fullpapers jipk77d7e76420full

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

STUDI KEGIATAN BUDIDAYA PEMBESARAN UDANG VANAME
(Litopenaeus
vannamei)
DENGAN
PENERAPAN
SISTEM
PEMELIHARAAN BERBEDA
STUDY of VANAME SHRIMP CULTURE (Litopenaeus vannamei) IN DIFFERENT
REARING SYSTEM
Sulastri Arsad*1, Ahmad Afandy2, Atika P. Purwadhi2, Betrina Maya V.2, Dhira K. Saputra1, Nanik Retno
Buwono1
1

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang 65145, Telp. 0341-553512
*E-mail of Corresponding author: [email protected]
2


Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan monitoring kualitas air di tambak budidaya udang vaname,
membandingkan efektivitas penerapan budidaya dengan sistem pemeliharaan berbeda pada tambak dan variasi
pemberian pakan. Pada kegiatan ini, empat tambak budidaya digunakan sebagai tempat pembesaran udang
vaname (Litopenaeus vannamei). Parameter yang diukur meliputi parameter fisika dan kimia yaitu suhu,
kecerahan, pH, oksigen terlarut, salinitas, amonia, dan alkalinitas; sedangkan performa pertumbuhan organisme
budidaya dilihat dengan cara menghitung tingkat kelulushidupan (survival rate) udang pada akhir pemeliharaan,
efisiensi konsumsi pakan melalui perhitungan FCR, dan laju pertumbuhan spesifik udang (SGR) dengan
menghitung ABW (Average Body weight) dan ADG (Average Daily Growth) udang. Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara keseluruhan kisaran kualitas air yang diperoleh masih dalam keadaan layak untuk
kegiatan budidaya dan bahkan Tambak 3 dan 4 menunjukkan kisaran optimum untuk kualitas air budidaya,
sedangkan untuk parameter performa pertumbuhan, pada Tambak 3 dan 4 diperoleh nilai SR lebih dari 80 %, dan
Tambak 1 dan 2 mempunyai SR di bawah 70 %. Selain itu, nilai FCR berada di bawah 1.7 pada tambak 3 dan 4,
sedangkan pada Tambak 1 dan 2 nilainya lebih dari 1.7. Terakhir untuk nilai SGR, Tambak 3 dan 4 juga
menunjukkan presentasi yang bagus jika dibandingkan Tambak 1 dan 2. Secara komprehensif, dapat disimpulkan
bahwa penerapan sistem pemeliharaan dengan menggunakan sistem flok pada Tambak 3 dan 4 meningkatkan
performa kualitas air dan hasil produksi dibandingkan pada Tambak 1 dan 2.
Kata kunci: udang, Litopenaeus vannamei, produksi, budidaya

Abstract

The aim of this study was to monitor water quality in vaname culture pond and compare the application
of different rearing culture system and feeding variations. Four ponds culture were used as vaname (Litopenaeus
vannamei) growth place. Measured parameters include physical and chemical factors such as temperature,
brightness, pH, DO, salinity, ammonia, and alkalinity, while growth shrimp performance showed by SGR, SR,
and FCR. The research result of the water quality parameters show an adequate range values for all of the ponds
and good enough for shrimp growth, and especially an optimum range value presented in pond three and four.
Survival rate (SR) both pond 3 and 4 exhibit a good presentation that is more than 80%, whereas pond 1 and 2
were just less than 70% of SR value. The specific growth rate (SGR) presents also a good presentation in Pond 3
and 4 rather than pond 1 and 2. Based on the feed consumption, pond 1 and 2 show high FCR that is more than
1.7 while pond 3 and 4 present smaller FCR value which is less than 1.7. Finally, it could be concluded that
application of floc in culture rearing system of pond 3 and 4 increase water quality and production value than
pond 1 and 2.
Keywords : vaname shrimp, culture, system, production

1|J I P K Vo l. 9 No .1 , Ap r il2 0 1 7
Diterima/submitted:25 Desember 2016
Disetujui/accepted:9 Maret 2017

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )


meretensi protein pakan sekitar 16.3-40.87

Pendahuluan
Budidaya merupakan salah satu

% dan sisanya dibuang dalam bentuk

kegiatan alternatif dalam meningkatkan

ekskresi residu pakan, serta feses (Hari et

produksi perikanan (Hikmayani et al.,

al., 2004). Oleh karena itu, manajemen

2012; Karuppasamy et al., 2013). Syarat

kualitas air selama proses pemeliharaan

terlaksananya kegiatan budidaya adalah


mutlak diperlukan. Beberapa parameter

adanya organisme yang dibudidayakan,

kulitas

media hidup organisme, dan wadah/ tempat

berpengaruh pada pertumbuhan udang

budidaya. Vaname merupakan salah satu

yaitu oksigen terlarut (DO), suhu, pH,

jenis udang yang sering dibudidayakan.

salinitas, amonia, dan alkalinitas (Wiranto

Hal


dan Hermida, 2010).

ini

disebabkan

memiliki

prospek

udang

dan

tersebut

profit

yang


air

yang

Salah

sering

satu

diukur

solusi

dan

terhadap

menjanjikan (Babu et al., 2014). Kegiatan


problematika kualitas air adalah penerapan

kultivasi

budidaya sistem flok dan pemberian

vaname

pembenihan

dan

meliputi

kegiatan

pembesaran.

Untuk


probiotik.

Prinsip

sistem

flok

yaitu

menghasilkan komoditas vaname yang

memanfaatkan bakteri sebagai sumber

unggul, maka proses pemeliharaan harus

nutrisi yang dikembangkan dalam sistem

memperhatikan


yang

heterotrof, yakni memanfaatkan limbah

meliputi asal dan kualitas benih; serta

nitrogen dari sisa pakan dan feses sebagai

faktor eksternal mencakup kualitas air

pemicu pertumbuhan bakteri yang nantinya

budidaya, pemberian pakan, teknologi

membentuk

yang digunakan, serta pengendalian hama

Karbohidrat mengandung organik karbon,


dan penyakit (Haliman dan Adijaya, 2005).

dan sumber organik karbon dapat diperoleh

Permasalahan utama yang sering

melalui penambahan sumber karbon dari

ditemukan

aspek

dalam

internal

(Avnimelech,

1999).


produksi

luar (seperti mollase). Karbon organik

udang vaname adalah buruknya kualitas air

yang ditambahkan akan berasosiasi dengan

selama masa pemeliharaan, terutama pada

nitrogen membentuk mikrobial protein.

tambak intensif. Padat tebar yang tinggi

Sedangkan probiotik merupakan konsep

dan pemberian pakan yang banyak dapat

pemberian pakan suplemen mikroba hidup

menurunkan kondisi kualitas air. Hal ini

yang menguntungkan bagi keseimbangan

diakibatkan

kualitas air (Fuller, 1992).

adanya

kegagalan

flok

akumulasi

bahan

organik (Yuniasari, 2009), karena udang
2|J I P K Vo l. 9 No .1 , Ap r il2 0 1 7
Diterima/submitted:25 Desember 2016
Disetujui/accepted:9 Maret 2017

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

Tujuan dari penelitian ini yaitu

Penelitian budidaya udang vaname

untuk melakukan monitoring kualitas air di

(Litopenaeus

tambak budidaya intensif udang vaname

empat tambak berbeda dengan rincian

yang menerapkan aplikasi sistem flok

lokasi, luasan dan padat tebar, serta sistem

maupun tidak, membandingkan efektivitas

manajemen tambak yang berbeda. Tambak

penerapan

sistem

1 adalah tambak intensif yang dilengkapi

pemeliharaan berbeda pada tambak dan

saluran inlet dan outlet, dan ditambah

variasi pemberian pakan.

dengan adanya 3 buah kincir air dengan 4-

budidaya

dengan

vannamei)

dilakukan

di

6 deret rangkaian blower aerator yang
terhubung

Materi dan Metode

dengan

generator,

dan

monitoring

pergantian air dilakukan pada saat tertentu

vaname

yaitu ketika terjadi penurunan kualitas air.

dilakukan di beberapa lokasi tambak.

Kincir berfungsi dalam mensuplai oksigen

Waktu penelitian bervariasi yaitu antara

dan

Juli – September 2015 dan Juli-September

sehingga terjadi percampuran massa air

2016.

dan penurunan suhu. Tambak 2 merupakan

Kegiatan
aktivitas

penelitian

budidaya

udang

melakukan

pengadukan

tambak

Tabel 1. Detail data budidaya udang vaname di masing-masing tambak

Parameter

Area Tambak
1

2

3

4

Luas tambak (m²)

2150

1821

3287

1000

Jumlah tebar awal (ekor)

350000

216000

368390

82500

Padat tebar (ekor/m²)

162

151

113

83

Total Pakan (kg)

5100

8361

5200

1200

FCR

1.75

2.64

1.61

1.12

ADG (g/hari)

0.17

0.03

0.12

0.08

Size (ekor/ kg)

70

46

46

25

Periode kultur (hari)

60

3|J I P K Vo l. 9 No .1 , Ap r il2 0 1 7
Diterima/submitted:25 Desember 2016
Disetujui/accepted:9 Maret 2017

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

tambak yang dalam pengelolaan air masih

pematang tambak, dan pengolahan lahan.

melakukan pergantian air dan pemberian

Selain itu, seleksi benih juga perlu

vitamin

pemeliharaan.

diperhatikan. Benih udang (benur) yang

Tambak 3 adalah tambak yang sistem

digunakan harus memiliki SPF (Spesific

kulturnya menerapkan semi-flok, artinya

Pathogen Free), PL 8-9, tahan terhadap

pertumbuhan

autotrof

perubahan lingkungan dan tahan terhadap

(fitoplankton) distimulasi yang selanjutnya

penyakit. Menurut (Haryanti et al., 2003;

disertai dengan pemberian probiotik secara

Kordi dan Tancung, 2007) ciri benih udang

berkala

budidaya.

yang bagus diantaranya ukuran benih

Kemudian Tambak 4 yaitu tambak yang

seragam, panjang benih > 6 mm, aktif

menerapkan prinsip teknologi bioflok yang

berenang secara menyebar dan melawan

bersifat zero water system, yakni tidak ada

arus, tubuh berwarna bening transparan,

pergantian air selama masa pemeliharaan.

serta terbebas dari infeksi virus dan

Sumber air untuk tambak diperoleh dari air

bakteri.

laut menggunakan pompa sedot.

dilakukan pada saat pagi atau sore hari

selama

masa

organisme

ke

dalam

Tahapan

petak

manajemen

Selanjutnya

penebaran

benih

budidaya

untuk menghindari suhu yang terlalu

pembesaran vaname mencakup persiapan

tinggi. Hal ini untuk menghindari stress

tambak, penebaran benur dan aklimatisasi,

pada benih. Sebelum dimasukkan ke

monitoring pakan, monitoring kualitas air,

tambak,

dan

tahapan

dahulu dengan cara meletakkan plastik

teknik

berisi benur ke atas air tambak. Proses ini

pembesaran udang vaname di lapangan:

berlangsung sekitar 15 menit. Tahapan

Persiapan tambak merupakan kegiatan

selanjutnya adalah pemberian pakan, pakan

awal yang sangat menentukan keberhasilan

yang diberikan berupa tepung ikan dan

budidaya.

pellet hingga umur benur mencapai 2

pemanenan.

rancangan

Berikut

penelitian

Oleh

dalam

karena

itu

dalam

benih

diaklimatisasi

terlebih

persiapannya harus dilakukan secara benar

minggu

dan maksimal. Persiapan tambak yang baik

sebanyak 2 kali untuk PL 1-15, 4 kali

akan mendukung tingkat kelulus hidupan

untuk benur PL 16-70, dan 5 kali untuk PL

(survival rate) dan tingginya produksi hasil

71-120 setiap harinya. Prinsip pemberian

panen.

mencakup

pakan adalah 5 % dari berat tubuhnya

konstruksi tambak, desain petakan tambak,

setiap hari. Apabila setiap pengecekan

saluran pemasukan dan pengeluaran air,

anco pakan selalu habis, maka diberikan

Persiapan

tambak

dengan

intensitas

pemberian

4|J I P K Vo l. 9 No .1 , Ap r il2 0 1 7
Diterima/submitted:25 Desember 2016
Disetujui/accepted:9 Maret 2017

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

tambahan 5% pakan, tetapi jika sebaliknya,

budidaya, hama yang menjadi penggangu

maka

5%.

yaitu kepiting dan moluska. selain itu

Treatment pemberian variasi pakan juga

adanya virus seperti IMNV dan WSSV

dilakukan di Tambak 2 yaitu pemberian

dapat menyebabkan penyakit. Penyakit ini

ekstrak bawang putih dan vitamin yang

biasa muncul pada saat musim panas pada

dicampurkan pada pakan saat udang

tambak yang mempunyai kualitas air labil

vaname mencapai umur 15 hari. Vitamin

dan menyebabkan fluktuasi pH dan suhu

berguna dalam meningkatkan daya tahan

yang

udang sedangkan ekstrak bawang putih

ambahkan bahwa virus IMNV dapat

berfungsi sebagai antibiotik dan mencegah

menyebabkan penyakit busuk pada otot

pertumbuhan bakteri patogen di tambak.

dengan tanda klinis perubahan warna otot

Untuk Tambak 3 dan 4 diberi variasi pakan

menjadi

pellet+mikrobial flok pada sistem semi-

perubahan warna kemerahan. Pembusukan

flok

sangat

otot dimulai dari bagian ekor. Penyakit ini

aktivitas

mengakibatkan kematian massal udang

pengontrolan kualitas air, yakni dilakukan

pada saat umur udang terserang mulai dari

setiap hari/ minggu secara kontinyu.

30 hari. Tahapan terakhir dalam kegiatan

Pengendalian

penyakit

budidaya adalah pemanenan. Pemanenan

merupakan faktor pendukung keberhasilan

dilakukan apabila berat udang sudah

pakan

dan

dikurangi

bioflok.

menentukan

juga

hama

Hal

sebesar

yang

adalah

dan

tinggi.

putih

Taslihan

susu,

(2012)

diikuti

men-

terjadi

Gambar 1. Grafik SR dan ABW udang vaname pada sistem kultur berbeda

5|J I P K Vo l. 9 No .1 , Ap r il2 0 1 7
Diterima/submitted:25 Desember 2016
Disetujui/accepted:9 Maret 2017

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

mencapai ukuran konsumsi atau ketika

Musfiqon, 2012), sedangkan data sekunder

terjadi infeksi penyakit pada tambak

didapatkan

pemeliharaan.

terdahulu dan jurnal (Hartono, 2014).

Kualitas air yang diukur meliputi

dari

laporan

penelitian

Pengukuran kualitas air menggunakan

parameter fisika mencakup suhu dan

metode

kecerahan; parameter kimia berupa pH,

oksigen terlarut dan suhu menggunakan

salinitas, oksigen terlarut (DO), amonia,

DO meter (Kamsuri et al., 2013), salinitas

dan alkalinitas; serta parameter biologi

(Satria et al., 2014), pH (SNI, 2004),

yaitu rasio konversi pakan (FCR), kontrol

amonia (SNI, 2005), survival rate (Velasco

pertumbuhan udang melalui pengukuran

et al., 1999), FCR (Zakes et al., 2006),

laju pertumbuhan spesifik (SGR), dan

SGR

kelulushidupan

penumbuhan flok (Arsad et al., 2012).

(SR).

Pengukuran

diantaranya

(Hidayat

et

pada

al.,

pengukuran

2014),

dan

parameter kualitas air fisika dan kimia
dilakukan setiap hari, kecuali untuk amonia

Hasil dan Pembahasan

dan alkalinitas diukur setiap minggu sekali.

Performa Pertumbuhan Udang Vaname

Peralatan yang digunakan untuk

Hasil akhir yang diharapkan dari

mengontrol kualitas air yaitu DO meter,

kegiatan

budidaya

secchi disk, hand refractometer, pH meter,

kelulushidupan

titrasi burette, timbangan digital, kamera,

didapatkan produksi panen yang maksimal.

imhoff cone, mikroskop, seser, anco, dan

Selain itu, bobot kultivan yang besar

spektrofotometer.

menambah keuntungan dalam pemasaran.

yang

adalah

tingkat

tinggi

sehingga

Metode yang digunakan adalah

Hal ini diimbangi dengan penggunaan

metode deskriptif, yaitu metode yang

pakan. Adanya efesiensi pakan selama

menggambarkan fakta atau karakteristik

masa pemeliharaan menurunkan biaya

populasi tertentu secara aktual dan cermat

budidaya sehingga dapat meningkatkan

untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat

profit. Tabel 1 dan Gambar 1 menunjukkan

atau permasalahan yang ada (Nazir, 2003;

detail data tambak yang digunakan serta

Suyastiri, 2008; Sugiyono, 2010; Suryana,

menunjukkan

2010). Teknik pengumpulan data meliputi

udang vaname selama masa pemeliharaan.

pengumpulan

data

primer

dan

data

Tingkat

performa

pertumbuhan

kelulushidupan

udang

sekunder. Data primer diperoleh melalui

paling rendah pada Tambak 1 yaitu sekitar

observasi dan wawancara (Aedi, 2010;

58% dan paling tinggi pada Tambak 4
6|J I P K Vo l. 9 No .1 , Ap r il2 0 1 7
Diterima/submitted:25 Desember 2016
Disetujui/accepted:9 Maret 2017

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan (ISSN: 2085-5842 )

sebesar 90%. Rendahnya survival rate

mempengaruhi aktivitas prophenoloxydase

pada

dikarenakan

dan fagositis sel hyaline (Yeh et al., 2010).

sehingga

Survival rate dikategorikan baik apabila

meningkatkan kompetisi dalam tambak.

nilai SR> 70%, untuk SR kategori sedang

Selain

tinggi

50-60%, dan pada kategori rendah nilai SR

menyebabkan tingginya kadar amonia yang