HAM Sejarah Teori dan Dinamikanya dalam

1

HAM: Sejarah,Teori, dan Dinamikanya
dalam Pergaulan Negara-negara

dua kutub peradaban yaitu Barat dan

Oleh : Agung Mazkuri

meyakini ada relativitas HAM, sedangkan

Timur hingga sekarang ini. Timur lebih

Barat
Sejarah:

Pergulatan

HAM

dalam


Lintasan Waktu

meyakininya

(dengan

menyederhanakannya) sebagai nilai yang
bersifat universal. Perbedaan pandangan

Membicarakan Hak Asasi Manusia

ini bisa dipahami dari perspektif sejarah

(HAM) berarti membicarakan dimensi

yang panjang masing-masing peradaban

kehidupan manusia dalam berbagai aspek


yang melatarbelakanginya. Barat yang

secara holistik. Pendekatan hukum alam

terpengaruhi paham judeo-christian dan

yang menjadi keyakinan mayor saat ini

penempatan individu lebih tinggi yang

mengemukakan bahwa Hak Asasi Manusia

bebas berkehendak dari kebiasaan kolektif

sendiri bersumber bukan dari otoritas

masyarakatnya,

negara


menempatkan antara kepentingan pribadi

atau

melainkan

pemberian

berdasar

masyarakat,

kepada

martabat

sedangkan

Timur


dan kolektif yang harus seimbang.

manusia itu sendiri. Lebih lanjut, dalam

Terakumulasi dari sejarah kelam

sejarah umat manusia, hak yang bersifat

Perang Dunia

inherent ini sering dilanggar oleh otoritas

masyarakat global pun tumbuh terhadap

negara, misalnya hak untuk hidup, hak

pentingnya

kebebasan dan hak milik berdasar kontrak


memperjuangkan nilai-nilai tersebut demi

sosial pada awal mula pemahaman nilai-

keberlangsungan dan mengeliminir setiap

nilai

era

tindakan semena-mena terhadap eksistensi

kontemporer, cakupan pemahaman apa

manusia. Dalam lintasan waktu, pada

yang merupakan HAM lebih luas lagi,

tanggal 10 Desember 1948, umat manusia


termasuk diantaranya hak atas akses

telah menorehkan tonggak sejarah akan

pendidikan, kesehatan dan jaminan sosial.

kemanusiaan berupa lahirnya Deklarasi

dasar.

Sedangkan

Sebagaimana

dalam

tersebut,

menyuarakan


kesadaran

dan

oleh

Universal Hak Asasi Manusia/DUHAM

beberapa ahli Barat, HAM dikatakan

(Universal Declaration of Human Rights).

bersifat universal karena rasa sakit tindak

Meski deklarasi tak memiliki kekuatan

tunduk

hukum


pada

dikatakan

II

relativitas

budaya,

ini

mengikat

bagi

negara-negara,

merupakan salah satu alasan yang sering


paling tidak deklarasi ini merupakan

dikemukakan.

Pun begitu, perdebatan

landasan moral dan merupakan ‘embrio’

terkait masalah universalitas HAM sendiri

bagi lahirnya beberapa kovenan dan

masih jadi perdebatan yang aktual antara

protokol tentang kemanusiaan di kemudian

2

hari yang memiliki kekuatah hukum


Komunisme1

mengikat bagi Negara-negara Pihak.

penyelarasan

Ketika

dunia

mengalami

fase

kehidupan;

lebih

menekankan


pada

segala

aspek

dan

sosio-

dalam
sosio-politik

bipolar antara blok Timur yang menganut

ekonomi, sedangkan Demokrasi lebih

ideologi Sosialis-Komunis dan Barat yang

menekankan

pada

penghormatan

dan

Demokratis-Kapitalis, fase dimana jamak

pengelolaan

atas

nilai-nilai

yang

kita kenal dengan istilah Cold War, HAM

bertentangan dalam masyarakat, toleransi

sekali lagi tak mendapat tempat sebagai

dalam bidang sosio-politik tapi tidak

agenda utama dalam kebijakan politik luar

menjadikan aspek ekonomi sebagai bagian

negeri bagi negara-negara kuat yang

integral HAM.

bertikai tersebut. Masing-masing Blok

Apa yang dipahami Barat tersebut

hanya berpikir bagaimana menghentikan

bisa dipahami karena sistem ekonomi

pengaruh komunisme di belahan dunia

negara-negara blok Barat saat itu yang

ketiga paska terjadinya dekolonialisasi dan

menganut leissez-faire, dimana negara

bagaimana

hanya sebagai penjaga malam, negara

menarik

mereka

ke

blok

masing-masing pihak.

bersifat pasif, dalam arti; negara tidak ikut

Pihak Barat dan Timur mengalami

campur urusan ekonomi masyarakatnya.

diskresi. Barat yang kapitalis bertitik tolak

Negara hanya akan ikut campur ketika ada

dan cenderung menekankan pembatasan

konflik antar warga negaranya. Negara

kekuasaan negara, kebebasan berekspresi

direpresentasikan sebagai ‘wasit’.

(mencakup berekpresi dalam beragama),
mengeluarkan
politik.

pikiran

Sedangkan

dan

partisipasi

Timur

lebih

Paska

runtuhnya

ideologi

komunisme dan akumulasi dari dampak
sistem

ekonomi

leissez-faire

berupa

menekankan pentingnya jaminan atas hak-

ketimpangan yang semakin meruncing

hak dasar yang bersifat ekonomi (termasuk

antar sesama warga negara di berbagai

pentingnya distribusi SDA dan profit yang

negara Eropa yang berubah ke fase

adil, baik dalam skala regional-domestik

industrisalisasi, terutama di Inggris setelah

dan/atau antar negara-negara), perdamaian,

terjadi Revolusi Industri Inggris dan

keamanan dan ketertiban internasional
dengan menempatkan negara sebagai locus
utama atas apa yang ingin dicapai tersebut.

1

Perlu dipahami, meski KomunismeSosialisme merupakan ideologi yang lahir dari
ajaran-ajaran Marx, tapi ada perbedaan mendasar
terhadap Leninisme dan Stalinisme, dua aliran
ideologi Komunis yang dikembangkan oleh dua
tokoh Bolshevik yang menggulingkan Tsar Rusia
yang korup tersebut. Paham Leninisme inilah yang
dipahami mayoritas Masyarakat Indonesia hingga
dewasa ini paska 65.

3

Revolusi

Perancis,

konsep

negara

(welfarestate/welfarstaat),
ketatanegaraan

muncullah

lagi perusahaan transnasionalnya yang

kesejahteraan

terdapat di Negara-negara berkembang

yaitu

sistem

dalam hal kontrak. Pertanyaannya; adakah

beorientasi

masing-masing Negara di dunia ini yang

sebuah

mau ketika mereka telah memegang

maka

yang

bagaimana

mencipatakan

masyarakat nasional yang tidak timpang

hegemoni global?

dalam hal ekonomi, negara dalam hal ini

Kembali ke masa perang dingin,

dituntut aktif berperan dalam kehidupan

perbedaan perspektif antara Barat dan

masyarakatnya dalam berbagai aspek,

Timur atas memahami HAM tersebut (dan

negara lebih pro-aktif. Konsep Negara

tentu

Kesejahteraan ini sebenarnya adalah nilai-

dibelakangnya)

nilai

Negara-negara

yang

diadopsi

dari

nilai-nilai

saja

kepentingan
telah
Dunia

politik

menempatkan
Ketiga

sebagai

Sosialisme-Marxis. Maka sejak muncul

Proxy War, di Eropa ada Jerman Barat dan

paham kesejahteraan ini, dalam konteks

Timur, di Asia Ada Korea Utaradan

nasional domestik telah mencapai titik

Selatan, dan kawasan Asia Tengara ada

mapan secara teoretik-ideologis dalam

pertikaian

konteks domestik bagi masing-masing

pimpinan Ho Chin Min yang Komunis

negara, tetapi masih menjadi ‘pekerjaan

melawan

rumah’ dalam ruang lingkup internasional

merupakan

hingga saat ini. Ini bisa dipahami karena

Amerika. Sementara di Indonesia sendiri

dalam pergaulan dan hukum internasional

imbas dari perang dingin adalah Peristiwa

saat ini, negara merupakan subyek hokum

1965,

dominan dan memiliki

berdimensi konflik lokal di sisi lain.

kedaulatannya

Vietnam

Vietnam
negara

meskipun

Utara

dibawah

Selatan

yang

boneka

peristiwa

buatan

ini

juga

masing-masing.
Sebagaimana kita ketahui bersama,

HAM dalam Teori

70 persen kekayaan dunia terpusat di

HAM merupakan fenomena yang

Barat. Untuk menjadikan dunia yang adil

muncul dan mendapat tempat tersendiri

dan berperikemanusiaan demi terwujudnya

paska Perang Dingin dalam masyarakat

HAM (yang katanya universal), maka

internasional.

tidak bisa tidak perlunya ada reformasi

sekarang ini yang mana internet memiliki

dalam tubuh PBB dan lembaga-lembaga

pengaruh besar dalam mengkampanyekan

turunannya, semisal Bank Dunia dan IMF

hal tersebut. HAM telah berpenetrasi

dan itikad baik negara-negara maju dalam

melintasi

kebijakan politik luar negerinya, terlebih

negara. Bahkan, sebuah konstitusi yang

Terlebih

batas-batas

lagi,

portal

di

era

yuridiksi

4

baik harus diukur dengan sejauh mana

memiliki

landasan

bernegara

tersebut

hidup

mengakomodir

nilai-nilai

kemanusiaan

kecenderungan

social

untuk

secara damai dalam harmoni

bersama dengan yang lain, apapun yang
sejalan dengan sifat alamiah tersebut

yang mendasar.
Membicarakkan HAM berarti kita

adalah rasional. Untuk menghindari hal-

tidak bisa lepas membicarakan kata ‘Hak’,

hal yang bertentangan dengan sifat-sifat

Hak yang dalam bahasa Inggris disebut

alamiah tersebut, maka masing-masing

‘right’, menurut Jack Donelly dalam kata

manusia mengikatkan diri dalam kontrak

right tersebut memiliki 2 dimensi; (1) hak

social guna menyepakati pembentukan

berarti rechtitude yang menekankan aspek

komunitas dan badan politik (negara; red).

normatif:, bertalian erat terhadap standard

Nah, jika kita melihat pada filsafat

of conduct yang menitikberatkan pada

yang menjadi titik anjak atas doktrin

kewajiban;

dan

entlitements,yaitu

(2)

hokum

alam

seseorang mengklaim suatu hak jika aspek

universalitas

pertama terpenuhi.

kerancuan

ini

atas

HAM

pembenaran
menimbulkan

sistematika

dalam

tataran

Dari sini, menurut hemat penulis

keilmuan yang hingga sekarang sering

bahwa sistematisasi pemikiran keilmiahan

digugat kaum positivisme, yaitu kaum

atas konsep universalitas HAM mengalami

penganut bahwa hak asasi itu tidak ada,

kekacauan sistematika argumentasi. Hak

melainkan hak-hak setiap orang itu adalah

muncul

pemberian sebuah institusi.

bersamaan

dengan

kewajiban

Lebih jauh, negara – dari bentuk

ataupun adanya kontrak social. Sedangkan
kontrak sosial yang merupakan terms yang

yang

bersifat local, dalam arti Negara. Meski

kompleks di era modern ini – adalah

diakui bahwa pendekatan HAM tidak

fenomena

memiliki pemikiran sistematis sebagai

peradaban manusia demi mengejar nilai-

sebuah studi ilmiah (Malcom N. Shaw QC;

nilai utilitas yang didambakan, karena

2012).

nilai-nilai HAM tersebut hanya bisa

Pemahaman

HAM

yang

kita

paling

sederhana

dan

hingga

keniscayaan

dikonkretisasi

hukum alam pada awalnya, legitimasi

disebut Negara agar efektif dalam masing-

HAM adalah legitimasi moral. Hal ini

masing

sebagaimana diungkapkan oleh Grotius

manapun.

(Belanda) ataupun John Locke (Inggris) –-

hubungan internasional dalam memotret

sebagai

HAM;

pemikir hukum

alam– bahwa; Secara alami, manusia itu

komunitas
Ada

di

lembaga

dalam

pahami saat ini berakar pada filsafat

‘pioneer-nya’

melalui

yang

belahan

beberapa

yang

bumi

pendekatan

5

1. Aliran liberalisme-idealis, aliran

konteks

kedaulatannya,

akan

ini juga jamak dikenal kaum

tetapi hal ini bukan berarti HAM

utopis dan/atau aliran Wilshonian.

tidak mendapat tempat secara



absolut. Dalam arti, kepentingan

Disebut

utopis

karena

sebagaimana

para

aliran

meski

ini,

memiliki
hidup

penentang
manusia

dalam

dan

warga

Negara

sendiri menempati prioritas.

ingin

3. Aliran Marxisme, meski sudah

sebuah

runtuh 2 periode lalu, dalam kritik

kecenderungan

damai

nasional

komunitas, manusia di sisi lain

Marxis

juga punya insting mengalahkan

aliran

yang

yang

pihakk kapitalis saat itu dikatakan

dikatan Thomas Hobbes ataupun

tidak memiliki preseden historis

bertolak belakang teori psiko-

dan

analis Sigmund Freud. Kaum

(menggantung di awing-awang)

Idealis percaya diri bahwa dunia

dan

internasional bisa dikondisikan

dampak

damai.

ekonomi. Pandangan aliran ini

lain

sebagaimana

terhadap
idealis

pendekatan

yang

terlampau

nyatanya

diyakini

idealistik

tak

memberi

perbaikan

di

sector

2. Aliran Realis, pandangan aliran

menganggap bahwa manusia lahir

ini bertitik tolak bahwa struktur

tidak dengan hak-hak alamiahnya,

dunia ini anarkis karena setiap

manusia yang lahir terikat oleh

Negara

kedaulatan

lingkungan sosialya yang mana

masing-masing dan tidak ada satu

lingkungan social itulah yang

norma pun yang member tempat

memberinya hak. Beranjak dari

terhormat untuk Negara tertentu.

pemikiran

Disamping itu, setiap Negara

berkeyakinan

mencoba

mendominasi

dimiliki setiap orang adalah hak

pihak lain dalam berbagai hal;

pemberian Negara dimana dia

hegemoni budaya, social, politik,

berada.

memiliki

untuk

militer, dan –tentu saja- ekonomi
Cara pandang realis inilah

direduksi

atau

banyak

kepentingan

para

yang

Menurut marxisme lagi,
individu

dioegang

Marxis

hak-hak

hak-hak

menempati piramida teratas.

yang

inilah

itu

harus

dilebur

untuk

Negara

sebagai

pemangku masing-masing Negara

representasi kepentingan kolektif.

dalam

Disamping itu, untuk menghindari

melihat

HAM

diluar

6

terkapitalnya suatu kekayaan pada

problematika

seseorang yang mana jika ini

kedaulatan Negara.

terjadi maka individu tersebut

3. Pendekatan

kesetaraan

dan

proletarian,

HAM

akan memiliki tawar terhadap

selalu dipandag dari perspektif

kebijakan Negara.

pertentangan kelas. Konflik hak
adalah refleksi dari pembagian

Selain

itu

ada

beberapa

cara

pandang berbeda yang coba diketengahkan
oleh Steven Lukes dalam membicarakan

kerja dan distribusi ekonomi yang
timpang da tidak adil.
4. Pendekatan

libertarian

(

atau

pendekatan Kapitalis; penulis),

HAM (Hamid Awaludin; 2012: 67);
1. Pendekatan utilitarians, secara

pendekatan

ini

menjadikan

singkat dikatakan bahwa HAM

analisa cost and benefits sebagai

adalah

yang

hal fundamental. Pendekatan ini

menghadirkan atau memberikan

sangat tidak mempercayai Negara

kebahagiaan

sebagai penegak HAM.

sesuatu

stinggi-tingginya

kepada sebanyak-banyak orang.

5. Pendekatan

Bila hal ini tercapai maka HAM

(pendekatan

sudah ada dan berjalan.

Lukes

2. Pendekatan

communitarians,

Egalitrian
Lukes

sendiri),

mengatakan

mengutamakan

bahwa
prinsip

pandangan ini memakai titik pijak

kebebasan, adanya hukum yang

filsafatnya pada adanya prinsip-

tegak,

prinsip dan nilai-nilai khusus

bagi siapapun, tanpa memandang

yang

ras, agama, etnis seseorang

dipakai

oleh

komuitas-

persamaan

kesempatan

komunitas tertentu. Maka, bagi
perspektif ini, tidak ada nilai-nilai

Potret kasuistis ; HAM dalam Dinamika

yang berlaku lebih universal.

Politik Internasional

Pendekatan inilah yang diyakini

Pertarungan

dinamika

politik

HAM.

global akan dikendalikan oleh mereka

Konsep HAM yang komunitarian

yang memiliki berbagai akses sumber

ini banyak dijadikan acuan oleh

daya, kita sering disuguhi tentang berita

Negara-negara dunia ketiga yang

bagaimana media-media Barat menulis

mana

pemilihan

artikel tentang (misalnya) hukuman mati di

yang

Iran tetapi mereka seperti lupa dengan apa

diantaranya

yang terjadi di Arab Saudi dalam hal yang

penganut

relativisme

dalam

pendekatan
mempengaruhi

faktor

7

sama. Barat selalu menempatkan standar
ganda dalam dalam permasalahan di
Negara-negara dunia ketiga, tak terkecuali
dengan gerakan disintegrasi yang ada di
Indonesia, sementara disisi lain mereka
berakting tidak tahu terhadap masalah
(misalnya); konflik Pattani-Thailand yang
merupakan

konflik

peninggalan

kolonialisme.
Kita masih memiliki ingatan utuh
tentang invasi pimpinan U.S terhadap Irak
tanpa mandat dari DK PBB. Toh, nyatanya
senjata biologis tersebut tak pernah bisa
dibuktikan.

Pelanggaran-pelanggaran

seperti ini merupakan tindak pidana dalam
hokum internasional yang mana imbasnya
tentu

pada

Sebagaimana

kemanusiaan
Galtung

itu

katakan

sendiri.
dalam

pendekatakan normatif; “Pada umumnya
pelanggaran HAM banyak terjadi karena
struktur

ekonomi

dan

politik

dunia

sekarang ini. Karena itu, pendekatan legalposifistik

(aturan

hokum/hitam

diatas

putih; red) tak ada gunanya”. Pernyataan
galtung ini jika kita jeli juga bisa untuk
memotret aksi terorisme yang ramai
sekarang ini.