Ekonomi Sumber Daya Perikanan .
ANALISIS BIOEKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA
IKAN HIAS INJEL NAPOLEON / BLUEFACE NAPOLEON (POMACANTHUS
XANTHOMETAPON) DI PERAIRAN SULAWESI SELATAN
Elisah Fiyanih, Desi Triyani, Cyntia Kurniawati
Kelompok 7
Email : [email protected], [email protected], [email protected]
Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
This research aims at: 1) Determine the utilization of fish in the waters blueface napolen
South Sulawesi. 2) Knowing the production rate under on sustainability stocks in the waters of
South Sulawesi. 3) to analyze the size and age structure of fish in the waters blueface napolen
South Sulawesi. The basic method used in this research is descriptive and explanatory. Kinds of
data in this study based dimensiwaktu, the time series data (time series) and cross section (crosspoints) and the weight of the fish length.The Status of analysis is the use of the model to
determine the relationship FOX CPUE and effort. The composition of the length and weight of
fish length blueface napoleon analyzed descriptively in tables and graphs with units or
percentages.
Indonesian ornamental fish export growth between 1987 to 2010 are likely to continue to
rise. According AKKII and AKIS (2008), data obtained from the International Trade Center
(ITC) shows the average growth of import demand for the country to reach 15% per year.
Destination country or the world ornamental fish market, among others the European Union, the
USA, Japan, Singapore and Taiwan. The purpose of the study was to determine the factors that
affect the demand and supply of ornamental fish exports blueface napoleon and to determine the
level of supply and demand blueface napoleon fish and its relation to the level of utilization.
Ornamental fish export price blueface napoleon significant negative effect on the demand for
ornamental fish export blueface napoleon. Ornamental fish export price blueface pajamas
significant positive effect on the demand for ornamental fish export blueface napoleon. The
rupiah exchange rate against the dollar has no significant effect terhada p number blueface
napoleon fish export demand. Ornamental fish export price blueface napoleon and pajamas as
well as the exchange rate against the dollar significantly influence the number of ornamental fish
export demand blueface napoleon. Blueface Napoleon supply curve curved reverse (backward
bending supply curve) shows that the supply is declining despite rising prices for suspected fish
stock decreases.
Keywords: Demand, Supply, Export, Utilization, Ornamental Blueface Napoleon
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menentukan pemanfaatan ikan di perairan blueface
napolen Sulawesi Selatan. 2) Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran ekspor ikan hias blueface napoleon dan untuk mengetahui tingkat penawaran dan
permintaan ikan blueface napoleon serta kaitannya dengan tingkat pemanfaatan. Metode dasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan jelas. Jenis data dalam dimensiwaktu
studi berdasarkan ini, data time series (time series) dan cross section (cross-poin) dan berat
panjang ikan. Status analisis adalah penggunaan model untuk menentukan hubungan FOX CPUE
dan usaha. Komposisi panjang dan berat panjang ikan blueface napoleon dianalisis secara
deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik dengan unit atau persentase.
Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia mulai tahun 1987 sampai 2010 cenderung
terus meningkat. Menurut AKKII dan AKIS (2008), data yang diperoleh dari Intemasional Trade
Center (ITC) menunjukkan rata-rata pertumbuhan permintaan Negara impor mencapai 15% per
tahun. Negara tujuan atau pasar ikan hias dunia antara lain Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang,
Singapore dan Taiwan. Data dalam penelitian ini berdasarkan dimensi waktu, yaitu data time
series (runtut waktu) yang diperoleh dari data primer maupun sekunder dari perusahaan ekspotir
ikan hias dan asosiasi pengusaha ikan hias. Harga ekspor ikan hias blueface napoleon
berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan hias blueface napoleon.
Harga eksport ikan hias blueface piyama berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah
permintaan eksport ikan hias blueface napoleon. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan blueface napoleon. Harga
eksport ikan hias blueface napoleon dan injel piyama serta nilai tukar rupiah terhadap dollar
berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan ekspor ikan hias blueface napoleon. Kurva
penawaran blueface napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve)
menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga
stok semakin berkurang.
Kata kunci : Permintaan, Penawaran, Ekspor, Pemanfaatan, Ikan Hias Blueface Napoleon
PENDAHULUAN
Indonesia terletak dalam kawasan segitiga
diperkirakan sekitar 4.234 spesies ( Allen
terumbu karang (coral triangle) Dunia yang
dan
merupakan pusat keragaman biota laut
merupakan
tertinggi terutama spesies karang dan ikan
Indonesia.
hias yang sangat tinggi. Tercatat lebih dari
500 spesies karang dalam area sekitar
51.000 km2 dan telah teridentifikasi 2.057
spesies ikan dari 113 famili yang
Adrim,
2003).
salah
Produk
satu
perikanan
andalan
ekspor
Salah satu jenis ikan hias laut yang
banyak diminati pecinta ikan hias adalah
jenis ikan injel napoleon Pomacanthus
2
xanthometopon. Jenis ikan ini merupakan
atau penangkapan berkelanjutan merupakan
primadona bagi kolektor pecinta akuarium
isu
air laut dan merupakan salah satu komoditas
pengelolaan
ekspor disektor perikanan. Ikan blueface
mendatang.
napoleon
sebagai
komoditas
ekspor
perikanan kedua telah menyumbangkan
devisa pada tahun 1998 sebesar US$
215,134 juta atau naik sebesar 13,57 % dari
ekspor ikan blueface napoleon pada tahun
1997 yang mencapai US$ 189,43 juta.
Di
kawasan ASEAN,
pokok
dalam
pengembangan
perikanan
tangkap
dan
dimasa
Pengelolaan sumber daya perikanan
merupakan usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan
eksploitasi
sumber
daya
perikanan dengan tetap menjaga kelestarian
sumber daya. Pada umumnya pengelolaan
sumber daya perikanan tidak langsung
Indonesia
ditujukan pada organisme, akan tetapi lebih
menempati urutan kedua sebagai Negara
cenderung pada usaha pengaturan aktivitas
produsen ikan blueface napoleon setelah
penangkapan dan upaya perbaikan kondisi
Philipina. Hal ini disebabkan perbedaan
lingkungan (Charles, 1994; FAO, 1995;
tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah
Charles, 2001).
maupun teknologi penggunaan alat tangkap.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
yang penting diperhatikan karena kapasitas
suplai yang besar dan permintaan yang terus
meningkat.
Penggunaan produksi surplus adalah
untuk menentukan tingkat upaya optimum,
yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan
suatu hasil tangkapan maksimum lestari
tanpa
secara
Tingginya
jangka
produktifitas
panjang
stok
(Maximum
terutama
Sustainable Yield/ MSY). Model ini dapat
berasal dari negara-negara berkembang dan
diterapkan bila dapat diperkirakan dengan
maju
baik
dengan
permintaan
mempengaruhi
meningkatnya
jumlah
tentang
hasil
tangkapan
total
penduduk (Andrews, C. 2006). Oleh sebab
(berdasarkan spesies) dan hasil tangkapan
itu,
semakin
per unit upaya (CPUE) per spesies atau
digalakkan seiring dengan meningkatnya
CPUE berdasarkan spesies dan upaya
permintaan akan ikan blueface napoleon.
penangkapan dalam beberapa tahun (FAO,
Pemanfaatan
1998).
upaya
penangkapannya
sumber
daya
perikanan
bertanggung jawab atau ramah lingkungan
3
Pengelolaan sumber daya perikanan
banyak dipergunakan dengan pendekatan
pencegahan. Menurut Charles(2001) dalam
rangka
mendukung
implementasi
pendekatan pencegahan dalam manajemen
perikanan, maka kegiatan penelitian perlu
mengadopsi pada kebutuhan baru dan harus
Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam
Disebut
sebagai
keinginan
membayar (willingness to pay) seseorang
terhadap barang atau jasa yang dihasilkan
oleh sumberdaya alam dan lingkungan
(Djijono 2002).
memenuhi kriteria. Kekurangan informasi
Konsep dan Teknik Valuasi Ekonomi
penelitian jangan dijadikan alasan untuk
Sumberdaya Alam
menunda pengukuran biaya efektif untuk
mencegah penurunan kualitas lingkungan.
Oleh
sebab
itu,
diperlukan
informasi
minimum dalam memulai dan melanjutkan
kegiatan usaha perikanan dan perluasan
kisaran penggunaan model–model perikanan
(seperti model bioekonomi, multi spesis,
Konsep
ini
mendefiniskan
nilai
ekonomi sebagai nilai ekonomi total yang
merupakan penjumlahan dari nilai-nilai
pemanfaatan (use values) dan nilai-nilai
non-pemanfaatan (non-use values).
Krutila
(1967)
memperkenalkan
laku,
dan
konsep valuasi ekonomi total, yaitu sebuah
antara
lain
usaha untuk memasukkan seluruh nilai dari
adalah dampak lingkungan, interaksi spesies
kedua komponen nilai ekonomi sumberdaya
dan teknologi, dan tingkah laku social
alam, yaitu use value dan non-use value.
ekosistim
dan
tingkah
pertimbanganpertimbangan
masyarakat nelayan.
Pendekatan
Menurut Fauzi A (2000), metode
pemanfaatan
dan
lainnya yang termasuk dalam pendekatan
pengelolaan perikanan secara berkelanjutan
nonmarked
based
untuk usaha ikan hias di Perusahaan ikan
expenditure
dan
hias
salah satu
Preventinve expenditure menempatkan nilai
alternative pendekatan efektif dan efisien
sumberdaya alam dan lingkungan dari
bagi masing-masing pelaku kegiatan. Hal ini
seseorang atau individu yang memiliki
tentunya akan sangat menunjang industry
keinginan
ikan hias untuk semua jenis ikan hias yang
degradasi
lingkungan
sampai saat ini masih kekurangan pasokan.
mengurangi
pengaruh
setidaknya
merupakan
adalah
preventinve
replacement
membayar
untuk
atau
buruk
cost.
mencegah
untuk
terhadap
sumberdaya alam dan lingkungan.
4
Adapun dalam teknik replacement
oleh konsumen untuk tiap unit yang
cost,nilai sumberdaya alam didekati dari
dikonsumsi. Gambar 1, menggambarkan
biaya atau pengeluaran untuk restorasi
kurva permintaan dan hubungannya dengan
sumberdaya alam. Menurut Djijono (2002),
keinginan membayar serta besarnya surplus
dengan menggunakan kurva permintaan
konsumen.
dapat mengukur jumlah yang akan dibayar
Konsep
Pengukuran
Nilai
Ekonomi
Sumberdaya
(direct use value),nilai penggunaan tidak
Secara tradisional nilai terjadi didasarkan
pada interaksi antara manusia
sebagai
subjek (penilai) dan obyek (sesuatu yang
dinilai) (Pearce dan Moran, 1994; Turner,
Pearce dan Bateman, 1994). Setiap individu
memiliki sejumlah nilai yang
dikatakan
sebagai nilai penguasaan (held value) yang
merupakan basis preferensi individu. Pada
akhirnya
nilai
lagi menjadi nilai penggunaan langsung
obyek
ditentukan
oleh
bermacam-macam nilai yang dinyatakan
(assigned value) oleh individu (Pearce dan
Turner, 1990).
Nilai ekonomi atau total nilai ekonomi suatu
sumberdaya secara garis besar
dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu nilai
penggunaan ( use value ) dan nilai intrinsik
(non use value) (Pearce dan Turner, 1990;
Pearce dan Moran, 1994; Turner, Pearce dan
Bateman, 1994). Selanjutnya dijelaskan
bahwa nilai penggunaan (use value) dibagi
langsung (indirect use value) dan nilai
pilihan (option value). Nilai penggunaan
diperoleh
dari
lingkungan
pemanfaatan
aktual
(Turner,Pearce
Bateman,1994).
Nilai
dan
penggunaan
berhubungan dengan nilai karena responden
memanfaatkannya
atau
berharap
akan
memanfaatkan di masa mendatang (Pearce
dan
Moran,
1994).
Nilai
penggunaan
langsung adalah nilai yang ditentukan oleh
kontribusi lingkungan pada aliran produksi
dan konsumsi (Munasinghe, 1993).
Nilai
dengan
penggunaan
output
langsung
yang
berkaitan
langsung
dapat
dikonsumsi misalnya makanan, biomas,
kesehatan, rekreasi (Pearce dan Moran,
1994). Sedangkan nilai penggunaan tidak
langsung ditentukan oleh manfaat yang
berasal dari jasa-jasa lingkungan dalam
mendukung aliran produksi dan konsumsi
(Munasinghe, 1993).
5
napoleon, dan upaya penangkapan (effort)
berupa lama trip penangkapan tiap jenis alat
TUJUAN PENELITIAN
1.
tangkap.
Membuat model surplus konsumen
pendekatan
Pengolahan
data
melalui
Schaefer,
dihitung
dengan
dan produsen sumberdaya ikan hias laut
menggunakan alat bantu program Excel.
Injel
Rumus
Napoleon
xanthometapon)
(Pomacanthus
di
Perairan
Sulawesi
Y qKf
Selatan.
2.
Membuat model valuasi dan Net
Present value sumberdaya ikan hias laut
Injel
Napoleon
xanthometapon)
di
(Pomacanthus
Perairan
Sulawesi
K
(konstanta)
= carriying capacity = daya dukung
Q
lingkungan (konstanta)
= fishing capacity =
F
penangkapan ikan (konstanta)
= effort = upaya penangkapan (trip)
tropis
Pendekatan biologi dalam pengelolaan
sumberdaya ikan hias blueface napoleon
pomacanthus xanthometapon menggunakan
Production
Produksi Surplus).
Method
(Metode
Metode ini digunakan
untuk menghitung potensi lestari (MSY) dan
(tingkat
pemanfaatan)
penangkapan (f) dengan hasil tangkapan per
upaya
(CPUE).
Data
yang
diperlukan berupa data hasil tangkapan
(catch)
tiap
jenis
ikan
hias
khususnya
di
Indonesia
adalah
multispecies dan multigear, maka untuk
menghitung
potensi
didasarkan
pada
perhitungan tiap spesies, sehingga dapat
didekati dengan rumus:
Upaya optimum: f msy 0.5 *
a
dan
b
hasil
tangkapan maksimum pada tingkat fmsy
optimum
dengan cara menganalisa hubungan upaya
satuan
kapasitas
Mengingat sifat perikanan di daerah
PENDEKATAN
upaya
2
= yield = hasil tangkapan ikan (ton)
= recruitment
=
rekruitmen
Selatan.
Surplus
adalah:
Y
R
Mengetahui tingkat produksi untuk
keberlanjutan stok di Perairan Sulawesi
q 2 Kf
r
digunakan
Keterangan:
Selatan.
3.
yang
blueface
adalah C msy 0.25 *
a2
. Konstanta a dan b
b
dihitung dengan menggunakan persamaan
Y
a bf
f
jika f
a
b
6
Y/f adalah hasil tangkapan per upaya
(Clark,
1985).
Asumsi
dasar
yang
penangkapan. Y adalah hasil tangkapan ikan
digunakan
(ton), yaitu keseluruhan hasil tangkapan
tangkapan
suatu jenis ikan, sedangkan f adalah upaya
penangkapan
penangkapan ikan standar, yaitu keseluruhan
Harga ikan (p) dan biaya marginal upaya
jumlah upaya penangkapan ikan yang
penangkapan masing-masing mencerminkan
digunakan untuk menangkap suatu jenis
manfaat marginal dari ikan hasil tangkapan
ikan tertentu. Jumlah trip penangkapan dari
bagi masyarakat dan biaya sosial marginal
suatu armada penangkapan ikan biasanya
upaya penangkapan.
merefleksikan upaya penangkapan yang
tersebut,
dimaksud.
penangkapan (TR) digambarkan dengan
Upaya
penangkapan
standar
diperoleh dengan cara terlebih dahulu
Index)
menggunakan
yang
metode
dihitung
dengan
standarisasi
alat
penangkapan
terhadap
penawaran
adalah
total
elastis
upaya
sempurna.
Berdasarkan asumsi
penerimaan
dari
usaha
TR pY
Total biaya penangkapan (TC) digambarkan
dengan persamaan:
TC cf
tangkap (Guland, 1983). Bila dua kapal
melakukan
dan
persamaan:
dilakukan perhitungan nilai FPI (Fishing
Power
adalah permintaan ikan hasil
Penerimaan bersih (keuntungan) dari usaha
sumberdaya yang sama dan dalam kondisi
penangkapan ikan ( ) adalah:
yang sama, maka daya tangkap relatif kapal
TR TC pY cf
A relatif terhadap kapal B adalah:
METODELOGI
PA(B) = CPUE dari kapal B
Penelitian
CPUE dari kapal A
metode
Kapal A sering disebut sebagai kapal
standar, sehingga apabila jumlah kapal A
(NA) dan jumlah kapal B (NB) maka upaya
penangkapan secara keseluruhan adalah:
menggunakan
model
dilakukan
Metode
dasar
dengan
yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Macam data dalam
penelitian ini berdasarkan dimensi waktu,
yaitu data time series (runtut waktu) dan
cross section (silang tempat) yang diperoleh
Ftotal 1.0 * NA PA ( B) * NB
Pendekatan
dasar.
ini
bio-ekonomi
dari akses internet dari perusahaan ekspotir
Gordon-Schaefer
7
ikan hias dan Asosiasi Koral dan Ikan Hias
dari individu ikan tersebut dalam satu unit
Sulawesi (AKIS).
area (Ricker, 1975; Effendie, 1997). Untuk
mengetahui
upaya
tangkapan
optimum
(Eopt), dihitung menggunakan model FOX.
Metode Pengambilan Data
Beberapa persamaan yang diperlukan dalam
model ini (Sparre and Venema, 1999) :
Status Pemanfaatan
Hubungan antara CPUE dengan upaya
Pada pengamatan status pemanfaatan data
tangkapan (E) : Ln CPUE = a + bE (1)
sekunder :
1.
Data Sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari kantor atau perusahaan dan
Asosiasi Koral,Kerang, dan Ikan Hias
Indonesia (AKKII) dan Asosiasi Koral dan
Ikan Hias Sulawesi (AKIS) yang erat
kaitannya dengan data yang diperlukan
untuk melengkapi data primer, seperti data
time
series
peroduksi
ikan
blueface
napoleon. Jenis dan sumber data yang
diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas :
Analisis Data
Status Pemanfaatan
Catch per unit effort (C/f) merupakan indeks
kepadatan relatif. Kepadatan ikan blueface
napoleon
dapat
diduga
dengan
menggunakan data hasil tangkapan dan
upaya dari suatu seri penangkapan. Metode
ini
dapat
digunakan
untuk
menduga
besarnya populasi dimana situasinya tidak
praktis untuk mendapat jumlah yang pasti
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rp.150.000. Dari data perhitungan yang
Dari tabel didapatkan data bahwa
didapatkan diperoleh perbandingan antara
fungsi penawaran Y= 50.739x + 134815
surplus
dan fungsi permintaan Y= -98.83x +
komoditas ikan napoleon yaitu sebesar 1,25
490333 maka didapatkan titik ekuilibrium
yang berarti nilai kepuasan terdapat pada
sebesar Rp. 175.000 dan jumlah ekuilibrium
konsumen sebesar 1,25.
3200 ton. Besarnya surplus konsumen pada
ikan napoleon di Sulawesi Selatan selama
produsen dan konsumen pada
Valuasi dan Net Present Value
lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp.200.000
Perhitungan valuasi komoditas ikan
sedangkan untuk surplus produsen pada ikan
napoleon di Sulawesi Selatan dilakukan
napoleon di Sulawesi Selatan yaitu sebesar
dengan menghitung total nilai ekonomi
langsung dan nilai ekonomi tidak langsung.
9
Nilai ekonomi total adalah total keseluruhan
total valuation. Pendekatan impact analysis
nilai ekonomi langsung dan nilai ekonomi
dilakukan apabila nilai ekonomi ekosistem
tidak
dilihat dari dampak yang mungkin timbul
langsung
yang
didapat
oleh
penangkapan ikan napoleon di Sulawesi
sebagai
Selatan.
misalnya akibat reklamasi pantai terhadap
Proporsi
ekonomi
total
terbesar
adalah
dalam
nilai
nilai
ekonomi
akibat
ekosistem
dari
pesisir.
aktivitas
tertentu,
Pendekatan
partial
langsung penangkapan ikan napoleon. Nilai
analysis dilakukan dengan menetapkan dua
ini terdiri atas nilai potensi
atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan
Ikan napoleon yang tertangkap yang
memiliki nilai ekonomis dan harga jual di
pasaran. Selanjutnya, proporsi nilai ekonomi
tidak langsung, nilai pilihan dan nilai
keberadaan tidak memberikan nilai ekonomi
yang
terlalu
tinggi.
valuation dilakukan untuk menduga total
kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem
tertentu kepada masyarakat.
Pada prinsipnya valuasi ekonomi
tersebut
bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi
memberikan gambaran nilai keseluruhan
terhadap sumberdaya yang digunakan sesuai
dari fungsi dan manfaat yang dimiliki oleh
dengan nilai riil menurut sudut pandang
komoditas
masyarakat.
ikan
Nilai
ekosistem. Sementara itu, pendekatan total
napoleon
dilaut.
Salah
satu
cara
untuk
Berdasarkan atas tingginya nilai persentase
melakukan valuasi ekonomi adalah dengan
nilai ekonomi langsung dibandingkan nilai
menghitung Nilai Ekonomi Total (NET).
ekonomi tidak langsung, nilai pilihan dan
Nilai Ekonomi Total adalah nilai-nilai
nilai keberadaan, maka diketahui bahwa
ekonomi yang terkandung dalam suatu
aktifitas
ikan
sumberdaya alam, baik nilai guna maupun
napoleon masih dapat dilakukan dalam skala
nilai fungsional yang harus diperhitungkan
kecil
dalam menyusun kebijakan pengelolaannya
pemanfaatan
dengan
sumberdaya
penerapan
sistem
supra
intensif. Pada penelitian ini diketahui bahwa
sehingga
nilai
tinggi
penggunaannya dapat ditentukan secara
dibandingkan dengan nilai guna tidak
benar dan mengenai sasaran. NET atau Total
langsung. Menurut Barbier et. al., (1997)
Economic Value (TEV) dapat ditulis dalam
dalam
persamaan
guna
Irmadi
langsung
(2004),
lebih
ada
tiga
jenis
pendekatan penilaian sebuah ekosistem alam
alokasi
matematis
dan
sebagai
alternatif
berikut
(CSERGE, 1994 dalam Irmadi, 2004):
yaitu impact analysis, partial analysis dan
10
TEV = UV + NUV = (DUV + IUV +
OV) + (EV + BV)
secara langsung dapat dimanfaatkan. Nilai
kegunaan tidak langsung (IUV) yaitu barang
Namun dalam hal ini yang digunaka
hanya Direct Use Value (DUV) dan Indirect
Use Value (IUV). Nilai kegunaan langsung
(DUV) yaitu output (barang dan jasa) yang
dan jasa yang ada karena keberadaan suatu
sumberdaya yang tidak secara langsung
dapat
diambil
dari
sumberdaya
alam
tersebut.
terkandung dalam suatu sumberdaya yang
Nilai Potensi Ekonomi Total ikan Napoleon selama 5 tahun terakhir di Sulawesi
Selatan
Nilai Ekonomi Langsung
Nilai Ekonomi Rp/ha/Th
Nilai Penjualan
210.000.000
Total Nilai Ekonomi Langsung
Total Nilai Ekonomi
210.000.000
210.000.000
% Proporsi
Nilai ha/th
100 %
100%
napoleon diketahui bahwa nilai proporsi
sebesar 100% pada nilai ekonomi langsung.
Nilai jual pada ikan napoleon sangat tinggi
NPV=
karena jumlah penangkapan per tahun
meningkat dan jumlah permintaan naik .
NPV=
Berdasarkan hasil dari NPV sebesar Rp.
NPV=209200000
209200000
Hasil penangkapan ikan napoleon
selama
1 tahun sebesar 1,2ton/tahun x
1.750.000= 210.000.000/tahun (Benefit dari
suatu penangkapan pada tahun ke-t).
Nilai Biaya dari suatu penangkapan pada
tahun ke-t= 15.000.000 x 12=180.000.000.
Berdasarkan
hasil
analisis
yang
berarti
bahwa
usaha
tambak udang vanamee dengan teknik
supra intensif akan memperoleh net benefit
sebesarRp. 209200000 selama umur usaha
(5 tahun) tersebut apabila dinilai dari
sekarang.
Upaya penangkapan (effort)
optimalisasi penangkapan sumberdaya ikan
11
Upaya penangkapan (effort) untuk
dengan peningkatan upaya penangkapan
ikan blueface napoleon tahun 2002-2010
akan menurunkan produksi hasil tangkapan.
berfluktuasi
kecenderungan
Hal ini disebabkan oleh kondisi potensi
meningkat (Gambar 2). Upaya penangkapan
sumber daya yang telah dimanfaatkan secara
terendah terjadi pada tahun 2004 dan 2005
intensif yang menjadi salah satu indikator
sebesar 195 orang nelayan, sedangkan upaya
kondisi overfishing(kelebihan penangkapan)
penangkapan tertinggi terjadi pada tahun
terhadap ikan injel napoleon di perairan
2010 sebesar 234 orang nelayan.
Pangkep dan Selayar. Penurunan hasil
dengan
Penambahan upaya yang merupakan
salah satu alternatif untuk meningkatkan
produksi tidak menunjukkan korelasi positif,
sebagaimana yang terjadi pada tahun 2004 2010. Produksi pada tahun 2004 mengalami
penurunan dari 5.512 ekor menjadi 3.166
ekor di tahun 2010, meskipun upayanya
tangkapan tersebut dengan peningkatan
jumlah upaya penangkapan dapat menjadi
indikasi over eksploitasi. Ukuran ikan
blueface napoleon yang tertangkappun pada
umumnya berukuran kecil dengan umur
sampel tidak lebih dari 2 tahun dan belum
ditemukan induk yang matang gonad.
bertambah dari 195 orang nelayan di tahun
Hasil total tangkapan dan upaya
2004 menjadi 234 orang nelayan di tahun
penangkapan blueface napoleon sepanjang
2010.
tahun 2004 – 2010 menunjukkan grafik yang
Berdasarkan
kondisi
ini
dapat
dinyatakan bahwa pada batas-batas tertentu
menurun (Gambar 3).
Gambar 2. Trend total tangkapan, upaya, dan CPUE ikan injel napoleon
12
Gambar 3. Hubungan antara total tangkapan dan upaya penangkapan 2004 – 2010
Gambar 4. Frekuensi penurunan produksi ikan injel napoleon di perairan Sulawesi
Selatan
Grafik
gambar
yang
tersebut
diperlihatkan
menunjukkan
pada
sudah melampaui MSY, dimana peningkatan
bahwa
effort tidak dapat meningkatkan produksi
walaupun upaya ditingkatkan tetapi hasil
tetapi
hasil
tangkapan
tetap
menurun
tangkapan tetap menurun. Hal ini diduga
sehingga berada pada posisi overfishing
juga berkaitan dengan kondisi sumberdaya
sebagaimana bila diilustrasikan terlihat pada
yang menjadi target penangkapan. Status
kurva MSY. Hal ini sejalan dengan Fauzi
penangkapan ikan blueface napoleon yang
(2006), menunjukkan bahwa jika tidak ada
dilakukan dalam kurun waktu tersebut
aktivitas perikanan (upaya=0), produksi juga
diduga telah melewati titik optimum atau
akan nol. Ketika upaya terus dinaikkan, pada
13
titik EMSY akan diperoleh produksi yang
Dalam perikanan, hal semacam ini tidak
maksimum. Produksi pada titik ini disebut
selalu memberikan hasil positif karena
sebagai titik Maximum Sustainable Yield.
banyaknya faktor yang mempengaruhinya,
Karena sifat dari kurva Yield-Effort yang
terutama keberadaan sumberdaya perikanan
berbentuk kuadratik, peningkatan upaya
itu
yang terus menerus setelah melewati titik
penangkapan dan kondisi oceanografis.
EMSY tidak dibarengi dengan peningkatan
produksi
lestari
maka
sudah
terjadi
overfishing(penangkapan berlebihan).
sendiri,
kemampuan
armada
Menurunnya populasi ikan blueface
napoleon disamping karena over exploitasi,
ikan
tersebut
juga
kebanyakan
tidak
Frekuensi penurunan produksi ikan
mempunyai kesempatan untuk bereproduksi
blueface napoleon tahun 2002 ke 2003
di alam disebabkan ukuran ikan blueface
penurunannya 12%, tahun 2003 ke 2004
yang ditangkap umumnya masih muda
penurunannya derastis yaitu 30%, bahkan
(juvenile), dimana ikan blueface napoleon
terlihat dari tahun tahun 2002 sampai 2010
ini untuk pemanfaatan atau keperluan ikan
mengalami kecendrungan penurunan dari di
hias sudah kategori recruitment overfishing
perairan Sulawesi Selatan (Gambar 4). Hal
yaitu kondisi ikan-ikan muda (juvenile) yang
ini
keberadaan
ditangkap secara berlebihan sehingga tidak
napoleon
ada pertumbuhan stok ikan dewasa yang
sudah
berasal dari ikan kelompok usia yang lebih
mengalami penurunan, seiring dengan hasil
muda, dengan kata lain dimana pertumbuhan
frekuensi produksi ikan injel napoleon setiap
stok ikan dewasa hanya terjadi melalui
tahunnya mengalami penurunan.
penambahan ukuran ikan dewasa yang
menunjukkan
populasi
ikan
kecendrungannya
bahwa
blueface
memang
Trend hasil produksi ikan blueface
napoleon di perairan Sulawesi Selatan setiap
tahun mengalami penurunan. Gambar 4.
Produksi dipengaruhi atas besarnya tingkat
upaya pemanfaatan terhadap target produksi
itu sendiri. Semakin besar target produksi
tersebut,
maka
tingkat
pengupayaan
terhadap target tersebut juga diintensifkan.
tersisa. Hal ini sejalan dengan Indra (2007),
di dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
yang tidak dilakukan dengan baik, akhirnya
akan terjadi kelebihan penangkapan ikan
(overfishing), dimana kategori overfishing
ada beberapa tipe tergantung pada tingkat
keseriusannya,
overfishing,
yaitu
biologically
recruitment
overfishing,
economically overfishing,
14
Gambar 5. Komposisi ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap di perairan Sulawesi
Selatan.
dan malthusin overfishing.
akan
Salah satu jenis ikan hias laut yang
banyak diminati pecinta ikan hias adalah
jenis ikan blueface napoleon. Jenis ikan ini
merupakan primadona bagi kolektor pecinta
akuarium air laut dan merupakan salah satu
komoditas ekspor disektor perikanan. Sektor
kelautan dan perikanan merupakan salah
ikan
blueface
napoleon.
Namun
demikian, berdasarkan Data AKKII dan
AKIS
2010,
menunjukkan
terjadinya
penurunan jumlah hasil tangkapan ikan injel
napoleon. Penurunan ini terutama pada
tahun 2002 hingga tahun 2010 untuk ukuran
M dan S (Gambar 5).
Pendugaan populasi pada ikan dapat
satu sumber pertumbuhan ekonomi yang
digunakan
penting diperhatikan karena kapasitas suplai
Jumlah individu ikan di dalam populasi dari
yang besar dan permintaan yang terus
suatu spesies ikan di lingkungan parameter
meningkat. Tingginya permintaan terutama
tertentu selalu berubah karena dipengaruhi
berasal dari negara-negara berkembang dan
oleh banyak faktor. Dengan mengetahui
maju
jumlah
keberadaan jumlah individu ikan di dalam
penduduk (Fauzi, 2006). Oleh sebab itu,
suatu perairan maka akan dapat mendukung
upaya penangkapannya semakin digalakkan
untuk mengetahui potensi di lingkungan
seiring dengan meningkatnya permintaan
perairan tersebut (FAO,199).
dengan
meningkatnya
sebagai
parameter
populasi.
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1,25.
4. Berdasarkan
Berdasarkan penelitian ini dapat
hasil
analisis
optimalisasi
penangkapan sumberdaya ikan napoleon
diketahui bahwa nilai proporsi sebesar 100%
disimpulkan sebagai berikut:
1.
kepuasan terdapat pada konsumen sebesar
Tingkat eksploitasi ikan blueface
napoleon di perairan Sulawesi Selatan
sudah mengalami kelebihan tangkap.
2.
Status penangkapan Ikan blueface
pada nilai ekonomi langsung. Nilai jual pada
ikan
napoleon
rendah
karena
jumlah
penangkapan per tahun terus menurun akibat
terus
berkurangnya
stok
dan
jumlah
napoleon diduga telah melampaui produksi
permintaan terus menurun akibat harga yang
tangkapan
terus naik.
lestari
(MSY).
Peningkatan
usaha (effort) tidak diikuti peningkatan
produksi bahkan produksi terus menurun
SARAN
1.
Dari hasil penelitian ini disarankan
dimana ukuran S (8,1 – 11 cm) dan M
untuk diberlakukannya batasan ukuran dan
(11,1– 15 cm) menurun lebih drastic
kuota tangkap untuk pemanfaatan ikan hias
dibanding ukuran lainnya.
3.
Hasil perhitungan surplus konsumen
didapatkan data bahwa fungsi penawaran Y=
Blueface
Napoleon
karena
kebanyakan
masih berukuran juvenil sehingga dapat
50.739x + 134815 dan fungsi permintaan
terjaga.
2.
Penelitian ini hanya menemukan
Y= -98.83x + 490333 maka didapatkan titik
sebagian kecil variabel yang diukur mampu
ekuilibrium sebesar Rp. 175.000 dan jumlah
menerangkan model produksinya, sehingga
ekuilibrium
penelitian
3200
ekor/tahun.
Besarnya
selanjutnya
disarankan
surplus konsumen pada ikan napoleon di
menggunakan variabel variable/aspek-aspek
Sulawesi Selatan selama lima tahun terakhir
biologi,
yaitu sebesar 200.000 sedangkan untuk
konservasi dalam model produksi.
3.
Penelitian ini hanya menemukan
surplus produsen pada ikan napoleon di
Sulawesi Selatan yaitu sebesar 150.000.
teknologi,
maupun
kebijakan
sebagian kecil variabel yang diukur mampu
Dari data perhitungan yang didapatkan
menerangkan model permintaan eksportnya,
perbandingan antara surplus produsen dan
sehingga penelitian selanjutnya diharapkan
konsumen pada komoditas ikan napoleon
mencari faktor-faktor yang dianggap lebih
yaitu
mampu menerangkan model permintaan
sebesar 1,25 yang berarti nilai
eksportnya.
16
4.
Untuk menjamin suplai ikan blueface
napoleon perlu penelitian upaya budidaya.
Journal of Fish Biology. 51(5) :
931 - 938.
Per Sparre dan Siebren C Venema, 1999.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G and M. Adrim. 2003. Coral Reef
Fishes of Indonesia. Zoological
Studies. 42 (1). pp. 1-72.
Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery
Systems. Blackweell Science,
London. pp. 370.
Effendie, M.I. 1992. Metoda Biologi
Perikanan. Yayasan Agromedia,
Introduksi Pengkajian Stok Ikan
ropis. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
PerikananPerikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Widodo, J. dan Suadi. 2008. Pengelolaan
Sumber Daya Perikanan Laut.
Gadjah Mada University Press.
Bogor. 112 hal.
FAO. 1998. Introduksi Pengkajian Stok
Ikan Tropis. Kerjasama dengan
Organisasi Pangan dan Pertanian
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Indra. 2007. Model Bio-Ekonomi Opsi
Rehabilitasi Sumber Daya
Perikanan di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam. Disertasi. IPB,
Bogor.
Munday, P. L. and Wilson, S. K. 1997.
"Comparative efficacy of clove oil
and other chemicals in
anaesthetization of Pomacentrus
amboinensis, a coral reef fish.
17
IKAN HIAS INJEL NAPOLEON / BLUEFACE NAPOLEON (POMACANTHUS
XANTHOMETAPON) DI PERAIRAN SULAWESI SELATAN
Elisah Fiyanih, Desi Triyani, Cyntia Kurniawati
Kelompok 7
Email : [email protected], [email protected], [email protected]
Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
This research aims at: 1) Determine the utilization of fish in the waters blueface napolen
South Sulawesi. 2) Knowing the production rate under on sustainability stocks in the waters of
South Sulawesi. 3) to analyze the size and age structure of fish in the waters blueface napolen
South Sulawesi. The basic method used in this research is descriptive and explanatory. Kinds of
data in this study based dimensiwaktu, the time series data (time series) and cross section (crosspoints) and the weight of the fish length.The Status of analysis is the use of the model to
determine the relationship FOX CPUE and effort. The composition of the length and weight of
fish length blueface napoleon analyzed descriptively in tables and graphs with units or
percentages.
Indonesian ornamental fish export growth between 1987 to 2010 are likely to continue to
rise. According AKKII and AKIS (2008), data obtained from the International Trade Center
(ITC) shows the average growth of import demand for the country to reach 15% per year.
Destination country or the world ornamental fish market, among others the European Union, the
USA, Japan, Singapore and Taiwan. The purpose of the study was to determine the factors that
affect the demand and supply of ornamental fish exports blueface napoleon and to determine the
level of supply and demand blueface napoleon fish and its relation to the level of utilization.
Ornamental fish export price blueface napoleon significant negative effect on the demand for
ornamental fish export blueface napoleon. Ornamental fish export price blueface pajamas
significant positive effect on the demand for ornamental fish export blueface napoleon. The
rupiah exchange rate against the dollar has no significant effect terhada p number blueface
napoleon fish export demand. Ornamental fish export price blueface napoleon and pajamas as
well as the exchange rate against the dollar significantly influence the number of ornamental fish
export demand blueface napoleon. Blueface Napoleon supply curve curved reverse (backward
bending supply curve) shows that the supply is declining despite rising prices for suspected fish
stock decreases.
Keywords: Demand, Supply, Export, Utilization, Ornamental Blueface Napoleon
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menentukan pemanfaatan ikan di perairan blueface
napolen Sulawesi Selatan. 2) Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran ekspor ikan hias blueface napoleon dan untuk mengetahui tingkat penawaran dan
permintaan ikan blueface napoleon serta kaitannya dengan tingkat pemanfaatan. Metode dasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan jelas. Jenis data dalam dimensiwaktu
studi berdasarkan ini, data time series (time series) dan cross section (cross-poin) dan berat
panjang ikan. Status analisis adalah penggunaan model untuk menentukan hubungan FOX CPUE
dan usaha. Komposisi panjang dan berat panjang ikan blueface napoleon dianalisis secara
deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik dengan unit atau persentase.
Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia mulai tahun 1987 sampai 2010 cenderung
terus meningkat. Menurut AKKII dan AKIS (2008), data yang diperoleh dari Intemasional Trade
Center (ITC) menunjukkan rata-rata pertumbuhan permintaan Negara impor mencapai 15% per
tahun. Negara tujuan atau pasar ikan hias dunia antara lain Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang,
Singapore dan Taiwan. Data dalam penelitian ini berdasarkan dimensi waktu, yaitu data time
series (runtut waktu) yang diperoleh dari data primer maupun sekunder dari perusahaan ekspotir
ikan hias dan asosiasi pengusaha ikan hias. Harga ekspor ikan hias blueface napoleon
berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan hias blueface napoleon.
Harga eksport ikan hias blueface piyama berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah
permintaan eksport ikan hias blueface napoleon. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan blueface napoleon. Harga
eksport ikan hias blueface napoleon dan injel piyama serta nilai tukar rupiah terhadap dollar
berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan ekspor ikan hias blueface napoleon. Kurva
penawaran blueface napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve)
menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga
stok semakin berkurang.
Kata kunci : Permintaan, Penawaran, Ekspor, Pemanfaatan, Ikan Hias Blueface Napoleon
PENDAHULUAN
Indonesia terletak dalam kawasan segitiga
diperkirakan sekitar 4.234 spesies ( Allen
terumbu karang (coral triangle) Dunia yang
dan
merupakan pusat keragaman biota laut
merupakan
tertinggi terutama spesies karang dan ikan
Indonesia.
hias yang sangat tinggi. Tercatat lebih dari
500 spesies karang dalam area sekitar
51.000 km2 dan telah teridentifikasi 2.057
spesies ikan dari 113 famili yang
Adrim,
2003).
salah
Produk
satu
perikanan
andalan
ekspor
Salah satu jenis ikan hias laut yang
banyak diminati pecinta ikan hias adalah
jenis ikan injel napoleon Pomacanthus
2
xanthometopon. Jenis ikan ini merupakan
atau penangkapan berkelanjutan merupakan
primadona bagi kolektor pecinta akuarium
isu
air laut dan merupakan salah satu komoditas
pengelolaan
ekspor disektor perikanan. Ikan blueface
mendatang.
napoleon
sebagai
komoditas
ekspor
perikanan kedua telah menyumbangkan
devisa pada tahun 1998 sebesar US$
215,134 juta atau naik sebesar 13,57 % dari
ekspor ikan blueface napoleon pada tahun
1997 yang mencapai US$ 189,43 juta.
Di
kawasan ASEAN,
pokok
dalam
pengembangan
perikanan
tangkap
dan
dimasa
Pengelolaan sumber daya perikanan
merupakan usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan
eksploitasi
sumber
daya
perikanan dengan tetap menjaga kelestarian
sumber daya. Pada umumnya pengelolaan
sumber daya perikanan tidak langsung
Indonesia
ditujukan pada organisme, akan tetapi lebih
menempati urutan kedua sebagai Negara
cenderung pada usaha pengaturan aktivitas
produsen ikan blueface napoleon setelah
penangkapan dan upaya perbaikan kondisi
Philipina. Hal ini disebabkan perbedaan
lingkungan (Charles, 1994; FAO, 1995;
tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah
Charles, 2001).
maupun teknologi penggunaan alat tangkap.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
yang penting diperhatikan karena kapasitas
suplai yang besar dan permintaan yang terus
meningkat.
Penggunaan produksi surplus adalah
untuk menentukan tingkat upaya optimum,
yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan
suatu hasil tangkapan maksimum lestari
tanpa
secara
Tingginya
jangka
produktifitas
panjang
stok
(Maximum
terutama
Sustainable Yield/ MSY). Model ini dapat
berasal dari negara-negara berkembang dan
diterapkan bila dapat diperkirakan dengan
maju
baik
dengan
permintaan
mempengaruhi
meningkatnya
jumlah
tentang
hasil
tangkapan
total
penduduk (Andrews, C. 2006). Oleh sebab
(berdasarkan spesies) dan hasil tangkapan
itu,
semakin
per unit upaya (CPUE) per spesies atau
digalakkan seiring dengan meningkatnya
CPUE berdasarkan spesies dan upaya
permintaan akan ikan blueface napoleon.
penangkapan dalam beberapa tahun (FAO,
Pemanfaatan
1998).
upaya
penangkapannya
sumber
daya
perikanan
bertanggung jawab atau ramah lingkungan
3
Pengelolaan sumber daya perikanan
banyak dipergunakan dengan pendekatan
pencegahan. Menurut Charles(2001) dalam
rangka
mendukung
implementasi
pendekatan pencegahan dalam manajemen
perikanan, maka kegiatan penelitian perlu
mengadopsi pada kebutuhan baru dan harus
Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam
Disebut
sebagai
keinginan
membayar (willingness to pay) seseorang
terhadap barang atau jasa yang dihasilkan
oleh sumberdaya alam dan lingkungan
(Djijono 2002).
memenuhi kriteria. Kekurangan informasi
Konsep dan Teknik Valuasi Ekonomi
penelitian jangan dijadikan alasan untuk
Sumberdaya Alam
menunda pengukuran biaya efektif untuk
mencegah penurunan kualitas lingkungan.
Oleh
sebab
itu,
diperlukan
informasi
minimum dalam memulai dan melanjutkan
kegiatan usaha perikanan dan perluasan
kisaran penggunaan model–model perikanan
(seperti model bioekonomi, multi spesis,
Konsep
ini
mendefiniskan
nilai
ekonomi sebagai nilai ekonomi total yang
merupakan penjumlahan dari nilai-nilai
pemanfaatan (use values) dan nilai-nilai
non-pemanfaatan (non-use values).
Krutila
(1967)
memperkenalkan
laku,
dan
konsep valuasi ekonomi total, yaitu sebuah
antara
lain
usaha untuk memasukkan seluruh nilai dari
adalah dampak lingkungan, interaksi spesies
kedua komponen nilai ekonomi sumberdaya
dan teknologi, dan tingkah laku social
alam, yaitu use value dan non-use value.
ekosistim
dan
tingkah
pertimbanganpertimbangan
masyarakat nelayan.
Pendekatan
Menurut Fauzi A (2000), metode
pemanfaatan
dan
lainnya yang termasuk dalam pendekatan
pengelolaan perikanan secara berkelanjutan
nonmarked
based
untuk usaha ikan hias di Perusahaan ikan
expenditure
dan
hias
salah satu
Preventinve expenditure menempatkan nilai
alternative pendekatan efektif dan efisien
sumberdaya alam dan lingkungan dari
bagi masing-masing pelaku kegiatan. Hal ini
seseorang atau individu yang memiliki
tentunya akan sangat menunjang industry
keinginan
ikan hias untuk semua jenis ikan hias yang
degradasi
lingkungan
sampai saat ini masih kekurangan pasokan.
mengurangi
pengaruh
setidaknya
merupakan
adalah
preventinve
replacement
membayar
untuk
atau
buruk
cost.
mencegah
untuk
terhadap
sumberdaya alam dan lingkungan.
4
Adapun dalam teknik replacement
oleh konsumen untuk tiap unit yang
cost,nilai sumberdaya alam didekati dari
dikonsumsi. Gambar 1, menggambarkan
biaya atau pengeluaran untuk restorasi
kurva permintaan dan hubungannya dengan
sumberdaya alam. Menurut Djijono (2002),
keinginan membayar serta besarnya surplus
dengan menggunakan kurva permintaan
konsumen.
dapat mengukur jumlah yang akan dibayar
Konsep
Pengukuran
Nilai
Ekonomi
Sumberdaya
(direct use value),nilai penggunaan tidak
Secara tradisional nilai terjadi didasarkan
pada interaksi antara manusia
sebagai
subjek (penilai) dan obyek (sesuatu yang
dinilai) (Pearce dan Moran, 1994; Turner,
Pearce dan Bateman, 1994). Setiap individu
memiliki sejumlah nilai yang
dikatakan
sebagai nilai penguasaan (held value) yang
merupakan basis preferensi individu. Pada
akhirnya
nilai
lagi menjadi nilai penggunaan langsung
obyek
ditentukan
oleh
bermacam-macam nilai yang dinyatakan
(assigned value) oleh individu (Pearce dan
Turner, 1990).
Nilai ekonomi atau total nilai ekonomi suatu
sumberdaya secara garis besar
dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu nilai
penggunaan ( use value ) dan nilai intrinsik
(non use value) (Pearce dan Turner, 1990;
Pearce dan Moran, 1994; Turner, Pearce dan
Bateman, 1994). Selanjutnya dijelaskan
bahwa nilai penggunaan (use value) dibagi
langsung (indirect use value) dan nilai
pilihan (option value). Nilai penggunaan
diperoleh
dari
lingkungan
pemanfaatan
aktual
(Turner,Pearce
Bateman,1994).
Nilai
dan
penggunaan
berhubungan dengan nilai karena responden
memanfaatkannya
atau
berharap
akan
memanfaatkan di masa mendatang (Pearce
dan
Moran,
1994).
Nilai
penggunaan
langsung adalah nilai yang ditentukan oleh
kontribusi lingkungan pada aliran produksi
dan konsumsi (Munasinghe, 1993).
Nilai
dengan
penggunaan
output
langsung
yang
berkaitan
langsung
dapat
dikonsumsi misalnya makanan, biomas,
kesehatan, rekreasi (Pearce dan Moran,
1994). Sedangkan nilai penggunaan tidak
langsung ditentukan oleh manfaat yang
berasal dari jasa-jasa lingkungan dalam
mendukung aliran produksi dan konsumsi
(Munasinghe, 1993).
5
napoleon, dan upaya penangkapan (effort)
berupa lama trip penangkapan tiap jenis alat
TUJUAN PENELITIAN
1.
tangkap.
Membuat model surplus konsumen
pendekatan
Pengolahan
data
melalui
Schaefer,
dihitung
dengan
dan produsen sumberdaya ikan hias laut
menggunakan alat bantu program Excel.
Injel
Rumus
Napoleon
xanthometapon)
(Pomacanthus
di
Perairan
Sulawesi
Y qKf
Selatan.
2.
Membuat model valuasi dan Net
Present value sumberdaya ikan hias laut
Injel
Napoleon
xanthometapon)
di
(Pomacanthus
Perairan
Sulawesi
K
(konstanta)
= carriying capacity = daya dukung
Q
lingkungan (konstanta)
= fishing capacity =
F
penangkapan ikan (konstanta)
= effort = upaya penangkapan (trip)
tropis
Pendekatan biologi dalam pengelolaan
sumberdaya ikan hias blueface napoleon
pomacanthus xanthometapon menggunakan
Production
Produksi Surplus).
Method
(Metode
Metode ini digunakan
untuk menghitung potensi lestari (MSY) dan
(tingkat
pemanfaatan)
penangkapan (f) dengan hasil tangkapan per
upaya
(CPUE).
Data
yang
diperlukan berupa data hasil tangkapan
(catch)
tiap
jenis
ikan
hias
khususnya
di
Indonesia
adalah
multispecies dan multigear, maka untuk
menghitung
potensi
didasarkan
pada
perhitungan tiap spesies, sehingga dapat
didekati dengan rumus:
Upaya optimum: f msy 0.5 *
a
dan
b
hasil
tangkapan maksimum pada tingkat fmsy
optimum
dengan cara menganalisa hubungan upaya
satuan
kapasitas
Mengingat sifat perikanan di daerah
PENDEKATAN
upaya
2
= yield = hasil tangkapan ikan (ton)
= recruitment
=
rekruitmen
Selatan.
Surplus
adalah:
Y
R
Mengetahui tingkat produksi untuk
keberlanjutan stok di Perairan Sulawesi
q 2 Kf
r
digunakan
Keterangan:
Selatan.
3.
yang
blueface
adalah C msy 0.25 *
a2
. Konstanta a dan b
b
dihitung dengan menggunakan persamaan
Y
a bf
f
jika f
a
b
6
Y/f adalah hasil tangkapan per upaya
(Clark,
1985).
Asumsi
dasar
yang
penangkapan. Y adalah hasil tangkapan ikan
digunakan
(ton), yaitu keseluruhan hasil tangkapan
tangkapan
suatu jenis ikan, sedangkan f adalah upaya
penangkapan
penangkapan ikan standar, yaitu keseluruhan
Harga ikan (p) dan biaya marginal upaya
jumlah upaya penangkapan ikan yang
penangkapan masing-masing mencerminkan
digunakan untuk menangkap suatu jenis
manfaat marginal dari ikan hasil tangkapan
ikan tertentu. Jumlah trip penangkapan dari
bagi masyarakat dan biaya sosial marginal
suatu armada penangkapan ikan biasanya
upaya penangkapan.
merefleksikan upaya penangkapan yang
tersebut,
dimaksud.
penangkapan (TR) digambarkan dengan
Upaya
penangkapan
standar
diperoleh dengan cara terlebih dahulu
Index)
menggunakan
yang
metode
dihitung
dengan
standarisasi
alat
penangkapan
terhadap
penawaran
adalah
total
elastis
upaya
sempurna.
Berdasarkan asumsi
penerimaan
dari
usaha
TR pY
Total biaya penangkapan (TC) digambarkan
dengan persamaan:
TC cf
tangkap (Guland, 1983). Bila dua kapal
melakukan
dan
persamaan:
dilakukan perhitungan nilai FPI (Fishing
Power
adalah permintaan ikan hasil
Penerimaan bersih (keuntungan) dari usaha
sumberdaya yang sama dan dalam kondisi
penangkapan ikan ( ) adalah:
yang sama, maka daya tangkap relatif kapal
TR TC pY cf
A relatif terhadap kapal B adalah:
METODELOGI
PA(B) = CPUE dari kapal B
Penelitian
CPUE dari kapal A
metode
Kapal A sering disebut sebagai kapal
standar, sehingga apabila jumlah kapal A
(NA) dan jumlah kapal B (NB) maka upaya
penangkapan secara keseluruhan adalah:
menggunakan
model
dilakukan
Metode
dasar
dengan
yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Macam data dalam
penelitian ini berdasarkan dimensi waktu,
yaitu data time series (runtut waktu) dan
cross section (silang tempat) yang diperoleh
Ftotal 1.0 * NA PA ( B) * NB
Pendekatan
dasar.
ini
bio-ekonomi
dari akses internet dari perusahaan ekspotir
Gordon-Schaefer
7
ikan hias dan Asosiasi Koral dan Ikan Hias
dari individu ikan tersebut dalam satu unit
Sulawesi (AKIS).
area (Ricker, 1975; Effendie, 1997). Untuk
mengetahui
upaya
tangkapan
optimum
(Eopt), dihitung menggunakan model FOX.
Metode Pengambilan Data
Beberapa persamaan yang diperlukan dalam
model ini (Sparre and Venema, 1999) :
Status Pemanfaatan
Hubungan antara CPUE dengan upaya
Pada pengamatan status pemanfaatan data
tangkapan (E) : Ln CPUE = a + bE (1)
sekunder :
1.
Data Sekunder, yaitu data yang
diperoleh dari kantor atau perusahaan dan
Asosiasi Koral,Kerang, dan Ikan Hias
Indonesia (AKKII) dan Asosiasi Koral dan
Ikan Hias Sulawesi (AKIS) yang erat
kaitannya dengan data yang diperlukan
untuk melengkapi data primer, seperti data
time
series
peroduksi
ikan
blueface
napoleon. Jenis dan sumber data yang
diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas :
Analisis Data
Status Pemanfaatan
Catch per unit effort (C/f) merupakan indeks
kepadatan relatif. Kepadatan ikan blueface
napoleon
dapat
diduga
dengan
menggunakan data hasil tangkapan dan
upaya dari suatu seri penangkapan. Metode
ini
dapat
digunakan
untuk
menduga
besarnya populasi dimana situasinya tidak
praktis untuk mendapat jumlah yang pasti
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rp.150.000. Dari data perhitungan yang
Dari tabel didapatkan data bahwa
didapatkan diperoleh perbandingan antara
fungsi penawaran Y= 50.739x + 134815
surplus
dan fungsi permintaan Y= -98.83x +
komoditas ikan napoleon yaitu sebesar 1,25
490333 maka didapatkan titik ekuilibrium
yang berarti nilai kepuasan terdapat pada
sebesar Rp. 175.000 dan jumlah ekuilibrium
konsumen sebesar 1,25.
3200 ton. Besarnya surplus konsumen pada
ikan napoleon di Sulawesi Selatan selama
produsen dan konsumen pada
Valuasi dan Net Present Value
lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp.200.000
Perhitungan valuasi komoditas ikan
sedangkan untuk surplus produsen pada ikan
napoleon di Sulawesi Selatan dilakukan
napoleon di Sulawesi Selatan yaitu sebesar
dengan menghitung total nilai ekonomi
langsung dan nilai ekonomi tidak langsung.
9
Nilai ekonomi total adalah total keseluruhan
total valuation. Pendekatan impact analysis
nilai ekonomi langsung dan nilai ekonomi
dilakukan apabila nilai ekonomi ekosistem
tidak
dilihat dari dampak yang mungkin timbul
langsung
yang
didapat
oleh
penangkapan ikan napoleon di Sulawesi
sebagai
Selatan.
misalnya akibat reklamasi pantai terhadap
Proporsi
ekonomi
total
terbesar
adalah
dalam
nilai
nilai
ekonomi
akibat
ekosistem
dari
pesisir.
aktivitas
tertentu,
Pendekatan
partial
langsung penangkapan ikan napoleon. Nilai
analysis dilakukan dengan menetapkan dua
ini terdiri atas nilai potensi
atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan
Ikan napoleon yang tertangkap yang
memiliki nilai ekonomis dan harga jual di
pasaran. Selanjutnya, proporsi nilai ekonomi
tidak langsung, nilai pilihan dan nilai
keberadaan tidak memberikan nilai ekonomi
yang
terlalu
tinggi.
valuation dilakukan untuk menduga total
kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem
tertentu kepada masyarakat.
Pada prinsipnya valuasi ekonomi
tersebut
bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi
memberikan gambaran nilai keseluruhan
terhadap sumberdaya yang digunakan sesuai
dari fungsi dan manfaat yang dimiliki oleh
dengan nilai riil menurut sudut pandang
komoditas
masyarakat.
ikan
Nilai
ekosistem. Sementara itu, pendekatan total
napoleon
dilaut.
Salah
satu
cara
untuk
Berdasarkan atas tingginya nilai persentase
melakukan valuasi ekonomi adalah dengan
nilai ekonomi langsung dibandingkan nilai
menghitung Nilai Ekonomi Total (NET).
ekonomi tidak langsung, nilai pilihan dan
Nilai Ekonomi Total adalah nilai-nilai
nilai keberadaan, maka diketahui bahwa
ekonomi yang terkandung dalam suatu
aktifitas
ikan
sumberdaya alam, baik nilai guna maupun
napoleon masih dapat dilakukan dalam skala
nilai fungsional yang harus diperhitungkan
kecil
dalam menyusun kebijakan pengelolaannya
pemanfaatan
dengan
sumberdaya
penerapan
sistem
supra
intensif. Pada penelitian ini diketahui bahwa
sehingga
nilai
tinggi
penggunaannya dapat ditentukan secara
dibandingkan dengan nilai guna tidak
benar dan mengenai sasaran. NET atau Total
langsung. Menurut Barbier et. al., (1997)
Economic Value (TEV) dapat ditulis dalam
dalam
persamaan
guna
Irmadi
langsung
(2004),
lebih
ada
tiga
jenis
pendekatan penilaian sebuah ekosistem alam
alokasi
matematis
dan
sebagai
alternatif
berikut
(CSERGE, 1994 dalam Irmadi, 2004):
yaitu impact analysis, partial analysis dan
10
TEV = UV + NUV = (DUV + IUV +
OV) + (EV + BV)
secara langsung dapat dimanfaatkan. Nilai
kegunaan tidak langsung (IUV) yaitu barang
Namun dalam hal ini yang digunaka
hanya Direct Use Value (DUV) dan Indirect
Use Value (IUV). Nilai kegunaan langsung
(DUV) yaitu output (barang dan jasa) yang
dan jasa yang ada karena keberadaan suatu
sumberdaya yang tidak secara langsung
dapat
diambil
dari
sumberdaya
alam
tersebut.
terkandung dalam suatu sumberdaya yang
Nilai Potensi Ekonomi Total ikan Napoleon selama 5 tahun terakhir di Sulawesi
Selatan
Nilai Ekonomi Langsung
Nilai Ekonomi Rp/ha/Th
Nilai Penjualan
210.000.000
Total Nilai Ekonomi Langsung
Total Nilai Ekonomi
210.000.000
210.000.000
% Proporsi
Nilai ha/th
100 %
100%
napoleon diketahui bahwa nilai proporsi
sebesar 100% pada nilai ekonomi langsung.
Nilai jual pada ikan napoleon sangat tinggi
NPV=
karena jumlah penangkapan per tahun
meningkat dan jumlah permintaan naik .
NPV=
Berdasarkan hasil dari NPV sebesar Rp.
NPV=209200000
209200000
Hasil penangkapan ikan napoleon
selama
1 tahun sebesar 1,2ton/tahun x
1.750.000= 210.000.000/tahun (Benefit dari
suatu penangkapan pada tahun ke-t).
Nilai Biaya dari suatu penangkapan pada
tahun ke-t= 15.000.000 x 12=180.000.000.
Berdasarkan
hasil
analisis
yang
berarti
bahwa
usaha
tambak udang vanamee dengan teknik
supra intensif akan memperoleh net benefit
sebesarRp. 209200000 selama umur usaha
(5 tahun) tersebut apabila dinilai dari
sekarang.
Upaya penangkapan (effort)
optimalisasi penangkapan sumberdaya ikan
11
Upaya penangkapan (effort) untuk
dengan peningkatan upaya penangkapan
ikan blueface napoleon tahun 2002-2010
akan menurunkan produksi hasil tangkapan.
berfluktuasi
kecenderungan
Hal ini disebabkan oleh kondisi potensi
meningkat (Gambar 2). Upaya penangkapan
sumber daya yang telah dimanfaatkan secara
terendah terjadi pada tahun 2004 dan 2005
intensif yang menjadi salah satu indikator
sebesar 195 orang nelayan, sedangkan upaya
kondisi overfishing(kelebihan penangkapan)
penangkapan tertinggi terjadi pada tahun
terhadap ikan injel napoleon di perairan
2010 sebesar 234 orang nelayan.
Pangkep dan Selayar. Penurunan hasil
dengan
Penambahan upaya yang merupakan
salah satu alternatif untuk meningkatkan
produksi tidak menunjukkan korelasi positif,
sebagaimana yang terjadi pada tahun 2004 2010. Produksi pada tahun 2004 mengalami
penurunan dari 5.512 ekor menjadi 3.166
ekor di tahun 2010, meskipun upayanya
tangkapan tersebut dengan peningkatan
jumlah upaya penangkapan dapat menjadi
indikasi over eksploitasi. Ukuran ikan
blueface napoleon yang tertangkappun pada
umumnya berukuran kecil dengan umur
sampel tidak lebih dari 2 tahun dan belum
ditemukan induk yang matang gonad.
bertambah dari 195 orang nelayan di tahun
Hasil total tangkapan dan upaya
2004 menjadi 234 orang nelayan di tahun
penangkapan blueface napoleon sepanjang
2010.
tahun 2004 – 2010 menunjukkan grafik yang
Berdasarkan
kondisi
ini
dapat
dinyatakan bahwa pada batas-batas tertentu
menurun (Gambar 3).
Gambar 2. Trend total tangkapan, upaya, dan CPUE ikan injel napoleon
12
Gambar 3. Hubungan antara total tangkapan dan upaya penangkapan 2004 – 2010
Gambar 4. Frekuensi penurunan produksi ikan injel napoleon di perairan Sulawesi
Selatan
Grafik
gambar
yang
tersebut
diperlihatkan
menunjukkan
pada
sudah melampaui MSY, dimana peningkatan
bahwa
effort tidak dapat meningkatkan produksi
walaupun upaya ditingkatkan tetapi hasil
tetapi
hasil
tangkapan
tetap
menurun
tangkapan tetap menurun. Hal ini diduga
sehingga berada pada posisi overfishing
juga berkaitan dengan kondisi sumberdaya
sebagaimana bila diilustrasikan terlihat pada
yang menjadi target penangkapan. Status
kurva MSY. Hal ini sejalan dengan Fauzi
penangkapan ikan blueface napoleon yang
(2006), menunjukkan bahwa jika tidak ada
dilakukan dalam kurun waktu tersebut
aktivitas perikanan (upaya=0), produksi juga
diduga telah melewati titik optimum atau
akan nol. Ketika upaya terus dinaikkan, pada
13
titik EMSY akan diperoleh produksi yang
Dalam perikanan, hal semacam ini tidak
maksimum. Produksi pada titik ini disebut
selalu memberikan hasil positif karena
sebagai titik Maximum Sustainable Yield.
banyaknya faktor yang mempengaruhinya,
Karena sifat dari kurva Yield-Effort yang
terutama keberadaan sumberdaya perikanan
berbentuk kuadratik, peningkatan upaya
itu
yang terus menerus setelah melewati titik
penangkapan dan kondisi oceanografis.
EMSY tidak dibarengi dengan peningkatan
produksi
lestari
maka
sudah
terjadi
overfishing(penangkapan berlebihan).
sendiri,
kemampuan
armada
Menurunnya populasi ikan blueface
napoleon disamping karena over exploitasi,
ikan
tersebut
juga
kebanyakan
tidak
Frekuensi penurunan produksi ikan
mempunyai kesempatan untuk bereproduksi
blueface napoleon tahun 2002 ke 2003
di alam disebabkan ukuran ikan blueface
penurunannya 12%, tahun 2003 ke 2004
yang ditangkap umumnya masih muda
penurunannya derastis yaitu 30%, bahkan
(juvenile), dimana ikan blueface napoleon
terlihat dari tahun tahun 2002 sampai 2010
ini untuk pemanfaatan atau keperluan ikan
mengalami kecendrungan penurunan dari di
hias sudah kategori recruitment overfishing
perairan Sulawesi Selatan (Gambar 4). Hal
yaitu kondisi ikan-ikan muda (juvenile) yang
ini
keberadaan
ditangkap secara berlebihan sehingga tidak
napoleon
ada pertumbuhan stok ikan dewasa yang
sudah
berasal dari ikan kelompok usia yang lebih
mengalami penurunan, seiring dengan hasil
muda, dengan kata lain dimana pertumbuhan
frekuensi produksi ikan injel napoleon setiap
stok ikan dewasa hanya terjadi melalui
tahunnya mengalami penurunan.
penambahan ukuran ikan dewasa yang
menunjukkan
populasi
ikan
kecendrungannya
bahwa
blueface
memang
Trend hasil produksi ikan blueface
napoleon di perairan Sulawesi Selatan setiap
tahun mengalami penurunan. Gambar 4.
Produksi dipengaruhi atas besarnya tingkat
upaya pemanfaatan terhadap target produksi
itu sendiri. Semakin besar target produksi
tersebut,
maka
tingkat
pengupayaan
terhadap target tersebut juga diintensifkan.
tersisa. Hal ini sejalan dengan Indra (2007),
di dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
yang tidak dilakukan dengan baik, akhirnya
akan terjadi kelebihan penangkapan ikan
(overfishing), dimana kategori overfishing
ada beberapa tipe tergantung pada tingkat
keseriusannya,
overfishing,
yaitu
biologically
recruitment
overfishing,
economically overfishing,
14
Gambar 5. Komposisi ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap di perairan Sulawesi
Selatan.
dan malthusin overfishing.
akan
Salah satu jenis ikan hias laut yang
banyak diminati pecinta ikan hias adalah
jenis ikan blueface napoleon. Jenis ikan ini
merupakan primadona bagi kolektor pecinta
akuarium air laut dan merupakan salah satu
komoditas ekspor disektor perikanan. Sektor
kelautan dan perikanan merupakan salah
ikan
blueface
napoleon.
Namun
demikian, berdasarkan Data AKKII dan
AKIS
2010,
menunjukkan
terjadinya
penurunan jumlah hasil tangkapan ikan injel
napoleon. Penurunan ini terutama pada
tahun 2002 hingga tahun 2010 untuk ukuran
M dan S (Gambar 5).
Pendugaan populasi pada ikan dapat
satu sumber pertumbuhan ekonomi yang
digunakan
penting diperhatikan karena kapasitas suplai
Jumlah individu ikan di dalam populasi dari
yang besar dan permintaan yang terus
suatu spesies ikan di lingkungan parameter
meningkat. Tingginya permintaan terutama
tertentu selalu berubah karena dipengaruhi
berasal dari negara-negara berkembang dan
oleh banyak faktor. Dengan mengetahui
maju
jumlah
keberadaan jumlah individu ikan di dalam
penduduk (Fauzi, 2006). Oleh sebab itu,
suatu perairan maka akan dapat mendukung
upaya penangkapannya semakin digalakkan
untuk mengetahui potensi di lingkungan
seiring dengan meningkatnya permintaan
perairan tersebut (FAO,199).
dengan
meningkatnya
sebagai
parameter
populasi.
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1,25.
4. Berdasarkan
Berdasarkan penelitian ini dapat
hasil
analisis
optimalisasi
penangkapan sumberdaya ikan napoleon
diketahui bahwa nilai proporsi sebesar 100%
disimpulkan sebagai berikut:
1.
kepuasan terdapat pada konsumen sebesar
Tingkat eksploitasi ikan blueface
napoleon di perairan Sulawesi Selatan
sudah mengalami kelebihan tangkap.
2.
Status penangkapan Ikan blueface
pada nilai ekonomi langsung. Nilai jual pada
ikan
napoleon
rendah
karena
jumlah
penangkapan per tahun terus menurun akibat
terus
berkurangnya
stok
dan
jumlah
napoleon diduga telah melampaui produksi
permintaan terus menurun akibat harga yang
tangkapan
terus naik.
lestari
(MSY).
Peningkatan
usaha (effort) tidak diikuti peningkatan
produksi bahkan produksi terus menurun
SARAN
1.
Dari hasil penelitian ini disarankan
dimana ukuran S (8,1 – 11 cm) dan M
untuk diberlakukannya batasan ukuran dan
(11,1– 15 cm) menurun lebih drastic
kuota tangkap untuk pemanfaatan ikan hias
dibanding ukuran lainnya.
3.
Hasil perhitungan surplus konsumen
didapatkan data bahwa fungsi penawaran Y=
Blueface
Napoleon
karena
kebanyakan
masih berukuran juvenil sehingga dapat
50.739x + 134815 dan fungsi permintaan
terjaga.
2.
Penelitian ini hanya menemukan
Y= -98.83x + 490333 maka didapatkan titik
sebagian kecil variabel yang diukur mampu
ekuilibrium sebesar Rp. 175.000 dan jumlah
menerangkan model produksinya, sehingga
ekuilibrium
penelitian
3200
ekor/tahun.
Besarnya
selanjutnya
disarankan
surplus konsumen pada ikan napoleon di
menggunakan variabel variable/aspek-aspek
Sulawesi Selatan selama lima tahun terakhir
biologi,
yaitu sebesar 200.000 sedangkan untuk
konservasi dalam model produksi.
3.
Penelitian ini hanya menemukan
surplus produsen pada ikan napoleon di
Sulawesi Selatan yaitu sebesar 150.000.
teknologi,
maupun
kebijakan
sebagian kecil variabel yang diukur mampu
Dari data perhitungan yang didapatkan
menerangkan model permintaan eksportnya,
perbandingan antara surplus produsen dan
sehingga penelitian selanjutnya diharapkan
konsumen pada komoditas ikan napoleon
mencari faktor-faktor yang dianggap lebih
yaitu
mampu menerangkan model permintaan
sebesar 1,25 yang berarti nilai
eksportnya.
16
4.
Untuk menjamin suplai ikan blueface
napoleon perlu penelitian upaya budidaya.
Journal of Fish Biology. 51(5) :
931 - 938.
Per Sparre dan Siebren C Venema, 1999.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G and M. Adrim. 2003. Coral Reef
Fishes of Indonesia. Zoological
Studies. 42 (1). pp. 1-72.
Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery
Systems. Blackweell Science,
London. pp. 370.
Effendie, M.I. 1992. Metoda Biologi
Perikanan. Yayasan Agromedia,
Introduksi Pengkajian Stok Ikan
ropis. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
PerikananPerikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Widodo, J. dan Suadi. 2008. Pengelolaan
Sumber Daya Perikanan Laut.
Gadjah Mada University Press.
Bogor. 112 hal.
FAO. 1998. Introduksi Pengkajian Stok
Ikan Tropis. Kerjasama dengan
Organisasi Pangan dan Pertanian
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Indra. 2007. Model Bio-Ekonomi Opsi
Rehabilitasi Sumber Daya
Perikanan di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam. Disertasi. IPB,
Bogor.
Munday, P. L. and Wilson, S. K. 1997.
"Comparative efficacy of clove oil
and other chemicals in
anaesthetization of Pomacentrus
amboinensis, a coral reef fish.
17