T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Cara Perawatan Pengguna Narkoba Selama Proses Rehabilitasi T1 BAB I

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang masalah
Dampak era globalisasi dan modernisasi serta pesatnya
perkembangan informasi menuntut orang untuk selalu ingin
mengetahui perkembangan zaman serta dapat menyimak berbagai
peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia, yang sangat
berpengaruh pada perkembangan intelektualitas dan perubahan
perilaku masyarakat baik bersifat positif maupun negatif. Pengaruh
negatif tersebut dapat dilihat pada pola kehidupan masyarakat yang
semakin hari semakin jauh dari norma-norma yang berlaku. Dengan
kata lain bahwa pengaruh modernisasi menuntut orang untuk
melakukan apa saja yang mereka inginkan sampai kepada
keinginan di luar batas kemampuan sebagai manusia biasa
menjadikan kebutuhan sebagai manusia biasa menjadi kebutuhan
yang tidak penting. Dorongan semacam ini akan mempengaruhi pola
hidup seseorang menjadi individualistis, apatis, hura-hura serta

dampak yang paling parah adalah rusaknya komunitas/lingkungan
sekitar (Koentjaraningrat, 1999: 46).
Akhir-akhir ini persoalan-persoalan yang berkenaan dengan
penurunan nilai moralitas masyarakat

semakin hari

semakin

memburuk, bahkan masyarakat tidak lagi mengindahkan nilai-nilai

2

dan moral agama. Kemerosotan nilai moralitas disebabkan oleh
beberapa hal antara lain pengaruh minum - minuman keras,
mengkonsumsi narkoba, menonton VCD porno dan makin maraknya
prostitusi di kalangan remaja maupun dewasa. Kondisi yang demikian
lambat laun akan menghilangkan daya pikir realistis dan moralitas
yang semakin kritis. (Yahya Harahap, 2003:27).
Berdasarkan

Nasional)

hasil

bekerjasama

penelitian

dengan

BNN

puslitkes

(Badan

Narkotika

(Pusat


Penelitian

Kesehatan) UI tahun 2015 tentang Survey Nasional Perkembangan
Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka
prevalensi penyalahgunaan Narkoba tahun 2014 di Indonesia telah
mencapai 2,18% atau sekitar 4.022.228 juta orang dari total populasi
penduduk (berusia 10 - 59 tahun). Tahun 2015 jumlah pengguna
Narkoba mengalami peningkatan 0,02% dari 2,18% ke 2,20% atau
sekitar 4.098.029 juta jiwa dari populasi penduduk Indonesia.
Hasil Survei Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba pada Moda Transportasi (Darat, Laut, Udara) di Indonesia
tahun 2013 antara BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI, diketahui
bahwa angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba setahun terakhir
(current user) juga menunjukkan angka yang relatif tinggi (6,9%),
dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada moda pekerja ASDP
(Angkutan Sungai Danau dan Penyebrangan) (9,7%) dan moda
transportasi darat (7,6%).

3


Prevalensi jenis Narkoba yang paling banyak digunakan oleh
pekerja transportasi setahun terakhir adalah ganja sebesar 4,9%,
ATS (ampetamin type stimulant) sebesar 2,3%, serta opiad,
tranquilizer, hallucinogen dan inhalant di bawah 1%.
Pada kelompok ATS jenis yang paling sering digunakan
adalah ekstasi dan sabu dengan prevalensi ekstasi 1,4%, dan shabu
1,4%. Jenis katinon juga dilaporkan sering digunakan dengan
prevalensi 0,3%. Penggunaan opiad jenis heroin prevalensinya 0,5%,
morfin 0,4% dan opium 0,2%. Pengunaan tranquilizer seperti luminal
(0,4%),

Pil koplo/BK (0,5%), fenorbital (barbiturate) dengan

prevalensi 0,1% juga di temukan dikalangan pekerja transportasi
setahun terakhir. Sedangkan pada kelompok hallucinogen, yang
terbanyak digunakan adalah mushroom (0,3), kecubung (0,3%), dan
bentuk Narkoba jenis lama yaitu LSD (Lysergyc Acid Diethylamide)
yang masih tetap beredar (0,1%). Untuk obat bebas di konter obat
terbanyak adalah dextromethorpan (0,7%).
Jumlah pecandu Narkoba yang mendapatkan pelayanan

Terapi dan Rehabilitasi di seluruh Indonesia tahun 2013 menurut data
Deputi Bidang Rehabilitasi BNN adalah sebanyak 6.111 orang,
dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 26 – 40 tahun yaitu
sebanyak 3.916 orang. Jenis Narkoba yang paling banyak digunakan
oleh pecandu yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi
adalah heroin (1.695 orang), shabu (1.649 orang), selanjutnya secara

4

berurutan adalah jenis ganja (1.243 orang), ekstasi (282 orang) dan
opiat (195 orang).
Berdasarkan penggolongan kasus Narkoba tahun 2013,
terjadi tren penurunan kasus Psikotropika dengan persentase
penurunan 6,77% dari 1.729 kasus di tahun 2012 menjadi 1.612
kasus di tahun 2013. Sedangkan tren peningkatan kasus terbesar
yaitu kasus Bahan Adiktif Lainnya dengan persentase kenaikan
60,48% dari 7.917 kasus di tahun 2012 menjadi 12.705 kasus di
tahun 2013. Kasus Narkotika merupakan kasus terbesar yang terjadi
tahun 2013 dengan total 21.267 kasus.
Sedangkan berdasarkan penggolongan tersangka kasus

Narkoba tahun 2013, jumlah tersangka Narkoba tertinggi terjadi pada
kasus Narkotika dengan total 28.784 orang. Hal ini mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 13,73%.
Terjadi penurunan jumlah tersangka kasus Psikotropika sebesar
9,41%, dari sejumlah 2.062 orang yang ditangkap pada tahun 2012
menjadi 1.868 orang di tahun 2013. Sedangkan untuk tersangka
kasus Bahan Adiktif Lainnya mengalami kenaikan sebesar 61,52%,
dari 8.269 orang di tahun 2012 menjadi 13.356 orang di tahun 2013.
Sementara untuk sitaan barang bukti di tahun 2013,
peningkatan terbesar terjadi pada jumlah sitaan barang bukti pohon
ganja dengan persentase 56,66% dari 341.395 batang yang disita di
tahun 2012 menjadi 534.829 batang yang disita di tahun 2013.

5

Terjadi penurunan yang sangat signifikan pada sitaan barang bukti
biji ganja dengan persentase penurunan 95,79% dari 284,91 gram
yang disita di tahun 2012 menjadi hanya 12 gram di tahun 2013.
Peningkatan kapasitas pranata sosial dan panti rehabilitasi
berada dalam kerangka


pemberdayaan yakni lebih menguatkan

keberdayaan dan peranan pranata sosial maupun panti rehabilitasi
secara terkoordinasi dan terintegrasi ke dalam suatu wadah
koordinasi. Pemberdayaan memungkinkan proses dilakukan secara
partisipatif dan berkembangnya sinergi antara pemerintah dengan
berbagai pranata dalam masyarakat. Pranata sosial yang ada dalam
masyarakat dapat melakukan fungsinya sebagai institusi sosial yang
patut dijunjung tinggi oleh semua pihak (masyarakat dan unsur-unsur
lainnya). Di samping itu pranata ini berfungsi sebagai filter dan
pengayom yang akan memberi pemahaman bagi masyarakat dan
kalangan pendidik agar terhindar dari budaya-budaya yang tidak
bernilai atau bahkan merusak generasi muda.
Persoalan yang sangat mendesak dan perlu penanganan
secara khusus adalah penyalahgunaan narkoba, dimana beberapa
tahun terakhir menunjukan bahwa peredaran narkoba di Indonesia
sudah sangat mengkhawatirkan dan menyusup ke lapisan yang
paling dikhawatirkan, yaitu di lingkungan sekolah. Oleh sebab itu
perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat preventif edukatif


6

serta rehabilitatif agar peredaran narkoba di daerah setidak-tidaknya
bisa diminimalisir bahkan dientaskan sampai ke akar-akarnya.
Saat studi pendahuluan dilakukan peneliti menemukan
bahwa salah satu riset partisipan tahun 2010 pernah menjalani
rehabilitasi disemarang. Tetapi tidak bertahan lama menjalani
rehabilitasi, Tn.A kembali menggunakan narkoba. Tn.A terus
menggunakan narkoba sampai saat Tn.A mengikuti program
rehabilitasi

di

Puskesmas

Sidorejo

Lor


Tn.A

sudah

tidak

menggunakan narkoba lagi.
Saat studi pendahuluan peneliti juga menemukan adanya
usaha dari Tn.Y dan Tn.C untuk sembuh dengan cara pasang body.
Usaha itu berhasil tetapi tidak bertahan lama karena Tn.Y dan Tn.C
kembali tergoda untuk menggunakan narkoba. setelah mengikuti
program rehabilitasi di Puskesmas Sidorejo Lor Tn.Y dan Tn.C sudah
tidak lagi menggunakan narkoba.

1.2

R
umusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka di
rumuskan masalah penelitian yakni


Bagaimana cara perawatan

pengguna narkoba selama proses rahabilitasi di Puskesmas
Sidorejo Salatiga.

7

1.3

T
ujuan Penelitian
Untuk mengetahui cara perawatan pasien pengguna narkoba
selama proses rehabilitasi di Puskesmas Sidorejo Lor Salatiga

1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1

M

anfaat Akademis
Bagi program studi Ilmu Keperawatan hasil penelitian ini

diharapkan dapat menambah informasi tentang cara perawatan
pengguna narkoba selama proses rehabilitasi sebagai bahan
kajian akademis.

1.4.2

M
anfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi

masukan bagi para pendidik, orang tua, aparat keamanan,
masyarakat, lembaga sosial, LSM dalam rangka memperkaya
pengetahuan

tentang

penyalahgunaan

narkoba

dan

cara

8

perawatannya, menambah bekal pendidikan moral dan akal budi
pekerti.