Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nelayan
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di
Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir
laut. Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut
dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas
nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:
a.

Pertama, dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang
aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang
menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian utama.

b.

Kedua, dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong
royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting
pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar
dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.


c.

Ketiga, dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan
berat namun pada umumnya mereka hanya memilik keterampilan sederhana.
Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang
diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional.
Penangkapan ikan dan pengumpulan hasil laut lainnya merupakan mata

pencaharian pokok usaha nelayan. Pada dasarnya usaha penangkapan ikan yang
dilakukan usaha nelayan secara teknis ekonomis merupakan suatu proses produksi
yang bersifaf ekstraktif, yakni mengambil hasil alam tanpa mengembalikan
sebagian hasilnya untuk keperluan produksi dikemudian hari, (Mubyarto, 1985).

Universitas Sumatera Utara

Namun demikian tidak mesti berarti bahwa usaha perikanan rakyat merupakan
usaha yang bersifat subsistem.
Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis
nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran dan nelayan penuh.

Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman
modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang
nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekejaan pokoknya
sebagai nelayan. Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup
sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan sederhana atau
tradisional.Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal
dari perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan. (Mubyarto, 2002).
Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang
dilakukan. Jenis kegiatan yang mengikut serta kan modal atau keterampilan
mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih tinggi, yang pada akhirnya mampu
memberikan pendapatan yang lebih besar (Winardi, 1988).
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan
Ada tiga faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha nelayan
dan diuraikan sebagai berikut:
1.

Teknologi

Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan (produksi)
adalah alat penerangan (lampu) dan jaring. Peralatan atau modal usaha nelayan

adalah nilai dari pada peralatan yang digunakan seperti:


Harga perahu, apakah mempergunakan mesin besar atau kecil yang dimiliki
nelayan.

Universitas Sumatera Utara



Harga dari peralatan penangkapan ikan, misalnya jaring dan lain-lain.

2.

Sosial Ekonomi

Umur. Seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut sebagai
nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia melaut tidak disebut sebagai
nelayan. Umur juga mempunyai pengaruh terhadap pendapatan walaupun
pengaruhnya tdk terlalu besar.

Musim. Musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan nelayan yaitu
musim barat dan musim timur. Dalam satu tahun ada dua musim yaitu musim
timur dari bulan Maret sampai Agustus, umumnya gelombang besar, pasang
tinggi,arus deras, curah hujan selalu terjadi, keadaan demikian ini pada umumnya
nelayan sangat jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi sedikit dan harga
ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai Februari
keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak
terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Disamping
kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu
pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang
akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap,

gelombang akan kecil, arus tidak

bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua keadaan ini nelayan
akan kurang mendapatkan ikan dan harga ikan akan tinggi apalagi pada musim
timur keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun
melaut hanya dipinggir saja. Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan
semakin meningkat ketika kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang
demikian, sulit membedakan antara masa musim ikan dan masa paceklik.

3. Tata Niaga

Universitas Sumatera Utara

Ikan adalah komoditi yang mudah rusak dan busuk, jadi penyampaiannya
dari produsen (nelayan) kepada konsumen harus cepat agar kualitas atau
kondisinya tidak rusak atau busuk kalau ikan itu diolah. Kondisi atau keadaan
ikan ini sangat berpengaruh kepada harga ikan, demikian juga nilai gizinya. Jadi
dalam hal ini dilihat nilai efisiensi dari penggunaan tata niaga perikanan tersebut,
dari produsen ke konsumen berarti semakin baik dan semakin efisien tata
niaganya dan kriterianya adalah sebagai berikut :
Panjang atau pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh hasil produksi dalam
hal ini ikan dari nelayan sampai kepada konsumen. Banyak atau sedikitnya dari
jumlah pos-pos yang terdapat pada saluran distribusi tersebut. Apabila banyak
mengakibatkan panjang (jauhnya) jarak antara produsen dan konsumen akhir yang
artinya makin tidak efisien. Menambah keuntungan atau tidak yaitu setiap pos
saluran distribusi tersebut apakah menambah keuntungan atau tidak bagi nelayan.
Dalam hal ini kita bandingkan dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dan
meneliti apakah ada korelasi antara hal-hal diatas tadi akan menambah atau
memperbesar pendapatan nelayan. Meningkatnya tangkapan nelayan berarti

meningkatkan kesejahtraan nelayan tersebut. Demikian juga hal tersebut
menunjang program pemerintah yaitu pengentasan kemiskinan.
Saluran distribusi
Hasil tangkapan (produksi) nelayan itu selanjutnya kita lihat cara pemasarannya,
khususnya saluran distribusi dari produsen (nelayan) kepada pemakai akhir atau
konsumen. Saluran distribusi dari hasil laut ini dapat dibagi sebagai berikut :




Saluran distribusi untuk konsumen akhir
Saluran distribusi untuk rumah tangga

Universitas Sumatera Utara





Saluran distribusi untuk pengawetan

Saluran distribusi untuk coldstorage (eksportir)
Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang

terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal
dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang
cepat,kurang berani mengambil resiko,cepat puas dan kebiasaan lainnya yang
tidak mengandung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan
sangat dipengaruhi oleh pola pikir nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang
mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain
proses produksi didominasi oleh toke pemilik perahu atau modal dan sifat
pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok tertentu dalam bentuk pasar
monopsoni ( Kusnadi,2003)
2.2.1 Pengaruh Modal terhadap Pendapatan Nelayan
Menurut Mubyarto (1973) modal adalah barang atau uang yang secara
bersama – sama faktor produksi, tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang
yang baru. Pentingnya peranan modal karena dapat membantu menghasilkan
produktivitas, bertambahnya keterampilan dan kecakapan pekerja juga menaikkan
produktivitas produksi.
Modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu
usaha produksi yang didirikan. Modal dapat dibagi sebagai berikut : Modal Tetap

adalah modal yang dapat dipakai untuk proses produksi dalam jangka waktu yang
relatif lama dan tidak terpengaruh oleh besar kecilnya jumlah produksi, misalnya
Modal perahu, modal jaring, dan lain sebagainya. Modal Lancar adalah modal
memberikan jasa hanya sekali dalam proses produksi, bisa dalam bentuk bahan-

Universitas Sumatera Utara

bahan baku dan kebutuhan lain sebagai penunjang usaha tersebut misalnya
makanan, solar, rokok dan lain sebagainya.
Modal dalam kegiatan nelayan sangat mutlak dibutuhkan, karena tanpa
modal seperti sampan/perahu/kapal, jaring dan peralatan menangkap ikan lainnya
nelayan tidak akan mendapatkan ikan/ memproduksi ikan. Dengan kata lain
nelayan tidak memiliki Pendapatan. Produksi ikan nelayan di tentukan oleh
seberapa besar modal yang di gunakan dalam melaut. Dengan modal yang besar
para

nelayan

akan


mampu

memproduksi

hasil

ikan

tangkapnya

dan

pendapatannya semakin besar
2.2.2 Pengaruh Pengalaman terhadap Pendapatan
Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para
karyawan dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan. Artinya kemudahan
dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi
oleh seberapa seseorang tersebut memiliki pengalaman kerja. (Nitisemito,2000 )
Pengalaman sebagai nelayan secara langsung maupun tidak, memberikan
pengaruh kepada hasil penangkapan ikan. Semakin lama seseorang mempunyai

pengalaman sebagai nelayan, semakin besar hasil dari penangkapan ikan dan
pendapatan yang diperoleh, (Yusuf, 2003).
Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang
membahas bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau
keuntungan. Namun, dalam aktivitas nelayan dengan semakin berpengalaman
dalam menangkap ikan bisa meningkatkan pendapatan atau keuntungan.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Pengaruh Teknologi terhadap Pendapatan
Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam
penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jarring
dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang
digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan
makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan
input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja
yang digunakan dalam melaut.
Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap
ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala,
jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan

sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern
ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang
digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih
meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat
akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.
Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4
tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi
pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan
tradisional (peasant-fisher) yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri;
post peasant-fisher atau nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan ikan
yang lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau
nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan, dan industrial

Universitas Sumatera Utara

fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan
lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.
2.2.4.Pengaruh Harga Jual terhadap Pendapatan
menurut Kotler (2001 : 439) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan
atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas
manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Dalam kehidupan nelayan harga ikan laut tidak selalu tetap, sehingga
pendapatan nelayan tidak selalu stabil, contohnya yaitu ketika musim ikan, jumlah
tangkapan relatif banyak, namun harga jual ikan cenderung rendah. Pada musim
paceklik hasil tangkapan sangat sedikit namun harga jual ikan tinggi. Tinggi
rendahnya harga jual ikan, berpengaruh terhadap pendapatan nelayan.
2.3 Program Pemerintah Dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan
2.3.1 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak
tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada
masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan
kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan
berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana
hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang
dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006
mengalami perubahan yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi
kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana
hibah tersebut dijadikan agunan kredit koperasi pada lembaga perbankan untuk

Universitas Sumatera Utara

memperoleh fasilitas kredit yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ).
Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri
dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat
KUR) dengan suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai
dengan jaminan kebendaan (KKP)
2.3.2 Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP)
Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap
merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk
penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres
15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan
berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan
nelayan, dan menjadikan KUB sebagai lembaga ekonomi di pedesaan. Program
PUMP ini pun sudah mulai berjalan pada tahun 2011, karena maanfaat Program
PUMP ini sangat membantu sekali bagi para nelayan yang berada di daerah
pesisir maka sampai tahun 2014 ini PUMP masih di pertahankan sampai dengan
sekarang. Sejak tahun 2011 telah disalurkan bantuan modal sebesar Rp.780,6
Miliar kepada nelayan skala kecil yang tergabung dalam 7.806 Kelompok Usaha
Bersama (KUB) yang tersebar di seluruh kabupaten/kota yang memiliki potensi
perikanan tangkap.
2.3.3 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan(PUMP P2HP )
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perikanan(PUMP P2HP ) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana
salah satunya melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi pengolah dan

Universitas Sumatera Utara

pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar
(Poklahsar). Program PUMP P2HP dilaksanakan atas dasar amanat Menteri
Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor PER. 21/MEN/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM
Mandiri Kelautan dan Perikanan. (KKP)
2.3.4. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)
Program PKN merupakan bagian dari percepatan perluasan program ProRakyat (Klaster 4) berupa intervensi pemerintah secara langsung untuk
mempercepat pengentasan kemiskinan sesuai dengan Direktif Presiden pada
Sidang Kabinet Terbatas pada tanggal 13 Februari 2011 di Bogor. Melalui
Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011, Menteri Kelautan dan Perikanan
ditetapkan sebagai Ketua Kelompok Kerja Program PKN yang beranggotakan 12
kementerian/lembaga. Kriteria lokasi program peningkatan kehidupan nelayan
adalah berbasis pangkalan pendaratan ikan (PPI) dengan target Rumah Tangga
Sasaran (RTS) Nelayan miskin (sangat miskin, miskin, dan hampir miskin).
Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan overlay data nelayan miskin di pesisir
dan lokasi 816 Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan
pelaksanaan program dilaksanakan secara bertahap dengan rincian 100 PPI pada
tahun 2011, 400 PPI untuk tahun 2012, 200 PPI untuk tahun 2013 dan 116 PPI
untuk tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan PKN dikelompokkan menjadi 3 (tiga)
kelompok kegiatan, yaitu individu nelayan, kelompok nelayan dan sarana dan
prasarana di PPI dengan kegiatan dengan kegiatan antara lain : Pembuatan Rumah
Sangat

Murah, Pekerjaan

Alternatif

dan

Tambahan

Bagi

Keluarga

Nelayan, Skema UMK dan KUR, Pembangunan SPBU Solar, Pembangunan

Universitas Sumatera Utara

Cold

Storage, Angkutan

Umum

Murah, Fasilitas

Sekolah

dan

Puskesmas, Fasilitas Bank “Rakyat”.(KKP)
2.4 Landasan Teori
2.4.1 Teori Pendapatan
Pendapatan nelayan adalah selisih antara peneriamaan (TR) dan semua biaya
(TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan usaha nelayan (TR) adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya usaha nelayan
biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cos). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau
sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh, contoh biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC)
adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC
(soekartawi, 2002).
Mayers dalam terjemahan Sitohang (1996), memandang pendapatan dari
sisi efektifitas penggunaannya untuk memenuhi kebutuhan adalah “Pendapatan
adalah nilai barang atau jasa tertentu pada akhir jangka tertentu yang mempunyai
indikasi bahwa makna pendapatan bisa saja bergeser seiring dengan tingkat
pengeluaran konsumsi masyarakat”.
Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang
diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik
harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Dan ada beberapa klasifikasi pendapatan
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a.

Pertama, pendapatan pribadi yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh
tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu
negara.

b.

Kedua, pendapatan disposibel yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak yang
harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

c.

Ketiga, pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasajasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun.
Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan

yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan.
Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan
pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.
Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen dan pendapatan sementara.
Pendapatan permanen dapat diartikan yaitu:
a.

Pertama, pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat
diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan, upah, dan gaji.

b.

Kedua, pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan
kekayaan seseorang.
Pendapatan menekan pada perwujudan balas jasa dari partisipasi seseorang

dalam satu kegiatan produksi dimana tergambar pada sumbangan faktor-faktor
produksi atas nilai tambah (value added) pada tingkat out put tertentu. Nilai
tambah inilah yang merupakan pokok utama dari balas jasa yang selanjutnya

Universitas Sumatera Utara

disebut pendapatan. Pendapatan tersebut dipilih menurut jangka waktu tertentu
sehingga arti praktisnya nampak, misalnya satu bulan, dan lain sebagainya.
2.4.2 Teori Produksi
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu
modal dan tanah jumlah dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi
dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya adalah tenaga kerja, (Sukirno, 2004).
Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi
menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi
produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input
untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum, (Joesron dan Fathorrosi,
2003).
Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksudkan dengan konsep
arus disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkattingkat output per unit priode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa
diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan
produksi, itu berarti peningkatan output dengan mengasumsikan faktor-faktor lain
yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Pemakaian
sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal

Universitas Sumatera Utara

dihitung sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin per jam, jadi bukan dihitung
sebagai jumlah mesinnya secara fisik, (Miller dan Miners, 1999).
Hubungan antara Produksi Total(TP), produks rata-rata (AP) dan Produk
Marginal (MP) dalam jangka pendek untuk satu input (input lain dianggap
konstan) dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.1 Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi
Gambar 2.1 di atas memperlihatkan bahwa antara titik A dan C adalah
pertambahan produksi yang semakin berkurang (Law of deminishing marginal
productivity). Titik C adalah total produksi mencapai maksimun artinya tambahan
input tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi marginal (MP)
adalah nol. Sedangkan Produksi Rata-rata (AP) mencapai maksimun adalah pada
saat elastisitas produksi sama dngan 1 dan AP berpotongan dengan MP artinya

Universitas Sumatera Utara

produksi rata-rata sama dengan tambahan output akibat tambahan unit input
produksi, dengan asumsi faktor produksi lain dianggap konstan (Nicholson, 1998)
Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari
proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau
input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah
mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel
atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu
persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan
kombinasi input tertentu.
2.4.3 Persepsi
Menurut Saptorini (1989), Persepsi adalah suatu proses mental yang rumit
dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk
sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut. Persepsi
dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik
(penginderaan), fisiologis (pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf
sensoris) dan psikologis (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak).
Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi : 1. pelaku persepsi, bila
seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa
yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari
pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/kebutuhan individu, suasana hati,
pengalaman masa lalu, prestasi belajar sebelumnya dan pengharapan; 2. target
yang

akan

diamati,

karakteristiknya

dapat

mempengaruhi

apa

yang

Universitas Sumatera Utara

dipersepsikan; 3. Situasi, yaitu unsur-unsur dalam lingkungan sekitar dapat
mempengaruhi persepsi (Robins, 1996)
Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan
pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan
nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah
pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan
pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk
menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam
lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju”
(TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “Setuju”(S) dan “sangat
setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model
Likert adalah skor T, yaitu :
T= 50 + [

X− X rataan

Keterangan :



]

T = skor standar
X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
Xrataan

= mean skor kelompok

S

= deviasi standar kelompok

Kriteria Uji




Jika T ≥ 50, maka sikap positif
Jika T ≤ 50, maka sikap negatif (Azwar,2007)

2.5 Penelitian Sebelumnya
Sujarno (2008), dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat diketahui

Universitas Sumatera Utara

bahwa Biaya kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan
di Kabupaten Langkat. Biaya kerja merupakan faktor yang memberikan
pengaruh yang besar dibandingkan 3 faktor lain. Biaya kerja mempunyai
pengaruh positif terhadap pendapatan, ceteris paribus. Dengan kata lain,
apabila biaya kerja naik akan meningkatkan pendapatan nelayan. Begitu
juga halnya dengan tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut
mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan. Serta, nilai
elastisitas dari variabel Biaya kerja, tenaga kerja pengalaman, dan jarak
tempuh melaut mempunyai nilai elastisitas kurang dari 1 (inelastis)
terhadap
pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, sehingga respon pendapatan nelayan
terhadap Biaya kerja, tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut sangat
kecil.
Sasmita (2006), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variabel
independent modal, jumlah tenaga kerja, jumlah perahu, dan waktu melaut yang
dapat menerangkan variansi variabel dependent (pendapatan usaha nelayan).
Haharap (2003), dalam penelitian tentang analisis masalah kemiskinan dan
tingkat pendapatan nelayan tradisional di Kelurahan Indah Kecamatan Medan
Labuhan Kota Medan,

menyatakan bahwa variabel independen modal

investasi/awal, jam melaut, jumlah tanggungan, pendidikan dan biaya operasional
dapat menerangkan variabel dependent (pendapatan nelayan nasional).

Universitas Sumatera Utara

Zulfikar (2002), hasil penelitian tentang analisis bagi hasil terhadap
pendapatan buruh nelayan di Kabupaten Deli Serdang, bahwa hasil analisis dapat
diketahui ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan melaut marawai dan
pancing. Untuk uji beda rata-rata melaut pancing dan melaut jaring tabel maka Ho
terdapat perbedaan yang signifikan antara melaut pancing dan jaring.
Salim (1999), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda
Aceh, menyatakan bahwa variabel independent jarak tempuh melaut, modal,
pengalaman kerja, jumlah perahu dan tenaga kerja dapat menerangkan variansi
variabel dependent (pendapatan nelayan) dan variabel independent yang bisa
diperhitungkan atau berpengaruh terhadap variabel dependent adalah pengalaman
kerja dan jumlah perahu.
2.6 Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel
bebas dan variabel terikat. Berdasarkan pada uraian sebelumnya maka kerangka
pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah pendapatan nelayan (sebagai
variabel terikat) yang dipengaruhi oleh modal kerja, tenaga kerja, pengalaman
teknologi dan harga jual (sebagai variabel bebas).
Faktor modal kerja masuk kedalam penelitian karena secara toritis modal
kerja memepengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan
mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan
mempengaruhi peningkatan jumlah tangkapan ikan/ produksi sehingga akan
meningkatkan pendapatan. Modal kerja adalah modal yang digunakan nelayan
untuk melaut, misalnya : bahan bakar (solar), pengawet ikan (es balok).

Universitas Sumatera Utara

Faktor pengalaman kerja, faktor ini secara teoritis dalam buku tidak ada
yang membahas pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan.
Namun, dalam prakteknya, nelayan yang semakin berpengalaman dalam melaut
bisa meningkatkan pendapatannya, dikarenakan orang yang berpengalaman dapat
mengetahui lokasi dimana saja ikan-ikan bergerombolan disaat tertentu.
Pada umumnya harga jual mempengaruhi pendapatan pihak penjual. Jika
harga jual naik maka pendapatan meningkat. Demikian juga dengan nelayan jika
harga ikan naik, maka pendapatan nelayan akan meningkat dan sebaliknya jika
harga jual ikan turun maka pendapatan nelayan akan menurun.
Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan, Pemerintah
menyusun beberapa program melalui Kementrian Perikanan dan Kelautan. Dalam
pelaksanaan program tersebut, tentu saja mengundang persepsi dari para nelayan
terhadap program tersebut. Persepsi tersebut dibagi atas persepsi positif dan
persepsi negatif.
Dengan demikian kerangka pemikiran penelitian hubungan antara modal
kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan usaha nelayan
serta persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan di desa Bogak
kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten batu bara dapat digambarkan sebagai
berikut

Universitas Sumatera Utara

Modal

Pengalaman

Tehknologi

Harga jual

Pendapatan Nelayan

Program Pemerintah

Persepsi Nelayan

Negatif

Positif

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
: menyatakan pengaruh

Universitas Sumatera Utara

2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut
1.

Terdapat pengaruh positif modal kerja, pengalaman, teknologi dan harga jual
terhadap pendapatan nelayan

2.

Persepsi nelayan terhadap program peningkatan pendapatan nelayan adalah
positif

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)

0 10 84

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

1 16 82

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

0 0 8

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)

0 0 1

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)

0 0 13

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan ( Kasus : Desa Bogak, Kec.Tanjung Tiram, Kab.Batu Bara)

0 0 8