Efek pemberian suplemen vitamin D dalam terapi periodontal non bedah terhadap kondisi periodontal penderita periodontitis kronis Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah uji eksperimental klinis dengan rancangan pre
dan post test randomized single blind control trial (Campbell, 1963).
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa lokasi yakni untuk pengambilan
data sampel penelitian, pemeriksaan kondisi periodontal, dan pengukuran
parameter BOP, CAL, dan PPD dilakukan di klinik Periodonsia Fakultas
Kedokteran gigi Universitas Sumatera Utara (FKG USU), sedangkan pengukuran
kadar vitamin D dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU
dalam waktu 6 minggu.
3.3 Rancangan penelitian
Dalam penelitian ini sampel terdiri atas 45 orang subyek penderita
periodontitis kronis, yang dibagi secara acak sederhana (simple random sampling)
dengan menggunakan tabel angka random, dan dibagi dalam 3 kelompok masingmasing 15 orang subyek tiap kelompok dengan nama K I, K II, dan K III. Cara
pemberian suplementasi dilakukan secara tersamar (blind)
1. K I

= Kelompok tanpa perlakuan (kontrol) yang diberi Plasebo


2. K II

= Kelompok perlakuan yang diberi suplemen vitamin D dosis
5,000 IU perminggu selama 6 minggu.

3. K III

= Kelompok perlakuan yang diberi suplemen vitamin D dosis
10,000 IU per minggu selama 6 minggu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

3.4 Populasi dan sampel
3.4.1

Populasi Penelitian
Populasi target adalah orang dewasa (laki-laki dan perempuan) yang
menderita periodontitis kronis. Populasi terjangkau adalah populasi target

usia 31 - 55 tahun yang berkunjung di instalasi periodonsia FKG USU
pada bulan Juni-Agustus 2016. Sampel adalah populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria sampel (inklusi dan eksklusi).

3.4.2

Besar sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan perhitungan rumus uji
klinis terhadap rerata dua populasi independen dengan rumus :

= kesalahan tipe I (ditetapkan = 1,96)
= kesalahan tipe II (ditetapkan = 0,842)
P1 = proporsi kesembuhan di kelompok kontrol = 0,19
Q1 = 1 - P1 = 0,81
P2 = proporsi kesembuhan di kelompok eksperimental = 0,45
O2 = 1 - P2 = 0,55

P=

= 0,37


Q = 1 - P = 0,63
Dengan menggunakan rumus diatas didapatkan besar sampel untuk
masing-masing kelompok sebanyak 15 orang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

3.4.3

Kriteria inklusi dan eksklusi
a. Kriteria inklusi
-

Usia 31 - 55 tahun

-

Baru pertama kali didiagnosa periodontitis kronis


-

Bersedia untuk dilakukan pemeriksaan jaringan periodontal serta
diambil sampel darahnya, yang dibuktikan dengan menandatangani
informed concern.

a. Kriteria eksklusi
-

Menjalani terapi bedah maupun non bedah periodontal selama 6
bulan terakhir

-

Sedang menjalani perawatan ortodontik.

-

Memiliki riwayat penyakit sistemik (Diabetes, Hipertensi, Jantung,

Ginjal, Hati) atau kondisi sistemik lain yang dapat berdampak
terhadap terapi yang diberikan maupun terhadap kepatuhan subyek.

-

Paparan langsung dengan sinar matahari lebih dari 3 jam sehari.

-

Mengkonsumsi

suplemen

nutrisi

lainnya

(Estrogen;

Biphosphonate, vitamin larut lemak lainnya) lebih dari 6 bulan.

-

Mengkonsumsi obat antibiotik, obat antiinflamasi, obat steroid, dan
obat antikonvulsan.

-

Memiliki kebiasaan merokok

3.5 Metode Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan prinsip non probability
sampling dengan teknik concecutive sampling yaitu pengambilan sampel
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan diambil sampai jumlah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

pasien yang diperlukan terpenuhi. Sampel dipilih berdasarkan diagnosis
periodontitis kronis sedang atau parah yang ditentukan oleh tiga orang
pemeriksa (examiner) yaitu Dokter gigi yang merupakan Residen Program

Dokter Gigi Spesialis Perio (PPDGS Perio). Ketiga pemeriksa ini
sebelumnya sudah dilakukan interpretasi secara intra maupun inter
examiner agar terhindar dari bias ataupun kesalahan pengukuran
(Holtfreter dkk., 2015).
3.6 Variabel
a. Variabel bebas (Independent) :
-

Kelompok suplemen (Vitamin D 5,000 IU, 10,000 IU, dan
Plasebo)

b. Variabel terikat (dependent)
-

Kadar vitamin D

-

Bleeding On Probing (BOP)


-

Clinical Attachment Loss (CAL)

-

Periodontal Pocket Depth (PPD)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

3.7 Kerangka Operasional
Sampel Periodontitis kronis (n =
45)
Randomisasi

-

Kelompok I (n=15)

(Plasebo)
Diperiksa kadar awal 25
OH)D dalam darah
Diukur BOP awal
Perawatan SRP
Diukur CAL dan PPD awal
Diberi (Placebo) minggu ke
0,1,2,3,4,5

-

Kelompok II (n=15)
(Vit D 5,000 IU)
Diperiksa kadar awal 25
OH)D dalam darah
Diukur BOP awal
Perawatan SRP
Diukur CAL dan PPD awal
Diberi Vit.D 5,000 IU
minggu ke 0,1,2,3,4,5


-

Kelompok III (n=15)
(Vit D 10,000 IU)
Diperiksa kadar awal 25
OH)D dalam darah
Diukur BOP awal
Perawatan SRP
Diukur CAL dan PPD
awal
Diberi Vit.D 10,000 IU
minggu ke 0,1,2,3,4,5

Setelah 6 minggu
- Periksa kadar 25 OH)D kembali
- Pengumpulan data kembali (BOP, CAL, PPD)

Analisis data


Gambar 3.1. Kerangka operasional penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

3.8 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi operasional
No

Variabel

Definisi

1.

Periodontitis Peradangan
kronis
pada jaringan
penyangga
gigi
akibat
infeksi bakteri

2.

Vitamin
D/25(OH)D

3.

Kadar 25(OH)
vit.D dalam
serum darah
yang diukur
sebelum dan
sesudah
suplementasi
Bleeding on Perdarahan
probing/PBI yang terjadi
saat aplikasi
probing

Alat ukur

Cara ukur

Hasil ukur

Prob
pemeriksaan
Periodont rongga mulut
al,
alat
diagnostik

- sedang : > 2
permukaan
interproksimal
gigi mengalami
(CAL) = 4-6 mm
dan atau > 2
permukaan
interproksimal
gigi miliki PPD ≥
5 mm, tapi tidak
diukur pada gigi
yang sama.
Parah : > 2
permukaan
interproksimal
gigi (tidak gigi
yang sama) alami
CAL> 7 mm atau
min. 1 permukaan
interproksimal
gigi PPD ≥ 6 mm
tapi tidak diukur
pada gigi yang
sama.
ELISA kit Pemeriksaan
Nilai kadar vitavitamin D kadar vitamin min D (ng/mL)
D
- Defisiensi < 20
-Insufisiensi:
21-50
- Normal 51-100
- Berlebih > 100
Memasukkan Kriteria PBI :
Prob
periodont ujung prob ke Derajat 1
Derajat 2
al, diag. sekitar leher
gigi
Derajat 3
set
Derajat 4

Skala ukur
Nominal

Kategorik/
Ordinal

Kategorik/
Ordinal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

4.

Clinical
Attachment
Loss/CAL

Jarak antara
batas
sementum
enamel
ke
dasar poket.

5.

Periodontal
Pocket
Depth/PPD

Jarak antara
dasar
poket
dan
margin
gingiva

6.

Terapi
periodontal
non bedah

Prob
periodont
al, diag.
set

Melihat
puncak
gingiva bebas
terhadap batas
sementum
email

Menyelipkan
prob dengan
tekanan
ringan ke
dalam poket
sejajar dengan
poros panjang
gigi sampai
dirasakan ada
tahanan.
Terapi
Eksplorer, Koreksi faktor
etiologi
menghilangArticulakan beberapa ting
faktor etiologi paper,
yang
demonsmenyertai
trasi cara
tanpa
menyikat
melakukan
gigi yang
tindakan
baik dan
bedah
benar
periodontal
Prob
periodontal,
diagnostic
set

-Ringan: 1-2 mm Kategorik/
-Sedang: 3-4 mm Ordinal
-Parah: > 5 mm

-Ringan: 3-4 mm
-Sedang: 5 mm
-Parah: > 6 mm

Kategorik/
Ordinal

Area supra dan Nominal
sub
gingiva
terbebas karang
gigi, permukaan
akar gigi halus,
oklusi seimbang,
dan cara menyikat
gigi sudah benar.

3.8.1 Metode pengumpulan data
Data primer berupa data numerik dari kondisi periodontal antara
lain perdarahan gingiva saat probing (BOP), kedalaman poket periodontal
(PPD), dan hilangnya perlekatan klinis (CAL). Data ini diperoleh dengan
cara melakukan pemeriksaan dan pengukuran di dalam mulut pasien
namun terlebih dahulu dilakukan pembersihan karang gigi dan
penghalusan akar sehingga hasilnya tidak bias karena terganggu oleh
adanya debris, plak, dan karang gigi. Selanjutnya dilakukan scoring dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

dikategorikan berdasarkan metode dan indeks-indeks yang ditetapkan.
Untuk data kadar serum vitamin D [25OH(D)] diambil dari dalam darah
sesaat setelah dilakukan pemeriksaan rongga mulut. Semua data ini
diambil sebelum dan sesudah diberikan suplemen vitamin D.
3.9 Alat dan Bahan
Pada penelitian ini peneliti diwajibkan memakai sarung tangan,
masker, dan jas laboratorium lengan panjang yang bertujuan untuk untuk
menjaga agar debris, karang gigi, saliva maupun darah sampel tidak
mengkontaminasi operator. Sampel penelitian adalah darah pasien dari 45
orang subyek penelitian.
3.9.1

Pemeriksaan keparahan periodontal
Alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman poket, hilangnya
perlekatan, dan perdarahan saat probing antara lain (Eaton dan Ower,
2015) :
-

Prob Periodontal UNC „15‟ untuk menentapkan, mengukur dan
menandai poket, menentukan perdarahan dan perlekatan klinis gigi.
Alat ini memiliki penanda berwarna hitam yang menunjukkan ukuran
millimeter (1, 2, 3, 5, 7, 8, dan 9 mm)

-

Eksplorer bentuk bulan sabit ukuran #23: untuk menetapkan deposit
karang gigi

-

Alat diagnostik lainnya (Kaca mulut, Pinset, Near becken)

-

Lembar penilaian status periodontal

Bahan yang digunakan antara lain Disclosing agent, Alkohol 70 %, gelas
dan air : untuk berkumur pasien, kapas, dan Betadin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

3.9.2

Pelaksanaan Scaling dan root planing
Macam-macam alat yang digunakan antara lain (Eaton dan Ower, 2015) :
-

Alat Ultrasonic scaler (USS) : digunakan untuk tindakan SRP dengan
tujuan mengangkat jaringan lunak di dinding poket.

-

Alat polis : rubber cup, brushes, dental tape : digunakan untuk
menghaluskan permukaan gigi dan akar gigi.

3.9.3

Pemeriksaan kadar vitamin D
-

Alat yang digunakan antara lain Elisa kit vitamin D (Immunotek;
DBC,Canada) yang memiliki ukuran 12x8 wells, sentrifuge, vortex,
mikropipet (1000µl, 100µl, 20 µl, 200 µl), tabung eppendorf, Freezer,
dan Rak tabung Eppendorf .

-

Jarum suntik disposibel untuk mengambil darah melalui Vena Mediana
Cubiti.

-

Bahan yang digunakan antara lain : Darah subyek penelitian sebanyak
2 cc, Aquabides steril, dan Bahan yang terdapat dalam elisa kit vitamin
D.

Gambar 3.2. Alat dan bahan pemeriksaan serum vitamin D
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

3.10

Prosedur Penelitian

3.10.1 Pengurusan ethical clearance dari Komite Etik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara (FK USU) / Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Haji Adam Malik Medan.
3.10.2 Mengurus ijin penelitian ke laboratorium terpadu FK USU dan ke Instalasi
Periodonsia FKG USU.
3.10.3 Validasi metode analisis dan Validasi pemeriksa (examiner)
Validasi metode analisis dari protap (prosedur tetap) ELISA
dilakukan dengan cara peneliti melakukan pengujian terhadap kit ELISA
vitamin D sesuai prosedur yang dilampirkan yang tertera pada kit, dan
hasilnya dibuat kurva kalibrasi untuk menstandarkan kit tersebut, sehingga
dapat diterapkan kepada sampel.
Validasi pemeriksa secara uji statistik dilakukan sebelum
melakukan skoring. Ketiga pemeriksa mengukur BOP, CAL, dan PPD
terhadap 12 gigi (bukan subyek penelitian sebenarnya) dan hasilnya diuji
kenormalan data pengukuran menggunakan Uji Kolmogorov smirnov
untuk pengukuran inter examiner dan uji Saphiro wilk untuk pengukuran
intra examiner. Selanjutnya jika data ketiga pemeriksa normal maka
dibandingkan perbedaan pengukuran ketiga pemeriksa menggunakan uji
Anova satu arah (parametrik) atau uji Kruskal Walis (non parametrik)
untuk mengetahui ada atau tidak ada perbedaan bermakna antara ketiga
pemeriksa (p > 0,05).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

3.10.4 Penjaringan tahap awal
Pada awalnya subyek yang telah bersedia diikutsertakan dalam
penelitian dengan menandatangani persetujuan (Informed consent) dan
telah memenuhi kriteria sampel (inklusi dan eksklusi) dilakukan anamnesa
dan pemeriksaan kondisi rongga mulut secara lengkap. Selanjutnya
dilakukan evaluasi dari catatan rekam medik terhadap beberapa parameter
yang telah diukur lalu dilakukan pengambilan sampel serum darah.
3.10.5 Melaksanakan randomisasi subyek penelitian
Randomisasi dilakukan menggunakan metode acak secara komputerisasi
dengan terlebih mengkodekan sampel nomor 1 – 45 dan kemudian dibagi
ke dalam 3 (tiga) kelompok.
3.10.6 Tahap pelaksanaan :
a. Persiapan sampel
Sampel darah yang digunakan dalam penelitian ini adalah darah
vena penderita periodontitis kronis sebanyak 2 cc yang diambil oleh
petugas laboratorium terpadu Fakultas Kedokteran USU. Sampel darah
disentrifugasi untuk dipisahkan serum dari sel darah, dan disimpan dalam
freezer suhu -80oC untuk diperiksa kadar vitamin D.
b. Pengukuran parameter keparahan periodontitis kronis


Bleeding on probing/BOP.
Ujung prob periodontal dimasukkan ke dalam sulkus gingiva

dengan tekanan jari yang ringan ke area tengah bukal atau palatal/lingual,
lalu geserkan ke papil proksimal distal atau mesial secara perlahan tanpa
tekanan, dan tetap mengusahakan sejajar sumbu gigi. Setelah 20 - 30 detik,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

ketika gigi telah diprob seluruhnya, intensitas perdarahan diskorkan dalam
beberapa tingkatan. Perdarahan yang terjadi menunjukkan ujung prob
mempenetrasi epitelium

poket dan mencapai jaringan vaskular dari

jaringan ikat subepitel (Klaus dkk., 1985). Permukaan gigi yang diperiksa
meliputi permukaan oral dan vestibular dan dinilai menurut kriteria
papillary bleeding index/PBI

Gambar 3.3. Pengamatan perdarahan gingiva
Tabel 3.2. Skor PBI
Skor
Keterangan
1
Muncul titik perdarahan 20 - 30 detik setelah probing pada
sulkus gingiva bagian mesial dan distal dengan menggunakan
prob periodontal
2
Terlihat garis tipis darah atau beberapa titik perdarahan pada tepi
gingiva
3
Interdental papila terlihat dipenuhi dengan sedikit atau banyak
darah
4
Perdarahan yang banyak. Setelah probing, darah mengalir ke
daerah interdental sampai menutupi gigi dan atau gingiva.
Indeks PBI =



Jumlah seluruh skor gigi yang diperiksa
Jumlah permukaan gigi yang diperiksa

Periodontal Pocket Depth (PPD)
Pengukuran PPD dilakukan dengan menggunakan prob

periodontal di enam permukaan gigi yaitu mesiofasial, midfasial,
distofasial, mesiolingual/palatal, midlingual/palatal, distolingual/palatal.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

Lalu menentukan gigi yang diteliti pada setiap sekstan yaitu gigi yang
memiliki kedalaman poket minimal 4 mm. jika terdapat lebih dari 1 gigi
pada setiap kuadran maka yang dipilih hanya 1 gigi per kuadran dengan
kedalaman poket yang paling dalam.

Kriteria kedalaman poket : (Jacob, 2011; Holtfreter dkk., 2015)



-

Kedalaman poket ringan = 3 - 4 mm

-

Kedalaman poket sedang = 5 mm

-

Kedalaman poket parah = > 6 mm

Clinical Attachment Loss (CAL)
Artinya jarak antara cemento-enamel junction ke dasar poket

periodontal, diketahui dengan cara:
-

Pada keadaan posisi puncak gingiva sejajar dengan CEJ. Kehilangan
perlekatan epitel sama dengan nilai kedalaman poket periodontal.

-

Pada keadaan pembesaran gingiva. Kehilangan perlekatan epitel
adalah mengurangi nilai kedalaman poket periodontal dengan jarak
antara puncak gingiva ke CEJ.

-

Pada keadaan resesi gingiva. Kehilangan perlekatan epitel adalah
mengukur secara langsung jarak dari CEJ ke dasar poket periodontal
atau menjumlahkan jarak antara puncak gingiva ke CEJ dengan nilai
kedalaman poket periodontal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

(1)

(2)

(3)

Gambar 3.4. Pengukuran kehilangan perlekatan epitel
(Merin, 2012)

Kriteria CAL antara lain :
-

Slight/ringan = 1 - 2 mm

-

Moderate/sedang = 3 - 4 mm.

-

Severe/parah = > 5 mm

Gigi yang diperiksa dalam semua parameter pengukuran dapat
diwakili oleh 6 (enam) gigi dari 6 sekstan. Masing-masing gigi diukur
kedalaman sulkus gingiva pada bagian mesiobukal, distobukal, mesiolingual
dan distolingual (untuk gigi RB), mesiopalatal dan distopalatal (untuk gigi
RA), bukal dan lingual untuk gigi posterior, labial dan palatal untuk gigi
anterior. Jadi setiap gigi diukur pada keenam sisi tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

c. Pelaksanaan terapi periodontal non bedah (Newman dkk, 2012)
 Tindakan Scaling dan Root planing
Perawatan Scaling dan Root planing merupakan salah satu
perawatan di dalam terapi periodontal non bedah. Terapi ini akan
dilakukan untuk seluruh pasien, karena bertujuan untuk menghilangkan
deposit karang gigi yang menempel di mahkota maupun akar gigi,
termasuk jaringan sementum nekrotik dari permukaan akar gigi (Eaton dan
Ower, 2015). Tahapan kerja Scaling dan Root planing antara lain :
-

Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan

-

Pengaturan posisi kerja.

-

Aplikasi antiseptik pada area kerja dengan menggunakan kapas dan
pinset.

-

Lakukan eksplorasi dengan menggunakan eksplorer halfmoon untuk
mengetahui letak perbatasan karang gigi.

-

Gunakan sickle scaler untuk melakukan pembersihan karang gigi
supra gingiva.

-

Gunakan Kuret untuk pembersihan karang gigi subgingiva dan
penghalusan akar.

-

Lakukan

eksplorasi

menggunakan

eksplorer

halfmoon

untuk

mengetahui jika masih ada karang gigi yang tersisa.
-

Lakukan polishing pada gigi-geligi yang telah diskeling dengan
menggunakan rubber bur atau brush.

-

Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik pada seluruh area yang
telah diskeling.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

d. Pemeriksaan Kadar vitamin D
-

Persiapan sampel
Sampel yang digunakan adalah darah vena pasien baru periodontitis

kronis sebanyak 2 cc. Sampel darah yang telah didapatkan disentrifugasi pada
3000 rpm selama 15 menit untuk memisahkan serum dari sel darahnya. Serum
yang telah diambil disimpan dalam freezer suhu -80oC untuk nantinya
diperiksa kadar vitamin D dengan metode ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay).
-

Pemeriksaan kadar vitamin D
Pemeriksaan kadar vitamin D menggunakan metode ELISA dan hasil

pemeriksaan menggunakan satuan ng/mL. Defisiensi vitamin D dinyatakan jika
kadar 25(OH) D serum < 8 ng/mL. Tahapan kerja sebagai berikut :
-

Masukkan sebanyak 25 µl larutan kalibrator, kontrol, dan sampel serum
yang akan diperiksa ke dalam sumur (well) menggunakan mikropipet
ujung tips kuning, dengan selalu mengganti mikropipet dengan yang baru
setiap kali pengambilan.

-

Masukkan sebanyak 150 µl buffer inkubasi ke dalam masing-masing
sumur menggunakan mikropipet multi chanel.

-

Tutup semua sumur dengan notepad, microplate dark lid dan dilapis
aluminium foil kemudian inkubasi diatas shaker incubation plate selama
60 menit pada suhu 37oC dengan kecepatan 400 rpm.

-

Cuci sumur menggunakan alat automatic strip washer yang telah dialiri
larutan pencuci wash buffer. Tiap sumur dicuci dengan wash buffer
sebanyak 300 µl untuk 3 kali pencucian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

-

Tambahkan 150 µl larutan working conjugate ke dalam sumur dan tutup
kembali semua sumur dengan notepad, microplate dark lid dan dilapisi
aluminium foil.

-

Inkubasi kembali diatas shaker incubation plate selama 30 menit pada
suhu 37oC dengan kecepatan 400 rpm.

-

Cuci kembali sumur menggunakan alat automatic strip washer yang telah
dialiri larutan pencuci wash buffer. Tiap sumur dicuci dengan wash buffer
sebanyak 300 µl untuk 3 kali pencucian.

-

Tambahkan 150 µl TMB substrat ke dalam sumur.

-

Inkubasi kembali diatas shaker incubation plate selama 15 menit pada
suhu 37oC dengan kecepatan 400 rpm.

-

Tambahkan 50 µl larutan stopping solution di tiap sumur dan mengetuk
plat sumur agar tidak ada gelembung

-

Ukur absorbansi masing-masing sumur dengan pembacaan pada panjang
gelombang

450

nm

mengunakan

alat

microplate

reader.

Direkomendasikan pembacaan dilakukan dalam 0 - 20 menit setelah
penambahan stop solution.
e. Pelaksanaan intervensi pemberian vitamin D
Pada prosedur ini dilakukan secara single blind yaitu subyek
penelitian tidak mengetahui jenis vitamin D yang diberikan. Pemberian
Vitamin D pada kelompok I diberi placebo per minggu, kelompok II
dengan dosis 5,000 IU pe rminggu, dan kelompok III dengan dosis 10,000
IU per minggu untuk diberikan selama 6 minggu, namun terlebih dahulu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

ketiga jenis suplemen ini disamarkan namanya dan diberi label nomor
(001 - 270), sehingga sama semua dari segi bentuk dan ukuran.
Suplemen

yang

diberikan

pada

masing-masing

kelompok

dimasukkan ke dalam amplop tertutup dan diberi nomor secara acak
berdasarkan tabel angka random oleh petugas lain yang tidak ikut serta
dalam penelitian. Sebelum ditutup kode isi amplop dicatat pada lembar
khusus dan disimpan terpisah dalam amplop tertutup yang nantinya dibuka
pada saat analisis data. Peneliti maupun penderita tidak mengetahui isi
obat dalam amplop yang diberikan kepada pasien (Herlambang dan
Noviandi, 2006).
Selanjutnya subyek juga dijelaskan makanan dan minuman apa
saja yang menyehatkan gigi dan jaringan periodontal, serta dijelaskan cara
menyikat gigi yang baik dan benar sehingga dapat dipraktekkan di rumah
dan dianjurkan menyikat gigi 2 (dua) kali sehari yaitu pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur. Setiap 3 minggu sekali subyek diminta untuk
kontrol kesehatan gigi untuk memastikan bahwa kebersihan giginya
terjaga. Subyek dipastikan benar-benar meminum obat dengan cara
peneliti akan menghubungi subyek setiap minggu lewat telepon. Subyek
yang tidak minum vitamin secara teratur selama 6 minggu berturut-turut
tidak dimasukkan ke dalam analisis.
3.11 Analisis data
Pengolahan data dari hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program Statistical Package for Social Science (SPSS). Hasil penelitian
ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisis statistik yang digunakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

jika data terdistribusi normal (uji Saphiro wilk) adalah uji Anova satu arah yang
bertujuan untuk membandingkan maising-masing parameter antara ketiga
kelompok intervensi, sedangkan uji t dependent untuk membandingkan sebelum
dan sesudah intervensi pada masing-masing kelompok. Namun jika data
terdistribusi tidak normal maka analisis data menggunakan uji Kruskal wallis
untuk membandingkan antara ketiga kelompok intervensi, sedangkan uji
Wilcoxon untuk membandingkan sebelum dan sesudah intervensi pada masingmasing kelompok intervensi. Signifikansi ditandai dengan nilai p < 0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian uji klinis dengan rancangan pre and post test randomized single
blind control trial yang bertujuan untuk mengetahui efek pemberian vitamin D
dalam terapi periodontal non bedah terhadap kondisi periodontal penderita
periodontitis kronis telah dilakukan. Penelitian ini juga telah mendapat
persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan di Fakultas Kedokteran
USU dan dilaksanakan di Klinik Periodonsia FKG USU dan di Laboratorium
Terpadu Fakultas Kedokteran USU selama 4 bulan terhitung mulai bulan Juni
sampai dengan Oktober 2016.
Pasien Periodontitis Kronis yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
sebanyak 45 orang telah didapatkan, yang kemudian masing-masing dibagi secara
acak ke dalam 3 kelompok sehingga diperoleh sebanyak 15 orang per kelompok.
Kelompok intervensi 1 (satu) adalah kelompok kontrol yang diberi placebo,
kelompok 2 (dua) adalah kelompok yang diberi vitamin D 5,000 IU, dan
kelompok 3 (tiga) adalah kelompok yang diberi vitamin D 10,000 IU. Seluruh
subyek penderita periodontitis kronis dalam penelitian ini adalah termasuk kriteria
parah karena terdapat > 2 permukaan interproksimal gigi yang mengalami
kehilangan perlekatan gigi > 5 mm (tidak pada gigi yang sama) dan atau minimal
terdapat 1 permukaan interproksimal gigi yang memiliki kedalaman poket > 6 mm
(tidak pada gigi yang sama). Gambaran karakteristik dari subyek penelitian ini
disajikan dalam tabel 4.1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik ketiga kelompok intervensi ini dikelompokkan berdasarkan
jenis kelamin, rentang usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, jumlah gigi yang masih
tersisa di dalam rongga mulut, dan kadar vitamin D [25(OH)D] awal seperti pada
tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Karakteristik subyek penelitian
Variabel

Jenis
kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
30 - 40
41 - 50
> 50
Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
NS/Kantoran
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Sarjana
Jumlah gigi
20 - 25
26 – 30
> 30

I
(n = 15)
n
%

Kelompok
II
III
(n = 15) (n = 15)
n
%
n
%

Total
n

%

2 13,30 1 6,7 1 6,7 4 8,89
13 86,7 14 93,3 14 93,3 41 91,11
1
11
3

6,7
73,3
20.0

8
6
1

53,3 2 13,3 11 24,44
40,0 10 66,7 27 60,00
6,7 3 20,0 7 15,56

8
5
2

53,3
33,4
13,3

9
3
3

60,0 11 73,4 28 62,22
20,0 2 13,3 10 22,22
20,0 2 13,3 7 15,56

2
4
9
0

13,3
26,7
60,0
0

0
0
0
0
14 93,3
1 6,7

2
3
9
1

13,3 4 8,89
20,0 7 15,56
60,0 32 71,11
6,7 2 4,44

4
11
0

26,7
73,3
0

4
7
4

4
7
4

26,7 12 26,67
46,6 25 55,56
26,7 8 17,77

26,7
46,6
26,7

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, jumlah perempuan lebih tinggi
(91,11 %) dibandingkan laki-laki (8,89 %). Hal ini dapat terjadi oleh karena
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

jumlah kunjungan pasien di instalasi periodonsia FKG USU terbanyak adalah
berjenis

kelamin

perempuan.

Berdasarkan

karakteristik

usia

frekuensi

periodontitis kronis tertinggi berada pada rentang usia 41 - 50 tahun (60,0 %) dan
terendah berada pada rentang usia diatas 50 tahun (15,56 %). Disamping itu,
diantara ketiga kelompok, subyek di kelompok I paling banyak memiliki usia > 40
tahun.
Pada tabel 4.1 diatas juga menunjukkan karakteristik jenis pekerjaan
subyek paling banyak adalah ibu rumah tangga (62,22 %), sedangkan wiraswasta
berjumlah 22,22 %, lebih besar persentasinya dibandingkan pekerja kantoran/PNS
(15,56 %). Subyek di kelompok III lebih banyak sebagai ibu rumah tangga (73,4
%), sedangkan subyek di kelompok III lebih banyak bekerja sebagai wiraswasta
(33,4 %). Subyek yang bekerja sebagai wiraswasta antara lain tukang bengkel
sepeda motor, penjual bensin di trotoar, atau membawa becak motor, sedangkan
pekerja kantoran antara lain guru, pegawai negeri, penjaga warnet, dan pegawai
asuransi.
Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan subyek, jumlah terbanyak
adalah tamatan SLTA (71,11 %) dan terendah adalah sarjana (4,44 %). Hal ini
berarti subyek memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang kesehatan gigi
dan mulut dan tentang manfaat vitamin D. Tingkat pendidikan terakhir yang
dimiliki mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dalam mendapatkan akses
pengetahuan, perawatan, dan pengobatan medis. Berdasarkan karakteristik jumlah
gigi yang masih tersisa ternyata jumlah gigi subyek paling banyak adalah
berjumlah 26 - 30 gigi (55,56 %), sedangkan yang memiliki 20 - 25 gigi
berjumlah 12 orang (26,67 %). Hal ini berarti dukungan tulang mandibula maupun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

tulang alveolar masih memadai dan jumlah karang gigi yang melekat pada gigi
lebih banyak.
Tabel 4.2. Status vitamin D [25(OH)D] subyek penelitian Sebelum dilakukan
Intervensi
Kelompok
Variabel

25 (OH) D awal (ng/mL)
< 20 (Defisiensi)
21 - 50 (Insufisiensi)
51 - 100 (Optimal)

I
(n = 15)
n
%

II
(n = 15)
n
%

III
(n = 15)
n
%

n

%

4
8
3

2
7
6

1
8
6

7
23
15

15,56
51,11
33,33

26,7
53,3
20,0

13,3
46,7
40,0

6.7
53.3
40,0

Total

Pada tabel 4.2 diatas menunjukkan pengelompokkan status awal vitamin D
pada ketiga kelompok menggunakan tabel random/acak yang sudah dibuat
sebelumnya. Setiap pasien yang berkunjung ke klinik Periodonsia dan telah
didiagnosis sebagai penderita periodontitis kronis dimasukkan ke dalam kelompok
intervensi sesuai tabel random. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan kelompok I
memiliki 4 orang berstatus defisiensi vitamin D, sedangkan kelompok II
berjumlah 2 orang dan kelompok III hanya 1 orang. Status insufisiensi vitamin D
tertinggi berada di kelompok I dan III berjumlah 8 orang, sedangkan di kelompok
II berjumlah 7 orang. Status vitamin D yang optimal terbanyak berada di
kelompok II dan III, sedangkan di kelompok I berjumlah 3 orang.
Pemeriksa/examiner dalam penelitian ini dilakukan oleh 3 (tiga) orang
pemeriksa yang diuji pengukurannya dan dianalisis secara statistik. Sebanyak 5
(lima) orang pasien yang bukan subyek penelitian diukur parameter PPD, CAL,
dan BOP oleh ketiga pemeriksa masing-masing 6 gigi per pasien sehingga total
didapatkan 30 gigi. Pengukuran ini tidak dilakukan berulang namun dilakukan
hanya satu kali pergigi oleh masing-masing pemeriksa dengan alasan pasien
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

merasa sakit dan tidak nyaman jika diukur berulang kali. Berdasarkan uji
kenormalan data pengukuran intra examiner menggunakan uji Saphiro wilk
menunjukkan data ketiga pemeriksa adalah normal (p0.05). Artinya kondisi awal seluruh subyek
adalah sama (homogen). Berdasarkan tabel 4.3 diatas nilai rata-rata awal PPD
ketiga kelompok > 4 mm yang menunjukkan kriteria sedang , nilai rata-rata CAL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara

awal ketiga kelompok > 5 mm yang berarti kriteria parah, nilai rata-rata BOP awal
ketiga kelompok > derajat 2 yang berarti interdental papila terlihat dipenuhi
sedikit atau banyak darah. Kadar serum vitamin D seluruh subyek sebelum
mendapatkan terapi SRP adalah insufisiensi artinya mengalami ketidakcukupan
vitamin D dalam tubuh (< 50 ng/mL).
4.1.4. Kadar Vitamin D [25(OH)D] sebelum dan sesudah intervensi
Analisis untuk melihat perbedaan kadar vitamin D sebelum dan sesudah
intervensi dapat dilihat pada tabel 4.4. Hasil uji Saphiro wilk menunjukkan data
tidak terdistribusi normal (p