DAMPAK PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA TERHADAP KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DI KECAMATAN PARBULUAN KABUPATEN DAIRITAHUN 2012.

DAMPAK PROGRAM BANTUAN STIMULAN PERUMAHAN SWADAYA
TERHADAP KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DI KECAMATAN
PARBULUAN KABUPATEN DAIRI TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan
Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

Satri Togatorop
NIM 3103331052

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: Satri Togatorop

Nim

: 3103331052

Jurusan

: Pendidikan Geografi

Fakultas

: Ilmu Sosial

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benarbenar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiblakan/plagiasi, maka
saya bersedia menerima sanksi atau hukuman atas perbuatan tersebut.

Medan, Juni 2014
Saya yang membuat pernyataan,

Satri Togatorop
NIM. 3103331052

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat
dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak
program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap kondisi sosial masyarakat di
Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012”. Adapun tujuan dari pada
penelitian ini adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mengalami hambatan, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, bimbingan dan arahan baik secara moral, spiritual maupun
material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, sebagai Rektor Universitas Negeri
Medan beserta stafnya.
2. Bapak Dr. H. Restu, M.S, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial sekaligus
sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis dalam melaksanakan penelitian hingga skripsi ini dapat terselesaikan
sesuai dengan rencana
3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan
Geografi.
4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
5. Ibu Dra. Minah Sinuhaji M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.
6. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, dan Bapak Drs. Kamarlin Pinem, M.Si, selaku
dosen penguji.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu yang
tak ternilai hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Hajat Siagian yang telah memperlancar administrasi.
9. Kepala dinas Cipta Karya dan Tata Ruang

dan Camat Parbuluan beserta


stafnya yang telah memberi kemudahan selama peneliti melakukan penelitian.
Serta seluruh responden yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan
informasi.

10. Teristimewa buat Ayah, Ibu, Abang, Kakak, keluarga besarku tercinta yang
telah bersusah payah membimbing dan membiayai dan mendukung penulis
selama perkuliahan dan sampai pada penyusunan skripsi.
11. Teman-teman di Jurusan Pendidikan Geografi, A ekstensi stambuk 2010
spesial buat Vhiwietri Geography: Serepia Carolina Purba, Dewi Mardelina
Siagian, yang telah menjadi sahabat setia selama penyusunan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca khususnya jurusan geografi Universitas Negeri Medan.

Medan,
Penulis


Juni 2014

SATRI TOGATOROP
NIM 3103331052

ABSTRAK
Satri Togatorop, NIM 3103331052. Dampak program bantuan stimulan perumahan
swadaya terhadap kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
tahun 2012. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Dampak program bantuan stimulan
perumahan swadaya terhadap kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten
Dairi tahun 2012. (2) Dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap
kehidupan masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Parbuluan 30 desember 2013 sampai
30 januari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penerima BSPS di
Kecamatan Parbuluan sebanyak 160 KK dengan sampel sebanyak 114 KK. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi tidak langsung dan teknik
studi documenter yang dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Dampak program bantuan stimulan

perumahan swadaya terhadap kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten
Dairi yaitu adanya peningkatan kualitas rumah sebanyak 90,35% dari kondisi yang
tidak layak huni menjadi layak huni (2) Dampak program bantuan stimulan perumahan
swadaya terhadap kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Parbuluan adalah sebanyak
97,36 masyarakat harus menanggung beban hutang karena dana BSPS tidak cukup
untuk pembangunan dan perbaikan rumah.

DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................

i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN .......................................

ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................

iii


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................

v

ABSTRAK........................................................................................................

vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

x


DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

1

A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Identifikasi Masalah ......................................................................

9

C. Pembatasan Masalah .....................................................................

9


D. Rumusan Masalah .........................................................................

9

E. Tujuan Penelitian ...........................................................................

10

F. Manfaat Penelitian .........................................................................

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................

12

A. Kerangka Teori .............................................................................

12


B. Penelitian Yang Relevan ................................................................

28

C. Kerangka Berpikir .........................................................................

31

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................

33

A. Lokasi Penelitian ...........................................................................

33

B. Populasi dan Sampel......................................................................

33


C. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ...............................

34

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................

35

E. Teknik Analisis Data ....................................................................

36

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN .............................................

37

A. Kondisi Fisik .................................................................................

37

B. Kondisi Non Fisik .........................................................................

41

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................

45

A. Hasil Penelitian .............................................................................

45

B. Pembahasan Hasil .........................................................................

61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................

73

A. Kesimpulan ...................................................................................

73

B. Saran .............................................................................................

74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

75

LAMPIRAN .....................................................................................................

76

DAFTAR TABEL

No

Uraian

Hal

1.

Klasifikasi MBR .....................................................................................22

2.

Luas Kecamatan Parbuluan per Desa Tahun 2012 ...................................37

3.

Penggunaan Lahan di Kecamatan Parbuluan Tahun 2012 .......................40

4.

Jumlah Penduduk Setiap Desa di Kecamatan Parbuluan 2011 .................41

5.

Distribusi Lembaga Pendidikan di Kecamatan Parbuluan .......................42

6.

Sarana Kesehatan di Kecamatan Parbuluan .............................................43

7.

Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ..............................45

8.

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ..........................47

9.

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan .................................47

10. Jumlah Anak Penerima BSPS .................................................................48
11. Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Bantuan yang Diterima.........49
12. Pencairan Dana Tahap I ..........................................................................50
13. Pencairan Dana Tahap II.........................................................................51
14. Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Renovasi ..............................51
15. Proses Pengerjaan Bangunan ..................................................................52
16. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pengerjaan Bangunan ............53
17. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya Alam .....54
18. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggapan Terhadap BSPS ..............55
19. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan utama Tiap Bulan .........56
20. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Tabungan .................56
21. Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mengatasi Kekurangan Dana ...57
22. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Rumah Setelah Dibangun ....58
23. Distribusi Responden Berdasarkan Dana Tambahan ...............................59
24. Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan Atas PinjamanHutang .........60
25. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Beban Hutang............61

DAFTAR GAMBAR

No

5

Uraian

Hal

1

Skema Kerangka Berfikir ...................................................................32

2

Peta Administrasi Kabupaten Dairi ....................................................38

3

Peta Kecamatan Parbuluan .................................................................39

4

Sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan masyarakat ....................53
Kondisi rumah yang sudah siap dibangun melalui program BSPS ......59

DAFTAR LAMPIRAN

No

Uraian

Hal

1

Daftar Angket ..................................................................................76

2

Lampiran .........................................................................................81

2

Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi..................................92

3

Surat Pengajuan Judul Proposal Penelitian .......................................93

4

Nota Tugas ......................................................................................94

5

Lembar Persetujuan Seminar Proposal Penelitian .............................95

6

Undangan Seminar ..........................................................................96

7

Daftar Hadir Mahasiswa .................................................................97

8

Berita Acara Perbaikan Proposal Penelitian .....................................98

9

Lembar Perbaikan Seminar Proposal Penelitian ...............................99

10

Persetujuan Penelitian ......................................................................100

11

Penerbitan Surat Izin Penelitian .......................................................101

12

Surat Izin Mengadakan Penelitian ....................................................102

13

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kecamatan ........103

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Bowo. 2006. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pembangunan
Prasarana Dasar Permukiman yang Bertumpu pada Swadaya Masyarakat di
Kota Magelang. Tesis. Semarang: Program pascasarjana magister teknik
pembangunan wilayah dan kota. Universitas Diponegoro.
Bryant corolie dan Louise. G. White (198). Manajemen pembangunan (alih bahasa
Riyanto. L), Jakarta : LP3ES.
Budihardjo, Eko. 1994. Percikan Masalah Arsitektur, Perumahan, Perkotaan.
Cetakan ketiga. Bandung: Gadjah mada University press.
Http://Bantuan-Stimulan-Pembangunan-Perumahan-Swadaya-Bsps. Tanggal diakses
3 Mei 2013/11.11 wib.
http:// Perumahan-Swadaya- Sosialisasikan-Program- Tanggal Diakses 19 Mei
2013/22.14 wib.
http://Pengentasan Kemiskinan di Desa Tanggal Diakses 21 Juni/ 2013/ 21.59 Wib.
Http://Program-Pembangunan-perdesaan-yang-Harus-Dilakukan-dalamPerencanaanPembangunan-Pemrdesaan/ Tanggal Diakses 21 Juni 2013/ 22.25 Wib.
Kartono, Kartini.1996. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: CV. Mandar
Jaya.
Koestofer ,dkk. 1995. Perspektif Lingkungan Desa Kota. Jakarta: Ui Press.
Murniati, Heri. 2010. Subsidi Kpr-Rsh pada Perumahan Bumi Sudiang Permai,
Makassar. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro.
Nugroho, Nanang Pujo (2010). Dinamika Pemenuhan Kebutuhan Perumahan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Tesis. Semarang: Program Pasca
Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas
Diponegoro.
Nurhaida, H.S. 2003. Studi Implementasi Program Penataan Permukiman Kumuh di
Kelurahan Mojosongo. Tesis. Surakarta: Program Studi Ilmu
Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Nurul Handayani Kusuma Wardani, Fatmawati. 2010. Tingkat Keberhasilan
Implementasi Program Bantuan Stimulan Pembangunan Perumahan
Swadaya dan Peningkatan Kualitas Perumahan (BSP2S DAN PKP) di
Kabupaten Sragen. Skripsi. Surakarta: Program Studi Perencanaan Wilayah
Dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

74

75

Panudju, B. 1999. Pengadaan Perumahan Kota dengan Peran Serta Masyarakat
Berpenghasilan Rendah. Bandung: PT. Alumni.
Peraturan Menteri Pembangunan Perumahan No.5/PERMEN/M/2007 tentang
Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 08/Permen/M/2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pemberian Stimulan Untuk Perumahan Swadaya Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah Melalui Lembaga Keuangan Mikro/
Lembaga Keuangan Non Bank.
Pinem, Mbina. 2010. Geografi Permukiman. Diktat. Medan : Jurusan Pendidikan
Geografi Universitas Negeri Medan.
Yudohusodo, Siswono, dkk. 1991. Rumah untuk Seluruh Rakyat, INKOPPOL,
Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.
Sugiharto, 2010. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan: USU press
Surat sekertariat daerah Pemprovsu no 648/1764/2012 tentang Kriteria
Berhak Mendapat Bantuan Bedah Rumah.

yang

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.

UU RI No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman .
UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang persyaratan rumah sehat.
UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik
Revisi),Yogyakarta: Media Pressindo.

Teori

dan

Proses,

(Edisi

Wursanto, 1987. Pokok-pokok Perencanaan. Yogyakarta: Kanisius.
Yunus, Hadi.S. 1987. Geografi Perumahan dan beberapa Permasalahan Permukiman.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Yulianto, Trimo. 2005. Fenomena Program-Program Pengentasan Kemiskinan di
Kabupaten Klaten, Semarang. Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana
Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota Universitas Diponegoro.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan Pembangunan nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dari
perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan
pemerintah dalam kegiatan perencanaan dan implementasi program-program
pembangunan adalah memacu pertumbuhan dalam negara, yang tercermin dalam
posisinya, antara lain pertama, sebagai pelaksana kebijaksanaan ekonomi; kedua,
sebagai konsumen, produsen, sekaligus investor; ketiga, sebagai pengelola
perusahaan (negara); dan keempat, sebagai pengatur masyarakat/ regulator,(Usman
,1985).
Pada hakikatnya pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu
masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan
keragaman kebutuhan dasar individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada
didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih
baik secara material maupun spiritual. Pembangunan yang didominasi oleh
pemikiran yang cenderung memandang proses pembangunan sebagai serangkaian
tahapan yang berurutan, yang pasti akan dialami oleh setiap negara yang disepakati
dan menjadi komitmen.
Masalah kualitas perumahan menjadi masalah di negara-negara yang sedang
berkembang, tetapi juga terjadi di negara maju. Indonesia sebagai salah satu negara
yang berkembang tidak lepas dari masalah perumahan dan lingkungannya.Oleh
karena adanya perbedaan lingkungan fisik dan non fisik permukiman perkotaan dan

1

2

perdesaan, permasalahan yang ditimbulkannya pun mempunyai realisasi yang
berbeda pula.
Pembangunan desa dan masyarakat pedesaan terus didorong melalui
peningkatan koordinasi dan peningkatan pembangunan sektoral,
pengembangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan sumber
daya alam dan penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa
dan swadaya masyarakat sehingga mempercepat peningkatan
perkembangan desa swadaya dan desa swakarsa menuju desa
swasembada.(Ketetapan MPR II/MPR, 1998)
Pada kenyataannya, untuk mewujudkan rumah yang memenuhi persyaratan
tersebut bukanlah hal yang mudah. Ketidakberdayaan mereka memenuhi kebutuhan
rumah yang layak huni berbanding lurus dengan pendapatan dan pengetahuan
tentang fungsi rumah itu sendiri. Pemberdayaan fakir miskin juga mencakup upaya
rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni

melalui program Bantuan Stimulan

Perumahan Swadaya (Bsps) tahun 2012.
Masalah permukiman dipelajari dalam ilmu Geografi yang berwujud sebagai
study Geografi permukiman. Permukiman dalam arti sempit adalah rumah atau
tempat tinggal atau bangunan tempat tinggal, sedangkan dalam arti luas adalah
perihal tempat tinggal atau segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat tinggal.
Perhatian study Geografi permukiman secara kontinum eksistensinya dapat
digolongkan menjadi permukiman perkotaan atau (Rurban settlement), dan
permukiman perdesaan/Rural Settlement (Yunus, 1987)
Pada suatu artificial senttlement skala mikro, sorotan utamanya adalah pada
housing (Rumah). Komponen-komponen yang disoroti meliputi bangunan-bangunan
rumah yang digunakan untuk berlindung dari ancaman dari lingkungannya . Rumah
yaitu lingkungan sosio- cultural-fisik alami bangunan yang ada, baik secara sendirisendiri maupun kelompok. Karena pembangunan permukiman memiliki makna

3

multidimensional, maka ia dipandang sebagai suatu proses yang mencakup berbagai
perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,
penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan masalah kemiskinan.
Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia sebagai tempat
tinggal dan menetap. Rumah sebagai kebutuhan pokok manusia, tidak
hanya sebatas rumah sebagai bangunan tempat tinggal saja. Keberadaan
rumah dapat berdimensi sosial, ekonomi, maupun budaya. Rumah
sebagai tempat tinggal yang diperlukan oleh manusia untuk
memasyarakatkan dirinya karena pada hakekatnya rumah merupakan
tempat berlangsungnya proses sosialisasi. Dalam proses ini, individu
diperkenalkan pada nilai dan adat kebiasaan yang berlaku (Siswono,
1991)
Kebutuhan manusia terhadap rumah berjenjang sesuai dengan tingkat
penghasilannya, yaitu :
1. Kebutuhan Fisiologis (tempat berlindung, tempat istirahat dll)
2. Rasa aman (beribadah, menyimpan barang dll)
3. Kebutuhan Sosial (sebagai sarana berinteraksi sosial)
4. Harga diri, kehormatan dan ego
5. Aktualisasi diri (Budiardjo, 1994)
Pemenuhan kebutuhan akan perumahan oleh masyarakat berpenghasilan
rendah sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, dan kita ketahui bahwa
pembangunan perumahan tidaklah dengan biaya yang sedikit, sehingga mereka tidak
mampu melakukannya sendiri, mengingat masyarakat berpenghasilan rendah yang
ada di kecamatan parbuluan adalah masyarakat yang mayoritas petani lebih
mengutamakan kebutuhan akan pangan jika dibandingkan dengan kebutuhan akan
papan atau perumahan.

4

Masyarakat berpenghasilan rendah adalah kelompok masyarakat yang
mengalami tekanan ekonomi, sosial, budaya dan politik yang cukup lama dan dapat
menimbulkan budaya miskin”. Sedangkan menurut Asian Development Bank (ADB)
masyarakat berpenghasilan rendah adalah masyarakat yang tidak memiliki akses
dalam menentukan keputusan yang menyangkut kehidupan mereka; secara sosial
mereka tersingkir dari institusi masyarakat; rendahnya kualitas hidup; buruknya etos
kerja dan pola pikir mereka serta lemahnya akses mereka terhadap aset lingkungan
seperti air bersih dan listrik. Menurut Permenpera No. 5/PERMEN/M/2007
masyarakat berpenghasilan rendah 2 adalah masyarakat dengan penghasilan dibawah
dua juta lima ratus ribu rupiah per bulan (Lewis dalam Budihardjo, 1991).
Memenuhi kebutuhan rumah yang dilakukan Pemerintah adalah dalam
rangka peningkatkan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Sebagai kebutuhan dasar
manusia rumah merupakan syarat untuk memperoleh kesejahteraan. Bahkan suatu
tolak ukur kesejahteraan sebagaimana dituangkan dalam UU Nomor 4 tahun 1992
tentang “Perumahan dan Permukiman” bahwa rumah sebagai kebutuhan dasar
manusia, dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan juga berfungsi sebagai sarana
pembinaan keluarga, maka kebutuhan perumahan merupakan suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi. Sudah menjadi kewajiban negara dalam rangka mensejahterakan
warganya untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah agar dapat memenuhi
kebutuhan akan perumahannya.
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No.8/PERMEN/M/2006,
menyatakan “Perumahan swadaya diartikan sebagai rumah atau perumahan yang di
bangun atas prakarsa dan upaya masyarakat baik secara berkelompok maupun secara

5

individu. Konsep perumahan swadaya lebih menekankan pada peningkatan
pembangunan dan pengelolaan secara mandiri dan berkelanjutan”.
Menurut pendapat akhir Presiden terhadap RUU tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman dalam Rapat Paripurna DPR RI tahun 2010 di Gedung
Nusantara II DPR RI, Jakarta. “Undang-Undang tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman secara keseluruhan mencerminkan adanya keberpihakan yang kuat
sekaligus memberikan kepastian bermukim terhadap masyarakat berpenghasilan
rendah,”. Bedah rumah masyarakat berpenghasilan rendah

merupakan program

unggulan dalam Masterplan Percepatan Pengurangan dan Pengentasan Kemiskinan
(MP3KI), yang anggarannya masuk dalam pos belanja bantuan Kemenpera.
Sebanyak 18 Desa dari 8 Kecamatan di Kabupaten Dairi memperoleh dana masingmasing Rp 250 juta dari APBN.
Realisasi bantuan bedah rumah dari kementerian perumahan rakyat sangat
menyentuh kebutuhan rakyat miskin yang ada di Kecamatan Parbuluan. Kediaman
sejumlah keluarga marginal bakal lebih layak dibanding kondisi sebelumnya, sebab
mengandalkan uang sendiri, perbaikan dirasa hal yang berat. Pemerintah Pusat
melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) memberikan Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya untuk tahun 2012 – 2013 ke Kabupaten Dairi sebesar
Rp 37,5 miliar yang di dalamnya termasuk Kecamatan Parbuluan. Dana untuk BSPS
atau dikenal bedah rumah itu diberikan bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR). Sesuai data BPS (Badan Pusat Statistik) terdapat 15 ribu rumah tidak layak
huni di Dairi, Karena itu pemerintah menganggarkan biaya Rp 6 juta per rumah
untuk kegiatan bedah rumah.

6

Kondisi perumahan yang tidak layak huni masih dijumpai di Kecamatan Parbuluan,
pada tahun 2012 tercatat 559 unit rumah yang tidak layak huni yang tersebar di 11 desa, hal
ini didukung dengan adanya rumah yang lantainya masih terbuat dari tanah, dinding rumah
yang sudah lapuk/ rusak, tidak memiliki MCK, dan masih ada rumah panggung yang terlihat
tidak kokoh lagi. Kondidi perumahan yang terlihat di Kecamatan Parbuluan layak mendapat
perhatian dan bantuan dari pemerintah melalui program bantuan stimulam perumahan

swadaya (BSPS) untuk membantu masyarakat dengan latar belakang masyarakat
berpenghasilan rendah. Bagi masyarakat kecamatan Parbuluan BSPS menjadi
program yang sangat menyentuh kehidupan masyarakat berpenghasilan rendah yang
ada di Kecamatan Parbuluan dan pemerintah juga berharap dengan adanya program
ini benar-benar memberikan dampak yang signifikan bagi perbaikan kondisi
perumahan masyarakat. Adapun kondisi fisik perumahan yang menjadi sasaran
program BSPS sekaligus dinilai tidak mampu memperbaiki atau memenuhi
kebutuhan perumahannya adalah berupa rumah yang lantainya terbuat dari tanah,
atapnya bocor, jendela yang tidak memiliki ventilasi yang cukup memadai, tidak
memiliki MCK, serta dinding rumah yang rusak. Dengan demikian Kecamatan
Parbuluan layak menjadi sasaran program BSPS.
Pada umumnya masyarakat sangat peka terhadap program bantuan
pemerintah dan mereka berusaha untuk menjadi sasaran bantuan tersebut. Demikian
halnya usaha pembangunan rumah layak huni di Kecamatan Parbuluan melalui
program seperti ini memang sangat baik dan sangat mulia kelihatannya. Dengan
program ini masyarakat dengan latar belakang berpenghasilan rendah mendapat
bantuan untuk perbaikan kondisi rumah. Program bantuan stimulan perumahan
swadaya tentu membawa dampak perubahan kondisi fisik perumahan bagi
masyarakat di kecamatan parbuluan yang dalam hal ini adalah masyarakat penerima

7

bantuan stimulan perumahan swadaya. Akan tetapi program ini tidak sepenuhnya
memberikan dampak yang positif bagi mereka yang menerima bantuan tersebut. Jika
dampak positif dari program ini membawa perubahan kondisi fisik perumahan dari
tidak layak huni menjadi layak huni, namun dijumpai beberapa kendala atau bahkan
menjadi masalah bagi masyarakat penerima bantuan stimulan perumahan swadaya.
Mengingat dana atau biaya untuk pembangunan/ perbaikan rumah memerlukan biaya
yang besar, selain itu kerusakan kondisi fisik perumahan masyarakat tidaklah sama
sehingga bentuk perbaikannya juga akan berbeda. Masyarakat mengakui jika hanya
mengandalkan dana tersebut tidak cukup untuk pembangunan ataupun perbaikan
rumah mereka, sehingga masyarakat justru harus berusaha keras untuk mencari biaya
tambahan untuk menambah biaya yang dari pemerintah tersebut. Dalam kondisi
perekonomian lemah yang ada pada masyarakat tentu bukan hal yang mudah bahkan
menjadi ketegangan dan berat untuk mereka atasi.
Masalah keterbatasan dana yang dialami oleh masyarakat penerima dana
BSPS tidak sepenuhnya adalah kekurangan dari pemerintah, per lu diingat bahwa
dana BSPS hanyalah sebagai

rangsangan kepada masyarakat, seharusnya

masyarakat penerima dana BSPS diutamakan masyarakat yang memiliki dana
simpanan atau tabungan yang telah diperuntukkan untuk pembangunan perumahan
mereka, dan ini juga menjadi kriteria penerima bantuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah yang tertuang dalam peraturan menteri perumahan rakyat nomor 06
tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan bantuan stimulan perumahan swadaya
yaitu didahulukan yang telah memiliki rencana membangun atau meningkatkan
kualitas rumah yang dibuktikan dengan: memiliki tabungan bahan bangunan, telah
mulai membangun rumah sebelum mendapatkan bantuan stimulan, memiliki aset lain

8

yang dapat dijadikan dana tambahan BSPS, dan memiliki tabungan uang yang dapat
dijadikan dana tambahan BSPS. Hal inilah yang menjadi kendala yang dijumpai di
lapangan, masyarakat penerima BSPS secara umum tidak memiliki tabungan atau
dengan kata lain tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan, ini juga menjadi hal
yang sangat sulit diterapkan oleh pemerintah setempat ketika akan mendata
masyarakat penerima dana BSPS. Hal ini disebabkan masyarakat yang tidak
memiliki dana simpanan atau tabungan merasa diasingkan dan mereka menuntut
kepada perangkat desa karena merasa mereka lebih layak untuk dibantu. Setelah
menjalani proses sudah dipastikan masyarakat yang menerima dana BSPS akan
terkendala mencari dana tambahan yang pada akhirnya bermuara pada hutang.
Penelitian ini mengkaji bagaimana sebenarnya dampak program bantuan
stimulan perumahan swadaya terhadap kehidupan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas perumahan, yang dalam hal ini adalah masyarakat penerima
bantuan stimulan perumahan swadaya. Peneliti juga ingin mengkaji bagaimana
masyarakat mengatasi masalah

yang dihadapi khususnya keterbatasan dan

kurangnya dana untuk perbaikan dan peningkatan kualitas perumahan di Kecamatan
parbuluan Kabupaten Dairi, mengapa

terlihat adanya

kesenjangan perubahan

kondisi fisik perumahan dengan jumlah (nominal) dana bantuan yang sama ( 6 juta ).
Adapun perbedaan yang dijumpai di lapangan adalah adanya rumah yang hanya
direnovasi sebahagian, (bagian atap saja, bagian lantai saja, atau MCK saja)
sementara itu ada juga perubahan kondisi fisik perumahan yang signifikan yaitu
terlihat beberapa rumah menjadi semi permanen, dan permanen.
Kesenjangan perubahan kondisi fisik perumahan setelah adanya program
BSPS di Kecamatan Parbuluan juga dipengaruhi oleh faktor fisik dan non fisik

9

lingkungan. Perbedaan

geografis daerah akan berpengaruh terhadap dampak

program ini. Dalam hal ini sumber daya alam dan sumber daya manusia tentu akan
menjadi faktor yang sangat berperan mempengaruhi dampak program BSPS.
Ketersediaan sumber daya alam seperti pasir, batu, kayu tentu akan memberikan
keringanan bagi masyarakat demikian halnya sistem sosial dan kekerabatan dalam
proses pengerjaan/ pembangunan juga akan berpengaruh. Dengan demikian
penelitian ini akan mengkaji dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya
terhadap kondisi sosial di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dituliskan di atas, maka
masalah yang dapat diidentifikasikan dala m penelitian ini adalah : Dampak program
Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya terhadap kondisi fisik

perumahan di

Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012, Perubahan kondisi sosial
masyarakat penerima Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya setelah adanya
program

BSPS,

peran

pemerintah

untuk

mensejahterahkan

masyarakat

berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan, Perbedaan
kondisi fisik dan non fisik terhadap pelaksanaan pembangunan perumaha
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah penelitian, maka permasalahan penelitian
yang diidentifikasi tersebut perlu dibatasi agar penelitian ini lebih terarah. Berpegang
pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka permasalahan pada
penelitian ini dibatasi pada dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya
terhadap kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun
2012.

10

D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah dituliskan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap
kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012?
2. Bagaimana dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya terhadap
kehidupan masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dirancangkan, maka tujuan penelitian
yang diharapkan adalah :
1. Untuk mengetahui dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya
terhadap kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun
2012.
2. Untuk mengetahui dampak program bantuan stimulan perumahan swadaya
terhadap kehidupan masyarakat di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi setelah
adanya program BSPS.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan rujukan
bacaan dan wacana baru untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan dampak
program bantuan stimulan perumahan swadaya di Kecamatan Parbuluan Kabupaten
Dairi. Secara rinci hasil penelitian diharapkan manfaat sebgai berikut :
1. Memberikan informasi tentang dampak program bantuan stimulan perumahan
swadaya terhadap kondisi perumahan di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi
tahun 2012.

11

2. Memberikan informasi tentang kehidupan masyarakat penerima Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Kecamatan Parbuluan setelah adanya program BSPS.
3. Sebagai bahan masukan untuk pemerintah, khususnya pemerintah daerah dalam
penigkatan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah dalam memenuhi
kebutuhan akan perumahan.
4. Sebagai bahan bandingan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian lanjutan
atau sejenisnya.
5. Menambah wawasan peneliti tentang dampak program Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya di Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi tahun 2012

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan data-data hasil penelitian yang telah diperoleh di
lapangan melalui alat pengumpul data primer berupa angket. Pemaparan data hasil
penelitian ini pada dasarnya berusaha mencari dan mengetahui bagaimana dampak
program bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS) terhadap kondisi sosial dan
perumahan di Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi tahun 2012 yang terdiri dari 114
responden yang tersebar di 3 Desa daerah penelitian yang meliputi Desa Bangun, Desa
Parbuluan IV, dan Desa Parbuluan V.
1. Identitas Responden
a. Umur Responden
Komposisi umur masyarakat penerima dana BSPS di Kecamatan Parbuluan dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan
Parbuluan Tahun 2011.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kelompok Umur
(Tahun )
21- 30
31- 40
41- 50
51- 60
61- 70
> 70
Total

Desa Bangun
4
23
24
4
4
2
61

Desa
Parbuluan
IV
5
11
7
9
3
0
35

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

45

Desa
Parbuluan
V
2
3
5
6
2
0
18

Jumlah

Persentase
(%)

11
37
36
19
9
2

9,64
32,45
31,57
16,66
7,89
1,75

114

100,00

46

Dari tabel 8 terlihat bahwa masyarakat penerima dana BSPS di Kecamatan Parbuluan
tergolong dalam masyarakat yang produktif, dengan demikian swadaya masyarakat juga
tergolong tinggi . Suhardjo dan Patong dalam Simanjuntak. B, (1986) menyatakan
bahwa umur produktif manusia berkisar 15-45 tahun, komposisi usia demikian cukup
baik jika dilihat dari kapasitas kerja mereka dan diharapkan akan lebih dinamis dalam
mengikuti kegiatan pembangunan serta mempunyai kemampuan berusaha yang lebih
baik sebagai mana upaya untuk meningkatkan pendapatan.
b. Status Kepemilikan Rumah
Status kepemilikan rumah penerima dana bantuan stimulan perumahan swadaya
(BSPS) di Desa Parbuluan IV, Desa Parbuluan V, dan Desa Bangun Kecamatan
Parbuluan adalah 100 % milik sendiri. (Sumber Kantor Camat Tahun 2012). Status
kepemilikan rumah adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh masyarakat
penerima BSPS yaitu milik sendiri. Rumah dengan status milik sendiri akan lebih
memotivasi dan lebih peduli akan kualitas perumahan karena akan dihuni dalam jangka
yang panjang atau bahkan sampai akhir hidupnya.
c. Tingkat Pendidikan
Pendidikan memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.

Pendidikan masyarakat penerima BSPS

masih tergolong rendah terlihat

bahwa banyak yang berpendidikan dasar saja (SD-SMP) sehingga masyarakat tidak
mampu untuk bersaing dalam lapangan pekerjaan dan hanya bisa bekerja di sektor
informal dibidang pertanian. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penerima BSPS
dapat dilihat pada tabel 9.

47

Tabel 9. Disribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan
Parbuluan Tahun 2012.
No
1
2
3
4

SD
SMP
SMU
Sarjana

7
21
7
0

Desa
Parbuluan
IV
24
25
10
2

Total

61

35

Tingkat
Pendidikan

Desa Bangun

Desa
Parbuluan
V
6
8
4
0
18

Jumlah

Persentase
(%)

37
54
21
2

32,45
47,36
18,42
1,75

114

100,00

Sumber : Data Primer Olahan, 2014
d. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan atau mata pencaharian masyarakat penerima BSPS, hasilnya
dapat dilihat pada tabel 10 .
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kecamatan
Parbuluan Tahun 2012.

No
1
2
3

Jenis pekerjaan
Petani
Pedagang
Wiraswasta
Total

Desa
Bangun

Desa
Parbuluan
IV

Desa
parbuluan
V

49
10
2
61

30
4
1
35

18
0
0
18

Jumlah
97
14
3
114

Presentase
(%)
85,08
12,28
2,63
100,00

Sumber : Data Primer Olahan, 2014
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa bahwa masyarakat penerima BSPS di Kecamatan
Parbuluan pekerjaannya mayoritas sebagai petani, hal ini dipengaruhi tingkat pendidikan
yang masih rendah sehingga tidak mampu bersaing untuk dunia pekerjaan serta
didukung oleh kondisi fisik tanah yang subur yang cocok dijadikan lahan pertanian.
e. Jumlah Anak
Anak merupakan tanggung jawab bagi setiap orang tua. Banyaknya jumlah anak
akan berpengaruh pada banyaknya jumlah atau biaya yang akan dikeluarkn sebagai

48

biaya hidup, semakin banyak anak maka semakin banyak juga biaya yang diperlukan.
Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki oleh para penerima BSPS di Kecamatan
Parbuluan, hasilnya dapat dilihat pada tabel 11, yang menunjukkan bahwa di kecamatan
parbuluan tepatnya di 3 desa yang menjadi objek penelitian angka kelahiran masih
tinggi, budaya yang menyatakan banyak anak banyak rejeki masih melekat, walaupun
sebenarnya banyak anak banyak kebutuhan juga.
Tabel 11. Jumlah Anak Masyarakat Penerima BSPS di Kecamatan Parbuluan
Tahun 2012.

No

Jumlah
Anak

Desa
Bangun

1
2
3

1-3

4-6
7-9

6
29
26

Total
61
Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Desa
Parbuluan
IV
7
18
10
35

Desa
Parbuluan
V
3
7
8
18

Jumlah

Persentase
(%)

15
5
44

14,03
47,36
38,59

114

100,00

2. Gambaran Umum Pelaksanaan Program BSPS di Kecamatan Parbuluan
a. Pengetahuan Responden terhadap Syarat Syarat Penerima BSPS
Setiap penerima BSPS harus mengetahui syarat- syarat penerima BSPS hal ini
tentu sangat penting untuk menunjang kelancaran pembangunan perumahan. Seluruh
masyarakat penerima BSPS telah mengikuti sosialisasi tentang syarat-syarat penerima
BSPS yang dilakukan di tiap desa yang diatur oleh setiap kepala desa beserta stafnya
sesuai dengan syarat-syarat penerima BSPS.
b. BSPS sebagai Stimulan terhadap Masyarakat untuk Membangun Rumah.
Program BSPS yang dilaksanakan di kecamatan parbuluan diharapkan mampu
merangsang atau memotivasi masyarakat dengan latar belakang berpenghasilan rendah

49

untuk membangun atau memperbaiki kondisi perumahan dari kondisi yang tidak layak
huni menjadi layak huni. Pada dasarnya kondisi perekonomian yang lemah menjadi
alasan yang kuat bagi mereka untuk tidak terfikirkan membangun rumah walaupun
kondisinya sudah tidak nyaman. Masyarakat tentu lebih mengutamakan kebutuhan akan
pangan, dan kebutuhan anak seperti kebutuhan sekolah dan yang lainnya, namun adanya
program BSPS ternyata sangat memotivasi masyarakat untuk membangun dan
memperbaiki rumah mereka, dan seluruh masyarakat penerima bantuan stimulan
perumahan swadaya mengakui alasan membangun dan memperbaiki rumah adalah
karena adanya program BSPS.
c. Bentuk Bantuan yang Diterima oleh Responden
Bentuk bantuan yang telah dirancang oleh pemerintah adalah bantuan dengan
nominal Rp. 6 juta. Dengan demikian masyarakat diberi kebebasan untuk merenovasi
bagian rumah yang dianggap perlu untuk direnovasi, dalam hal ini yang diutamakan
adalah bagian rumah yang sudah mengalami kerusakan yang lebih parah. Untuk
mengetahui bentuk bantuan yang diterima oleh masyarakat penerima BSPS dapat dilihat
pada tabel 12
Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Bantuan yang Diterima di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No
1
2

21

Desa
Parbuluan
IV
16

Desa
Parbuluan
V
0

40

19

61

35

Bantuan yang
diterima

Desa
Bangun

50 % uang dan
50 % material
100 % material
Total

Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Jumlah

Presentase
(%)

37

32,45

18

77

67,54

18

114

100,00

50

Tabel 12 menunjukkan bahwa bentuk bantuan yang diterima oleh masyarakat
berbeda-beda yang disebabkan oleh adanya peraturan baru yang diterapkan oleh
pemerintah, khususnya pemerintah setelah adanya pertimbangan bahwa bantuan dalam
bentuk uang tunai dinilai kurang tepat karena hasilnya tidak maksimal yang disebabkan
adanya pengalihan dana BSPS untuk keperluan yang lainnya melihat keadaan tersebut
pemerintah mengalihkan bantuan dalam bentuk bahan bangunan.
d. Sumber bahan material
Salah satu kemudahan yang dirasakan oleh masyarakat penerima BSPS adalah
memperoleh bahan material. Masyarakat dibantu oleh tim pemberdaya masyarakat
(TPM) yang telah dihunjuk oleh pemerintah pada tiap-tiap daerah sehingga masyarakat
tidak membeli sendiri ke toko bangunan.
Contoh daftar bahan bangunan yang telah diajukan sesuai kebutuhan masyarakat
penerima

BSPS

kepada

TPM

dalam

dua

tahap

pencairan

dengan jumlah

Rp.3.000.000,00 seperti terlihat pada tabel 13 dan tabel 14.
Tabel 13. Pencairan Dana BSPS Tahap I Dalam Bentuk Bahan Bangunan di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.
Jumlah
No
Jenis material
Volume
Satuan
Harga satuan
(Rp)
1
Batu bata
1050
Bh
450
472.000
2
Batu cadas
3
M3
10.000
300.000
3
Pasir
4
M3
10.000
400.000
4
Semen @ 50 kg
15
Zak
65.000
975.000
5
Kayu 2x2x4’
4
Btg
30.000
120.000
6
Kayu 2x3x4’
4
Btg
48.000
192.000
7
Seng Bjls 6 K 9 Jalur
13
Lbr
33.000
429.000
8
Paku campur
2
Kg
15.000
30.000
9
Rabung seng
3
Lbr
20.000
60.000
10 Paku seng
1
Kg
24.000
24.000
Total
Sumber : Data Primer Olahan, 2014

3.000.000

51

Tabel 14. Pencairan Dana BSPS Tahap II Dalam Bentuk Bahan Bangunan di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.
Jumlah
No
Jenis material
Volume
Satuan
Harga satuan
(Rp)
1
Batu bata
200
Bh
500
1000.000
2
Broti 2x2x4
20
Batang
26.000
520.000
3
Broto 2x3x4
10
Batang
32.000
320.000
4
Papan 3x4
30
Lbr
33.000
990.000
5
Seng 8 kk
14
Lbr
44.000
616.000
6
Semen @ 50 kg
7,0
Zak
65.000
455.000
7
Paku seng
3,3
Kg
30.000
99.000
Total
3.000.000
Sumber : Data Primer Olahan, 2014
e. Bentuk Renovasi yang Dilakukan Masyarakat Penerima BSPS
Bentuk renovasi yang dilakukan oleh masyarakat penerima BSPS dapat dilihat
pada tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Bentuk Renovasi di Kecamatan
Parbuluan Tahun 2012.
Desa
Desa
Bentuk
Desa
Persentase
No
Parbuluan
Parbuluan Jumlah
Renovasi
Bangun
(%)
IV
V
1 Renovasi dinding
21
9
5
20
17,54
2 Dinding dan atap
18
10
3
29
25,43
3 Dinding,atap,Mck
8
10
10
29
25,43
4 Renovasi total
14
6
0
36
31,57
Total
61
35
18
114
100,00
Sumber : Data Primer Olahan, 2014.
Dari tabel dapat dilihat bahwa BSPS sangat merangsang masyarakat dalam perbaikan
rumahnya hal ini terlihat bahwa presentase renovasi total lebih tinggi dengan demikian
kualitas perumahan juga akan lebih tinggi.
f. Proses Pengerjaan Bangunan
Proses pengerjaan bangunan perumahan yang disarankan oleh pemerintah adalah
dengan cara bergotong royong dengan tujuan untuk mengurangi biaya pengeluaran.

52

Perangkat desa juga diharapkan bisa mengarahkan masyarakat dengan cara membentuk
kelompok untuk bergotong royong, namun proses pengerjaan bangunan yang dilakukan
oleh masyarakat penerima BSPS berbeda-beda, seperti yang terlihat pada tabel 16.
Tabel 16. Proses Pengerjaan Bangunan yang Dikerjakan oleh Masyarakat di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.
Proses
Pengerjaan

No
1
2

Desa
Bangun

Gotong royong
Ahli bangunan.

10
51

Total
61
Sumber : Data Primer Olahan, 2014

Desa
Parbuluan
IV
14
21

Desa
Parbuluan
V
18
0

35

18

Jumlah

Persentase
(%)

42
72

36,84
63,15

114

100,00

Dari tabel 16 dapat dilihat penggunaan jasa ahli bangunan lebih tinggi dari pada
gotong royong hal ini disebabkan beberapa alasan yaitu kurangnya kepercayaan kualitas
bangunan jika tidak dikerjakan oleh ahli, masyarakat merasa lebih lama jika melakukan
pembangunan melalui gotong royong walaupun sebenarnya system gotong royong
adalah system yang disarankan oleh pemerintah untuk mengurangi biaya pengeluaran
dari masyarakat, karena dengan menggunakan jasa ahli bangunan maka masyarakat
harus mehgeluarkan biaya lagi.
g. Waktu yang Dibutuhkan untuk Pengerjaan Bangunan
Untuk mengetahui waktu yang dihabiskan untuk proses pembanguan rumah
masyarakat di kecamatann Parbuluan dapat dilihat pada tabel 17. Pada tabel 17 terlihat
bahwa tidak ada pembangunan rumah melampaui batas waktu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu 100 hari setelah serah terima bantuan telah ditandatangani oleh
penerima.

53

Tabel 17. Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Pengerjaan Bangunan di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.

No
1
2
3

Waktu
Pengerjaaan
Bangunan
1 Bulan
2 Bulan
>2 Bulan

Desa
Bangun
51
10
0

Total
61
Sumber : Data Primer Olahan, 2014.

Desa
Parbuluan
IV
33
2
0
35

Desa
Parbuluan
V
5
8
5

Jumlah

Persentase
(%)

89
20
5

78,07
17,54
4,38

114

100,00

18

h. Penerima BSPS yang Memanfaatkan Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (SDA) yang terdapat di Kecamatan Parbuluan dapat dilihat pada
gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Sumber Daya Alam Berupa Pasir di Desa Bangun Tahun 2014.

Gambar 5. Sumber daya alam berupa pasir di desa Parbuluan IV Tahun 2014.

54

Sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menunjang pembagunan
perumahan adalah sumber daya alam berupa pasir, batu, dan kayu. Sumber daya alam
Kayu pada umumnya ada di 3 daerah penelitian, sementara sumber daya alam berupa
pasir dan batu ditemukan di dua daerah penelitian yaitu desa Parbuluan IV, dan Desa
Parbuluan V. Jumlah masyarakat penerima dana BSPS yang memanfaatkan sumber daya
alam di Kecamatan Parbuluan dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan Sumber Daya Alam di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.
Jenis Sumber
Desa
Desa
Desa
Persentase
No
Daya
Parbuluan
Parbuluan Jumlah
Bangun
(%)
Alam
IV
V
1 Pasir
0
1
3
4
3,60
2 Batu
0
2
3
5
4,30
3 Kayu
23
23
11
57
50,00
4 Tidak ada
38
9
1
48
42,10
Total
61
35
18
114
100,00
Sumber : Data Primer Olahan, 2014
Dari tabel 18 diatas dari 114 responden menunjukkan bahwa sumber daya alam
berupa kayu adalah sumber daya alam yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat
dengan demikian masyarakat tidak perlu membeli dari toko bangunan hal ini juga akan
mengurangi biaya masyarakat. Sementara untuk sumber daya alam berupa pasir dan batu
masyarakat masih mengeluarkan biaya karena keberadaan sumber daya alam tersebut
tidak dikelola oleh masyarakat setempat melainkan orang lain. Jika ada beberapa
orangyang bisa menikmatinya adalah karena alasan tertentu yaitu masih memiliki ikatan
keluarga dengan pihak pengelola, masyarakat yang masih tuan tanah, atau masyarakat
yang bekerja sebagai karyawan.

55

i. Tanggapan Masyarakat terhadap BSPS.
Tanggapan masyarakat terhadap dana BSPS adalah baik, bagi masyarakat
pemerintah telah membantu masyarakat melalui dana BSPS untuk perbaikan dan
pembangunan rumah mereka. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap dana
BSPS dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Distribusi Responden Menurut Tanggapan terhadap Program BSPS di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.
Desa
Desa
Tanggapan
Desa
Persentase
Parbuluan
Parbuluan
No
Jumlah
terhadap BSPS
Bangun
(%)
IV
V
1 Memotivasi
45
23
3
71
62,28
2 Sangat memotivasi
16
12
15
43
37,71
Total
61
Sumber : Data Primer Olahan, 2014.

35

18

114

100,00

Dari tabel 19 terlihat bahwa BSPS berhasil memotivasi masyarakat untuk
membangun/ memperbaiki kondisi perumahan, karena sebelum adanya program BSPS
masyarakat tidak terfikir untuk membangun/ memperbaiki rumah mereka, akan tetapi
walaupun dan bantuan 6 juta tidak cukup untuk pembangunan dan perbaikan perumahan
masyarakat mengakui BSPS adalah perangsang untuk membangun.
3. Keadaan Ekonomi Responden
a. Jumlah Penghasilan Utama.
Masyarakat penerima dana BSPS di Kecamatan Parbuluan adalah masyarakat
yang berpenghasilan rendah terbukti dari tingkat penghasilan masih rendah. Untuk
mengetahui jumlah pendapatan masyarakat penerima BSPS dapat dilihat pada tabel 20.

56

Tabel 20. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Utama Tiap Bulan di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.
Jumlah
Desa
Desa
Desa
Persentase
No
penghasilan
Parbuluan
Parbuluan
Jumlah
Bangun
(%)
(Rp)
IV
V
1 < 1.000.000
29
25
18
72
63,15
2 1.000.00030
10
0
40
35,08
1.500.000
3 1.501.0002
0
0
2
1,75
2.000.000

Total

61

35

18

114

100,00

Sumber : Data Primer Olahan, 2014
Dari tabel 20 terlihat bahwa bahwa pendapatan masyarakat penerima dana BSPS
masih sangat rendah sehingga layak menjadi sasaran program BSPS.
b. Tabungan Masyarakat Penerima BSPS
Tabel 21 menunjukan bahwa Sebagian besar penerima BSPS tidak memiliki
dana simpanan atau tabungan, hal inilah yang menjadi kelemahan penerapan program
BSPS karena pada dasarnya masyarakat yang menjadi sasaran BSPS adalah masyarakat
yang sudah memiliki tabungan atau asset yang dapat digunakan sebagai dana tambahan
untuk biaya pembangunan sehingga keadaan ini juga yang memicu terjadinya beban
hutang yang harus ditanggung oleh masyarakat penerima BSPS.
Tabel 21. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Tabungan di
Kecamatan Parbuluan Tahun 2012.
Desa
Desa
Ada tidaknya
Desa
Persentase
Parbuluan
Parbuluan
No
Jumlah
tabungan
Bangun
(%)
IV
V
1 Memiliki
20
7
0
27
23,68
tabungan
2 Tidak
41
28
18
97
76,31
memiliki
tabungan
Total
61
35
18
11