbi-umbian.

4. Sebagai tumbuhan lantai hutan (forest floor) karena menurut Arief (2001), herba, serasah dan tumbuhan lainnya sangat menentukan permeabilitas tanah dalam menyerap air yang jatuh dari tajuk pohon serta akan mencegah laju aliran permukaan (surface run-off) sehingga terserap oleh tanah (infiltrasi). 5. Bahan industry kertas.

6. Medium penanaman jamur merang.

7. Bahan obat tradisional. Kusuma (2004) mengungkapkan dari 30.000 jenis

tumbuhan di Indonesia sebanyak 940 jenis diketahui berkhasiat obat dan 180 jenis yang telah digunakan dalam ramuan obat tradisional dimana sebagian besar berupa herba.

8. Bahan makanan, rempah-rempah dan sayuran (Saigo & Saigo, 1983) di

dukung oleh Sudarnadi (1996) bahwa herba berperan sebagai tumbuhan penghasil karbohidrat.

9. Tanaman padar atau hias. Menurut Suryowinoto (1997) herba sebagai tanaman hias memiliki keanekaragam bentuk daun dan bunga yang sangat menarik minat para penggemarnya .


(18)

Dilain pihak warna mencolok atau keperak-perakan pada herba hutan akan memantulkan cahaya merah kembali kepada jaringan-jaringan yang mengandung klorofil.

2.3 Masyarakat Karo

Suku Karo adalah suku yang mendiami Dataran Tinggi Karo, sebagian wilaya salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba umumnya untuk Batak Tapanuli. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas (Barus, 2009).

Menurut Pertampilan, (2010) Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Masyarakat Karo mempunyai sistem marga (klan). Marga atau dalam bahasa Karo disebut merga tersebut disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, Kelima merga tersebut adalah: Karo-karo, Sembiring, Tarigan, Ginting, Perangin-angin.

Masyarakat Karo memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai bahan pangan, ramuan obat, bahan industri dan sudah sejak lama pula tumbuhan digunakan dalam berbagai upacara adat kebudayaan. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, maupun kebun (Barus, 2009).

Menurut Tarigan (1990), Masyarakat karo merupakan suku yang ada di Sumatera Utara yang dikenal sebagai suku yang memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan yang ada di sekitar mereka. Dalam masyarakat Karo penggunaan tumbuhan obat dapat dikelompokan berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin, yaitu:


(19)

b. Tambar pernanden, yaitu obat untuk kaum ibu c. Tambar perbapan, yaitu obat untuk kaum bapak

d. Tambar sinterem, yaitu obat untuk semua kalangan umur dan jenis kelamin atau untuk orang banyak.

2.4Kebiasaan dan Adat Istiadat Masyarakat Karo

Manusia mengembangkan kebudayaannya selalu berorientasi kepada alam lingkungan dimana mereka bertempat tinggal. Beberapa persepsi manusia terhadap alam, menganggap alam itu sebagai musuh, karena itu harus ditaklukkan dan dikuasai. Sedangkan persepsi yang lain yaitu bahwa alam itu adalah sahabat karena itu harus disayangi dan dirawat (Dept.P& KRI, 1985).

Upacara tradisional dapat didefenisikan sebagai upacara yang diselenggarakan oleh warga masyarakat sejak dahulu sampai sekarang dalam bentuk tata cara yang relatif tetap. Pendukungan terhadap upacara itu dilakukan masyarakat karena dirasakan dapat memenuhi suatu kebutuhan, baik secara individu maupun kelompok bagi kehidupan mereka (Dept.P&KRI, 1985). Salah satu hal penyebabkan besarnya perhatian para ahli mengenai upacara atau ritus-ritus keagamaan disebabkan karena upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur kebudayaan, sehingga lebih mudah diamati (Koentjaraningrat, 1985).

Upacara keagamaan itu sendiri berhubungan dengan sistem kepercayaan yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Upacara-upacara keagamaan tradisional dalam tulisan ini adalah upacara yang berhubungan dengan kepercayaan tradisional Karo yang disebut dengan pemena. kepercayaan tradisional Karo yang disebut pemena atau perbegu. Penyebutan kata pemena ini disepakati sejak tahun 1946 oleh para pengetua adat(dukun/tabib terkenal) (Barus, 2009).

Orang Karo meyakini bahwa selain dihuni oleh manusia alam juga merupakan tempat bagi roh-roh gaib atau mahluk-mahluk lain yang hidup bebas tanpa terikat pada suatu tempat tertentu, untuk itu diperlukan beberapa aktivitas-aktivitas yang dapat menjaga keseimbangan alam. Segala kegiatan yang berhubungan dengan


(20)

roh-roh gaib dan upacara ritual, suatu kompleks penyembuhan, guna-guna dan ilmu gaib, merupakan sebagian aspek penting dalam kepercayaan tradisional Karo yang pelaksanaanya terpusat pada guru (Ginting, 1986).

Ginting (1986) melanjutkan bahwa suatu peranan yang mencakup luas dan mempunyai kaitan yang erat sekali dengan konsepsi tentang kosmos dari guru sebagai pelaksana utama, sebab mengingat bahwa titik sentral dan tujuan utama segala

aktivitas peranan guru adalah untuk mencapai kembali “equilibrium” atau

keseimbangan (Geertz ,1983). Baik itu keseimbangan dalam diri manusia sendiri dan lingkungannya, maupun keseimbangan “makro-kosmos” dalam konteks yang lebih luas. Guru dianggap memilki banyak pengetahuan yang mendetail tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kehidupan dan kejadiankejadian dalam hubungannya dengan kehidupan.

Dalam tulisan yang berjudul “De Bataksche Guru” dalam Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap, J.H. Neumann, memandang guru

sebagai suatu “kumpulan informasi”, ahli sejarah, ahli penyembuhan, ahli theologi, ahli ekonomi dan juga merupakan suatu “ensiklopedi” yang mengembara di tengah-tengah masyarakat. Dialah yang telah mengumpulkan, mendaftar dan memakai sebagian besar pengetahuan-pengetahuan yang ada dalam masyarakat (Ginting, 1986) .

Ginting (1986) melanjutkan bahwasanya untuk melakukan suatu upacara dengan baik, guru harus mengikuti aturan-aturan tertentu, suatu hal yang memperlihatkan bahwa kemampuannya memang banyak. Dia harus mengetahui cerita yang menjelaskan asal upacara itu sering berkaitan dengan asal mula dunia dan dia juga harus mengetahui tumbuh-tumbuhan mana yang diperlukan untuk melaksanakan suatu upacara dan dia harus mengetahui tindakan-tindakan dan mantera-mantera yang perlu dijelaskan kepada peserta-peserta lainnya. Guru adalah juga pemellihara ceritera-ceritera lama, tradisi-tradisi dan mitos-mitos yang merupakan harta karun sastera Batak.


(21)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2010 di Desa Telagah, di dua dusun yaitu Dusun Perteguhan dan Dusun Pamah Semilir yang terdekat dengan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

3.2 Deskripsi Area 3.2.1 Letak dan Luas

Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Leuser memiliki luas area 5.000 Ha. Secara administratif Desa Telagah termasuk Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Secara Geografis terletak pada koordinat 03014” – 04013” BT dan 97052” – 98045” LU. Terletak pada ketinggian 700 – 910 mdpl. Dari Binjai berjarak ± 90 KM atau 119 KM dari kota Medan. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Gunung, sebelah Selatan dan Barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rumah Galoh.

3.2.2 Topografi

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pada umumnya memiliki topografi relatif rata sampai dengan curam dengan kemiringan sekitar 35 % yang rawan akan bahaya erosi.


(22)

3.2.3 Iklim

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) terdekat di Kecamatan Sei Bingai, diperoleh data curah hujan kawasan Hutan Telagah adalah rata- rata 2.674 mm/tahun.

Menurut teori Schmidt-Ferguson dalam Guslim (1997), dengan melihat perbandingan antara bulan kering (dengan curah hujan kurang dari 60 mm) dan bulan basah ( curah hujan lebih dari 100 mm) maka kawasan Hutan Telagah bertipe iklim B. Rata- rata curah hujan bulanan di Desa Telagah sekitar 105-406 mm dan jumlah hari hujan setiap tahun berkisar 170 – 210 hari serta penyebaran hujan bulanan hampir merata setiap tahun. Bulan hujan umumnya terjadi sepanjang tahun dengan intensitas tertinggi pada bulan September – November, dan bulan kering jarang dijumpai, hanya bulan lembab pada bulan Februari.

3.2.4 Vegetasi

Berdasarkan pengamatan di sekitar areal penelitian vegetasi yang umum ditemukan yaitu dari suku Annonaceae, Urticaceae, Arecaceae, Dipterocarpaceae, Selaginellaceae, Moraceae, Araceae, Polypodiaceae, dan Aspleniaceae.

3.3 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat

Menurut Barus (2009) dan data statistik diketahui di Desa Telagah, yaitu Dusun Perteguhan terdapat sekitar 27 Kepala Keluarga, dengan jumlah penduduk ± 150 orang, dan Dusun Pamah Semilir terdapat sekitar 65 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk ± 325 orang. Mata pencaharian yang paling dominan adalah bertani dan berkebun. Penduduk di daerah ini sebagian besarnya adalah Suku Karo, tetapi ada sebagian berasal dari Suku Jawa dan Suku Gayo yang merupakan Suku pendatang. Sebagian besar penduduk hanya lulus tingkat Sekolah dasar, yaitu sekitar 62%, tetapi


(23)

sebagian yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi melanjut sampai ke jenjang pendidikan atas ( SMA). Budaya masyarakat dusun perteguhan dipengaruhi oleh budaya suku Karo. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Dusun Perteguhan dan Pamah Semilir berasal dari Suku Karo.

Kebanyakan masyarakat dusun perteguhan menganut agama Islam, sedangkan sebagian kecilnya menganut agama Kristen, sedangkan masyarakat dusun pamah semilir sebaliknya kebanyakan menganut agama Kristen, mereka hidup rukun beragama. Bahkan toleransi beragamanya sangat kental sekali. Mereka sangat menghargai kebebasan dalam beribadah. Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat adalah bahasa Karo.

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey eksploratif dengan menginventarisasi tumbuhan herba yang dimanfaatkan oleh masyarakat karo di Desa Telagah, Kawasan TNGL, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Metode ini didukung oleh pendekatan dan tehnik pengumpulan informasi yang bersifat partisipatif atau penelitian etnobotani partisipatif (Participatory ethnobotanical appraisal, PEA) (Martin, 1995). Pendekatan ini meliputi : Wawancara semi terstruktur dan terjadwal untuk inventarisasi pengetahuan lokal, serta menjalin persahabatan dengan masyarakat lokal (Banilodu, 1998), dengan cara ikut aktif dalam aktifitas mereka baik harian maupun khusus.

3.5 Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Di Lapangan

Lokasi pengambilan data dilakukan di kawasan Hutan Telagah yaitu di Desa Perteguhan dan Dusun Pamah Semilir, yang masih sangat tradisional, jauh dari sentuhan kehidupan perkotaan. Pengambilan data dilakukan dengan metode survei untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan herba yang ada di sekitar kawasan penelitian, meliputi wilayah sekitar perkampungan sampai daerah hutan yang berbatasan dengan


(24)

kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Leuser dengan luas wilayah jelajah ± 700 Ha.

Metode survei dilakukan dengan menjelajahi sepanjang 10 meter kiri dan kanan dari jalur pendakian. Pada saat pengambilan sampel dibantu oleh pemandu lapangan yang dianggap memiliki pengetahuan tentang tumbuhan herba. Dilakukan pengamatan dan koleksi. Setiap sampel diberi label gantung yang telah diberi nomor koleksi dan dilakukan pendeskripsian terhadap setiap sampel yang dikoleksi dan dicatat nama daerahnya. Sampel diatur sedemikian rupa diantara lipatan koran, kemudian diikat dan dimasukkan dalam kantong plastik berukuran 60 × 40 cm, diawetkan dengan alkohol 70% dan kantong plastik ditutup rapat.

Dalam penelitian ini, juga dilakukan wawancara dengan masyarakat tentang pemanfaatan herba, meliputi kegunaan, bagian yang digunakan, intensitas pemakaian, eksklusivitas dan cara penggunaan. Data diperoleh dengan mewawancarai semua lapisan masyarakat yang dikelompokkan ke dalam tiga kelompok umur dengan intensitas contoh masing-masing, untuk kelompok umur 20- 30 tahun, dan > 50 tahun sebesar 100% sementara kelompok umur 31 – 50 tahun intensitasnya sebesar 30%, jika jumlah penduduk pada setiap kelompok umur dianggap sangat sedikit. Maka intensitas contoh 100% pada umumnya masyarakat desa Perteguhan dan Pamah Semelir menikah pada umur 20 tahun dan mulai memanfaatkan tumbuhan yang ada disekitarnya dalam kehidupan sehari-hari sehingga pemilihan umur dimulai dari umur 20 tahun.

Tabel 3.5.1. Distribusi Frekuensi Responden Pemanfaatan Herba Berdasarkan Kelompok Umur

N o

Kelompo k Umur

Jumlah Pendudu k (orang)

Jumlah Responde

n

Persentas e (%)

1 20-30

tahun

20 20 100

2 31- 50

tahun

60 20 30


(25)

b. Data Sekunder

Pengambilan data sekunder dilakukan dengan meminta informasi tentang kependudukan, demografi, pendidikan, mata pencaharian serta data yang dianggap penting pada Kepala Dusun, Kepala Desa, dan kantor Kecamatan. Serta informasi yang berkenaan dengan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat karo kepada tokoh adat yang dianggap memiliki pengalaman dalam bidangnya.

3.5.2 Di Laboratorium

Koleksi tumbuhan dari lapangan dibuka kembali, disusun sedemikian rupa untuk dikeringkan dalam oven pengeringan. Identifikasi jenis dimulai setelah spesimen benar-benar kering dengan menggunakan buku acuan sebagai berikut :

a. Collection of illustrated Tropical Plant ( Watanabe & Corner, 1969). b. Flora Malesiana ( Steenis, C. G. G. J., 1967).

c. Flora of Java (Backer & Van der Brink, 1963).

d. Tree Flora of Malaya ; A Manual for Forester ( Forest Departement, Malaysia, 1978).

e. Tumbuhan Berguna Indonesia (Heyne, 1987).

3.6 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan indeks nilai guna setiap tumbuhan (UVis), jumlah penggunaan setiap jenis tumbuhan (UVs), nilai guna relatif setiap nara sumber (RUV) (martin, 1995) serta menghitung degradasi pengetahuan (D) yang terjadi (Maturbongs, et al. 2001) serta indeks kepentingan budaya (ICS) (Turner, 1988) dengan analisis data sebagai berikut:

3.6.1 Indeks Nilai Guna Setiap Tumbuhan (UVis)

∑i Uis

UVis =


(26)

Dimana :

UVis = Indeks nilai guna setiap tumbuhan

∑i Uis = Jumlah pemanfaatan yang dinyatakan oleh nara sumber i untuk jenis s

disetiap kesempatan wawancara.

nis = Jumlah wawancara dengan nara sumber i untuk jenis tumbuhan

3.6.2 Jumlah Penggunaan Setiap Jenis Tumbuhan (UVs)

∑i Uis UVs = ns

Dimana :

UVs = Jumlah penggunaan setiap jenis tumbuhan

Uis = Jumlah pemanfaatan yang dinyatakan oleh nara sumber i untuk jenis s di setiap kesempatan wawancara.

ns = Jumlah nara sumber yang diwawancarai untuk setiap jenis tumbuhan.

3.6.3 Nilai Guna Relatif Setiap Nara Sumber

∑ UVis UVs RUV = nis

Dimana :

UVis = Indeks nilai guna setiap tumbuhan

UVs = Jumlah penggunaan setiap jenis tumbuhan Nis = Jumlah jenis

3.6.4 Indeks Kepentingan Budaya atau Index Of Cultural Significance (ICs)

n

ICS = ∑(q x i x e)ni i = 1


(27)

ICS = Jumlah pemanfaatan suatu tumbuhan dari 1 hingga n

n = Nilai penggunaan

q = Nilai kualitas (quality value) dihitung dengan mengunakan cara memberi skor terhadap nilai kualitas dari suatu jenis tumbuhan.

i = Nilai intensitas (intensity value) pemanfaatan dari jenis tumbuhan yang berguna.

e = Nilai esklusivitas (exclusivity value)

3.6.5 Perhitungan Degradasi Pengetahuan (D)

D1 = × 100 %

D2 = × 100 %

D3 = × 100 % Dimana :

D( 1, 2,3) = Degradasi pengetahuan tumbuhan herba

∑ A =Jumlah manfaat tumbuhan herba yang diketahui oleh kelompok umur A (< 30 tahun)

∑ B =Jumlah manfaat tumbuhan herba yang diketahui oleh kelompok umur B (< 30 – 50 tahun)

∑ C =Jumlah manfaat tumbuhan herba yang diketahui oleh kelompok umur C (> 50 tahun)


(28)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tumbuhan Herba yang Dimanfaatkan

Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Karo di Desa Telagah Dusun Perteguhan dan Dusun Pamah Semilir memanfaatkan 101 jenis tumbuhan herba (Lampiran H) yang tergolong ke dalam 48 famili dalam kehidupan mereka. Beberapa tumbuhan herba tersebut dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, makanan dan minuman, mistik/ritual, bunga hias (pekarangan), bumbu, pakan dan zat warna. Sebagaimana tertera pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jenis Tumbuhan Herba dan Pemanfaatannya

No Famili Jenis Nama Daerah Pemanfaatan Obat Mkn/ mnm Mistik/

Ritual Pkrg Bmbu Pkn Zat wrn

1 Achantaceae

Peristophe bivalvis

MERR. Gara mata √ - - - -

2 Justicia gandarusa

Sangka

sempilet √ - - - -

3 Justicia sp Besi-besi √ - √ - - - -

4 Rostellularia sp Satu ternaba √ - - - -

5 Amaranthaceae

Amaranthus

ticolor L. Bayam utan √ √ - - - - -

6 Apiaceae

Centella asiatica

L. Pegagan √ - - - -

7

Hydrocotyle javanica Thumb.

Garang

gersing bunga √ - - - - 8 Araceae

Colocasia

Gigantea Hook.f. Birah √ √ √ - - - -

9

Hamalomena

monandra Langge √ - √ - - - -

10 Caladiun tricolor Birah merah - √ - - - - -

11

Colocasia

Esculentum Langge hias - - - √ - - -

12

Schismatoglottis

convolvula Johns Birah merah √ - - - -

13 Asclepiadaceae Tylophora sp Tawar ipoh √ - - - - 14 Asteraceae Eupatorium sp Peseng √ - - - - 15

Nasturtium

montanum Wall. Sabi - √ - - - - -

16

Spilanthes fusca


(29)

No Famili Jenis Nama Daerah Pemanfaatan Obat Mkn/ mnm Mistik/

Ritual Pkrg Bmbu Pkn Zat wrn

17

Emilia grandiflora

D.C Calin cayoo √ - - - -

18 Sonchus arvensis Sabi-sabi - √ - - - - -

19 Clibadium sp Singkerbeng √ - - - -

20

Mikania micrantha

H.B.K. Jala-jala √ - - - - √ - 21

Spilanthes

paniculata Wall. Sibancir - √ - - - - -

22

Crassocephalum

sp Parogot - √ - - - - -

23 Balsaminaceae Impatiens sp1 Pacar air √ - - - -

24 Impatiens sp2 Bunga pancur √ - - - -

25

Impatiens

balsamina Linn Bunga kiung √ - √ √ - - -

26 Impatiens sp3 Sari ging-ging √ - - - -

27 Brassicaceae

Nasturtium

officinale R.Br.Sin Sayur paret - √ - - - - -

28 Buxaceae

Lobelia angulata Frost.

Sigarang-garang √ - - - - 29 Costaceae Costus sp Tabar-tabar √ - - - - 30 Canaceae

Canna hybrida

Hort. Pisang-pisang - √ - - - - - 31 Convolvilaceae Ipomea batatas Gadung jalar √ √ - - - - - 32 Cucurbitaceae

Sechium edule

(Jacq.) Sw. Labu jipang - √ - - - - - 33 Cyatheaceae

Cyathea latebrosa

Wall. Paku mawas √ - - √ - - - 34 Cyperaceae Koeleria sp Kisik √ - - - - 35 Elaeocarpaceae Muntingia sp Rabah-rabah √ - - - - 36 Euphorbiaceae Mallotus sp. Pera-pera √ - - - - √ - 37 Fagaceae

Castanopsis

costata Bl. Mias-mias √ - √ - - - -

38 Gesneriaceae

Achimenes

grandiflora Dc. Barok-barok √ - - - -

39 Hipoxidaceae

Curculigo latifolia

Dryand Ketari - √ - - - - -

40

Curculigo

orchioides Gaertn. Singkut - √ - - - - -

41 Lamiaceae Mesona palustris Lengkong - √ - - - - - 42

Coleus tricolor L.Benth

Terbangun

blukar - - - √ - - - 43

Coleus amboinicus Loar.

Terbangun

hijau √ √ - - - - -

44

Hiptis capitata

Jack. Siberani √ - - - - 45 Lauraceae Cinnamomum sp. Mambo √ √ - - - - - 46 Lorantaceae Dendrophthoe sp Steram √ - - - - 47 Malvaceae

Hibiscus-rosa sinensis Linn.

Bunga tujuh

lapis √ - √ - - - -

48 Urena lobata L. Sibagori √ - - - -

49 Melastomaceae

Phyllagathis griffithii

Tanda

langkup √ - - √ - - - 50

Marumia

nemarosa Kawil-kawil √ - √ - - √ -

51 Menispermaceae Tiliacora sp Klekur - - √ - - - - 52 Musaceae Musa sp

Oncim

tawa-tawa - √ - - - - -

53

Musa paradisiaca


(30)

No Famili Jenis Nama Daerah Pemanfaatan Obat Mkn/ mnm Mistik/

Ritual Pkrg Bmbu Pkn Zat wrn

54 Nepenthaceae Nepenthes tobaica

Kuburan

laneng - - √ - - - -

55 Nephrolepidaceae

Nephrolepis biserrata (Sw.)

Schoot. Pahu - √ - - - - -

56 Onagraceae

Ludwigia

peruviana L.Hara Galoh-galoh - - √ - - -

57 Orchidaceae Macodes sp Surat dibata √ - √ - - - - 58

Spathoglotis plicata Bl.

Bunga

anggrek - - - √ - - - 59

Arundina graminifolia

Anggrek

tanah - - - √ - - -

60 Bulbophyllum sp Anggrek - - - √ - - -

61 Papilionaceae Vigna sinensis

kacang

panjang - √ - - - - - 62

Indigofera

Suffruticosa Mill. Tellep √ - - - √

63 Passifloraceae Passiflora edulis Marqisa - √ - - - - - 64 Piperaceae

Piper crocatum

Ruiz& Pav. Jaga-jaga √ - √ - - - - 65 Plantaginaceae Plantago mayor L. Patah tulang √ - - - - 66 Poaceae

Imperata

cylindrica L. Alang-alang √ - - - -

67 Zea mays Jagung - √ - - - - -

68 Oryza sativa Padi - √ - - - - -

69 Bouteloua sp

Kambing

bajar √ - √ - - - -

70 Dactyloctenium sp Padang teguh √ - √ - - - -

71 Poligalaceae Poligala sp Kacilando √ - √ - - - - 72 Portulacaceae Portula sp Krah pandang √ - - - - 73 Rubiaceae Santofilum sp

Tongkap

brigat √ - - - -

74 Tarenna pulchia Stekap √ - - - -

75

Argostemma involucratum Hemsl.

Lancing

Kerangen √ - √ - - - - 76

Ophorrhiza communis Ridl.

Jarum-jarum

sifat kundul √ - - √ - - -

77

Greenea corymbosa K.SCHUM

Pucuk

ring-ring bruna √ - - - - 78

Greenea sp. Pucuk

ring-ring buganna √ - - - -

79 Papetta sp Sira-sira √ - - - -

80 Saxifragaceae

Hidrangea hortensis L.

Bunga pagi-sore

- - - √ - - - 81 Scophulariaceae

Lindernia

ruelloides Colsm. Cucur-cucur √ - - - -

82 Solanaceae

Solanum torvum

Swartz. Rimbang √ - - - √ - - 83

Capsicum annuum

L. Cina - - - - √ - -

84

Solanum

melongena L. Terung - √ - - - - -

85

Physalis peruviana

L. Culpa-culpa √ - - - - 86

Nicotiana tabacum

L. Tembakau √ - - - -


(31)

No Famili Jenis Nama Daerah Pemanfaatan Obat Mkn/ mnm Mistik/

Ritual Pkrg Bmbu Pkn Zat wrn

Linn.

88

Capsicum

frutescens L. Cina kitik √ - - - √ - -

89

Lycopersicum

esculantum Mill. Tomat - - - - √ - -

90 Ulmaceae Celtis sp.

Cang-cang

duri √ - - - -

91 Urticaceae Laportea sp. Galunggung √ - - - -

92 Cypholopus sp Pega-pega √ - - - - √ -

93 Pilea sp. Sirungkas - - √ - - - -

94

Boehmeria glomerulifera

MIQ. Perdit √ - √ - - - -

95 Verbenaceae

Stachytarpheta jamaicensis

VAHL. Ratah bunga √ - - - - 96

Lantana camara

L. Tegi-tegi - - √ - - - -

97 Vitaceae Vitis gracilis Bl.

Gagatan

harimau √ - √ - - - - 88 Zingiberaceae

Zingiber officinale

Rosc. Bahing gara √ - - - √ - -

99 Alpinia sp.

Panggil-panggil - - - √ - - - 100

Hornstedtia conica

Ridl. Cikala menci - - - - √ - - 101

Hedychium

coronarium Bunga encole √ - - √ - - -

48 67 25 19 13 6 4 1

Keterangan : √ Dimanfaatkan

- Tidak dimanfaatkan

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tumbuhan herba yang dimanfaatkan oleh masyarakat Karo yang tinggal di Dusun Perteguhan dan Dusun Pamah Semilir sebagai bahan obat-obatan (67 jenis), bahan makanan dan minuman (25 jenis), mistik/ ritual (19 jenis), pekarangan (13 jenis), bumbu (6 jenis), pakan (4 jenis) dan zat warna (1 jenis).

Tumbuhan herba yang paling dominan digunakan adalah untuk bahan obat-obatan yaitu 67 jenis. Hal ini menunjukkan masyarakat Karo yang ada di Desa Telagah memiliki kebutuhan yang sangat tinggi terhadap tumbuhan herba sebagai tanaman obat, kemungkinan karena letak Desa Telagah yang jauh dari pusat kota menyebabkan masyarakat sulit mendapatkan fasilitas kesehatan sehingga masyarakat setempat mencari pertolongan pengobatan kepada tenaga-tenaga penyembuhan tradisional seperti tabib dan dukun. Bahkan masyarakat mencoba menggunakan


(32)

tumbuhan obat untuk menyembuhkan penyakit hanya berdasarkan informasi dari keluarga atau tetangga. Masyarakat karo dalam mengobati suatu jenis penyakit menggunakan lebih dari satu jenis tumbuhan yang berupa ramuan obat seperti jamu, param, dikunyah, dikumur dan sebagainya.

Pemanfaatan tumbuhan herba yang paling banyak dimanfaatkan adalah

Colocasia Gigantea Hook.f (Birah), Impatiens balsamina Linn.(Bunga kiung) dan

Marumia nemarosa (Kawil-kawil) Dimana tumbuhan tersebut dimanfaatkan tidak hanya sebagai obat tetapi juga dimanfaatkan sebagai bahan makanan/ minuman, pekarangan dan ritual/magis.

Bagian tumbuhan herba yang paling banyak digunakan untuk bahan makanan dan minuman adalah rimpang, batang dan daun. Bahan campuran makanan/ minuman dapat di tanam, dibudidayakan di kebun dan pekarangan rumah, sehingga tidak merusak habitat hutan di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser.

Tumbuhan herba umumnya digunakan dalam mistik/ritual pengobatan, pengusir hantu, persembahan dan ritual-ritual adat lainnya. Selain itu, masyarakat mulai meninggalkan ritual mistik yang dianggap tidak sesuai dengan agama atau kepercayaan yang mereka anut. Pemanfaatan terkecil adalah untuk zat warna yaitu satu jenis tumbuhan herba. Pemanfaatan tumbuhan herba sebagai zat warna sangat sedikit karena tumbuhan yang tersedia sangat terbatas dan sangat sulit untuk mendapatkannya.

4.1.1 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Bahan Obat-obatan

Hasil wawancara yang dilakukan dengan dua orang dukun/ tabib kampung diketahui, terdapat 67 jenis dari 39 famili tumbuhan herba yang dimanfaatkan oleh masyarakat Karo di Desa Telagah untuk bahan obat-obatan. Tumbuhan herba tersebut digunakan untuk mengobati 24 jenis penyakit diantaranya demam, sakit perut, flu, masuk angin, malaria, sakit mata, panas dalam dan lain sebagainya. Penyakit/penggunaan dominan adalah pada penyakit diare (9 jenis tumbuhan herba). Jenis tumbuhan obat yang


(33)

dimanfaatkan oleh masyarakat Karo di Desa Telagah dan pemanfaatannya tercantum pada Tabel 4.1.1.

Tabel 4.1.1 Jenis-jenis Tumbuhan Herba yang Dimanfaatkan Sebagai Obat-obatan

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan

Cara Pemanfaatan

1 Achantaceae Justicia gandarusa

Sangka sempilet

Obat diare Akar, Daun

Dihaluskan , di tempelkan ke perut

2 Justicia sp Besi-besi Obat diare Daun Dihaluskan

semua bahan-bahannya, di balurkan keseluruh badan 3

Rostellularia sp Satu ternaba Obat Demam Daun, Batang,

Dihaluskan, di peras airnya, dimimum

4 Peristophe

bivalvis MERR.

Gara mata Obat masuk angin Akar, Daun Diramu dengan Tumbuhan lainya, di balurkan keseluruh tubuh 5 Amaranthaceae Amaranthus

ticolor L.

Bayam utan Penambah Darah

Batang, daun

di sayur

6 Araceae Hamalomena monandra

Langge Obat Malaria Umbi Dimasak, dimakan 7

Schismatoglottis convolvula Johns

Birah merah Obat Tetes Mata

Bunga Bunganya diremas dalam air, diteteskan ke mata 8 Colocasia Gigantea Hook.f .

Birah Obat Gatal-Gatal

Umbi di gosok ke daerah yang gatal 9 Asclepiadaceae Tylophora sp Tawar ipoh Racun ikan Daun,

akar, batang Ditumbuk sampai halus. Dilarutkan dalam kolam. 10 Asteraceae Mikania

micrantha H.B.K.

Jala-jala Menghentikan Darah

Daun di haluskan, ditempelkan pada luka 11

Eupatorium sp Peseng Obat Luka Daun diremas-remas,

ditempelkan ke luka 12 Spilanthes fusca Hort.

Pesil Obat diare Daun muda

di ramu dengan tumbuhan yang lainnya, di balurkan ke badan 13

Clibadium sp Singkerbeng Obat Cacing Daun, bunga dihaluskan, di oleskan diatas perut 14 Emilia

Grandiflora D.C

Calin cayoo Obat Demam Anak

Daun Dimasak tambah garam sedikit, dimakan bersama nasi 15 Apiaceae Centella asiatica

L.

Pegagan Obat Batuk Akar, Daun

di ramu dengan tumbuhan yang lainnya, di minum


(34)

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan

Cara Pemanfaatan

16 Hydrocotyle

javanicaThumb.

Garang gersing bunga

Obat Flu Daun Diramu dengan bahan-bahan obat yang lain, diminum Obat Sesak Napas Akar, Daun 17 Balsaminaceae Impatiens sp2 Bunga pancur Obat Flu Daun,

bunga Diramu dengan bahan-bahan Tumbuhan lainya, di minum

18 Impatiens sp3 Sari ging-ging Obat Flu Daun,

bunga Diramu dengan bahan-bahan Tumbuhan lainya, di minum 19 Impatiens balsamina Linn

Pacar air Obat Lembam Daun dihaluskan, ditempel ke bagian yang luka 20

Impatiens sp1 Bunga kiung Obat Demam Anak

Batang, daun

Di haluskan, di kompreskan 21 Buxaceae Lobelia angulata

Frost.

Sigarang-garang

Obat Flu Daun, buah

Di haluskan, dicampur dengan obat yang lainnya 22 Costaceae Costus sp Tabar-tabar Obat Panas

Dalam Akar, Daun Dihaluskan, di ramu dengan yang lainnya, dibulat-bulatkan, dikeringkan, di oleskan ke bagian yang sakit Obat masuk angin Obat Tetes Mata

Batang Batang muda dikerok, airnya di teteskan ke mata

23

Cyatheaceae Cyathea latebrosa Wall.

Paku mawas Obat Patah Tulang

Batang muda

Batang muda dimasak atau di bakar, dimakan

24

Cyperaceae Koeleria sp Kisik Obat masuk angin

Daun Diramu dengan bahan-bahan Tumbuhan lainya, di minum 25 Convolvilaceae Ipomea batatas Gadung jalar Obat Bisul Daun Daun

dihaluskan dengan bahan yang lain, di tempelkan di bagian mana yang sakit 26 Elaeocarpaceae Muntingia sp Rabah-rabah Panas Dalam

27 Euphorbiaceae Mallotus sp. Pera-pera Diare Daun 28 Fagaceae Castanopsis

costata Bl.

Mias-mias Obat Tetes Mata

Batang Batang muda dikerok, airnya di teteskan ke


(35)

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan

Cara Pemanfaatan mata

29 Gesneriaceae Achimenes grandiflora Dc.

Barok-barok Obat Infeksi Telinga Daun, bunga Diremas-remas, airnya oleskan di bagian telinga 30

Lauraceae Cinnamomum sp.

Mambo

Obat diare

Buah Diramu dengan bahan-bahan Tumbuhan lainya, di masak, airnya di minum 31 Lamiaceae Coleus

amboinicus Loar.

Terbangun hijau

Obat Batuk Daun Diremas-remas di dalam air, lalu diminum

32 Hiptis capitata

Jack.

Siberani Diare Daun Diremas ditambah abudapur dan garam sedikit kemudian dimakan 33 Lorantaceae Dendrophthoe sp Steram Obat Flu Daun Diramu dengan

bahan-bahan Tumbuhan lainya, di minum 34 Malvaceae Hibiscus-rosa

sinensis Linn.

Bunga tujuh lapis

Obat Bisul Daun Daun dihaluskan dengan bahan yang lain, di tempelkan di bagian mana yang sakit

35 Urena lobata L. Sibagori Obat Sakit

Kepala

Daun Daun diramu dengan bahan-bahan tumbuhan lainnya, di minum

Obat Demam Daun

36 Melastomaceae Marumia nemarosa

Kawil-kawil Obat diare Daun Di remas-remas, digosok dengan abu, diletakkan diatas perut 37 Phyllagathis griffithii Tanda langkup Obat Mata Rabun

Daun Daun di rendam di dalam wajan selama 10 ment, diteteskan ke mata 38 Musaceae Musa paradisiaca

L.

Galoh/pisang Menghentikan Darah

Daun Bongkolnya di haluskan, di tempelkan ke luka 39 Orchidaceae Macodes sp Surat dibata Obat Demam Daun Dihaluskan,

dikompreskan atau diminum air perasannya 40 Papilionaceae Indigofera

Suffruticosa Mill.

Tellep Obat Untuk Amandel

Daun Di haluskan, dioleskan ke


(36)

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan

Cara Pemanfaatan bagian leher 41 Piperaceae Piper crocatum

Ruiz& Pav.

Jaga-jaga Obat Tetes Mata

Daun Daun di remas-remas didalam air, diteteskan ke mata

42

Palantaginaceae Plantago mayor L.

Patah tulang Obat patah tulang

Daun Daun dilewatkan diatas api, di olesi dengan minyak goreng, di tempelkan pada kaki. 43 Poaceae Imperata

cylindrica L.

Alang-alang Obat Sakit Mata

Daun Dihaluskan, ditempel ke bagian dekat mata

44

Dactyloctenium

sp Padang teguh

Obat Untuk Luka

Daun Di haluskan ditambah dengan kapur sirih, di olekan ke luka

Obat Batuk Daun

45 Bouteloua sp Kambing

bajar

Obat Panas Dalam

Umbi Dihaluskan, dimasak sampai tinggal satu gelas, di minum 46 Portulacaceae Portula sp Krah pandang Obat Cacing Daun Dihaluskan,

ditempelkan ke atas perut 47 Poligalaceae Poligala sp Kacilando Obat demam Daun Dihaluskan,

dikompreskan atau diminum air perasannya 48 Rubiaceae Santofilum sp Tongkap

brigat

Obat Demam Daun Dihaluskan, dikompreskan atau diminum air perasannya 49

Tarenna pulchia Stekap Obat Demam Daun di remas-remas

didalam air, dimasak, di minum atau mandikan

50 Argostemma

involucratum Hemsl.

Lancing Kerangen

Obat maag Daun Di remas-remas didalam air hangat, di minum

Obat Demam Daun Di haluskan, di kompreskan Minyak Urut Daun daun di olesi

dengan minyak goreng, diremas-remas 51 Ophorrhiza communis Ridl.

Jarum-jarum sifat kundul

Obat diare Daun Daun muda dimakan

52 Greenea

corymbosa K.SCHUM Pucuk ring-ring bruna Obat Patah Tulang

Daun Daunnya direbus dengan 2 gelas air sampai tinggal segelas, diminum


(37)

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan

Cara Pemanfaatan ring buganna Tulang direbus dengan

2 gelas air sampai tinggal segelas, diminum 54

Papetta sp Sira-sira Obat Infeksi Telinga

Daun Daunnya di kunyah dengan garam, di semburkan dekat telinga 55 Solanaceae Solanum torvum

Swartz.

Rimbang Obat Sakit Mata

Buah Dimasak, dimakan

56 Physalis

peruviana L.

Culpa-culpa Obat Penyakit Lever

Daun Daunnya direbus dengan 2 gelas air sampai tinggal segelas, diminum 57 Nicotiana tabacum L.

Tembakau Obat Luka Daun dihaluskan, ditambah kapur sirih, di oleskan ke luka

Obat Masuk Angin

Daun dihaluskan, ditambah kapur sirih, di oleskan ke perut 58

Capsicum frutescens L.

Cina Obat Infeksi Telinga

Daun Pucuknya dihaluskan, dioleskan di sekitar telinga Obat Panas Dalam

Buah Diramu dengan obat yang lain, diminum

59 Scophulariaceae Lindernia ruelloides Colsm. Cucur-cucur Obat Flu Daun Diramu dengan bahan-bahan obat yang lain, diminum 60 Ulmaceae Celtis sp. Cang-cang

duri

Obat masuk angin

Daun Diramu dengan bahan-bahan obat yang lain, diminum 61 Urticaceae Boehmeria

glomerulifera MIQ.

Perdit Obat Sakit Kepala

Buah di haluskan, direbus, dimandikan

Obat Panas Dalam

Daun di haluskan, direbus, dimandikan

62 Laportea sp. Galunggung Obat Masuk

Angin

Daun daun sebanyak 5-6 lembar di remas di dalam air yang sudah didinginkan, diminum,

Obat Malaria Daun

63 Cypholopus sp Pega-pega Obat Kanker Daun Dihaluskan,

diramu dengan bahan yang lain, diminum 64 Verbenaceae Stachytarpheta

jamaicensis VAHL.

Ratah bunga Obat diare Daun Diramu dengan bahan-bahan obat yang lain,


(38)

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan

Cara Pemanfaatan diminum 65 Vitaceae Vitis gracilis Bl. Gagatan

harimau

Obat diare Daun Di makan

66 Zingiberaceae Zingiber officinale Rosc.

Bahing gara Obat Luka Umbi Di haluskan, diperas airnya, diminum

masuk angin Umbi

Obat Sakit Mata

Umbi Di kunyah disemburkan ke dekat mata

67

Hedychium

coronarium Bunga encole

Obat Tetes Mata

Batang muda

di kerok batangnya, diperas, airnya diteteskan ke mata

Berdasarkan Tabel 4.1.1. Jumlah jenis tumbuhan herba yang digunakan sebagai obat-obatan adalah 67 jenis yaitu famili Rubiaceae (7 jenis), famili Asteraceae (5 jenis), famili Achantaceae, Balsaminaceae, dan Solanaceae masing-masing 4 jenis. famili Araceae, Poaceae dan Urticaceae masing-masing 3 jenis. serta famili Lamiaceae, Apiaceae, Malvaceae, Melastomaceaea dan Zingiberaceae masing-masing 2 jenis, sedangkan Amaranthaceae, Apiaceae, Buxaceae, Costaceae, Cyatheceae, Cyperaceae, Convolvulaceae, Elaeocarpaceae, Euphorbiaceae, Fagaceae, Gesneriaceae, Lauraceae, Loranthaceae, Musaceae, Orchidaceae, Papilionaceae, Piperaceae, Plantaginaceae, Portulacaceae, Poligalaceae, Scophulariceae, Ulmaceae, Verbenaceae, Vitaceae masing-masing satu jenis. Dari 67 jenis tumbuhan total yang digunakan untuk pengobatan, proporsi jumlah jenis tumbuhan terbesar dimanfaatkan untuk pengobatan sakit perut yaitu sebanyak 16 jenis tumbuhan herba.

Bagian tumbuhan herba yang digunakan untuk obat-obatan adalah akar,umbi, batang, daun, pucuk, bunga, dan buah. Dimana bagian tersebut ada yang dapat langsung digunakan sebagai obat dan ada pula yang harus melalui proses pengolahan. Bagian yang paling banyak digunakan adalah daun. sebagian besar pengobatan dengan tumbuhan di Desa Telagah hanya menggunakan satu bagian dari suatu tumbuhan, misalnya bagian daunnya, sedangkan bagian-bagian yang lain dari tumbuhan tersebut tidak digunakan.


(39)

Menurut Mumpuni (2004) bagian yang paling banyak digunakan adalah daun. Hal ini karena pada daun terakumulasi senyawa metabolit sekunder yang paling penting sebagai bahan obat berupa tanin, alkaloid, minyak atsiri dan senyawa organik lainnya, selain itu, dari segi keutuhan dan eksistensinya jumlah daun lebih banyak dibanding bagian organ lain, serta, dari segi efisiensi dan kepraktisannya daun merupakan bahan yang mudah diracik untuk di jadikan sebagai bahan obat.

Pemanfaatan tumbuhan herba untuk bahan obat-obatan masih terus dilakukan oleh masyarakat Karo di Desa Telagah, walaupun sudah ada pengobatan modern. Obat tradisional masih digunakan oleh masyarakat Karo karena lokasi sarana kesehatan jauh sekitar 80 Km, dan masih belum optimalnya pelayanan kesehatan di Desa telagah, sehingga masyarakat Karo di Desa Telagah lebih suka berobat ke tabib kampung dan menggunakan obat-obatan tradisional.

Berdasarkan hasil wawancara responden dan observasi dilapangan diketahui bahwa kebutuhan obat, masyarakat lebih banyak menggunakan tumbuhan herba yang mereka ketahui dan berdasarkan informasi dari tabib, tetangga maupun keluarga. Sehingga pemanfaatan tumbuhan herba sangat besar untuk bahan obat-obatan.

4.1.2 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Bahan Makanan / Minuman

Masyarakat Karo dalam memanfaatkan tumbuhan herba sebagai campuran makanan dan minuman ada yang langsung dimakan dan ada yang harus terlebih dahulu dimasak. Bagian tumbuhan herba yang digunakan adalah daun (14 jenis tumbuhan), buah (10 jenis tumbuhan) , batang (5 jenis tumbuhan) dan umbi (2 jenis tumbuhan). Jumlah jenis tumbuhan herba yang dimanfaatkan sebagai bahan campuran makanan dan minumam terdapat 25 jenis (16 famili),Tabel 4.1.2 sebagai berikut:

Tabel 4.1.2 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Bahan Campuran Makanan dan Minuman

No Famili Nama Latin Nama

Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan 1 Amaranthaceae Amaranthus ticolor L. Bayam utan Sayur Batang,

Daun 2 Aracea Caladiun tricolor Sukat gara Tambahan Umbi


(40)

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan makanan 3 Colocasia Gigantea Hook.f.

Birah Bahan gulai ikan

Batang 4 Asteraceae Nasturtium montanum

Wall.

Sabi Tambahan makanan

Daun 5

Sonchus arvensis L. Sabi-sabi Sebagai lalapan

Daun 6

Crassocephalum sp Parogot Tambahan makanan Daun 7 Spilanthes paniculata Wall.

Sibancir Sayur Daun 8 Brassicaceae Nasturtium officinale

R.Br.Sin

Sayur paret Bahan Makanan

Batang, Daun 9 Canaceae Canna hybrida Hort. Pisang-pisang Buah Buah 10 Convolvilaceae Ipomea batatas Gadung jalar Tambahan

makanan

Umbi 11 Cucurbitaceae Sechium edule Sw. Labu jipang Sayur Buah 12 Hipoxidaceae Curculigolatifolia Dryan Ketari Makanan

anak-anak Buah 13 Curculigo orchioides Gaertn.

Singkut Pengikat sayur Daun Pembungkus kue Daun 14 Lamiaceae Mesona palustris Lengkong Bahan

minuman

Batang, Daun 15

Coleus amboinicus Loar. Terbangun hijau

Sayur Daun 16 Lauraceae Cinnamomum sp. Mambo Bahan sup ijo Daun 17 Musaceae Musa paradisiaca L. Galoh/pisang Buah Buah

Sayur Batang

18

Musa sp Oncim

tawa-tawa

Buah Buah 19 Nephrolepidaceae Nephrolepis biserrata

(Sw.) Schoot.

Pahu Tambahan makanan

Daun 20 Papilionaceae Vigna sinensis Kacang

panjang

Sayur Daun, buah 21 Passifloraceae Passiflora edulis Marqisa Buah Buah 22 Poaceae Zea mays Jangung Makanan

tambahan

Buah 23

Oriza sativa Page makanan pokok

Buah 24 Solanaceae Solanum nigrum Linn. Ranti Tambahan

makanan

Daun 25

Solanum melongena L. Terung Bahan untuk sayur

Buah

Jenis yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan campuran makanan dan minuman adalah famili Asteraceae yaitu sebanyak 4 jenis. Famili Asteraceae berdasarkan pengamatan lapangan ketersediaannya cukup banyak di hutan sekitar


(41)

desa, sehingga tumbuhan tersebut bisa dimanfaatkan banyak masyarakat untuk bahan makanan dan minuman.

Menurut Pujowati (2006), Asteraceae merupakan tumbuhan yang mudah dipelihara, tersebar dimana-mana. Kebanyakan tumbuh secara liar dihalaman, ladang, kebun dan tepi jalan. Secara fugsional memiliki manfaat (khasiat). Sebagian dari jenis ini dapat di konsumsi sebagai sayur mayur, lalapan segar seperti Cosmos caudatus

H.B.K, Gynura segetum (Lour) Merr. sampai sekarang tumbuhan tersebut masih banyak di sukai masyarakat.

4.1.3 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Bahan Untuk Ritual/ Magis

Masyarakat Karo yang berdiam di Dusun Perteguhan dan Dusun Pamah Semilir pada zaman dahulu masih mempercayai adanya roh nenek moyang yang dapat membantu mereka. Mereka menggunakan beberapa jenis tumbuhan yang menurut mereka dapat membantu (sebagai perantara), biasanya jenis-jenis tumbuhan tersebut digunakan sambil membaca mantra-mantra, tetapi seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi acara ritual/magis tidak digunakan lagi. Jenis-jenis tumbuhan herba yang dimanfaatkan untuk bahan ritual/magis dapat di lihat pada Tabel 4.1.3.

Tabel 4.1.3 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Bahan Untuk Ritual/ Magis

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan

Cara Penggunaan

1 Achantaceae Justicia sp Besi-besi Bahan campuran ruatan

Daun di

kumpulkan dalam sebuah wajan besar, kemudian di mandikan 2 Aracea Hamalomena

monandra

Langge Bahan campuran ruatan Daun 3 Colocasia Gigantea Hook.f.

Birah Penangkal mahluk halus

Daun 4 Balsaminaceae Impatiens

balsamina Bunga kiung Bahan campuran ruatan Bunga

5 Fagaceae Castanopsis costata Bl.

Mias-mias Jimat Tangkal Begu Daun Daun direbus sampai 1 gelas kemudian di minum 6 Malvaceae Hibiscus-rosa

sinensis Linn.

Bunga tujuh lapis Bahan untuk ruatan(mandi) Daun, Bunga


(42)

No Famili Nama Latin Nama Daerah

Kegunaan Bagian yang di gunakan

Cara Penggunaan

7 Melastomaceae Marumia nemarosa

Kawil-kawil

Tempat

Pangir Daun 8 Menispermaceae Tiliacora sp Klekur Untuk

mangusir hantu kuburan Daun Melancarkan pencernaan Daun 9 Nepenthaceae Nepenthes

tobaica Kuburan Laneng Bahan campuran ruatan Kantung semar

10 Orchidaceae Macodes sp

Surat

dibata Ramuan pangir

Batang, Daun 11 Piperaceae Piper crocatum

Ruiz& Pav.

Jaga-jaga Ruatan Semua

Penangkal mahluk halus

Di gantung di atas pintu, jendela 12 Poaceae Dactyloctenium

sp Padang teguh Bahan campuran ruatan Daun 13

Bouteloua sp Kambing bajar Bahan campuran ruatan Daun, Umbi 14 Poligalaceae Poligala sp Kacilando Bahan ramuan

untuk ruatan

Daun 15 Rubiaceae Argostemma

involucratum Hemsl. Lancing Kerangen Bahan campuran ruatan Daun

16 Urticaceae Pilea sp. Sirungkas Memperlancar untuk Melahirkan

Daun Di remas-remas di dalam air hangat, di oleskan ke perut 17 Boehmeria glomerulifera MIQ.

Perdit Bahan campuran ruatan

Daun

18 Verbenaceae Lantana camara L.

Tegi-tegi Bahan campuran ruatan

Daun

19 Vitaceae Vitis gracilis Bl . Gagatan harimau Bahan campuran ruatan Daun

Masyarakat Karo di Desa Telagah dalam kehidupan budayanya memiliki kebisaan untuk melakukan ritual/magis. Selain mengadakan acara adat yang masih terus dijalankan sampai sekarang, masyarakat pun masih memiliki kepercayaan yang bersifat magis. Seperti halnya pada saat kelahiran, dimana daun kembang 7 lapis


(43)

(Hibiscus rosa-sinensis Linn.) dan sirungkas (Pilea sp) diremas-remas di dalam air hangat kemudian dioleskan keperutnya selain itu daun klekur (Tiliacora sp) direbus sampai airnya tinggal segelas lalu diminum sang ibu yang mau melahirkan . Menurut Maturbongs et al., (2001) pada suku tertentu dalam kehidupan budaya memiliki kebiasaan dalam mengenang / memperingati akan sesuatu hal yang semua itu di curahkan dalam bentuk upacara adat.

Berdasarkan hasil wawancara jumlah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ini tidak terlalu besar, hal ini diduga oleh karena berkembangnya agama yang dalam ajarannya melarang kepercayaan terhadap penyembahan hal-hal yang dianggap magis/mistik selain kepada Allah SWT.

4.1.4 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Tanaman Pekarangan

Pada dasarnya hubungan masyarakat Karo dengan tumbuhan sekitarnya dibedakan menjadi dua yaitu hubungan yang bersifat material dan bersifat kultural. Seperti Hubungan yang saling menguntungkan antara manusia dengan tumbuhan.

Masyarakat Karo membawa berbagai jenis tumbuhan dari hutan untuk tujuan pertanian dan perdagangan. Masyarakat Karo berusaha menjaga keberadaan jenis tanaman dari suatu gangguan karena manfaat misalnya tumbuhan obat-obatan. Untuk menjaga ketersediaannya masyarakat Karo membudidayakan dengan menanamnya di sekitar rumah atau di pekarangan rumahnya. Seperti terlihat pada Tabel 4.1.4.

Tabel 4.1.4 Pemanfaatan Tumbuhan Herba Untuk Tanaman Pekarangan

No Famili Nama Latin Nama Daerah

1 Araceae Colocasia esculentum Langge hias 2 Balsaminaceae Impatiens balsamina Linn Pacar air 3 Cyatheaceae Cyathea latebrosa Wall. Paku mawas 4 Lamiaceae Coleus tricolor L.Benth Terbangun blukar 5 Melastomaceae Phyllagathis griffithii Tanda langkup 6 Onagraceae Ludwigia peruviana L.Hara Galoh-Galoh 7 Orchidaceae Spathoglotis plicata Bl. Bunga anggrek

8 Arundina graminifolia Anggrek tanah

9 Bulbophyllum sp Anggrek


(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPARTEMEN BIOLOGI

LABORATORIUM TAKSONOMI TUMBUHAN JL. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan – 20155

Telp. 061 – 8223564 Fax. 061 – 8214290 E-mail.

Lampiran H

HASIL IDENTIFIKASI

Nama : Nur Indah Sari

NIM : 060805031

Instansi : Mahasiswa Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara

Lokasi Penelitian : Taman Nasional Gunung Leuser, Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

No No. Koleksi Famili Jenis

1 Nis 43 Achantaceae Justicia gandarusa

2 Nis 44 Justicia sp

3 Nis 52 Rostellularia sp

4 Nis 86 Peristophe bivalvis MERR.

5 Nis 40 Amaranthaceae Amaranthus ticolor L.

6 Nis 4 Aracea Colocasia Gigantea Hook.f.

7 Nis 6 Hamalomena monandra

8 Nis 35 Caladium bicolor

9 Nis 70 Colocasia Esculentum

10 Nis 73 Schismatoglottis convolvula Johns

11 Nis 18 Asteraceae Mikania micrantha H.B.K.

12 Nis 21 Spilanthes paniculata Wall.

13 Nis 23 Crassocephalum sp

14 Nis 27 Eupatorium sp

15 Nis 32 Clibadium sp

16 Nis 51 Spilanthes fusca Hort.

17 Nis 77 Nasturtium montanum Wall.

18 Nis 99 Sonchus arvensis L.

19 Nis 57 Emilia grandiflora D.C

20 Nis 58 Asclepiadaceae Tylophora sp

21 Nis 96 Apiaceae Centella asiatica L.

22 NIS 34 Balsaminaceae Impatiens balsamina L.

23 NIS 16 Impatiens sp1


(2)

No No. Koleksi Famili Jenis

25 NIS 55 Impatiens sp3

26 Nis 20 Brassicaceae Nasturtium officinale R.Br.Sin

27 Nis 22 Buxaceae Lobelia angulata Frost.

28 Nis 100 Canaceae Canna hybrida Hort.

29 Nis 30 Cactaceae Costus sp

30 Nis 47 Convolvilaceae Ipomea batatas

31 Nis 13 Cucurbitaceae Sechium edule (Jacq.) Sw.

32 Nis 63 Cyatheaceae Cyathea latebrosa Wall.

33 Nis 84 Cyperaceae Koeleria sp

34 Nis 31 Elaeocarpaceae Muntingia sp.

35 Nis 85 Euphorbiaceae Mallotus sp.

36 Nis 49 Fagaceae Castanopsis costata Bl.

37 Nis 82 Gesneriaceae Achimenes grandiflora Dc. 38 Nis 69 Hipoxidaceae Curculigolatifolia Dryand.

39 Nis 74 Curculigo orchioides Gaertn.

40 Nis 39 Lamiaceae Mesona palustris

41 Nis 101 Coleus amboinicus Loar.

42 Nis 33 Hiptis capitata Jack.

43 Nis 93 Coleus tricolor L.Benth.

44 Nis 68 Lauraceae Cinnamomum sp.

45 Nis 66 Lorantaceae Dendrophthoe sp

46 Nis 46 Malvaceae Hibiscus-rosa sinensis Linn.

47 Nis 97 Urena lobata L.

48 Nis 8 Melastomaceae Phyllagathis griffithii

49 Nis 83 Marumia nemarosa

50 Nis 67 Menispermaceae Tiliacora sp

51 Nis 72 Musaceae Musa sp

52 Nis 75 Musa paradisiaca L.

53 Nis 60 Nephrolepidaceae Nephrolepis biserrata (Sw.) Schoot.

54 Nis 89 Nepenthaceae Nepenthes tobaica

55 Nis 92 Onagraceae Ludwigia peruviana L.Hara

56 Nis 2 Orchidaceae Macodes sp

57 Nis 28 Spathoglotis plicata Bl.

58 Nis 29 Bulbophylum sp

59 Nis 90 Arundina graminifolia

60 Nis 15 Papilionaceae Vigna sinensis

61 Nis 48 Indigofera Suffruticosa Mill.

62 Nis 87 Passifloraceae Passiflora edulis

63 Nis 64 Piperaceae Piper crocatum Ruiz& Pav. 64 Nis 88 Plantaginaceae Plantago mayor L.

65 Nis 11 Poaceae Imperata cylindrica L.

66 Nis 14 Zea mays

67 Nis 65 Bouteloua sp


(3)

No No. Koleksi Famili Jenis

69 Nis 94 Dactyloctenium sp

70 Nis 19 Portulacaceae Portula sp

71 Nis 41 Poligalaceae Poligala sp

72 Nis 1 Rubiaceae Santofilum sp

73 Nis 3 Tarenna pulchia

74 Nis 5 Argostemma involucratum Hemsl.

75 Nis 7 Ophorrhiza communis Ridl.

76 Nis 9 Greenea corymbosa K.SCHUM

77 Nis 10 Greenea sp.

78 Nis 78 Papetta sp

79 Nis 95 Saxifragaceae Hidrangea hortensis L. 80 Nis 53 Scophulariaceae Lindernia ruelloides Colsm.

81 Nis 12 Solanaceae Solanum torvum Swartz.

82 Nis 24 Lycopersicum esculantum Mill.

83 Nis 25 Capsicum annuum L.

84 Nis 26 Solanum melongena L.

85 Nis 36 Capsicum frutescens L.

86 Nis 37 Physalis peruviana L.

87 Nis 45 Nicotiana tabacum L.

88 Nis 50 Solanum nigrum Linn.

89 Nis 71 Ulmaceae Celtis sp.

90 Nis 17 Urticaceae Boehmeria glomerulifera MIQ.

91 Nis 42 Pilea sp.

92 Nis 79 Laportea sp.

93 Nis 81 Cypholopus sp

94 Nis 59 Verbenaceae Stachytarpheta jamaicensis VAHL.

95 Nis 91 Lantana camara L.

96 Nis 80 Vitaceae Vitis gracilis Bl.

97 Nis 38 Zingiberaceae Zingiber officinale Rosc.

98 Nis 61 Alpinia sp.

99 Nis 62 Hornstedtia conica Ridl.

100 Nis 98 Hedychium coronarium

101 Nis 56 Hidrocotyle javanica Thumb.

a/n Kepala Laboratorium Taksonomi Tumbuhan

Kaniwa Berliani, S.Si, M.Si NIP. 197408082008122002


(4)

Lampiran I. Foto-foto Penelitian

a. Foto Lokasi Penelitian


(5)

c. Foto spesimen Zingiber officinale Rosc. dengan nilai UVs tertinggi


(6)

e. Spesimen Impatiens balsamina L. dengan ICS tertinggi di dusun Perteguhan

f. Spesimen Musa paradisiaca L. dengan ICS tertinggi di dusun Pamah Semilir