Pengaruh Inflasi Nilai Tukar Petani dan
TUGAS PEMBUATAN SKRIPSI
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR PETANI DAN PENGAGGURAN
TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT
TAHUN 2007-2014
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tuga Akhir Semester Pada Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Ekonomi
Oleh:
Dwi Putri Intan Sari
312.104
Dosen Pembimbing:
Testru Hendra, M.Ag
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1436 H – 2015 M
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama dalam suatu perekonomian adalah terciptanya
kesejahteraan. Kesejahteraan tidak akan tercapai jika dalam perekonomian
terdapat pengangguran terdapat pengangguran yang tinggi apa lagi disertai
dengan tingkat kemiskinan yang tinggi pula.
Kemiskinan
menjadi masalah
yang
penting
saat
ini
di
Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah
Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
multidimensional, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya,
dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di
belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang.
Kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
tingkat upah yang masih dibawah standar, tingkat pengangguran yang
tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. seseorang dikatakan
miskin
bila
dia
belum
bisa
mencukupi kebutuhanya
atau
belum
berpenghasilan. Menurut (M. Kuncoro dalam Ravi Dwi, 2010: 33)
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai
kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.
Di Sumatera Barat, kemiskinan masih merupakan pekerjaan rumah
yang serius bagi pemeritah propinsi. Banyaknya masyarakat yang masih
hidup di bawah garis kemiskinan menjadi momok tersendiri bagi
pembangunan propinsi sumatera barat.
Data Penduduk dan Penduduk Miskin Di Sumatera Barat
Tahun 2007-2014
Jumlah
Persentase (%)
Penduduk miskin
Penduduk Miskin
2007
379,20
11,90
2008
379,20
10,57
2009
380,63
9,45
2010
384,08
9,44
2011
401,52
8,99
2012
407,47
8,14
2013
441,80
7,56
2014
529,20
7,41
Sumber: http://sumbar.bps.go.id
Tahun
Garis Kemiskinan
Rp/Kapita/Bulan
180 669
205 240
230 683
254 432
276 000
292 052
336 606
349 656
Sumatera Barat yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau
Sumatera yang memiliki daratan seluas 42.297,30 km² yang setara dengan
2,17% luas Indonesia. Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa
yang mayoritas penduduknya bergelut bidang pertanian atau petani. 1
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera-Barat, diakses pada Selasa, 08 Juni 2015, Pukul 02.35
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
1 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang
mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian
maupun sebagai penopang pembangunan. Dengan mayoritas penduduk
adalah petani, maka kesejahteraan petani akan menyumbang angka
pengurangan kemiskinan di Sumatera Barat. Kesejahteraan petani dapat
diukur dengan Nilai Tukar Petani yaitu selisih antara pengeluaran dan
pendapatan yang diterima oleh petani.
Data Nilai Tukar Petani Sumatera Barat
Tahun 2007-2014
Nilai Tukar Petani
TAHU
N
(NTP)
2007
104,64
2008
105,97
2009
103,70
2010
105,48
2011
106,25
2012
105,30
2013
107,14
2014
100,61
Sumber: http://sumbar.bps.go.id
Dapat dilihat bahwa, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun dan merosot pada tahun 2014. Jika hal ini terjadi maka hal
ini sangat berpengaruh pada kesejahteraan petani dan peningkatan angka
kemiskinan secara keseluruhan.
Selain itu, kemiskinan juga dipengaruhi oleh tingginya tingkat harga
komoditi-komoditi atau yang disebut dengan inflasi.
Data Inflasi
TAHUN
2007
2008
2009
2010
Inflasi (%)
7,36
11,06
2,78
6,96
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
2 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
2011
2012
2013
2014
Sumber: http://bi.go.id
3,79
4,3
8,38
6,23
Pergerakan inflasi di Indonesia fluktuatif, sangat dipengaruhi oleh laju inflasi
pada bahan makanan dan komponen barang-barang yang harganya
ditetapkan pemerintah. Khusus untuk tahun 2010, sumbangan tebesar inflasi
berasal dari bahan makanan yang mencapai 3,5 persen. Pada tahun 2010,
laju
inflasi
cenderung
meningkat
sebesar
6,96%
sejalan dengan
perkembangan perekonomian dunia yang mendorong kenaikan hargaharga barang dan jasa di Indonesia. Selain itu, perubahan iklim juga telah
berdampak pada menurunnya produksi barang dan jasa. Dan tahun 2011
laju inflasi kembali turun mendekati tahun 2009 yaitu 3,79 %.
Faktor
lain
yang
berpengaruh
terhadap
kemiskinan
adalah
pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuaran suatu
masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai
maksimum apabila kondisi tingkat pengangguran tenaga kerja penuh (full
employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek
mengurangi pendapatan masyarakat, dan hal itu akan mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai.
Data Pengangguran Di Sumatera Barat
Tahun 2007-2014
TAHUN
2007
2008
2009
2010
2011
Angkatan Kerja
(Orang)
2 106 711
2 127 512
2 172 002
2 194 040
2 230 622
Bekerja Pengangguran TPAK
(Orang)
(Orang)
(%)
1 889 406
217 305
65,31
1 956 378
171 134
63,98
1 998 922
173 080
64,19
2 041 454
152 586
66,36
2 051 696
178 926
65,33
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
3 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
TPT
(%)
10,31
8,04
7,97
6,95
8,02
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
2 234 007
2 085 483
2012
2 216 687
2 061 109
2013
2 331 993
2 180 336
2014
Sumber: http://sumbar.bps.go.id
148 524
155 578
151 657
64,42
62,92
65,19
6,65
7,02
6,50
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja
dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah
pokok makro ekonomi yang paling utama (Nuramin, 2011 dalam Rio Agam
Saputra 2011: 4). Ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat
pengangguran, luasnya kemiskinan, distribusi pendapatan yang tidak
merata. Dari data di atas dapat di ketahui bahwa jumlah pengangguran
mengalami fluktuasi pada tahun 2008 turun menjadi 171.134 orang dan
kembali naik pada 2009 menjadi 173.080 orang dan terakhir turun pada tahun
2014 menjadi 151.657 orang.
Dalam ekonomi islam, kesejahteraan masyarakat juga menjadi
prioritas utama dalam perekonomian. Rahmatan lil ‘alamin, dapat
dianalogikan pada kesejahteraan bersama, pengurangan kemiskinan dan
ketimpangan sosial.
Mengacu pada latar beakang yang telah dikemukakan, penulis akan
membahas penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani
dan Pengangguran Terhadapa Kemiskinan di Sumatera Barat Tahun
2007-2014”
1.2 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini akan dirumuskan pada beberapa
pertanyaan berikut:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
4 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
1. Bagaimanakah Inflasi Petani Terhadap Kemiskinan di Sumatera
Barat?
2. Bagaimanakah Pengaruh Nilai Tukar Petani Terhadap Kemiskinan
Sumatera Barat?
3. Bagaimanakah
Pengaruh
Pengangguran
Petani
Terhadap
Kemiskinan Sumatera Barat?
1.3 Batasan Masalah
Pembahasan masalah dalam penelitian ini di batasi pada data inflasi,
Nilai Tukar Petani (NTP), pengangguran dan kemiskinan yang ada di
Provinsi Sumatera Barat yang tercatat di website Badan Pusat Statistik
Sumatera Barat dan website Bank Indonesia.
1.4 Tujuan Penelitian
Pembahasan masalah dalam penelitian ini memiliki tujuan yaitu :
1. Mengetahui pengaruh Inflasi Petani Terhadap Kemiskinan di
Sumatera Barat?
2. Mengetahui Pengaruh Nilai Tukar Petani Terhadap Kemiskinan
Sumatera Barat?
3. Mengetahui Pengaruh Pengangguran Petani Terhadap Kemiskinan
Sumatera Barat?
1.5 Manfaat Penelitian
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
5 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, baik bersifat
akademis maupun praktis, yaitu :
A. Manfaat Akademis
1. Media untuk mencoba menerapakan pemahaman teoritis yang
diperboleh di bangku kuliah dalam kehidupan nyata.
2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan akademik
dan bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya.
3. Sebagai salah satu sumber informasi tentang perkembangan
tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat
B. Manfaat Praktis
Sebagai
bahan masukan dan referensi bagi peneliti
yang
tertarik dengan persoalan inflasi, nilai tukar petani, pengangguran
dan kemiskinan, serta
pandangan Ekonomi Islam dalam Menilai
kemiskinan.
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
6 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kemiskinan
A. Pengertian
Dalam
arti
proper,
kemiskinan
dipahami
sebagai
keadaan
kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.
Dalam arti luas kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang
memiliki lima dimensi, yaitu:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
7 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
1. kemiskinan (proper),
2. ketidakberdayaan (powerless),
3. kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency),
4. ketergantungan (dependence)
5. keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
Definisi menurut UNDP (dalam Cahyat 2007: 2), kemiskinan
adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami
kesulitan untuk
pendukungnya
memenuhi
kurang
kebutuhan dasar, sementara
memberikan
peluang
lingkungan
untuk meningkatkan
kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan.
Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1. Kemiskinan absolut : Kemiskinan yang dikaitkan dengan
perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan
dibatasi
pada
kebutuhan
pokok
atau
yang
hanya
kebutuhan dasar
minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara
layak.
2. Kemiskinan relatif : Kemiskinan dilihat
ketimpangan
sosial,
karena
memenuhi kebutuhan dasar
lebih
rendah
ada
dari
orang yang sudah dapat
minimumnya tetapi
dibanding
aspek
masyarakat
masih jauh
sekitarnya
(lingkungannya).2
B. Kemiskinan Menurut Pandangan Islam
Al-Qur’an dan Hadits tidak menetapkan angka tertentu dan pasti
sebagai ukuran kemiskinan namun al-Qur’an menjadikan setiap orang yang
2 Todaro, Michel P. Dan Stephen C. Smith.2007.Pembangunan Ekonomi. Terj. Ed-11. Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
8 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
memerlukan sesuatu dengan fakir atau miskin, sehingga para pakar Islam
berbeda pendapat dalam menetapkan standar atau tolak ukur kemiskinan
dan berusaha menemukan sesuatu dalam ajaran Islam yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur kemiskinan, yakni dengan menggunakan zakat.
Penentuan seseorang atau keluarga yang dikategorikan miskin
berdasarkan sampai beberapa jauh terpenuhinya kebutuhan pokok atau
konsumsi nyata yang meliputi: pangan, sandang, pemukiman, pendidikan
dan kesehatan. Konsumsi nyata ini dinyatakan secara kuantitatif (dalam
bentuk uang) berdasarkan hanya pada tahun tertentu. Kebutuhan pokok
merupakan kebutuhan yang sangat penting, guna kelangsungan hidup
manusia.
Hakikatnya, Islam menganggap kemiskinan sebagai suatu masalah
yang memerlukan penyelesaian, bahkan merupakan bahaya yang wajib
diperangi dan diobati. Usaha-usaha mencari penyelesaian perlu dilakukan,
tetapi ini bukan berarti kita menafikan qada’ dan qadar Allah swt terhadap
setiap makhluk-Nya. Di antara prinsip Islam, setiap permasalahan ada
penyelesaiannya. Setiap penyakit ada obatnya. Dia yang menjadikan
penyakit, dan Dia jugalah yang mencipta obatnya. Jika kemiskinan
ditakdirkan oleh Allah SWT, maka pembebasan dari belenggu kemiskinan
juga merupakan takdir Allah SWT juga.
Di samping itu, Islam menolak pandangan golongan Kapitalisme
yang berpendapat kemiskinan merupakan masalah yang dipertanggungjawabkan ke atas diri orang miskin sendiri, bukan tanggung jawab ummah,
negara atau orang kaya. Teori ‘Qarunisme’ ini meniru bulat-bulat
keangkuhan
Qarun
yang
menganggap
kekayaannya
adalah
hasil
kebijaksaannya sendiri, bukan anugerah Allah dan enggan menginfaqkan
hartanya untuk membantu golongan yang lemah seperti yang disebut dalam
Al-Quran, “Dia (Qarun) berkata: Sesungguhnya harta kekayaan ini adalah
hasil kebijaksanaan ilmuku.” (Al-Qasas:77).
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
9 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Islam juga menolak pandangan golongan Sosialisme dan Marxisme
yang berpendapat bahwa pembasmian kemiskinan tidak dapat dilakukan
melainkan dengan menghapuskan kedudukan golongan kaya dan sumber
harta
mereka,
menghalang
mereka
daripada
kekayaan,
sekaligus
menghapuskan hak pemilikan harta individu. Tiada perbedaan ketara antara
Komunisme dan Sosialisme karena kemuncak Sosialisme ialah Komunisme.
Yang pastinya, kedua-duanya memerangi agama dan terbina di atas
kekerasan dan pertumpahan darah.
Penentuan garis kemiskinan, dan karenanya jumlah orang miskin
bisa dihitung, memiliki kaitan erat dengan bagaimana kita mendefinisikan
kemiskinan. Sebagai misal, dengan definisi kemiskinan sebagai kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar, baik makanan dan bukan makanan, BPS
mendapatkan garis kemiskinan senilai Rp 152.847 per kapita per bulan
untuk mendapatkan jumlah orang miskin 39,05 juta jiwa per Maret 2006.
Apakah BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat)
dapat menerima garis kemiskinan resmi versi BPS ini? Jika menerima, maka
konsekuensinya adalah jika ada orang yang mengaku berpenghasilan lebih
dari Rp 152.847 per bulan, maka ia bukan dianggap orang miskin yang
berhak menerima zakat. Jika seorang kepala rumah tangga yang
menanggung kebutuhan hidup 3 anggota keluarga, mengaku berpenghasilan
lebih dari Rp 611.388 per bulan, ia dianggap tidak miskin.
Maka, bila melihat definisi fakir dan miskin dalam konteks penerima
zakat, sulit bagi kita menerima garis kemiskinan versi BPS ini. Kita
membutuhkan definisi dan garis kemiskinan baru dalam konteks penyaluran
dana zakat, khususnya kepada golongan fakir dan miskin. Kita sebut saja ia
adalah garis kemiskinan Islam. Dalam fikih Islam, fakir dan miskin adalah
mereka yang tidak memiliki harta dan usaha sama sekali atau memiliki harta
dan usaha namun tidak bisa memenuhi kebutuhan.3
3
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
10 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
2.2. Inflasi
Pengertian inflasi secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan
harga-harga umum secara terus-menerus dalam suatu periode tertentu.
A. Beberapa Jenis Inflasi: 4
a. Berdasarkan Sifatnya.
1. Inflasi ringan (< 10% setahun), ditandai dengan kenaikan harga
berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil serta dalam
jangka waktu yang relatif
2. Inflasi sedang (10%-30% setahun), ditandai dengan kenaikan
harga yang relatif cepat atau perlu diwaspadai dampaknya
terhadap perekonomian.
3. Inflasi berat (30%-100% setahun), ditandai dengan kenaikan
harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam
waktu yang relatif pendek.
4. Hiper inflasi (>100% setahun), dimana inflasi ini paling parah
akibatnya.
b. Berdasarkan Sebab Terjadinya.
1. Demand Pull Inflation: Inflasi yang timbul karena permintaan
masyarakat terhadap akan berbagai barang terlalu kuat.
2. Cost Push Inflation: Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya
produksi. Pada
Cost Push Inflation
tingkat penawaran lebih
rendah dibandingkan tingkat permintaan.
4 Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Ed ke-3. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm:
333-338
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
11 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
3. Mixed Inflation: Gejala kombinasi antara unsur inflasi yang
disebabkan karena kenaikan permintaan dan kenaikan biaya
produksi.
B. Teori Inflasi
a. Teori Kuantitas
Inti dari teori kuantitas adalah, pertama, bahwa inflasi itu
hanya bias terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
baik uang kartal maupun uang giral. Bila terjadi kegagalan
panen misalnya, yang menyebabkan harga beras naik, tetapi
apabila jumlah uang beredar tidak ditambah, maka kenaikan harga
beras akan berhenti dengan sendirinya.
b. Teori Keynes
Proses inflasi menurut Keynes adalah proses perebutan
pendapatan
di
antara
kelompok-kelompok
sosial
yang
menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang dapat
disediakan oleh masyarakat.
c. Teori Strukturalis.
Teori ini biasa disebut juga dengan teori inflasi jangka
panjang, karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari
kekakuan struktur ekonomi, khususnya penawaran bahan makanan
dan barang-barang ekspor
C. Hubungan Inflasi Dengan Kemiskinan
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
12 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang secara umum
apabila harga-harga naik secara drastis dalam periode tertentu maka
tingkat
kemiskinan
juga akan naik. Tingkat kemiskinan naik bila
masyarakat tingkat upahnya tetap, jika tingkat upahnya tetap sedangkan
harga barang- barang naik, masyarakat yang awalnya dapat memenuhi
kebutuhan, karena terjadi inflasi yang mengakibatkan masyarakat
tidak dapat memenuhi kebutuhan primernya.
2.2. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator proxy kesejahteraan
petani yang merupakan perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani
dengan Indeks harga yg dibayar petani. (Sumber: http://sumbar.bps.go.id)
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP), yang dalam bahasa Inggris
disebut Farmer’s Term of Trade Indices, seringkali dikaitkan dengan
kondisi ekonomi petani. Angka indeks ini bahkan telah menjadi salah
satu indikator yang diunggulkan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
petani oleh berbagai pihak. NTP merupakan nilai tukar (term of trade)
antara barang/produk pertanian dengan barang-barang konsumsi dan faktor
produksi yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen.
NTP
berfluktuasi dari waktu kewaktu tergantung dari perkembangan harga
barang yang dijual petani (It) dan barang dan jasa yang dikonsumsi petani
(Ib).
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
13 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
A. Cara Penghitungan NTP
a. NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik
lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik
lebih besar dari pengeluarannya.
b. NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan
harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga
barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
c. NTP < 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi
relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang
konsumsinya.
Pendapatan
petani
turun,
lebih
kecil
dari
pengeluarannya.
B. Hubungan NTP Dengan Kemiskinan
Secara teori, Nilai Tukar Petani (NTP) tidak berpengaruh secara
langsung pada kemiskinan, Nilai Tukar Petani (NTP) akan langsung
mempengaruhi pendapatan atau keuntungan yang diterima petani. Jika NTP
turun maka keuntungan yang diterima petni akan semakin sedikit atau
bahkan mengalami kerugian. Tinggi rendahnya pendapatan petani akan
berdampak pada kesejahteraan yang terlihat pada tingkat kemiskinan.
Sebagai Provinsi yang mayoritas penduduknya adalah petani, NTP jelas
berpengaruh pada tingkat kemiskinan di Sumatera Barat
2.3. Pengangguran
Pengangguran adalah selisih anatar penduduk dalam angkatan kerja
dan yang memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
14 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
kemakmuran
masyarakat
tidak
mencapai
potensi
maksimal
yaitu
masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.
A. Jenis-jenis Pengangguran
Berdasarkan pendekatan angkatan kerja, pengangguran terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Pengangguran
friksional: Pengangguran
jenis
ini
adalah
pengangguran yang muncul karena pencari kerja masih mencari
pekerjaan yang sesuai jadi ia menganggur bukan karena tidak ada
pekerjaan.
b. pengangguran
struktural:
pengangguran yang
muncul
Pengangguran
karena
struktural
perubahan
struktur
adalah
dan
komposisi perekonomian.
c. Pengangguran musiman. Pengangguran yang terjadi karena faktor
musim, misalnya para pekerja di industri yang mengandalkan
hidupnya dari pesanan.5
B. Hubungan Pengangguran dan Kemiskinan
Hubungan pengangguran dan kemiskinan sangat erat sekali, jika
suatu masyarakat sudah bekerja pasti masyarakat atau orang tersebut
berkecukupan atau kesejahteraanya tinggi, namun di dalam masyarakat ada
juga yang belum bekerja
atau
menganggur,
pengangguran
secara
otomatis akan mengurangi kesejahteraan suatu masyarakat yang secara
otomatis juga akan mempengaruhi tingkat kemiskinan efek buruk dari
pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin
5 Sukirno, Sadono. Op. Cit. Hlm. 4-7
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
15 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan
meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak
memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat
buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek
yang buruk bagi
kepada
kesejahteraan
masyarakat
dan
prospek
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
2.4. Penelitian Terdahulu
Adit Agus Prastyo (2009), dalam jurnal Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (studi kasus 35 Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah tahun 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah tingkat
kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, upah minimum, tingkat penganggura
dan pendidikan. Jurnal ini menjadi acuan skripsi ini karena penulis
meneliti tentang kemiskinan yang variabel dependentnya sama dengan
skripsi ini bedanya cakupan wilayah.
Fita Febriana (2014) dengan judul skripsi Analisis Faktor Faktor
Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Di Provinsi Jawa Timur. Variabel
yang digunakan adalah Nilai Tukar Petani (NTP), harga dasar gabah, upah
kerja dan produktifitas hasil tani.
2.5. Kerangka Penelitian
Berdasarakan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
penulis, dimunculkan kerangka berfikir untuk menjelaskan pengaruh
upah minimum, pengangguran, dan jumlah penduduk terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia. Berikut gambar pemikiran yang skematis:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
16 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
INFLASI
Nilai Tukar Petani
(NTP)
KEMISKINAN
PENGANGGURAN
Dari kerangka penelitian di atas dapat dilihat bahwa Inflasi adalah
salah
satu
faktor
penyebab
kemiskinan
karena
inflasi merupakan
kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus
menerus sepanjang waktu.
Nilai Tukar Petani (NTP) secara tidak langsung dapat mepengaruhi
kemiskinan, karena NTP akan mempengaruhi pendapatan masyarakat
khususnya
petani,
dengan
demikian
pendapatan
masyarakat
akan
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kemiskinan.
Pengangguran merupakan salah satu faktor yang mengurangi
kesejahteraan masyarakat,
jika
suatu
masyarakat
ada
yang
sudah
bekerja namun ada juga yang belum bekerja ini sama saja mengurangi
kesejahteraan masyarakat.
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara/kesimpulan yang diambil untuk
menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang
sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang dimaksud
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
17 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dengan
mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi
empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian dibidang ini,
maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan
di Provinsi Sumatera Barat tahun 2007-2014.
2. Nilai Tukar Petani (NTP) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat 2007-2014.
3. Pengangguran mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat 2007-2014.
4. Inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Pengangguran secara bersamasama berpengaruh dan signifikani terhadap kemiskinan di Provinsi
Sumatera Barat 2007-2014.
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
18 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data
yang
digunakan merupakan data sekunder yang bersumber pada laporan Badan
Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia dan jurnal-jurnal dan skripsi ilmiah
tentang perekonomian Indonesia sampai dengan tahun 2014. Data yang
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
19 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
diteliti meliputi data inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP), pengangguran dan
kemiskinan. Jenis data yang digunakan adalah data panel yaitu time series`.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data sangat penting digunakan dalam sebuah
penelitian. Menurut Sugiyono (2011; 30) pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai acara
Apabila dilihat dari berbagai sumber, maka pengumpulan data
dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau
melalui dokumentasi. Arikunto
mengakatakan
bahwa
sesuai
dengan
bentuk pendekatan penelitian kuantitatif maka metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi
merupakan teknik yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti
notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi, 2006: 116).
Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia dengan mengambil
data time series dari tahun 2007-2014 di Sumatera Barat.
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga
diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
20 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
adalah Kemiskinan sebagai variabel terikat sedangkan variabel bebasnya
inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan pengangguran. Adapun
definisi
operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Kemiskinan merupakan variabel Y. Data kemiskinan yang dipakai
dalam penelitian ini adalah data kemiskinan Sumatera Barat tahun
2007-2014. Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat (Sumber:
http://sumbar.bps.go.id)
2. Inflasi
merupakan variabel X1. Data inflasi yang dipakai dalam
penelitian ini adalah data inflasi Indonesia tahun 2007-2014. Sumber:
Bank Indonesia (Sumber: http://bi.go.id)
3. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan variabel X 2. Data NTP yang
dipakai dalam penelitian ini adalah data NTP Sumatera Barat tahun
2007-2014. Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat (Sumber:
http://sumbar.bps.go.id)
4. Pengangguran
merupakan variabel X3. Data pengangguran yang
dipakai dalam penelitian ini adalah data pengangguran Sumatera Barat
tahun 2007-2014. Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat
(Sumber: http://sumbar.bps.go.id)
3.4. Metode Nalisis Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan data panel. Metode data panel merupakan suatu metode
yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data
yang lebih dinamis. Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data
panel adalah sebagai berikut:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
21 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
1. Dapat
mengembalikan
heterogenitas
individu
atau
unit
cross
section.
2. Dapat
memberikan
informasi
yang
lebih
luas,
mengurangi
kelinieritas diantara variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih
efisien.
Metode yang lebih spesifik dipakai dalam penelitian ini adalah
Metode General Least Square (GLS) karena memiliki nilai lebih dalam
mengestimasi parameter regresi. Menurut Gujarati dalam Sa’adillah Fitri
F. menyebutkan bahwa metode OLS yang umum tidak mengamsumsikan
varians variabel adalah heterogen. Metode ini sudah diperhitungkan
heterogenitas yang terdapat pada variable independen secara eksplisit
sehingga metode ini mampu menghasilkan estimator yang memenuhi
kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
3.5. Spesifikasi Model Regresi
Berdasarkan penelitian dan kerangka pemikiran sebelumnya, maka
analisis data dibatasi pada empat variabel, yaitu variabel kemiskinan
(KMS), Inflasi (I), Nilai Tukar Petani (NTP) dan Pengangguran (P) sesuai
dengan teori yang sudah dikemukakan, maka Kemiskinan (KMS) dapat
dianalisi dengan menggunakan persamaan:
Y = X1 – X2 + X3
Kms = I - NTP + P
Keterangan:
X1 = inflasi
X2 = NTP
X3 = pengangguran
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
22 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
3.6. Uji Asumsi Klasik
A. Uji Multikolinearitas
Salah satu asumsi model regresi klasik adalah tidak terdapat
multikolinearitas diantara variabel independen dalam model regresi.
Multikolinearitas berarti adanya hubungan yang erat antara beberapa vaiabel
independen atau semua variabel independen dalam model regresi. Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas
dalam persamaan. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas
dapat dilihat dari nilai R, RF hitung serta t hitung. Adapun indikasiindikasi
terjadinya mulitikolinieritas menurut Gujarati adalah sebagai
berikut:
1. Jika ditemukan R2 yang tinggi dan nilai F statistik yang signifikan tetapi
sebagian besar nilai t statistik tidak signifikan.
2. Korelasi sederhana yang relatif tinggi (0.8 atau lebih) antara satu
atau lebih pasang variabel bebas. Jika koefisien korelasi kurang dari 0.8
berarti tidak terjadi multikolinearitas.
3. Regresi bantuan (Auxilary Regression) dengan cara meregresi
masingmasing variabel bebas pada variabel bebas lainnya. Apabila
nilai R2 nya tinggi maka ada indikasi ketergantungan linier yang hampit
pasti di antara variabel-variabel bebas.
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
23 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Metode yang digunakan dalam uji multikolinearitas ini adalah
metode Klein terhadap nilai korelasi antar variabel, yaitu dengan
perbandingan antara R2 penyesuaian Adjusted R2 hasil regresi antar variabel
bebas. Kemungkinan adanya multikolinearitas apabila Adjusted R2 model
uji variabel bebas dari Adjusted R2model utama.
B. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual suatu observasi
dengan residual. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat
runtut waktu (Time Series). Uji autokorelasi yang sederhana adalah
menggunakan uji DurbinWatson (DW). Autokorelasi dapat dideteksi
dengan cara membandingkan antara DW statistic dengan DW tabel. Kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai DW d antara 0 < d < dl, H 0 yang menyatakan tidak ada
autokorelasi positif ditolak.
2. Bila nilai DW statistik terletak antara 4 – dl < d < 4, H 0* yang
menyatakan tidak ada autokorelasi negatif ditolak.
3. Ragu-ragu tidak ada autokorelasi negatif bila nilai DW statistik
terletak antara du ≤ d ≤ 4 – dl.
Penggunaan
metode
GLS
(Generalized Least Square) dapat
menekankan adanya autokorelasi.
C. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan
varian
dari
residual
suatu
pengamatan
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
24 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
ke
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
pengamatan
yang lain.
Heteroskedastisitas
terjadi
apabila variabel
gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi
Akibat adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak
efisien. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
model maka dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS.
3.7. Pengujian Statistik Analisis Regresi
A. Koefisien Determinasi (R-Square)
Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika
diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan
suatu model (goodness of fit) digunakan koefisien determinasi (R2).
Nilai
koefisien determinasi
merupakan
suatu
ukuran
yang
menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap
variabel dependen,
atau
dengan
kata
lain koefisien determinasi
menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier
X. Nilai koefisien determinan antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinan
yang mendekati 0 (nol) berarti kemampuan semua variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai koefisien
determinan yang mendekati 1 (satu)
berarti
variabel-variabel
independen hampir memberikan informasi yang dijelaskan untuk
mempredikasi variasi variabel dependen.
B. Uji F-Statistik
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama
terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai
berikut:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
25 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
a. H0: β1 = β2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen
b. Ha: β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung
dengan F-tabel. Jika F-hitung lebih besar dari F-tabel maka H 0 ditolak, yang
berarti variabel independen secara bersama sama mempengaruhi variabel
dependen.
C.
Uji t-Statisik (Uji Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel
dependen
dengan
hipotesis
sebagai
dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan
Uji ini dapat
t -tabel.
Adapun
rumus untuk mendapatkan t-hitung adalah sebagai berikut:
t hitung = (bi – b)/sbi
Dimana:
bi = koefisien variabel independen ke-i
b = nilai hipotesis nol
sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
26 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
a. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya
salah satu variabel bebas (independent) tidak mempengaruhi variabel
terikat (dependent) secara signifikan.
b. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya
salah satu variabel bebas (independent) mempengaruhi variabel
terikat (dependent) secara signifika
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
27 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR PETANI DAN PENGAGGURAN
TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT
TAHUN 2007-2014
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tuga Akhir Semester Pada Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Ekonomi
Oleh:
Dwi Putri Intan Sari
312.104
Dosen Pembimbing:
Testru Hendra, M.Ag
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1436 H – 2015 M
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama dalam suatu perekonomian adalah terciptanya
kesejahteraan. Kesejahteraan tidak akan tercapai jika dalam perekonomian
terdapat pengangguran terdapat pengangguran yang tinggi apa lagi disertai
dengan tingkat kemiskinan yang tinggi pula.
Kemiskinan
menjadi masalah
yang
penting
saat
ini
di
Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah
Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
multidimensional, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya,
dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di
belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang.
Kemiskinan di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
tingkat upah yang masih dibawah standar, tingkat pengangguran yang
tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. seseorang dikatakan
miskin
bila
dia
belum
bisa
mencukupi kebutuhanya
atau
belum
berpenghasilan. Menurut (M. Kuncoro dalam Ravi Dwi, 2010: 33)
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai
kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu.
Di Sumatera Barat, kemiskinan masih merupakan pekerjaan rumah
yang serius bagi pemeritah propinsi. Banyaknya masyarakat yang masih
hidup di bawah garis kemiskinan menjadi momok tersendiri bagi
pembangunan propinsi sumatera barat.
Data Penduduk dan Penduduk Miskin Di Sumatera Barat
Tahun 2007-2014
Jumlah
Persentase (%)
Penduduk miskin
Penduduk Miskin
2007
379,20
11,90
2008
379,20
10,57
2009
380,63
9,45
2010
384,08
9,44
2011
401,52
8,99
2012
407,47
8,14
2013
441,80
7,56
2014
529,20
7,41
Sumber: http://sumbar.bps.go.id
Tahun
Garis Kemiskinan
Rp/Kapita/Bulan
180 669
205 240
230 683
254 432
276 000
292 052
336 606
349 656
Sumatera Barat yang terletak di pesisir barat bagian tengah pulau
Sumatera yang memiliki daratan seluas 42.297,30 km² yang setara dengan
2,17% luas Indonesia. Sumatera Barat berpenduduk sebanyak 4.846.909 jiwa
yang mayoritas penduduknya bergelut bidang pertanian atau petani. 1
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera-Barat, diakses pada Selasa, 08 Juni 2015, Pukul 02.35
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
1 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang
mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian
maupun sebagai penopang pembangunan. Dengan mayoritas penduduk
adalah petani, maka kesejahteraan petani akan menyumbang angka
pengurangan kemiskinan di Sumatera Barat. Kesejahteraan petani dapat
diukur dengan Nilai Tukar Petani yaitu selisih antara pengeluaran dan
pendapatan yang diterima oleh petani.
Data Nilai Tukar Petani Sumatera Barat
Tahun 2007-2014
Nilai Tukar Petani
TAHU
N
(NTP)
2007
104,64
2008
105,97
2009
103,70
2010
105,48
2011
106,25
2012
105,30
2013
107,14
2014
100,61
Sumber: http://sumbar.bps.go.id
Dapat dilihat bahwa, Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun dan merosot pada tahun 2014. Jika hal ini terjadi maka hal
ini sangat berpengaruh pada kesejahteraan petani dan peningkatan angka
kemiskinan secara keseluruhan.
Selain itu, kemiskinan juga dipengaruhi oleh tingginya tingkat harga
komoditi-komoditi atau yang disebut dengan inflasi.
Data Inflasi
TAHUN
2007
2008
2009
2010
Inflasi (%)
7,36
11,06
2,78
6,96
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
2 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
2011
2012
2013
2014
Sumber: http://bi.go.id
3,79
4,3
8,38
6,23
Pergerakan inflasi di Indonesia fluktuatif, sangat dipengaruhi oleh laju inflasi
pada bahan makanan dan komponen barang-barang yang harganya
ditetapkan pemerintah. Khusus untuk tahun 2010, sumbangan tebesar inflasi
berasal dari bahan makanan yang mencapai 3,5 persen. Pada tahun 2010,
laju
inflasi
cenderung
meningkat
sebesar
6,96%
sejalan dengan
perkembangan perekonomian dunia yang mendorong kenaikan hargaharga barang dan jasa di Indonesia. Selain itu, perubahan iklim juga telah
berdampak pada menurunnya produksi barang dan jasa. Dan tahun 2011
laju inflasi kembali turun mendekati tahun 2009 yaitu 3,79 %.
Faktor
lain
yang
berpengaruh
terhadap
kemiskinan
adalah
pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuaran suatu
masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai
maksimum apabila kondisi tingkat pengangguran tenaga kerja penuh (full
employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek
mengurangi pendapatan masyarakat, dan hal itu akan mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai.
Data Pengangguran Di Sumatera Barat
Tahun 2007-2014
TAHUN
2007
2008
2009
2010
2011
Angkatan Kerja
(Orang)
2 106 711
2 127 512
2 172 002
2 194 040
2 230 622
Bekerja Pengangguran TPAK
(Orang)
(Orang)
(%)
1 889 406
217 305
65,31
1 956 378
171 134
63,98
1 998 922
173 080
64,19
2 041 454
152 586
66,36
2 051 696
178 926
65,33
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
3 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
TPT
(%)
10,31
8,04
7,97
6,95
8,02
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
2 234 007
2 085 483
2012
2 216 687
2 061 109
2013
2 331 993
2 180 336
2014
Sumber: http://sumbar.bps.go.id
148 524
155 578
151 657
64,42
62,92
65,19
6,65
7,02
6,50
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja
dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah
pokok makro ekonomi yang paling utama (Nuramin, 2011 dalam Rio Agam
Saputra 2011: 4). Ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat
pengangguran, luasnya kemiskinan, distribusi pendapatan yang tidak
merata. Dari data di atas dapat di ketahui bahwa jumlah pengangguran
mengalami fluktuasi pada tahun 2008 turun menjadi 171.134 orang dan
kembali naik pada 2009 menjadi 173.080 orang dan terakhir turun pada tahun
2014 menjadi 151.657 orang.
Dalam ekonomi islam, kesejahteraan masyarakat juga menjadi
prioritas utama dalam perekonomian. Rahmatan lil ‘alamin, dapat
dianalogikan pada kesejahteraan bersama, pengurangan kemiskinan dan
ketimpangan sosial.
Mengacu pada latar beakang yang telah dikemukakan, penulis akan
membahas penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani
dan Pengangguran Terhadapa Kemiskinan di Sumatera Barat Tahun
2007-2014”
1.2 Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini akan dirumuskan pada beberapa
pertanyaan berikut:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
4 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
1. Bagaimanakah Inflasi Petani Terhadap Kemiskinan di Sumatera
Barat?
2. Bagaimanakah Pengaruh Nilai Tukar Petani Terhadap Kemiskinan
Sumatera Barat?
3. Bagaimanakah
Pengaruh
Pengangguran
Petani
Terhadap
Kemiskinan Sumatera Barat?
1.3 Batasan Masalah
Pembahasan masalah dalam penelitian ini di batasi pada data inflasi,
Nilai Tukar Petani (NTP), pengangguran dan kemiskinan yang ada di
Provinsi Sumatera Barat yang tercatat di website Badan Pusat Statistik
Sumatera Barat dan website Bank Indonesia.
1.4 Tujuan Penelitian
Pembahasan masalah dalam penelitian ini memiliki tujuan yaitu :
1. Mengetahui pengaruh Inflasi Petani Terhadap Kemiskinan di
Sumatera Barat?
2. Mengetahui Pengaruh Nilai Tukar Petani Terhadap Kemiskinan
Sumatera Barat?
3. Mengetahui Pengaruh Pengangguran Petani Terhadap Kemiskinan
Sumatera Barat?
1.5 Manfaat Penelitian
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
5 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, baik bersifat
akademis maupun praktis, yaitu :
A. Manfaat Akademis
1. Media untuk mencoba menerapakan pemahaman teoritis yang
diperboleh di bangku kuliah dalam kehidupan nyata.
2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan akademik
dan bahan pembanding bagi peneliti selanjutnya.
3. Sebagai salah satu sumber informasi tentang perkembangan
tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat
B. Manfaat Praktis
Sebagai
bahan masukan dan referensi bagi peneliti
yang
tertarik dengan persoalan inflasi, nilai tukar petani, pengangguran
dan kemiskinan, serta
pandangan Ekonomi Islam dalam Menilai
kemiskinan.
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
6 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kemiskinan
A. Pengertian
Dalam
arti
proper,
kemiskinan
dipahami
sebagai
keadaan
kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup.
Dalam arti luas kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang
memiliki lima dimensi, yaitu:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
7 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
1. kemiskinan (proper),
2. ketidakberdayaan (powerless),
3. kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency),
4. ketergantungan (dependence)
5. keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
Definisi menurut UNDP (dalam Cahyat 2007: 2), kemiskinan
adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga mengalami
kesulitan untuk
pendukungnya
memenuhi
kurang
kebutuhan dasar, sementara
memberikan
peluang
lingkungan
untuk meningkatkan
kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan.
Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
1. Kemiskinan absolut : Kemiskinan yang dikaitkan dengan
perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan
dibatasi
pada
kebutuhan
pokok
atau
yang
hanya
kebutuhan dasar
minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara
layak.
2. Kemiskinan relatif : Kemiskinan dilihat
ketimpangan
sosial,
karena
memenuhi kebutuhan dasar
lebih
rendah
ada
dari
orang yang sudah dapat
minimumnya tetapi
dibanding
aspek
masyarakat
masih jauh
sekitarnya
(lingkungannya).2
B. Kemiskinan Menurut Pandangan Islam
Al-Qur’an dan Hadits tidak menetapkan angka tertentu dan pasti
sebagai ukuran kemiskinan namun al-Qur’an menjadikan setiap orang yang
2 Todaro, Michel P. Dan Stephen C. Smith.2007.Pembangunan Ekonomi. Terj. Ed-11. Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
8 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
memerlukan sesuatu dengan fakir atau miskin, sehingga para pakar Islam
berbeda pendapat dalam menetapkan standar atau tolak ukur kemiskinan
dan berusaha menemukan sesuatu dalam ajaran Islam yang dapat digunakan
sebagai tolak ukur kemiskinan, yakni dengan menggunakan zakat.
Penentuan seseorang atau keluarga yang dikategorikan miskin
berdasarkan sampai beberapa jauh terpenuhinya kebutuhan pokok atau
konsumsi nyata yang meliputi: pangan, sandang, pemukiman, pendidikan
dan kesehatan. Konsumsi nyata ini dinyatakan secara kuantitatif (dalam
bentuk uang) berdasarkan hanya pada tahun tertentu. Kebutuhan pokok
merupakan kebutuhan yang sangat penting, guna kelangsungan hidup
manusia.
Hakikatnya, Islam menganggap kemiskinan sebagai suatu masalah
yang memerlukan penyelesaian, bahkan merupakan bahaya yang wajib
diperangi dan diobati. Usaha-usaha mencari penyelesaian perlu dilakukan,
tetapi ini bukan berarti kita menafikan qada’ dan qadar Allah swt terhadap
setiap makhluk-Nya. Di antara prinsip Islam, setiap permasalahan ada
penyelesaiannya. Setiap penyakit ada obatnya. Dia yang menjadikan
penyakit, dan Dia jugalah yang mencipta obatnya. Jika kemiskinan
ditakdirkan oleh Allah SWT, maka pembebasan dari belenggu kemiskinan
juga merupakan takdir Allah SWT juga.
Di samping itu, Islam menolak pandangan golongan Kapitalisme
yang berpendapat kemiskinan merupakan masalah yang dipertanggungjawabkan ke atas diri orang miskin sendiri, bukan tanggung jawab ummah,
negara atau orang kaya. Teori ‘Qarunisme’ ini meniru bulat-bulat
keangkuhan
Qarun
yang
menganggap
kekayaannya
adalah
hasil
kebijaksaannya sendiri, bukan anugerah Allah dan enggan menginfaqkan
hartanya untuk membantu golongan yang lemah seperti yang disebut dalam
Al-Quran, “Dia (Qarun) berkata: Sesungguhnya harta kekayaan ini adalah
hasil kebijaksanaan ilmuku.” (Al-Qasas:77).
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
9 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Islam juga menolak pandangan golongan Sosialisme dan Marxisme
yang berpendapat bahwa pembasmian kemiskinan tidak dapat dilakukan
melainkan dengan menghapuskan kedudukan golongan kaya dan sumber
harta
mereka,
menghalang
mereka
daripada
kekayaan,
sekaligus
menghapuskan hak pemilikan harta individu. Tiada perbedaan ketara antara
Komunisme dan Sosialisme karena kemuncak Sosialisme ialah Komunisme.
Yang pastinya, kedua-duanya memerangi agama dan terbina di atas
kekerasan dan pertumpahan darah.
Penentuan garis kemiskinan, dan karenanya jumlah orang miskin
bisa dihitung, memiliki kaitan erat dengan bagaimana kita mendefinisikan
kemiskinan. Sebagai misal, dengan definisi kemiskinan sebagai kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar, baik makanan dan bukan makanan, BPS
mendapatkan garis kemiskinan senilai Rp 152.847 per kapita per bulan
untuk mendapatkan jumlah orang miskin 39,05 juta jiwa per Maret 2006.
Apakah BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat)
dapat menerima garis kemiskinan resmi versi BPS ini? Jika menerima, maka
konsekuensinya adalah jika ada orang yang mengaku berpenghasilan lebih
dari Rp 152.847 per bulan, maka ia bukan dianggap orang miskin yang
berhak menerima zakat. Jika seorang kepala rumah tangga yang
menanggung kebutuhan hidup 3 anggota keluarga, mengaku berpenghasilan
lebih dari Rp 611.388 per bulan, ia dianggap tidak miskin.
Maka, bila melihat definisi fakir dan miskin dalam konteks penerima
zakat, sulit bagi kita menerima garis kemiskinan versi BPS ini. Kita
membutuhkan definisi dan garis kemiskinan baru dalam konteks penyaluran
dana zakat, khususnya kepada golongan fakir dan miskin. Kita sebut saja ia
adalah garis kemiskinan Islam. Dalam fikih Islam, fakir dan miskin adalah
mereka yang tidak memiliki harta dan usaha sama sekali atau memiliki harta
dan usaha namun tidak bisa memenuhi kebutuhan.3
3
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
10 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
2.2. Inflasi
Pengertian inflasi secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan
harga-harga umum secara terus-menerus dalam suatu periode tertentu.
A. Beberapa Jenis Inflasi: 4
a. Berdasarkan Sifatnya.
1. Inflasi ringan (< 10% setahun), ditandai dengan kenaikan harga
berjalan secara lambat dengan persentase yang kecil serta dalam
jangka waktu yang relatif
2. Inflasi sedang (10%-30% setahun), ditandai dengan kenaikan
harga yang relatif cepat atau perlu diwaspadai dampaknya
terhadap perekonomian.
3. Inflasi berat (30%-100% setahun), ditandai dengan kenaikan
harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam
waktu yang relatif pendek.
4. Hiper inflasi (>100% setahun), dimana inflasi ini paling parah
akibatnya.
b. Berdasarkan Sebab Terjadinya.
1. Demand Pull Inflation: Inflasi yang timbul karena permintaan
masyarakat terhadap akan berbagai barang terlalu kuat.
2. Cost Push Inflation: Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya
produksi. Pada
Cost Push Inflation
tingkat penawaran lebih
rendah dibandingkan tingkat permintaan.
4 Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Ed ke-3. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm:
333-338
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
11 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
3. Mixed Inflation: Gejala kombinasi antara unsur inflasi yang
disebabkan karena kenaikan permintaan dan kenaikan biaya
produksi.
B. Teori Inflasi
a. Teori Kuantitas
Inti dari teori kuantitas adalah, pertama, bahwa inflasi itu
hanya bias terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
baik uang kartal maupun uang giral. Bila terjadi kegagalan
panen misalnya, yang menyebabkan harga beras naik, tetapi
apabila jumlah uang beredar tidak ditambah, maka kenaikan harga
beras akan berhenti dengan sendirinya.
b. Teori Keynes
Proses inflasi menurut Keynes adalah proses perebutan
pendapatan
di
antara
kelompok-kelompok
sosial
yang
menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang dapat
disediakan oleh masyarakat.
c. Teori Strukturalis.
Teori ini biasa disebut juga dengan teori inflasi jangka
panjang, karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari
kekakuan struktur ekonomi, khususnya penawaran bahan makanan
dan barang-barang ekspor
C. Hubungan Inflasi Dengan Kemiskinan
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
12 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Inflasi adalah kenaikan harga-harga barang secara umum
apabila harga-harga naik secara drastis dalam periode tertentu maka
tingkat
kemiskinan
juga akan naik. Tingkat kemiskinan naik bila
masyarakat tingkat upahnya tetap, jika tingkat upahnya tetap sedangkan
harga barang- barang naik, masyarakat yang awalnya dapat memenuhi
kebutuhan, karena terjadi inflasi yang mengakibatkan masyarakat
tidak dapat memenuhi kebutuhan primernya.
2.2. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator proxy kesejahteraan
petani yang merupakan perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani
dengan Indeks harga yg dibayar petani. (Sumber: http://sumbar.bps.go.id)
Indeks Nilai Tukar Petani (NTP), yang dalam bahasa Inggris
disebut Farmer’s Term of Trade Indices, seringkali dikaitkan dengan
kondisi ekonomi petani. Angka indeks ini bahkan telah menjadi salah
satu indikator yang diunggulkan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
petani oleh berbagai pihak. NTP merupakan nilai tukar (term of trade)
antara barang/produk pertanian dengan barang-barang konsumsi dan faktor
produksi yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen.
NTP
berfluktuasi dari waktu kewaktu tergantung dari perkembangan harga
barang yang dijual petani (It) dan barang dan jasa yang dikonsumsi petani
(Ib).
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
13 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
A. Cara Penghitungan NTP
a. NTP > 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksi naik
lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik
lebih besar dari pengeluarannya.
b. NTP = 100, berarti petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan
harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga
barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
c. NTP < 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi
relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang
konsumsinya.
Pendapatan
petani
turun,
lebih
kecil
dari
pengeluarannya.
B. Hubungan NTP Dengan Kemiskinan
Secara teori, Nilai Tukar Petani (NTP) tidak berpengaruh secara
langsung pada kemiskinan, Nilai Tukar Petani (NTP) akan langsung
mempengaruhi pendapatan atau keuntungan yang diterima petani. Jika NTP
turun maka keuntungan yang diterima petni akan semakin sedikit atau
bahkan mengalami kerugian. Tinggi rendahnya pendapatan petani akan
berdampak pada kesejahteraan yang terlihat pada tingkat kemiskinan.
Sebagai Provinsi yang mayoritas penduduknya adalah petani, NTP jelas
berpengaruh pada tingkat kemiskinan di Sumatera Barat
2.3. Pengangguran
Pengangguran adalah selisih anatar penduduk dalam angkatan kerja
dan yang memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
14 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
kemakmuran
masyarakat
tidak
mencapai
potensi
maksimal
yaitu
masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.
A. Jenis-jenis Pengangguran
Berdasarkan pendekatan angkatan kerja, pengangguran terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Pengangguran
friksional: Pengangguran
jenis
ini
adalah
pengangguran yang muncul karena pencari kerja masih mencari
pekerjaan yang sesuai jadi ia menganggur bukan karena tidak ada
pekerjaan.
b. pengangguran
struktural:
pengangguran yang
muncul
Pengangguran
karena
struktural
perubahan
struktur
adalah
dan
komposisi perekonomian.
c. Pengangguran musiman. Pengangguran yang terjadi karena faktor
musim, misalnya para pekerja di industri yang mengandalkan
hidupnya dari pesanan.5
B. Hubungan Pengangguran dan Kemiskinan
Hubungan pengangguran dan kemiskinan sangat erat sekali, jika
suatu masyarakat sudah bekerja pasti masyarakat atau orang tersebut
berkecukupan atau kesejahteraanya tinggi, namun di dalam masyarakat ada
juga yang belum bekerja
atau
menganggur,
pengangguran
secara
otomatis akan mengurangi kesejahteraan suatu masyarakat yang secara
otomatis juga akan mempengaruhi tingkat kemiskinan efek buruk dari
pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada
akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin
5 Sukirno, Sadono. Op. Cit. Hlm. 4-7
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
15 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan
meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak
memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat
buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek
yang buruk bagi
kepada
kesejahteraan
masyarakat
dan
prospek
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
2.4. Penelitian Terdahulu
Adit Agus Prastyo (2009), dalam jurnal Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (studi kasus 35 Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah tahun 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah tingkat
kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, upah minimum, tingkat penganggura
dan pendidikan. Jurnal ini menjadi acuan skripsi ini karena penulis
meneliti tentang kemiskinan yang variabel dependentnya sama dengan
skripsi ini bedanya cakupan wilayah.
Fita Febriana (2014) dengan judul skripsi Analisis Faktor Faktor
Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Di Provinsi Jawa Timur. Variabel
yang digunakan adalah Nilai Tukar Petani (NTP), harga dasar gabah, upah
kerja dan produktifitas hasil tani.
2.5. Kerangka Penelitian
Berdasarakan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
penulis, dimunculkan kerangka berfikir untuk menjelaskan pengaruh
upah minimum, pengangguran, dan jumlah penduduk terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia. Berikut gambar pemikiran yang skematis:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
16 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
INFLASI
Nilai Tukar Petani
(NTP)
KEMISKINAN
PENGANGGURAN
Dari kerangka penelitian di atas dapat dilihat bahwa Inflasi adalah
salah
satu
faktor
penyebab
kemiskinan
karena
inflasi merupakan
kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus
menerus sepanjang waktu.
Nilai Tukar Petani (NTP) secara tidak langsung dapat mepengaruhi
kemiskinan, karena NTP akan mempengaruhi pendapatan masyarakat
khususnya
petani,
dengan
demikian
pendapatan
masyarakat
akan
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kemiskinan.
Pengangguran merupakan salah satu faktor yang mengurangi
kesejahteraan masyarakat,
jika
suatu
masyarakat
ada
yang
sudah
bekerja namun ada juga yang belum bekerja ini sama saja mengurangi
kesejahteraan masyarakat.
2.6. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara/kesimpulan yang diambil untuk
menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang
sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang dimaksud
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
17 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dengan
mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan berdasarkan studi
empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian dibidang ini,
maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan
di Provinsi Sumatera Barat tahun 2007-2014.
2. Nilai Tukar Petani (NTP) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat 2007-2014.
3. Pengangguran mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat 2007-2014.
4. Inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Pengangguran secara bersamasama berpengaruh dan signifikani terhadap kemiskinan di Provinsi
Sumatera Barat 2007-2014.
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
18 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data
yang
digunakan merupakan data sekunder yang bersumber pada laporan Badan
Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia dan jurnal-jurnal dan skripsi ilmiah
tentang perekonomian Indonesia sampai dengan tahun 2014. Data yang
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
19 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
diteliti meliputi data inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP), pengangguran dan
kemiskinan. Jenis data yang digunakan adalah data panel yaitu time series`.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data sangat penting digunakan dalam sebuah
penelitian. Menurut Sugiyono (2011; 30) pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai acara
Apabila dilihat dari berbagai sumber, maka pengumpulan data
dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau
melalui dokumentasi. Arikunto
mengakatakan
bahwa
sesuai
dengan
bentuk pendekatan penelitian kuantitatif maka metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi
merupakan teknik yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti
notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Suharsimi, 2006: 116).
Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia dengan mengambil
data time series dari tahun 2007-2014 di Sumatera Barat.
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga
diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
20 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
adalah Kemiskinan sebagai variabel terikat sedangkan variabel bebasnya
inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan pengangguran. Adapun
definisi
operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Kemiskinan merupakan variabel Y. Data kemiskinan yang dipakai
dalam penelitian ini adalah data kemiskinan Sumatera Barat tahun
2007-2014. Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat (Sumber:
http://sumbar.bps.go.id)
2. Inflasi
merupakan variabel X1. Data inflasi yang dipakai dalam
penelitian ini adalah data inflasi Indonesia tahun 2007-2014. Sumber:
Bank Indonesia (Sumber: http://bi.go.id)
3. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan variabel X 2. Data NTP yang
dipakai dalam penelitian ini adalah data NTP Sumatera Barat tahun
2007-2014. Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat (Sumber:
http://sumbar.bps.go.id)
4. Pengangguran
merupakan variabel X3. Data pengangguran yang
dipakai dalam penelitian ini adalah data pengangguran Sumatera Barat
tahun 2007-2014. Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Barat
(Sumber: http://sumbar.bps.go.id)
3.4. Metode Nalisis Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan data panel. Metode data panel merupakan suatu metode
yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data
yang lebih dinamis. Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data
panel adalah sebagai berikut:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
21 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
1. Dapat
mengembalikan
heterogenitas
individu
atau
unit
cross
section.
2. Dapat
memberikan
informasi
yang
lebih
luas,
mengurangi
kelinieritas diantara variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih
efisien.
Metode yang lebih spesifik dipakai dalam penelitian ini adalah
Metode General Least Square (GLS) karena memiliki nilai lebih dalam
mengestimasi parameter regresi. Menurut Gujarati dalam Sa’adillah Fitri
F. menyebutkan bahwa metode OLS yang umum tidak mengamsumsikan
varians variabel adalah heterogen. Metode ini sudah diperhitungkan
heterogenitas yang terdapat pada variable independen secara eksplisit
sehingga metode ini mampu menghasilkan estimator yang memenuhi
kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
3.5. Spesifikasi Model Regresi
Berdasarkan penelitian dan kerangka pemikiran sebelumnya, maka
analisis data dibatasi pada empat variabel, yaitu variabel kemiskinan
(KMS), Inflasi (I), Nilai Tukar Petani (NTP) dan Pengangguran (P) sesuai
dengan teori yang sudah dikemukakan, maka Kemiskinan (KMS) dapat
dianalisi dengan menggunakan persamaan:
Y = X1 – X2 + X3
Kms = I - NTP + P
Keterangan:
X1 = inflasi
X2 = NTP
X3 = pengangguran
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
22 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
3.6. Uji Asumsi Klasik
A. Uji Multikolinearitas
Salah satu asumsi model regresi klasik adalah tidak terdapat
multikolinearitas diantara variabel independen dalam model regresi.
Multikolinearitas berarti adanya hubungan yang erat antara beberapa vaiabel
independen atau semua variabel independen dalam model regresi. Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas
dalam persamaan. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas
dapat dilihat dari nilai R, RF hitung serta t hitung. Adapun indikasiindikasi
terjadinya mulitikolinieritas menurut Gujarati adalah sebagai
berikut:
1. Jika ditemukan R2 yang tinggi dan nilai F statistik yang signifikan tetapi
sebagian besar nilai t statistik tidak signifikan.
2. Korelasi sederhana yang relatif tinggi (0.8 atau lebih) antara satu
atau lebih pasang variabel bebas. Jika koefisien korelasi kurang dari 0.8
berarti tidak terjadi multikolinearitas.
3. Regresi bantuan (Auxilary Regression) dengan cara meregresi
masingmasing variabel bebas pada variabel bebas lainnya. Apabila
nilai R2 nya tinggi maka ada indikasi ketergantungan linier yang hampit
pasti di antara variabel-variabel bebas.
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
23 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
Metode yang digunakan dalam uji multikolinearitas ini adalah
metode Klein terhadap nilai korelasi antar variabel, yaitu dengan
perbandingan antara R2 penyesuaian Adjusted R2 hasil regresi antar variabel
bebas. Kemungkinan adanya multikolinearitas apabila Adjusted R2 model
uji variabel bebas dari Adjusted R2model utama.
B. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual suatu observasi
dengan residual. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat
runtut waktu (Time Series). Uji autokorelasi yang sederhana adalah
menggunakan uji DurbinWatson (DW). Autokorelasi dapat dideteksi
dengan cara membandingkan antara DW statistic dengan DW tabel. Kriteria
pengujiannya adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai DW d antara 0 < d < dl, H 0 yang menyatakan tidak ada
autokorelasi positif ditolak.
2. Bila nilai DW statistik terletak antara 4 – dl < d < 4, H 0* yang
menyatakan tidak ada autokorelasi negatif ditolak.
3. Ragu-ragu tidak ada autokorelasi negatif bila nilai DW statistik
terletak antara du ≤ d ≤ 4 – dl.
Penggunaan
metode
GLS
(Generalized Least Square) dapat
menekankan adanya autokorelasi.
C. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan
varian
dari
residual
suatu
pengamatan
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
24 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
ke
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
pengamatan
yang lain.
Heteroskedastisitas
terjadi
apabila variabel
gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi
Akibat adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak
efisien. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam
model maka dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS.
3.7. Pengujian Statistik Analisis Regresi
A. Koefisien Determinasi (R-Square)
Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika
diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan
suatu model (goodness of fit) digunakan koefisien determinasi (R2).
Nilai
koefisien determinasi
merupakan
suatu
ukuran
yang
menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap
variabel dependen,
atau
dengan
kata
lain koefisien determinasi
menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier
X. Nilai koefisien determinan antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinan
yang mendekati 0 (nol) berarti kemampuan semua variabel independen
dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai koefisien
determinan yang mendekati 1 (satu)
berarti
variabel-variabel
independen hampir memberikan informasi yang dijelaskan untuk
mempredikasi variasi variabel dependen.
B. Uji F-Statistik
Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama
terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai
berikut:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
25 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
a. H0: β1 = β2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen
b. Ha: β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung
dengan F-tabel. Jika F-hitung lebih besar dari F-tabel maka H 0 ditolak, yang
berarti variabel independen secara bersama sama mempengaruhi variabel
dependen.
C.
Uji t-Statisik (Uji Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel
dependen
dengan
hipotesis
sebagai
dilakukan dengan membandingkan t-hitung dengan
Uji ini dapat
t -tabel.
Adapun
rumus untuk mendapatkan t-hitung adalah sebagai berikut:
t hitung = (bi – b)/sbi
Dimana:
bi = koefisien variabel independen ke-i
b = nilai hipotesis nol
sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i
Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang
digunakan sebagai berikut:
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
26 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi
Meotodologi Penelitian Ekonomi (MPE)
a. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya
salah satu variabel bebas (independent) tidak mempengaruhi variabel
terikat (dependent) secara signifikan.
b. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya
salah satu variabel bebas (independent) mempengaruhi variabel
terikat (dependent) secara signifika
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Petani dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di
27 Sumatera Barat Tahun 2007-2014
Provinsi