Alih Kode Tuturan Penjual Dan Pembeli Di Pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasar Puan Maimun yang terletak di jalan
Pasar Baru Puan Maimun Sei Lakam Timur, Kecamatan Karimun, Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Pasar Puan Maimun merupakan salah satu
pasar yang ada di Tanjung Balai Karimun. Alasan peneliti memilih Pasar Puan
Maimun karena pasar ini merupakan salah satu pasar terbesar yang ada di
Tanjung Balai Karimun memiliki dua unit bangunan permanen yang masingmasing dibangun dua lantai dan disana terdapat beragam suku dengan bahasa
yang berbeda.
3.1.2 Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian mulai dari tanggal 20 Februari 2016 sampai
dengan April 2016. Penelitian ini dilakukan sekitar 2 bulan. Pada minggu
pertama, yang pertama peneliti lakukan adalah observasi kurang lebih selama 2
hari. Setelah dilakukan observasi peneliti mulai mengumpulkan data berupa
percakapan antara penjual dan pembeli kurang lebih selama 2 bulan. Kemudian
setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data kurang lebih
selama 1 bulan.
3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat tutur yaitu penjual dan
pembeli di Pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun. Pasar Puan Maimun

Universitas Sumatera Utara

terdiri dari dua bangunan, yaitu Blok A dan Blok B. Bangunan Blok A untuk
pedagang sandang dan garmen, terdiri dari 143, sedangkan bangunan Blok B
untuk pedagang basah seperti ikan dan sayuran memiliki jumlah lapak 372 dan 56
kios. Jadi jumlah populasi penjual di pasar Puan Maimun lebih kurang 571.
Peneliti mengambil sampel 30 penjual dan 37 pembeli secara acak (random)
yang ada di pasar Puan Maimun untuk diteliti karena menurut Roscoe dalam
Sugiyono (2007) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30500. Berdasarkan hal tersebut, untuk efisiensi tenaga, waktu dan biaya maka
besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 sampel.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
metode simak dengan teknik lanjutan yaitu teknik simak bebas libat cakap dan
teknik rekam. Teknik simak bebas libat cakap adalah peneliti sebagai pengamat
pengguna bahasa dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh informan dalam
proses berdialog dan peneliti merekam tanpa sepengetahuan penutur peristiwa
tuturan alih kode yang terjadi di Pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun

agar tuturan yang dilakukan alami. Dalam penelitian ini juga digunakan metode
cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode padan. Metode
padan adalah alat penentunya diluar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari
bahasa (langue) yang bersangkutan ( Sudaryanto,1993: 13). Di dalam alih kode
yang menjadi objek penelitiannya adalah isi tuturan masyarakat yang berupa
percakapan antara satu sama lain, maka alat penentunya menggunakan referen

Universitas Sumatera Utara

bahasa, kemudian teknik dasarnya disesuaikan dengan alat penentunya yaitu
dengan menggunakan teknik pilah unsur penentu yang dimiliki suatu alat yang
bersifat mental yang dimiliki peneliti (Sudaryanto, 1993:21). Teknik lanjutan
adalah teknik hubung banding membedakan tuturan yang disampaikan oleh
peserta tutur saat transaksi jual beli berlangsung (berbahasa Melayu dan bahasa
Indonesia atau sebaliknya). Analisis data Analisis data dapat dilihat pada alih
kode dalam peristiwa tutur di bawah ini:
(3) Alih kode pada peristiwa tutur ini terjadi antara penjual, pembeli baju batik
dan handuk di pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.

Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual, Pembeli 1, dan pembeli 2.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli baju batik dan handuk.
Percakapan biasa.
Penyampaian penjual kepada pembeli yang
mencari baju batik dan handuk.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).


Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Peristiwa Tutur
Penjual

: Nak carik ape, Buk?
Mau cari apa, Bu?
‘Bu, mau cari apa?’

Pembeli 1

: Ade baju batek yang motif bunge- bunge tak?

Ada baju batik KONJ. motif bunga- bunga NEG.?
‘Ada baju batik yang motif bunga-bunga tidak?’

Universitas Sumatera Utara

Penjual

: Ade Buk, nak ukuran ape?
Ada Bu, mau ukuran apa?
‘Ada Bu, mau ukuran apa?’

Pembeli 1

: Ukuran M.
Ukuran M.
‘Ukuran M’.

Penjual

: Kalo ukuran M tak ade, Buk.

Kalau ukuran M NEG. ada, Bu.
‘Kalau ukuran M , tidak ada Bu.’

Pembeli 2

: Ade handuk, Kak ?
Ada handuk, Kak ?
‘Kak, ada handuk?’

Penjual

:Ade di sana.
Ada PRE. sana.
‘Ada di sebelah sana.’

Pembeli 2

: Bisa lihat dulu, Kak?
‘Bisa lihat dulu, Kak?
‘Kak, bisa lihat dulu?’


Penjual

: Bisa, tunggu sebentar ya.
Bisa, tunggu sebentar ya.
‘Bisa, tunggu sebentar ya’.

Dari contoh tersebut terjadi alih kode pada peristiwa tutur antara penjual
dan pembeli yang awalnya menggunakan bahasa Melayu. Namun, di tengah
percakapan, hadir pembeli kedua yang

berkomunikasi dengan penjual

menggunakan bahasa Indonesia dan penjual pun menanggapinya dengan
meakukan alih bahasa yaitu beralih dari bahasa Melayu ke dalam bahasa
Indonesia sampai akhir percakapan.Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih
bahasa dari bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia yang berwujud frasa.
Penyebab alih kode ini karena penjual dan pembeli pertama dari etnis melayu
tetapi mereka tetap menguasai bahasa Indonesia, sedangkan pembeli kedua bukan


Universitas Sumatera Utara

dari etnis melayu sehingga terjadi alih kode dari bahasa Melayu ke bahasa
Indonesia. Alih kode ini karena karena hadirnya orang ketiga.
(4) Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli ikan di pasar Puan
Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli ikan.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli ikan.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual

dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Peristiwa Tutur
Pembeli

: Berapa harga ikan satu kilo, Buk?

Berapa harga ikan NUM kilo, Buk?
‛Bu, berapa harga ikan satu kilogram?’

Penjual

: Due puluh lime ribu.
NUM.
ribu.
‛Dua puluh lima ribu’.

Pembeli

: Tak kurang lagi, Buk. Nak ambel tige kilo?
NEG. kurang lagi, Bu. Mau ambil NUM. kilo?
‛Mau ambil tiga kilo, Bu. Tidak kurang lagi?’

Penjual

: Boleh, tapi
kurang siket aje.

Boleh, KONJ. kurang sedikit aja .
‛Boleh, tapi kurang sedikit aja’.

Universitas Sumatera Utara

Dari contoh tersebut terjadi alih kode pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Indonesia, tetapi penjual menanggapinya menggunakan
bahasa Melayu. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Melayu. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke
bahasa Melayu yang berwujud Kalimat. Penyebab terjadinya alih kode ini
disebabkan karena karena pembeli menghormati penjual yang kebetulan usianya
lebih tua dan pembeli juga ingin menciptakan suasana santai dan akrab saat
transaksi jual beli berlangsung. Alih kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.
3.5 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Metode dan teknik penyajian hasil analisis data dikenal dengan dua cara,
yaitu metode informal dan formal. Metode informal adalah adalah perumusan
dengan kata-kata, sedangkan metode formal adalah perumusan dengan tanda dan
lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Penyajian secara formal dengan
menggunakan lambang huruf sebagai singkatan kata (DET, NEG, NUM, PRE),
dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dikemukakan dalam bab IV ini meliputi bentuk
tuturan penjual dan pembeli di pasar Puan Maimun dan faktor penyebab
terjadinya alih kode di pasar Puan Maimun. Bentuk alih kode dalam tuturan
penjual dan pembeli di pasar Puan Maimun yang terjadi adalah berupa alih bahasa
yang meliputi: alih bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia dan alih bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Melayu.
Subdialek Melayu dapat dibagi menjadi dua subdialek, yaitu subdialek
Daratan dan subdialek Kepulauan. Subdialek Daratan mempunyai ciri-ciri
fonologis yang berdekatan dengan bahasa Melayu Minangkabau, sedang
subdialek Kepulauan mempunyai ciri fonologis yang berdekatan dengan bahasa
Melayu Malaysia.
Bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Riau terdapat perbedaan yaitu kedua
subdialek ini ditandai dengan kata-kata yang dalam bahasa Indonesia merupakan
kata-kata yang berakhir dengan vokal /a/; pada subdialek Daratan diucapkan
dengan vokal /o/, sedang pada subdialek Kepulauan diucapkan /?/. Beberapa
contohnya antara lain yaitu penyebutan kata /bila/, /tiga/, /kata/ dalam Bahasa
Indonesia akan menjadi demikian dalam Bahasa Riau Daratan: /bilo/, /tigo/,
/kato/. Sementara dalam Bahasa Riau Kepulauan menjadi: /bile/, /tige/, /kate/.
Jadi, kesan pertama bila berhadapan dengan dialek Melayu Riau (Kepulauan)
adalah tingginya frekuensi kemunculan vokal /e/ pada kata-kata bersuku terbuka
dan tiadanya vokal yang sama pada suku yang tertutup konsonan, seperti bahasa
Indonesia dialek Jawa. Vokal yang lain juga memiliki distribusi yang khas.

Universitas Sumatera Utara

Kekhasan lainnya adalah perbedaan artikulasi pada konsonan getar uvular /R/
yang berbeda dengan getar ujung lidah yang terdapat dalam bahasa Indonesia.

4.1 Bentuk Alih Kode dalam Tuturan Penjual dan Pembeli di Pasar Puan
Maimun Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau
Bentuk alih kode yang terjadi adalah berupa alih bahasa yang meliputi:
alih bahasa Indonesia ke dalam bahasa Melayu dan alih bahasa Melayu ke dalam
bahasa Indonesia.
4.1.1 Alih bahasa Melayu ke dalam bahasa Indonesia
(5) Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli bawang merah di
pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli bawang merah.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli bawang merah.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Peristiwa Tutur
Pembeli

: Berape bawang merah se
kilo?
Berapa bawang merah NUM kilogram
‛Berapa bawang merah satu kilogram?’

Universitas Sumatera Utara

Penjual

: Bede- bede harge bu.
Beda- beda harga bu?
‛Berbeda- beda harga bu’

Pembeli

: Kalo yang ini berape?
Kalau yang DET berapa?
‛Kalau yang ini berape?’

Penjual

: Lima belas ribu, bu.
NUM
bu.
‛Lima belas ribu, bu.

Pembeli

: Beli
se
kilo
aja, bu.
AKT.beli NUM kilogram aja, bu.
‛bu, beli satu kilogram aja’.

Penjual

: Yang lain bu, bawang putih, cabe, tomat?
Yang lain bu, bawang putih, cabai, tomat?
‛Yang lain bu, bawang putih, cabai, tomat?’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu di tengah pada awal
percakapan pembeli

menggunakan

bahasa

Melayu

dan

penjual pun

menanggapinya menggunakan bahasa Melayu. Di tengah percakapan pembeli
beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu. Bentuk alih kode yang
terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia yang berwujud
frasa. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan karena pembeli ingin
menciptakan suasana santai dan akrab saat transaksi jual beli berlangsung. Alih
kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.

(6) Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli kaos kaki di pasar
Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli kaos kaki.

Percakapan
Tujuan

Membeli kaos kaki.

Universitas Sumatera Utara

Bentuk Ujaran

Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual

Kunci

dan pembeli.
Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.

Peristiwa tutur
Penjual

: Ape cari bu?
Apa cari bu?
‛Apa cari bu?’

Pembeli

: Ada kaos kaki warna hitam?
Ada kaos kaki warna hitam?
‛Ada kaos kaki warna hitam?’

Penjual

: Ada bu,mau berapa pasang?
Ada bu, mau berapa pasang?
‛Ada bu, mau berapa pasang?’

Pembeli

: Berapa harganya sepasang?
Berapa harganya sepasang?
‛Berapa harganya sepasang?’

Penjual

: Sepuluh ribu bu.
NUM
bu.
‛Sepuluh ribu.’

Dari tututran di tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan penjual
menggunakan bahasa Melayu tetapi pembeli menanggapinya menggunakan
bahasa Indonesia. Akhirnya penjual beralih kode dari bahasa Melayu ke bahasa
Indonesia. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Melayu ke
bahasa Indonesia yang berwujud frasa. Penyebab terjadinya alih kode ini

Universitas Sumatera Utara

disebabkan karena penjual ingin menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh
pembeli dan alih kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.
(7) Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli gelas di pasar Puan
Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli gelas.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli gelas.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.

Peristiwa tutur
Pembeli

: Berape harge gelas ni
se
lusin?
Berapa harga gelas DET NUM lusin?
‛Berapa harga gelas ini satu lusin?’

Penjual

: Satu lusin enam puluh lima ribu, bu.
NUM lusin
NUM
ribu bu.
‛Satu lusin enam puluh lima ribu, bu.’

Pembeli

: Ngak bisa kurang bu, mau ambil dua lusin.
NEG bisa kurang bu, mau ambil NUM lusin.
‛Tidak bisa kurang bu, mau ambil dua lusin.’

Penjual

: Bisa kurang sedikit aja.
Bisa kurang sedikit aja.
‛Bisa kurang sedikit aja.’

Universitas Sumatera Utara

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Melayu tetapi penjual menanggapinya menggunakan bahasa
Indonesia. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Melayu ke bahasa
Indonesia. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Melayu ke
bahasa Indonesia yang berwujud kalimat. Penyebab terjadinya alih kode ini
disebabkan karena pembeli ingin menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh
penjual dengan maksud ingin mendapatkan potongan harga. Alih kode ini terjadi
karena adanya mitra tutur.
(8) Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli jilbab di pasar Puan
Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli jilbab.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli jilbab.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa tutur
Pembeli

:Ade warna laen tak
jilbab ni?
Ada warna lain NEG jilbab DET?
‛Ada warna lain tidak jilbab ini?’

Penjual

:Ada, warna masih lengkap, mau warna apa?
Ada, warna masih lengkap, mau warna apa?
‛Ada warna masih lengkap, mau warna apa?’

Universitas Sumatera Utara

Pembeli

: Coba lihat warna merah.
Coba lihat warana merah.
‛Coba liat warna merah.’

Penjual

: Sebentar ya.
Sebentar ya.
‛Sebentar ya.’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Melayu tetapi penjual menanggapinya menggunakan bahasa
Indonesia. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Melayu ke bahasa
Indonesia. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Melayu ke
bahasa Indonesia yang berwujud klausa. Penyebab terjadinya alih kode ini
disebabkan karena pembeli ingin menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh
penjual. Alih kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.

(9) Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli minyak makan di
pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli minyak makan.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli minyak makan.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Universitas Sumatera Utara

Peristiwa tutur
: Berape minyak makan se
kiko?
Berapa minyak makan NUM kilo?
‛Berapa minyak makan satu kilo?’
: Se
kilo tige belas ribu.
NUM kilo NUM ribu.
‛Satu kilo tiga belas ribu.

Pembeli

Penjual

Pembeli

: Kok mahal, tadi di
sana dua belas ribu aja.
Kok mahal, tadi PRE sana NUM
aja.
‛Kok mahal, tadi di sana dua belas ribu aja.

Penjual

: Mau ambil berapa kilo?
Mau ambil berapa kilo?
‛Mau ambil berapa kilo?’

Pembeli

: Tiga kilo.
NUM kilo.
‛Tiga kilo.’

Dari tuturan di atas tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan
pembeli menggunakan bahasa Melayu dan penjual menanggapinya menggunakan
bahasa Melayu. Lalu ditengah percakapan pembeli meggunakan bahasa Inonesia
dan akhirnya pembeli pun beralih kode dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia.
Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Melayu ke bahasa
Indonesia yang berwujud klausa. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan
karena pembeli kurang menguasai bahasa melayu. Alih kode ini terjadi karena
adanya mitra tutur.

(10)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli jaket di pasar Puan

Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli jaket.

Percakapan
Tujuan

Membeli jaket.

Universitas Sumatera Utara

Bentuk Ujaran
Kunci

Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa tutur
Penjual

: Nak tawar berape?
Mau tawar berapa?
‛Mau tawar berapa?’

Pembeli

: Sembilan puloh ribu ye, bu?
NUM
ya, bu?
‛Sembilan puluh ya,bu?’

Penjual

: Kalau itu belum dapat, harganya ngak di bawah seratus.
Kalau DET belum dapat, harga jaket NEG PREP bawah NUM.
‛Kalau yang itu belum dapat, harganya tidak dibawah seratus.’

Pembeli

: Kurang lah sedikit lagi bu, biar jadi di ambil jaketnya.
Kurang lah sedikit lagi bu, biar jadi PREP ambi jaketnya.
‛Kurang lah sedikit lagi bu, biar jadi diambil jaketnya.’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Melayu dan penjual menanggapinya menggunakan bahasa
Melayu. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia
di karena menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh penjual saat transaksi jual
beli. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Melayu ke
bahasa Indonesia yang berwujud kalimat. Penyebab terjadinya alih kode ini
disebabkan karena pembeli ingin mendapatkan potongan harga dari penjual. Alih
kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.

Universitas Sumatera Utara

(11)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli pakaian anak di

pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli pakaian anak.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli pakaian anak.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.

Peristiwa tutur
Pembeli

: Tige puloh ribu lah ye pak?
NUM
lah ya pak?
‛Tiga puluh ribu lah ya pak?’

Penjual

: Belum bise, tambah lime ribu lagi lah.
Belum bisa, tambah NUM
lagi lah.
‛Belum bisa tambah lima ribu lahi lah.’

Pembeli

: Ada yang lebih besar ukurannya pak?
Ada KONJ lebih besar ukurannya pak?
‛Ada yang lebih besar ukurannya pak?’

Penjual

: Ada, anak ibu umur berapa tahun?
Ada, anak ibu umur berapa tahun?
‛Ada, umur berapa tahun anak ibu?’

Pembeli

: Lima tahun pak.
NUM tahun pak.
‛Lima tahun pak.’

Universitas Sumatera Utara

Dari tuturan di atas terjadi peristiwa alih kode yaitu pada awal percakapan
pembeli menggunakan bahasa Melayu dan penjual menanggapinya menggunakan
bahasa Melayu. Akhirnya penjual beralih kode dari bahasa Melayu ke bahasa
Indonesia di tengah percakapan. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa
dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia yang berwujud kalimat. Penyebab
terjadinya alih kode ini disebabkan karena penjual menyesuaikan bahasa yang
digunakan oleh pembeli agar komunikasi saat transaksi jual beli nyaman. Alih
kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.
(12)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli bumbu di pasar

Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli bumbu.

Percakapan
Tujuan

Membeli bumbu.

Bentuk Ujaran

Percakapan biasa.

Kunci

Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa tutur
Pembeli

: Bu, kasi bumbu rendang due ribu.
Bu, kasi bumbu rendang NUM ribu.
‛Bu, kasi bumbu rendang dua ribu.’

Penjual

: Iya, bumbu apalagi?
Iya, bumbu apalagi?
‛Iya, bumbu apalagi?’

Universitas Sumatera Utara

Pembeli

: Bumbu sop kasi seribu aja.
Bumbu sop kasi seribu saja.’
‛Bumbu sop kasi seribu saja.’

Penjual

: gak bisa bu, paling sedikit beli dua ribu.
NEG bisa bu, paling sedikit beli NUM ribu.
‛Tidak bisa bu, paling sedikit beli dua ribu.’

Dari tuturan di atas terjadi peristiwa alih kode yaitu pada awal percakapan
pembeli menggunakan bahasa Melayu dan penjual menanggapinya menggunakan
bahasa Indonesia. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Melayu ke bahasa
Indonesia di tengah percakapan. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa
dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia yang berwujud klausa. Penyebab
terjadinya alih kode ini disebabkan karena pembeli menyesuaikan bahasa yang
digunakan oleh penjual agar komunikasi saat transaksi jual beli nyaman. Alih
kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.
4.1.2 Alih bahasa Indonesia ke dalam bahasa Melayu
(13)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli sepatu sekolah di

pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli sepatu sekolah.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli sepatu sekolah.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Universitas Sumatera Utara

Peristiwa tutur
Pembeli

: Pak, ada sepatu sekolah anak warna hitam?
Pak, ada sepatu sekolah anak warna hitam?
‛Pak, ada sepatu sekolah anak warna hitam?’

Penjual

: Ada bu.
Ada bu.
‛Ada bu.’

Pembeli

: Berapa ini harganya?
Berapa DET harganya?
‛Berapa ini harganya?’

Penjual

: Seratus tujuh puluh saja bu, ukuran berapa anaknya bu?
NUM
saja bu, ukuran berapa anaknya bu?
‛Seratus tujuh puluh saja bu, ukuran berapa anaknya bu?’

Pembeli

: Ukuran tige lime pak. Harge de tak kurang lagi? Seratus due
puloh ajelah.
Ukuran NUM
pak, Harganya NEG kurang lagi? NUM
ajalah.
‛Ukuran tiga lima pak, Harganya tidak kurang lagi? Seratus dua
puluh ajalah.’

Penjual

:Tak balek modal saye buk, dah lah saye kasi harge pagi aje ni
seratus lime puloh ribu.
NEG balik modal 1Tg bu, sudah lah 1Tg kasi harga pagi aja DET
NUM.
‛Tidak balik modal saya bu, sudah lah saya kasi harga pagi aja ini
seratus lima puluh ribu.’

Pembeli

: Seratus empat puloh lah ye, biar jadi di ambel.
NUM
lah ya, biar jadi PREP ambil.
‛Seratus empat lah ya, biar jadi diambil.’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Indonesia dan

penjual menanggapinya menggunakan

bahasa Indonesia. Akhirnya penjual beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Melayu di tengah percakapan. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari
bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang berwujud kalimat. Alih kode ini terjadi
karena adanya mitra tutur yang menggunakan bahasa Melayu yakni pembeli dari

Universitas Sumatera Utara

etnis Melayu sehingga penjual menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh mitra
tuturnya.
(14)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli tempe di pasar

Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli tempe.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli tempe.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa tutur
Pembeli

: Pak, harga tempe berapa?
Pak, harga tempe berapa?
‛Pak, harga tempe berapa?’

Penjual

: Nak yang daon atau plastik bu?
Mau KONJ daun atau plastik bu?
‛Mau yang daun atau plastik bu?’

Pembeli

: Yang daon aje pak lima belas bungkus.
KONJ daun saja pak NUM
bungkus.
‛Yang daun saja pak lima belas bungkus.’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Indonesia dan

penjual menanggapinya menggunakan

bahasa Melayu. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa

Universitas Sumatera Utara

Melayu. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke
bahasa Melayu yang berwujud kalimat. Alih kode ini terjadi karena pembeli
menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh mitra tuturnya.

(15)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli daster di pasar

Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli daster.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli daster.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.

Peristiwa tutur
Pembeli

: Berapa bu dasternya?
Berapa bu dasternya?
‛Bu berapa dasternya?’

Penjual

: Enam puluh ribu.
NUM
ribu.
‛Enam puluh ribu.’

Pembeli

: Kok mahal sekali, ngak bisa kurang bu?
Kok mahal sekali, NEG bisa kurang bu?
‛Kok mahal sekali, tidak bisa kurang bu?’

Penjual

: Dah di
kasi murah, bahan de yang
ini bagos.
Udah PREP kasi murah, bahannya KONJ DET bagus.

Universitas Sumatera Utara

‛Udah dikasi murah, yang ini bahannya bagus.’
Pembeli

: Lime puloh ribu ajelah, biar saye ambel.
NUM
sajalah, biar 1Tg ambil.
‛Lima puluh ribu sajalah, biar saya ambil.’

Penjual

: Tambah siket lah kak.
Tambah sedikit lah kak.
‛Tambah sedikit lah kak.’

Pembeli

: Tak lah bu, segitu aje.
NEG lah bu,segitu saja.
‛Tidak lah bu, segitu saja.’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Indonesia dan

penjual menanggapinya menggunakan

bahasa Indonesia. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Melayu di tengah percakapan. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari
bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang berwujud klausa. Penyebab terjadinya
alih kode ini karena di tengah percakapan penjual yang dari etnis Melayu
menggunakan bahasa Melayu sehingga pembeli beralih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa Melayu agar pembeli mendapatkan harga yang murah dalam
transaksi jual beli.

(16)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli udang di pasar

Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli udang.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli udang.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Universitas Sumatera Utara

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.

Peristiwa tutur
Pembeli

: Bu, udangnya berapa se kilo?
Bu, udangnya berapa NUM kilo?
‛Bu, berapa udangnya satu kilo?’

Penjual

: Udang merah tiga puluh lima ribu , kalau udang putihnya lima
puluh ribu.
Udang merah NUM
ribu, kalau udang putihnya NUM
ribu.
‛Udang merah tiga puluh lima ribu, kalau udang putihnya lima
puluh ribu.

Pembeli

: Tak empat puloh lime aje udang puteh de?
NEG NUM
aja udang putihnya?
‛Tidak empat puluh lima aja udang putihnya?’

Penjual

: Boleh lah bu, nak berape kilo?
Boleh lah bu, mau berapa kilo?
‛Boleh lah bu, mau berapa kilo?’

Pembeli

: Kasi se
kilo ajelah bu.
Kasi NUM kilo sajalah bu.
‛Kasi satu kilo sajalah bu.’

Dari tuturan di atas terjadi alih kode dalam transaksi jual beli udang yaitu
pembeli menggunakan bahasa Indonesia dan penjual menanggapinya dengan
bahasa Indonesia. Lalu pembeli menggunakan bahasa Melayu dan

penjual

menanggapinya menggunakan bahasa Melayu. Akhirnya penjual beralih kode dari
bahasa Indonesia ke bahasa Melayu di tengah percakapan. Bentuk alih kode yang
terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang berwujud

Universitas Sumatera Utara

klausa. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan karena pembeli
menginginkan harga yang murah dalam transaksi jual beli ini.

(17)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli jeruk di pasar Puan

Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli jeruk.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli jeruk.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa tutur
Penjual

: Belanja apa bu? Jeruknya delapan ribu aja se
kilo.
Belanaj apa bu? Jeruknya NUM
aja NUM kilo.
‛Belanja apa bu? Jeruknya delapan ribu aja sekilo.’

Pembeli

: Manes tak jeruk de?
Manis NEG jeruknya?
‛Manis tidak jeruknya?’

Penjual

: Manes bu, kalo tak manes boleh dikembalikan.
Manis bu, kalau NEG manis boleh dikembalikan.
‛Manis bu, kalau tidak manis boleh dikembalikan.’

Pembeli

: Kalo gitu, saye ambel due kilo.
Kalau gitu, 1Tg ambil NUM kilo.
‛Kalau gitu, saya ambil dua kilo.’

Universitas Sumatera Utara

Dari tuturan di atas terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan penjual
menawarkan dagangannya menggunakan bahasa Indonesia, kemudian pembeli
yang dari etnis Melayu menanggapinya menggunakan bahasa Melayu. Akhirnya
penjual beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu. Bentuk alih kode
yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang
berwujud kalimat. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan karena hadirnya
mitra tutur sehingga penjual menyesuaikan bahasa yang digunakannya.

(18)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli sendal di pasar

Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.

Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli sendal.

Percakapan
Tujuan

Membeli sendal.

Bentuk Ujaran

Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual

Kunci

dan pembeli.
Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa tutur
Penjual

: Dua puluh ribu dua puluh ribu sendalnya dipilih kak.
NUM
ribu
NUM sendal dipilih kak.
‛Dua puluh ribu dua puluh ribu sendalnya dipilih kak.’

Pembeli

: Ambel due pasang tige puluh lime ribu ye?
Ambil NUM
pasang
NUM
ribu ya?
‛Ambil dua pasang tiga puluh lima ribu ya?’

Universitas Sumatera Utara

Penjual

: Tak bise kak, dah harge murah ni.
NEG bisa kak, udah harga murah ini.
‛Tidak bisa kak, udah harga murah ini.’

Pembeli

: Iyelah, saye ambel due pasang ukuran tige tujuh dan tige lapan.
Iyalah, 1Tg ambil NUM pasang ukuran NUM
dan NUM.
‛Iyalah saya ambil dua pasang ukuran tiga tujuh dan tiga delapan.’

Dari tuturan di atas terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan penjual
menggunakan bahasa Indonesia untuk menawarkan dagangannya kepada pembeli,
akan tetapi pembeli menanggapinya menggunakan bahasa Melayu. Akhirnya
pembeli beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu. Bentuk alih kode
yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang
berwujud klausa. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan karena penjual
menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh pembeli agar pembeli nyaman saat
transaksi jual beli.

(19)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli Sayur sawi di

pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli sayur sawi.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli sayur sawi.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Universitas Sumatera Utara

Peristiwa tutur
Pembeli

: Berapa harga sayur sawi satu ons bu?
Berapa harga sayur sawi NUM ons bu?
‛Bu, berapa harga sayur sawi satu ons?’

Penjual

: Satu ons lima ribu bu.
NUM ons NUM bu.
‛Satu ons lima ribu bu.’

Pembeli

: Kenapa mahal bu, biase empat ribu aje satu ons.
Kenapa mahal bu, biasa NUM
aja NUM ons.
‛Kenapa mahal bu, biasa satu ons empat ribu aja.’

Penjual

: Iye, harge sayur lagi naek nak ambel berapa ons bu?
Iya, harga sayur lagi naik mau ambil berapa ons bu?
‛Iya, harga sayur lagi naik mau ambil berapa ons bu?’

Pembeli

: Kasi tige ons aje.
Kasi NUM ons aja.
‛Kasi tiga ons aja.’

Dari tuturan di atas terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Indonesia dan penjual pun menanggapinya menggunakan
bahasa Indonesia. Di tengah percakapan penjual beralih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa Melayu. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari
bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang berwujud kalimat. Penyebab terjadinya
alih kode ini disebabkan karena penjual kurang menguasai bahasa melayu. Alih
kode ini terjadi karena adanya mitra tutur.

(20)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli terong di pasar

Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli terong dan kentang.

Percakapan
Tujuan

Membeli terong dan kentang.

Universitas Sumatera Utara

Bentuk Ujaran
Kunci

Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa tutur
Penjual

: Mau belanja sayuran apa bu?
Mau belanja sayuran apa bu?
‛Mau belanja sayuran apa bu?’

Pembeli

: Kalau sayuran terongnya per kilo
berapa pak?
Kalau sayuran terongnya per kilogram berapa pak?
‛Kalau sayuran terongnya per kilogram berapa pak?’

Penjual

: Delapan ribu saja bu harga sayuran terongnya.
NUM ribu saja bu harga sayuran terongnya.
‛Delapan ribu saja bu harga sayuran terongnya.

Pembeli

: Tak bise kurang pak?
NEG bisa kurang pak?
‛Tidak bisa kurang pak?’

Penjual

: Nak ambil berapa kilo, kalau ambil banyak bise kurang.
Mau ambil berapa kilogram, kalau ambil banyak bisa kurang.
‛Mau ambil berapa kilogram, kalau ambil banyak bisa kurang.

Pembeli

: Nak ambel due kilo terong, kentang juge
due kilo pak.
Mau ambil NUM kilogram terong, kentang juga NUM kilogram
pak.
‛Mau ambil dua kilogram terongnya, kentangnya juga dua
kilogram pak.’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan penjual
mengawali pembicaraan menggunakan bahasa Indonesia dan

pembeli

menanggapinya menggunakan bahasa Indonesia. Akhirnya penjual beralih kode

Universitas Sumatera Utara

dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu di tengah percakapan. Penyebab
terjadinya alih kode ini disebabkan karena adanya mitra tutur menggunakan
bahasa Melayu, sehingga penjual menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh
mitra tutur agar pembeli merasa nyaman dalam transaksi jual beli. Bentuk alih
kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang
berwujud kalimat.
4.2 Penyebab Terjadinya Alih Kode dalam Peristiwa Tutur di Pasar Puan
Maimun Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau
Adapun faktor penyebab terjadinya alih kode di Pasar Puan Maimun
Tanjung balai Karimun Kepulauan Riau, antara lain sebagai berikut:
a.Pembicara atau penutur
(21)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli terong dan kentang

di pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli terong dan kentang.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli terong dan kentang.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Universitas Sumatera Utara

Peristiwa tutur
Pembeli

: Bu, kasi terongnya satu kilo , kentang setengah kilo.
Bu, kasi terongnya NUM kilo, kentang setengah kilo.
‛Bu, kasi terongnya satu kilo, kentang setengah kilo.’

Penjual

: Iya bu. Ada yang lain bu?
Iya bu. Ada KONJ lain bu?
‛Iya bu. Ada yang lain bu.’

Pembeli

: Tak ade itu ajelah.
NEG ada, DET saja.
‛Tidak ada, itu saja.’

Penjual

: Ni bu. Semue jadi lapan belas ribu.
DET bu. Semua jadi NUM
ribu.
‛Ini bu. Semua jadi delapan belas ribu.’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Indonesia dan

penjual menanggapinya menggunakan

bahasa Indonesia. Akhirnya penjual beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Melayu di tengah percakapan. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan
karena adanya penutur atau pembicara menggunakan bahasa Melayu, sehingga
penjual menyesuaikan bahasa dalam transaksi jual beli. Bentuk alih kode yang
terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang berwujud
klausa.
(22)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli boneka di pasar
Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli boneka.

Percakapan
Tujuan

Membeli boneka.

Bentuk Ujaran

Percakapan biasa.

Kunci

Penyampaian penawaran harga anatara penjual

Universitas Sumatera Utara

dan pembeli.
Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa Tutur:
Pembeli

: Berapa harga boneka ini?
Berapa harga boneka DET?
‛Berapa harga boneka ini?’

Penjual

: Kalau boneka yang ini enam puluh lima ribu.
Kalau boneka KONJ DET NUM
ribu.
‛Kalau boneka yang ini enam puluh lima ribu.’

Pembeli

: Tidak bisa kurang? Soalnya barangnya mau dijual lagi.
NEG bisa kurang? Soalnya barangnya mau dijual lagi.
‛Tidak bisa kurang? Soalnya barangnya mau dijual lagi.’

Penjual

: Boleh kurang harganya kalau beli lebih dari dua.
Boleh kurang harganya kalau beli lebih dari NUM.
‛Boleh kurang harganya kalau beli lebih dari dua.’

Pembeli

: Saye nak ambel tige dulu, jadi berape kurang harge de tu?
1Tg mau ambil NUM dulu, jadi berapa kurang harganya DET?
‛Saya mau ambil tiga dulu, jadi berapa kurang harganya itu?’

Penjual

: Kalau ambil tige kasi harge lime puloh ribu satu boneka.
Kalau ambil NUM kasi harga NUM
ribu NUM boneka.
‛Kalau ambil tiga kasi harga lima puluh ribu satu boneka.’

Dari tuturan tersebut terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Indonesia dan

penjual menanggapinya menggunakan

bahasa Indonesia. Akhirnya penjual beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Melayu di tengah percakapan. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan
karena adanya penutur atau pembicara menggunakan bahasa Melayu, sehingga

Universitas Sumatera Utara

penjual menyesuaikan bahasa dalam transaksi jual beli. Bentuk alih kode yang
terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang berwujud
kalimat.
(23)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli Mukenah di pasar
Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli mukenah.

Percakapan
Tujuan

Membeli mukenah.

Bentuk Ujaran

Percakapan biasa.

Kunci

Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa Tutur:
Penjual

: Mau mukenah warna apa kak?
Mau mukenah warna apa kak?
‛Mau mukenah warna apa kak?

Pembeli

: Warna putih aja, berapa harganya?
Warna putih aja, berapa harganya?
‛Warna putihaja, berapa harganya?’

Penjual

: Bede-bede harge kak, bede bahan bede juge harge.
Beda-beda harga kak, beda bahan beda juga harga.
‛Beda-beda harga kak, beda bahan beda juga harga.’

Pembeli

: Kalo yang bahan sutra berape bu?
Kalau yang bahan sutra berape bu?
‛Kalau yang bahan sutra berape bu?’

Universitas Sumatera Utara

Dari tuturan di atas terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan penjual
menggunakan bahasa Indonesia dan

pembeli menanggapinya menggunakan

bahasa Indonesia. Akhirnya pembeli

beralih kode dari bahasa Indonesia ke

bahasa Melayu. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan karena adanya mitra
tutur yang menggunakan bahasa Melayu, sehingga pembeli menyesuaikan bahasa
yang digunkanny dalam transaksi tersebut. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu
alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang berwujud kalimat.
b. Pendengar atau Mitra tutur
(24)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli jam tangan di
pasar Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli jam tangan.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli jam tangan.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Perstiwa tutur:
Pembeli

: Kurang lah siket pak?
Kurang lah siket pak?
‛Kurang lah siket pak?

Penjual

: Mau tawar berapa?
Mau tawar berapa?
‛Mau tawar berapa?’

Universitas Sumatera Utara

Pembeli

: Tiga puluh lima ribu bisa pak?
NUM ribu bisa pak?
‛Tiga puluh lima ribu bisa pak?’

Penjual

: Belum dapat, tambah lima ribu lagi lah.
Belom dapat, tambah NUM
lagi lah.
‛Belom dapat, tambah lima ribu lagi lah.

Dari tuturan di atas terjadi alih kode yaitu pada awal percakapan pembeli
menggunakan bahasa Melayu tetapi penjual menanggapinya menggunakan bahasa
Indonesia. Akhirnya pembeli

beralih kode dari bahasa Melayu ke bahasa

Indonesia. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan karena adanya mitra tutur
yang menggunakan bahasa Indonesia, sehingga pembeli menyesuaikan bahasa
yang digunkannya dalam transaksi tersebut dengan maksud ingin mendapatkan
potongan harga. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa
Indonesia ke bahasa Melayu yang berwujud frasa.

(25)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli kacamata di pasar
Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli kacamata.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli kacamata.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Universitas Sumatera Utara

Peristiwa tutur
Pembeli

: Kak, berapa harga kacamata ini ?
Kak, berapa harga kacamata DET ?
‛Kak,berapa harga kacamata ini?’

Penjual

: Saye kasi harge murah ajae, lime puluh ribu.
1Tg kasi harga murah saja, NUM
ribu.
‛Saya kasi harga murah saja, lima puluh ribu.’

Pembeli

: Tige puloh ribu aje kak.
NUM
ribu saja kak.
‛Tiga puluh ribu saja kak.

Penjual

: Mau ambil berapa?
Mau ambil berapa?
‛Mau ambil berapa?’

Pembeli

: Ambil satu aja kak.
Ambil satu saja kak.
‛Ambil satu saja kak.’

Penjual

: Yaudah ambil lah dek, tapi langganan sini ya.
Yasudah ambil lah dek, tapi langganan sini ya.
‛Yasudah amnil lah dek, tapi langganan sini ya.
Dari tuturan di atas terjadi peristiwa alih kode yaitu pada awal percakapan

pembeli

menggunakan

bahasa

Indonesia

tetapi

penjual

menanggapinya

menggunakan bahasa Melayu. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa
Indonesia ke bahasa Melayu di tengah percakapan. Penyebab terjadinya alih kode
ini disebabkan karena adanya mitra tutur yang dari etnis melayu sehingga pembeli
menyesuaikan bahasa yang digunakannya agar komunikasi saat transaksi jual beli
lancar dan pembeli ingin mendapatkan potongan harga dari penjual. Bentuk alih
kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu yang
berwujud frasa.
(26)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli pisang di pasar

Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.

Universitas Sumatera Utara

Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli pisang.

Percakapan
Tujuan

Membeli pisang.

Bentuk Ujaran

Percakapan biasa.

Kunci

Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.

Peristiwa tutur
Pembeli

: Pisang kepok satu sisir bu.
Pisang kepok NUM sisir bu.
‛Pisang kepok satu sisir bu.’

Penjual

: Itu aje, yang laen tidak?
DET saja, KONJ lain NEG?
‛Itu aja, yang lain tidak?’

Pembeli

: Iye, tu
aje.
Iya, DET saja.
‛Iya, itu saja.’

Dari tuturan di atas terjadi peristiwa alih kode yaitu pada awalnya pembeli
menggunakan bahasa Indonesia tetapi penjual menanggapinya menggunakan
bahasa Melayu. Akhirnya pembeli beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa
Melayu. Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke
bahasa Melayu yang berwujud frasa. Penyebab terjadinya alih kode ini pembeli
menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh penjual. Alih kode ini terjadi karena
adanya mitra tutur.

Universitas Sumatera Utara

c. Hadirnya orang ketiga
(27)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli Ikan teri di pasar
Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Di Pasar Puan Maimun.

Latar
Peserta

Penjual dan pembeli Ikan teri.

Percakapan
Tujuan

Membeli Ikan teri .

Bentuk Ujaran

Percakapan biasa.

Kunci

Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.
Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.

Jenis

biasa yang informal.
Peristiwa tutur
Pembeli 1

: Bang teri nasi ada?
Bang teri nasi ada?
‛Bang teri nasi ada?’

Penjual

: Ada mau berapa?
Ada mau berapa?
‛Ada mau berapa?’

Pembeli 1

: Kasi tiga kilo.
Kasi NUM kilo.
‛Kasi tiga kilogram.’

( Hadir calon pembeli lain)
Pembeli 2

: Banyak bu belinya.
Banyak bu belinya.
‛Banyak bu belinya.’

Pembeli 1

: Iya bu, ada acara.
Iya bu, ada acara.
‛Iya bu, ada acara.’

Universitas Sumatera Utara

Pembeli 2

: Acare ape bu?
Acara apa bu?
‛Acara apa bu?’

Pembeli 1

: Acare kecil-kecilan aje di
rumah.
Acara kecil- kecilan saja PREP rumah.
‛Acara kecil-kecilan saja di rumah.’

Dari tuturan di atas terjadi peristiwa alih kode yaitu pada awal percakapan
pembeli menggunakan bahasa Indonesia dan

penjual menanggapinya

menggunakan bahasa Indonesia. Di tengah percakapan hadir pembeli dua dan
akhirnya pembeli satu beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Melayu.
Bentuk alih kode yang terjadi yaitu alih bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa
Melayu yang berwujud klausa. Penyebab terjadinya alih kode ini disebabkan
karena hadirnya orang ketiga pada transaksi jual beli sehinnga terjadilah peristiwa
alih kode.
(28)

Alih kode pada peristiwa tutur ini penjual dan pembeli beras di pasar

Puan Maimun Tanjung Balai Karimun.
Latar
Peserta

Di Pasar Puan Maimun.
Penjual dan pembeli beras.

Percakapan
Tujuan
Bentuk Ujaran
Kunci

Membeli beras.
Percakapan biasa.
Penyampaian penawaran harga anatara penjual
dan pembeli.

Sarana

Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu (lisan).

Norma

Bertanya dan menjawab pertanyaan dengan
berbahasa yang sopan.

Jenis

Bentuk deskripsi yang berupa kalimat-kalimat.
biasa yang informal.

Universitas Sumatera Utara

Peristiwa tutur
Pembeli 1

: Pak, beras harum satu karung?
Pak, beras harum NUM karung?
‛Pak, beras harum satu karung?’

Penjual

: Habis bu, yang ini aja beras ketupat sama kualitasnya.
Habis bu, KONJ DET saja beras ketupat sama kualitasnya.
‛Habis bu, yang ini saja beras ketupat sama kualitasnya.

( Hadir calon pembeli lain)
Pembeli 2

: Iya enak juga beras bangau, saya ambil lima belas kilo.
Iya enak juga beras bangau, 1Tg ambil NUM
kilo.
‛Iya enak juga beras bangau, saya ambil lima belas kilo.’