Program Keuangan Inklusif Pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara Terhadap Masyarakat Daerah Pedesaan

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar belakang
Di era teknologi seperti saat ini banyak sekali muncul inovasi dari layanan

keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.Sekitar tahun
2012Bank Indonesia meluncurkan program Keuangan Inklusif dengan maksud
untuk mendorong kegiatan ekonomi kelompok masyarakat yang belum menikmati
layanan keuangan.Inklusif yang diambil dari kata inclusion yaitu ikut serta
didalamnya atau yang termasuk dan yang tercakup didalamnya. JadiKeuangan
Inklusif (financial inclusion) adalah seluruh upaya yang bertujuan meniadakan
segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non harga, terhadap akses
masyarakat

dalam

memanfaatkan


layanan

jasa

keuangan

(Departemen

Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI, 2014:4) . Keuangan Inklusif ini
merupakan strategi nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui
pemerataan pendapaan, pengetasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan.
Keuangan inklusif menjadi tren paska krisis 2008 terutama didasari
dampak krisis kepada kelompok in the bottom of the pyramid (pendapatan rendah
dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang cacat, buruh yang tidak
mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran) yang umumnya
unbanked yang tercatat sangat tinggi di luar negara maju (Website BI,
http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/Indonesia/Contents/Default.as
px. ,

diakses Mei 2016).Keuangan inklusif telah menjadi agenda penting di


tingkat internasional maupun nasional. Ditingkat internasional, financial inclusion

Universitas Sumatera Utara

telah dibahas dalam forum G20, OECD, AFI, APEC dan ASEAN, dimana
Indonesia berpartisipasi aktif didalamnya.Sedangkan di tingkat nasional,
komitmen pemerintah telah disampaikan Presiden RI dalam Chairman Statement
pada ASEAN Summit 2011 dan komitmen untuk memiliki Strategi Nasional
Keuangan Inklusif.
Strategi keuangan inklusif secara eksplisit menyasar kelompok dengan kebutuhan
terbesar atau belum dipenuhi atas layanan keuangan yaitu tiga kategori penduduk
(orang miskin berpendapatan rendah, orang miskin bekerja/miskin produktif, dan
orang hampir miskin) dan tiga lintas kategori (pekerja migran, perempuan, dan
penduduk daerah tertinggal).

Universitas Sumatera Utara

Table 1.1
Karakteristik Kelompok Sasaran


Sasaran
Kapasitas
Keuangan

Miskin
berpendapatan
rendah
Tidak
memiliki
kemampuan
menabung
sama
sekali / memiliki
kemampuan sangat
kecil tanpa akses ke
layanan tabungan

Miskin bekerja/
Miskin Produktif


Hampir Miskin¹

Memiliki
kemampuan
menabung dan akses
ke bank formal

Terbatas

Akses ke kredit

Tidak dapat melunasi

Kebutuhan
asuransi

Sangat
rentan
terhadap guncangan

(ekonomi)
pribadi
dan masyarakat

Kebutuhan
pengiriman uang

Menerima remitansi
dari anggota keluarga
yan org menjadi
pekerja migran

Melek keuangan

Tidak ada

Memiliki
kemampuan
menabung
sebagian

dari
pendapatan, tetapi
kebanyakan
menabung secara
informal
Memiliki akses ke
kredit
informal.
Mampu melunasi
kredit, tetapi tidak
memiliki jaminan
yang
dapat
menerima bank
Memilki beberapa
penyangga, tetapi
tetap bisa sangat
berpengaruh
terhadap
guncangan

Memerlukan
remitansi
serta
kemungkinan
pengiriman uang
melalui ponsel
Sedang

Identitas
Keuangan

Tidak ada

Terbatas

Kemampuan
menabung

Memiliki akses ke
beberapa

sumber
formal dan informal.
Mampu
melunasi
kredit dan memiliki
barang jaminan
Memiliki
beragam
instrument
untuk
menghadapi resiko

Mungkin
perlu
melakukan
pengiriman melalui
bank,
membayar
tagihan, dll
Sedang


Sumber: Booklet Keuangan Inklusif BI : 9

Survei Bank Dunia (2010) menunjukkan hanya 49 persen rumah tangga
Indonesia yang memiliki akses terhadap lembaga keuangan formal.Hal serupa
ditemukan Bank Indonesia dalam Survei Neraca Rumah Tangga (2011) yang

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang menabung di lembaga
keuangan formal dan non lembaga keuangan sebesar 48 persen. Dengan demikian
masyarakat yang tidak memiliki tabungan sama sekali baik di bank maupun di
lembaga keuangan non bank masih relatif sangat tinggi yaitu 52%. Kedua survei
tersebut saling menguatkan dan mendukung bahwa akses keuangan masyarakat
Indonesia ke lembaga keuangan formal dan non formal masih relatif rendah
sehingga penduduk Indonesia yang memiliki akses yang terbatas terhadap sistem
jasa keuangan masih perlu ditingkatkan.(Buku Saku Booklet Keuangan Inklusif
Bank Indonesia, 2014:5)
Provinsi Sumatera Utara termasuk pada provinsi yang mengalami tingkat
perkembangan perekonomian yang cukup baik jika dibandingkan dengan

beberapa provinsi di Indonesia. Tercatat bahwa ibukota provinsi Sumatera Utara
merupakan termasuk kota besar yang berpengaruh terhadap perekonomian di
Indonesia. Namun berdasarkan data yang disampaikan oleh Bank Indonesia,
Sumatera Utara masih dalam kategori underbanked. Sumatera Utara walaupun
termasuk provinsi yang memilki potensi sumber daya ekonomi yang cukup baik
namun dalam hal penggunaan jasa keuangan perbankan masih dalam kategori
rendah. Ini dapat menjadi indikasi bahwa pemerataan perekonomian di Provinsi
Sumatera Utara belum merata, dan pengetahuan mengenai jasa perbankan juga
belum terserap di seluruh pelosok negeri.
Penelitian Otoritas Jasa keuangan (OJK) tahun 2013 melalui survei di 20
provinsi dengan 8.000 responden, mengungkap relatif rendahnya literasi
(pemahaman) keuangan masyarakat Indonesia. Kondisi ini sejalan dengan
rendahnya tingkat inklusi keuangan warga.

Universitas Sumatera Utara

Namun demikian dengan segala permasalahan tersebut di atas, diantara
negara berkembang lainnya, akses masyarakat kepada layanan keuangan di
Indonesia tergolong moderat. Tingkat akses penduduk Indonesia pada layanan
keuangan lebih besar dari dua emerging giants India dan Cina, dan hanya sedikit

di bawah Thailand, Malaysia, bahkan Korea Selatan. Artinya, masih ada ruang
untuk membuat sistem keuangan lebih inklusif dan meraih keuntungan sosial yang
lebih besar.
Akses terhadap layanan jasa keuangan tersebut merupakan permasalahan
kompleks yang menyangkut sisi masyarakat sebagai konsumen dan sisi lembaga
keuangan sebagai produsen.Hal ini memerlukan perumusan pendekatan multi
dimensional dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan jasa
keuangan.
Dalam Strategi Nasional Keuangan Inklusif, strategi keuangan inklusif
dijabarkan dalam 6 pilar yaitu edukasi keuangan, fasilitas keuangan publik,
pemetaan

informasi

keuangan,

kebijakan/peraturan

pendukung,

fasilitas

intermediasi dan distribusi, serta perlindungan konsumen.

Universitas Sumatera Utara

TUJUAN

Mencapai KESEJAHTERAAN EKONOMI MELALUI PENGURANGAN KEMISKINAN,
PEMERATAAN, PENDAPATAN DAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA

Pemerataan
Pendapatan

Pengurangn
Kemiskinan

Stabilisasi Sistem
Keuangan

PILAR

TARGET

Masyarakat yang berdaya beli dan produktif dan Sistem Keuangan
yang Mudah diakses

Gambar 1.1. Enam Pilar Strategi Keuangan Inklusif
Sumber: Booklet Keuangan Inklusif BI : 11

Untuk mewujudkan program keuangan inklusif yang berkesinambungan
diperlukan koordinasi antara Bank Indonesia dengan kementerian dan insitusi
terkait dalam rangka pengembangan, penetapan prioritas dan pelaksanaan
program, serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi program. Dengan koordinasi
yang baik diharapkan tujuan peningkatan akses masyarakat kepada layanan
keuangan dapat tercapai

Universitas Sumatera Utara

Pada bulan Juni 2012, Bank Indonesia bekerjasama dengan Sekretariat
Wakil Presiden - Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)
dan Badan Kebijakan Fiskal - Kementerian Keuangan mengeluarkan Strategi
Nasional Keuangan Inklusif. Strategi ini berisi kerangka kerja, implementasi dan
langkah kedepan pelaksanaan keuangan inklusif.
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, perbankan berperan besar
untuk menjadi motor penggerak kegiatan keuangan inklusif mengingat perbankan
Indonesia memiliki share kegiatan keuangan sampai dengan 80%. Namun
demikian keterlibatan dalam keuangan inklusif tidak hanya terkait dengan tugas
Bank Indonesia, namun juga Pemerintah dalam upaya pelayanan keuangan kepada
masyarakat luas.Keuangan inklusif ini merupakan strategi pembangunan nasional
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemerataan pendapatan,
pengentasan kemiskinan serta stabilitas sistem keuangan.Melalui strategi nasional
keuangan inklusif diharapkan kolaborasi antar lembaga pemerintah dan pemangku
kepentingan tercipta secara baik dan terstruktur (Departemen Pengembangan
Akses Keuangan dan UMKM BI, 2014:6).
Definisi dari keuangan inklusif itu sendiri adalah memberikan peluang dan
hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga keuangan
secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya, dengan
penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya.Layanan keuangan tersedia
bagi seluruh segmen masyarakat, dengan perhatian khusus kepada orang miskin,
orang miskin produktif, pekerja migrant, dan penduduk di daerah terpencil.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin membahas lebih detail tentang
program-program apa saja yang telah direalisasikan dan dijalankan oleh Kantor

Universitas Sumatera Utara

Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara. Oleh karena itu penulis memilih
judul

:

“PROGRAM

KEUANGAN

INKLUSIF

PADA

KANTOR

PERWAKILAN BANK INDONESIA SUMATERA UTARA TERHADAP
MASYARAKAT DAERAH PEDESAAN.”

B.

Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana program keuangan inklusif yang diadakan oleh kantor
Bank Indonesia Sumatera Utara?
2. Apakah program keuangan inklusif yang diadakan oleh kantor Bank
Indonesia Sumatera Utara telah terealisasi dengan baik dan benar?

C.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang saya lakukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana program keuangan inklusif yang telah
dijalankan oleh Bank Indonesia Sumut.
2. Untuk mengetahui keberhasilan program keuangan inklusif yang telah
dilaksanakan oleh Bank Indonesia Sumut

D.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang saya lakukan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis

Universitas Sumatera Utara

a) Menambah pengentahuan dan wawasan mengenai program
keuangan inklusif atau yang sering disebut dengan LKD(layanan
keuangan digital).
b) Untuk lebih mengenal tentang program-program yang diadakan
oleh Bank Indonesia serta keberhasilan yang dicapai dari program
tersebut.
c) Menambah pengalaman bagi penulis karena dapat terjun langsung
kekantor Bank Indonesia untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai program keuangan inklusif.
2. Bagi Perusahaan
a) Memberikan kemudahan bagi Bank Indonesia untuk berbagi
pemahaman tentang keuangan inklusif kepada seluruh lapisan
masyarakat yang belum mengetahui tentang program keuangan
inklusif.
b) Dapat dijadikan masukan untuk lebih memperluas sosialisasi
danedukasi tentang program keuangan inklusif kepada mahasiswa.
3. Bagi Pembaca
a) Sebagai masukan bagi pembaca untuk mengetahui secara detail
mengenai program keuangan inklusif.
b) Untuk menambah wawasan pembaca tentang sejarah singkat
tentang awal mula dibentuk program keuangan inklusif.
c) Sebagai masukan bagi pembaca untuk lebih mengenal sejarah dan
peran Bank Indonesia terhadap program keuangan inklusif.

Universitas Sumatera Utara