KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI-NILAI RELIGIUS ISLAMI PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI MTs. CIKAJANG GARUT.

(1)

PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMANFAATANNYA

SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA

DI MTs. CIKAJANG GARUT

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

oleh

YUKE YUKIARTI NIM 1201114

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI-NILAI RELIGIUS ISLAMI PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMANFAATANNYA

SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI MTs. CIKAJANG GARUT

oleh Yuke Yukiarti S.S UPI Bandung, 2004

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

© Yuke Yukiarti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI-NILAI RELIGIUS ISLAMI PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMANFAATANNYA

SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI MTs. CIKAJANG GARUT

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd.

Pembimbing II

Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 1966032019910331004

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 1966032019910331004


(4)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 11

1.3 Tujuan Penelelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

1.5 Definisi Operasional ... 13

1.6 Anggapan Dasar ... 13

1.7 Paradigma Penelitian ... 13

1.8 Sistematika Penulisan ... 14

BAB 2 PENGKAJIAN PUISI, NILAI RELIGIUS, DAN PEMANFAATAN BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA 2.1 Puisi ... 17

2.1.1 Pengertian Puisi ... 17

2.1.2 Struktur Puisi ... 18

2.1.2.1 Struktur Fisik ... 18

2.1.2.2 Struktur Batin ... 21

2.1.3 Macam-Macam Puisi ... 23

2.2 Pengkajian Puisi ... 25


(5)

2.3.1 Pengertian Semiotik ... 29

2.3.2 Strukturalisme dan Semiotik ... 30

2.3.3 Teori Semiotik ... 32

2.3.3.1 Teori Semiotik Charles Sanders Peirce ... 32

2.3.3.2 Teori Semiotik Ferdinand de Saussure ... 35

2.3.4 Aspek Teks Sastra ... 36

2.3.4.1 Aspek Sintaksis ... 36

2.3.4.2 Aspek Semantik ... 38

2.3.4.2.1Denotasi dan Konotasi ... 39

2.3.4.2.2Majas ... 40

2.3.4.2.3Isotopi ... 42

2.3.4.3 Aspek Pragmatik ... 44

2.3.5 Kajian Puisi dengan Pendekatan Semiotik ... 45

2.4 Nilai Religius ... 46

2.4.1 Pengertian Nilai ... 46

2.4.2 Pengertian Religius ... 47

2.4.3 Nilai Religius ... 48

2.4.4 Nilai Religius dalam Puisi ... 50

2.4.4.1 Nilai Religius dalam Bangun Struktur Puisi ... 51

2.4.4.2 Nilai Religius dalam Lapis Makna Puisi ... 52

2.5 Bahan Ajar ... 54

2.5.1 Pengertian Bahan Ajar ... 54

2.5.2 Tujuan Penyusunan Bahan Ajar ... 55

2.5.3 Bentuk dan Cakupan Bahan Ajar ... 56

2.5.4 Modul ... 56

2.5.4.1 Pengertian Modul ... 56

2.5.4.2 Kerangka Modul ... 57

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 58


(6)

3.3 Instrumen Penelitian ... 60

3.4 Data dan Sumber Data ... 63

3.5 Teknik Analisis Data ... 64

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO 4.1 Kajian Semiotik Puisi “Dalam Doa: I” ... 65

4.1.1 Analisis Aspek Sintaksis ... 65

4.1.2 Analisis Aspek Semantik ... 70

4.1.2.1 Denotasi dan Konotasi ... 70

4.1.2.2 Majas ... 72

4.1.2.3 Isotopi ... 72

4.1.3 Analisis Aspek Pragmatik ... 77

4.1.4 Nilai-Nilai Religius ... 79

4.2 Kajian Semiotik Puisi “Sajak Desember” ... 80

4.2.1 Analisis Aspek Sintaksis ... 81

4.2.2 Analisis Aspek Semantik ... 85

4.2.2.1 Denotasi dan Konotasi ... 85

4.2.2.2 Majas ... 87

4.2.2.3 Isotopi ... 87

4.2.3 Analisis Aspek Pragmatik ... 91

4.2.4 Nilai-Nilai Religius ... 93

4.3 Kajian Semiotik Puisi “Perahu Kertas” ... 94

4.3.1 Analisis Aspek Sintaksis ... 95

4.3.2 Analisis Aspek Semantik ... 99

4.3.2.1 Denotasi dan Konotasi ... 99

4.3.2.2 Majas ... 100

4.3.2.3 Isotopi ... 101

4.3.3 Analisis Aspek Pragmatik ... 108

4.3.4 Nilai-Nilai Religius ... 109


(7)

4.4.1 Analisis Aspek Sintaksis ... 112

4.4.2 Analisis Aspek Semantik ... 122

4.4.2.1 Denotasi dan Konotasi ... 122

4.4.2.2 Majas ... 124

4.4.2.3 Isotopi ... 125

4.4.3 Analisis Aspek Pragmatik ... 131

4.4.4 Nilai-Nilai Religius ... 134

4.5 Kajian Semiotik Puisi “ Hatiku Selembar Daun” ... 136

4.5.1 Analisis Aspek Sintaksis ... 136

4.5.2 Analisis Aspek Semantik ... 139

4.5.2.1 Denotasi dan Konotasi ... 139

4.5.2.2 Majas ... 140

4.5.2.3 Isotopi ... 140

4.5.3 Analisis Aspek Pragmatik ... 143

4.5.4 Nilai-Nilai Religius ... 145

4.6 Kajian Semiotik Puisi “Hitam Berkata” ... 146

4.6.1 Analisis Aspek Sintaksis ... 146

4.6.2 Analisis Aspek Semantik ... 148

4.6.2.1 Denotasi dan Konotasi ... 148

4.6.2.2 Majas ... 149

4.6.2.3 Isotopi ... 149

4.6.3 Analisis Aspek Pragmatik ... 153

4.6.4 Nilai-Nilai Religius ... 153

4.7 Tinjauan Hasil Analisis Puisi Dalam Doa: I, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata Karya Sapardi Djoko Damono ... 155


(8)

BAB 5 PEMANFAATAN KAJIAN PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO SEBAGAI BAHAN AJAR MATA PELAJARAN BAHASA

INDONESIA DI SMP/MTs SESUAI DENGAN KURIKULUM 2013

5.1 Bahan Ajar ... 176

5.2 Penelaahan Modul oleh Teman Sejawat ... 179

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 180

6.2 Saran ... 189

DAFTAR PUSTAKA ... 191


(9)

ABSTRAK

KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI-NILAI RELIGIUS ISLAMI PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMANFAATANNYA

SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI MTs. CIKAJANG GARUT

YUKE YUKIARTI

Tesis ini berjudul “Kajian Semiotik dan Nilai-Nilai Religius Islami Puisi Sapardi Djoko Damono dan Pemanfaatannya dalam Pembelajaran Sastra di MTs. Cikajang Garut.” Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimana struktur puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono? (2)Bagaimana nilai-nilai religius puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember,

Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya

Sapardi Djoko Damono. (3) Bagaimana kesesuaian puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono sebagai bahan pembelajaran sastra di MTs. Cikajang.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan utama penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang tanda dalam keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono dan secara khusus penelitian ini bertujuan mendeskripsikan puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar daun,

dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono berdasarkan analisis semiotik, memperkaya pengajaran puisi terutama dengan nilai-nilai agama sebagai sumbangsih untuk pendidikan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, serta sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra di MTs. Cikajang.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, dengan teknik penelitian menganalisis dari keenam puisi Sapardi Djoko Damono, secara teks dan konteks mengenai nilai-nilai religius. Puisi-puisi yang diteliti dilakukan pengkajian, diinterpretasikan, dan disimpulkan. Simpulan dari kajian tersebut dideskripsikan. Pendeskripsian dilakukan dengan mengetengahkan makna-makna puisi dan nilai-nilai religius berdasarkan pendekatan semiotik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam keenam puisi Sapardi Djoko Damono memiliki struktur meliputi aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik. Sedangkan kandungan nilai-nilai religiusnya dikelompokan pada tiga unsur utama 1) nilai keimanan (tauhid), 2) nilai kehidupan (fikih), dan sikap perilaku (akhlak). Pusi-puisi tersebut sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP/MTs kelas VII, berupa modul kesusastraan. Pesan-pesan religius dalam keenam puisi Sapardi Djoko Damono mengandung ajaran tentang hal baik atau hal buruk yang dapat diterima secara umum oleh masyarakat mengenai suatu tuntunan perbuatan dan memberikan gambaran islami yang dapat dijadikan contoh serta teladan oleh siswa dalam berperilaku sehari-hari.


(10)

ABSTRACT

SEMIOTIC ANALYISIS AND ISLAMIC RELIGIOUS VALUES SAPARDI DJOKO DAMONO’S POETRY AND ITS BENEFITS

AS SUBJECT LITERATURE STUDY AT MTs. CIKAJANG GARUT

YUKE YUKIARTI

This thesis entitled “Semiotic Analysis and Islamic Religious Values Sapardi Djoko Damono’s Poetry and Its Benefits As Subject Literature Study at MTs. Cikajang Garut.” Problem statements of this research are as follows: (1) How is the peom structure of poetry Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, and Hitam Berkata, the works of Sapardi Djoko Damono? (2) How are the religious values of poetry Dalam Doa: I,Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, and Hitam Berkata, the works of Sapardi Djoko Damono? (3) How is the relevance of poetry Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, and Hitam Berkata, the works of Sapardi Djoko Damono as subject literature study at Mts. Cikajang Garut?

Based on the statements, the general objective of this research is to find out the description of main clues in the sixth poetry of Sapardi Djoko Damono and the specific objektive of this research are to describe the poetry Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, and Hitam Berkata, the works of Sapardi Djoko Damono based on the semiotic analysis, to enrich literature study mainly by religious values as supported to educate and implemented on daily life, and as an alternative subject to study literature at MTs. Cikajang.

This research used descriptive analiysis method, by using the technique research to analyze the sixth poetry of Sapardi Djoko Damono literally and context regarding religious values. The researched poetry had been analyzed, interpreted, and concluded. The result of the analysis was described. The description was done by citing the meaning of poetry and religious values viewed semiotic approach.

The result of this study revealed that in the sixth poetry of Sapardi Djoko Damono had structures such as syntax aspect, semantic aspect, and paradigm aspect. While the religious values were divided into three main values, (1) Faith value, (2) Life value, and (3) Behavior value. The poetry was very relevance to used as subject study to appreciate literature works at SMP/MTs in the grade seventh, such as literature books. The religious message in the sixth poetry of Sapardi Djoko Damono contained things had good or bad values, which could be received by people generally to the way of life, and described Islamic manner which could become a good figure by the students in behaving on their daily life.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Puisi adalah bagian dari karya sastra. Membicarakan puisi berarti membicarakan bahasa dalam puisi. Setiap pengarang menulis puisi berdasarkan ekspresi perasaannya sehingga bahasa yang digunakan bisa dimaknai berbeda. Setiap puisi yang dibuat oleh penyair tentu memiliki makna dan arti di dalamnya yang tidak diketahui secara implisit. Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan. Puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan dan merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.

Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan. Bahasa puisi tidak lugas dan objektif, melainkan berperasaan dan subjektif (Luxemburg, 1989: 71). Jadi, sesungguhnya puisi itu merupakan penghayatan kehidupan manusia totalitas yang dipantulkan oleh penciptanya dengan segala pribadinya, pikirannya, perasaannya, kemauannya, dan lain-lain (Situmorang, 1981: 7).

Puisi sebagai karya sastra, maka fungsi estetiknya dominan dan didalamnya ada unsur-unsur estetiknya. Unsur-unsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasanya (Pradopo, 2007: 315). Puisi adalah hasil upaya manusia untuk menciptakan dunia kecil dan sepele dalam kata, yang bisa dimanfaatkan untuk membayangkan, memahami, dan menghayati dunia yang lebih besar dan lebih dalam.

Puisi adalah salah satu bentuk komunikasi, di antara berbagai bentuk komunikasi lainnya. Dalam komunikasi terlibat unsur pengirim pesan, medium, dan penerima. Dalam hubungannya dengan puisi, pengirim adalah penyair, pesan


(12)

adalah pengalaman yang hendak disampaikan, sedang mediumnya adalah bahasa dan penerimanya adalah pembaca (Damono dalam Saini, 1993:140).

Bahasa merupakan sistem lambang atau tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional. Tanda-tanda tersebut mempunyai makna tersendiri, dilihat dari interpretasi masing-masing individu. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti yang sudah konvensional. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut semiotik. Begitu juga ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda itu disebut semiotik. Pendekatan semiotik yaitu penelaahan sastra dengan mempelajari setiap unsur yang ada didalamnya, tanpa ada yang dianggap tidak penting, serta melihat suatu karya sastra sebagai suatu yang terikat kepada sistem yang dibentuknya sendiri, sehingga sistem yang ada di luarnya tidak berlaku terhadapnya (Semi, 2013: 44).

Dalam memahami sebuah tanda khususnya dalam sebuah karya sastra berupa puisi, setiap individu pasti memiliki interpretasi yang berbeda. Hal itu adalah hal yang wajar. Begitu juga dalam menginterpretasi sebuah puisi yang didalamnya terdapat tanda-tanda (bahasa) yang memiliki makna tersendiri di balik tanda-tanda tersebut.

Sastra adalah kegiatan kreatif manusia yang dijelmakan dalam medium bahasa. Membicarakan puisi berarti membicarakan kebahasaan puisi. Puisi sebagai salah satu karya sastra dapat dianalisis dari bermacam-macam aspeknya. Analisis menggunakan pendekatan semiotik dengan tujuan memahami makna yang terkandung dalam puisi. Menganalisis puisi adalah usaha menangkap dan memberi makna pada teks puisi. Sastra biasa diartikan sebagai teks dengan bahasa yang estetik dan isi yang baik. Bahasa yang estetik artinya bisa menimbulkan kesan dan menghibur pembacanya. Isi yang baik artinya bermanfaat yang berarti mengandung nilai moral. Estetika dan baik ini menjadi ciri sekaligus fungsi sastra yang terkenal dengan istilah dulce et utile (Irawan, 2013: 46).

Seorang sastrawan tersohor Arab, berkebangsaan Mesir, Najib Kaelani berpendapat dalam pengantar bukunya yang sangat memukau Madhal Ila Adab


(13)

Al-Islami (Pengantar Sastra Islam), bahwa kehadiran sastra Islam tidak sedikitpun menodai kekuatan estetika (bahasa). Tidak juga mengganggu nilai-nilai artistik dan justru menguatkan apa yang orang sebut dengan sastra, karena substansi Islam dan sastra berjalan seiring, yaitu tertumpu pada dua unsur, keindahan dan pesan moral. Sastra Islam bersumber pada konsep Islam terhadap kehidupan. Sedangkan, luasnya konsep ini melampaui kapasitas imajinasi yang terkandung dalam sastra, mulai dari konsep kebendaan (materi), alam dan metafisika, serta hubungan sosio kultur antar umat manusia. Karenanya membawa bendera dakwah Islam adalah membawa misi kemanusiaan yang juga sebagai ujung tombak dari sastra itu sendiri. Dengan demikian, kehadiran sastra Islami adalah mencoba membumikan Islam (atau nilai Islam) tidak melalui pintu formalitas, melainkan jalur yang bisa menembus segala ruang dan waktu, yang dibungkus dengan label sastra (Irawan, 2013: 46-47).

Dengan melihat arti penting dan pengertian sastra terdapat bukti bahwa karya sastra dapat memberikan solusi untuk dunia pendidikan. Baik untuk penanaman akhlak (dasar religiusnya) maupun pengetahuan intelektualnya. Hal ini akan memberikan warna yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain.

Pengajaran sastra di sekolah dalam hal ini MTs/SMP diarahkan terutama pada proses pemberian pengalaman bersastra. Siswa mengenal bentuk dan isi karya sastra melalui kegiatan mengenal cipta sastra sehinggga tumbuh pemahaman dan sikap menghargai cipta sastra sebagai suatu karya yang indah dan bermakna.

Pembelajaran sastra di sekolah merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Pengajaran sastra adalah suatu kegiatan di sekolah berupa kegiatan belajar mengajar yang berhubungan dengan penyampaian materi apresiasi sastra secara langsung maupun tidak langsung. Apresiasi sastra langsung yakni siswa diajak secara langsung membaca dan menggeluti karya sastra dan apresiasi ini diutamakan di dalam kelas. Sedangkan apresiasi sastra tidak langsung artinya siswa diajak memahami hal-hal yang berhubungan dengan


(14)

kesastraan seperti sejarah sastra, teori sastra, maupun kritik sastra namun karya sastra itu sendiri tidak dikaitkan dalam hal ini.

Banyak manfaat yang dipetik dengan mempelajari sastra, diantaranya berkaitan dengan segala aspek hiburan yang diberikan dan segala pengalaman hidup yang ditawarkan sastra. Agar pembelajaran sastra dapat diterima dengan baik, pengajar sastra dituntut agar dapat menyenangi sastra, menguasai materi sastra, memahami hakikat dan tujuan pembelajaran sastra, memiliki kemampuan mengapresiasi sastra, dan menguasai metode pengajaran serta penilaian sastra.

Tujuan pengajaran sastra adalah untuk menjauharikan si terdidik agar ia dapat menghayati nilai-nilai luhur, agar ia siap melihat dan mengenal nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik (Rusyana, 1984: 313). Pengajaran puisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengajaran sastra. Puisi salah satu genre sastra yang berisi ungkapan perasaan penyair, mengandung rima dan irama, serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat. Pada puisi, penyair menyampaikan pesan atau amanat melalui puisinya dengan bahasa yang dipergunakannya yang mengandung irama dan kiasan.

Problematika pembelajaran sastra khususnya pada pembelajaran puisi di MTs adalah siswa tidak menyukai puisi karena minimnya pengetahuan tentang puisi, tidak semua guru bahasa Indonesia mengajarkan puisi karena tidak menyukai sastra (puisi), keterbatasan media di sekolah, dan minimnya bahan ajar. Guru hanya bergantung pada contoh-contoh karya sastra yang ada pada buku teks. Dengan demikian, memilih bahan ajar, mengurutkan bahan pembelajaran, dan menyampaikan bahan tersebut kepada siswa menjadi keterampilan mutlak yang harus dikuasai seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

Sangat wajar bila tidak semua orang menyukai puisi. Adapun sebagian orang beranggapan bahwa puisi sulit dipahami, dan jika dibacakan oleh seseorang sering dengan nada yang berlebihan sehingga berkesan mengada-ada. Anggapan itu tidak dapat disalahkan begitu saja. Memang pada dasarnya puisi tidak mudah dipahami dalam sekali baca. Hal itu terjadi karena puisi mengandung berbagai kata bermakna konotatif, intensitas kata yang padat, serta adanya imajinasi


(15)

penyair yang menyertai puisi. Namun, jika pembaca telah berhasil menangkap makna puisi tersebut, akan terasa betapa menariknya sebuah puisi dan banyak manfaat yang dapat diperoleh dari membaca puisi. Puisi sering menggambarkan kehidupan zaman, berisi berbagai petuah hidup, dan lain-lain yang bermanfaat bagi kehidupan. Dengan Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dan adanya bahan ajar yang menarik dapat mengubah pandangan siswa yang semula menganggap belajar sastra membosankan berubah menjadi menyenangkan. Dengan demikian, pengajaran puisi di sekolah diharapkan dapat mencapai tujuan utama yaitu memberikan pengalaman secara utuh dan memperlebar kontak emosi serta gagasan pribadi yang diinginkan terjadinya respon terhadap salah satu bentuk karya sastra.

Dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus pada puisi religius. Puisi religius adalah puisi-puisi yang memiliki nilai-nilai keagamaan atau nilai-nilai yang mengagungkan ketuhanan. Dalam hal ini khusus membicarakan dimensi pengalaman keagamaan yang paling dalam atau religius. Penciptaan puisi religius dalam sastra Indonesia modern tetap mendapat perhatian dari kalangan penyair, seperti puisi “Sajadah Panjang” dan “Tuhan” karya Taufik Ismail, “Doa” karya Chairil Anwar, “Padamu Jua” karya Amir Hamzah “Doa Sebelum Tidur” karya Taufik Ismail, dan lain-lain. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan, dan perilaku. Contoh nilai adalah ketuhanan, kemanusiaan, dan keadilan.

Banyak pengalaman estetis yang melatari penyair dalam penulisan puisi. Pengalaman-pengalaman cinta dan religi menjadi pengalaman yang sangat konvensional. Tema-tema religi sangat bertautan erat dengan puisi liris. Puisi-puisi liris menampilkan pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman-pengalaman tersebut kemudian diungkapkan ke dalam bahasa sebagai media citraan. Puisi Chairil dan Sapardi, menghadirkan pengalaman religius mengenai keinginan yang intens dan intim kepada Sang Pencipta. Keinginan tersebut membuat adanya jarak atau jeda antara manusia dan Sang Pencipta. Namun, jarak


(16)

itu pulalah yang menjadikan kedekatan antara manusia dan Sang Pencipta menjadi begitu kentara dan terasa. Secara kasat mata, puisi Chairil memang terlihat lebih intim hubungan antara hamba dan Sang Pencipta karena penggunaan dan pilihan kata sudah sangat terang sekali sedangkan pada puisi Sapardi, hubungan antara hamba dan Sang Pencipta lebih disamarkan sehingga terkesan tidak begitu intim hubungan tersebut.

Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai tokoh imajis dengan puisi-puisi naratif yang pendek-pendek dan menggantung seperti belum selesai. Kata-katanya sederhana, namun sarat dengan makna. Dengan demikian, nilai religius bukan ciri puisi Sapardi karena tidak tampak atau lebih disamarkan hubungan antara hamba dan Sang Pencipta. Namun, dibalik puisi Sapardi mengandung nilai-nilai religius yang dapat dilihat berdasarkan tema keagamaan, pilihan kata atau kosakata keagamaan, dan idiom-idiom keagamaan yang terdapat dalam puisi Sapardi.

Dalam penelitian sebelumnya, yaitu Ahmad Badrun (1994) dengan Tesis

Makna Tiga Sajak Ketasawufan Abdul Hadi W. M. sastra tasawuf didasarkan pada konsep estetika atau keindahan yang bersumber dari Tuhan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa motivasi utama penciptaan dalam sastra tasawuf adalah didasarkan pada kecintaan kepada Tuhan. Oleh sebab itu, bagi sastrawan (penyair sufi), sastra merupakan sarana pengabdian, sarana ibadah kepada Tuhan, atau sebagai sarana untuk merenungkan kemahaindahan Tuhan.

Dalam khazanah kesusastraan Indonesia ditemukan pada karya-karya Hamzah Fansuri, Ronggo Warsito, Danarto, Kuntowijoyo, Abdul Hadi W.M., Emha Ainun Najib, Musthofa Bisri, Acep Zamzam Noer, Ahmadun Yosi Herfanda, Joni Ariadinata, Jalam D. Rahman, dan Helvy Tiana Rosa serta sastrawan lainnya yang setia menyuarakan pesan-pesan agama, moralitas maupun humanisme.

Penyair pada masa sebelum perang antara lain Amir Hamzah dan sanusi Pane, sedangkan masa sesudah perang sampai tahun 60-an terlihat pada karya Bachrum Rangkuti, Budiman S. Hartoyo, dan Ajip Rosidi. Kemudian mulai tahun 70-an sampai sekarang semakin banyak antara lain Abdul Hadi W. M., Sutardji


(17)

Calzoum Bachri, Taufik Ismail, dan Emha Ainun Najib. Juga Sapardi Djoko Damono penyair yang lahir di Solo pada tanggal 20 Maret 1940, puisi-puisinya dekat dengan Tuhan dan kematian. Maut atau kematian dipandang sebagai bagian dari kehidupan, bersama kehidupan itu pulalah maut tumbuh. Hal tersebut diungkapkan Jakob Sumardjo dalam Pikiran Rakyat, 19 Juli 1984.

Menurut Andre Hardjana (dalam Waluyo, 1987: 249-250) dalam majalah Basis yang menyatakan bahwa Sapardi Djoko Damono adalah penyair terpenting kedua tahun 1950-an sesudah Rendra. Sapardi Djoko Damono adalah penyair yang produktif dan setia akan kepenyairannya. Sapardi Djoko Damono berpuisi selama lebih dari tiga dekade, sejak tahun 1950-an hingga tahun 80-an masih aktif berpuisi. Sapardi merupakan salah satu contoh sastrawan yang sekaligus ahli sastra dan juga penelaah sastra. Sapardi Djoko Damono dikenal sebagai tokoh imajis dengan puisi-puisi naratif yang pendek-pendek dan menggantung seperti belum selesai.

DukaMu Abadi karya Sapardi, kumpulan sajaknya yang pertama dari masa

sesudah tahun 1965 dan terbit tahun 1969, diulas oleh Goenawan Mohamad dalam Horizon (1969) dengan judul “Nyanyian Sunyi Kedua”. Goenawan menjelaskan judul tersebut bahwa dalam sajak-sajaknya, Sapardi dengan cara sangat utuh menunjukkan penyair Indonesia modern yang menjadi yatim-piatu yang terusir dari surga lebih jauh lagi ketimbang Adam dulu. Sajak-sajak Sapardi itu sungguh-sungguh nyanyian sunyi dari awal sampai akhir (Teeuw, 1989: 95-96).

Dalam puisi modern, kesunyian merupakan tujuan itu sendiri dan ia tidak membawa kita ke mana pun kecuali kepada puisi itu belaka. Hal ini tentu saja tidak lantas berarti bahwa motif keagamaan tidak terdapat di dalam puisi modern. Tuhan dan pengalaman keagamaan merupakan motif-motif yang sangat dan terkadang sangat berpengaruh kuat di dalam puisi Indonesia (Teeuw, 1989: 101).

Sebuah karya besar yang pernah ia buat adalah kumpulan sajak yang berjudul Perahu Kertas dan memperoleh penghargaan tertinggi dari Malaysia dan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1983 (Waluyo, 1987: 252) dan kumpulan sajak


(18)

Poetra Malaysia. Selain kumpulan sajak-sajak tersebut masih banyak lagi diantaranya adalah DukaMu Abadi (1969), Akuarium (1974), Mata Pisau (1983), Sihir Hujan (1984), Perahu Kertas (1984), Arloji (1998), Ayat-ayat Api (2000), Mata Jendela (2001), Mantra Orang Jawa (2009), Ada Berita Apa Hari Ini Den Sastro? (2009), Kolam (2009 ), dan Hujan Bulan Juni (2013).

Selain melahirkan puisi-puisi, Sapardi juga aktif menulis esai, kritik sastra, artikel serta menerjemahkan berbagai karya sastra asing. Dengan terjemahannya itu, Sapardi mempunyai kontribusi penting terhadap pengembangan sastra di Tanah Air. Sumbangsih Sapardi juga cukup besar kepada budaya dan sastra dengan melakukan penelitian, menjadi narasumber dalam berbagai seminar dan aktif sebagai administrator dan pengajar, serta menjadi dekan Fakultas Sastra UI periode 1995-1999. Dia menjadi penggagas pengajaran mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di Fakultas Sastra.

Pemilihan enam puisi karya Sapardi Djoko Damono dalam penelitian ini didasarkan dua alasan. Pertama, Sapardi Djoko Damono adalah seorang penyair yang produktif dengan karya-karyanya sampai sekarang. Kedua, memilih puisi religius sebagai bahan pembelajaran sastra untuk kepentingan pendidikan yang disesuaikan dengan lingkungan sekolah yaitu Madrasah Tsanawiyah. Pemilihan enam puisi ini berdasarkan pilihan kata atau kosakata keagamaan yang terdapat dalam puisi tersebut baik dari segi judul maupun bait-perbait atau setiap larik pusinya dan berdasarkan isi puisinya. Keenam puisi tersebut adalah Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan

Hitam Berkata.

Keenam puisi tersebut bersumber dari empat kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono, yaitu DukaMu Abadi, Sihir Hujan, Perahu Kertas, dan Hujan Bulan Juni. Hujan Bulan Juni berisi sepilihan puisi yang berasal dari DukaMu Abadi, Mata Pisau, Akuarium, dan Perahu Kertas. Hujan Bulan Juni sempat dicetak ulang beberapa kali, dan setiap kali cetak ulang ada sedikit perubahan yang berupa koreksi, penambahan, atau pengurangan sajak. Buku ini pun mengalami perubahan, terutama yang menyangkut jumlah dan waktu


(19)

penulisannya. Beberapa sajak yang ditulis sejak tahun 1959 ditambahkan agar ada gambaran yang lebih lengkap tentang puisi yang Sapardi tulis sampai tahun 1994. Perubahan lain pada umumnya hanya menyangkut sedikit koreksi atas salah tulis atau salah cetak (Damono, 2013: v).

Dalam rangka itu, untuk menganalisis keenam puisi tersebut dengan menggunakan pendekatan semiotic berkaitan dengan analisis struktur karena bahasa sebagai medium puisi. Menganalisis struktur puisi berarti menganalisis unsur-unsur bahasa berkaitan dengan seluruh unsur dan konvensi sastra yang ada didalamnya. Menganalisis struktur puisi religius karya Sapardi Djoko Damono bertujuan membongkar keterkaitan semua unsur untuk mengungkapkan makna didalamnya. Menurut Teeuw (1984: 135), analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semenditel dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Semiotika adalah ilmu tentang tanda, istilah tersebut berasal dari kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda terdapat dimana-mana. Kata adalah tanda (Sudjiman, 1996: vii). Menurut Umberto Eco dalam bukunya A Theory of semiotics (dalam Bergerf, 2010: 4) menyatakan bahwa semiotik berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai tanda-tanda. Suatu tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu lainnya. Dalam bukunya Semiotics of Poetry, Riffaterre mendeklarasikan sebuah pengertian puisi yang tidak hanya membawa nuansa baru, tetapi juga membuatnya lekat dengan semiotika, yaitu bahwa sebuah puisi mengatakan sesuatu yang berbeda dari makna yang dikandungnya (Christomy, 2004: 251).

Pendekatan semiotik bertolak dari asumsi bahwa karya sastra memiliki suatu sistem sendiri, yang memiliki dunianya sendiri, sebagai suatu realitas yang hadir atau dihadirkan dihadapan pembaca yang didalamnya terkandung potensi komunikatif yang ditandai dengan adanya lambang-lambang kebahasaan yang


(20)

khas memiliki nilai artistik dan dramatik. Lambang kebahasaan sastra yang memiliki nilai artistik dan dramatik itu diakibatkan suatu dorongan kreatif yang subjektif pengarang (Semi, 1990: 86).

Analisis semiotik merupakan satu hal penting dalam pembelajaran sastra. Dikatakan penting karena diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi siswa mengenai makna sebuah puisi. Di samping itu pula, dapat memperkaya pengetahuan siswa tentang nilai-nilai yang terkandung terutama nilai-nilai religius dalam puisi. Dengan demikian, analisis semiotik yang terkandung dalam puisi layak dan dapat dipertahankan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah.

Penelitian yang relevan yaitu diantanya penelitian yang berjudul Sajak Chairil Anwar “Sia-Sia”: Suatu Tinjauan Semiotik, tinjauan ini dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa Program S2 Kesusastraan Fakultas Pascasarjana UI tahun akademik 1989/1990 dan 1990/1991 disunting ole Panuti Sudjiman. Ahmad Badrun (1994) dengan Tesis Makna tiga Sajak Ketasawufan Abdul Hadi W. M. Kemudian, Tuti Sulastri Faizah (2011) dengan Tesis Tinjauan Makna Keadilan dalam Kumpulan Puisi Malu (Aku ) Jadi Orang Indonesia (Majoi) Karya Taufik Ismail dengan Menggunakan Pendekatan Semiotik dan Alternatif Model Pembelajran di MA. Titin Soegiharti (2011) dengan Tesis Kajian Semiotik Gurindam Dua Belas Karangan Raja Ali Haji dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

Pemilihan bahan ajar sastra meliputi identifikasi terhadap nilai-nilai pendidikan terutama nilai-nilai religius serta kebermaknaanya bagi anak didik. Tingkat kebermaknaanya bahan ajar karya sastra merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bacaan sebagai bahan ajar apresiasi sastra. Berdasarkan kenyataan tersebut, penelitian terhadap kajian semiotik dan nilai-nilai religius islami puisi Sapardi Djoko Damono dan pemanfaatannya sebagai bahan pembelajaran sastra di MTs. Cikajang Garut sangat penting dilakukan.


(21)

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana struktur puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono?

2) Bagaimana nilai-nilai religius puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono?

3) Bagaimana kesesuaian puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono sebagai bahan pembelajaran sastra di MTs. Cikajang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang tanda dalam keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono dan secara khusus penelitian ini bertujuan:

1) untuk memperoleh deskripsi berkaitan dengan puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar daun, dan

Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono berdasarkan analisis semiotik;

2) untuk memperoleh deskripsi mengenai nilai-nilai religius yang terdapat dalam puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono;

3) untuk dapat memanfaatkan hasil analisis puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar daun, dan Hitam Berkata

karya Sapardi Djoko Damono sebagai bahan pembelajaran sastra di MTs. Cikajang.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Sejalan dengan tujuan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai kepentingan, baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) memberikan informasi mengenai hasil analisis semiotik pada puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono;

2)memberikan informasi mengenai nilai-nilai religius yang terkandung dalam puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono;

3)memberikan alternatif bahan pembelajaran sastra di MTs. Cikajang. Manfaat secara praktis adalah sebagai berikut.

1) Bagi Pendidikan

Dapat dijadikan sumber pembelajaran bagi anak didik karena ada relevansinya dengan berbagai kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam silabus.

2) Bagi Guru

Dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra (puisi) di sekolah. Juga menambah wawasan guru dalam menafsirkan dan menganalisis puisi.

3)Bagi Siswa

Dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar. Hasil penelitian ini dapat digunakan siswa untuk menambah perbendaharaan materi puisi yang telah diberikan guru.

4)Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan tambahan literatur dan menjadi pancingan untuk melahirkan penelitian-penelitian lain yang terkait dengan puisi.


(23)

1.5 Definisi Operasional

Agar lebih memahami peristilahan yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut dikemukakan definisi operasionalnya.

1) Nilai-nilai religius Islam adalah nilai yang berhubungan dengan agama (Islam), keimanan seseorang, dan tanggapan seseorang terhadap nilai yang diyakini serta tindakan manusia yang memancarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2)Puisi adalah bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dengan menggunakan bahasa pilihan.

3)Analisis semiotik adalah analisis yang berhubungan dengan studi tentang tanda dengan cara melihat fungsi serta hubungannya dengan tanda lainnya.

4)Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

1.6 Anggapan Dasar

Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa anggapan dasar sebagai berikut.

1)Puisi-puisi Sapardi Djoko Damono menarik untuk dianalisis secara semiotik karena banyak mengandung tanda atau lambang.

2)Sebagian puisi-puisi Sapardi Djoko Damono berisi keagamaan.

3)Puisi-puisi religius layak dijadikan bahan pembelajaran sastra di SMP/MTs.

1.7 Paradigma Penelitian

Problematika pembelajaran sastra khususnya pada pembelajaran puisi di MTs adalah siswa tidak menyukai puisi karena minimnya pengetahuan tentang puisi, tidak semua guru bahasa Indonesia mengajarkan puisi karena tidak menyukai sastra (puisi), keterbatasan media di sekolah, dan minimnya bahan ajar atau bahan pembelajaran terbatas. Guru hanya bergantung pada contoh-contoh karya sastra yang ada pada buku teks. Sehingga pembelajaran sastra cenderung teoretis. Dengan demikian, memilih bahan ajar, mengurutkan bahan pembelajaran,


(24)

dan menyampaikan bahan tersebut kepada siswa menjadi keterampilan mutlak yang harus dikuasai seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

Sebagai alternatif dari problema pembelajaran sastra di MTs adalah 1) pembelajaran menekankan pada apresiasi sastra;

2)menggunakan puisi sebagai bahan ajar;

3)mengembangkan kemampuan kajian struktur puisi; 4)menanamkan nilai-nilai sastra pada siswa.

Melalui puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono dapat mengetahui kajian struktur puisi yang meliputi aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik. Selain kajian struktur puisi, juga dapat mengetahui nilai-nilai religius yang terkandung dalam puisi Sapardi Djoko Damono yang memiliki ciri khas kata-kata yang digunakan sederhana, namun mengandung makna yang dalam dan mengandung imaji yang begitu kuat.

Berdasarkan hal tersebut, dapat digunakan sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra di MTs. Cikajang dengan tujuan dapat memperkaya pengajaran puisi terutama dengan nilai-nilai agama atau religius sebagai sumbangsih untuk pendidikan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari uraian di atas, dapat digambarkan dalam bentuk bagan di halaman berikut (Halaman 15).

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penyusunan tesis ini menggunakan pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013. Berdasarkan pedoman tersebut, dalam penulisan tesis ini terdiri dari enam bab. Bab satu pendahuluan, bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, anggapan dasar, paradigma penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab dua menghadirkan teori para ahli atau kajian teori yang didasarkan fokus masalah tentang nilai-nilai religius puisi Sapardi Djoko Damono dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra. Teori yang akan


(25)

(26)

dikaji tentang pengertian puisi, kajian semiotik, pendekatan dalam mengkaji puisi, nilai religius, dan bahan ajar sebagai pemanfaatan bahan pembelajaran sastra.

Bab tiga dalam penelitian ini, yakni metode penelitian. Metode penelitian ini berisi tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data, pengelolaan analisis, dan tahap analisis data.

Bab empat pembahasan. Dalam bab ini akan dibahas mengenai data penelitian, analisis struktur, nilai-nilai religius dan temuan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab lima menghadirkan model bahan ajar berupa modul kesusastraan dan rancangan pembelajarannya. Sedangkan Bab enam berisi simpulan dan rekomendasi.


(27)

BAB 3

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Secara etimologis metode berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti

jalan atau cara sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menggangkat masalah cara kerja untuk mendalami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan, sehingga objek yang menjadi masalah terpecahkan.

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013: 2). Metode merupakan cara utama yang dipergunakan peneliti untuk mencapai tujuan. Dengan demikian metode dipilih berdasarkan pertimbangan kesesuaian objek yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar dalam penelitian dapat dihasilkan suatu hasil yang sesuai dengan harapan peneliti. Jadi yang dimaksud dengan metode adalah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti dengan harapan yang telah ditentukan sebelumnya.

Metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai subjek kajian. Dalam metode, terdapat teknik dan pendekatan. Maka, metode penelitian sastra akan memuat pendekatan (sisi pandang) keilmuan dan teknik analisis yang digunakan. Metode penelitian yang akurat, tentu akan menerapkan pendekatan dan teknik penelitian yang jitu (Endraswara, 2008: 8-9).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah cara pelukisan data dan analisis dalam kritik sastra. Kritik membutuhkan pelukisan data sebagaimana adanya. Maksudnya, yang digambarkan dalam kritik sastra menurut realitas yang ada, tidak perlu menambahi hal-hal lain. Teknik penelitian semacam ini dalam kritik sastra disebut deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif mengutamakan penggambaran data melalui kata-kata (Endraswara, 2013: 176). Menurut Ratna (2008: 39) metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan dengan cara menganalisis dan


(28)

menguraikan data untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang menjadi pusat perhatian penelitian. Dengan kata lain, metode analisis deskriptif digunakan untuk menguraikan kemudian mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti dengan hal-hal yang menjadi pusat perhatian.

Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Metode deskriptif ini disertai dengan kegiatan analisis agar diperoleh pemahaman dan pembahasan yang mendalam mengenai analisis semiotik yang terdapat dalam puisi Dalam Doa I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam

Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono

sebagai bahan pembelajaran sastra di MTs.

Dalam penelitian ini yang menjadi data adalah karya sastra dalam bentuk puisi. Pertimbangan peneliti memilih puisi ini sebagai sumber data dalam penelitian adalah Pertama, Sapardi Djoko Damono adalah seorang penyair yang produktif dengan karya-karyanya sampai sekarang. Kedua, memilih puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun,

dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono sebagai bahan pembelajaran sastra untuk kepentingan pendidikan yang disesuaikan dengan lingkungan sekolah yaitu Madrasah Tsanawiyah. Pemilihan enam puisi tersebut berdasarkan pilihan kata atau kosakata keagamaan yang terdapat dalam puisi tersebut.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2013: 9).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada qualiti atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori (Satori, 2012: 22).


(29)

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah (Satori, 2012:25). Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang memadai penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Data utama adalah berupa kumpulan puisi DukaMu Abadi

(1969), Sihir Hujan (1984), Perahu Kertas (1984) dan Hujan Bulan Juni (2013) karya Sapardi Djoko Damono. Adapun tambahan pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Memilih puisi-puisi yang dijadikan bahan utama objek penelitian. b. Menentukan puisi-puisi untuk dijadikan objek penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi, yaitu studi pustaka. Teknik ini dilakukan untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini. Teori tersebut diantaranya adalah teori tentang struktur puisi dan nilai-nilai religius dalam puisi.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data atau mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2013: 222).

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Untuk melaksanakan teknik penelitian digunakan alat pendukung sebagai berikut.


(30)

1) Pedoman analisis teks digunakan sebagai acuan dalam menganalisis setiap puisi.

2)Pedoman nilai religius pada puisi.

Format Pedoman Analisis

No Pokok

Analisis Rincian Aspek yang Dianalisis Tujuan 1. 2. Analisis Struktur Puisi Analisis Nilai Religius

a. Aspek sintaksis dalam puisi merupakan analisis hubungan antar tanda. Kalimat terdiri atas kata, frasa, dan klausa.

b. Aspek semantik, pada intinya tertuju pada analisis hubungan tanda-tanda dengan interpretasi yang dihasilkan atau maknanya. Pembicaraan aspek semantik pada analisis ini dibatasi pada denotasi dan konotasi, majas, dan isotopi untuk mengetahui tema.

c. Aspek pragmatik adalah studi tentang hubungan antara tanda dan pemakainya. Pusat perhatian studi ini adalah pemakaian bahasa (la langue en action) dan efek yang ditimbulkannya.

Nilai-nilai keagamaan sumbernya dari Tuhan (Allah) diturunkan melalui wahyu yang terdiri atas tiga aspek.

Untuk mengetahui unsur pembangun puisi dan makna puisi yang akan dianalisis.

Untuk mengetahui dan meneladani nilai-nilai religius


(31)

No Pokok

Analisis Rincian Aspek yang Dianalisis Tujuan 1. Keimanan (Tauhid)

a. Iman kepada Allah (perasaan batin yang ada hubungannya dengan tuhan dan mengakui kebesaran Tuhan)

b. Takwa kepada Allah (perasaan takut)

c. Tobat (perasaan berdosa) 2. Norma Kehidupan (Fikih)

a. Halal (diperbolehkan) b. Haram (dilarang) c. Makruh (dibenci)

d. Mubah (dikerjakan tidak berpahala, ditinggalkan tidak berdosa)

e. Sunat (dilaksanakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa)

3. Sikap Perilaku (Akhlak)

a. Sabar (kehidupan yang penuh kemuliaan)

b. Rendah hati

c. Tawakal (penyerahan diri tunduk dan taat kepada Yang Maha Pencipta)

d. Jujur e. Ikhlas f. Disiplin

yang terdapat

dalam

masing-masing puisi yang dianalisis.


(32)

3.4 Data dan Sumber Data

Kumpulan puisi DukaMU Abadi, Sihir Hujan, Perahu Kertas, dan Hujan

Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Kumpulan puisi pertama yaitu DukaMu

Abadi cetakan pertama tahun 1969 diterbitkan oleh PT Dunia Pustaka Jaya Jakarta Pusat, terdiri atas 42 puisi. Kumpulan puisi kedua yaitu Sihir Hujan cetakan pertama tahun 1984 diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia Kuala Lumpur, terdiri atas 51 puisi. Kumpulan puisi ketiga yaitu Perahu Kertas cetakan pertama tahun 1975 diterbitkan oleh Balai Pustaka Jakarta, terdiri atas 42 puisi. Kumpulan puisi keempat terdiri 102 puisi cetakan pertama tahun 2013 diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Dari keempat kumpulan puisi tersebut dicari puisi yang memiliki tema keagamaan (religius), baik dari segi pilihan kata, tema, dan idiom-idiom keagamaan yang terdapat dalam puisi. Dari kumpulan puisi pertama terdapat 3 puisi, dari kumpulan puisi kedua terdapat 2 puisi, dan dari kumpulan puisi ketiga terdapat 2 puisi yang sama dengan kumpulan puisi kedua, dan dari kumpulan puisi keempat terdapat 5 puisi yang 4 diantaranya bersumber dari dua kumpulan puisi di atas. Hujan Bulan Juni (2013) berisi sepilihan puisi dari tahun 1964-1994, yang berasal dari beberapa buku puisi diantaranya DukaMu Abadi (1969) dan Perahu Kertas

(1984). Akhirnya terdapat enam puisi yang bertema keagamaan.

Dalam menentukan sampel penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti menggunakan teknik penyampelan purposive atau purposive sampling, yakni teknik penentuan sampel berdasarkan tujuan penelitian. Teknik ini digunakan apabila peeliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya. Sampel ditentukan sesuai karakter puisi untuk dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di Madrasah Tsanawiyah. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun,

dan Hitam Berkata. Penggunaan keenam puisi tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa puisi tersebut memiliki tema yang sama yaitu religius.


(33)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian tentang struktur dan nilai-nilai religius yang terdapat dalam puisi. Kemudian hasilnya diuraikan dan dapat ditarik simpulannya tentang struktur dan nilai religius pada puisi-puisi Sapardi Djoko Damono.

Berdasarkan data penelitian yang telah terkumpul data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Membaca puisi-puisi tersebut.

2)Mengidentifikasi struktur dan nilai-nilai religius puisi.

3)Membuat catatan-catatan berdasarkan hasil analisis untuk menginterpretasikan hasil analisis data.

4)Mendeskripsikan struktur dan nilai religius puisi berdasarkan interpretasi yang dilakukan.

5)Menyusun hasil analisis untuk dijadikan sebagai bahan ajar.


(34)

BAB 5

PEMANFAATAN KAJIAN PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO SEBAGAI BAHAN AJAR MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP/MTs

SESUAI DENGAN KURIKULUM 2013

5.1 Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar sangat penting artinya bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Demikian pun bagi siswa, tanpa bahan ajar akan sulit untuk menyesuaikan diri dalam belajar, apalagi jika gurunya mengajarkan materi dengan cepat dan kurang jelas. Oleh sebab itu, bahan ajar dianggap sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki mutu pembelajaran.

Bahan ajar merupakan materi-materi yang dipersiapkan untuk pembelajaran. Bahan ajar dalam suatu pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik, materi pelajarannya harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, menggunakan berbagai referensi, penggunaan bahan pembelajaran membantu memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Bahan ajar dapat berperan bagi guru dan siswa. Bagi guru, bahan ajar dapat berperan dalam hal waktu mengajar lebih efektif, mengubah peran guru menajadi fasilitator, dan membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Sedangkan peran bahan ajar bagi siswa adalah membantu siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau siswa lain., siswa dapat belajar kapan dan di mana saja, siswa dapat belajar dengan kecepatannya sendiri, siswa dapat belajar menurut urutannya sendiri dan membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar mandiri.

Bahan ajar disusun dengan tujuan menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik, membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan


(35)

ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh, dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Jadi, bahan yang disedikan dalam pembelajaran menulis puisi harus disesuaikan dengan kurikulum. Selain itu, bahan ajar disesuaikan dengan lingkungan dan kemampuan siswa. Bahan ajar adalah bahan yang dipakai guru untuk menyampaikan kurikulum. Bahan tersebut seperti buku teks, buku tambahan, koran, majalah, ensiklopedi, rekaman, gambar, kartun, dan bahan lain yang bisa digunakan untuk menyampaikan materi.

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, yaitu dengan strategi dan berbagai upaya, salah satunya menyempurnakan kurikulum. Kurikulum memiliki kedudukan yang sangat strategis. Oleh karena itu, kurikulum bersifat dinamis. Dengan demikian, perlu dilakukan penyempurnaan agar kurikulum sekolah yang sedang berlaku sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, keadaan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Selain itu juga, kurikulum perlu disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan masyarakat sekitar.

Seiring dengan dinamika penyempurnaan kurikulum tersebut, ditetapkanlah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan tersebut sebagai pedoman dalam penyusunan Kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata Karya Sapardi Djoko Damono yang dijadikan data penelitian dalam penelitian ini dan merujuk kepada temuan-temuan hasil penelitian, maka keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono dengan kesesuaian kurikulum yang


(36)

diberlakukan di SMP/MTs yakni Kurikulum 2013 layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP/MTs.

Alasan yang paling mendasar dari keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono dapat dijadikan sebagai bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia di MTs. Puisi-puisi tersebut memiliki struktur puisi (struktur fisik dan struktur batin) serta memiliki pesan moral berupa nilai religius yang islami. Hal ini sangat sesuai untuk pembentukan nilai-nilai keimanan dan karakter siswa terutama di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) tempat penelitian ini berlangsung. Juga sesuai dengan kurikulum 2013 yang mengutamakan sikap daripada keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian, religius termasuk pada sikap.

Keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono ini akan dijadikan bahan ajar berupa Modul Kesusastraan yang penerapannya mengacu kepada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 untuk SMP/MTs. Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Modul merupakan bahan belajar terprogram yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis, serta terperinci. Dengan mempelajari materi modul, siswa diarahkan pada pencarian suatu tujuan melalui langkah-langkah belajar tertentu, karena modul merupakan paket program untuk keperluan belajar. Satu paket program modul terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar, serta sistem evaluasi.

Kerangka modul diantaranya: halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, petunjuk belajar, dan kedudukan modul. Adapun kerangka modul yang penulis buat adalah sebagai berikut. Pertama, pendahuluan. Kedua, kegiatan belajar yang memuat kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, uraian materi, rangkuman, dan tugas. Ketiga, penutup. Keempat, kata kunci. Kelima, glosarium. Keenam, daftar pustaka.


(37)

Berdasarkan Kurikulum 2013, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang membahas materi pembelajaran sastra berupa puisi terdapat di kelas VII. Contoh bahan ajar berupa Modul Kesusastraan yang penulis buat terlampir pada halaman lampiran.

5.2 Penelaahan Modul oleh Teman Sejawat

Hasil penelaahan yang dilakukan oleh Wida Widia Rohmayani, S.Pd. (sebagai teman sejawat) dalam simpulannya tentang keunggulan dan kekurangan dari modul yang dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut.

Keunggulan modul yang ditulis oleh penulis mulai dari desain cover yang menarik sampai pada penyajian materi yang begitu teliti dan apik, sehingga mampu merangsang rasa ingin tahu yang tinggi, yang paling utama isinya benar-benar sesuai dengan materi, dan memberikan solusi bagi guru sebagai pengajar. Dengan demikian, sudah layak digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra di MTs atau SMP dan telah sesuai dengan standar penulisan modul.

Modul ini sangat tersusun dengan baik dan teliti sehingga tidak tampak kekurangan dan kesalahan yang fatal mulai dari cover yang mewakili isi modul, penulisan segi kebahasaan sampai isi dalam pembahasan tersusun secara soistematik dan ideal untuk sebuah modul.


(38)

BAB 6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Setelah menganalisis puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono, maka simpulan dari keenam puisi tersebut berkaitan dengan tiga hal pokok. Pertama, struktur puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono. Kedua, nilai-nilai religius dalam puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono. Ketiga, kesesuaian puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono sebagai bahan pembelajaran sastra di MTs. Cikajang. Pertama, struktur puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono. Dari analisis struktur dapat disimpulkan tentang aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik.

Dari analisis aspek sintaksis, yang meliputi hubungan antar tanda, dalam hal ini hubungan antara frasa, kata, kalusa, dan kalimat. Dapat disimpulkan bahwa puisi Dalam Doa: I dan Sajak Dersember diawali dengan kalimat pasif. Contoh pada puisi Dalam Doa: I, kupandang ke sana Isyarat-isyarat dalam cahaya. Contoh pada puisi Sajak Desember, kutanggalkan mantel serta topiku yang tua ketika daun penanggalan gugur: lewat tengah malam. Pada kedua puisi tersebut tidak hanya diawali kalimat pasif, melainkan didominasi dengan kalimat pasif. Pada puisi Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata diawali dengan kalimat aktif ataupun kalusa yang bersifat aktif. Contoh pada puisi Perahu Kertas, Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas. Contoh pada puisi Dalam Doaku, dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata. Contoh pada puisi Hatiku Selembar


(39)

Daun, hatiku selambar daun. Contoh pada puisi Hitam Berkata, hitam berkata

kepada putih, “Aku luntur, kau tahu, dan kau kena hitamku.” Selain ada kalimat

pasif dan kalimat aktif, juga terdapat kalimat majemuk. Baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.

Dari analisis aspek semantik, keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono memiliki makna denotasi dan makna konotasi. Selain mengandung makna denotasi dan konotasi, juga mengandung majas. Majas yang paling mendominasi yaitu majas personifikasi. Majas personifikasi selalu ada pada keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono. Majas personifikasi pada puisi-puisi tersebut bukan hanya memperkuat imaji kehidupan dan alam, tetapi mampu menjadikan puisi ini lebih bermakna. Selain majas personifikasi, juga majas hiperbola dan majas metafora cukup banyak pada puisi-puisi tersebut.

Puisi Dalam Doa: I memiliki 6 isotopi, yaitu isotopi alam, isotopi ketuhanan, isotopi manusia, isotopi gerak, isotopi waktu, dan isotopi ruang. Dari isotopi-isotopi tersebut membentuk tema aktivitas manusia dalam meyakini Tuhan melalui kebesaran-Nya dan mensyukuri nikmat Tuhan. Puisi Sajak Desember

memiliki 6 isotopi, yauitu isotopi alam, isotopi ketuhanan, isotopi manusia, isotopi gerak, isotopi waktu, dan isotopi ruang. Isotopi-isotopi tersebut membentuk tema aktivitas manusia atau renungan dalam bentuk dialog dengan Tuhannya. Pada puisi Perahu Kertas memiliki isotopi 6, yaitu isotopi manusia, isotopi gerak, isotopi perasaan, isotopi alam, isotopi ruang, dan isotopi waktu. Isotopi-isotopi tersebut membentuk tema pengabdian manusia kepada Tuhannya. Pada puisi Dalam Doaku terdapat 6 isotopi, yaitu isotopi manusia, isotopi gerak, isotopi perasaan, isotopi ruang, isotopi waktu, dan isotopi alam. Isotopi-isotopi tersebut membentuk tema pentingnya waktu untuk melaksanakan ibadah atau sholat lima waktu sebagai bentuk pengabdian manusia kepada Tuhannya. Pada puisi Hatiku Selembar Daun terdapat 5 isotopi, yaitu isotopi manusia, isotopi gerak, isotopi waktu, isotopi alam, dan isotopi ruang. Isotopi-isotopi tersebut membentuk tema manusia jangan lupa akan kewajiban untuk beribadah kepada Allah Swt. Pada puisi Hitam Berkata terdapat 5 isotopi, yaitu isotopi manusia,


(40)

isotopi gerak, isotopi ruang, isotopi alam, dan isotopi ketuhanan. Isotopi-isotopi tersebut membentuk tema manusia harus memiliki keimanan yang kuat agar perbuatan yang dilakukan sesuai dengan perintah Allah Swt. Dari keenam puisi tersebut isotopi yang paling mendominasi dan selalu hadir dalam setiap puisi, yaitu isotopi alam, isotopi manusia, isotopi gerak, isotopi waktu, dan isotopi ruang.

Dari aspek pragmatik yanag difokuskan pada hadirnya aku lirik (pembicara ) dan pendengar, pada puisi Dalam Doa: I terdapat penggunaan

pronomina persona “ku,” “Engkau,” dan “Kita.” Pronomina “ku” menunjukkan

aku lirik, pronomina “Engkau” menunjukkan pada Tuhan karena penulisan huruf

“e” dengan huruf kapital, dan pronomina “Kita” menunjukkan kominikasi antara

aku lirik dengan Tuhannya. Pada puisi Sajak Desember terdapat penggunaan

pronomina persona “ku” dan “Mu.” Pronomina “ku” menunjukkan aku lirik dan pronomina “Mu” menunjukkan pada Tuhan karema penulisan huruf “m”

menggunakan huruf kapital. Pada puisi Perahu Kertas terdapat penggunaan

persona “kau,” “ia,” dan “mu.” Penggunaan pronomina “kau,” “ia,” dan “mu,”

menunjukkan kau lirik. Pada puisi Dalam Doaku terdapat pengggunaan

pronomina persona “ku” dan “kau.” Penggunaan pronomina “ku‟ menunjukkan

aku lirik dan pronomina “kau” menunjukkan pada alam yang diciptakan allah

sebagai bukti kebesaran-Nya. Pada puisi Hatiku Selembar Daun terdapat

penggunaan pronomina persona “ku”, “kau,” dan “mu.” Penggunaan pronomina

“ku” menunjukkan aku lirik, pronomina “kau” dan „mu” menunjukkan pada

perbuatan yang sudah dilakukan oleh aku lirik. Pada puisi Hitam Berkata terdapat penggunaan pronomina persona “aku” dan “kau.” Penggunaan pronomina “aku” mengacu pada hitam yang bermakna dosa, kesalahan, ataupun bisikan setan,

sedangkan pronomina “kau” mengacu pada putih yang bermakna suci, bersih,

ataupun manusia. Dengan demikan, penggunaan pronomina persona “aku” atau

“ku” yang paling dominan dan selalu hadir dalam keenam puisi Sapardi Djoko


(41)

Kedua, analisis nilai-nilai religius yang terdapat pada puisi Dalam Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan

Hitam Berkata karya Sapardi Djoko Damono, mengacu pada nilai-nilai religius Islami adalah sebagai berikut. 1) Nilai Keimanan (tauhid), kriteria nilainya: iman kepada Allah (perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan dan mengakui kebesaran Tuhan), takwa kepada-Nya (perasaan takut), dan tobat (perasaan berdosa). 2) Norma Kehidupan (fikih), kriteria nilainya: halal (dibolehkan), haram (dilarang), makruh (dibenci), mubah (dikerjakan tidak berpahala, ditinggalkan tidak berdosa), dan sunat (dilaksanakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa). 3) Norma Perilaku (akhlak), kriteria nilainya: sabar (kehidupan yang penuh kemuliaan), rendah hati, tawakal (penyerahan diri tunduk dan taat kepada Yang Maha Pencipta), jujur, ikhlas, dan disiplin.

Nilai-nilai religius yang terdapat pada puisi Dalam Doa:I, yaitu keimanan (tauhid) mengandung nilai iman kepada Allah dan sikap perilaku (akhlak) mengandung nilai sabar. Hal tersebut tergambar dalam larik pertama sampai keempat, kupandang ke sana: Isyarat-isyarat dalam cahaya kupandang semesta ketika Engkau seketika memijar dalam Kata terbantun menjelma gema. Kata

Isyarat-isyarat menunjukkan petunjuk. Kata cahaya menunjukkan firman-firman Allah. Jadi Isyarat-isyarat dalam cahaya mengandung arti petunjuk dari Allah melalui firman-firman-Nya. Kemudian Kata terbantun menjelma gema, Kata

mengandung arti Al-Quran. Allah memancarkan cahaya melalui firman-firman-Nya yang terdapat dalam Al-Quran. Seperti yang diungkapkan dalam Al-Quran yang artinya “Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran) dengan perintah kami. Sebelimnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di atara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus” (QS. Asy-Syuura, 42:52). “Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah


(42)

benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu” (QS. Al -Hadiid, 57: 9). Mengandung nilai sabar, hal tersebut tergambar dalam larik kelima, yaitu kemudian daun bertahan pada tangkainya ketika hujan tiba. Selain sikap sabar juga sikap tawakal, yaitu penyerahan diri dan taat kepada Allah. Hal tersebut digambarkan dalam larik keenam, Kudengar bumi sediakala tiada apa pun di antara Kita: dingin semakin membara sewaktu berhembus angin.

Pada puisi Sajak Desember terdapat nilai religius, keimanan (tauhid) mengandung nilai takwa kepada Allah dan sikap perilaku (akhlak) mengandung nilai rendah hati. Hal tersebut tergambar dalam larik ketiga, Kemudaian kuhitung

hutang-hutangku pada-Mu. Kata hutang-hutangku menunjukkan

kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah. Pada larik keenam, di luar hujan pun masih kudengar dari celah-celah jendela. Kata hujan mengandung arti rahmat dari Allah Swt. Seperti yang diungkapkan dalam Al-Quran yang artinya “Dan Dialah yang

menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya.

Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha terpuji” (QS. Asy-Syuura, 41: 28).

Selain mengandung nilai takwa kepada Allah, juga nilai tobat. Hal tersebut tergambar dalam larik kesembilan, masih patutkah kuhitung segala milikku selembar celana dan selembar baju ketika kusebut berulang nama-Mu: tara-temaram bayang bianglala itu. Frasa kusebut berulang nama-Mu menunjukkan mengingat Allah sebagai bentuk perenungan atas segala yang telah diperbuat oleh aku lirik. Puisi Sajak Desember mengandung nilai rendah hati. Hal tersebut tergambar pada larik pertama sampai ketiga, kutanggalkan mantel serta topiku

yang tua ketika daun penanggalan gugur: lewat tengah malam. Kata

kutanggalkan berarti melepaskan segala yang dimilikinya. Kemudian pada larik tersebut terdapat frasa betapa miskinnya diriku. Hal tersebut menunjukkan seolah-olah aku lirik tidak memiliki apa pun atau belum banyak amalan atau kewajiban yang telah diperbuatnya. Pada larik ketujuh sampai dua belas, Ada yang terbaring di kursi, letih sekali masih patutkah kuhitung segala milikku selembar celana dan selembar baju ketika kusebut berulang nama-Mu; taram-temaram bayang bianglala itu. Hal tersebut menunjukkan dialog aku lirik dengan Tuhan-nya


(43)

dengan mempertanyakan masih pantaskah menghitung segala yang dimilikinya atau segala yang telah dikerjakannya.

Pada puisi Perahu Kertas terdapat nilai religius keimanan (tauhid) mengandung nilai iman dan takwa kepada Allah dan sikap perilaku (akhlak) mengandung nilai tawakal dan ikhlas. Puisi Perahu Kertas mengandung nilai iman kepada Allah, yaitu percaya adanya Allah. Selain mengandung nilai iman kepada Allah, juga mengandung nilai takwa kepada Allah. Takwa artinya menjauhi larangan-Nya dan melaksanakan segala perintah-Nya. Seperti yang diungkapkan dalam Al-Quran yang artinya “... janganlah kamu menyembah

selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu, bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada

manusia, dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat” (Q.S. Al-Baqarah: 83). Hal

itu tergambar pada larik pertama sampai ketiga, Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan. Perahu kertas melambangkan pengabdian manusia kepada Tuhannya. Manusia melakukan sesuatu yang diperintahkan Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Segala yang dilakukan bergantung pada niat. Ibarat sebuah perahu yang berlayar di lautan lepas, angin dan gelombang sangat menentukan sampai tidaknya perahu itu ke tujuan. Ketakwaan itu tergambar dari kisah Nabi Nuh yang taat saat Allah memerintahkan Nuh untuk membuat kapal guna menyelamatkan diri dan kaumnya yang beriman dari banjir besar. Seperti yang diungkapkan dalam Al-Quran yang artinya "Mulailah dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, 'Jika kalian mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek (kami). Maka kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan ditimpa adzhab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa adzhab yang kekal. 'Hingga apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, Kami berfirman, 'Muatkanlah ke dalamnya (kapal itu) dari masing-masing (hewan) sepasang (jantan dan betina), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah terkena ketetapan


(44)

terdahulu dan (muatkan pula) orang yang beriman. 'Ternyata orang-orang beriman yang bersama Nuh hanya sedikit. Dan dia berkata, 'Naiklah kalian semua ke dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, 'Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir. 'Dia (anaknya) menjawab, 'Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah! '(Nuh) berkata, 'Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang.' Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan. Dan difirmankan, 'Wahai bumi, telanlah airmu dan wahai langit (hujan) berhentilah,' Dan air pun disurutkan, dan perintah pun diselesaikan, dan kapal itu pun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, 'Binasalah orang-orang zhalim" (QS. Hud, 11: 38-44). Mengandung nilai tawakal dan ikhlas. Hal tersebut tergambar dalam larik pertama sampai ketiga, Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan. Kata kanak-kanak mengandung arti sikap seorang anak selalu polos, ikhlas, dan suci. Kata perahu kertas melambangkan pengabdian manusia kepada Tuhannya. Jadi, pengabdian yang dilakukan manusia keda Tuhannya harus dilandasi oleh niat yang suci, tulus, dan penuh dengan keikhlasan.

Pada puisi Dalam Doaku terdapat nilai keimanan (tauhid) mengandung nilai iman kepada Allah dan sikap perilaku (akhlak) mengandung nilai disiplin dan sabar. Hal tersebut tergambar pada larik pertama sampai keempat, langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara. Pada larik keenam sampai kedelapan, pucuk-pucuk cemara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau


(45)

entah dari mana. Yang dimaksud orang-orang beriman dalam agama Islam diantaranya adalah orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya seperti yang termaktub dalam Q.S. Al-Mu‟minun, 23: 1-6. “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam sholatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela.” Mengandung nilai disiplin dan sabar. Hal tersebut tergambar dalam larik pertama, dalam doaku subuh ini. Larik kelima,

ketika matahari mengambang tenang di atas kepala. Pada larik kesembilan,

dalam doaku sore ini. Pada larik keempat belas, magrib ini dalam doaku. Pada larik ke Sembilan belas, dalam doa malamku. Kata-kata tersebut menggambarkan aku lirik yang tepat waktu dalam melaksanakan sholat lima waktunya. Puisi ini mengingatkan akan pentingnya waktu. Waktu yang tidak kita gunakan sebaik-baiknya untuk kegitan yang berguna atau beribadah kepada-Nya akan menjadi sia-sia dan tidak menghasilkan apapun. Selain itu juga, kita akan menjadi orang yang merugi. Dalam Islam waktu beribadah yang wajib sudah ditentukan yaitu sholat. Di luar itu umat Islam bisa menggunakannya untuk ibadah yang lain dan amalan sholeh lainnya. Seperti yang tercantum dalam Al-Quran surat Al‟Ashr, 103: 1-3.

Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kebenaran.” Puisi ini mengandung nilai sabar. Sabar artinya tidak mudah putus asa, tidak gampang marah, dan penurut. Hal tersebut tergambar pada larik kesembilan belas sampai dua puluh dua, dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupan. Pada larik tersebut, aku lirik menggambarkan waktu sholat isya dan menggambarkan kedekatan aku lirik dengan Tuhannya.


(1)

Yuke Yukiarti, 2014

Kajian Semiotik Dan Nilai-Nilai Religius Islami Puisi Sapardi Djoko Damono Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di MTs. Cikajang Garut

Doa: I, Sajak Desember, Perahu Kertas, Dalam Doaku, Hatiku Selembar Daun, dan Hitam Berkata Karya Sapardi Djoko Damono yang dijadikan data penelitian dalam penelitian ini dan merujuk kepada temuan-temuan hasil penelitian, maka keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono dengan kesesuaian kurikulum yang diberlakukan di SMP/MTs yakni Kurikulum 2013 layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP/MTs. Alasan yang paling mendasar dari keenam puisi karya Sapardi Djoko Damono dapat dijadikan sebagai bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia di MTs. Puisi-puisi tersebut memiliki struktur puisi (struktur fisik dan struktur batin) serta memiliki pesan moral berupa nilai religius yang islami. Hal ini sangat sesuai untuk pembentukan nilai-nilai keimanan dan karakter siswa terutama di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) tempat penelitian ini berlangsung. Juga sesuai dengan kurikulum 2013 yang mengutamakan sikap daripada keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian, religius termasuk pada sikap. Keenam puisi karya Sapardi Djoko

Damono ini akan dijadikan bahan ajar berupa Modul Kesusastraan yang

penerapannya mengacu kepada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 untuk SMP/MTs.

6.2 Saran

Menganalisis terhadap karya sastra (puisi) dapat dilakukan dengan

berbagai pendekatan. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan semiotik. Menganalisis dengan pendekatan semiotik terhadap puisi dapat dikembangkan dalam pembelajaran sastra (puisi) karena pendekatan semiotik cukup mendasar dalam memaknai puisi. Oleh karena itu, guru bahasa dan sastra Indonesia

hendaknya dapat mengembangkan dalam menganalisis puisi dengan

menggunakan pendekatan semiotik sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran.

Guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya dapat menggunakan hasil

analisis yang dapat memperkaya pengembangan bahan pembelajaran di sekolah. Hasi analisis dengan menggunakan pendekatan semiotik terhadap puisi dapat


(2)

dijadikan bahan pembelajaran. Hal ini harus dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai ujung tombak keberhasilan pembelajaran.

Minimnya bahan pembelajaran sastra banyak dikeluhkan oleh guru bahasa

dan sastra Indonesia di MTs. Untuk meminimalkan hal tersebut modul kesusastraan yang memuat puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono dapat dimanfaatkan untuk bahan pembelajaran sastra (puisi) di MTs.

Untuk penelitian selanjutnya, perlu diadakan penelitian yang lebih

mendalam lagi tentang puisi karya penyair-penyair Indonesia lainnya yang belum di teliti. Dengan tema puisi yang beraneka ragam, tidak hanya tema religius saja. Dengan demikian, disarankan untuk penelitian selanjutnya, semua puisi-puisi karya penyair Indonesia dapat diteliti, sehingga dapat diketahui tema dan makna yang terkandung dalam puisi.


(3)

Yuke Yukiarti, 2014

Kajian Semiotik Dan Nilai-Nilai Religius Islami Puisi Sapardi Djoko Damono Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di MTs. Cikajang Garut

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. (1998). Tata bahasa baku bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

Aminuddin. (2009). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Badrun, A. (1994). Makna tiga sajak ketasawufan Abdul Hadi W. M. Tesis.

Jakarta: UI.

Belawati, T. (2003). Pengembangan bahan ajar. Modul. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Bergerf, A. A. (2010). Pengantar semiotika. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Chaer, A. (2009). Pengantar semantik bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Christomy, T. (2004). Semiotika budaya. Depok: Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya UI.

Damono, S. D. (1969). DukaMu abadi. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Damono, S. D. (1975). Perahu kertas. Jakarta: Balai Pustaka.

Damono, S. D. (1979). Sosiologi sebuah pengantar ringkas. Jakarta: P3B.

Damono, S. D. (1984). Sihir hujan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Damono, S. D. (2013). Hujan bulan Juni. Jakarta: PT Gramedia Pusat Utama.

Eco, U. (2009). Teori semiotika. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Endraswara, S. (2008). Metodologi penelitian sastra epistemologi, model, teori,


(4)

Endraswara, S. (2013). Meodologi kritik sastra. Yogyakarta: Ombak.

Irawan, A. (2013). Pesan Al-Quran untuk sastrawan esai-esai budaya dan agama.

Yogyakarta: Jalasutra.

Jauhari, H. (2010). Cara memahami nilai religius dalam karya sastra dengan

pendekatan Reader’s Response. Bandung: CV. Armico.

Koentjaraningrat. (1981). Beberapa pokok antropologi sosial. Jakarta: Dian

Rakyat.

Kridalaksana, H. (1993). Kamus linguistik edisi ketiga. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Luxemburg, J. V. (1986). Pengantar ilmu sastra. Jakarta: Gramedia.

Luxemburg, J. V. (1989). Tentang sastra. Jakarta: Intermasa.

Mangunwijaya, Y. B. (1988). Sastra dan religiositas. Yogyakarta: Kanisius.

Nurgiyantoro, B. (2013). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pradopo, R. D. (2007). Pengkajian puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Pradopo, R. D. (2013). Beberapa teori sastra, metode kritik, dan penerapannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmanto, B. (1988). Metode pengajaran sastra pegangan guru pengajar sastra.

Yogyakarta: Kanisius.

Ramlan. (1996). Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Ratna, N. K. (2008). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta:


(5)

Yuke Yukiarti, 2014

Kajian Semiotik Dan Nilai-Nilai Religius Islami Puisi Sapardi Djoko Damono Dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di MTs. Cikajang Garut

Ratna, N. K. (2011). Antropologi sastra peranan unsur-unsur kebudayaan dalam

proses kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riffaterre, M. (1978). Semiotics of poetry. Bloomington: Indiana University Press.

Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan sastra dalam gamitan pendidikan. Bandung:

Diponogoro.

Saini, KM. (1993). Puisi dan beberapa masalahnya. Bandung: ITB.

Santosa, P. (1993). Ancangan semiotika dan pengkajian susastra. Bandung:

Angkasa.

Satori, D. (2012). Metodologi penelitian kualaitatif. Bandung: Alfabeta.

Semi, A. (1990). Metode penelitian sastra. Bandung: Angkasa.

Semi, A. (2013). Kritik sastra. Bandung: Angkasa.

Situmorang, BP. (1981). Puisi dan metodologi pengajarannya. NTT: Nusa Indah.

Sudjiman, P. (1990). Kamus istilah sastra. Jakarta: UI.

Sudjiman, P. (1996). Serba-serbi semiotika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Sumiyadi. (2005). Pengkajian puisi analisis romantik, fenomenologis, stilistika,

semiotik. Bandung: Pusat Studi Literasi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI.

Teeuw, A. (1984). Sastra dan ilmu sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Teeuw, A. (1989). Sastra Indonesia modern II. Jakarta: Pustaka Jaya.


(6)

Waluyo, H. J. (1987). Teori dan apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.

Wellek, R. (1988). Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Zaimar, O. K. S. (1990). Menelusuri makna ziarah karya Iwan Simatupang.

Jakarta: Intermasa.

Zaimar, O. K. S. (2008). Semiotika dan penerapannya dalam karya sastra.


Dokumen yang terkait

Faithful translation in Sapardi Djoko Damono's poetry translated by Harry Aveling

2 25 79

GAYA BUNYI DAN MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI AYAT-AYAT API KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO: KAJIAN STILISTIKA DAN Gaya Bunyi Dan Majas Dalam Kumpulan Puisi Ayat-Ayat Api Karya Sapardi Djoko Damono: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Pada Pembelajaran Sastra D

11 40 14

BAHASA FIGURATIF PADA KUMPULAN PUISI MATA PISAU KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMAKNAANNYA: KAJIAN Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Puisi Mata Pisau Karya Sapardi Djoko Damono Dan Pemaknaannya: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Baha

0 8 14

PENDAHULUAN Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Puisi Mata Pisau Karya Sapardi Djoko Damono Dan Pemaknaannya: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Di SMA.

0 30 40

BAHASA FIGURATIF PADA KUMPULAN PUISI MATA PISAU KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMAKNAANNYA: KAJIAN Bahasa Figuratif Pada Kumpulan Puisi Mata Pisau Karya Sapardi Djoko Damono Dan Pemaknaannya: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Baha

0 6 18

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SUTI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA.

0 0 17

KAJIAN SEMIOTIK DAN NILAI-NILAI RELIGIUS ISLAMI PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI MTs. CIKAJANG GARUT - repository UPI S IND 1201114 Title

0 0 3

View of DIMENSI SUFISTIK PUISI-PUISI SAPARDI DJOKO DAMONO

0 1 10

NILAI-NILAI KESUFIAN PADA PUISI “AKU INGIN” KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO

0 0 10

KAJIAN INTERTEKSTUAL PUISI AKU INGIN KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DENGAN PUISI AKU MENCINTAMU DIAM-DIAM KARYA ARWAN MAULANA DAN RELAVANSINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 4 109