Program Keuangan Inklusif Pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara Terhadap Masyarakat Daerah Pedesaan
BAB II
GAMBARAN UMUM PROGRAM KEUANGAN INKLUSIF
A.
Definisi Keuangan Inklusif
Dalam
Strategi
Nasional
Keuangan
Inklusif,
keuangan
inklusif
didefinisikan sebagai:
Hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga
keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya,
dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya.Layanan keuangan
tersedia bagi seluruh segmen masyarakat, dengan perhatian khusus kepada orang
miskin, orang miskin produktif, pekerja migrant, dan penduduk di daerah
terpencil (Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI, 2014 : 6)
Konsep inklusi keuangan muncul setelah adanya konsep financial
exclusion. Leyshon dan Thrift (Geographies of Financial Exclusion: Financial
Abandonment in Britain and the United States : 1995), mendefinisikan financial
exclusion sebagai sebuah proses yang melayani untuk mencegah kelompok sosial
dan individu dari memperoleh akses terhadap sistem keuangan formal.
Berdasarkan European Commision (Financial Services Provision And
Prevention of Financial Exclusion : 2008), Financial exclusion merupakan sebuah
proses dimana orang menghadapi kesulitan dalam mengakses dan/atau
menggunakan jasa keuangan dan produk di pasar pada umumnya yang sesuai
dengan kebutuhan mereka sehingga mereka tidak dapat menjalani kehidupan
sosial dalam masyarakat di tempat mereka berada.
Sedangkan National Australian Bank Report (Measuring Financial Exclusion in
Universitas Sumatera Utara
Australia : 2011) mendefinisikan Financial exclusion itu terjadi saat
individu tidak dapat mengakses jasa keuangandan produk yang tepat dan
terjangkau – jasa utama dan produk adalah rekeninguntuk transaksi, asuransi, dan
kredit jumlah sedang.
Menurut Allen et al (2012),financial exclusion dapat disebabkan oleh
adanya kegagalan pasar. Kegagalan pasar tersebut diantaranya informasi tidak
sempurna, pasar yang tidak kompetitif, kelemahan dalam contractualenvironment,
serta buruknya infrastruktur fisik.(Jurnal Analisis Keterkaitan Inklusi Keuangan
Dengan Pembangunan Di Asia, 2013:5)
Definisi terkait financial exclusion menekankan pada sulitnya akses
terhadap
jasa
keuangan.
Sehingga
berbagai
peneliti
mendefinisikan
financialinclusion sebagai kebalikan dari financial exclusion. Menurut Sarma
(Index of Financial Inclusion – A measure of financial sector inclusiveness :
2008) financial inclusion adalah sebuah proses yang menjamin kemudahan dalam
akses, ketersediaan, dan manfaat dari sistem keuangan formal bagi seluruh pelaku
ekonomi.
Menurut Sarma (Buku Laporan Identifikasi Daerah Implementasi LKD BI
2012 : 1), keuangan inklusif bagi perekonomian karena beberapa hal pertama,
keuangan inklusif memfasilitasi alokasi yang efisien untuk sumber daya yang
produktif. Kedua, akses kepada jasa keuangan yang memadai dapat secara
signifikan meningkatkan manajemen keuangan sehari-hari. Ketiga, keuangan
inklusif mampu mereduksi pertumbuhan sumber pembiayaan informal seperti
bank titil atau lintah darat yang biasanya cenderung eksploitatif.
Universitas Sumatera Utara
Keuangan Inklusif pada dasarnya bagi perekonomian dibentuk agar segala
sumber daya masyarakat yang produktif terfasilitasi dengan akses layanan
keuangan yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Keuangan inklusif juga
dapat membantu sistem pembiayaan yang bersumber dari pihak yang formal.
B.
Sejarah Singkat Keuangan Inklusif
Istilahfinancial inclusion atau keuangan inklusif menjadi tren paska krisis
2008 terutama didasari dampak krisis kepada kelompok in the bottom of the
pyramid (pendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang
cacat, buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat
pinggiran) yang umumnya unbanked yang tercatat sangat tinggi di luar negara
maju.
Pada G20 Pittsbugh Summit 2009, anggota G20 sepakat perlunya
peningkatan akses keuangan bagi kelompok ini yang dipertegas pada
Toronto Summit tahun 2010, dengan dikeluarkannya 9 Principles for Innovative
Financial Inclusion sebagai pedoman pengembangan keuangan inklusif. Prinsip
tersebut
adalahleadership
,diversity,innovation,protection,empowerment,
cooperation,knowledge,proportionalitydan framework.
Sejak itu banyak fora-fora internasional yang memfokuskan kegiatannya
pada keuangan inklusif seperti CGAP, World Bank, APEC, Asian Development
Bank (ADB), Alliance for Financial Inclusion (AFI), termasuk standard body
seperti BIS dan Financial Action Task Force (FATF), termasuk negara
berkembang dan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia berperan aktif dalam pembahasan keuangan inklusif dalam
forum internasional. Sebagai anggota G-20, Indonesia memastikan 9 Prinsip
Inovasi Keuangan Inklusif diimplementasikan di tingkat nasional. Indonesia juga
telah berkomitmen dalam forum OECD untuk mengembangkan edukasi keuangan
termasuk didalamnya penyusunan Strategi Nasional Keuangan Inklusif dan
kegiatan survei literasi keuangan. Selain itu, Indonesia turut berperan aktif dalam
forum APEC untuk memberikan knowledge sharing berbagai isu dan topik
keuangan inklusif. Di tingkat regional, Indonesia turut aktif menekankan
pentingnya keuangan inklusif salah satunya melalui penyelenggaraan The 1st
ASEAN Conference on Financial Inclusion untuk menjajaki pembentukan forum
financial inclusion tingkat ASEAN. Dalam Alliance for Financial Inclusion
(AFI), Indonesia berkomitmen dalam Maya Declaration yang bertujuan
mendukung pengembangan, inovasi dan implementasi program keuangan inklusif,
serta peran aktif sebagai anggota steering committee AFI
Landasan Hukum Financial Inclusion ialah Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 32 Tahun 2011 yang berisi tentang Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Pemerintah Indonesia
menyadari betul akan pentingnya
“proteksi” kebijakan kepada kelompok
masyarakat miskin, agar konflik antara kelompok 1% dengan kelompok
99%,
dapat diminimalisir,
hal ini dilakukan melalui berbagai strategi,
pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui strategi MP3EI guna menciptakan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, sedangkan percepatan
penanggulangan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan, dilakukan melalui
Universitas Sumatera Utara
strategi MP3KI sebagai social protection, kepada kelompok masyakarakat
miskin dan percepatan pengentasan kemiskinannya.
Tujuan utamanya adalah bagaimana menciptakan kemandirian pada diri
mereka dan tidak semata tujuan ekonomi belaka. Tapi dalam tujuan kemandirian
ini mereka bisa tersadar bagi menghadapi kehidupan masa depan yang lebih baik
yang kemudian berkembang dan disambut oleh lembaga keuangan. Dalam
pelaksanaannya fungsi sosial tersebut harus terpisah dan merupakan bagian
tersendiri dari lembaga keuangan agar fungsi ekonomi/bisnis yang berjalan pada
lembaga keuangan tidak terganggu.
Selama ini baik masyarakat maupun pemerintah dan lembaga keuangan
selalu mengambil pukul rata terhadap diri mereka. Seolah mereka adalah
kelompok pinggiran yang pasif dan kelompok yang selalu meminta pertolongan
belaka. Sehingga yang selalu terpikirkan adalah membagi sejumlah uang bagi
kehidupan mereka. Pandangan pukul rata seperti ini justru merugikan bangsa dan
tidak tepat karena banyak daripada mereka yang berpikiran “maju” sebagaimana
masyarakat yang telah berhasil terlebih dahulu. Sayangnya mereka mempunyai
keterbatasan
pengetahuan
untuk
menggapai
kemajuan
itu
dan
kurang
mendapatkan informasi bagaimana upaya memberdayakan diri.
Universitas Sumatera Utara
C.
Visi dan Misi Program Keuangan Inklusif
Visi nasional keuangan inklusif dirumuskan sebagai berikut:
Mewujudkan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat
untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi,
penanggulangan
kemiskinan, pemerataan pendapatan dan terciptanya stabilitas sistem keuangan
di Indonesia.
Visi keuangan inklusif tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan sebagai berikut:
Tujuan 1: Menjadikan strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari
strategi
besar
pembangunan
ekonomi,
penanggulangan
kemiskinan,
pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan. Keuangan inklusif
adalah strategi untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang lebih luas,
yaitu penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
serta bagian dari strategi untuk mencapai stabilitas sistem keuangan. Kelompok
miskin dan marjinal merupakan kelompok yang memiliki keterbatasan akses ke
layanan keuangan. Tujuan keuangan inklusif adalah memberikan akses ke jasa
keuangan yang lebih luas bagi setiap penduduk, namun terdapat kebutuhan untuk
memberikan fokus lebih besar kepada penduduk miskin.
Tujuan 2: Menyediakan jasa dan produk keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Konsep keuangan inklusif harus dapat memenuhi semua
kebutuhan yang berbeda dari segmen penduduk yang berbeda melalui serangkaian
layanan holistik yang menyeluruh.
Tujuan 3: Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai layanan
keuangan. Hambatan utama dalam keuangan inklusif adalah tingkat pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
keuangan yang rendah. Pengetahuan ini penting agar masyarakat merasa lebih
aman berinteraksi dengan lembaga keuangan.
Tujuan 4: Meningkatkan akses masyarakat ke layanan keuangan. Hambatan
bagi orang miskin untuk mengakses layanan keuangan umumnya berupa masalah
geografis dan kendala administrasi. Menyelesaikan permasalahan tersebut akan
menjadi terobosan mendasar dalam menyederhanakan akses ke jasa keuangan.
Tujuan 5: Memperkuat sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro, dan
lembaga keuangan non bank. Pemerintah harus menjamin tidak hanya
pemberdayaan kantor cabang, tetapi juga peraturan yang memungkinkan
perluasan layanan keuangan formal. Oleh karena itu, sinergi antara Bank,
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), dan Lembaga Keuangan Bukan Bank menjadi
penting khususnya dalam mendukung pencapaian stabilitas sistem keuangan.
Tujuan 6: Mengoptimalkan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
untuk memperluas cakupan layanan keuangan. Teknologi dapat mengurangi
biaya transaksi dan memperluas sistem keuangan formal melampaui sekedar
layanan tabungan dan kredit. Namun, pedoman dan peraturan yang jelas perlu
ditetapkan untuk menyeimbangkan perluasan jangkauan dan resikonya.
D.
Peranan Bank Indonesia
Bank Indonesia mendukung pelaksanaan implementasi Strategi Nasional
Keuangan Inklusif melalui peranan sebagai berikut :
1.
Mengkoordinasikan
kementerian/lembaga
kegiatan
keuangan
inklusif
dengan
terkait.
Melakukan
koordinasi
dengan
kementerian/lembaga terkait dalam perencanaan dan pelaksanaan program
keuangan inklusif.
Universitas Sumatera Utara
2.
Melakukan pemetaan potensi daerah sebagai dasar penetapan
program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif.
Pemetaan potensi daerah antara lain dilakukan terhadap sektor ekonomi,
pihak penerima program dan stakeholder terkait.
3.
Menetapkan program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif.
Menetapkan program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif yang akan
dilakukan setelah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait.
Penetapan program dan prioritas kegiatan dilakukan sesuai dengan hasil
pemetaan potensi daerah yang dilakukan oleh Bank Indonesia.Selanjutnya
untuk mempermudah pelaksanaannya, dibuat pedoman pelaksanaan
program keuangan inklusif.
4.
Sebagai focal point untuk kegiatan tertentu yang menjadi kewenangan
Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan Strategi Nasional
Keuangan Inklusif.
Bank Indonesia menjadi focal point dengan fokus pada edukasi,
perlindungan konsumen, pengaturan dan pengawasan di bidang sistem
pembayaran; edukasi perencanaan keuangan; pengaturan dan pemetaan
sistem informasi untuk keuangan inklusif; serta pengembangan akses
keuangan UMKM
5.
Mensosialisasikan program keuangan inklusif.
Mensosialisasikan program kegiatan keuangan inklusif, khususnya kepada
Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia serta pemangku kepentingan
terkait.
Universitas Sumatera Utara
6.
Membangun kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait di luar
Bank Indonesia.
Dalam rangka memperluas pengembangan keuangan inklusif diperlukan
kerjasama dengan berbagai lembaga baik di tingkat nasional, regional
maupun internasional.
7.
Melaksanakan kegiatan keuangan Inklusif.
Melaksanakan kegiatan keuangan inklusif yang relevan dengan tugas dan
wewenang Bank Indonesia.
8.
Mengevaluasi program kegiatan keuangan inklusif.
Bersama dengan kementerian/lembaga terkait melakukan evaluasi
perkembangan
keuangan
inklusif
untuk
bahan
perbaikan
dan
penyempurnaan kegiatan di masa dating
E.
a)
Contoh Layanan Program Keuangan Inklusif
Gerakan Indonesia Menabung (GIM) dan TabunganKu
Kegiatan Edukasi Keuangan dan Kampanye Gerakan Indonesia Menabung
(GIM) dicanangkan pada tanggal 20 Februari 2010 oleh Presiden Republik
Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia. Pencanangan GIM dilakukan bersamaan
dengan peluncuran produk TabunganKu. Sebagai bagian dari pelaksanaan GIM,
Bank Indonesia dan perbankan telah melakukan kampanye bersama pada tanggal
27 Juni 2012, dimana pada kesempatan tersebut, Wakil Presiden Republik
Indonesia, Bapak Boediono telah menetapkan Hari Rabu setiap awal bulan
sebagai Hari Rajin Menabung
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia selanjutnya mencanangkan HARI RABU setiap awal
bulan sebagai HARI RAjin menaBUng dan pembukaan rekening tabungan baru
oleh pelajar dan masyarakat termasuk produk TabunganKu. Untuk tahun 2013,
Bank Indonesia bekerja sama dengan 21 Bank yang bergabung dalam Kelompok
Kerja (Pokja) Edukasi Keuangan dan TabunganKu serta Badan Musyawarah
Perbankan Daerah (BMPD) telah dan akan melaksanakan kampanye GIM pada 9
wilayah di bawah Koordinator Kantor Perwakilan Bank Indonesia, yaitu
Makassar, Banjarmasin, Denpasar, Surabaya, Semarang, Bandung, Palembang,
Pekanbaru, dan Medan. Keseluruhan rangkaian acara GIM tersebut ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran pelajar dan masyarakat akan pentingnya kebiasaan
menabung sejak usia dini.
TabunganKu adalah tabungan dengan persyaratan mudah dan ringan,
antara lain tidak dibebani dengan biaya administrasi. Produk TabunganKu
diselenggarakan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan
budaya menabung. TabunganKu diharapkan dapat menjangkau penduduk dewasa
Indonesia yang belum memiliki tabungan di bank. Program TabunganKu
merupakan perwujudan kepedulian perbankan dan Bank Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk tabungan yang sesuai dan sebagai
salah satu untuk meningkatkan budaya menabung.
Universitas Sumatera Utara
Fitur produk TabunganKu dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Fitur Standard (Mandatory) adalah fitur produk TabunganKu yang harus
diterapkan secara seragam oleh seluruh bank yang meluncurkan produk
TabunganKu, yaitu:
Table 2.1
Tabel Fitur ProdukTabunganKu
Fitur Standar
Bank Umum
BPR/Bank Syariah
TabunganKu
TabunganKu
Rp.0,-
Rp.0,-
Rp.20.000,-
Rp. 10.000,-
Minimun Setoran Tunai
Rp. 10.000,-
-
Saldo Minimum
Rp. 20.000,-
Rp. 10.000,-
Biaya Penalti Saldo Dorman*)
Rp. 2.000,-/bulan
Rp. 1.000,-/bulan
Minimum Penarikan Tunai di
Rp.100.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 20.000,-
Rp. 5.000,-
Nama Produk
Biaya Administrasi
Minimum Setoran Awal
(Pembukaan Rekening)
Counter
Biaya Penutupan Rekening
Suku Bunga/Bonus Wadiah**)
2)
Rp.0,-
s/d
5)
Bank umum syariah
Rp.500.000,-(tanpa bunga)
bonus
3)
dengan 1%/tahun
Rp.500.000,-
s/d
maksimal
setara
Rp.1.000.000,-(bunga
6)
BPR: 4%/tahun
0,25%/tahun)
7)
BPR Syariah: nisbah
4)
bagi
Diatas
Rp.1.000.000,-(bunga
hasil
dengan
indicative rate sekitar 4%
1%/tahun)
Biaya Pengggantian Buku
Rp. 0,-
Rp. 0,-
*) Rekening Dorman adalah rekening yang tidak melakukan transaksi selama 6 (enam) bulan berturut-turut.
Apabila saldo rekening mencapai < Rp20.000,00 (Bank Umum) atau < Rp10.000,00 (BPR/Syariah), maka
rekening akan ditutup oleh sistem dengan biaya penutupan rekening sebesar sisa saldo
**) Bunga/Bonus Wadiah dihitung berdasarkan saldo harian dan tidak progresif dan dibayarkan mengikuti
periode pembayaran masing-masing bank.
Sumber : Website BI, http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/Indonesia/Contents/Default.aspx. ,
diakses Mei 2016).
Universitas Sumatera Utara
2) Fitur Customized (Optional) adalah fitur produk TabunganKu yang dapat
dipilih untuk diterapkan oleh bank. Bank dapat memberikan tambahan
fitur lainnya kepada produk TabunganKu seperti buku tabungan, lembar
statement, kartu ATM atau layanan jasa perbankan lainnya, selama tidak
melanggar kesepakatan bersama.
Sesuai dengan laporan TabunganKu yang berasal dari 74 Bank yang
memiliki produk Tabunganku diketahui bahwa sejak diluncurkan pada tahun
2010, jumlah rekening TabunganKu pada April 2014 tercatat sebanyak 12,49 juta
rekening.
Gambar 2.1. Grafik jumlah rekening TabnganKu 2010-2014
Sumber : Website BI, http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/Indonesia/Contents/Default.aspx.
b)
Layanan Keuangan Digital (LKD)
Menjawab tantangan kemudahan dan ketersediaan layanan keuangan di
seluruh wilayah Indonesia, Bank Indonesia telah melakukan kajian awal dan uji
Universitas Sumatera Utara
coba branchless banking yang diluncurkan pada Mei 2013. Uji coba dimaksud
dilakukan oleh 5 bank dan 2 telco pada 5 provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Selatan). Tujuan dari uji coba dimaksudkan
adalah untuk mencari apakah terdapat buying need dari masyarakat dan provider,
bentuk model bisnis, dan pengaturan yang sesuai dengan kondisi Indonesia.
Branchless banking ini terutama dilakukan dengan memanfaatkan tingginya
penggunaan telepon genggam, serta kerjasama dengan unit lokal atau agen.
Kegiatan uji coba yang berakhir pada November 2013 ini mendapat
apresiasi yang cukup baik dari masyarakat dan pelaku kegiatan uji coba. Hal ini
terlihat dari peningkatan jumlah transaksi, yaitu agen dan jumlah rekening
nasabah. Animo masyarakat untuk menabung cukup besar tercermin dari jenis
transaksi yang dilakukan didominasi oleh setoran tunai diikuti dengan transfer
dana.
Selanjutnya dari kajian di berbagai negara, disadari bahwa perbankan tidak
dapat melakukan kegiatan branchless banking dengan efisien secara sendiri,
namun dibutuhkan kerjasama dengan pihak lain, yaitu terutama perusahaan
telekomunikasi. Selain itu, tujuan semula yang hanya berupaya untuk memperluas
akses keuangan, kini semakin berkembang menjadi upaya peningkatan aktivitas
ekonomi berbasis teknologi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka
branchless banking diperluas menjadi Layanan Keuangan Digital (LKD). LKD
adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan/atau keuangan terbatas yang
dilakukan tidak melalui kantor fisik, namun dengan menggunakan sarana
Universitas Sumatera Utara
teknologi antara lain mobile based maupun web based dan jasa pihak ketiga
(agen), dengan target layanan masyarakat unbanked dan underbanked
c)
Financial Identity Number (FIN)
Financial Identity Number (FIN) adalah nomor yang bersifat unik, inherent,
lifetime, simple, transparan dan interoperabilitas yang diberikan kepada
masyarakat unbanked people. FIN tersebut akan terkoneksi dengan e-KTP dan
informasi mengenai aset dan kewajiban sederhana dari pemegang FIN sehingga
mempermudah perbankan mengenali calon nasabah baru.
Tujuan Financial Identity Number (FIN) adalah untuk:
1) Mengurangi assymetric information & risk premium.
2) Mempermudah dan meningkatkan akses keuangan dari masyarakat.
3) Memudahkan lembaga keuangan dalam memperoleh informasi calon
nasabah/nasabah.
4) FIN merupakan salah satu program kerja dalam pilar SNKI tentang
Pemetaan Informasi Keuangan.
d)
Sistem Informasi Bagi Petani dan Nelayan (SIPN)
Dengan kondisi Indonesia sebagai negara agraris dan negara maritim.
Produktivitas sektor pertanian dan kelautan memberi kontribusi yang signifikan
terhadap perekonomian nasional, yaitu sekitar 13,3% dari PDB Q-IV 2013 atau
merupakan penyumbang ketiga terbesar PDB (BPS, 2013). Sementara itu data
BPS juga menunjukkan bahwa sektor ini menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu
berkisar 35% dari total tenaga kerja. Namun demikian, petani dan nelayan
memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah. Hal ini ditunjukkan dari data jumlah
Universitas Sumatera Utara
penduduk miskin dengan kategori bekerja mayoritas adalah petani sebesar 52,8%
(BPS, 2013).
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah dalam
sektor pertanian terdapat kebutuhan informasi yang terkini dan tidak dapat diakses
dengan cepat. Adanya assymetric information ini mengakibatkan bargaining
position petani dan nelayan tersebut menjadi lemah. Oleh karena itu, dalam
rangka mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan penyediaan sistem informasi
bagi petani dan nelayan, yaitu harga bahan input seperti harga pupuk, benih, obat
hama, informasi pendukung, seperti cuaca dan cara bercocok tanam/distribusi,
serta harga jual produk.
Penyediaan Sistem Informasi Bagi Petani dan Nelayan (SIPN) atau Mobile
Agriculture harus bersifat simple, user friendly dan dengan biaya yang terjangkau.
Salah satu model diseminasi informasi tersebut melalui telepon genggam. Hal ini
mengingat cukup tingginya pengguna telepon genggam di Indonesia.
Penyediaan informasi melalui SIPN ini nantinya juga akan membantu
menjaga stabilitas inflasi di daerah. Sebagai tahap awal pengembangan SIPN,
sistem informasi yang akan digarap adalah sektor pertanian. Sementara itu,
pengembangan tahap selanjutnya adalah sektor perikanan dan sektor lainnya.
SIPN juga akan dikembangkan ke arah lebih interaktif. Hal ini akan dilakukan
dengan bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi melalui
program Universal Service Obligation (USO), seperti Desa Pintar dan Internet
Masuk Desa.
Universitas Sumatera Utara
e)
Fasilitas Penyaluran Bantuan Pemerintah (GtoP)
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyaluran bantuan
pemerintah (G2P) serta meningkatkan keuangan inklusif di Indonesia, Bank
Indonesia bersama kementerian terkait menginisiasikan kegiatan penyaluran dana
G2P melalui Layanan Keuangan Digital (LKD). Sinergi keduanya memfasilitasi
penyaluran dana bantuan secara non tunai, yaitu melalui rekening uang elektronik.
Nantinya dana tersebut dapat diambil di agen LKD Bank yang ditunjuk dan
kedepannya point of cash out dana G2P diupayakan untuk diperluas pada kantor
cabang bank dan ATM.
Bagi Pemerintah, adanya diversifikasi lembaga pembayar dana G2P akan
mempercepat proses penyaluran, mendorong penurunan biaya penyaluran, dan
mempunyai value added karena akan disertai edukasi pengelolaan keuangan yang
baik sehingga diharapkan dapat membantu penerima dana G2P untuk mulai
belajar menyimpan uang.
Penyaluran dana G2P melalui LKD akan dimulai dengan pilot project
penyaluran dana Program Keluarga Harapan (PKH) yang diupayakan dapat
dilakukan pada akhir tahun 2014. Pilot project tersebut ditujukan untuk melihat
hambatan yang terjadi di lapangan sehingga dapat diupayakan solusi untuk
mengatasinya. Kegiatan pilot project tersebut dilakukan dengan melibatkan
koordinasi antara Bank Indonesia, Kemensos, Bappenas, TNP2K, dan bank
peserta pilot project.
Dari hasil pilot project tersebut diharapkan dapat memberikan masukan
bagi model bisnis yang akan diterapkan untuk mendukung implementasi pada
tahun 2015. Dengan implementasi tersebut akan menghubungkan masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
khususnya penerima dana G2P, sehingga mampu meningkatkan keuangan inklusif
di Indonesia.
f)
Remitansi
Remitansi mempunyai dampak positif bagi peningkatan keuangan inklusif,
beberapa kajian mengungkapkan remitansi sebagai bagian dari bentuk transfer
merupakan entry point keuangan inklusif. Dengan kemudahan melakukan transfer
dana, akan membantu mengarahkan unbanked menggunakan produk dan layanan
keuangan formal. Pengiriman uang dapat meningkatkan permintaan untuk
tabungan atau uang elektronik sebagai sarana untuk menyimpan uang lebih aman.
Selanjutnya,
dengan
tabungan
dan
uang
elektronik
tersebut, track
recordunbanked dapat dimonitor dan dianalisa untuk selanjutnya menjadi bagian
penting dalam rangka pemberian pembiayaan.
Meskipun biaya remitansi Indonesia cukup rendah dibanding rata-rata
dunia dan Asia, namun ditenggarai biaya keseluruhan untuk melakukan cashout cukup besar, hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain karena Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) lebih memilih menggunakan sarana remitansi informal
akibat kurangnya pengetahuan remitansi yang benar, kurangnya outlet cashin formal yang berada dalam jangkauan TKI dan masih terbatasnya outlet cashout sehingga membutuhkan biaya dan waktu, serta masih rendahnya tingkat
literasi keuangan TKI dan keluarganya.
F.
Rencana Kedepan Program Keuangan Inklusif pada KPW BI Sumut
Perencanaa kedepan yang ingin dilakukan Kantor perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sumut dalam rangka pengembangan program LKD ialah
melakukan pemetaan potensi ekonomi Syariah berbasis kegiatan Islamic Financial
Universitas Sumatera Utara
Inclusion pada pondok pesantren didaerah Sumatera Utara. Setelah selesai
melakukan pemetaan, akan terpilih beberapa pondok pesntren yang potensial
untuk dikembangkan. Dan berdasarkan hasil pemetaan potensi tersebut Bank
Indonesia akan turut mengembangkan program LKD diwilayah Ponpes terpilih,
melalui sosialisasi LKD bersama perbankan serta implementasi agen LKD baru di
lingkungan Ponpes.
Universitas Sumatera Utara
GAMBARAN UMUM PROGRAM KEUANGAN INKLUSIF
A.
Definisi Keuangan Inklusif
Dalam
Strategi
Nasional
Keuangan
Inklusif,
keuangan
inklusif
didefinisikan sebagai:
Hak setiap orang untuk memiliki akses dan layanan penuh dari lembaga
keuangan secara tepat waktu, nyaman, informatif, dan terjangkau biayanya,
dengan penghormatan penuh kepada harkat dan martabatnya.Layanan keuangan
tersedia bagi seluruh segmen masyarakat, dengan perhatian khusus kepada orang
miskin, orang miskin produktif, pekerja migrant, dan penduduk di daerah
terpencil (Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM BI, 2014 : 6)
Konsep inklusi keuangan muncul setelah adanya konsep financial
exclusion. Leyshon dan Thrift (Geographies of Financial Exclusion: Financial
Abandonment in Britain and the United States : 1995), mendefinisikan financial
exclusion sebagai sebuah proses yang melayani untuk mencegah kelompok sosial
dan individu dari memperoleh akses terhadap sistem keuangan formal.
Berdasarkan European Commision (Financial Services Provision And
Prevention of Financial Exclusion : 2008), Financial exclusion merupakan sebuah
proses dimana orang menghadapi kesulitan dalam mengakses dan/atau
menggunakan jasa keuangan dan produk di pasar pada umumnya yang sesuai
dengan kebutuhan mereka sehingga mereka tidak dapat menjalani kehidupan
sosial dalam masyarakat di tempat mereka berada.
Sedangkan National Australian Bank Report (Measuring Financial Exclusion in
Universitas Sumatera Utara
Australia : 2011) mendefinisikan Financial exclusion itu terjadi saat
individu tidak dapat mengakses jasa keuangandan produk yang tepat dan
terjangkau – jasa utama dan produk adalah rekeninguntuk transaksi, asuransi, dan
kredit jumlah sedang.
Menurut Allen et al (2012),financial exclusion dapat disebabkan oleh
adanya kegagalan pasar. Kegagalan pasar tersebut diantaranya informasi tidak
sempurna, pasar yang tidak kompetitif, kelemahan dalam contractualenvironment,
serta buruknya infrastruktur fisik.(Jurnal Analisis Keterkaitan Inklusi Keuangan
Dengan Pembangunan Di Asia, 2013:5)
Definisi terkait financial exclusion menekankan pada sulitnya akses
terhadap
jasa
keuangan.
Sehingga
berbagai
peneliti
mendefinisikan
financialinclusion sebagai kebalikan dari financial exclusion. Menurut Sarma
(Index of Financial Inclusion – A measure of financial sector inclusiveness :
2008) financial inclusion adalah sebuah proses yang menjamin kemudahan dalam
akses, ketersediaan, dan manfaat dari sistem keuangan formal bagi seluruh pelaku
ekonomi.
Menurut Sarma (Buku Laporan Identifikasi Daerah Implementasi LKD BI
2012 : 1), keuangan inklusif bagi perekonomian karena beberapa hal pertama,
keuangan inklusif memfasilitasi alokasi yang efisien untuk sumber daya yang
produktif. Kedua, akses kepada jasa keuangan yang memadai dapat secara
signifikan meningkatkan manajemen keuangan sehari-hari. Ketiga, keuangan
inklusif mampu mereduksi pertumbuhan sumber pembiayaan informal seperti
bank titil atau lintah darat yang biasanya cenderung eksploitatif.
Universitas Sumatera Utara
Keuangan Inklusif pada dasarnya bagi perekonomian dibentuk agar segala
sumber daya masyarakat yang produktif terfasilitasi dengan akses layanan
keuangan yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Keuangan inklusif juga
dapat membantu sistem pembiayaan yang bersumber dari pihak yang formal.
B.
Sejarah Singkat Keuangan Inklusif
Istilahfinancial inclusion atau keuangan inklusif menjadi tren paska krisis
2008 terutama didasari dampak krisis kepada kelompok in the bottom of the
pyramid (pendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, orang
cacat, buruh yang tidak mempunyai dokumen identitas legal, dan masyarakat
pinggiran) yang umumnya unbanked yang tercatat sangat tinggi di luar negara
maju.
Pada G20 Pittsbugh Summit 2009, anggota G20 sepakat perlunya
peningkatan akses keuangan bagi kelompok ini yang dipertegas pada
Toronto Summit tahun 2010, dengan dikeluarkannya 9 Principles for Innovative
Financial Inclusion sebagai pedoman pengembangan keuangan inklusif. Prinsip
tersebut
adalahleadership
,diversity,innovation,protection,empowerment,
cooperation,knowledge,proportionalitydan framework.
Sejak itu banyak fora-fora internasional yang memfokuskan kegiatannya
pada keuangan inklusif seperti CGAP, World Bank, APEC, Asian Development
Bank (ADB), Alliance for Financial Inclusion (AFI), termasuk standard body
seperti BIS dan Financial Action Task Force (FATF), termasuk negara
berkembang dan Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Indonesia berperan aktif dalam pembahasan keuangan inklusif dalam
forum internasional. Sebagai anggota G-20, Indonesia memastikan 9 Prinsip
Inovasi Keuangan Inklusif diimplementasikan di tingkat nasional. Indonesia juga
telah berkomitmen dalam forum OECD untuk mengembangkan edukasi keuangan
termasuk didalamnya penyusunan Strategi Nasional Keuangan Inklusif dan
kegiatan survei literasi keuangan. Selain itu, Indonesia turut berperan aktif dalam
forum APEC untuk memberikan knowledge sharing berbagai isu dan topik
keuangan inklusif. Di tingkat regional, Indonesia turut aktif menekankan
pentingnya keuangan inklusif salah satunya melalui penyelenggaraan The 1st
ASEAN Conference on Financial Inclusion untuk menjajaki pembentukan forum
financial inclusion tingkat ASEAN. Dalam Alliance for Financial Inclusion
(AFI), Indonesia berkomitmen dalam Maya Declaration yang bertujuan
mendukung pengembangan, inovasi dan implementasi program keuangan inklusif,
serta peran aktif sebagai anggota steering committee AFI
Landasan Hukum Financial Inclusion ialah Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 32 Tahun 2011 yang berisi tentang Masterplan Percepatan Dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025. Pemerintah Indonesia
menyadari betul akan pentingnya
“proteksi” kebijakan kepada kelompok
masyarakat miskin, agar konflik antara kelompok 1% dengan kelompok
99%,
dapat diminimalisir,
hal ini dilakukan melalui berbagai strategi,
pertumbuhan ekonomi dilakukan melalui strategi MP3EI guna menciptakan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, sedangkan percepatan
penanggulangan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan, dilakukan melalui
Universitas Sumatera Utara
strategi MP3KI sebagai social protection, kepada kelompok masyakarakat
miskin dan percepatan pengentasan kemiskinannya.
Tujuan utamanya adalah bagaimana menciptakan kemandirian pada diri
mereka dan tidak semata tujuan ekonomi belaka. Tapi dalam tujuan kemandirian
ini mereka bisa tersadar bagi menghadapi kehidupan masa depan yang lebih baik
yang kemudian berkembang dan disambut oleh lembaga keuangan. Dalam
pelaksanaannya fungsi sosial tersebut harus terpisah dan merupakan bagian
tersendiri dari lembaga keuangan agar fungsi ekonomi/bisnis yang berjalan pada
lembaga keuangan tidak terganggu.
Selama ini baik masyarakat maupun pemerintah dan lembaga keuangan
selalu mengambil pukul rata terhadap diri mereka. Seolah mereka adalah
kelompok pinggiran yang pasif dan kelompok yang selalu meminta pertolongan
belaka. Sehingga yang selalu terpikirkan adalah membagi sejumlah uang bagi
kehidupan mereka. Pandangan pukul rata seperti ini justru merugikan bangsa dan
tidak tepat karena banyak daripada mereka yang berpikiran “maju” sebagaimana
masyarakat yang telah berhasil terlebih dahulu. Sayangnya mereka mempunyai
keterbatasan
pengetahuan
untuk
menggapai
kemajuan
itu
dan
kurang
mendapatkan informasi bagaimana upaya memberdayakan diri.
Universitas Sumatera Utara
C.
Visi dan Misi Program Keuangan Inklusif
Visi nasional keuangan inklusif dirumuskan sebagai berikut:
Mewujudkan sistem keuangan yang dapat diakses oleh seluruh lapisan
masyarakat
untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi,
penanggulangan
kemiskinan, pemerataan pendapatan dan terciptanya stabilitas sistem keuangan
di Indonesia.
Visi keuangan inklusif tersebut dijabarkan dalam beberapa tujuan sebagai berikut:
Tujuan 1: Menjadikan strategi keuangan inklusif sebagai bagian dari
strategi
besar
pembangunan
ekonomi,
penanggulangan
kemiskinan,
pemerataan pendapatan dan stabilitas sistem keuangan. Keuangan inklusif
adalah strategi untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yang lebih luas,
yaitu penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
serta bagian dari strategi untuk mencapai stabilitas sistem keuangan. Kelompok
miskin dan marjinal merupakan kelompok yang memiliki keterbatasan akses ke
layanan keuangan. Tujuan keuangan inklusif adalah memberikan akses ke jasa
keuangan yang lebih luas bagi setiap penduduk, namun terdapat kebutuhan untuk
memberikan fokus lebih besar kepada penduduk miskin.
Tujuan 2: Menyediakan jasa dan produk keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Konsep keuangan inklusif harus dapat memenuhi semua
kebutuhan yang berbeda dari segmen penduduk yang berbeda melalui serangkaian
layanan holistik yang menyeluruh.
Tujuan 3: Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai layanan
keuangan. Hambatan utama dalam keuangan inklusif adalah tingkat pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
keuangan yang rendah. Pengetahuan ini penting agar masyarakat merasa lebih
aman berinteraksi dengan lembaga keuangan.
Tujuan 4: Meningkatkan akses masyarakat ke layanan keuangan. Hambatan
bagi orang miskin untuk mengakses layanan keuangan umumnya berupa masalah
geografis dan kendala administrasi. Menyelesaikan permasalahan tersebut akan
menjadi terobosan mendasar dalam menyederhanakan akses ke jasa keuangan.
Tujuan 5: Memperkuat sinergi antara bank, lembaga keuangan mikro, dan
lembaga keuangan non bank. Pemerintah harus menjamin tidak hanya
pemberdayaan kantor cabang, tetapi juga peraturan yang memungkinkan
perluasan layanan keuangan formal. Oleh karena itu, sinergi antara Bank,
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), dan Lembaga Keuangan Bukan Bank menjadi
penting khususnya dalam mendukung pencapaian stabilitas sistem keuangan.
Tujuan 6: Mengoptimalkan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
untuk memperluas cakupan layanan keuangan. Teknologi dapat mengurangi
biaya transaksi dan memperluas sistem keuangan formal melampaui sekedar
layanan tabungan dan kredit. Namun, pedoman dan peraturan yang jelas perlu
ditetapkan untuk menyeimbangkan perluasan jangkauan dan resikonya.
D.
Peranan Bank Indonesia
Bank Indonesia mendukung pelaksanaan implementasi Strategi Nasional
Keuangan Inklusif melalui peranan sebagai berikut :
1.
Mengkoordinasikan
kementerian/lembaga
kegiatan
keuangan
inklusif
dengan
terkait.
Melakukan
koordinasi
dengan
kementerian/lembaga terkait dalam perencanaan dan pelaksanaan program
keuangan inklusif.
Universitas Sumatera Utara
2.
Melakukan pemetaan potensi daerah sebagai dasar penetapan
program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif.
Pemetaan potensi daerah antara lain dilakukan terhadap sektor ekonomi,
pihak penerima program dan stakeholder terkait.
3.
Menetapkan program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif.
Menetapkan program dan prioritas kegiatan keuangan inklusif yang akan
dilakukan setelah berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait.
Penetapan program dan prioritas kegiatan dilakukan sesuai dengan hasil
pemetaan potensi daerah yang dilakukan oleh Bank Indonesia.Selanjutnya
untuk mempermudah pelaksanaannya, dibuat pedoman pelaksanaan
program keuangan inklusif.
4.
Sebagai focal point untuk kegiatan tertentu yang menjadi kewenangan
Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan Strategi Nasional
Keuangan Inklusif.
Bank Indonesia menjadi focal point dengan fokus pada edukasi,
perlindungan konsumen, pengaturan dan pengawasan di bidang sistem
pembayaran; edukasi perencanaan keuangan; pengaturan dan pemetaan
sistem informasi untuk keuangan inklusif; serta pengembangan akses
keuangan UMKM
5.
Mensosialisasikan program keuangan inklusif.
Mensosialisasikan program kegiatan keuangan inklusif, khususnya kepada
Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia serta pemangku kepentingan
terkait.
Universitas Sumatera Utara
6.
Membangun kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait di luar
Bank Indonesia.
Dalam rangka memperluas pengembangan keuangan inklusif diperlukan
kerjasama dengan berbagai lembaga baik di tingkat nasional, regional
maupun internasional.
7.
Melaksanakan kegiatan keuangan Inklusif.
Melaksanakan kegiatan keuangan inklusif yang relevan dengan tugas dan
wewenang Bank Indonesia.
8.
Mengevaluasi program kegiatan keuangan inklusif.
Bersama dengan kementerian/lembaga terkait melakukan evaluasi
perkembangan
keuangan
inklusif
untuk
bahan
perbaikan
dan
penyempurnaan kegiatan di masa dating
E.
a)
Contoh Layanan Program Keuangan Inklusif
Gerakan Indonesia Menabung (GIM) dan TabunganKu
Kegiatan Edukasi Keuangan dan Kampanye Gerakan Indonesia Menabung
(GIM) dicanangkan pada tanggal 20 Februari 2010 oleh Presiden Republik
Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia. Pencanangan GIM dilakukan bersamaan
dengan peluncuran produk TabunganKu. Sebagai bagian dari pelaksanaan GIM,
Bank Indonesia dan perbankan telah melakukan kampanye bersama pada tanggal
27 Juni 2012, dimana pada kesempatan tersebut, Wakil Presiden Republik
Indonesia, Bapak Boediono telah menetapkan Hari Rabu setiap awal bulan
sebagai Hari Rajin Menabung
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia selanjutnya mencanangkan HARI RABU setiap awal
bulan sebagai HARI RAjin menaBUng dan pembukaan rekening tabungan baru
oleh pelajar dan masyarakat termasuk produk TabunganKu. Untuk tahun 2013,
Bank Indonesia bekerja sama dengan 21 Bank yang bergabung dalam Kelompok
Kerja (Pokja) Edukasi Keuangan dan TabunganKu serta Badan Musyawarah
Perbankan Daerah (BMPD) telah dan akan melaksanakan kampanye GIM pada 9
wilayah di bawah Koordinator Kantor Perwakilan Bank Indonesia, yaitu
Makassar, Banjarmasin, Denpasar, Surabaya, Semarang, Bandung, Palembang,
Pekanbaru, dan Medan. Keseluruhan rangkaian acara GIM tersebut ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran pelajar dan masyarakat akan pentingnya kebiasaan
menabung sejak usia dini.
TabunganKu adalah tabungan dengan persyaratan mudah dan ringan,
antara lain tidak dibebani dengan biaya administrasi. Produk TabunganKu
diselenggarakan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan
budaya menabung. TabunganKu diharapkan dapat menjangkau penduduk dewasa
Indonesia yang belum memiliki tabungan di bank. Program TabunganKu
merupakan perwujudan kepedulian perbankan dan Bank Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk tabungan yang sesuai dan sebagai
salah satu untuk meningkatkan budaya menabung.
Universitas Sumatera Utara
Fitur produk TabunganKu dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Fitur Standard (Mandatory) adalah fitur produk TabunganKu yang harus
diterapkan secara seragam oleh seluruh bank yang meluncurkan produk
TabunganKu, yaitu:
Table 2.1
Tabel Fitur ProdukTabunganKu
Fitur Standar
Bank Umum
BPR/Bank Syariah
TabunganKu
TabunganKu
Rp.0,-
Rp.0,-
Rp.20.000,-
Rp. 10.000,-
Minimun Setoran Tunai
Rp. 10.000,-
-
Saldo Minimum
Rp. 20.000,-
Rp. 10.000,-
Biaya Penalti Saldo Dorman*)
Rp. 2.000,-/bulan
Rp. 1.000,-/bulan
Minimum Penarikan Tunai di
Rp.100.000,-
Rp. 50.000,-
Rp. 20.000,-
Rp. 5.000,-
Nama Produk
Biaya Administrasi
Minimum Setoran Awal
(Pembukaan Rekening)
Counter
Biaya Penutupan Rekening
Suku Bunga/Bonus Wadiah**)
2)
Rp.0,-
s/d
5)
Bank umum syariah
Rp.500.000,-(tanpa bunga)
bonus
3)
dengan 1%/tahun
Rp.500.000,-
s/d
maksimal
setara
Rp.1.000.000,-(bunga
6)
BPR: 4%/tahun
0,25%/tahun)
7)
BPR Syariah: nisbah
4)
bagi
Diatas
Rp.1.000.000,-(bunga
hasil
dengan
indicative rate sekitar 4%
1%/tahun)
Biaya Pengggantian Buku
Rp. 0,-
Rp. 0,-
*) Rekening Dorman adalah rekening yang tidak melakukan transaksi selama 6 (enam) bulan berturut-turut.
Apabila saldo rekening mencapai < Rp20.000,00 (Bank Umum) atau < Rp10.000,00 (BPR/Syariah), maka
rekening akan ditutup oleh sistem dengan biaya penutupan rekening sebesar sisa saldo
**) Bunga/Bonus Wadiah dihitung berdasarkan saldo harian dan tidak progresif dan dibayarkan mengikuti
periode pembayaran masing-masing bank.
Sumber : Website BI, http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/Indonesia/Contents/Default.aspx. ,
diakses Mei 2016).
Universitas Sumatera Utara
2) Fitur Customized (Optional) adalah fitur produk TabunganKu yang dapat
dipilih untuk diterapkan oleh bank. Bank dapat memberikan tambahan
fitur lainnya kepada produk TabunganKu seperti buku tabungan, lembar
statement, kartu ATM atau layanan jasa perbankan lainnya, selama tidak
melanggar kesepakatan bersama.
Sesuai dengan laporan TabunganKu yang berasal dari 74 Bank yang
memiliki produk Tabunganku diketahui bahwa sejak diluncurkan pada tahun
2010, jumlah rekening TabunganKu pada April 2014 tercatat sebanyak 12,49 juta
rekening.
Gambar 2.1. Grafik jumlah rekening TabnganKu 2010-2014
Sumber : Website BI, http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/Indonesia/Contents/Default.aspx.
b)
Layanan Keuangan Digital (LKD)
Menjawab tantangan kemudahan dan ketersediaan layanan keuangan di
seluruh wilayah Indonesia, Bank Indonesia telah melakukan kajian awal dan uji
Universitas Sumatera Utara
coba branchless banking yang diluncurkan pada Mei 2013. Uji coba dimaksud
dilakukan oleh 5 bank dan 2 telco pada 5 provinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Bali, dan Sumatera Selatan). Tujuan dari uji coba dimaksudkan
adalah untuk mencari apakah terdapat buying need dari masyarakat dan provider,
bentuk model bisnis, dan pengaturan yang sesuai dengan kondisi Indonesia.
Branchless banking ini terutama dilakukan dengan memanfaatkan tingginya
penggunaan telepon genggam, serta kerjasama dengan unit lokal atau agen.
Kegiatan uji coba yang berakhir pada November 2013 ini mendapat
apresiasi yang cukup baik dari masyarakat dan pelaku kegiatan uji coba. Hal ini
terlihat dari peningkatan jumlah transaksi, yaitu agen dan jumlah rekening
nasabah. Animo masyarakat untuk menabung cukup besar tercermin dari jenis
transaksi yang dilakukan didominasi oleh setoran tunai diikuti dengan transfer
dana.
Selanjutnya dari kajian di berbagai negara, disadari bahwa perbankan tidak
dapat melakukan kegiatan branchless banking dengan efisien secara sendiri,
namun dibutuhkan kerjasama dengan pihak lain, yaitu terutama perusahaan
telekomunikasi. Selain itu, tujuan semula yang hanya berupaya untuk memperluas
akses keuangan, kini semakin berkembang menjadi upaya peningkatan aktivitas
ekonomi berbasis teknologi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka
branchless banking diperluas menjadi Layanan Keuangan Digital (LKD). LKD
adalah kegiatan layanan jasa sistem pembayaran dan/atau keuangan terbatas yang
dilakukan tidak melalui kantor fisik, namun dengan menggunakan sarana
Universitas Sumatera Utara
teknologi antara lain mobile based maupun web based dan jasa pihak ketiga
(agen), dengan target layanan masyarakat unbanked dan underbanked
c)
Financial Identity Number (FIN)
Financial Identity Number (FIN) adalah nomor yang bersifat unik, inherent,
lifetime, simple, transparan dan interoperabilitas yang diberikan kepada
masyarakat unbanked people. FIN tersebut akan terkoneksi dengan e-KTP dan
informasi mengenai aset dan kewajiban sederhana dari pemegang FIN sehingga
mempermudah perbankan mengenali calon nasabah baru.
Tujuan Financial Identity Number (FIN) adalah untuk:
1) Mengurangi assymetric information & risk premium.
2) Mempermudah dan meningkatkan akses keuangan dari masyarakat.
3) Memudahkan lembaga keuangan dalam memperoleh informasi calon
nasabah/nasabah.
4) FIN merupakan salah satu program kerja dalam pilar SNKI tentang
Pemetaan Informasi Keuangan.
d)
Sistem Informasi Bagi Petani dan Nelayan (SIPN)
Dengan kondisi Indonesia sebagai negara agraris dan negara maritim.
Produktivitas sektor pertanian dan kelautan memberi kontribusi yang signifikan
terhadap perekonomian nasional, yaitu sekitar 13,3% dari PDB Q-IV 2013 atau
merupakan penyumbang ketiga terbesar PDB (BPS, 2013). Sementara itu data
BPS juga menunjukkan bahwa sektor ini menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu
berkisar 35% dari total tenaga kerja. Namun demikian, petani dan nelayan
memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah. Hal ini ditunjukkan dari data jumlah
Universitas Sumatera Utara
penduduk miskin dengan kategori bekerja mayoritas adalah petani sebesar 52,8%
(BPS, 2013).
Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, salah satunya adalah dalam
sektor pertanian terdapat kebutuhan informasi yang terkini dan tidak dapat diakses
dengan cepat. Adanya assymetric information ini mengakibatkan bargaining
position petani dan nelayan tersebut menjadi lemah. Oleh karena itu, dalam
rangka mengatasi permasalahan ini perlu dilakukan penyediaan sistem informasi
bagi petani dan nelayan, yaitu harga bahan input seperti harga pupuk, benih, obat
hama, informasi pendukung, seperti cuaca dan cara bercocok tanam/distribusi,
serta harga jual produk.
Penyediaan Sistem Informasi Bagi Petani dan Nelayan (SIPN) atau Mobile
Agriculture harus bersifat simple, user friendly dan dengan biaya yang terjangkau.
Salah satu model diseminasi informasi tersebut melalui telepon genggam. Hal ini
mengingat cukup tingginya pengguna telepon genggam di Indonesia.
Penyediaan informasi melalui SIPN ini nantinya juga akan membantu
menjaga stabilitas inflasi di daerah. Sebagai tahap awal pengembangan SIPN,
sistem informasi yang akan digarap adalah sektor pertanian. Sementara itu,
pengembangan tahap selanjutnya adalah sektor perikanan dan sektor lainnya.
SIPN juga akan dikembangkan ke arah lebih interaktif. Hal ini akan dilakukan
dengan bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi melalui
program Universal Service Obligation (USO), seperti Desa Pintar dan Internet
Masuk Desa.
Universitas Sumatera Utara
e)
Fasilitas Penyaluran Bantuan Pemerintah (GtoP)
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyaluran bantuan
pemerintah (G2P) serta meningkatkan keuangan inklusif di Indonesia, Bank
Indonesia bersama kementerian terkait menginisiasikan kegiatan penyaluran dana
G2P melalui Layanan Keuangan Digital (LKD). Sinergi keduanya memfasilitasi
penyaluran dana bantuan secara non tunai, yaitu melalui rekening uang elektronik.
Nantinya dana tersebut dapat diambil di agen LKD Bank yang ditunjuk dan
kedepannya point of cash out dana G2P diupayakan untuk diperluas pada kantor
cabang bank dan ATM.
Bagi Pemerintah, adanya diversifikasi lembaga pembayar dana G2P akan
mempercepat proses penyaluran, mendorong penurunan biaya penyaluran, dan
mempunyai value added karena akan disertai edukasi pengelolaan keuangan yang
baik sehingga diharapkan dapat membantu penerima dana G2P untuk mulai
belajar menyimpan uang.
Penyaluran dana G2P melalui LKD akan dimulai dengan pilot project
penyaluran dana Program Keluarga Harapan (PKH) yang diupayakan dapat
dilakukan pada akhir tahun 2014. Pilot project tersebut ditujukan untuk melihat
hambatan yang terjadi di lapangan sehingga dapat diupayakan solusi untuk
mengatasinya. Kegiatan pilot project tersebut dilakukan dengan melibatkan
koordinasi antara Bank Indonesia, Kemensos, Bappenas, TNP2K, dan bank
peserta pilot project.
Dari hasil pilot project tersebut diharapkan dapat memberikan masukan
bagi model bisnis yang akan diterapkan untuk mendukung implementasi pada
tahun 2015. Dengan implementasi tersebut akan menghubungkan masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
khususnya penerima dana G2P, sehingga mampu meningkatkan keuangan inklusif
di Indonesia.
f)
Remitansi
Remitansi mempunyai dampak positif bagi peningkatan keuangan inklusif,
beberapa kajian mengungkapkan remitansi sebagai bagian dari bentuk transfer
merupakan entry point keuangan inklusif. Dengan kemudahan melakukan transfer
dana, akan membantu mengarahkan unbanked menggunakan produk dan layanan
keuangan formal. Pengiriman uang dapat meningkatkan permintaan untuk
tabungan atau uang elektronik sebagai sarana untuk menyimpan uang lebih aman.
Selanjutnya,
dengan
tabungan
dan
uang
elektronik
tersebut, track
recordunbanked dapat dimonitor dan dianalisa untuk selanjutnya menjadi bagian
penting dalam rangka pemberian pembiayaan.
Meskipun biaya remitansi Indonesia cukup rendah dibanding rata-rata
dunia dan Asia, namun ditenggarai biaya keseluruhan untuk melakukan cashout cukup besar, hal ini disebabkan beberapa faktor, antara lain karena Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) lebih memilih menggunakan sarana remitansi informal
akibat kurangnya pengetahuan remitansi yang benar, kurangnya outlet cashin formal yang berada dalam jangkauan TKI dan masih terbatasnya outlet cashout sehingga membutuhkan biaya dan waktu, serta masih rendahnya tingkat
literasi keuangan TKI dan keluarganya.
F.
Rencana Kedepan Program Keuangan Inklusif pada KPW BI Sumut
Perencanaa kedepan yang ingin dilakukan Kantor perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Sumut dalam rangka pengembangan program LKD ialah
melakukan pemetaan potensi ekonomi Syariah berbasis kegiatan Islamic Financial
Universitas Sumatera Utara
Inclusion pada pondok pesantren didaerah Sumatera Utara. Setelah selesai
melakukan pemetaan, akan terpilih beberapa pondok pesntren yang potensial
untuk dikembangkan. Dan berdasarkan hasil pemetaan potensi tersebut Bank
Indonesia akan turut mengembangkan program LKD diwilayah Ponpes terpilih,
melalui sosialisasi LKD bersama perbankan serta implementasi agen LKD baru di
lingkungan Ponpes.
Universitas Sumatera Utara