Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Nelayan Yang Tidak dapat Program PUMP

NO. Umur (Tahun) Pendidikan (Tahun) Modal (RP) Tenaga Kerja (Orang) Teknologi (GT/Gross Ton) Pengalaman (Tahun) Hasil tangkapan (Kg) Harga jual (Rp/kg) Pendapatan (Rp)

1 40 6 43.000 6 4 25 7,5 21.333,33 79.166,67

2 39 6 43.000 6 4 24 7,5 21.333,33 79.166,67

3 27 9 43.000 6 4 12 7,5 21.333,33 79.166,67

4 22 6 43.000 6 4 7 7,5 21.333,33 79.166,67

5 30 6 49.428 6 4 15 7,1428 23.000 82.142,85714

6 46 6 49.428 6 4 31 7,1428 23.000 82.142,85714

7 35 6 49.428 6 4 20 7,1428 23.000 82.142,85714

8 29 6 44.000 6 4 14 8,3333 22.666,66667 78.571,42857

9 27 6 44.000 6 4 12 8,3333 22.666,66667 78.571,42857

10 40 9 44.000 6 4 25 8,3333 22.666,66667 78.571,42857

11 40 9 46.928 6 4 25 8,3333 22.333,33 79.642,85714

12 32 9 46.928 6 4 17 8,3333 22.333,33 79.642,85714

13 26 9 46.928 6 4 11 8,3333 22.333,33 79.642,85714

14 43 6 46.928 6 4 28 8,3333 22.333,33 79.642,85714


(2)

Lampiran 1. Lanjutan. NO. Umur

(Tahun) Pendidikan (Tahun) Modal (RP) Tenaga Kerja (Orang) Teknologi (GT/Gross Ton) Pengalaman (Tahun) Hasil tangkapan (Kg) Harga jual (Rp/kg) Pendapatan (Rp)

16 39 6 45.500 1 0 24 1,619047619 85.000 85.000

17 40 6 49.492 1 0 25 1,500015 100.000 100.000

18 25 9 50.065 1 0 10 1,403508772 100.000 100.000

19 35 6 55.500 1 0 20 1,714285714 90.000 90.000

20 41 6 55.500 1 0 26 1,904761905 100.000 100.000

21 29 6 50.065 1 0 14 1,403508772 100.000 100.000

22 31 6 50.065 1 0 16 1,403508772 100.000 100.000

23 33 6 65.500 1 0 18 1,6500165 110.000 110.000

24 33 6 45.500 1 0 18 1,428571429 75.000 75.000

25 37 9 49.336 1 0 22 1,230769231 80.000 80.000

26 35 9 49.336 1 0 20 1,692307692 110.000 110.000

27 40 9 65.500 1 0 25 1,6 120.000 120.000

28 47 9 55.500 1 0 32 1,80952381 95.000 95.000

29 27 6 50.065 1 0 12 1,403508772 100.000 100.000


(3)

Lampiran 2. Karakteristik Nelayan Yang Mendapat program BLM PUMP NO. Umur

(Tahun) Pendidikan (Tahun) Modal (RP) Tenaga Kerja (Orang) Teknologi (GT/Gross Ton) Pengalaman (Tahun) Hasil tangkapan (Kg) Harga jual (Rp/kg) Pendapatan (Rp)

1 30 6 51.250 6 4 15 9,1667 23.000 90.714,28571

2 53 6 51.250 6 4 38 9,1667 23.000 90.714,28571

3 33 9 51.250 6 4 18 9,1667 23.000 90.714,28571

4 40 6 51.250 6 4 25 9,1667 23.000 90.714,28571

5 39 6 51.250 6 4 24 9,1667 23.000 90.714,28571

6 38 6 51.250 6 4 23 9,1667 23.000 90.714,28571

7 30 6 51.250 6 4 15 9,1667 23.000 90.714,28571

8 47 6 51.250 6 4 32 9,1667 23.000 90.714,28571

9 45 6 51.250 6 4 30 9,1667 23.000 90.714,28571

10 33 9 51.250 6 4 18 9,1667 23.000 90.714,28571

11 37 9 51.250 6 4 22 9,1667 23.000 90.714,28571

12 34 9 51.250 6 4 19 9,1667 23.000 90.714,28571

13 25 9 49.250 6 4 10 8,3333 25.000 76.785,71429

14 47 6 45.000 6 4 32 9,1667 23.000 100.833,3333


(4)

Lampiran 2. Lanjutan NO. Umur

(Tahun) Pendidikan (Tahun) Modal (RP) Tenaga Kerja (Orang) Teknologi (GT/Gross Ton) Pengalaman (Tahun) Hasil tangkapan (Kg) Harga jual (Rp/kg) Pendapatan (Rp)

16 30 6 50.065 1 0 15 1,403508772 71.250 100.000

17 38 6 50.432 1 0 23 1,509433962 66.250 100.000

18 37 9 49.336 1 0 22 1,57501575 66.666 105.000

19 39 6 49.492 1 0 24 1,42501425 66.666 95.000

20 37 6 49.336 1 0 22 1,500015 66.666 100.000

21 35 6 50.432 1 0 20 1,358490566 66.250 90.000

22 43 6 49.492 1 0 28 1,42501425 66.666 95.000

23 40 6 55.500 1 0 25 1,403508772 71.250 100.000

24 40 6 50.065 1 0 25 1,192982456 71.250 85.000

25 34 9 50.432 1 0 19 1,509433962 66.250 100.000

26 33 9 50.432 1 0 18 1,358490566 66.250 90.000

27 29 9 49.492 1 0 14 1,200012 66.666 80.000

28 35 9 49.492 1 0 20 1,27501275 66.666 85.000

29 35 6 50.432 1 0 20 1,509433962 66.250 100.000


(5)

Lampiran 3. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang tidak Mendapat Program PUMP

No Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

1 5 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 2 34

2 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 3 2 34

3 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

4 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

5 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 2 33

6 5 3 3 2 4 2 2 4 2 2 3 2 2 2 38

7 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

8 4 2 2 2 4 2 3 4 2 2 2 1 2 2 34

9 5 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 34

10 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

11 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

12 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

13 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

14 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

15 4 2 2 2 4 2 3 4 2 1 2 2 2 2 34

16 5 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 2 2 34

17 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 1 3 2 34

18 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

19 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34


(6)

Lampiran 3. Lanjutan

No Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

21 5 3 3 2 4 2 2 4 2 2 3 2 2 2 38

22 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

23 4 2 2 2 4 2 3 4 2 2 2 1 2 2 34

24 5 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 34

25 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

26 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

27 4 2 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 2 33

28 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34

29 4 2 2 2 4 2 2 4 2 2 2 2 2 2 34


(7)

Lampiran 4. Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Mendapat Program PUMP No

Pernyataan Positif Pernyataan negatif

Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

1 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 58

2 5 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 58

3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 52

4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 50

5 5 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 56

6 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 56

7 4 3 2 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 55

8 5 4 5 4 5 2 4 4 5 4 4 4 4 4 58

9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55

10 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55

11 5 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 51

12 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 55

13 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 52

14 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 55

15 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 55

16 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 58

17 5 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 58

18 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 52

19 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 50


(8)

Lampiran 4. Lanjutan No

Pernyataan Positif Pernyataan negatif

Total

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

21 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 5 56

22 4 3 2 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 55

23 5 4 5 4 5 2 4 4 5 4 4 4 4 4 58

24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 55

25 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55

26 5 2 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 51

27 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 55

28 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 52

29 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 55


(9)

Daftar Pustaka

Arsyad, Lincolin. 2003. Ekonomi Manajerial. Edisi Kelima. Balai Pustaka. Yogyakarta

Basri, Yuswar Zainul. 2007. Bunga Rampai Pengembangan Ekonomi Pesisir. Universitas Trisakti. Jakarta.

BPS. 2012. Indonesia dalam Angka. Badan Pusat Statistik Pusat, Jakarta

Case, Karl E dan Ray C Fair. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi (edisi kedelapan). Terjemahan olehY. Andri Zaimur. Jakarta: Erlangga.

Darmayuanita, 2012.Pengertian perilaku.darmayuanita.blogspot.com.diakses pada 13 Agustus 2014

Dinawan, 2010.Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian. Tesis dipublikasikan.semarang.MagisterManajemen .Univer-sitas Diponegoro.

http.sergaikab.go.id. Serdang Bedagai Dalam Angka. Diakses pada 13 Agustus 2014

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Semarang

Imron, Masyuri. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Media Pressindo: Yogyakarta

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2009

Kementerian Kelautan dan Perikanan,. 2012. Data Statistik Kelautan dan Perikanan.

Kiranasari, 2010.Pengaruh Upah Per Bulan, Umur, Jenis Kelamin, Dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Sektor Informal di Kabupaten Tegal.

Mulyadi, Subri. 2005. Ekonomi Kelautan.Raja Grafindo Persada.Jakarta

Rofi, 2012.Pengaruh Disiplin Kerja Dan Pengalaman Kerja Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Departemen Produksi Pt. Leo Agung Raya Semarang. Sekolah tinggi ilmu ekonomi. Totalwin. Semarang.

Rosyidi, Suherman. 2002. Pengantar Teori Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta


(10)

Samuelson, Paul A. & William D. Nordhauss, 2002. Makro Ekonomi. Erlangga. Jakarta

Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan Nusantara,Pusat Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Singgih, Santoso. 2002. Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta

Soekartawi.2002.Agribsnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta Suara Pembaruan, 18 November 2005

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian menggunakan metode Cluster Sampling. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Serdang Bedagai khususnya di Desa Kuala lama Kecamatan Pantai Cermin dan Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin.

Tabel 3.1. Jumlah Nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

No. Kecamatan Waktu Penuh Sambilan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17 Kotarih Silinda Bintang Bayu Dolok Masihul Serbajadi Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Tebing Syahbandar Bandar Khalifah Tanjung Beringin Sei Rampah Sei Bamban Teluk Mengkudu Perbaungan Pegajahan Pantai Cermin - - - - - - - - - 1.045 4.532 60 - 2.541 149 - 1.469 - - - - - - - - - 593 576 138 - 1.147 83 - 368 - - - - - - - - - 1.638 5.108 198 - 3.688 232 - 1.837

Total 9.787 2.905 12.701

Sumber : Serdang Bedagai Dalam Angka 2013

Kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Tanjung Beringin dipilih karena nelayan di Kecamatan Tanjung Beringin adalah nelayan dengan populasi terbanyak di Kabupaten Serdang Bedagai, sedangkan Kecamatan Pantai Cermin dipilih sebagai perbandingan.


(12)

Metode pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Stratified Random Sampling.

Tabel 3.2. Jumlah Sampel di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin yang mendapatkan Program Bantuan Pemerintah

No. Jenis Kapal Sampel

1. Perahu non GT 15

2. Perahu Motor (4 GT) 15

Jumlah 30

Tabel 3.3. Jumlah Sampel di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin yang Tidak Mendapatkan Program Bantuan Pemerintah

No. Jenis Kapal Sampel

1. Perahu Tanpa Motor 15

2. Perahu Motor (4 GT) 15

Jumlah 30

Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran sampel :

1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.

2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat. 3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran

sampel sebaiknya 10 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian. 4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang

ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20.

Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 sampel. Berdasarkan teori Roscoe bahwa dalam penelitian multivaiate, ukuran sampel sebaiknya adalah 10 kali lebih


(13)

besardari jumlah variabel maka, dalam penelitian ini ditentukan bahwa masing-masing variabel diwakilkan oleh 15 sampel.

3.3Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara langsung kepada nelayan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait di daerah penelitian seperti, Dinas Perikanan dan Kelautan (KKP) dan Badan Pusat Statistik (BPS).

3.4Metode Analisis Data

Hipotesis 1 dianalisis dengan regresi linier berganda. Dalam peneltian ini akan dianalisis pengaruh modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai yang dirumuskan sebagai berikut

Y = + + + + +

Dimana:

Y = Pendapatan nelayan (Rp) = Konstanta

, , = Koefisen x1 = modal kerja (Rp) x2 = Pengalaman (Tahun) x3 = Jam Kerja


(14)

Pengujian Hipotesis I

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi pengujian serempak (uji-f), pengujian individu (uji-t), dan pengujian ketetapan perkiraan (R2), uji asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas, heteroskedasitas, autokorelasi dan normalitas.

Uji Statistik

1. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi merujuk kepada kemampuan dari variabel independen (X) dalam menerangkan variabel dependen (Y). Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung seberapa besar varian dan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independen. Nilai R2 paling besar 1 dan paling kecil 0 (0 < R2< 1). Bila R2sama dengan 0 maka garis regresi tidak dapat digunakan untuk membuat ramalan variabel dependen, sebab variabel-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan regresi tidak mempunyai pengaruh varian variabel dependen adalah 0.

2. Pengujian Signifikan Simultan (Uji f-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika fhitung< ftabel, maka H0 diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%. Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel


(15)

independen (modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, dan harga jual) terhadap variabel dependen (pendapatan nelayan).

3. Pengujian Signifansi Parameter Individual (Uji t-test statistik)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H1 : β1 = 0 → tidak berpengaruh, H1 : β1 > 0 → berpengaruh positif, H1 : β1 < 0 → berpengaruh negative. Dimana β 1 adalah koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilai parameter hipotesis. Biasanya nilai β dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. bila thitung< ttabel maka H0 diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.

Uji Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi berganda ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik.

Multikolinieritas


(16)

merupakan kombinasi linier yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari variabel penjelas lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari variabel penjelas tersebut tidak dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak terhingga. Jika multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat ditentukan, namun variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien secara akurat. Dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas di antara variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan mengamati besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu :

1. Interval tingkat kepercayaan lebar (karena varians besar maka standar error besar, sehingga interval kepercayaan lebar).

2. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah. 3. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi.

4. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.

Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan, dapat dilakukan dengan regresi antar variabel bebas, sehingga dapat diperoleh nilai koefisien determinan (R2) masing-masing. Selanjutnya R2 hasil regresi antar variabel bebas tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh kesimpulan sebagai berikut: jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas > R2 model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model empiris yang digunakan ditolak. Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas < R2 model penelitian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.


(17)

Heteroskedastisitas

Menurut Santoso (2002) tujuan uji heterokedastitas adalah sebagai berikut “Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varians bersyarat dari E(εi2) = Var(εi) = σ2 (homokedastisitas), apabila varians bersyarat εi = σi2 untuk setiap 1, ini berarti variansnya homogen atau homokedastisitas.”

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa dilihat dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik scaterplot.Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Normalitas

Menurut Imam Ghozali (2007) tujuan dari uji normalitas adalah sebagai berikut “Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.”


(18)

Uji statistik yang digunakan untuk uji normalitas data dalam penelitian ini adalah uji normalitas atau sampel Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya.

a. Menurut Singgih Santoso (2007), menjelaskan output test of normality, 1. Ada pedoman pengambilan keputusan :Angka signifikansi (Sig) > α = 0,05

maka data berdistribusi normal

2. Angka signifikansi (Sig) < α = 0,05 maka data tidak berdistribusi normal Adapun cara lain untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik .

b. Menurut Singgih Santoso (2002) metode yang digunakan adalah pengujian secara visual dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan:

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.4.2 Skala Likert

Persepsi nelayan terhadap program bantuan pemerintah dianalisis dengan metode analisis skala likert, yaitu mengelompokkan variabel dengan menjumlahkan skor


(19)

dari nilai seperangkat variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan STS = 1, sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5 Pengelompokan variabel dapat dilhat pada berkut ini.

Tabel 3.4 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif

No.

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 1 Saya mengetahui dengan baik

program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan.

Saya merasa program bantuan yang diberikan pemerintah tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan saudara

2 Program pemerintah bagi nelayan mampu mengembangkan sektor perikanan di Desa Kuala Lama / Desa Pekan Tanjung Beringin

Ketentuan untuk mendapatkan bantuan menyulitkan saudara

3 Program pemerintah yang

dilakukan mampu memberikan dorongan dan semangat bagi saudara untuk meningkatkan hasil produksi.

Tidak semua nelayan menyukai adanya program bantuan yang diberikan pemerintah.

4 Program pemerintah dapat menjadi alternatif bagi saudara untuk menyelesaikan permasalahan untuk melaut.

Program Dinas Perikanan dan Kelautan yang berjalan tidak sesuai dengan harapan nelayan

5 Saya berharap program

pemerintah terus berlanjut

Saya merasa kesulitan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah

6 Saya merasa bantuan dari pemerintah bersifat merata bagi setiap nelayan yang dinyatakan tepat mendapatkan program bantuan

Untuk menjamin kepastian mendapat program bantuan dari pemerintah, saya harus memberikan “pelancar” bagi oknum terkait di lembaga pemerintahan terkait


(20)

7 Pemerintah transparan dengan berapa besar jumlah hak yang seharusnya diterima nelayan dari program bantuan yang dicanangkan

Pemerintah tidak mengawasi proses pemberian bantuan hingga sampai ke tangan nelayan

Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang bersangkutan yaitu, Saangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS), kemudian diukur dengan skala pengukuran persepsi skala Likert dengan rumus :

T

Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

• Jika T ≥ 50, maka persepsi positif

• Jika T ≤ 50, maka persepsi negatif Metode Deskriptif

Metode Deskriptif digunakan untuk memaparkan, program peningkatan pendapatan nelayan apa saja yang dicanangkan dan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai di Kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Tanjung Beringin. Serta untuk memaparkan bagaimana persepsi para


(21)

nelayan terhadap program-program yang telah dijalankan oleh pemerintah tersebut.

3.5Definisi dan Batasan Operasional. 3.5.1 Definisi Operasioanal

Definisi operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiaran dan pengertian dari beberapa istilah dalam penelitian ini.

1. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut dengan menggunakan sampan dayung atau biasa nelayan tradisional, perahu motor dan kapal motor.

2. Jam kerja adalah lama waktu nelayan berada di laut (dalam satuan jam).

3. Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah dikurangi modal kerja selama sebulan (satuan Rp.)

4. Harga jual adalah nilai yang diberikan kepada komoditas yang diproduksi oleh nelayan. Nilai yang dimaksudkan adalah dalam satuan rupiah.

5. Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam proses produksi. Biaya-biaya itu terdiri dari : makan, rokok, minyak solar, minyak bensin, peralatan menangkap ikan (umpan) selama sekali proses produksi atau per trip (satuan Rp.).

6. Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 perahu atau kapal motor (satuan jiwa).

7. Pengalaman adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai nelayan dalam jangka waktu tertentu (satuan tahun).


(22)

8. Teknologi adalah penggunaan alat – alat tangkap modern misalnya perahu motor, troli, jala, dan alat tangkap yang canggih atau alat tradisional seperti perahu layar / dayung, kail sederhana dan alat tangkap yang masih sangat sederhana. Teknologi dibagi 2 jenis ditinjau dari kapasitas kapalnya yaitu kapasitas 4 GT dan 0 GT. Perbedaan kapasitas kapal ini secara keseluruhan membedakan jenis alat tangkap, jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi.

9. Persepsi adalah pengalaman tentang objek (dalam hal ini program bantuan pemerintah), atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

10. Program bantuan pemerintah difokuskan kepada Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaaan (PUMP).

3.6.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin dan Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2014. 3. Sampel penelitian adalah nelayan.


(23)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Luas dan Letak Geografis Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang dimana efektif pemerintahannya berjalan sejak Januari 2004. Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai Luas Wilayah ± 1.900,22 km² dengan ketinggian 0-500 m di atas permukaan Laut yang terdiri dari 17 Kecamatan, 243 Kelurahan/Desa dengan kepadatan Penduduk ± 332 jiwa/ km² (data tahun 2009) dan jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai 630.728 jiwa dengan komposisi laki-laki 316.745, perempuan 313.983 jiwa dengan 149.702 RT.

4.1.1 Desa Pekan Tanjung Beringin


(24)

Luas Desa Pekan Tanjung Beringin 330 ha, dimana keadaan alam Desa Pekan Tanjung Beringin adalah dataran tinggi dengan ketingian 5 meter diatas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah desa Pekan Tanjung Beringin adalah:

- sebelah utara : Sungai Bedagai - sebelah selatan : Pematang Cermai - sebelah timur: Tebing Tinggi

- sebelah barat : Kecamatan Sei Rampah 4.1.2 Desa Kuala Lama


(25)

Desa Kuala Lama memiliki luas 522,5 Ha dengan jumlah penduduk 5595 jiwa, dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Utara berbatasan dengan Selat Malaka - Selatan berbatasan dengan Desa Sementara - Barat berbatasan dengan Desa Pantai Cermin Kiri - Timur berbatasan dengan Desa Arapayung

4.2 Keadaan Penduduk

4.2.1 Desa Pekan Tanjung Beringin

Jumlah penduduk desa ini adalah 13.272 jiwa, terdiri dari 6.633 jiwa laki-laki dan 6.639 jiwa perempuan yang mendiami 2.744 rumah tangga. Adapun agama yang di anut di desa ini adalah agama Islam, Kristen Protestan, Kristen, Katolik dan Budha.

Seperti wilayah pesisir lainnya di Indonesia, mata pencaharian utama penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin adalah sektor pertanian, sub sektor perikanan laut atau nelayan. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentasi (%)

1 Nelayan 1.331 56,13

2 Tani 483 20,37

3 Dagang 273 11,51

4 Buruh 132 5,56

5 PNS 121 5,10

6 Pengrajin 31 1,30

2.371 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Pekan Tanjung Beringin tahun 2014

Dari tabel 4.1. dapat dilihat bahwa sebanyak 1331 jiwa atau 56,13% di Desa Pekan Tanjung Beringin berprofesi sebagai nelayan, sedangkan bertani sebanyak


(26)

483 jiwa atau 20.37%, dagang sebanyak 273 jiwa atau 11.51%, buruh sebanyak 132 jiwa atau 5,56% PNS sebanyak 121 jiwa atau 5,10% dan pengrajin sebanyak 31 jiwa atau 1,30%.

Untuk sarana penghubung atau transportasi yang tersedia di daerah penelitian adalah angkutan umum roda empat, becak motor (bentor) dan angkutan sepeda motor (RBT). Sarana jalan menuju desa sebagian sudah di aspal dan sebagian lagi masih jalan berbatu.

4.2.2 Desa Kuala Lama

Jumlah penduduk desa ini adalah 5.595 jiwa, terdiri dari 2.780 jiwa laki-laki dan 2.815 jiwa perempuan. Adapun agama yang di anut di desa ini adalah agama Islam, Kristen Protestan, Kristen, Katolik dan Budha.

Seperti wilayah pesisir lainnya di Indonesia, mata pencaharian utama penduduk Desa Kuala Lama adalah sektor pertanian, sub sektor perikanan laut atau nelayan. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Nelayan 786

2 Tani 1.148

3 Dagang 273

4 Buruh 295

5 PNS 17

6 ABRI/POLRI 3

7 Karyawan 138

8 Wiraswasta 840

9 Jasa 162

10 Lainnya 615

2.371 Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Kuala tahun 2014


(27)

Untuk sarana penghubung atau transportasi yang tersedia di daerah penelitian adalah becak motor (bentor) dan angkutan sepeda motor (RBT). Sarana jalan menuju desa sebagian sudah di aspal dan sebagian lagi masih jalan berbatu.

4.3 Karakteristik Nelayan Sampel

Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik nelayan yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini. Karakteristik tersebut meliputi pendapatan, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, modal melaut, jumlah tenaga kerja dalam perahu/kapal, hasil tangkapan, pendidikan, dan umur nelayan.

4.3.1 Karakteristik Sosial Nelayan Sampel

Karakteristik sosial nelayan sampel dijelaskan dengan membagi sampel menjadi 2 golongan yaitu nelayan yang mendapat program bantuan PUMP dan dan yang tidak mendapat program bantuan.

Tabel 4.3. Karakteristik Nelayan yang Mendapat Program PUMP

No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan

1 Modal Rp 45.000-55.500 50.291

2 Tenaga Kerja Orang 1-6 3,5

3 Umur (tahun) 21-53 36,1

4 Pendidikan (tahun) 6-12 6,8

5 Pengalaman melaut Tahun 6-38 20,7

6 Jarak Tempuh Mil 2-10 5,96

7 Harga Jual Rp 23.000-71.250 45.441

8 Jumlah Pendapatan Rp 76.785-105.000 93.060 Sumber : Data lampiran 1 diolah

Pada Tabel 4.3 dilihat bahwa nelayan yang mendapatkan program PUMP yang menjadi sampel memiliki rentang modal Rp.45.000,- hingga Rp.55.500,- dengan rataanRp.50.291,-. Tenaga kerja memiliki rentang 1-6 dengan rataan 3,5. Pendidikan memiliki rentang 6-12 tahun dengan rataan 6,8 tahun. Umur memiliki rentang antara 21-53 tahun dengan rataan 36,1 tahun. Pengalaman melaut


(28)

memiliki rentang 13-32 dengan rataan 23,133. Harga jual memiliki rentang Rp.23.000 hingga Rp.71.250,- dengan rataan Rp.45.441,-. Jumlah pendapatan sekali melaut memiliki rentang Rp.76.785,- hingga Rp.105.000,- dengan rataan Rp. 93.060. Karakteristik nelayan yang dapat program PUMP dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.4. Karakteristik Sosial Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP

No. Karakteristik Sampel Satuan Rentang Rataan

1 Modal Rp 43.000-65.500 49.032

2 Tenaga Kerja Orang 1-6 3,33

3 Umur (tahun) 21-47 34,1

4 Pendidikan (tahun) 6-12 6,8

5 Pengalaman melaut Tahun 7-32 19,3

6 Jarak Tempuh Mil 2-8 5

7 Harga Jual Rp 21.333-75.000 43.047

8 Jumlah Pendapatan Rp 75.000-120.000 88.531 Sumber : Data lampiran 2

Dari tabel 4.4 dilihat bahwa nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP yang menjadi sampel memiliki rentang modal Rp.43.000,- hingga Rp.65.500,- dengan rataanRp.49.032,-. Tenaga kerja memiliki rentang 1-6 dengan rataan 3,3. Pendidikan memiliki rentang 6-12 tahun dengan rataan 6,8 tahun. Umur memiliki rentang antara 21-47 tahun dengan rataan 34,1 tahun. Pengalaman melaut memiliki rentang 7-32 dengan rataan 19,3. Harga jual memiliki rentang Rp.21.333 hingga Rp.75.000,- dengan rataan Rp.43.047,-. Jumlah pendapatan sekali melaut memiliki rentang Rp.75.000,- hingga Rp.120.000,- dengan rataan Rp. 88.531,- 4.3.2 Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor

Untuk status kepemilikan perahu dan kapal motor di daerah penelitian berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nelayan yang menyewa kapal untuk


(29)

melaut yaitu sebesar 75% kemudian diikuti oleh nelayan yang mengkredit perahunya sebesar 15% dan yang memiliki perahu sendiri sebesar 10%.

Tabel 4.5.Status Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor

Status Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor Jumlah Persen (%)

Milik Sendiri 6 10

Sewa 45 75

Kredit 9 15

Jumlah 60 100

Sumber : Data Kuisioner

4.3.3 Sitem Bagi Hasil Nelayan Sampel a. Nelayan dengan Kapasitas Kapal 4 GT

Nelayan dengan kapal berkapasitas 4 GT hampir secara keseluruhan belum memiliki kapal sendiri. Nelayan dengan kapal 4 GT membawa 6 orang awak (tenaga kerja) dengan komposisi 5 orang nelayan dan 1 orang tekong (nahkoda atau pawang yang memiliki pengetahuan tentang keadaan laut). Pembagian hasil tangkapan di daerah penelitian memiliki tahapan sebagai berikut :

1. Sebelum berangkat, nelayan terlebih dahulu menumpulkan uang untuk membeli bahan bakar diesel (solar) di SPBN atau kepada pedagangan minyak eceran di sekitar tangkahan (dermaga). Bila nelayan belum memiliki uang yang cukup untuk membeli bahan bakar, mereka biasanya berhutang kepada pedagang minyak eceran dan setelah selesai melaut, barulah nelayan membayarkan hutangnya.

2. Setelah selesai melaut, hasil tangkapan nelayan dijualkan kepada toke (pemilik kapal) dengan harga yang ditentukan oleh toke.

3. Separuh hasil penjualan diberikan kepada toke (pemilik kapal) sebagai sewa kapal dan separuhnya lagi kepada nelayan.


(30)

4. Hasil penjualan kemudian dibagi rata kepada nelayan, namun tekong mendapatkan hasil 2 kali lebih banyak dibandingkan nelayan lain yang berada di kapal. Bila nelayan berhutang bahan bakar kepada pedagang minyak eceran maka uang hasil penjualan sebelum dibagikan kepada nelayan harus dipotong lagi sebesar hutang untuk membeli bahan bakar kepada pedagang minyak eceran.

b. Nelayan dengan Kapasitas Kapal 0 GT

Nelayan dengan kapasitas kapal 0 GT di daerah penelitian bermuatan 1 orang nelayan. Ditinjau dari kepemilikan kapalnya, nelayan di daerah penelitain terbagi 2 jenis yaitu nelayan yang memiliki kapal sendiri dan nelayan dengan kapal sewaan. Sistem bagi hasilnya juga berbeda, nelayan pemilik kapal biasanya menjualkan hasil tangkapannya kepada toke (pedagang pengumpul) lalu hasil penjualannya utuh dimiliki oleh nelayan itu sendiri. Berbeda halnya dengan nelayan yang masih menyewa kapal untuk melakukan proses penangkapan ikan. Nelayan yang masih menyewa secara keseluruhan menjual hasil tangkapannya kepada toke (pemilik kapal) kemudian hasil penjualannya dipotong sebesar Rp.15.000,- hingga Rp. 20.000,- sebagai harga sewa kapal.


(31)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi variabel dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Sumber : Lampiran 1 dan 2 diolah

Dari Tabel 5.1, diketahui rentang pendapatan rentang pendapatan adalah Rp.75.000,- sampai Rp. 120.000,- dengan rata-rata Rp.62.468,68 dalam sekali melaut. Modal kerja terdiri dari makanan, rokok, harga sewa kapal atau kredit kapal dan peralatan atau penyusutan kapal dan peralatan penangkap ikan, dan bahan bakar yang digunakan dalam sekali proses produksi. Modal kerja berada di rentang Rp.43.000,- hingga Rp.65.500,- dengan rataan Rp.90.799,-.

Jumlah tenaga kerja dalam satu perahu berada pada rentang 1 hingga 6 orang. Kapal dengan kapasitas 4 GT mampu menampung 6 orang nelayan sedangkan kapal dengan kapasitas 0 GT hanya mampu memuat 1 orang nelayan. Jumlah tanga kerja dalam 1 kapal memiliki rataan 3,4.

Variabel Satuan Rentang (per trip) Rataan Pendapatan Rupiah 75.000 - 120.000 64.468,68

Modal Kerja Rupiah 43.000 – 65.500 90.799

Pengalaman Tahun 6-38 20,21

Jam Kerja Jam 6-9 7,65


(32)

Jam kerja nelayan berada direntang 6 hingga 9 jam, dengan rataan 7,65 jam sehari. Teknologi yang digunakan nelayan berdasarkan kapasitas perahu, yaitu perahu 0 GT dan 4 GT.

5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Jumlah Tenaga Kerja, Jam Kerja dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan

ŶHasil regresi variabel modal kerja, tenaga kerja, jarak tempuh dan teknologi, dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil Regresi Variabel

Penelitian

Koefisen Regresi t-hitung Sig

Constanta 43.812,361 2,934 0,005

Modal 1,233 5,102 0,000

Jam Kerja 1.441,949 1,026 0,310

Pengalaman 11,238 0,083 0,934

Teknologi - 5.969,4751 2,859 0,006

F-hitung 15,508 Sig. F-hitung 0,000

R 0,728 Standar Eror 7044,85125

R-Square 0,530 N 60

Adjusted R-Squared 0,496

Dari Tabel 5.2 dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Ŷ= 43.812,361 + 1,233 - 1.441,949 -11,238 - 5.969,4751 Dimana :

Y = Pendapatan nelayan = Modal melaut = Jam kerja

Pengalaman = Teknologi


(33)

5.2.1 Uji asumsi klasik 5.2.1.1 Uji normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan OSKS diperoleh signifikansi sebesar 0.344. Nilai signifikansi lebih besar dari nilai toleransi yaitu 0,05. Hal ini menjelaskan tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal, data residual model berdistribusi normal.

5.2.1.2 Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dgunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing Variabel Independen, yaitu jika suatu Variabel Independen mempunyai nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas. Dari hasil diatas, diperoleh nilai VIF secara keseluruhan lebih kecil dari 10. Hal ini mengidentifikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.


(34)

5.2.1.3 Uji Heterokedasitas

Untuk mengindentifikasi herokedasitas dapat dilihat scatterplot pada gambar 4.

Gambar 4. Pola Scatterplot

Scatterplot diatas tidak menunjukkan pola sistematis. Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastis.

5.2.2 Uji Hipotesis

5.2.2.1 Koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh nilai R2 sebesar 0.530. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 53% dari variasi variabel pendapatan telah dijelaskan secara serempak oleh variabel modal kerja (X1), pengalaman kerja (X2), jam kerja (X3), dan teknologi (X4). Sedangkan sisanya yaitu sebesar 47%


(35)

persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang belum dimasukkan dalam model.

5.2.2.2 Pengujian Signifikan Simultan (Uji-F)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal kerja, tenaga kerja, pengalaman kerja, teknologi, harga jual terhadap pendapatan diperoleh tingkat signifikansi F adalah sebesar 0,000 (0,000≤0,001). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima,yang berarti variabel bebas modal ,tenaga kerja, pengalaman, teknologi, harga jual secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Pendapatan nelayan.

5.2.2.3Pengujian Signifikan parsial (Uji-t)

Dari hasil regresi pengaruh variabel modal melaut, pengalaman kerja, jam kerja dan teknologi terhadap pendapatan :

- Variabel modal memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 (0,000≤0,05); dan teknologi sebesar 0,006 (0,006≤0,05) Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal dan teknologi secara parsial berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.

- Variabel jam kerja sebesar 0,310 (0,310 ≥0,05) dan pengalaman melaut sebesar 0,934 (0,934≥0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing variabel jam kerja dan pengalaman melaut secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan

5.2.2.3.1 Pengaruh Modal kerja terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan artinya modal secara parsial berpengaruh nyata terhadap


(36)

pendapatan nelayan. Besarnya koefisien regresi adalah 1,233. Hal ini menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan modal Rp.1.000, maka akan terjadi kenaikan pendapatan sebesar Rp.1.233,- dengan asumsi variabel lain tetap. Sehingga untuk mendapatkan penambahan pendapatan yang besar harus diikuti dengan penambahan modal yang lebih besar lagi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Mubyarto bahwa modal mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi yang didirikan. Sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sujarno, 2008 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Sama halnya dengan nelayan di Kabupaten Sergai, bahwa modal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan nelayan. Nelayan di lokasi penelitian khususnya nelayan dengan kapasitas perahu 4GT sering terkendala dalam ketersediaan modal. Mereka lebih sering membeli bahan bakar ke pedagang bahan bakar eceran daripada ke SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan). Hal ini disebabkan ketidakadaan modal untuk membeli bahan bakar di SPBN. Para pedagang bahan bakar eceran membolehkan para nelayan untuk berhutang, sedangkan untuk mendapatkan bahan bakar di SPBN, nelayan harus membayar secara kontan terlebih dahulu.

5.2.2.3.2 Pengaruh Jam Kerja terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa jam kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan (0,310≥0,05) artinya jarak tempuh secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan.


(37)

Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar.” Adanya Indikasi over fishing di wilayah laut Kabupaten Sergai menyebabkan lamanya waktu melaut belum tentu bisa meningkatkan hasil tangkapan. Nelayan yang berasal dari wilayah lain di luar Kabupaten Serdang Bedagai yang menggunakan pukat trawl tak henti mengeksploitasi wilayah tangkap nelayan tradisional Kabupaten Serdang Bedagai, bahkan hingga ke bibir pantai. Keberadaan nelayan pengguna pukat trawl yang tidak terkendali inilah yang diduga menjadi alasan terjadinya over fishing di wilayah tangkap nelayan Kabupaten Serdang Bedagai sehingga selama apapun waktu yang digunakan untuk proses produksi tidak bisa meningkatkan hasil tangkapan ikan.

5.1.1.3.3 Pengaruh Pengalaman Melaut terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa pengalaman tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan besar signifikansi yaitu 0,934 (0,934≥0,05) artinya pengalaman secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sujarno (2008) dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Lamanya pengalaman seorang nelayan tidak menentukan besarnya hasil tangkapan, hal ini dikarenakan setiap nelayan masih bergantung kepada kondisi alam dan habitat ikan di laut.


(38)

5.1.1.3.4 Pengaruh Teknologi terhadap pendapatan

Dari penelitian ini diketahui bahwa teknologi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (0,006≤0,05).

Teknologi mempunyai pengaruh negatif terhadap pendapatan. Hal ini terjadi karena teknologi ditinjau dari kapasitas kapal yang digunakan oleh nelayan. Perbedaan jenis kapal menyebabkan perbedaan jenis komoditas yang dihasilkan oleh nelayan. Berbeda pula jumlah tenaga kerja, modal dan kemampuan jarak yang ditempuh oleh kapal. Komoditas yang dihasilkan oleh nelayan dengan kapal 0 GT adalah udang dan kepiting. Harga udang berkisar antara Rp. 30.000,- hingga Rp. 100.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Sedangkan nelayan dengan kapasitas kapal 4 GT memproduksi Ikan Gembung, dengan kisaran harga Rp. 18.000,- sampai Rp. 26.000,- per kilogram di tingkat nelayan. Kapal berkapsitas besar secara keseluruhan disewa oleh nelayan dan harga jualnya juga ditentukan oleh pemilik kapal, maka dari itu teknologi memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan nelayan. Ditinjau dari pengaruhnya maka hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Muhammad Arliman yang berjudul “Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan Tangkap di Kabupaten Takalar”, bahwa teknologi berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. 5.3 Program Pemerintah yang ada di Desa Pekan Tanjung Beringin dan

Desa Kuala Lama

Dari informasi dan hasil wawancara dengan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama, program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan nelayan yang ada di desa-desa tersebut adalah Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP).


(39)

Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) Perikanan Tangkap merupakan bagian dari pelaksanaan PNPM Mandiri yang betujuan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di perdesaan (Perpres 15/2010: Klaster II). Melalui kegiatan PUMP Perikanan Tangkap diharapkan berkembangnya usaha penangkapan ikan, berkembangnya kewirausahaan nelayan, dan menjadikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai lembaga ekonomi di pedesaan.

5.4 Persepsi Nelayan Terhadap Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP)

Untuk mengetahui persepsi nelayan yang mendapat program dan yang tidak dapat program diambil sampel masing-masing 30 orang. Nilai standar deviasi yang diperoleh untuk nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP adalah sebesar 1,162919. Nilai standar deviasi untuk nelayan yang mendapat program PUMP adalah sebesar 2,491892. Persepsi nelayan terhadap program dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Persepsi Nelayan Terhadap Program BLM PUMP

No Uraian Positif Negatif Jumlah

1 Dapat program 22 (73,33%) 8 (26,67%) 30 (100%) 2 Tidak dapat program 2 (6,67%) 28 (93,33%) 30 (100%) Sumber : data diolah dari lampiran 4 dan lampiran 6

Dari Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 30 sampel yang tidak dapat program PUMP yang diambil, 2 sampel (6,67%) memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 28 sampel (93,33%) memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Mayoritas dari sampel memiliki persepsi yang negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa sampel nelayan yang tidak dapat program memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Dari 30 nelayan yang mendapat


(40)

program PUMP, 22 nelayan (73,33%) memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 8 sampel (26,67%) memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Mayoritas dari nelayan memiliki persepsi yang positif, sehingga dapat dikatakan bahwa nelayan yang pernah mendapat program PUMP memiliki persepsi positif terhadap program PUMP.

Dari 60 nelayan sampel yang diambil, yaitu 30 nelayan yang dapat program, dan 30 nelayan yang tidak dapat program, mayoritas memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP.

Dari hasil wawancara kepada nelayan bisa diketahui bahwa ada beberapa alasan mengapa persepsi nelayan negatif terhadap Program PUMP yaitu sebagai berikut 1. Untuk mendapatkan program bantuan dari pemerintah, nelayan atau

kelompok nelayan harus memberikan “pelancar” kepada pihak-pihak tertentu di dinas-dinas pemerintahan terkait agar segala urusan dan hasil pengajuan proposal permohonan bantuan bisa terjamin hasilnya.

2. Nelayan sulit membuat persyaratan berupa proposal yang harus menggunakan komputer dalam proses pembuatannya.

3. Penyaluran dana PUMP yang dinilai nelayan belum tepat sasaran, dan masih banyak nelayan yang belum pernah sama sekali mendapat program atau mendapat bantuan dari pemerintah semenjak berprofesi sebagai nelayan 4. Kurangnya interaksi yang baik antara nelayan dengan dinas perikanan dan

kelautan serta pemerintah karena nelayan tidak mengetahui bagaimana caranya untuk menyampaikan aspirasi kepada Pemerintah dan dinas perikanan dan kelautan.


(41)

5. Nelayan telah berpandangan pesimis terhadap program-program pemerintah, karena telah berulang kali mengirim proposal kepada dinas perikanan dan kelautan tetapi sekalipun tidak ada direspon. Hal ini mengakibatkan banyak nelayan tidak lagi bergabung/membentuk kelompok nelayan.

6. Sulitnya nelayan menyampaikan aspirasi kepada pemerintah

7. Kurangnya sosialisasi dalam kegiatan pendampingan pada kelompok nelayan dari dinas perikanan dan kelautan terhadap para nelayan.

Adapun pandangan positif dari nelayan terhadap program bantuan pemerintah dikarenakan alasan sebagai berikut :

a. Nelayan sadar bahwa program bantuan yang diberikan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.

b. Ada harapan lagi dari nelayan untuk bisa kembali mendapatkan bantuan pada periode berikutnya.

c. Terdapat 1 kelompok nelayan yang mendapat bantuan dari pemerintah tanpa harus memberikan pelancar kepada oknum di dinas terkait.


(42)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan.

Teknologi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Jam kerja dan pengalaman melaut tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai

2. Program pemerintah yang ada di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP).

3. Dari keseluruhan sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 93,33% memliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Sedangkan nelayan yang mendapat program PUMP, 73,33% dari keseluruhan sampel memiliki persepsi positif terhadap program PUMP. Maka secara keseluruhan, nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama, memiliki persepsi negatif terhadap Program PUMP. 6.2 Saran

Kepada Nelayan

1. Nelayan sebaiknya membentuk kelompok nelayan yang sah diakui oleh lembaga pemerintahan agar sewaktu-waktu ketika ada program bantuan yang


(43)

diberikan oleh pemerintah kepada nelayan, nelayan tidak perlu terburu-buru lagi membentuk kelompok.

2. Nelayan sebaiknya membentuk lembaga atau koperasi untuk mendukung permodalan bagi nelayan.

3. Nelayan sebaiknya mengajukan permohonan pembinaan dan bantuan dalam bentuk teknologi dan penggunaannya.

Kepada Pemerintah dan Dinas perikanan dan Kelautan

1. Pemerintah hendaknya membentuk lembaga-lembaga permodalan bagi nelayan dengan syarat yang ringan namun tetap menjamin keamanan.

2. Pemerintah hendaknya juga memberikan penyuluhan kepada nelayan mengenai teknologi atau alat penangkapan ikan yang baru kepada nelayan untuk mendukung peningkatan produksi ikan nelayan.

3. Pemerintah dalam membuat program atau memberikan bantuan hendaknya memperhatikan kondisi nelayan agar sesuai dengan yang mereka harapkan dan butuhkan, serta mengawasi dalam pelaksanaan program/ pemberian bantuan agar bantuan tepat sasaran.

Kepada Peneliti selanjutnya

1. Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti tentang dampak program pemerintah terhadap pendapatan nelayan.

2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan mampu menemukan variable lain yang juga mempengaruhi pendapatan nelayan.


(44)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003)

Sesungguhnya nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah nelayan nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasionalkan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Mulyadi, 2005).

2.2Landasan Teori 2.2.1 Teori Produksi

Menurut Rosyidi (2002), bagi kebanyakan orang, produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan didalam pabrik-pabrik atau kegiatan di lapangan pertanian. Secara lebih luas, setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai sesuatu barang adalah produksi. Atau dengan mudah dikatakan bahwa produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Produksi tidak dapat dilakukan tanpa bahan-bahan yang memungkinkan


(45)

dilakukannya produksi itu sendiri. Faktor-faktor produksi itu terdiri atas: a) tanah atau sumber daya alam; b) tenaga kerja manusia atau sumber daya manusia; c) modal, dan; d) kecakapan tata laksana atau skill. Sekalipun tidak ada yang tidak penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang keempat itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah mengorganisasikan ketiga faktor produksi yang lain.

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).

2.2.2 Fungsi Produksi

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksikan tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 2003).


(46)

Menurut Samuelson (2002) fungsi produksi adalah kaitan antara jumlah output maksimum yang bisa dilakukan masing-masing dan tiap perangkat input (faktor produksi). Fungsi ini tetap untuk tiap tingkatan teknologi yang digunakan. Fungsi produksi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia, yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan , terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usaha tani tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.

Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2, X3, …, Xn) secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :

dimana :

Q = output Xi = input

Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam fungsi produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan output dari


(47)

yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada disekitar kita, belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat diterapkan untuk mempelajari pola hubungan antara input dan output.

2.2.3 Pendapatan

Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun dalam penentuan tingkat produksi akan memperhitungkan tingkat pendapatan yang akan dihasilkan dalam suatu produksi. Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai profit/keuntungan yang maksimum karena profit merupakan salah satu tujuan penting dalam berusaha.

Pendapatan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002). 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Pendapatan nelayan merupakan sumber utama para nelayan untuk mencukupi kebutuhaan hidup. Menurut Baridwan 1992 dalam Syamrilaode (2013) mengutarakan bahwa “pendapatan (revenue) adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya (atau kombinasi keduanya)


(48)

selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha”. Pendapatan nelayan bersumber dari pendapatan bersih hasil melaut. Artinya pendapatan yang sudah tidak di potong oleh biaya untuk melaut. Berikut ini disajikan hal-hal yang dinilai mampu mempengaruhi pendapatan nelayan : 2.3.1 Pengaruh Modal Terhadap Pendapatan Nelayan

Modal adalah produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya. Modal kerja pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus menerus ada dalam menopang usaha yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa dengan waktu penerimaan penjualan.

Modal kerja mempunyai 2 fungsi yaitu : 1. Menopang kegiatan produksi.

2. Menutup dana atau pengeluaran tetap dan dana yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi dan penjualan.

Modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu usaha terlebih lagi usaha kecil. Modal kerja sangat erat hubungannya dalam rangka menghitung kebutuhan modal kerja (Ahmad,1997).

Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan sebagai biaya produksi atau biaya operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatau usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemilik modal (toke), karena adanya hubungan pinjam-meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil tangkapan


(49)

ikan nelayan digunakan untuk membayar hutang dan tingkat harga ikan ditentukan oleh pemilik modal.

2.3.2 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Pendapatan Nelayan

Menurut Notoadmojo (2003) dalam Darmayunita (2012) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi..Dari uraian tersebut pengalaman kerja dapat memberikan keuntungan bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan kerja sehingga seseorang tersebut tidak merasa kesulitan dalam berkerja.Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Rofi (2012), pengalaman kerja didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1991). Pengalaman bekerja merupakan modalutama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu (Sastrohadiwiryo, 2005).

Selain itu pendapat tokoh lain yaitu Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para karyawan dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan. Artinya kemudahan dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa seseorang tersebut memiliki pengalaman kerja (Nitisemito,2000).


(50)

2.3.3 Pengaruh Jam Kerja Terhadap Nelayan

Dari berbagai faktor produksi yang dikenal, capital dan labor merupakan dua faktor produksi yang terpenting. Capital adalah seperangkat peralatan yang digunakan oleh pekerja. Labor adalah waktu yang dihabiskan untuk bekerja. Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang ada karena secara implisit menunjukkan cara mengubah capital dan labor menjadi output. Jika ditemukan cara produksi yang lebih baik, akan diperoleh lebih banyak output dari penggunaan capital dan labor yang jumlahnya sama. Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah.Semakin meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan. Perusahaan menghasilkan lebih banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika pekerjanya bekerja lebih lama (Herlambang dkk, 2002).

Menurut Masyhuri (1999), Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai.

Namun Nelayan sangat bergantung kepada kondisi alam dalam proses produksi. Tidak setiap saat nelayan bisa melakukan proses produksi. Kondisi laut yang kotor juga bisa merusak alat tangkap nelayan sewaktu-waktu tanpa bisa diduga. Ditambah lagi dengan maraknya nelayan yang berasal dari luar daerah yang mengeksplotasi hasil laut di wilayah tangkap nelayan kabupaten ini dengan


(51)

menggunakan teknologi yang canggih menyebabkan nelayan semakin terpuruk dalam kemiskinan.

2.3.4 Pengaruh Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jarring dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaut.

Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala, jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4 tingkatan dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan armada), orientasi pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan tradisional (peasant-fisher) yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri; post peasant-fisher atau nelayan yang menggunakan teknologi penangkapan ikan yang


(52)

lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau nelayan yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan, dan industrial fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.

2.4 Teori Pemberdayaan

Konsep pemberdayaan pada dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang ekonomi, politik dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. (Kartasasmita, 1996)

2.5 Teori Persepsi

Menurut Stanton persepsi dapat didefinisikan sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimuli (rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui panca indera. Menurut Horovitz persepsi dipengaruhi oleh 3 faktor, yakni :

1. Faktor Psikologis

Faktor psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi nelayan. Perubahan yang dimaksudkan termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang dianggap nelayan penting dan berguna.


(53)

2. Faktor Fisik

Faktor ini akan mengubah persepsi nelayan melalui apa yang nelayan tersebut lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan persepsi nelayan terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh pemerintah.

3. Image yang terbentuk

Image yang terbentuk disini adalah image nelayan terhadap pemerintah ataupun program bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Menurut Lovelock harapan dan persepsi pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan nelayan terhadap bantuan pemerintah. Setelah menikmati bantuan yang diberikan, nelayan akan membandingkan antara harapan dan persepsi mereka tentang bantuan tersebut. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi :

a. Jika persepsi (perception) lebih kecil dari harapan (expectation), (P<H) nelayan akan memberikan suatu anggapan negatif terhadap bantuan pemerintah yang telah diterimanya tersebut. Hal ini akan menimbulkan ketidakpuasan dan kekecewaan nelayan.

b. Jika persepsi (perception) sama dengan harapan (expectation), (P=H), nelayan akan memberikan suatu tanggapan yang netral, sesuai dengan bantuan yang telah diterimanya tersebut.Hal ini akan membuat nelayan cukup puas dengan bantuan pemerintah tersebut.

c. Jika persepsi (perception) lebih besar dari harapan (expectation), (P>H), nelayan akan memberikan suatu anggapan positif terhadap bantuan pemerintah yang telah diterimanya. Hal ini akan membuat nelayan merasa sangat puas dengan bantuan pemerintah tersebut.


(54)

Untuk mengukur persepsi digunakan Model Likert, yaitu metode penskalaan pernyataan persepsi yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “Setuju”(S) dan “sangat setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah skor T, yaitu :

T

Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi skor T = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria Uji

• Jika T ≥ 50, maka persepsi positif

• Jika T ≤ 50, maka persepsi negatif (Azwar,2007)

2.6 Program Bantuan Pemerintah dalam Peningkatan Pendapatan Nelayan 2.6.1 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)


(55)

Kebijakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dimulai sejak tahun 2001 yang dirancang untuk mengatasi persoalan kemiskinan pada masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumberdaya lokal dan berkelanjutan. Program PEMP 2001-2003 dilancarkan dengan pemberian dana hibah langsung kepada Koperasi Nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro yang dibentuk untuk mengelola kebutuhan permodalan nelayan. Kebijakan tahun 2006 mengalami perubahan yaitu berupa pemberian dana hibah tidak langsung lagi kepada koperasi nelayan atau Lembaga Keuangan Mikro nelayan, tetapi dana hibah tersebut dijadikan agunan kredit koperasi pada lembaga perbankan untuk memperoleh fasilitas kredit yang diberi nama Dana Ekonomi Produktif ( DEP ). Dan pada tahun 2008 koperasi nelayan sudah diarahkan agar berhubungan sendiri dengan lembaga perbankan untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (disingkat KUR) dengan suku bunga kredit umum dari lembaga perbankan dan harus disertai dengan jaminan kebendaan (KKP).

2.6.2 Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP) Sesuai dengan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014, yaitu “Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan”, maka salah satu strategi untuk mencapai misi tersebut dilaksankan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP). PUMP merupakan pendekatan pengembangan usaha nelayan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan.

PUMP fokus pada kelompok sasaran. Berdasarkan hal tersebut, mulai tahun 2011 pembinaan nelayan skala kecil adalah memadukan pembinaan nelayan yang


(56)

tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), Kelompok Penerima Program PNPM Mandiri Perikanan Tangkap dan Kelompok Nelayan.

Pelaksanaan PUMP diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Oleh karena itu mulai tahun 2011 kegiatan pemberdayaan nelayan dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap sebagai kelanjutan pembinaan nelayan penerima BLM pada kegiatan PNPM Mandiri Kelautan Perikanan tahun 2009-2010 yang dalam hal ini dilaksanakan Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan.

Pelaksanaan PUMP Perikanan Tangkap kedepan menjadi kerangka kebijakan dan acuan pelaksanaan berbagai kegiatan penanggulangan kemiskinan khususnya pemberdayaan usaha nelayan skala kecil berbasis desa nelayan.

a. Tujuan PUMP

PUMP Perikanan Tangkap bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan nelayan melalui pengembangan kegiatan usaha nelayan skala kecil di perdesaan sesuai dengan potensi sumberdaya ikan.

2. Menumbuhkan kewirausahaan nelayan di perdesaan.

3. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

b. Sasaran PUMP


(57)

1.Berkembangnya usaha 1.000 KUB Perikanan Tangkap.

2.Meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB penerima BLM.

2.6.3 Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP )

Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan(PUMP P2HP ) merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dimana salah satunya melalui fasilitasi bantuan pengembangan usaha bagi pengolah dan pemasar hasil perikanan dalam wadah Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar). Program PUMP P2HP dilaksanakan atas dasar amanat Menteri Kelautan dan Perikanan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 21/MEN/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan. (KKP)

2.6.4. Peningkatan Kehidupan Nelayan (PKN)

Program PKN merupakan bagian dari percepatan perluasan program Pro-Rakyat (Klaster 4) berupa intervensi pemerintah secara langsung untuk mempercepat pengentasan kemiskinan sesuai dengan Direktif Presiden pada Sidang Kabinet Terbatas pada tanggal 13 Februari 2011 di Bogor. Melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011, Menteri Kelautan dan Perikanan ditetapkan sebagai Ketua Kelompok Kerja Program PKN yang beranggotakan 12 kementerian/lembaga. Kriteria lokasi program peningkatan kehidupan nelayan adalah berbasis pangkalan pendaratan ikan (PPI) dengan target Rumah Tangga Sasaran (RTS) Nelayan miskin (sangat miskin, miskin, dan hampir miskin). Penetapan lokasi dilakukan berdasarkan overlay data nelayan miskin di pesisir dan lokasi 816 Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan pelaksanaan program dilaksanakan secara bertahap dengan rincian 100 PPI pada tahun 2011, 400 PPI


(58)

untuk tahun 2012, 200 PPI untuk tahun 2013 dan 116 PPI untuk tahun 2014. Pelaksanaan kegiatan PKN dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu individu nelayan, kelompok nelayan dan sarana dan prasarana di PPI dengan kegiatan dengan kegiatan antara lain : Pembuatan Rumah Sangat Murah, Pekerjaan Alternatif dan Tambahan Bagi Keluarga Nelayan, Skema UMK dan KUR, Pembangunan SPBU Solar, Pembangunan Cold Storage, Angkutan Umum Murah, Fasilitas Sekolah dan Puskesmas, Fasilitas Bank “Rakyat”.(KKP)

2.7 Penelitian Terdahulu

Sujarno (2008) hasil penelitiannya tentang analisis faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa modal kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Modal kerja merupakan faktor yang memberikan pengaruh besar dibanding 3 faktor lain terhadap pendapatan nelayan. Modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan.

Manik (2008) hasil penelitiannya tentang Penilaian Nelayan Terhadap Program Pengembangan Perikanan Tangkap Khususnya Pemberian Bantuan Alat Tangkap Ikan (Studi Kasus: Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa program pengembangan perikanan tangkap tidak mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 ditinjau dari segi jumlah pelaksana dan jumlah anggota, ditinjau dari segi jumlah penerima bantuan, program mengalami penurunan sebanyak 7 kelompok atau sebesar


(59)

dari jumlah sampel berpersepsi positif, selebihnya 56,67% dari jumlah sampel berpersepsi negatif terhadap program pengembangan perikanan tangkap. Karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak memiliki hubungan yang nyata dengan persepsi nelayan. Secara serempak dan secara parsial, karakteristik sosial ekonomi nelayan tidak berpengaruh nyata terhadap persepsi nelayan. Hambatan yang dihadapi pelaksana program adalah kurangnya kesadaran nelayan akan pentingnya kelompok nelayan, kurangnya kepedulian dan rasa ingin tahu nelayan serta banyaknya kelompok-kelompok baru ketika ada bantuan.

Muhammad Arliman (2013) hasil penelitiannya tentang Pengaruh Modal, Jam Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa variabel modal, jam kerja, pengalaman, dan teknologi secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan nelayan.

2.8 Kerangka Pemikiran

Dalam hal penyusunan kerangka penelitian, maka peneliti terlebih dahulu menentukan variabel terikat (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).Variabel terikat adalah pendapatan nelayan, sedangkan variabel bebasnya adalah modal kerja, pengalaman, jam kerja dan teknologi.

Faktor modal kerja masuk kedalam penelitian ini karena secara teoritis modal kerja mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumlah tangkapan ikan/ produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan. Modal kerja adalah modal yang digunakan nelayan


(60)

untuk melaut, misalnya: bahan bakar minyak, makanan, rokok, upah tenaga kerja, peralatan menangkap ikan (umpan).

Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang membahas pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan. Namun, dalam prakteknya, nelayan yang semakin berpengalaman dalam melaut bisa meningkatan pendapatannya. Faktor teknologi, bila ditinjau dari sisi tujuannya, teknologi diciptakan untuk mempermudah tugas manusia. Dalam proses produksinya, bila nelayan menggunakan bantuan teknologi pastinya akan lebih mempermudah proses produksinya. Semakin canggih teknologi yang digunakan maka semakin mudah proses produksi yang dilakukan. Namun semakin canggih teknologi juga semakin besar modal yang diperlukan untuk mendapatkan teknologi tersebut, dan diperlukan pelatihan tersendiri dalam penggunaannya.

Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah.Semakin meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak output yang dihasilkan. (Herlambang dkk, 2002). Semakin lama waktu yang digunakan dalam proses produksi maka semakin banyak output yang dihasilkan .

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Semakin canggih teknolgi yang digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat akan


(1)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr.Tavi Supriana,MS sebagai ketua komisi pembimbing. 2. Ibu Ir.AT Hutajulu,MS sebagai anggota komisi pembimbing.

3. Ibu Dr.Ir. Salmiah,MS selaku ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis,M.Ec selaku sekretaris Program studi Agribisnis FP USU

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Khususnya dan di Fakultas Pertanian USU secara umumnya

5. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi agribisnis atas bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini

6. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan moril, materi dan doa kepada penulis

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nelayan... 8

2.2 Landasan Teori ... 8

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan ... 12

2.4 Program Bantuan Pemerintah... 16

2.5 Penelitian Terdahulu ... 18

2.6 Kerangka Pemikiran ... 19

2.7 Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Metode Analisis Data ... 24

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional... 28 BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN


(3)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Variabel Penelitian ... 39 5.2 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Kerja, Jumlah

Tenaga Kerja, Jam Kerja dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan ... 40 5.3 Program Pemerintah yang ada di Desa Pekan Tanjung

Beringin dan Desa Kuala Lama ... 46 5.3 Persepsi Nelayan Terhadap Program ... 47 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 51 6.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal

1.1 Data Jumlah Nelayan di Indonesia 2

3.1 Jumlah Nelayan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

23 3.2 Jumlah Sampel di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan

Tanjung Beringin yang mendapatkan Program Bantuan Pemerintah

24

3.3 Jumlah Sampel di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin yang Tidak Mendapatkan Program Bantuan Pemerintah

24

3.4 Pengelompokan Variabel Pernyataan Positif dan Negatif 37 4.1 Komposisi Penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin 33 4.2 Komposisi Penduduk Desa Pekan Tanjung Beringin 34 4.3 Karakteristik Nelayan yang Mendapat Program PUMP 35 4.4 Karakteristik Sosial Nelayan yang Tidak Mendapat

Program PUMP

36 4.5 Status Kepemilikan Perahu atau Kapal Motor 37

5.1 Deskripsi variabel penelitian 39

5.2 Hasil Regresi 40

5.3 Persepsi Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP Terhadap Program PUMP


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal

1 Kerangka Pemikiran 27

2 Peta Desa Pekan Tanjung Beringin 42

3 Peta Desa Kuala Lama 43


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Karakteristik Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP 2 Karakteristk nelayan yang Mendapat Program PUMP

3 Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Tidak

Mendapatkan Program PUMP

4 Skor Sikap Nelayan yang Tidak Mendapat Program PUMP. 5 Total Nilai Jawaban Nelayan Sampel yang Mendapat

Program PUMP

6 Skor Sikap Nelayan yang Mendapatkan Program Pump 7 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal, Pengalaman,

Teknologi, dan Harga Jual terhadap Pendapatan Menggunakan SPSS 19