Kebutuhan Keluarga Pasien Selama Perawatan Di Ruangan ICU/ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi

(1)

KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN SELAMA PERAWATAN DI RUANGAN ICU/ICCU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

AHMAD THALIBKERINCI SUNGAI PENUH JAMBI

SKRIPSI

Oleh :

Aditya Pradana

101101009

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSTITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Prakata

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kebutuhan Keluarga Pasien Selama Perawatan Di Ruangan ICU/ICCU Rumah Sakit Umum Daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi”.

Ucapan terimah kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagai berikut :

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu dekan I Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota S.Kp MNSsebagai Pembantu dekan II Fakultas Keperawatan USU dan sekaligus juga sebagai dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

4. Ikhsanudin Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU

5. Sri Eka Wahyuni S.Kep, Ns. M.Kep sebagai Penguji 1 dan sekaligus juga sebagai dosen Pembimbing Akademik selama Perkuliahan.

6. Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNs yang telah menempatkan kesediaan waktunya sebagai Penguji 2

7. Dr. Arman Sp.M selaku Direktur RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Kabupaten Kerinci yang telah memberikan izin dalam proses pengambilan data pada saat survey awal.

8. Ayahanda Bustomi dan Ibunda Yefni Tetti yang selalu mendoakan, menyayangiku dan memberikan dukungan baik moril maupun material serta


(4)

9. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada semua pihak yang membantu dan mendukung penulis. Penulis menerima saran dan kritik yang barsifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan,8 Juli 2014


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... Halaman Pengesahan ... Prakarta ... Daftar isi ... Daftar Tabel ... Abstrak ...

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.Konsep ICU ... 6

2.1.1.Defenisi ICU... 6

2.1.2.Pembagian ICU berdasarkan kelengkapan... 7

2.1.3.Sistem pelayanan ruang ICU... 8

2.1.4.Perawat ICU... 12

2.2.Konsep Keluarga ... 13

2.2.1.Defenisi Keluarga... 13

2.2.2.Peran Keluarga... 14

2.2.3.Dukungan Sosial Keluarga... 15

2.2.4.Dukungan keluarga pada pasien dengan perawatan ICU... 17

2.3.Konsep Kebutuhan Keluarga Pasien ... 18

2.3.1.Defenisi Kebutuhan Keluarga... 18

2.3.2.Faktor yang mempengaruhi kebutuhan keluarga... 19

2.3.3.Kebutuhan keluarga pasien di ruang ICU... 20

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 25

3.1.Kerangka Penelitian ... 25

3.2.Defenisi Operasional ... 27

3.2.1.Kebutuhan Biologi... 27

3.2.2.Kebutuhan Psikolososial... 28

3.2.3.Kebutuhan Sosial... 28

3.2.4.Kebutuhan Spiritual... 28

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 29

4.1.Desain Penelitian ... 29

4.2.Populasi dan sampel... ... 29

4.3.Tempat dan Waktu Penelitian ... 30


(6)

4.7.Prosedur Pengumpulan Data ... 33

4.8.Analisa Data ... 34

Bab 5. Hasil Dan Pembahasan... 35

5.1.Hasil Penelitian... 35

5.1.1.Data demografi responden... 35

5.1.2.Gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahSungai Penuh Jambi... 37

5.2.Pembahasan... 41

Bab 6. Kesimpulan Dan Saran... 47

6.1.Kesimpulan... 47

6.2.Saran... 48

6.2.1.Bagi Praktek Keperawatan... 48

6.2.2.Bagi rumah sakit... 48

6.2.3.Bagi Pendidikan keperawanan... 48

6.2.4.Bagi penelitian selanjutnya... 48


(7)

Lampiran-Lampiran

1. Lembar Persetujuan responden 2. Kueioner Penelitian

3. Jadwal Penelitian 4. Taksasi Dana

5. Daftar Riwayat Hidup 6. Lembar bukti bimbingan

7. Tabel Kerja Uji Reliabilitas dengan rumus KR 20 8. Tabulasi Data Penelitian

9. Data SPSS

10. Surat Survei awal dari FKep USU

11. Surat Balasan Survei awal dari Rsud Mayjend Ahmad Thalib Kerinci 12. Surat Pengambilan Data Penelitian dari Fkep USU

13. Surat Balasan Pengambilan Data dari Rsud Mayjend Ahmad Thalib Kerinci 14. Surat Pengambilan Data Penelitian Uji Reliabilitas dari Fkep USU

15. Surat Balasan Pengambilan Data Penelitian uji Reliabilitas dari Rsud Mayjend Ahmad Thalib Kerinci

16. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Fakultas Keperawatan USU


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Kerangka konsep penelitian tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU... 27


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden {n=30}... 36 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara biologi di ruang rawat ICU (n=30)... 38 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara psikologi di ruang ICU (n=30)... 39 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara sosial di ruang ICU (n=30)... 40 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara spiritual di ruang ICU (n=30)... 41


(10)

Judul : Gambaran Kebutuhan Keluarga Pasien Selama Perawatan Di Ruangan ICU/ICU di RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi

Penulis : Aditya Pradana Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

Abstrak

Kebutuhan keluarga adalah unsur yang dibutuhkan oleh anggota keluarga dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis individu-individu dalam keluarga tersebut yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat Di RuanganICU/ICU di RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi dengan menggunakan desain deskripsi eksploratif. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa kebutuhan keluarga pasien di ruang rawat ICU adalah berupa terpenuhinya kebutuhan biologi yaitu tersedia ruang tunggu keluarga pasien 26 (87%), ada area untuk tempat beristirahat 26 (87%).Kebutuhan secara psikososial yaitu keluarga menerima informasi yang akurat dari perawat ICU 29 (97%), keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang memperhatikan 30 (100%).Kebutuhan secara sosial itu yaitu keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 29 (97%), keluarga mengetahui kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan 29 (97%),dan yang terakhir kebutuhan secara spiritual yaitu tersedia tempat untuk beribadah/sholat 25 (83%), keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa 26 (87%).Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak managemen di Rumah Sakit untuk memfasilitasi pemenuhan Kebutuhan keluarga pasien selama perawatan di ruangan ICU dirumah sakit umum daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi


(11)

Title : The picture of the needs of the patients' family during Treatment at ICU Room at RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi Writer : Aditya Pradana

Faculty : Faculty of Nursing Academic Year : 2013/2014

Abstract

Family's needs is an element needed by family members in maintaining either physiologic or psychological balance of individuals in the family that aim to lead a life and maintain health. This research aimed to identify the overview of the needs of the patients' families waiting for their family being treated in the treatment room of ICU Room in RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi by using descriptive explorative design. Sample of this research were 30 people in total with total sampling for the sample collecting technique . The research brought to light results that the needs of the patients' family in the ICU room was the fulfillment of biological needs namely the availability of waiting rooms for patients' family 26 (87%), the availability of areas for resting 26 (87%). Psychosocial needs was that families receive accurate information from nurses in the ICU 29 (97%), families feeling comfortable if nurses in ICU pay attention and care for them 30 (100%). Social needs was that families were given explanation concerning the patients' progress 29 ( 97%), families were informed about the patients' conditions after a measure/medication was conducted 29 (97%), and the last one was spiritual needs which was the availability of places of praying/worship 26 (87%). The result of this research is expected to give inputs to the management personnels in the Hospital in order to facilitate the fulfillment of the needs of the patients' families during treatment in the ICU room of RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi.


(12)

Judul : Gambaran Kebutuhan Keluarga Pasien Selama Perawatan Di Ruangan ICU/ICU di RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi

Penulis : Aditya Pradana Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

Abstrak

Kebutuhan keluarga adalah unsur yang dibutuhkan oleh anggota keluarga dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis individu-individu dalam keluarga tersebut yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat Di RuanganICU/ICU di RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi dengan menggunakan desain deskripsi eksploratif. Sampel penelitian ini sebanyak 30 orang dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa kebutuhan keluarga pasien di ruang rawat ICU adalah berupa terpenuhinya kebutuhan biologi yaitu tersedia ruang tunggu keluarga pasien 26 (87%), ada area untuk tempat beristirahat 26 (87%).Kebutuhan secara psikososial yaitu keluarga menerima informasi yang akurat dari perawat ICU 29 (97%), keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang memperhatikan 30 (100%).Kebutuhan secara sosial itu yaitu keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 29 (97%), keluarga mengetahui kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan 29 (97%),dan yang terakhir kebutuhan secara spiritual yaitu tersedia tempat untuk beribadah/sholat 25 (83%), keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa 26 (87%).Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak managemen di Rumah Sakit untuk memfasilitasi pemenuhan Kebutuhan keluarga pasien selama perawatan di ruangan ICU dirumah sakit umum daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi


(13)

Title : The picture of the needs of the patients' family during Treatment at ICU Room at RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi Writer : Aditya Pradana

Faculty : Faculty of Nursing Academic Year : 2013/2014

Abstract

Family's needs is an element needed by family members in maintaining either physiologic or psychological balance of individuals in the family that aim to lead a life and maintain health. This research aimed to identify the overview of the needs of the patients' families waiting for their family being treated in the treatment room of ICU Room in RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi by using descriptive explorative design. Sample of this research were 30 people in total with total sampling for the sample collecting technique . The research brought to light results that the needs of the patients' family in the ICU room was the fulfillment of biological needs namely the availability of waiting rooms for patients' family 26 (87%), the availability of areas for resting 26 (87%). Psychosocial needs was that families receive accurate information from nurses in the ICU 29 (97%), families feeling comfortable if nurses in ICU pay attention and care for them 30 (100%). Social needs was that families were given explanation concerning the patients' progress 29 ( 97%), families were informed about the patients' conditions after a measure/medication was conducted 29 (97%), and the last one was spiritual needs which was the availability of places of praying/worship 26 (87%). The result of this research is expected to give inputs to the management personnels in the Hospital in order to facilitate the fulfillment of the needs of the patients' families during treatment in the ICU room of RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keluarga adalah supporting system yang sangat penting dalam proses penyembuhan pasien.Suatu kontribusi, keluarga memiliki peran dan fungsi, antara lain mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri, mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga, mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Friedman. 1998).Supporting keluarga sangat penting bagi pasien yaitu saat kondisi sehat maupun sakit klien. Secara konsep kondisi sehat biasanya pasien membutuhkan pemenuhan kebutuhan akan psikososial yang merupakan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan sosialisasi yang akan menjadi sumber energi kebahagiaan keluarga. Sementara dari kondisi sakitnya pasien lebih membutuhkan rasa aman nyaman ketika keluarga berada didekat pasien sehingga terpenuhi hubungan terapeutik antar keluarga (Friedman, 1998).

Jika ada anggota keluarga yang sakit maka salah satu respon anggota keluarga yang lain adalah membawanya ke pelayanan kesehatan. Pasien membutuhkan keluarga karena keluarga merupakan bentuk sosial utama


(15)

yangmerupakan tempat untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Keluarga juga dapat menjadi kontrol bagi kehidupan (Potter, 2005).

Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah pusat layanan krisis memberikan layanan gawat darurat bagi klien yang mengalami krisis kehidupan. Pusat layanan ini dapat beroperasi diluar rumah sakit atau di komunitas dan sebagian besar menyediakan layanan telepon 24-jam. Beberapa juga menyediakan konseling langsung bagi klien di pusat layanan tersebut atau dirumah. Tujuan utama pusat layanan krisis adalah membantu individu menghadapi krisis yang saat ini sedang terjadi dan memberikan panduan dan dukungan terapi jangka panjang. Perawat yang bekerja dipusat layanan krisis harus memiliki keterampilan komunikasi dan konseling yang baik. Perawat harus segera mengidentifikasi masalah klien, menawarkan bantuan untuk membantu klien tersebut menghadapi masalah, dan mungkin mengarahkan klien ke berbagai sumber untuk dukungan jangka panjang. (Kozier, 2010).

Secara khusus bagi keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis

(critical care patiens) dalam kenyataannya memiliki stress emosional yang tinggi

(high levels of emotional distress).Para peneliti mendapatkan data peningkatan kejadian stress (elevated levels of distress) yang dialami oleh keluarga pasien adalah segera setelah pasien berada di ICU (just after the patients admission to the

ICU) (Azizahkh, 2010). Disamping itu perawatan pasien di ruang ICU

menimbulkan stres bagi keluarga pasien juga karena lingkungan rumah sakit, dokter dan perawat merupakan bagian yang asing, bahasa medis yang sulit untuk


(16)

tingkat stres keluarga karena kurang terpenuhinya kebutuhan keluarga pada saat menunggu klien di ruagan ICU.

Karakter khusus di Indonesia, khususnya di Jambi bahwa salah satu bentuk

supporting keluarga terhadap aggota keluarga yang sakit dengan menunggu

anggota keluarganya di rumah sakit.Mengingat pentingnya peran/support keluarga inilah maka perlu diketahui apa yang menjadi kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya yang dirawat di ruang ICU dimana hal yang diketahui adalah kenyataan bahwa pelayanan kesehatan dan fasilitas rumah sakit lebih difokuskan kepada pasien saja. Padahal dengan memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga, rumah sakit dapat menciptakan lingkungan yang saling mendukung untuk kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien.

Kebutuhan yang dimiliki setiap individu bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena alasan faktor budaya. Berbagai kebutuhan keluarga ketika menunggu anggota keluarga saat di rumah sakit baik kebutuhan fisik maupun fasilitas, maka kebutuhan tersebutpun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergera untuk berusaha mendapatkannya. Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti penyakit, hubungan keluarga, aktualisasi diri, kebutuhan rasa aman nyaman.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebutuhan kelurga pasien selama perawatan di ruangan ICU/ICCU di Rumah Sakit Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi.


(17)

1.2.Pertanyaan Penelitian

Apakah kebutuhan keluarga pasien ketika menunggu keluarganya yang sedang sakit di ruang rawat ICU RSU Mayjend Ahmad Thalib Kerinci?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan keluarga klien ketika menunggu keluarganya yang sedang sakit di ruang rawat ICU RSU Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Jambi

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat masukan bagi perawat menjadi acuan dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan mengenai kebutuhan fasilitas penunjang untuk kenyamanan keluarga pasien ketika menunggu keluarganya yang sedang sakit di ruang rawat ICU.

1.4.2 Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen rumah sakit agar sebagai pertimbangan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan lebih meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang memadai bagi kepada keluarga yang sedang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU.


(18)

1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi evidence based practice untuk menambah wawasan dan pengetahuan keperawatan tentang kebutuhan keluarga yang sedang menunggu pasein di ruang rawat ICU. 1.4.4 Bagi Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar data awal untuk penelitian selanjutnya dalam konteks yang sama.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep ICU

1.1 Definisi ICU

ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian. Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab,2007).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,cedera atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.


(20)

1.2 Pembagian ICU berdasarkan kelengkapan

Berdasarkan kelengkapan penyelenggaraan maka ICU dapat dibagi atas tiga tingkatan. Yang pertama ICU tingkat I yang terdapat di rumah sakit kecil yang dilengkapi dengan perawat, ruangan observasi, monitor, resusitasi dan ventilator jangka pendek yang tidak lebih dari 24 jam. ICU ini sangat bergantung kepada ICU yang lebih besar. Kedua, ICU tingkat II yang terdapat pada rumah sakit umum yang lebih besar di mana dapat dilakukan ventilator yang lebih lama yang dilengkapi dengan dokter tetap, alat diagnosa yang lebih lengkap, laboratorium patologi dan fisioterapi. Yang ketiga, ICU tingkat III yang merupakan ICU yang terdapat di rumah sakit rujukan dimana terdapat alat yang lebih lengkap antara lain hemofiltrasi, monitor invasif termasuk kateterisasi dan monitor intrakranial. ICU ini dilengkapi oleh dokter spesialis dan perawat yang lebih terlatih dan konsultan dengan berbagai latar belakang keahlian ( Rab, 2007).

Terdapat tiga kategori pasien yang termasuk pasien kritis yaitu : kategori pertama, pasien yang di rawat oleh karena penyakit kritis meliputi penyakit jantung koroner, respirasi akut, kegagalan ginjal, infeksi, koma non traumatik dan kegagalan multi organ. Kategori kedua, pasien yang di rawat yang memerlukan propilaksi monitoring oleh karena perubahan patofisiologi yang cepat seperti koma. Kategori ketiga, pasien post operasi mayor.

Apapun kategori dan penyakit yang mendasarinya, tanda-tanda klinis penyakit kritis biasanya serupa karena tanda-tanda ini mencerminkan gangguan pada fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan neurologi (Nolan et al. 2005). Tanda-tanda klinis ini umumnya adalah takipnea, takikardia, hipotensi, gangguan


(21)

kesadaran (misalnya letargi, konfusi / bingung, agitasi atau penurunan tingkat kesadaran) (Jevons dan Ewens, 2009).

1.3 Sistem pelayanan ruang ICU

Penyelenggaraan pelayanan ICU di rumah sakit harus berpedoman pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di rumah sakit. Pelayanan ICU di rumah sakit meliputi beberapa hal, yang pertama etika kedokteran dimana etika

Pelayanan di ruang ICU harus berdasarkan falsafah dasar "saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dan berorientasi untuk dapat secara optimal, memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Kedua, indikasi yang benar dimana pasien yang di rawat di ICU harus pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim intensive care, pasien yangmemerlukan pengelolaan fungsi sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan metode terapi titrasi, dan pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis. Ketiga, kerjasama multidisipliner dalam masalah medis kompleks dimana dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama di dalam tim yang di pimpin oleh seorang dokter intensivis sebagai ketua tim. Keempat, kebutuhan pelayanan kesehatan pasien dimana kebutuhan pasien ICU


(22)

seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing (fungsi pernapasan), Circulation

(fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitif. Kelima, peran koordinasi dan integrasi dalam kerja sama tim dimana setiap tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi pasien misalnya sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan evaluasi pasien sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi kemudian kepala ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan, memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan usulan anggota tim lainnya serta berkonsultasi dengan konsultan lain dan mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim. Keenam, asas prioritas yang mengharuskan setiap pasien yang dimasukkan ke ruang ICU harus dengan indikasi masuk ke ruang ICU yang benar. Karena keterbatasan jumlah tempat tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk. Ketujuh, sistem manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainya koordinasi dan peningkatan mutu pelayanan di ruang ICU yang memerlukan tim kendali mutu yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas utamanya memberi masukan dan bekerja sama dengan staf struktural ICU untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan ICU. Kedelapan, kemitraan profesi dimana kegiatan pelayanan pasien di ruang ICU di samping multi disiplin juga antar profesi seperti profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil optimal maka perlu peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia) secara berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua profesi. Kesembilan, efektifitas, keselamatan dan ekonomis dimana unit pelayanan di ruang ICU mempunyai biaya


(23)

dan teknologi yang tinggi, multi disiplin dan multi profesi, jadi harus berdasarkan asas efektifitas, keselamatan dan ekonomis. Kesepuluh, kontuinitas pelayanan yang ditujukan untuk efektifitas, keselamatan dan ekonomisnya pelayanan ICU. Untuk itu perlu di kembangkan unit pelayanan tingkat tinggi (High Care Unit

=HCU). Fungsi utama. HCU adalah menjadi unit perawatan antara dari bangsal rawat dan ruang ICU. Di HCU, tidak diperlukan peralatan canggih seperti ICU tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan dan pemantauan yang lebih tinggi.

Unit perawatan kritis atau unit perawatan intensif (ICU) merupakan unit rumah sakit di mana klien menerima perawatan medis intensif dan mendapat monitoring yang ketat. ICU memilki teknologi yang canggih seperti monitor jantung terkomputerisasi dan ventilator mekanis. Walaupun peralatan tersebut juga tersedia pada unit perawatan biasa, klien pada ICU dimonitor dan dipertahankan dengan menggunakan peralatan lebih dari satu. Staf keperawatan dan medis pada ICU memiliki pengetahuan khusus tentang prinsip dan teknik perawatan kritis. ICU merupakan tempat pelayanan medis yang paling mahal karena setiap perawat hanya melayani satu atau dua orang klien dalam satu waktu dan dikarenakan banyaknya terapi dan prosedur yang dibutuhkan seorang klien dalam ICU ( Potter & Perry, 2009).

Pada permulaannya perawatan di ICU diperuntukkan untuk pasien post operatif. Akan tetapi setelah ditemukannya berbagai alat perekam (monitor) dan penggunaan ventilator untuk mengatasi pernafasan maka ICU dilengkap pula dengan monitor dan ventilator. Disamping itu dengan metoda dialisa pemisahan


(24)

racun pada serum termasuk kadar ureum yang tinggi maka ICU dilengkapi pula dengan hemodialisa.

Pada prinsipnya alat dalam perawatan intensif dapat di bagi atas dua yaitu alat-alat pemantau dan alat-alat pembantu termasuk alat ventilator, hemodialisa dan berbagai alat lainnya termasuk defebrilator. Alat-alat monitor meliputi bedside dan monitor sentral, ECG, monitor tekanan intravaskuler dan intrakranial, komputer cardiac output, oksimeter nadi, monitor faal paru, analiser karbondioksida, fungsi serebral/monitor EEG, monitor temperatur, analisa kimia darah, analisa gas dan elektrolit, radiologi (X-ray viewers, portable X-ray machine, Image intensifier), alat-alat respirasi (ventilator, humidifiers, terapi oksigen, alat intubasi (airway control equipment), resusitator otomatik, fiberoptik bronkoskop, dan mesin anastesi (Rab, 2007).

Peralatan unit kerja di ICU/ICCU yang begitu beragam dan kompleks serta ketergantungan pasien yang tinggi terhadap perawat dan dokter karena setiap perubahan yang terjadi pada pasien harus di analisa secara cermat untuk mendapat tindakan yang cepat dan tepat membuat adanya keterbatasan ruang gerak pelayanan dan kunjungan keluarga. Kunjungan keluarga biasanya dibatasi dalam hal waktu kunjungan (biasanya dua kali sehari), lama kunjungan (berbeda-beda pada setiap rumah sakit) dan jumlah pengunjung (biasanya dua orang secara bergantian).

Selain itu ICU juga merupakan tempat yang sering memberikan respon kekhawatiran dan kecemasan pasien dan keluarga mereka karena kritisasi kondisi yang belum stabil. Diharapkan bahwa dengan memperhatikan kebutuhan baik


(25)

pasien maupun keluarga, rumah sakit dapat menciptakan lingkungan yang saling percaya dan mendukung dimana keluarga sebagai bagian integral dari perawatan pasien dan pemulihan pasien secara utuh. (Kvale, 2011).

1.4 Perawat ICU

Seorang perawat yang bertugas di ICU melaksanakan tiga tugas utama yaitu, life support, memonitor keadaan pasien dan perubahan keadaan akibat pengobatan dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Oleh karena itu diperlukan satu perawat untuk setiap pasien dengan pipa endotrakeal baik dengan menggunakan ventilator maupun yang tidak. Di Australia diklasifikasikan empat kriteria perawat ICU yaitu, perawat ICU yang telah mendapat pelatihan lebih dari duabelas bulan ditambah dengan pengalaman, perawat yang telah mendapat latihan sampai duabelas bulan, perawat yang telah mendapat sertifikat pengobatan kritis (critical care certificate), dan perawat sebagai pelatih (trainer) (Rab, 2007). Di Indonesia, ketenagaan perawat di ruang ICU di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit yaitu, untuk ICU level I maka perawatnya adalah perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan lanjut, untuk ICU level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU, dan untuk ICU level III diperlukan minimal 75% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU.


(26)

2. Konsep keluarga

2.1 Definisi keluarga

Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Bagi lainnya, istilah ini memiliki arti yang berlawanan. Keluarga bukan sekedar gabungan dari beberapa individu (Astedt Kurki, et al.,2001). Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya dan seorang pasien memiliki nilai-nilai tersendiri mengenai keluarganya (Potter & Perry, 2009)

Banyak ahli mendefenisikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang digunakan dan orang yang mendefenisikannya. Friedman (1998) mendefenisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Pakar konseling keluarga dari Yogyakarta, Sayekti (1994) menulis bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau anak adopsi, dan tingggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami- istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Ketiga pengertian tersebut mempunyai persamaan bahwa dalam keluarga terdapat ikatan perkawinan dan


(27)

hubungan darah yang tinggal bersama dalam satu atap (serumah) dengan peran masing-masing serta keterikatan emosional (suprajitno, 2004).

2.2 Peran keluarga

Peran adalah sesuatu yang di harapkan secara normatif dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan " Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan". Dari pasal di atas jelas bahwa keluarga berkewajiban meningkatkan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, antara lain ayah, dimana ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung / penganyom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Kemudian ada ibu yang berperan sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.


(28)

Lalu ada anak yang berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).

2.3 Dukungan sosial keluarga

Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang di peroleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996).

Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedman, 1998).

Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan.

Studi-studi tentang dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun internal terbukti sangat bermanfaat. Dukungan keluarga eksternal antara lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan sosial keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari saudara kandung, atau dukungan dari anak (Friedman, 1998).

Jenis dukungan keluarga ada terdiri dari empat dukungan yaitu, dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan apprasial, dan dukungan emosional. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan informasional, yaitu keluarga


(29)

berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi). Dukungan penilaian (apprasial), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. (Friedman, 1998)

Menurut House (Smet, 1994) setiap bentuk dukungan sosial keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain, informatif, perhatian emosional, bantuan instrumental, dan bantuan penilaian. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang di hadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide, atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Bantuan instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan


(30)

bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini bisa positif dan negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan dukungan sosial keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang positif.

Efek dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Disamping itu, pengaruh positif dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi, 2008).

2.4 Dukungan keluarga pada pasien dengan perawatan ICU

Keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat hubungan dengan keluarga menjadi penting. Namun dalam pelaksanaannya hubungan ini sering mengalami hambatan, antara lain kesempatan kontak relatif terbatas (Mundakir, 2006).

Adanya kebijakan jam kunjungan di ICU menjadikan pasien merasa terpisah dengan keluarga yang mereka cintai. Pasien sering merasa kesepian dan kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Kurangnya perhatian dapat secara aktual menyebabkan efek yang merusak pada kesehatan dan penyembuhan pasien.


(31)

Maka keluarga merupakan orang-orang yang paling mungkin dan mampu memberikan aspek perhatian ini. Memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi adalah hal yang bermakna dan penting dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bahkan pada pasien tuli, tidak mampu berbicara, atau tidak mampu memahami bahasa, atau tidak mungkin berkomunikasi verbal karena intubasi atau sakit fisik lainnya juga memerlukan dukungan keluarga untuk memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi yang mungkin dilakukan dengan menggunakan sentuhan (Hudak & Gallo, 1997).

3. Konsep kebutuhan keluarga pasien

3.1 Defenisi kebutuhan keluarga

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) untuk berusaha. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya.

Kebutuhan keluarga merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh keluarga dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis individu-individu dalam keluarga tersebut, yang tentunya bertujuan untuk


(32)

3.2 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan keluarga

Keluarga terdiri dari satu atau lebih individu dimana individu-individu ini adalah manusia yang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama. Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain penyakit, hubungan keluarga, konsep diri dan tahap perkembangan. Adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan kebutuhan, baik secara fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya. Selain penyakit, hubungan keluarga yang baik juga dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah konsep diri dimana konsep diri yang positif dapat memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan dasarnya. Terakhir, faktor tahap perkembangan dimana sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual, mengingat berbagai fungsi organ tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktifitas yang berbeda (Alimul, 2009).


(33)

3.3 Kebutuhan keluarga pasien di ruang ICU

Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Sebagai makhluk biologis, manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga meninggal. Sebagai makhluk psikologis, manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi kejiwaan, dan kemampuan berpikir serta kecerdasan. Sebagai makhluk sosial, manusia perlu hidup bersama orang lain, saling bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi kebudayaan, serta dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada. Sebagai makhluk spiritual, manusia memiliki keyakinan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya. Perawat sebagai pelaksana dalam memberi pelayanan keperawatan haruslah memandang keluarga pasien sebagai makhluk yang utuh dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual (Alimul, 2009).

Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1984) tentang kebutuhan kebutuhan secara holistik. Ada beberapa hal penting yang menjadi kebutuhan keluarga pasien saat menunggu pasien di rumah sakit, yaitu sebagai berikut :

1. Kebutuhan dasar satu (Kebutuhan Fisiologis)

Kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha untuk menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, kebutuhan


(34)

2. Kebutuhan dasar dua (Kebutuhan Keamanan/Safety)

Kebutuhan fisiologis sifatnya adalah untuk mempertahankan hidup jangka pendek, sedangkan keamanan adalah pemahaman hidup jangka panjang. Kebutuhan keamanan keluarga saat dirumah sakit misalnya : adanya jaminan pelayanan kebutuhan informasi, adanya dukungan mental. 3. Kebutuhan dasar tiga kebutuhan dimiliki dan dicintai

Setelah kebutuhan fisiologis keamanan dipenuhi, kebutuhan selanjutnya yang menjadi tujuan dominan adalah kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial. Kebutuhan keluarga saat dirumah sakit contohnya adanya kedekatan keluarga dengan pasien, tersedianya kesempatan untuk memberi perhatian pada klien/pasien.

4. Kebutuhan dasar empat kebutuhan harga diri

Ketika kebutuhan dimiliki dan dicintai sudah terpenuhi, selanjutnya yang menjadi tujuan dominan adalah kebutuhan harga diri sendiri/orang lain misalnya untuk kebutuhan keluarga adalah ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan dalam setiap pengobatan untuk pasien.

The American College of Medicine Critical Care (ACCM) dan The Society

of Medicine Critical Care (SMCC) merekomendasikan kebutuhan keluarga yang

menunggu keluarganya dengan perawatan ICU meliputi kebutuhan untuk mengambil keputusan bersama, bukan keputusan sepihak oleh dokter, kebutuhan meningkatkan komunikasi dan menggunakan istilah-istilah yang keluarga bisa mengerti pada saat berkomunikasi, kebutuhan dukungan spiritual, mendorong dan menghargai do'a dan kepatuhan terhadap tradisi budaya yang membantu banyak


(35)

pasien dan keluarga untuk mengatasi penyakit dan kematian, kebutuhan akan hadirnya keluarga pada saat resusitasi yang mungkin membantu keluarga untuk mengatasi stress akibat kematian orang yang di cintai, kebutuhan akan waktu kunjungan yang fleksibel, kebutuhan tersedianya ruangan menunggu untuk keluarga yang dekat dengan ruangan pasien, dan kebutuhan keluarga agar dilibatkan dalam proses perawatan paliatif (Barclay & Lie, 2007).

Menurut Henneman and Cardin kebutuhan anggota keluarga pasien kritis adalah kebutuhan akan informasi, kebutuhan untuk kepastian dan dukungan serta kebutuhan untuk berada di dekat pasien. Jenis informasi yang keluarga butuhkan dari perawat berhubungan dengan keadaan pasien secara umum. Keluarga ingin mendapat informasi tentang tanda-tanda vital (stabil vs tidak stabil), tingkat kenyamanan pasien, dan pola tidur. Keluarga tidak mengharapkan perawat untuk memberikan informasi tentang prognosis, diagnosis, atau rencana pengobatan (informasi ini mereka butuhkan dari dokter yang merawat pasien). Pernyataan ini juga berarti bahwa perawat tidak dapat dan tidak boleh memberikan jenis informasi ini. Kebutuhan untuk kepastian dan dukungan dimana keluarga perlu tahu bahwa salah satu orang yang mereka cintai sedang di rawat dengan cara terbaik dan bahwa segala sesuatu yang dapat dilakukan sedang dilakukan. Kebutuhan untuk meyakinkan dan memberi dukungan tidak berarti bahwa keluarga butuh harapan palsu untuk pemulihan yang tidak akan terjadi. Cara yang paling efektif untuk memberikan jaminan dan dukungan sering tak ada hubungannya dengan kata-kata yang diucapkan, melainkan ditunjukkan kepada


(36)

Kebutuhan untuk berada di dekat pasien yaitu berada di dekat orang yang mereka cintai yang sedang sakit. Mereka tidak hanya ingin memberikan dukungan dengan berada dekat dengan pasien, tetapi juga kehadiran fisik memungkinkan mereka untuk menyaksikan bagaimana anggota keluarga mereka sedang di rawat. Dengan memberikan waktu kunjungan yang fleksibel tidak hanya memungkinkan pasien dan keluarganya bersama namun juga memfasilitasi keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien. Henneman et al mengatakan kebutuhan keluarga pasien yang keluarganya dalam perawatan kritis adalah kebutuhan akan informasi dan waktu kunjungan yang fleksibel. Informasi yang spesifik dan penting untuk keluarga pasien di identifikasi oleh Mirackle and Hovenkamp berupa kebutuhan untuk mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk mengetahui fakta tentang prognosa pasien, kebutuhan untuk mengetahui hasil suatu prosedur yang telah dilakukan sesegera mungkin, kebutuhan untuk mendapat informasi dari staf mengenai status pasien, kebutuhan untuk mengetahui mengapa sesuatu dapat terjadi, kebutuhan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi, kebutuhan untuk mendapat penjelasan atau keterangan yang bisa di mengerti, kebutuhan untuk mengetahui dengan jelas apa yang sedang terjadi, kebutuhan untuk mengetahui tentang staf yang memberikan perawatan, kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan atau petunjuk tentang bagaimana suatu prosedur dilakukan ( Urden & Stacy, 2000 ).

Dalam sebuah studi tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU ada beberapa hal penting yang dibutuhkan yaitu kebutuhan untuk dihubungi ke rumah bila terjadi perubahan pada kondisi


(37)

pasien, kebutuhan untuk mengetahui prognosa penyakit, kebutuhan untuk mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk menerima informasi tentang pasien sekali sehari, kebutuhan untuk mendapat penjelasan terhadap sesuatu yang tidak dimengerti, dan kebutuhan untuk mendapat jaminan bahwa pasien mendapatkan kenyamanan. (Campbell, 2009).

Meskipun kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU tampak mudah, namun adalah kesalahan bila menganggap bahwa semua staf yang bekerja di unit ICU mengetahui dan mencoba memenuhi apa yang menjadi kebutuhan mereka (Henneman and Cardin, 2002).


(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

1. Kerangka penelitian

Pada dasarnya peran keluarga terhadap dukungan anggota keluarga atau pasien yang mendapat perawatan di ICU sangat besar. Keluarga sebagai

supporting system berkontribusi bagi upaya penyembuhan dan pemulihan

kesehatan pasien perlu mendapat perhatian dari pihak rumah sakit. Penelitian ini mengidentifikasi kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU.

Sedangkan menurut Kozier (dalam Dwi Widiarti, 2010) beberapa hal lain yang juga penting untuk diperhatikan adalah pusat layanan krisis memberikan layanan gawat darurat bagi klien yang mengalami krisis kehidupan. Pusat layanan ini dapat beroperasi diluar rumah sakit atau di komunitas dan sebagian besar menyediakan layanan telepon 24-jam. Beberapa juga menyediakan konseling langsung bagi klien di pusat layanan tersebut atau dirumah. Tujuan utama pusat layanan krisis adalah membantu individu menghadapi krisis yang saat ini sedang terjadi dan memberikan panduan dan dukungan terapi jangka panjang. Perawat yang bekerja dipusat layanan krisis harus memiliki keterampilan komunikasi dan konseling yang baik. Perawat harus segera mengidentifikasi masalah klien, menawarkan bantuan untuk membantu klien tersebut menghadapi masalah, dan mungkin mengarahkan klien ke berbagai sumber untuk dukungan jangka panjang.


(39)

Menurut Motter & Leske, (1996) bahwa ada beberapa kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU yaitu, kebutuhan informasi, dukungan mental, rasa nyaman, berdekatan dengan pasien, dan jaminan pelayanan keperawatan.

Sedangkan menurut Henneman & Cardin (2002) menjabarkan bahwa kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang ICU adalah kebutuhan informasi, kepastian dan dukungan indikasi untuk berada di dekat pasien. Sedangkan menurutMirackle and Hovenkamp Informasi yang spesifik dan penting untuk keluarga pasien di identifikasi kebutuhan untuk mendapat jawaban yang jujur atas pertanyaan-pertanyaan keluarga, kebutuhan untuk mengetahui fakta tentang prognosa pasien, kebutuhan untuk mengetahui hasil suatu prosedur yang telah dilakukan sesegera mungkin, kebutuhan untuk mendapat informasi dari staf mengenai status pasien, kebutuhan untuk mengetahui mengapa sesuatu dapat terjadi, kebutuhan untuk mengetahui komplikasi yang mungkin terjadi, kebutuhan untuk mendapat penjelasan atau keterangan yang bisa di mengerti, kebutuhan untuk mengetahui dengan jelas apa yang sedang terjadi, kebutuhan untuk mengetahui tentang staf yang memberikan perawatan, kebutuhan untuk mendapatkan bimbingan atau petunjuk tentang bagaimana suatu prosedur dilakukan.

Kerangka konsep penelitian tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU dapat dilihat pada skema berikut ini :


(40)

Skema 1.1 Kerangka konsep penelitian tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU

2. Definisi Operasional

2.1Kebutuhan Biologi

Kebutuhan Biologi adalah kebutuhan yang perlu atau penting terhadap manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan biologis seperti oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat,dan seks. Kebutuhan biologis dapat dicontohkan seperti kebutuhan makan dan minum, BAB dan BAK, dan personal hygiene.

Keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU

Kebutuhan keluarga pasien di ruang rawat ICU meliputi:

1. Kebutuhan Biologis

• Kebutuhan Makan dan Minum

• BAB dan BAK

• Personal Hygiene 2. Kebutuhan Psikologis

• Dukungan mental

• Rasa nyaman

• Jaminan pelayanan 3. Kebutuhan Sosial

• Kebutuhan Informasi

• Kedekatan dengan pasien 4. Kebutuhan Spiritual

• Tersedianya waktu dan tempat untuk beribadah


(41)

2.2Kebutuhan Psikologi

Kebutuhan Psikologi adalah kebutuhan yang mencakup tingkah laku, proses mental, pengalaman, dan emosi seseorang. Kebutuhan psikologis dapat dicontohkan dengan dukungan mental, rasa nyaman, dan jaminan pelayanan.

2.3Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Sosial adalah kebutuhan yang mengutamakan pentingnya individu dan kelompok dalam penempatan hubungan dengan seseorang. Kebutuhan Sosial dapat dicontohkan seperti kebutuhan informasi dan kedekatan dengan pasien.

2.4Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan Spiritual adalah kebutuhan atau suatu aspek yang terintegrasi dari manusia secara keseluruhan, yang ditandai oleh makna dan harapan serta memberi dimensi luas pada pandangan holistik manusia kebutuhan. Kebutuhhan Spiritual dapat dicontohkan seperti tersedianya tempat waktu dan ibadah, dan adanya buku atau kitab rohani.


(42)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksporatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahMayjend A.H. Thalib Kabupaten Kerinci Jambi.

2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahMayjend A Thalib Kabupaten Kerinci Jambi 30 orang.

4.2.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling kritera yang ditentukan untuk subjek penelitian adalah keluarga pasien yang telah menunggu perawatan keluarganya yang di ruang rawat ICU dalam waktu 2 hari subjek merupakan keluarga, kerabat atau anggota keluarga lain yang mempunyai keterikatan sosial dengan pasien yang dirawat diruang ICU yang sudah menunggu pasien minimal 2 hari berturut-turut, dan bersedia menjadi responden.


(43)

Menurut data yang peneliti peroleh, dari bulan Januari sampai dengan April 2014 jumlah pasien yang dirawat di ruang ICU sebanyak 30 orang yang terdistribusi dari ketiga ruangan tersebut. Penetapan jumlah sampel yaitu dengan menggunakan teknik total sampling. Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang tunggu keluarga pasien ICU dan Rumah Sakit Umum DaerahMayjend A Thalib Kabupaten Kerinci Jambi karena berdasarakan observasi atau pengamatan peneliti ada hal yang perlu diteliti lebih lanjut terhadap Kebutuhan Keluarga selama Mendapingi Pasien Diruangan ICU. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan April tahun 2014.

4. Pertimbangan Etik

Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian dan responden bebas menentukan keterlibatannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari rasa ketidaknyamanan responden baik secara fisik maupun psikologis, bebas dari eksploitasi dan memberi pemahaman pada responden tentang manfaat dari penelitian ini, sesuai prinsip beneficence.

Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU.


(44)

mencantumkan nomor kode pada format kuesioner yang diberikan pada responden. Hal ini sesuai dengan etika penelitian yaitu aspek anonymity dan

confidentiality.

Selanjutnya peneliti telah meminta kesediaan responden menjadi subjek penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent) sebagai subjek penelitian. Peneliti menghargai hak responden untuk memutuskan secara sukarela untuk terlibat dalam penelitian atau tidak.

5. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen terdiri dari dua bagian yaitu, pada bagian pertama berupa tentang Kuesioner Data Demografi (KDD) dan bagian kedua berupa Kuesioner Kebutuhan Keluarga (KKK). KDD meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, lama menunggui pasien, hubungan darah dengan pasien, pendidikan, suku dan agama responden. KKK terdiri dari lima komponen yang berisi pernyataan tentang kebutuhan informasi, dukungan mental, rasa nyaman, kedekatan dengan pasien, dan jaminan pelayanan. KKK merupakan kuesioner dalam bentuk pertanyaan tertutup meliputi aspek10 pertanyaan Biologis, 5 pertanyaan Psikologis, 10 pertanyaan Sosial dan 5 pertanyaan Spiritual yang terdiri dari tiga puluh pertanyaan dengan dua jawaban "Ya" dan "Tidak". Pada setiap akhir pertanyaan dalam KKK, dibuat pertanyaan terbuka sesuai dengan jawaban responden.


(45)

6. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian yang digunakan layak dan dapat dipercaya, maka perlu dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2003). Secara garis besar reliabilitas ada dua jenis yaitu reliabilitas eksternal dan reabilitas internal. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji reliabilitas internal menggunakan teknik K-R 20 dengan komputer.Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan di RSU DR. Pirngadi Medan dengan nilai 0,87. Uji reliabilitas internal dalam penelitian ini dilakukan pada sepuluh orang keluarga pasien yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel dan diperoleh hasil 1,00. Danim (2003) mengemukakan ukuran indeks reliabilitas 0,90-1,00 sebagai reliabilitas tinggi. Maka instrumen yang digunakan pada penelitian ini telah reliabel.

7. Prosedur Pengumpulan Data

Tahap persiapan pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Direktur Rumah Sakit Umum DaerahMayjend A Thalib Kabupaten Kerinci Jambi, melalui bidang litbang (penelitian dan pengembangan) yang kemudian diberikan kepada Kepala Ruang ICU dan disebarkan kepada perawat ICU untuk melakukan penelitian.


(46)

Setelah mendapatkan izin dari kepala ruang ICU, peneliti langsung menemui responden dan melakukan pengumpulan data. Pada tahap awal peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang telah disediakan. Selanjutnya peneliti membagi kuesioner penelitian dan menjelaskan tata cara pengisian kuesioner sampai responden mengerti, kemudian responden dipersilahkan untuk mengisi kuesioner tersebut. Selama pengisian kuesioner, peneliti mendampingi responden selama kurang lebih 25-30 menit agar bila ada pernyataan yang tidak jelas dapat langsung dijelaskan kepada responden tanpa bermaksud mengarahkan jawaban responden.

Setelah kuesioner penelitian selesai diisi, maka sebelum dikumpulkan oleh perawat dan kelengkapan jawaban responden diteliti kembali. Kuesioner yang belum lengkap diisi langsung peneliti dengan meminta responden untuk melengkapinya saat itu juga. Kemudian peneliti melakukan terminasi dengan responden dan setelah data terkumpul peneliti melapor kembali ke bidang litbang Rumah Sakit Umum DaerahMayjend A Thalib Kabupaten Kerinci Jambi.

8. Analisa Data

Setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya peneliti melakukan analisa data. Analisa data dilakukan dengan memeriksa kembali semua lembar kuesioner dan kelengkapan jawaban beserta kelengkapan identitas yang telah diisi oleh responden. Kemudian peneliti memberikan kode tertentu untuk memudahkan dalam melakukan tabulasi. Setelah itu semua surat persetujuan dan


(47)

data identitas responden dipisahkan dari lembar jawaban untuk menjaga kerahasiaan responden.

Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan bantuan komputer. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.


(48)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi-2014 melalui pengumpulan data terhadap 20 responden dari bulan April sampai dengan Mei 2014. Penyajian hasil penelitian ini meliputi data demografi dan kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU.

1.1. Data demografi responden

Pada tabel 1 dapat dilihat data hasil penelitian tentang data demografi responden terhadap 30 responden yang meliputi jenis kelamin, pendidikan, hubungan darah dengan pasien, lama menunggu pasien, umur, pekerjaan, suku dan agama. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (63%), jenjang pendidikan perguruan Tinggi (47%), hubungandengan pasien adalah ayah ibu (47%), lama menunggu pasien tiga hari (68%), umur 20-35 tahun (47%), pekerjaan pegawai swasta (33%), suku Minang (50%), agama Islam (97%).


(49)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden(n=30)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 11 37

Perempuan 19 63

Pendidikan

Tidak Sekolah 2 7

SD 5 17

SMP 3 10

SMU 6 20

Perguruan Tinggi 14 47

Hubungan darah dengan pasien

Ayah-Ibu 15 50

Suami-Istri 1 3

Paman-Tante 5 17

Saudara Kandung 4 13

Keluarga Dekat/Kerabat 5 17

Lama menunggu pasien

Duahari 3 10

Tigahari 20 67

Empathari 3 10

>Limahari 4 13

Umur

20-35 tahun 14 47

36-54 tahun 11 37

55-65 tahun 2 7

>65 tahun 3 10

Pekerjaan

PNS/TNI/POLRI 5 17

Pegawai swasta 10 33

Buruh/Tani 10 33


(50)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden(n=30)

Data Demografi

Suku

Aceh 1 3

Minang 15 50

Jawa 1 3

Lain-lain 13 44

Agama

Islam 29 97

Kristen 1 3

Hasil penelitian ini menunjukkan kebutuhan keluarga pasien yang menunggukeluarganya di ruang rawat ICU.

1.2 Gambaran kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum DaerahSungai Penuh Jambi.

Hasil penelitian ini menunjukkan gambaran tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU Rumah Sakit Umum Daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci sungai Penuh Jambi-2014.

1.2.1. Kebutuhan keluarga pasien secara biologi di ruang ICU

Dari data hasil penelitian pada tabel 2 dapat diketahui bahwa keseluruhan responden mengemukakan tentang pandangan mereka terhadap kebutuhan secara biologi berupa Tersedia toilet dan kamar mandi yang layak dan bersih (87%), tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU/ICCU(87%) dan tersedia tempat untuk beristirahat (87%).


(51)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secarabiologi di ruang rawat ICU (n=30).

Ketersediaan Kebutuhan Biologi Yan(%) Tidakn(%)

Tersedianya ruang tunggu keluarga pasien 26(87%) 4(13%) Ruang tunggu dilengkapi dengan televisi 18(60%) 12(40%) Ruang tunggu dilengkapi dengan media cetak 15(50%) 15(50%) Ada toilet / kamar mandi layak dan bersih 26(87%) 4(13%)

Tersedia tempat mencuci pakaian kotor 19(63%) 11(37%)

Fasilitas area pengering / jemuran pakaian 16(53%) 14(47%) Tersedia kantin yang layak dan terjangkau 15(50%) 15(50%)

Ada area tempat untuk beristirahat 26(87%) 4(13%)

Tersedia wastafel di ruang tunggu 17(57%) 13(43%)

Tersedianya sabun untuk mencuci tangan 18(60%) 12(40%)

Fasilitas air minum yang dapat 16(53%) 14(47%)

dikonsumsi semua orang

Mengetahui makananpasienadalah 24(80%) 6(20%)

makanan yang terbaik

1.2.2 Kebutuhan keluarga pasien secara psikologi di ruang ICU

Dari data penelitian pada tabel 3 dapat diketahui bahwa dari semua respondenmengatakan bahwa Keluarga menerima informasi yang akurat dari perawat ICU(97%), Keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang memperhatikan(100%).


(52)

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara psikologi di ruang ICU (n=30).

Ketersediaan Kebutuhan Psikologi Yan(%) Tidak n(%)

Keluarga menerima informasi yang akurat 29(97%) 1(3%) dari perawat ICU

Keluarga merasa nyaman bila ada perawat 30(100%) 0(0%) ICU yang memperhatikan

Keluarga berkonsultasi tentang kondisi pasien 27(90%) 3(10%) setiap hari dengan dokter/perawat yang merawat

Keluarga diizinkan untuk memberi dukungan 26(87%) 4(13%) kepada pasien di ruang ICU

Ada lingkungan yang aman dan nyaman 27(90%) 3(10%) bagi keluarga

1.2.3 Kebutuhan keluarga pasien secara sosial di ruang ICU

Dari data hasil penelitian pada tabel 4 dapat diketahui kebutuhan terhadap rasa nyaman didukung oleh pernyataan seluruh responden yang menunjukkan adanya keluarga mendapatkan informasi tentang penyakit pasien (90%), keluarga mengetahui perkembangan keadaan pasien setiap hari(87%), keluarga mengetahui kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan (97%).


(53)

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara sosial di ruang ICU (n=30).

Ketersediaan Kebutuhan Sosial Yan(%) Tidak n(%)

Keluarga mendapatkan informasi tentang 27(90%) 3(10%) penyakit pasien

Keluarga mengetahui perkembangan keadaan 26(87%) 4(13%) pasien setiap hari

Keluarga diberi informasi tentang komplikasi 27(90%) 3(10%) penyakit yang mungkin terjadi

Keluarga diberi penjelasan tentang rencana 25(83%) 5(17%) pengobatan lanjutan

Keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 29(97%) 1(3%) Keluarga mengetahui kondisi pasien setelah 29(97%) 1(3%) dilakukan tindakan/pengobatan

Keluarga mendapat informasi tentang peraturan 29(97%) 1(3%) di ruang ICU

Keluarga diberitahu tentang rencana pindah/keluar 29(97%) 1(3%) dari ruang ICU

Keluarga dapat mengenal staf ICU yang melakukan 23(77%) 7(23%) perawatan pada pasien

Keluarga dapat berkonsultasi dengan perawat yang 25(83%) 5(17%) sama setiap hari


(54)

1.2.4 Kebutuhan keluarga pasien secara spiritual di ruang ICU

Dari data hasil penelitian pada tabel 5 dapat diketahui bahwa responden mengatakan bahwa kebutuhan untuk keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa (87%), Tersedia tempat untuk beribadah/sholat (83%).

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase kebutuhan keluarga pasien secara spiritual di ruang ICU (n=30).

Ketersediaan Kebutuhan Spiritual Yan(%) Tidak n(%)

Ada pelayanan rohani di ruang tunggu ICU 15(50%) 15(50%) bila diperlukan

Tersedia tempat untuk beribadah/sholat 25(83%) 5(17%) Tempat ibadah di lengkapi dengan 23(77%) 7(23%) perlengkapan beribadah

Keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa 26(87%) 4(13%)

2. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU diperoleh hasil bahwa 87% keluarga pasien mengemukakan tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU merupakan salah satu kebutuhan bagi keluarga. Hal ini sesuai dengan penjelasan Henneman and Cardin(dalam Urden & Stacy, 2000) yaitu salah satu kebutuhan anggota keluarga pasien kritis adalah kebutuhan akan informasi, dan jenis informasi yang dibutuhkan keluarga dari perawat berhubungan dengan perkembangan penyakit pasien. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien dan keluarga adalah dengan memberikan


(55)

penjelasan tentang perkembangan penyakit pasien (Pambudi 2008).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 87% keluarga pasien mengatakan kebutuhan informasi lain yang mereka butuhkan adalah kebutuhan secara biologis yaitu tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa kebutuhan Keluarga dapat mengenal staf ICU yang melakukan perawatan pada pasien 77%. Padahal Hudak & Gallo (1997) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan menjadi tumpuan bagi pasien dan keluarganya karena keberadaan perawat yang terus menerus selama duapuluh empat jam bersama pasien. Anjaryani (2009) juga mengemukakan bahwa perawat adalah ujung tombak pelayanan terhadap pasien dan keluarganya karena frekuensi pertemuannya yang paling sering dengan pasien. Namun dari sisi lain hal ini mungkin disebabkan karena perhatian keluarga hanya terfokus pada pasien yang sedang dalam kondisi kritis saja. Bagi keluarga kenyataan bahwa pasien sedang dalam kondisi kritis menyebabkan stress emosional yang tinggi (Azizahkh, 2010).

Menurut Pambudi (2008) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa keluarga pasien umumnya mengalami perubahan perilaku dan emosional terhadap kondisi pasien. Penyakit berat pasien yang mengancam kehidupan dapat ansietas, syok atau penolakan pada situasi nyata. Hal itu merupakan respon umum yang disebabkan oleh stress. Pada penelitian tentang kebutuhan psikologi terhadap keluarga dalam menerima informasi yang akurat dari perawat ICU100% bagi keluarga pasien di ruang ICU. Hal yang sama dijabarkan Motter & Leske (dalam Nursalam, 2003) bahwa salah satu kebutuhan keluarga pasien di ruang rawat ICU


(56)

dari staf perawat ICU. Dalam penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa adanya pelayanan rohaniawan diruang ICU merupakan kebutuhan bagi keluarga pasien (50%). Walaupun tidak semua keluarga menyatakan ini, namun dapat dilihat bahwa keluarga pasien tetap harus dipandang sebagai makhluk yang holistik yang memiliki keyakinan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya sehingga pihak ICU dalam memberikan pelayanan keperawatan haruslah memandang keluarga pasien sebagai makhluk yang utuh dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Hal ini sesuai pula dengan pernyataan Alimul (2009) yang menyatakan bahwa perawat sebagai pelaksana dalam memberi pelayanan keperawatan haruslah memandang keluarga pasien sebagai makhluk yang utuh dengan kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Selain itu banyak orang percaya bahwa do'a bisa membantu kesembuhan pasien. Sebuah survei yang dilakukan oleh Harvard Medical School

tahun 1998 memperkirakan 35 persen orang Amerika Serikat (AS) berdo’a bagi kesehatan mereka dan 69 persen di antaranya menyatakan do'a sangat menolong (Hidayat, 2011).

Pada aspek kebutuhan rasa nyaman berupa adanya pemberitahuan ke rumah bila terjadi perubahan kondisi secara mendadak pada pasien, hasil yang diperoleh pada penelitian ini sebanyak 90%. Hal ini berbeda dengan pernyataan Campbell (2009) yang menyatakan bahwa salah satu kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya dengan perawatan ICU adalah kebutuhan untuk dihubungi ke rumah bila terjadi perubahan pada kondisi pasien. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden dalam penelitian ini menunggu di


(57)

ruang tunggu Rumah Sakit selama pasien yang mereka tunggui dirawat di ruang ICU. Diana (2011) menyatakan keluarga ingin tetap ada dan melihat orang yang mereka cintai di depan mereka bahkan hingga mungkin meninggal dunia.

Selanjutnya kebutuhan rasa nyaman berupa tersedianya tempat untuk beribadah pada penelitian tentang gambaran kebutuhan keluarga pasien yang di rawat di ruang ICU ini diperoleh hasil sebesar 83%. Hal ini sesuai dengan penelitian Pambudi (2008) yang memperoleh hasil berdasarkan wawancara mendalam dengan keluarga pasien menyatakan bahwa sikap atau adaptasi yang sering dilakukan keluarga pasien di ruang intensif adalah berdo'a (bagi yang muslim dengan sholat dan berdo'a) dan pasrah tetapi tetap berdo'a.

Kebutuhan rasa nyaman yang lain dalam penelitian ini adalah tersedianya toilet/kamar mandi yang layak dan bersih. Untuk kebutuhan ini diperoleh hasil 85%. Nursalam (2008) menyatakan permasalahan yang sering terjadi dalam melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit salah satunya adalah kurangnya kebersihan toilet. Penyebabnya adalah evaluasi sistem pelayanan yang kurang, belum ada mekanisme pemantauan kualitas pelayanan, dan pemeliharaan fasilitas masih bersifat pasif. Sebuah penelitian di Jawa Tengah mengenai indikator kepuasan pasien di Rumah Sakit yang dilakukan UNDIP (Universitas Diponegero) tahun 2006 melaporkan bahwa dalam pengalaman sehari-hari ketidakpuasan pasien dan keluarga sering diungkapkan dalam kaitannya dengan ketertiban dan kebersihan Rumah Sakit, termasuk kebersihan toilet (Anjaryani, 2009). Di ruang tunggu keluarga pasien ICU RSUD Mayjend Ahmad Thalib


(58)

ditemukan bahwa keluarga pasien masih merasa kebutuhan akan toilet/kamar mandi yang layak dan bersih belum terpenuhi (87%).

Selanjutnya disampaikan tentang kebutuhan keluarga pasien di ruang ICU bahwa keluarga diizinkan untuk memberi dukungan kepada pasien di ruang ICU (87%). Adanya kebijakan jam kunjungan di ICU menjadikan pasien merasa terpisah dengan keluarga yang mereka cintai. Pasien sering merasa kesepian dan kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Kurangnya perhatian dapat secara aktual menyebabkan efek yang merusak pada kesehatan dan penyembuhan pasien. Maka keluarga merupakan orang-orang yang paling mungkin dan mampu memberikan aspek perhatian ini. Memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi adalah hal yang bermakna dan penting dalam memenuhi kebutuhan psikososial pasien. Bahkan pada pasien tuli, tidak mampu berbicara, atau tidak mampu memahami bahasa, atau tidak mungkin berkomunikasi verbal karena intubasi atau sakit fisik lainnya juga memerlukan dukungan keluarga untuk memberikan kehangatan, rasa cinta, perhatian dan komunikasi yang mungkin dilakukan dengan menggunakan sentuhan. Untuk itu perlu adanya kunjungan yang teratur dari keluarga (Hudak & Gallo, 1997).

Kebutuhan lain keluarga pasien di ruang ICU terkait dengan kebutuhan kedekatan dengan pasien adalah adanya jam kunjungan yang tepat waktu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Motter & Leske (1996 dalam Nursalam, 2003) yaitu salah satu kebutuhan kedekatan dengan pasien adalah adanya jam kunjungan yang tepat waktu, dimana kedekatan ini menunjukkan kebutuhan untuk berada di dekat anggota keluarga/orang yang di cintainya yang sedang sakit. Mundakir


(59)

(2006) juga menyatakan bahwa keberhasilan pelayanan keperawatan bagi pasien tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga. Pengaruh keluarga dalam keikutsertaannya menentukan kebijakan dan keputusan dalam penggunaan layanan keperawatan membuat hubungan dengan keluarga menjadi penting. Namun dalam pelaksanaannya hubungan ini sering mengalami hambatan, antara lain kesempatan kontak relatif terbatas. Untuk itu keluarga membutuhkan jam kunjungan yang tepat waktu Anjaryani (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa aspek jaminan adalah mencakup keamanan dan kemampuan menumbuhkan kepercayaan pasien. Dalam hal ini keluarga ingin merasakan adanya harapan bahwa pihak Rumah Sakit bisa memberikan semacam garansi ketika pasien sudah ditangani maka kesembuhanlah yang akan didapat. Pambudi (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kebutuhan atau harapan keluarga selama pasien dalam perawatan di ruang intensif pada dasarnya mencakup kebutuhan kognitif, kebutuhan emosi, dan kebutuhan fisik. Keluarga mempunyai harapan pasien atau anggota keluarga yang sedang sakit bisa mendapatkan hasil yang baik yaitu kesembuhan. Dan semua pengobatan atau tindakan yang dilakukan bertujuan baik yaitu untuk kesembuhan pasien. Hasil penelitian tentang gambaran kebutuhan keluarga pasien di ruang ICU ini pun sejalan dengan penelitian tersebut. Dimana penelitian tentang Keluarga diberi penjelasan tentang rencana pengobatan lanjutan 83%.


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai Kebutuhan keluarga pasien selama perawatan di ruangan ICU dirumah sakit umum daerah Mayjend Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi sebagai berikut:

1. Kesimpulan

Kebutuhan Keluarga Pasien secara biologi di Ruang ICU yaitu tersedia ruang tunggu keluarga pasien 26 (87%), ada toilet/kamar mandi layak dan bersih 26 (87%), ada area untuk tempat beristirahat 26 (87%).

Kebutuhan Keluarga Pasien secara psikologi di Ruang ICU yaitu keluarga menerima informasi yang akurat dari perawat ICU 29 (97%), keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang memperhatikan 30 (100%).

Kebutuhan keluarga pasien secara sosial di Ruangan ICU yaitu keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 29 (97%), keluarga mengetahui kondisi pasien setelah dilakukan tindakan/pengobatan 29 (97%), keluarga mendapat informasi tentang peraturan di ruang ICU 29 (97%), keluarga diberitahu tentang rencana pindah/keluar dari ruang ICU 29 (97%).

Kebutuhan keluarga pasien secara spiritual di ruangan ICU yaitu tersedia tempat untuk beribadah/sholat 25 (83%), keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa 26 (87%).


(61)

2. Saran

4.1 Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat dalam upaya pemenuhan kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU dimana keluarga pasien ini adalah sebagai support system untuk kesembuhan dan pemulihan kesehatan pasien.

4.2 Bagi rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen di rumah sakit dalam melakukan evaluasi terhadap sistem pelayanan, pemantauan kualitas pelayanan, melengkapi dan pemeliharaan fasilitas serta kebijakan peraturan di ruang ICU terkait dengan kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU yang dibutuhkan sebagai upaya peningkatan pelayanan kepada pasien dan keluarga.

4.3 Bagi Pendidikan keperawatan

Hasil yang didapat dalam penelitian diharapkan dapat menjadi 'evidence

base practice' yang dapat menjadi informasi bagi mahasiswa keperawatan dan

institusi pendidikan keperawatan khususnya tentang kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya di ruang rawat ICU.

4.4 Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian keperawatan untuk pengembangan bagi penelitian


(62)

dilakukan validasi terhadap instrumen penelitian oleh klinisi yang ahli di ruang rawat ICU. Selain itu, pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengelompokanpembahasan berdasarkan kebutuhan keluarga pasien agar diperoleh hasil pembahasan yang lebih mendalam.

3. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti punya keterbatasan dalam melakukan prosedur pengumpulan data terutama tidak melakukan uji validitas karena keterbatasan waktu saat penelitian. Populasi dan sampel pada penelitian ini Juga masih sangat terbatas sehingga untuk peneliti selanjutnya agar mencari sampel yang lebih banyak lagi agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

Dalam penelitian ini peneliti juga dibantu oleh seorang perawat ICU/ICCU yang telah terlebih dahulu dilatih oleh peneliti sehingga memudahkan peneliti pada saat pengumpulan data di Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2009). Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses keperawatan, Buku 1., Jakarta: Salemba Medika

Ambari, P. (2010). Hubungan antara dukungan keluarga dengan keberfungsian

sosial pada pasien skizoprenia pasca perawatan di rumah sakit. Diambil

tanggal 16 Maret 2010 dari

eprints.undip.ac.id/10956/1/RINGKASAN_skripsi.pdf

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek, Edisi 5., Jakarta: PT Rineka Cipta

Ardiansyah, J. (2011). Dampak Kegawatan pada Keluarga. Diambil tanggal 22 Januari 2012 dari www.scribd.com/doc/64049995/artikel-gawat-darurat

Anjaryani, W. (2009). Kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan. Diambil

tanggal 22 Januari 2012 dari

eprints.Undip.ac.id/23824/I/WIKE_DIAH_ANJARYANI.pdf

Azizahkh. (2010). Family focus center. Diambil tanggal 16 Maret 2011 dari

www.Google.com

Barclay & Lie. (2007). Pedoman baru dikeluarkan yang berpusat pada keluarga

pada pasien ICU [electronic version] Medscape Medical News. Diambil

tanggal 12 April 2011 dari

http://www.medscape.com/viewarticel/551738?src=mp


(64)

Danim, S. (2003). Riset keperawatan sejarah dan metodologi, Jakarta : EGC Friedman, M. (1999). Keperawatan keluarga: teori dan praktek., Jakarta: EGC Henneman & Cardin. (2002). Family-centered critical care: a practical appoarch

to making it happen. Diambil tanggal 8 Maret 2011 dari

ccn.aacnjournals.org

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan kritis pendekatan holistic volume I, Edisi VI., Jakarta: ECG

Jevons & Ewens. (2009). Pemantauan pasien kritis, Edisi 2., Jakarta: Erlangga Kvale, P. (2005). Family-centered approach improves communication and care in

Intensive Care Unit. Diambil tanggal 16 Maret 2011 dari

www.themedicalnews.com

Mundakir. (2006). Komunikasi keperawatan aplikasi dalam pelayanan., Yogyakarta: Graha Ilmu

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman skripsi, tesis dan instrument penelitian keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Nursalam (2008). Perencanaan Pelayanan Keperawatan di RS dengan metode

Balance Scoreard (BSC). Diambil pada tanggal 22 Januari 2012 dari

ners.unair.ac.id/materikuliah/5-BSC-NURS-08-CO.pdf

Pambudi, H (2008). Studi fenomologis kecemasan keluarga pada pasien stroke yang dirawat di ruang HND Santo Lukas RS Santa Elisabeth Semarang.

Diambil pada tanggal 22 Januari 2012 dari


(65)

Potter & Perry. (2009). Fundamental of nursing fundamental keperawatan 1, Edisi 7., Jakarta: Salemba Medika

Rab, T. (2007). Agenda gawat darurat (critical care) jilid I, Edisi 2., Bandung: PT Alumni

Sarwono, J. (2006). Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif, Yogyakarta : Graha Ilmu

Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga., Yogyakarta: Graha Ilmu

Setiawati & Dermawan. (2008). Asuhan keperawatan keluarga, edisi 2., Jakarta: Trans Info Media

Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga aplikasi dalam praktek., Jakarta: EGC

Urden & Stacy. (2000). Priorities in critical care nursing, 3RD Edition.,Missouri: Mosby

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.

Diambil tanggal 10 April 2011 dari F. Kozier. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 8., Jakarta : EGC


(66)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Kebutuhan Keluarga Pasien Selama Perawatan Di Ruangan ICU/ICCU Di Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Thalib Kerinci Sungai Penuh Jambi

Oleh : Aditya Pradana

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kebutuhan keluarga pasien yang menunggu keluarganya yang di rawat di ruang ICU RSUD Mayjend Ahmad Thalib Kerinci, Sungai Penuh Jambi

Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Bapak/Ibu. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Tanggal : Inisial : Tanda Tangan :


(67)

.

KUESIONER PENELITIAN

KEBUTUHAN KELUARGA PASIEN SELAMA PERAWATAN DI RUANGAN ICU/ICCU DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

AHMAD THALIB KERINCI SUNGAI PENUH JAMBI- 2014

Inisial :

Tanggal pengisian :

Berilah tanda silang (X) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda:

A. Kuesioner Data Demografi (KDD)

1. Jenis kelamin :

( ) 1. Laki-laki

( ) 2. Perempuan 1 2. Pendidikan :

( ) 1. Tidak sekolah

( ) 2. SD

( ) 3. SMP 1

( ) 4. SMU

( ) 5. Perguruan Tinggi 3. Hubungan darah dengan pasien :

( ) 1. Kakek-Nenek

( ) 2. Ayah-Ibu

( ) 3.Suami-Istri

( ) 4. Paman-Tante


(68)

4. Lama menunggu pasien :

( ) 1. Dua hari

( ) 2.Tiga hari

( ) 3.Empat hari

( ) 4.Lima hari

( ) 5. > Lima hari (sebutkan) : 5. Umur :

( ) 1. 20-35 Tahun

( ) 2. 36-54 Tahun

( ) 3. 55-65 Tahun

( ) 4. > 65 Tahun (sebutkan) : 6. Pekerjaan :

( ) 1.PNS / TNI / POLRI

( ) 2. Pegawai swasta

( ) 3. Buruh/Tani

( ) 4. Lain-lain (sebutkan) : 7. Suku :

( ) 1. Aceh

( ) 2. Batak

( ) 3.Minang

( ) 4. Jawa

( ) 5. Lain-lain (sebutkan) : 8. Agama :

( ) 1. Islam

( ) 2. Kristen

( ) 3. Hindu

( ) 4. Budha


(69)

B. Kuesioner Kebutuhan Keluarga Pasien Diruang Rawat ICU

1. Berikut ini adalah kebutuhan secara Biologi. Pilihlah jawaban "Ya" jika bapak/ibu merasa pernyataan adalah kebutuhan dan jawaban "Tidak" jika bukan kebutuhan

No. Kebutuhan Biologi Ya Tidak

1. Tersedianya ruang tunggu keluarga pasien ICU/ICCU 2. Ruang tunggu dilengkapi dengan televisi

3. Ruang tunggu dilengkapi dengan media cetak

4. Tersedia toilet dan kamar mandi yang layak dan bersih 5. Tersedia tempat mencuci pakaian kotor

6. Tersedia fasilitas area pengering atau jemuran pakaian 7. Tersedia kantin tempat makan yang layak dan terjangkau 8. Tersedia tempat untuk beristirahat

9. Tersedia wastafel di ruang tunggu 10. Tersedianya sabun untuk mencuci tangan

11. Tersedianya air minum yang dapat dikonsumsi semua orang 12. Mengetahui bahwa makanan yang diberikan kepada pasien

adalah makanan yang terbaik dan bermutu. 13. Apakah ada Hal yang lain?


(70)

2. Pernyataan di bawah ini adalah kebutuhan Psikologi. Pilihlah jawaban "Ya" Jika bapak/ibu merasa bahwa pernyataan adalah kebutuhan dan jawaban "Tidak" bukan kebutuhan

No. Kebutuhan Psikologi Ya Tidak

1. Keluargamenerima informasi yang akurat dari perawat ICU 2. Keluarga merasa nyaman bila ada perawat ICU yang

memperhatikan

3. Keluarga berkonsultasi tentang kondisi pasien setiap hari dengan dokter/perawat yang merawat

4. Keluarga diizinkan untuk memberi dukungan kepada pasien di ruang ICU

5. Ada lingkungan yang aman dan nyaman bagi keluarga 6. Apakah ada hal lain?

3. Pernyataan berikut adalah kebutuhan Sosial. Pilihlah Jawaban "Ya" jika bapak/ibu merasa pernyataan adalah kebutuhan dan "Tidak" jika bukan kebutuhan

No. Kebutuhan Sosial Ya Tidak

1. Keluarga mendapatkan informasi tentang penyakit pasien 2. Keluarga mengetahui perkembangan keadaan pasien setiap

hari

3. Keluargadiberi informasi tentang komplikasi penyakit yang mungkin terjadi

4. Keluarga diberi penjelasan tentang rencana pengobatan lanjutan

5. Keluarga diberi penjelasan tentang kondisi pasien 6. Keluarga mengetahui kondisi pasien setelah dilakukan

tindakan/pengobatan

7. Keluarga mendapat informasi tentang peraturan di ruang ICU 8. Keluarga diberitahu tentang rencana pindah/keluar dari ruang

ICU

9. Keluarga dapat mengenal staf ICU yang melakukan perawatan pada pasien

10. Keluarga dapat berkonsultasi dengan perawat yang sama setiap hari


(71)

4. Pernyataan berikut adalah kebutuhan Spiritual. Pilihlah Jawaban "Ya" jika bapak/ibu merasa pernyataan adalah kebutuhan dan "Tidak" jika bukan kebutuhan

No. Kebutuhan Sosial Ya Tidak

1. Ada pelayanan rohani di ruang tunggu ICU bila diperlukan 2. Tersedia tempat untuk beribadah/sholat

3. Tempat ibadah di lengkapi dengan perlengkapan beribadah 4. Keamanan dan kenyamanan ketika sedang berdoa


(72)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)