Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pasien yang Terpasang Infus di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pola Tidur
2.1.1 Pengertian dan Fungsi Tidur
Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan
kesejahteraan (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah proses yang diperlukan manusia
untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak
(natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun
untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status
perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan
menurun (Mubarak & Chayatin, 2008).
Tidur bisa diartikan sebagai bagian dari periode alamiah kesadaran yang
terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran
dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal. Secara otomatis, otak kita
memprogram untuk tidur begitu gelap datang dan terbangun ketika terang tiba. Pun
kita bisa tidur kapan saja, baik karena mengantuk ataupun dipengaruhi obat-obatan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis
yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu
terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama
dari keterjagaan.


Universitas Sumatera Utara

Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi
otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh
(Lumbantobing, 2004). Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak
dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan
kembali aktifitas normal pada bagian jaringan otak (Kozier, 2004).
Potter (2005) berpendapat bahwa, selama tidur NREM bermanfaat dalam
memelihara fungsi jantung dan selama tidur gelombang rendah yang dalam NREM
tahap IV tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaharui sel epitel dan khusus seperti sel otak. Selain itu, tubuh menyimpan
energi selama tidur dan penurunan laju metaboli kbasal menyimpan persediaan energi
tubuh.

2.1.2 Fisiologi Tidur
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi
bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus 24
jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan
segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya manusia dan

binatang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono, 1996).
Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating system(RAS) dan bulbar synchronizing regional(BSR) yang terletak pada
batang otak (Potter & Perry, 2005).

Universitas Sumatera Utara

RAS merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan
saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan
bagian atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran,
nyeri dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons
dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005)
2.1.3 Tahapan Tidur
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid
Eye Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye
Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat
stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur

stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry, 2005)
a. Tidur stadium satu
Sesuai dengan keadaan seorang yang baru saja terlena. Seluruh otot skeletal
menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan kedua bola mata bergerak bolakbalik ke kedua sisi. EEG yang direkam selama tahap tidur pertama itu
memperlihatkan penurunan voltase dengan gelombang-gelombang alfa yang makin
menurun frekuensinya (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996).Pada

Universitas Sumatera Utara

tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun dengan
mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur, mata akan
bergerak peralahan-lahan, dan aktivitasotot melambat (Patlak, 2005).
b.Tidur stadium dua
Keadaan tidur masuk tahap tidur kedua apabila timbul sekelompok
gelombang yang berfrekuensi 14-18 siklus per detik pada aktivitas dasar yang
berfrekuensi 3-6 per detik. Gelombang-gelombang 14-18 siklus per detik itu
dinamakan gelombang tidur atau sleep spindles. Dalam tahap tidur kedua itu kedua
bola mata berhenti bergerak dan tonus otot masih terpelihara (Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia, 1996). Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit.

Denyut jantung melambat dan suhu tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada
tahap ini didapatkan gerakan bola mata berhenti (Patlak, 2005).
c.Tidur Stadium Tiga
Pada tahap tidur yang ketiga EEG memperlihatkanperubahan gelombang
dasar berfrekuensi 3-6 siklus per detik menjadi 1-2 siklus per detik, yang sekali-sekali
diselingi oleh timbulnya gelombang tidur. Keadaan fisik pada tahap tidur ketiga
dicirikan oleh lemahlunglai karena tonus muscular lenyap sama sekali (Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996).Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya
(Ganong, 1998). Pada tahap ini individu sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun,
individu tersebut tidak dapat segera menyesuaikan diri dan sering merasa bingung
selama beberapa menit (Smith & Segal, 2010).

Universitas Sumatera Utara

d. Tidur stadium empat
Pada tahap tidur keempat ini, EEG memperlihatkan hanya irama gelombang
yang berfrekuensi 1-2 per detik tanpa penyelingan dengan gelombang tidur. Dalam
tahap tidur keempat badan lemahseperti pada tahap tidur ketiga (Perhimpunan
DokterSpesialis Saraf Indonesia, 1996). Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling
dalam. Gelombang otak sangat lambat. Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan

menuju otot, untuk memulihkan energi fisik (Smith & Segal, 2010). Kecepatan
jantung dan pernafasan turun, rileks, jarang bergerak dan sulit dibangunkan dan
mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 –8 jam (Kozier,2004).
Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan
sangat restorative karena merupakan bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa
cukup istirahat dan energik di siang hari (Patlak, 2005). Fase tidur NREM ini
biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke
fase REM. Tahap tidur REM terjadi setelah 90–110 menit tertidur ditandai dengan
peningkatan denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah, otot –otot
relaksasi (Maas, 2002) serta peningkatan sekresi gaster (Hidayat, 2006). Selama tidur
baik NREM maupun REM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari tidur REM lebih
nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi memori jangka
panjang (Potter & Perry, 2005). Karakteristik tidur REM adalah pernafasan ireguler,
mata cepat tertutup dan terbuka, sulit dibangunkan, sekresi gaster meningkat,
metabolisme meningkat dan biasanya disertai mimpi aktif (Hidayat, 2006).

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Pola Tidur
Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jangka waktu yang

relatif menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,
frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur
(Depkes dalam Siallagan,2010). Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup
termasuk stress pekerjaan, hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah
pada insomnia dan penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang
medikasi tersebut dapat mengganggu pola tidur dan selama tidur malam yang
berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi berselingan sebanyak 4-6
kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM, maka esok harinya ia akan
menunjukkan kecenderungan untuk menjadi hiperaktif, kurang dapat mengendalikan
emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika NREM kurang cukup,
keadaan fisik menjadi kurang gesit (Mardjono, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Non REM
tahap II

Non REM
tahap I


REM

Non
REM
tahap III

Non
REM
tahap II

Non
REM
tahp IV

Tidur

Non
REM
tahap III


Gambar 2.1.4 Tahap-tahap Pola tidur (Potter & Perry, 2005)
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus
dari 24 jam kehidupan manusia. Keteraturan irama sirkadian ini juga merupakan
keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu, maka fungsi fisiologis dan psikologis
dapat terganggu (Potter & Perry, 2005). Pada tahap REM aktivitas korteks cukup
intensif, sedangkan non-REM adalah dengan hilangnya aktifitas korteksyang
digambarkan dengan amplitudo yang besar berfrekuensi rendah pada osilasi
elektroensefalografi (EEG). Satu siklus tidur yang lengkap pada orang dewasa

Universitas Sumatera Utara

berlangsung sekitar 90 menit, tetapi pada anak, terlebih bayi berlangsung lebih
singkat lagi(Tanjung & Sekartini, 2004).

2.1.5. Jenis- Jenis atau Pola Tidur
Tidur dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. NREM (non rapid eye movement) atau Pola Tidur Biasa
Tidur NREM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya
kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur gelombang
lambat (slow wape sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat (Hidayat,

2004). Tidur NREM juga diartikan sebagai periode tidur dimana tidak ada gerakan
mata yang dapat diamati.
2. REM ( rapid eye movement) atau Pola Tidur Paradoksikal
Tidur REM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal
dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun otak mungkin tidak tertekan secara berarti
(Hidayat, 2006).Tidur NREM mempunyai 4 tahapan yang maasing- masing tahap
ditandai dengan pola gelombang otak.

2.1.6 Kebutuhan tidur dan pola tidur normal sesuai umur
Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok
usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat tidur dengan 4 jam tidur,
sementara yang lain membutuhkan 10 jam.

Universitas Sumatera Utara

1. Neonatus
Neonatus sampai usia 3 bulan,rata rata tidur sekitar 16 jam sehari. Bayi yang
lahir tanpa medikasi

lahir keadaan terjaga mata terbuka lebar dan mengisap


kencang. Setelah sekitar 1 jam bayi baru lahir menjadi diam dan kuarng responsif
terhadap stimulus internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit
sampai 2 sampai 4 jam setelah kemudian bayi terbagun lagi dan seringkali
menyebabkan tangisan karena terlalu responsif terhadap stimulus. Stimulus
lapar,nyeri,dan dingin. Pada minggu pertama bayi baru lahir tidur degan konstan.
Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM, yang menstimulasi pusat otak
tertinggi, hal ini di anggap esensia l bagi perkembagan karena neonatus tidak tejaga
cukup lama untuk menstimulasi eksternal yang yang bermakna.
2.

Bayi
Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam sampai 14 jam

perhari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM. Pertama- pertama bayi terbangun
setiap 3 sampai 4 jam,makan dan kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh
mengalami peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama. Pada
bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan menetap -kan pola tidur
siang yang bervariasi pada setiap individu. Namun mereka umum nya terbagun lebih
awal di pagi hari. Diakhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak

1 atau 2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam.
Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap tidur ringan.
Selama tidur ringan,bayi melakukan sebagian besar aktivitas seperti bergerak,

Universitas Sumatera Utara

berdeguk dan batuk. Orang orang tua perlu memastikan bahwa bayi benar-benar
terbangun sebelum mengangkat mereka untuk di beri makan dan di ganti pakaian.
Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia antara 5 sampai 9
bulan.
3. Todler
Pada usia 2 tahun, anak-anak biasa nya tidur sepanjang malam dan tidur siang
setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam perhari. Tidur siang dapat hilang pada usia 3
tahun. Hal yang umum bagi todler terbagun pada malam hari. Persentasi tidur REM
berlanjut menurun selama periode ini todler tidak ingin tidur pada malam hari
ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan kebutuhan untuk otonomi, atau takut
perpisahaan. Todler mempunyai kebutuhan untuk mengeksplorasi dan memuaskan
keingin tahuannya, yang dapat menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba
untuk menunda waktu tidur.
4. Prasekolah
Rata-rata tidur anak usia persekolah sekitar 12 jam semalam (sekitar 20%
adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak persekolah jarang tidur siang. Kecuali pada
kebudayaan yaitu siesta adalah kebiasaan. Anak usia persekolah biasa nya mengalami
kesulitan untuk rileks atau diam setelah hari-hari yang aktif. Anak usia prsekolah juga
mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari,atau
mimpi buruk,orang tua paling berhasil untuk membawa anak prasekolah untuk tidur
dengan membina ritual yang konsisten yang mencakup aktivitas waktu tenang
sebelum waktu tidur.

Universitas Sumatera Utara

5. Anak usia sekolah
Jumlah tidur yang di perlukan pada usia sekolah bersifat individual di
karenakan status aktifitas dan tingkat kesehatan berpariasi. Anak usia sekolah biasa
nya tidak membutuhkan tidur siang. Pada usia 6 tahun akan tidur malm rata-rata 11
sampai 12 jam,sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam. Anak
usia 6 atau 7 tahun biasanya dapat di bujuk untuk tidur dengan mendorong
melakukan aktifitas yang tenang . Anak yang lebih tua sering kali menolak tidur
karena ketidak- sadaran terhadap kelelahan atau kebutuhan mandiri. Anak usia
sekolah akan menjadi lelah pada hari berikut nya jika diizin kan untuk tinggal lebih
lama dari biasa nya.Anak yang lebih tua meminta waktu tidur yang lebih larut sebagai
suatu simbol dominan dari anak yang lebih muda.
6. Remaja
Remaja memperoleh sekitar 7 ½ jam untuk tidur setiap malam pada saat
kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja umumnya mengalami sejumlah
perubahan yang sering kali mengurangi waktu tidur. Biasa nya orang tua tidak lagi
terlibat pada penataan waktu tidur yang spesipik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial
setelah sekolah,dan perkerjaan penuh waktu menekan waktu yang tersedia waktu
tidur. Remaja tidur lebih larut dan bangun lebih cepat pada waktu sekolah menengah
atas. Harapan sosial yang umum adalah remaja membutuhkan tidur. Yang sedikit dari
pada para remaja.

Universitas Sumatera Utara

7. Dewasa muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6 samapai 8 ½
jam,tetapi hal ini berpariasi. Dewasa muda jarang sekali tidur siang. Kurang dari
20% waktu tidur yang di habiskan yaitu tidur REM,yang tetap konsiten sepanjang
hidup. Dewasa muda muda yang sehat membutukan cukup tidur untuk berpastisipasi
dalam kesibukan aktivitas yang mngisi hari-hari mereka. Akan tetapi,adalah hal yang
umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola tidur yang umum. Stres
perkejaan, hubungan keluarga,dan aktivitas sosial dapat mngarah pada insomnia .
8. Dewasa tengah
Selama masa dewasa tengah total waktu yang di gunakan untuk tidur malam
hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai menurun, suatu penurunan yang
berlanjut dengan bertambah nya usia. Gangguan tidur sering kali mulai di diagnosa
diantara orang-orang pada rentang usia ini bahkan ketika gejola dari ganguan yang
telah ada untuk di sebabkan oleh penuaan oleh perubahan stress usia menengah.
Gangguan tidur dapat di sebabkan oleh kecemasan,depresi,atau penyakit pisik ringan
tertentu.

Wanita

yang

mngalami

gejala

menopause

dapat

mngalamai

insomnia.anggota kelompok usia ini dapat terggantung pada obat tidur.
9. Lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia.Akan tetapi,kualitas
tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Episode tidur REM
cenderung memendek. Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur REM 3
dan 4,berapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam. Seorang

Universitas Sumatera Utara

lasia yang terbangun lebih sering di malam hari,dan membutuhkan banyak waktu
untuk jatuh tertidur. Akan tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap
perubahan pisiologis dan fisikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur
REM dan keberlangsungan dalam siklus tidur mirip dengan dewasa muda.

Keragaman dalam prilaku tidur lansia adalah umum. Keluhan tentang kesulitan
tidur waktu malam sering kali terjadi diantara lansia,sering kali akibat keberadaan
penyakit kronik yang lain.Sebagai contoh,seorang lansia yang mngalami akritis
mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur siang
kelihatan nya meningkat secara progresif dengan bertambah nya usia. Peningkatan
waktu siang hari yang di pakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun
pada malam hari.

2.1.7 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tidur
a. Penyakit
Sakit dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit yang
memperbesar kebutuhan tidur. Keadaan sakit menjadikan kurang tidur dan bahkan
tidak bisa tidur.
b. Latihan dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur
untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut terlihat
pada seseorang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan. Maka, orang

Universitas Sumatera Utara

tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya
diperpendek.
c. Stres Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa. Hal
tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis mengalami
kegelisahan sehingga sulit untuk tidur. Karena stress emosional, klien menunjukkan
penundaan untuk tidur, sedikitnya tidur REM, frekuensi terbangun meningkat,
peningkatan total untuk tidur, merasa kekurangan tidur dan cepat bangun.
d. Obat
Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah menyebabkan seseorang insomnia, antidepresan
dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis yang menyebabkan
kesulitan untuk tidur, dan lain-lain.
f. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur.
Protein yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, karena adanya
tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Demikian
sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga mempengaruhi proses tidur,
bahkan terkadang sulit untuk tidur.
g. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur.Lingkungan menjadi penyebab yang signifikan

Universitas Sumatera Utara

untuk mampu memulai dan mempertahankan tidur. Tempat tidur di rumah sakit
sangat berbeda dengan di rumah. Di rumah sakit, keributan menjadi masalah terhadap
pasien dan menjadikan pasien rawan untuk terbangun. Keributandi rumah sakit
biasanya baru dan asing. Masalah tersebut sangat tampak pada malam pertama rawat
inap.
h. Motivasi
Penundaan fase tidur tersebut dikarenakan adanya keterlambatan untuk tidur
akibat irama sirkardian yang tidak teratur ( Behrman & Kliegman, 2002).

2.2 Terapi Cairan Intravena (Pemasangan Infus)
2.2.1 Pengertian dan Tujuan Terapi Intravena
Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat
intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan, pemantauan
hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal.
Menurut Perry & Potter (2006), pemberian cairan intravena adalah pemberian
sejumlah cairan ke dalam tubuh ke dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau
mencegah gangguan cairan dan elektrolit,darah, maupun nutrisi. Terapi intravena
adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau
vitamin ke dalam tubuh pasien.
Terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena
(pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus atau pengobatan, dengan tujuan agar
sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka

Universitas Sumatera Utara

waktu tertentu.Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada
kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan
cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan
cairan dan elektrolit serta asam basa.
Menurut

Hidayat

(2008),

tujuan

utama

terapi

intravena

adalah

mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral,
mengoreksi

dan

mencegah

gangguan

cairandan

elektrolit,

memperbaiki

keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk
pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parenteral.

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian
Menurut Perry dan Potter (2005), keuntungan dan kerugian terapi intravena
adalah :
a. Keuntungan
Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai
karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi total
memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan, kecepatan
pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik dapat dipertahankan maupun
dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuskular atau
subkutan dapat dihindari, sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute

Universitas Sumatera Utara

lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus
gastrointestinalis.
b. Kerugian
Kerugian terapi intravena adalah : tidak bisa dilakukan “drug recall” dan
mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, kontrol
pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan komplikasi
tambahan dapat timbul, yaitu : kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi
dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan inkompabilitas
obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.

Universitas Sumatera Utara