Uji Infeksi Phaeophleospora Sp. Pada Klon Hibrid Eucalyptus Grandis X Eucalyptus Urophylla Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Eucalyptus spp
Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman
Eucalyptus spp. antara lain:
1. Penyakit pada akar
a. Busuk akar Phytophthora
Penyakit

ini

disebabkan

oleh

Phytophthora

cinnamomi

dan


Phytophthora nicotianea di Afrika Selatan. Gejala dari phon yang
terinfeksi pada umumnya daun yang layu. Hal ini diikuti dengan
busuknya kambium akar dan pangkal akar. Kulit dari akar biasanya
terkelupas.

Jika

pangkal

akar

terinfeksi,

pohon

akan

mati

(SAPPI, 2014).

2. Penyakit pada batang
a. Busuk Botryosphaeria
Penyakit ini disebabkan oleh Botryosphaeria eucalyptorum dan
Botryosphaeria ribis. Banyak gejala yang diasosiasikan dengan infeksi
Botryosphaeria pada Eucalyptus. Gejala yang umum adalah kematian
pada pucuk pohon dan ini menyebabkan infeksi pada hati kayu dan
perubahan warna kayu yang dilapisi oleh bagian luar kayu yang sehat
(SAPPI, 2014).
b. Busuk Cryphonectria
Ada dua spesies yang menyebabkan penyakit ini di Afrika Selatan.
Cryphonectria eucalypti yang merupakan patogen minor dan
Cryphonectria

cubensis

yang

merupakan

patogen


major.

Universitas Sumatera Utara

Cryphonectria

yang

disebabkan

Cryphonectria

cubensis

pada

umumnya membunuh pohon muda pada dua tahun pertama
pertumbuhan dengan terkelupasnya pangkal batang. Pohon yang
berpenyakit ini biasanya tiba-tiba mati pada musim panas (SAPPI,

2014).
c. Busuk Coniothyrium
Coniothyrium zuluensi adalah agen penyebab penyakit ini. Infeksi
yang dapat dikenali adalah adanya spot-spot kecil pada jaringan muda
dan hijau batang. Luka ini akan bersatu dan menimbulkan tonjolan
yang besar berwarna hitam pada kulit kayu (SAPPI, 2014).
3. Penyakit pada daun
a. Foliar spot dan foliar blight
Penyakit ini disebabkan oleh Cylindrocladium sp., merupakan patogen
yang menyerang tanaman Eucalyptus sp. Cylindrocladium sp.
merupakan salah satu jenis dari marga Calonectria de Not. yang
menyebabkan penyakit pada pembibitan dan pada tanaman termasuk
akar dan leher akar, hawar tunas, hawar daun dan bercak daun
(Old, 2003).
b. Hawar pucuk
Penyakit ini disebabkan oleh Cryptosporiopsis eucalypti. Gejala
penyakit ini berkembang di sekitar daun dan batang Eucalyptus spp.,
biasanya tersebar secara menyeluruh, lembut dan berwarna coklat, luka
nekrotik yang menjalar, bentuknya bundar dengan diameter 1-2 cm.


Universitas Sumatera Utara

Luka yang berat ditunjukkan dengan warna coklat tua atau abu- abu di
seluruh permukaan daun (Old, 2003).
c. Penyakit Mycosphaerella
Penyakit yang ditimbulkan berupa bintik daun, bisul dan kerut daun
yang disebabkan oleh Mycosphaerella. Tetapi marga ini belumlah pasti
ditemukan pada tanaman Eucalyptus sp., karena banyak variasi gejala
yang ditunjukkan oleh infeksi Mycosphaerella dengan hasil yang
berbeda dalam hal ukuran luka, warna dan morfologi. Daun yang
terinfeksi akan berkembang menjadi bintik dan bisul (Old, 2003).
d. Penyakit Phaeophleospora
Penyakit ini disebabkan oleh Phaeophleospora yang biasanya terdapat
pada pembibitan dan menjangkit penanaman jenis tertentu. Gejala
yang ditunjukkan berupa bercak daun berwarna kemerahan pada
permukaan atas daun dan adanya spora berwarna hitam pada bagian
permukaan bawah daun.
e. Penyakit Pestalotia
Penyakit ini disebabkan oleh Pestalotia sp. Serangan Pestalotia pada
daun menimbulkan gejala bercak yang dimulai dari tepi daun ujung,

yang kemudian meluas ke tengah daun. Serangan fase awal hampir
selalu terjadi di ujung daun. Diduga bahwa stoma di daerah ujung
memberikan kondisi yang kondusif bagi perkembangan konidiaspora.

Universitas Sumatera Utara

Penyakit daun Phaeophleospora
Penyakit ini disebabkan oleh Phaeophleospora yang biasanya terdapat
pada pembibitan dan menjangkit penanaman jenis tertentu. Gejala yang
ditunjukkan berupa bercak daun berwarna kemerahan pada permukaan atas daun
dan adanya spora berwarna hitam pada bagian permukaan bawah daun. Apabila
satu daun tanaman telah terinfeksi patogen ini maka akan terjadi penularan
penyakit pada daun yang berdekatan hingga dapat mengakibatkan kematian bibit
tanaman. Penularan sering kali terlihat dimulai dari bagian pangkal bibit tanaman
hingga mencapai daun bagian ujung tanaman. Patogen ini biasanya berada di
bawah tajuk pohon dan dapat menyebabkan penghancuran secara signifikan pada
semai di pembibitan (Old, 2003).
Penyakit ini umumnya ditemukan pada tanaman Eucalyptus di Sumatera
Utara. Plot percobaan dari E. globulus di Habinsaran terinfeksi dalam jumlah
besar. Penyakit ini biasanya ditemukan pada daun dewasa, terutama pada bibitbibit yang persediaannya berlebih. Penyakit ini dikenali dengan bercak warna

ungu hingga ungu kecoklatan. Jika level infeksi sudah tinggi, penyakit ini dapat
menyebabkan gugurnya daun pada usia muda (Alfenas, 1993).
Menurut Simpson (2005) ada lima spesies Phaeophleospora yang
diketahui menyerang tanaman Eucalyptus, antara lain:
a. P. delegatensis
b. P. destructans
c. P. epicoccoides
d. P. eucalypti
e. P. lilianiae

Universitas Sumatera Utara

Phaeophleospora

destructans

juga

dikenal


sebagai

Kirramyces

destructans terkait dengan penyakit hawar daun pada Eucalyptus grandis berusia
satu tahun hingga tiga tahun di Sumatera Utara, Indonesia. Spesies ini adalah
patogen agresif yang dapat menyebabkan hawar daun yang luas pada daun muda
dan gugurnya daun pada usia muda sebagai akibat dari nekrosis daun dan tangkai
daun. Patogen ini ditemukan pada tahun 2000, menyerang perkebunan klonal E.
camaldulensis di timur Thailand dan pada tahun 2002 ditemukan untuk pertama
kalinya di beberapa lokasi, meliputi selatan, tengah dan utara Vietnam, pada
spesies E. camaldulensis, E. urophylla dan klon hibrid. Penyebaran yang cepat
menunjukkan adanya serangan patogen ke tanaman hingga bahkan menyerang
benih, dan hal ini berpotensi sebagai ancaman serius bagi Eucalyptus di Asia
Tenggara dan, mungkin, vegetasi asli dan perkebunan di utara Australia yang
berdaerah tropis. Dalam rangka untuk membantu mengatasi penyakit ini, klon
toleran dipilih dan ditempatkan di Sumatera (Barber, 2004).
Phaeophleospora epicoccoides merupakan salah satu patogen daun yang
paling banyak dilaporkan dan diteliti di dunia, terjadi pada berbagai spesies di
banyak negara termasuk dari daerah subtropis. Dianggap sebagai patogen yang

menyerang pembibitan di Australia dan India, menyebabkan kematian tanaman di
Malawi dan Afrika Selatan, defoliasi perkebunan di Australia dan kerusakan yang
signifikan di pembibitan dan perkebunan di Indonesia. Gejala yang ditimbulkan
bervariasi, spora dapat tersebar, dan menginfeksi bibit dan kebun klonal di
pembibitan dengan sanitasi yang buruk (Barber, 2004).
P. epicoccoides dan P. destructans memiliki perbedaan pada warna dan
tekstur. P. epicoccoides padat, pertumbuhannya lambat, dan berwarna gelap,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan P. destructans berwarna kemerahmudaan, pertumbuhannya lambat,
dan agak lembut. Dibandingkan dengan spesies lain, spora P. Epicoccoides
pendek, lebar, multisepta, dan berwarna hijau, sedangkan spora P. Destructans
lebih panjang dan lebih tipis (Burgess, 2004).
P. epicoccoides dominan ditemukan pada daun yang mulai menua dan
menyebabkan daun gugur lebih cepat. Fungi ini tidak digolongkan sebagai
patogen mayor. P. destructans adalah patogen mayor yang menyerang daun muda
pada pembibitan, pada tanaman induk, dan pada areal penanaman. Bibit yang
terinfeksi, tanaman induk, dan stek pada pembibitan dapat rusak total pada kondisi
lembab. Material terinfeksi yang dapat bertahan di lapangan, pada akhirnya

kondisi pertumbuhan terganggu dan tidak stabil (Burgess, 2004).
Tampilan dan tingkat keparahan luka pada daun Eucalyptus umumnya
digunakan untuk mengenali spesies Phaeophleospora yang menyebabkan
penyakit. Namun, gejala infeksi yang disebabkan oleh P. epicoccoides, P.
eucalypti dan P. destructans hampir identik dan sering terjadi kesalahan analisis,
tergantung pada inang dan iklim. Selain itu, identifikasi P. eucalypti dan P.
destructans berdasarkan morfologi konidia agak sulit karena ukuran spora
bervariasi tergantung pada spesies inang. Sebuah teknik diagnostik molekuler
yang sederhana dan akurat akan sangat membantu dalam membedakan antara
spesies ini dibandingkan dengan teknik konvensional melalui pangamatan
morfologi (Andjic, 2007).
Daun berpenyakit Destructans dan hawar pucuk yang disebabkan
P.destructans adalah penyakit utama yang menyerang Eucalyptus di area Danau
Toba. Penyakit ini sudah diteliti di Aek Nauli, kira-kira sepuluh tahun yang lalu.

Universitas Sumatera Utara

Salah satu pertanyaan penting yang telah dikemukakan dalam beberapa tahun
terakhir adalah apakah kerentanan setiap klon berbeda di tempat yang berbeda. Ini
dikarenakan genotipe yang terbentuk karena interaksi lingkungan menentukan

apakah klon yang resisten terhadap penyakit destructans dan hawar pucuk dapat
efektif di satu area namun tidak di area lain (Wingfield, 2006).
Ketika banyak yang sudah dipelajari tentang penyakit destructans dan
hawar pucuk selama lima belas tahun terakhir, masih banyak pertanyaan yang
memerlukan jawaban. Mungkin hal terpenting dari hal tersebut adalah untuk
mengetahui hubungan antara stress dan gejala penyakit yang tampak. Dalam hal
ini, sekarang dapat dikenali tentang ada klon-klon yang memiliki kerentanan
tinggi terhadap infeksi dan hal ini menyebabkan tanaman berpenyakit, terlepas
dari kondisi pertumbuhannya. Juga diketahui bahwa klon-klon yang terbebas dari
kondisi stress pada saat percobaan mengalami pertumbuhan yang buruk pada saat
ditanam di area dengan kondisi stress (Wingfield, 2010)

Universitas Sumatera Utara