Artikel Sopyan Pembelajaran Tematik Inte (1)

BIODATA PENULIS

A. Data Pribadi
Nama

: Sopyan Hendrayana, S.Pd

Tempat, Tanggal Lahir

: Bogor, 29 Juni 1988

Jenis Kelamin

: Pria

Tinggi, Berat Badan

: 165 cm, 53 kg

Golongan Darah


:A

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Agama

: Islam

Pekerjaan Sekarang

: Guru SD Laboratorium UPI Cibiru
Mahasiswa Pascasarjana UPI Jurusan Pendidikan Dasar

Alamat asal

: Kp. Cibodas No. 26 RT. 02 RW. 03 Desa Cibodas
Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor. Kode POS 16830


Alamat sekarang
Telepon

: Jl. UPI Cibiru, Gg. Istikomah VI Cinunuk Cileunyi
Bandung
: 085213748468

Email

: sopyan_mail@yahoo.com

B. Latar Belakang Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

:
:
:

:

SDN Malati (Bogor)
SMPN 1 Jonggol (Bogor)
SMAN 1 Jonggol (Bogor)
S1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia

Tahun: 2000
Tahun: 2003
Tahun: 2006
Tahun: 2011

Kampus cibiru (Bandung)
S2 Pendidikan Dasar
Universitas Pendidikan Indonesia

PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF

2012 (Sekarang)


DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK SD
Sopyan Hendrayana
Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Thematic integrative model of learning is integrated by using a unifying theme among the
subjects. Thematic integrative curriculum in 2013 using a scientific approach in which to
apply scientific attitude through the stages; observation, asking, reasoning, doing,
processing, presenting, summarizing, and communicating. Knowledge is not good enough
if not supported with activities involving psikomorik or skills. It is intended that students
can experience a positive development in terms of both knowledge and skills. But here
the teacher has a very important role that knowledge and those skills can evoke attitudes
in line with expectations, one of which is the scientific attitude. This was carried out in
order to balance the ability of learning hard skills and soft skills, so that the scientific
attitude of students will appear and the students will be used to solve problems and be
ready to face the future development of the golden era.
Tematik integratif merupakan model pembelajaran terpadu dengan menggunakan tema
sebagai pemersatu antar mata pelajaran. Tematik integratif dalam kurikulum 2013
menggunakan pendekatan scientific yang di dalamnya menerapkan sikap ilmiah melalui
tahapan; pengamatan, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Pengetahuan yang baik tidak cukup apabila

tidak didukung dengan kegiatan yang melibatkan psikomorik atau keterampilan. Hal
tersebut dimaksudkan agar peserta didik dapat mengalami perkembangan positif baik
dari segi pengetahuan maupun keterampilan. Namun di sini guru memiliki peran yang
sangat penting agar pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat membangkitkan sikap
yang sesuai dengan harapan, salah satunya adalah sikap ilmiah. Hal ini diupayakan agar
pembelajaran dapat menyeimbangkan kemampuan hard skill dan soft skill, sehingga
sikap ilmiah peserta didik akan muncul dan peserta didik akan terbiasa memecahkan
masalah dan siap untuk menghadapi perkembangan zaman dimasa keemasannya.
Kata kunci :tematik integratif, pendekatan scientific, sikap ilmiah
Pendahuluan
Perkembangan zaman senantiasa menuntut dunia pendidikan untuk melakukan
perubahan, perubahan tersebut akan berbanding lurus dengan perubahan pola sistem
pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah akan selalu mendapatkan
perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan. Perbaikan dan penyempurnaan tersebut
dilakukan melalui perubahan kurikulum sekolah oleh pemerintah. Kurikulum itu memang
bersifat dinamis, harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Di samping itu melalui berbagai observasi, evaluasi pendidikan, masukan dari para pakar
pendidikan serta masukan dari masyarakat, maka pemerintah berusaha untuk
memperbaiki kurikulum yang mereka pandang perlu untuk diadakan perbaikan dan
penyempurnaan. Meskipun masyarakat banyak yang mengasumsikan,bahwa setiap ganti

menteri mesti ganti kurikulum. Sebagai sorang guru yang professional, sudah seharusnya
cepat merespon perubahan kurikulum. Perubahan kurikulum yang terjadi merupakan hal
yang biasa dan merupakan suatu keniscayaan dalam rangka mengikuti perkembangan
masyarakat yang begitu cepat. (Kunandar,2007;107).
Perubahan kurikulum maka akan berpengaruh terhadap perubahan pola pembelajaran.
Ketika kita dihadapkan pada suatu kondisi pembelajaran di mana peserta didik

mendapatkan nilai pengetahuan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai sikap moral dan
ilmiahnya, misalnya nilai Agama 9, IPA 9 tetapi masih adanya peserta didik Sekolah Dasar
(SD) yang berkata kasar dengan membawa nama binatang, kurang peduli lingkungan,
mencontek saat ujian, sekolah menengah yang tawuran, hingga korupsi di setiap elemen
kelembagaan. Hal itu menunjukkan bahwa insan tersebut belum mampu memecahkan
masalah secara ilmiah dan sikap ilmiah pada diri peserta didik belum betul-betul tertanam
sejak dini, karena pada saat pembelajaran guru hanya fokus pada penguasaan segi
kognitif peserta didik saja.
Begitu pentingnya sikap ilmiah untuk ditanamkan karena akan berpengaruh pada
keseimbangan anatara hard skill dan soft skill. Di mana hard skill berkaitan dengan
kemampuan pengetahuan sedangkan soft skill berkaitan dengan sikap (khususnya sikap
ilmiah) maupun keterampilan, dan permasalahan di atas menunjukkan adanya kurang
keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Maka dari itu perlu adanya pola

pembelajaran yang memungkinkan dapat mengembangkan dan menyeimbangkan
potensi peserta didik baik dari segi hard skill maupun soft skill sehingga sikap ilmiahnya
akan muncul. Ternyata pola pembelajaran tersebut ada dalam kurikulum 2013 yang barubaru ini diluncurkan oleh pemerintah, di mana dalam kurikulum tersebut menerapkan
pembelajaran tematik integratif yang dapat mengupayakan keseimbangan hard skill
maupun soft skill dan memunculkan sikap ilmiah.
Pemerintah mulai tahun ajaran 2013- 2014 akan menerapkan kurikulum 2013 di setiap
jenjang pendidikan sekolah, khususnya tingkat SD/MI mulai dari kelas 1 dan 4. Di mana
jenjang sekolah SD/MI mendapatkan porsi perubahan yang cukup banyak dibandingkan
jenjang sekolah SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Salah satu ciri kurikulum 2013 adalah
bersifat tematik integratif. Berkaitan dengan pembelajaran tematik integratif maka penulis
pada kesempatan ini akan mengkaji ruang lingkup pembelajaran tematik integratif dan
hubungannya terhadap sikap ilmiah.
Pembahasan
Pengertian Tematik Integratif
Tematik berasal dari bahasa Yunani, yaitu tithenai yang berarti “menempatkan” atau
“meletakkan” dan kemudian kata tersebut mengalami perkembangan sehigga kata
tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya tema berarti ” sesuatu yang telah
diuraikan ” atau “ sesuatu yang telah ditempatkan”(Gorys Keraf,2001;107). Pengertian
secara luas, bahwa tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai
konsep kepada anak didik secara utuh.

Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran
sekaligus dalam satu kali tatap muka dengan tujuan memberikan pengalaman yang
bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam memahami berbagai konsep
yang mereka pelajari harus selalu melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Hal ini sejalan
dengan menurut Sukmadinata (2004;197) lebih memandang pembelajaran tematik
sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran
disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema pembelajaran. Tema yang
dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti pembicaraan.
Seperti pada gambar di bawah ini.

B.Indonesia
4.1 Mengamati, mengolah
dan menyajikan laporan

IPA
KD: 3.4 Membedakan berbagai
bentuk energi melalui
pengamatan


Tema
Berhemat Energi
Kelas IV
SBdP
3.5 Mengetahui berbagai alur
cara dan megolah media
karya (kincir angin)

Matematika
4.1 Mengemukakan
pemecahan masalah dengan
KPK dan FPB

Gambar.1 Jaring-jaring tema menurut Drake, Susan M.
(2004:9) yang dimodifikasi oleh penulis

Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
a) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai

kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama.
c) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.
e) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
f) Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran
sekaligus mempelajari matapelajaran lain.
g) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan.
Karakteristik Pembelajaran Tematik Integratif
Penerapan pembelajaran tematik integratif di SD dapat disebut sebagai upaya untuk
memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi padatnya isi
kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu
perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan
aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan
demikian, anak hanya merespon segalanya dari guru, dan mereka akan kehilangan

pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences).
Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran
abstrak peserta didik menjadi tidak tersentuh, padahal hal tersebut merupakan
karakteristik utama perkembangan anak usia SD. Di sinilah mengapa pembelajaran
tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di SD.

Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik
integratif, yaitu:
a. Berpusat pada peserta didik (student centered), sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator.
b. Dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct
experiences).
c. Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, bahkan dalam
pelaksanaan di kelas-kelas awal SD, fokus pembelajaran diarahkan kepada

d.
e.
f.
g.

pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta
didik.
Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran.
Bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya.
Hasil pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan minat dan kebutuhan
peserta didik.
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Rambu-rambu Pembelajaran Tematik Integratif
Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
a. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan.
b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
c. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan. Kompetensi
dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
d. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan
baik melalui tem lain maupun disajikan secara tersendiri.
e. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung serta pananaman nilai-nilai moral.
f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, lingkungan
dan daerah setempat.
Kelebihan Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan arti yang penting, yakni:
a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan anak didik.
b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik.
c. Hasil belajar dapat bertahan lama, karena lebih berkesan dan bermakna.
d. Mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang
dihadapi.
e. Menumbuhkan keterampilan social melalui kerja sama.
f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang dihadapi
dalam lingkungan anak didik.
Sikap Ilmiah
Apabila seorang peserta didik ditanya apa yang telah dipelajari di sekolah,
kemungkinan besar akan menjawab, ‘Sains, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan
PKn. Tetapi guru pasti mengetahui bahwa bukan sekedar itu melainkan lebih dari itu
yang diharapkan. Bagaimana hasil dari pembelajaran dapat mengembangkan cara
berpikir, keterampilan maupun sikap. Khusunya sikap menurut Bundu, Patta. (2006:39)
paling kurang ada empat jenis sikap yang perlu mendapat perhatian dalam
pengembangan sikap ilmiah peserta didik SD: (1) sikap terhadap pekerjaan di sekolah,
(2) sikap terhadap diri mereka sebagai anak didik, (3) sikap terhadap ilmu
pengetahuan, khususnya Sains, dan (4) sikap terhadap obyek dan kejadian di
lingkungan sekitar. Keempat sikap ini akan membentuk sikap ilmiah yang
mempengaruhi keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara
seseorang merespon kepada orang lain, obyek, atau peristiwa.

Sikap ilmiah sering dikaitkan dengan pembelajaran sains. Keduanya saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut National Curriculum Council dalam
Bundu, Patta (2006: 39), bahwa sikap ilmiah sangat penting dimiliki pada semua
tingkatan pendidikan sains. Adapun sikap ilmiah tersebut di antaranya:
a. Hasrat ingin tahu
b. Menghargai kenyataan (fakta dan data)
c. Ingin menerima ketidakpastian
d. Refleksi kritis
e. Tekun, ulet, tabah
f. Kreatif untuk penemuan baru
g. Berpikir terbuka
h. Sensitif terhadap lingkungan sekitar
i. Bekerjasama dari orang lain
Namun pada tingkat SD sikap ilmiah yang difokuskan yaitu membangkitkan rasa ingin
tahu (curiosity), sikap penemuan fakta dan data (inventiveness) sikap berpikir kritis
(critical thinking) dan ketekunan (persistence). (Bundu, Patta. 2006:40). Penilaian hasil
belajar Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis diseluruh hal
yang dilakukan anak didik. Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh
pada hasil belajar anak didik.
Tabel 1
Ciri-ciri Sikap Ilmiah Peserta Didik SD
Sikap Ilmiah
Sikap ingin tahu
(curiosity)

Sikap Penemuan
(inventiveness)

Berpikir Kritis
(critical thinking)

Ketekunan
(persistence)

Ciri-ciri yang dapat diamati
 Menggunakan beberapa alat indera untuk menyelidiki materi
dan organisme
 Mengajukan pertanyaan tentang obyek dan peristiwa
 Memperlihatkan minat pada hasil percobaan
 Menggunakan alat tidak seperti biasanya dan dengan cara
yang konstruksif
 Menyarankan percobaan-percobaan baru
 Menguraikan konklusi baru dari pengamatan mereka
 Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi mereka
 Menunjukkan laporan yang berbeda dengan teman
kelasnya
 Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta
 Melanjutkan meneliti sesuatu sesudah “kebaruannya” hilang
 Mengulangi satu percobaan meskipun berakibat kegagalan
 Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelsanya selesai
lebih awal.

Salah satu tujuan pengembangan sikap ilmiah adalah untuk menghindari munculnya
sikap negatif dari peserta didik. Harlen (Patta Bundu, 2006: 45) mengemukakan
empat peranan utama pendidik dalam mengembangkan sikap ilmiah yaitu:
a. Memberikan contoh sikap ilmiah seperti memperlihatkan minat yang tinggi pada
sesuatu yang baru, membantu peserta didik untuk menemukan sesuatu yang
baru, menerima semua temuan peserta didik, dan menanamkan pengertian bahwa
apa yang ditemukan peserta didik dapat mengubah ide/pendapat sebelumnya;

b. Memberi penguatan positif kepada peserta didik seperti memberi penguatan,
penghargaan, dan pujian yang tulus;
c. Menyediakan kesempatan mengembangkan sikap ilmiah; dan
d. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk merefleksikan perilaku dan
motivasinya pada bidang sains.

Pembelajaran Tematik Integratif dalam Mengembangkan Sikap Ilmiah
Pembelajaran tematik integratif menggunakan salah satu model pembelajaran terpadu
yaitu model jaring laba-laba (webbed model). Menurut Robin Fogarty dalam
Kemdikbud (2013:205). Model ini berangkat dari pendekatan tematik sebagai acuan
dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan
pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran.
Sedangkan proses pembelajaran menggunaan pendekatan pendekatan scientific, hal
ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan dapat
mendorong peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber maupun melalui
kegiatan observasi.
Kondisi pembelajaran dengan menggunakan tematik integratif diarahkan agar peserta
didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya
menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan diarahkan
untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil
keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan
menghapal semata). Namun selain itu pembelajaran tematik integratif didukung
dengan penggunaan pendekatan scientific, di mana pendekatan ini bercirikan
penonjolan dimensi pengamatan, menanya, menalar, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Dengan demikian, proses
pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau
kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria berikut ini.
a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran
yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan
tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
substansi atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris.
Namun selain itu hal yang mendasari mengapa harus menggunakan pembelajaran
tematik integratif ialah bahwa pembelajaran apabila diawali dengan kegiatan mencari
fakta-fakta melalui pengamatan yang didukung dengan topik atau tema sebagai
pemersatu antar disiplin ilmu yang lain maka akan menghasilkan pengetahuan yang
baik bagi peserta didik. Pengetahuan yang baik tersebut tidak cukup apabila tidak
didukung dengan kegiatan yang melibatkan psikomorik atau keterampilan peserta didik

seperti kegiatan praktikum. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik dapat
mengalami perkembangan positif baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.
Namun di sini guru memiliki peran yang sangat penting agar pengetahuan dan
keterampilan tersebut dapat membangkitkan sikap yang sesuai dengan harapan, salah
satunya adalah sikap ilmiah. Jadi dengan kata lain berdasarkan gambar 2 (Drake,
Susan M. 2004:50) bahwa sikap ilmiah akan muncul apabila didukung dengan
pengetahuan yang benar dan keterampilan yang baik.
BE
(Attitudes, Beliefs, Actions)

KNOW

DO

Enduring
Understandings

Complex
Interdisciplinary
Performance skills

Interdisciplinary
concept
Disciplinary skills
Disciplinary concept
Topiccs
Lower-order skills
Facts, facts, facts

Gambar 2 (Drake, Susan M. 2004:50)
Tahapan Pembelajaran
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah,
yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’. Ranah keterampilan
menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘bagaimana’.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu tentang ‘apa’. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Adapun contoh tahapan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Contoh Tahapan Pembelajaran
KEGIATAN

DESKRIPSI KEGIATAN

Pendahuluan

 Guru memberikan salam dan mengajak berdoa
(religius).

ALOKASI
WAKTU

10 menit

KEGIATAN

Inti

DESKRIPSI KEGIATAN

 Mengecek kehadiran peserta didik.
 Peserta didik diajak untuk bersyukur dengan adanya
energi yang banyak manusia gunakan. (dengan
membaca alhamdulillah)
 Melakukan apersepsi melalui pengajuan masalah
oleh peserta didik atau guru tentang hemat energi
“lampu di siang hari masih menyala, maka apa yang
harus kita lakukan?, mengapa demikian...?”
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada
pertemuan tersebut dan ruang lingkup materi yang
akan dipelajari.
 Peserta didik membaca teks tentang menghemat
energi dengan intonasi dan kosakata yang jelas.
 Peserta didik mencermati gambar, kemudian diminta
menyampaikan pendapat dan perasaannya setelah
melihat gambar tersebut. (Mengamati gambar
tentang menghemat energi dan boros energi)
 Peserta didik membuat 6 pertanyaan (5W + 1H)
tentang teks dan gambar menghemat energi.
(Menanya)
 Peserta didik menjawab 6 pertanyaan dengan cara
disilang dengan teman sebangkunya.
 Peserta didik dibentuk menjadi 5 kelompok.
 Peserta didik melakukan pengamatan di sekitar
sekolah dengan mendata jumlah lampu disetiap
ruangan.
 Peserta didik menyampaikan hasil pengamatan.
 Peserta didik menghitung jumlah lampu dengan
menggunakan operasi hitung campuran.
 Peserta didik mendiskusikan untuk memecahkan
masalah tentang bagaimana cara penghematan yang
dilakukan jika di suatu ruangan terdapat 2 buah
lampu berdaya 5 watt, 1 lampu 10 watt, 2 lampu
masing-masing berdaya 20 watt, dan 1 lampu 30
watt. (Menalar)
 Peserta didik melakukan tanya jawab terkait
permasalahan yang didiskusikan.
 Peserta didik merumuskan bagaimana cara
menghemat energi melalui penggunaan energi
alternatif, yaitu dengan menggunakan energi angin.
(Menalar)
 Peserta didik membuat media kincir angin.
(Mencoba untuk membuat kincir angin).
 Peserta didik menganalisis kelemahan kelebihan
bahan yang digunakan untuk membuat kincir angin.
(Mengolah)
 Peserta didik membuat kincir angin.
 Peserta didik menyampaikan laporan tentang cara
membuat kincir angin. (Menyajikan)
 Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan

ALOKASI
WAKTU

190 menit

KEGIATAN

DESKRIPSI KEGIATAN

ALOKASI
WAKTU

kegiatan pembelajaran. (menyimpulkan)
 Peserta didik mencoba untuk membuat poster dalam
rangka mengajak masyarakat untuk menghemat
energi. (Mengkomunikasikan)
Penutup

 Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan
hasil pembelajaran yang sudah disampaikan.
 Guru memberi kesempatan kepada beberapa peserta
didik untuk menyampaikan pendapatnya tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
 Peserta didik mendapatkan soal evaluasi tentang
materi ajar melalui buku teks.
 Guru menyampaikan pesan moral untuk senantiasa
melakukan penghematan energi listrik dengan dimulai
pada diri sendiri di lingkungan rumah.
 Peserta didik mendapat tugas rumah untuk
bekerjasama dengan orang tua dalam mendata
jumlah lampu yang ada di rumah.
 Salam dan doa penutup.

10 menit

Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian di atas menunjukkan bahwa melalui pembelajaran tematik
integratif dapat mengembangkan kemampuan sikap ilmiah peserta didik, hal tersebut
didukung dengan adanya penggunaan pendekatan sciantific dalam proses pembelajaran
di kurikulum 2013. Di mana scientific itu sendiri memiliki tahapan di antaranya;
pengamatan, menanya, menalar, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mengkomunikasikan. Tahapan tersebut memiliki kesamaan dengan ciri-ciri sikap ilmiah
dalam pembelajaran sains, ciri-ciri tersebut muncul berdasarkan karakteristik peserta didik
yang pada usia SD memiliki potensi untuk dapat mengembangkan sikap ilmiah. Selain itu
pendekatan scientific atau pendekatan ilmiah lahir berlandaskan atas tujuan pendidikan
nasional yang mengharapkan pendidikan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki
sikap ilmiah yang baik dengan didukung keseimbangan hard skill (kognitif) dan soft skill
(apektif dan psikomotor) yang handal, sehingga peserta didik siap untuk menghadapi
perkembangan zaman dimasa keemasannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. et,al. (2010). Prosiding Implementasi PAKEM di SD dan PAUD.
Bandung: Rizqi

Angelillo, Janet. (2008). Whole-Class Teaching Minilessons and More. Portsmouth:
Heinemann
Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains SD. Jakarta: Depdiknas
Drake, Susan M and Burns, Rebecca C. (2004). Meeting Standards Through
Integrated Curriculum. United States: ASCD
Drake, Susan M. (2007). Creating Standards-Based Integrated Curriculum.California:
Corwin Press
Keraf Gorys, (2001), Komposisi. Ende-Flores: Nusa Indah
Kunandar, (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta. PT Rajagrafindo
NN. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.
Bandung: yayasan Kusumakarya
Tomlinson, Carol Ann dan Tighe, Jay Mc. (2006). Integrating Differentiated Instruction
and Understanding by Design. Virginia: ASCD