Ekonomi Sumber Daya Perikanan .

ANALISIS BIOEKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA
IKAN HIAS INJEL NAPOLEON / BLUEFACE NAPOLEON (POMACANTHUS
XANTHOMETAPON) DI PERAIRAN SULAWESI SELATAN
Elisah Fiyanih, Desi Triyani, Cyntia Kurniawati
Kelompok 7
Email : [email protected], [email protected], [email protected]
Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT
This research aims at: 1) Determine the utilization of fish in the waters blueface napolen
South Sulawesi. 2) Knowing the production rate under on sustainability stocks in the waters of
South Sulawesi. 3) to analyze the size and age structure of fish in the waters blueface napolen
South Sulawesi. The basic method used in this research is descriptive and explanatory. Kinds of
data in this study based dimensiwaktu, the time series data (time series) and cross section (crosspoints) and the weight of the fish length.The Status of analysis is the use of the model to
determine the relationship FOX CPUE and effort. The composition of the length and weight of
fish length blueface napoleon analyzed descriptively in tables and graphs with units or
percentages.
Indonesian ornamental fish export growth between 1987 to 2010 are likely to continue to
rise. According AKKII and AKIS (2008), data obtained from the International Trade Center
(ITC) shows the average growth of import demand for the country to reach 15% per year.
Destination country or the world ornamental fish market, among others the European Union, the

USA, Japan, Singapore and Taiwan. The purpose of the study was to determine the factors that
affect the demand and supply of ornamental fish exports blueface napoleon and to determine the
level of supply and demand blueface napoleon fish and its relation to the level of utilization.
Ornamental fish export price blueface napoleon significant negative effect on the demand for
ornamental fish export blueface napoleon. Ornamental fish export price blueface pajamas
significant positive effect on the demand for ornamental fish export blueface napoleon. The
rupiah exchange rate against the dollar has no significant effect terhada p number blueface
napoleon fish export demand. Ornamental fish export price blueface napoleon and pajamas as
well as the exchange rate against the dollar significantly influence the number of ornamental fish
export demand blueface napoleon. Blueface Napoleon supply curve curved reverse (backward
bending supply curve) shows that the supply is declining despite rising prices for suspected fish
stock decreases.
Keywords: Demand, Supply, Export, Utilization, Ornamental Blueface Napoleon

1

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menentukan pemanfaatan ikan di perairan blueface
napolen Sulawesi Selatan. 2) Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran ekspor ikan hias blueface napoleon dan untuk mengetahui tingkat penawaran dan

permintaan ikan blueface napoleon serta kaitannya dengan tingkat pemanfaatan. Metode dasar
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan jelas. Jenis data dalam dimensiwaktu
studi berdasarkan ini, data time series (time series) dan cross section (cross-poin) dan berat
panjang ikan. Status analisis adalah penggunaan model untuk menentukan hubungan FOX CPUE
dan usaha. Komposisi panjang dan berat panjang ikan blueface napoleon dianalisis secara
deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik dengan unit atau persentase.
Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia mulai tahun 1987 sampai 2010 cenderung
terus meningkat. Menurut AKKII dan AKIS (2008), data yang diperoleh dari Intemasional Trade
Center (ITC) menunjukkan rata-rata pertumbuhan permintaan Negara impor mencapai 15% per
tahun. Negara tujuan atau pasar ikan hias dunia antara lain Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang,
Singapore dan Taiwan. Data dalam penelitian ini berdasarkan dimensi waktu, yaitu data time
series (runtut waktu) yang diperoleh dari data primer maupun sekunder dari perusahaan ekspotir
ikan hias dan asosiasi pengusaha ikan hias. Harga ekspor ikan hias blueface napoleon
berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan hias blueface napoleon.
Harga eksport ikan hias blueface piyama berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah
permintaan eksport ikan hias blueface napoleon. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak
berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan blueface napoleon. Harga
eksport ikan hias blueface napoleon dan injel piyama serta nilai tukar rupiah terhadap dollar
berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan ekspor ikan hias blueface napoleon. Kurva
penawaran blueface napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve)

menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga
stok semakin berkurang.
Kata kunci : Permintaan, Penawaran, Ekspor, Pemanfaatan, Ikan Hias Blueface Napoleon

PENDAHULUAN
Indonesia terletak dalam kawasan segitiga

diperkirakan sekitar 4.234 spesies ( Allen

terumbu karang (coral triangle) Dunia yang

dan

merupakan pusat keragaman biota laut

merupakan

tertinggi terutama spesies karang dan ikan

Indonesia.


hias yang sangat tinggi. Tercatat lebih dari
500 spesies karang dalam area sekitar
51.000 km2 dan telah teridentifikasi 2.057
spesies ikan dari 113 famili yang

Adrim,

2003).
salah

Produk

satu

perikanan

andalan

ekspor


Salah satu jenis ikan hias laut yang
banyak diminati pecinta ikan hias adalah
jenis ikan injel napoleon Pomacanthus
2

xanthometopon. Jenis ikan ini merupakan

atau penangkapan berkelanjutan merupakan

primadona bagi kolektor pecinta akuarium

isu

air laut dan merupakan salah satu komoditas

pengelolaan

ekspor disektor perikanan. Ikan blueface


mendatang.

napoleon

sebagai

komoditas

ekspor

perikanan kedua telah menyumbangkan
devisa pada tahun 1998 sebesar US$
215,134 juta atau naik sebesar 13,57 % dari
ekspor ikan blueface napoleon pada tahun
1997 yang mencapai US$ 189,43 juta.
Di

kawasan ASEAN,

pokok


dalam

pengembangan

perikanan

tangkap

dan

dimasa

Pengelolaan sumber daya perikanan
merupakan usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan

eksploitasi

sumber


daya

perikanan dengan tetap menjaga kelestarian
sumber daya. Pada umumnya pengelolaan
sumber daya perikanan tidak langsung

Indonesia

ditujukan pada organisme, akan tetapi lebih

menempati urutan kedua sebagai Negara

cenderung pada usaha pengaturan aktivitas

produsen ikan blueface napoleon setelah

penangkapan dan upaya perbaikan kondisi

Philipina. Hal ini disebabkan perbedaan


lingkungan (Charles, 1994; FAO, 1995;

tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah

Charles, 2001).

maupun teknologi penggunaan alat tangkap.
Sektor kelautan dan perikanan merupakan
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
yang penting diperhatikan karena kapasitas
suplai yang besar dan permintaan yang terus
meningkat.

Penggunaan produksi surplus adalah
untuk menentukan tingkat upaya optimum,
yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan
suatu hasil tangkapan maksimum lestari
tanpa
secara


Tingginya

jangka

produktifitas

panjang

stok

(Maximum

terutama

Sustainable Yield/ MSY). Model ini dapat

berasal dari negara-negara berkembang dan

diterapkan bila dapat diperkirakan dengan


maju

baik

dengan

permintaan

mempengaruhi

meningkatnya

jumlah

tentang

hasil

tangkapan

total

penduduk (Andrews, C. 2006). Oleh sebab

(berdasarkan spesies) dan hasil tangkapan

itu,

semakin

per unit upaya (CPUE) per spesies atau

digalakkan seiring dengan meningkatnya

CPUE berdasarkan spesies dan upaya

permintaan akan ikan blueface napoleon.

penangkapan dalam beberapa tahun (FAO,

Pemanfaatan

1998).

upaya

penangkapannya

sumber

daya

perikanan

bertanggung jawab atau ramah lingkungan
3

Pengelolaan sumber daya perikanan
banyak dipergunakan dengan pendekatan
pencegahan. Menurut Charles(2001) dalam
rangka

mendukung

implementasi

pendekatan pencegahan dalam manajemen
perikanan, maka kegiatan penelitian perlu
mengadopsi pada kebutuhan baru dan harus

Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam
Disebut

sebagai

keinginan

membayar (willingness to pay) seseorang
terhadap barang atau jasa yang dihasilkan
oleh sumberdaya alam dan lingkungan
(Djijono 2002).

memenuhi kriteria. Kekurangan informasi

Konsep dan Teknik Valuasi Ekonomi

penelitian jangan dijadikan alasan untuk

Sumberdaya Alam

menunda pengukuran biaya efektif untuk
mencegah penurunan kualitas lingkungan.
Oleh

sebab

itu,

diperlukan

informasi

minimum dalam memulai dan melanjutkan
kegiatan usaha perikanan dan perluasan
kisaran penggunaan model–model perikanan
(seperti model bioekonomi, multi spesis,

Konsep

ini

mendefiniskan

nilai

ekonomi sebagai nilai ekonomi total yang
merupakan penjumlahan dari nilai-nilai
pemanfaatan (use values) dan nilai-nilai
non-pemanfaatan (non-use values).
Krutila

(1967)

memperkenalkan

laku,

dan

konsep valuasi ekonomi total, yaitu sebuah

antara

lain

usaha untuk memasukkan seluruh nilai dari

adalah dampak lingkungan, interaksi spesies

kedua komponen nilai ekonomi sumberdaya

dan teknologi, dan tingkah laku social

alam, yaitu use value dan non-use value.

ekosistim

dan

tingkah

pertimbanganpertimbangan

masyarakat nelayan.
Pendekatan

Menurut Fauzi A (2000), metode
pemanfaatan

dan

lainnya yang termasuk dalam pendekatan

pengelolaan perikanan secara berkelanjutan

nonmarked

based

untuk usaha ikan hias di Perusahaan ikan

expenditure

dan

hias

salah satu

Preventinve expenditure menempatkan nilai

alternative pendekatan efektif dan efisien

sumberdaya alam dan lingkungan dari

bagi masing-masing pelaku kegiatan. Hal ini

seseorang atau individu yang memiliki

tentunya akan sangat menunjang industry

keinginan

ikan hias untuk semua jenis ikan hias yang

degradasi

lingkungan

sampai saat ini masih kekurangan pasokan.

mengurangi

pengaruh

setidaknya

merupakan

adalah

preventinve

replacement

membayar

untuk
atau
buruk

cost.

mencegah
untuk
terhadap

sumberdaya alam dan lingkungan.
4

Adapun dalam teknik replacement

oleh konsumen untuk tiap unit yang

cost,nilai sumberdaya alam didekati dari

dikonsumsi. Gambar 1, menggambarkan

biaya atau pengeluaran untuk restorasi

kurva permintaan dan hubungannya dengan

sumberdaya alam. Menurut Djijono (2002),

keinginan membayar serta besarnya surplus

dengan menggunakan kurva permintaan

konsumen.

dapat mengukur jumlah yang akan dibayar

Konsep

Pengukuran

Nilai

Ekonomi

Sumberdaya

(direct use value),nilai penggunaan tidak

Secara tradisional nilai terjadi didasarkan
pada interaksi antara manusia

sebagai

subjek (penilai) dan obyek (sesuatu yang
dinilai) (Pearce dan Moran, 1994; Turner,
Pearce dan Bateman, 1994). Setiap individu
memiliki sejumlah nilai yang

dikatakan

sebagai nilai penguasaan (held value) yang
merupakan basis preferensi individu. Pada
akhirnya

nilai

lagi menjadi nilai penggunaan langsung

obyek

ditentukan

oleh

bermacam-macam nilai yang dinyatakan
(assigned value) oleh individu (Pearce dan
Turner, 1990).
Nilai ekonomi atau total nilai ekonomi suatu
sumberdaya secara garis besar

dapat

dikelompokan menjadi dua, yaitu nilai
penggunaan ( use value ) dan nilai intrinsik
(non use value) (Pearce dan Turner, 1990;
Pearce dan Moran, 1994; Turner, Pearce dan
Bateman, 1994). Selanjutnya dijelaskan
bahwa nilai penggunaan (use value) dibagi

langsung (indirect use value) dan nilai
pilihan (option value). Nilai penggunaan
diperoleh

dari

lingkungan

pemanfaatan

aktual

(Turner,Pearce

Bateman,1994).

Nilai

dan

penggunaan

berhubungan dengan nilai karena responden
memanfaatkannya

atau

berharap

akan

memanfaatkan di masa mendatang (Pearce
dan

Moran,

1994).

Nilai

penggunaan

langsung adalah nilai yang ditentukan oleh
kontribusi lingkungan pada aliran produksi
dan konsumsi (Munasinghe, 1993).
Nilai
dengan

penggunaan
output

langsung

yang

berkaitan

langsung

dapat

dikonsumsi misalnya makanan, biomas,
kesehatan, rekreasi (Pearce dan Moran,
1994). Sedangkan nilai penggunaan tidak
langsung ditentukan oleh manfaat yang
berasal dari jasa-jasa lingkungan dalam
mendukung aliran produksi dan konsumsi
(Munasinghe, 1993).
5

napoleon, dan upaya penangkapan (effort)
berupa lama trip penangkapan tiap jenis alat

TUJUAN PENELITIAN
1.

tangkap.

Membuat model surplus konsumen

pendekatan

Pengolahan

data

melalui

Schaefer,

dihitung

dengan

dan produsen sumberdaya ikan hias laut

menggunakan alat bantu program Excel.

Injel

Rumus

Napoleon

xanthometapon)

(Pomacanthus

di

Perairan

Sulawesi
Y qKf 

Selatan.
2.

Membuat model valuasi dan Net

Present value sumberdaya ikan hias laut
Injel

Napoleon

xanthometapon)

di

(Pomacanthus
Perairan

Sulawesi

K

(konstanta)
= carriying capacity = daya dukung

Q

lingkungan (konstanta)
= fishing capacity =

F

penangkapan ikan (konstanta)
= effort = upaya penangkapan (trip)

tropis

Pendekatan biologi dalam pengelolaan
sumberdaya ikan hias blueface napoleon
pomacanthus xanthometapon menggunakan
Production

Produksi Surplus).

Method

(Metode

Metode ini digunakan

untuk menghitung potensi lestari (MSY) dan
(tingkat

pemanfaatan)

penangkapan (f) dengan hasil tangkapan per
upaya

(CPUE).

Data

yang

diperlukan berupa data hasil tangkapan
(catch)

tiap

jenis

ikan

hias

khususnya

di

Indonesia

adalah

multispecies dan multigear, maka untuk
menghitung

potensi

didasarkan

pada

perhitungan tiap spesies, sehingga dapat
didekati dengan rumus:
Upaya optimum: f msy  0.5 *

a
dan
b

hasil

tangkapan maksimum pada tingkat fmsy

optimum

dengan cara menganalisa hubungan upaya
satuan

kapasitas

Mengingat sifat perikanan di daerah

PENDEKATAN

upaya

2

= yield = hasil tangkapan ikan (ton)
= recruitment
=
rekruitmen

Selatan.

Surplus

adalah:

Y
R

Mengetahui tingkat produksi untuk

keberlanjutan stok di Perairan Sulawesi

q 2 Kf
r

digunakan

Keterangan:

Selatan.
3.

yang

blueface

adalah C msy  0.25 *

a2
. Konstanta a dan b
b

dihitung dengan menggunakan persamaan
Y
a  bf
f

jika f 

a
b

6

Y/f adalah hasil tangkapan per upaya

(Clark,

1985).

Asumsi

dasar

yang

penangkapan. Y adalah hasil tangkapan ikan

digunakan

(ton), yaitu keseluruhan hasil tangkapan

tangkapan

suatu jenis ikan, sedangkan f adalah upaya

penangkapan

penangkapan ikan standar, yaitu keseluruhan

Harga ikan (p) dan biaya marginal upaya

jumlah upaya penangkapan ikan yang

penangkapan masing-masing mencerminkan

digunakan untuk menangkap suatu jenis

manfaat marginal dari ikan hasil tangkapan

ikan tertentu. Jumlah trip penangkapan dari

bagi masyarakat dan biaya sosial marginal

suatu armada penangkapan ikan biasanya

upaya penangkapan.

merefleksikan upaya penangkapan yang

tersebut,

dimaksud.

penangkapan (TR) digambarkan dengan

Upaya

penangkapan

standar

diperoleh dengan cara terlebih dahulu
Index)

menggunakan

yang
metode

dihitung

dengan

standarisasi

alat

penangkapan

terhadap

penawaran

adalah

total

elastis

upaya
sempurna.

Berdasarkan asumsi

penerimaan

dari

usaha

TR  pY

Total biaya penangkapan (TC) digambarkan
dengan persamaan:
TC cf

tangkap (Guland, 1983). Bila dua kapal
melakukan

dan

persamaan:

dilakukan perhitungan nilai FPI (Fishing
Power

adalah permintaan ikan hasil

Penerimaan bersih (keuntungan) dari usaha

sumberdaya yang sama dan dalam kondisi

penangkapan ikan ( ) adalah:

yang sama, maka daya tangkap relatif kapal

 TR  TC  pY  cf

A relatif terhadap kapal B adalah:
METODELOGI
PA(B) = CPUE dari kapal B
Penelitian

CPUE dari kapal A
metode
Kapal A sering disebut sebagai kapal
standar, sehingga apabila jumlah kapal A
(NA) dan jumlah kapal B (NB) maka upaya
penangkapan secara keseluruhan adalah:

menggunakan

model

dilakukan

Metode

dasar

dengan
yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Macam data dalam
penelitian ini berdasarkan dimensi waktu,
yaitu data time series (runtut waktu) dan
cross section (silang tempat) yang diperoleh

Ftotal 1.0 * NA  PA ( B) * NB

Pendekatan

dasar.

ini

bio-ekonomi

dari akses internet dari perusahaan ekspotir

Gordon-Schaefer
7

ikan hias dan Asosiasi Koral dan Ikan Hias

dari individu ikan tersebut dalam satu unit

Sulawesi (AKIS).

area (Ricker, 1975; Effendie, 1997). Untuk
mengetahui

upaya

tangkapan

optimum

(Eopt), dihitung menggunakan model FOX.
Metode Pengambilan Data

Beberapa persamaan yang diperlukan dalam
model ini (Sparre and Venema, 1999) :

Status Pemanfaatan

Hubungan antara CPUE dengan upaya

Pada pengamatan status pemanfaatan data

tangkapan (E) : Ln CPUE = a + bE (1)

sekunder :
1.

Data Sekunder, yaitu data yang

diperoleh dari kantor atau perusahaan dan
Asosiasi Koral,Kerang, dan Ikan Hias
Indonesia (AKKII) dan Asosiasi Koral dan
Ikan Hias Sulawesi (AKIS) yang erat
kaitannya dengan data yang diperlukan
untuk melengkapi data primer, seperti data
time

series

peroduksi

ikan

blueface

napoleon. Jenis dan sumber data yang
diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas :
Analisis Data
Status Pemanfaatan
Catch per unit effort (C/f) merupakan indeks
kepadatan relatif. Kepadatan ikan blueface
napoleon

dapat

diduga

dengan

menggunakan data hasil tangkapan dan
upaya dari suatu seri penangkapan. Metode
ini

dapat

digunakan

untuk

menduga

besarnya populasi dimana situasinya tidak
praktis untuk mendapat jumlah yang pasti
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rp.150.000. Dari data perhitungan yang
Dari tabel didapatkan data bahwa

didapatkan diperoleh perbandingan antara

fungsi penawaran Y= 50.739x + 134815

surplus

dan fungsi permintaan Y= -98.83x +

komoditas ikan napoleon yaitu sebesar 1,25

490333 maka didapatkan titik ekuilibrium

yang berarti nilai kepuasan terdapat pada

sebesar Rp. 175.000 dan jumlah ekuilibrium

konsumen sebesar 1,25.

3200 ton. Besarnya surplus konsumen pada
ikan napoleon di Sulawesi Selatan selama

produsen dan konsumen pada

Valuasi dan Net Present Value

lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp.200.000

Perhitungan valuasi komoditas ikan

sedangkan untuk surplus produsen pada ikan

napoleon di Sulawesi Selatan dilakukan

napoleon di Sulawesi Selatan yaitu sebesar

dengan menghitung total nilai ekonomi
langsung dan nilai ekonomi tidak langsung.
9

Nilai ekonomi total adalah total keseluruhan

total valuation. Pendekatan impact analysis

nilai ekonomi langsung dan nilai ekonomi

dilakukan apabila nilai ekonomi ekosistem

tidak

dilihat dari dampak yang mungkin timbul

langsung

yang

didapat

oleh

penangkapan ikan napoleon di Sulawesi

sebagai

Selatan.

misalnya akibat reklamasi pantai terhadap

Proporsi

ekonomi

total

terbesar
adalah

dalam

nilai

nilai

ekonomi

akibat

ekosistem

dari

pesisir.

aktivitas

tertentu,

Pendekatan

partial

langsung penangkapan ikan napoleon. Nilai

analysis dilakukan dengan menetapkan dua

ini terdiri atas nilai potensi

atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan

Ikan napoleon yang tertangkap yang
memiliki nilai ekonomis dan harga jual di
pasaran. Selanjutnya, proporsi nilai ekonomi
tidak langsung, nilai pilihan dan nilai
keberadaan tidak memberikan nilai ekonomi
yang

terlalu

tinggi.

valuation dilakukan untuk menduga total
kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem
tertentu kepada masyarakat.
Pada prinsipnya valuasi ekonomi

tersebut

bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi

memberikan gambaran nilai keseluruhan

terhadap sumberdaya yang digunakan sesuai

dari fungsi dan manfaat yang dimiliki oleh

dengan nilai riil menurut sudut pandang

komoditas

masyarakat.

ikan

Nilai

ekosistem. Sementara itu, pendekatan total

napoleon

dilaut.

Salah

satu

cara

untuk

Berdasarkan atas tingginya nilai persentase

melakukan valuasi ekonomi adalah dengan

nilai ekonomi langsung dibandingkan nilai

menghitung Nilai Ekonomi Total (NET).

ekonomi tidak langsung, nilai pilihan dan

Nilai Ekonomi Total adalah nilai-nilai

nilai keberadaan, maka diketahui bahwa

ekonomi yang terkandung dalam suatu

aktifitas

ikan

sumberdaya alam, baik nilai guna maupun

napoleon masih dapat dilakukan dalam skala

nilai fungsional yang harus diperhitungkan

kecil

dalam menyusun kebijakan pengelolaannya

pemanfaatan

dengan

sumberdaya

penerapan

sistem

supra

intensif. Pada penelitian ini diketahui bahwa

sehingga

nilai

tinggi

penggunaannya dapat ditentukan secara

dibandingkan dengan nilai guna tidak

benar dan mengenai sasaran. NET atau Total

langsung. Menurut Barbier et. al., (1997)

Economic Value (TEV) dapat ditulis dalam

dalam

persamaan

guna

Irmadi

langsung

(2004),

lebih

ada

tiga

jenis

pendekatan penilaian sebuah ekosistem alam

alokasi

matematis

dan

sebagai

alternatif

berikut

(CSERGE, 1994 dalam Irmadi, 2004):

yaitu impact analysis, partial analysis dan
10

TEV = UV + NUV = (DUV + IUV +
OV) + (EV + BV)

secara langsung dapat dimanfaatkan. Nilai
kegunaan tidak langsung (IUV) yaitu barang

Namun dalam hal ini yang digunaka
hanya Direct Use Value (DUV) dan Indirect
Use Value (IUV). Nilai kegunaan langsung
(DUV) yaitu output (barang dan jasa) yang

dan jasa yang ada karena keberadaan suatu
sumberdaya yang tidak secara langsung
dapat

diambil

dari

sumberdaya

alam

tersebut.

terkandung dalam suatu sumberdaya yang
Nilai Potensi Ekonomi Total ikan Napoleon selama 5 tahun terakhir di Sulawesi
Selatan

Nilai Ekonomi Langsung

Nilai Ekonomi Rp/ha/Th

Nilai Penjualan

210.000.000

Total Nilai Ekonomi Langsung
Total Nilai Ekonomi

210.000.000
210.000.000

% Proporsi
Nilai ha/th
100 %

100%
napoleon diketahui bahwa nilai proporsi
sebesar 100% pada nilai ekonomi langsung.
Nilai jual pada ikan napoleon sangat tinggi

NPV=

karena jumlah penangkapan per tahun
meningkat dan jumlah permintaan naik .

NPV=

Berdasarkan hasil dari NPV sebesar Rp.

NPV=209200000

209200000

Hasil penangkapan ikan napoleon
selama

1 tahun sebesar 1,2ton/tahun x

1.750.000= 210.000.000/tahun (Benefit dari
suatu penangkapan pada tahun ke-t).
Nilai Biaya dari suatu penangkapan pada
tahun ke-t= 15.000.000 x 12=180.000.000.
Berdasarkan

hasil

analisis

yang

berarti

bahwa

usaha

tambak udang vanamee dengan teknik
supra intensif akan memperoleh net benefit
sebesarRp. 209200000 selama umur usaha
(5 tahun) tersebut apabila dinilai dari
sekarang.
Upaya penangkapan (effort)

optimalisasi penangkapan sumberdaya ikan
11

Upaya penangkapan (effort) untuk

dengan peningkatan upaya penangkapan

ikan blueface napoleon tahun 2002-2010

akan menurunkan produksi hasil tangkapan.

berfluktuasi

kecenderungan

Hal ini disebabkan oleh kondisi potensi

meningkat (Gambar 2). Upaya penangkapan

sumber daya yang telah dimanfaatkan secara

terendah terjadi pada tahun 2004 dan 2005

intensif yang menjadi salah satu indikator

sebesar 195 orang nelayan, sedangkan upaya

kondisi overfishing(kelebihan penangkapan)

penangkapan tertinggi terjadi pada tahun

terhadap ikan injel napoleon di perairan

2010 sebesar 234 orang nelayan.

Pangkep dan Selayar. Penurunan hasil

dengan

Penambahan upaya yang merupakan
salah satu alternatif untuk meningkatkan
produksi tidak menunjukkan korelasi positif,
sebagaimana yang terjadi pada tahun 2004 2010. Produksi pada tahun 2004 mengalami
penurunan dari 5.512 ekor menjadi 3.166
ekor di tahun 2010, meskipun upayanya

tangkapan tersebut dengan peningkatan
jumlah upaya penangkapan dapat menjadi
indikasi over eksploitasi. Ukuran ikan
blueface napoleon yang tertangkappun pada
umumnya berukuran kecil dengan umur
sampel tidak lebih dari 2 tahun dan belum
ditemukan induk yang matang gonad.

bertambah dari 195 orang nelayan di tahun

Hasil total tangkapan dan upaya

2004 menjadi 234 orang nelayan di tahun

penangkapan blueface napoleon sepanjang

2010.

tahun 2004 – 2010 menunjukkan grafik yang

Berdasarkan

kondisi

ini

dapat

dinyatakan bahwa pada batas-batas tertentu

menurun (Gambar 3).

Gambar 2. Trend total tangkapan, upaya, dan CPUE ikan injel napoleon

12

Gambar 3. Hubungan antara total tangkapan dan upaya penangkapan 2004 – 2010

Gambar 4. Frekuensi penurunan produksi ikan injel napoleon di perairan Sulawesi
Selatan
Grafik
gambar

yang

tersebut

diperlihatkan
menunjukkan

pada

sudah melampaui MSY, dimana peningkatan

bahwa

effort tidak dapat meningkatkan produksi

walaupun upaya ditingkatkan tetapi hasil

tetapi

hasil

tangkapan

tetap

menurun

tangkapan tetap menurun. Hal ini diduga

sehingga berada pada posisi overfishing

juga berkaitan dengan kondisi sumberdaya

sebagaimana bila diilustrasikan terlihat pada

yang menjadi target penangkapan. Status

kurva MSY. Hal ini sejalan dengan Fauzi

penangkapan ikan blueface napoleon yang

(2006), menunjukkan bahwa jika tidak ada

dilakukan dalam kurun waktu tersebut

aktivitas perikanan (upaya=0), produksi juga

diduga telah melewati titik optimum atau

akan nol. Ketika upaya terus dinaikkan, pada
13

titik EMSY akan diperoleh produksi yang

Dalam perikanan, hal semacam ini tidak

maksimum. Produksi pada titik ini disebut

selalu memberikan hasil positif karena

sebagai titik Maximum Sustainable Yield.

banyaknya faktor yang mempengaruhinya,

Karena sifat dari kurva Yield-Effort yang

terutama keberadaan sumberdaya perikanan

berbentuk kuadratik, peningkatan upaya

itu

yang terus menerus setelah melewati titik

penangkapan dan kondisi oceanografis.

EMSY tidak dibarengi dengan peningkatan
produksi

lestari

maka

sudah

terjadi

overfishing(penangkapan berlebihan).

sendiri,

kemampuan

armada

Menurunnya populasi ikan blueface
napoleon disamping karena over exploitasi,
ikan

tersebut

juga

kebanyakan

tidak

Frekuensi penurunan produksi ikan

mempunyai kesempatan untuk bereproduksi

blueface napoleon tahun 2002 ke 2003

di alam disebabkan ukuran ikan blueface

penurunannya 12%, tahun 2003 ke 2004

yang ditangkap umumnya masih muda

penurunannya derastis yaitu 30%, bahkan

(juvenile), dimana ikan blueface napoleon

terlihat dari tahun tahun 2002 sampai 2010

ini untuk pemanfaatan atau keperluan ikan

mengalami kecendrungan penurunan dari di

hias sudah kategori recruitment overfishing

perairan Sulawesi Selatan (Gambar 4). Hal

yaitu kondisi ikan-ikan muda (juvenile) yang

ini

keberadaan

ditangkap secara berlebihan sehingga tidak

napoleon

ada pertumbuhan stok ikan dewasa yang

sudah

berasal dari ikan kelompok usia yang lebih

mengalami penurunan, seiring dengan hasil

muda, dengan kata lain dimana pertumbuhan

frekuensi produksi ikan injel napoleon setiap

stok ikan dewasa hanya terjadi melalui

tahunnya mengalami penurunan.

penambahan ukuran ikan dewasa yang

menunjukkan

populasi

ikan

kecendrungannya

bahwa
blueface
memang

Trend hasil produksi ikan blueface
napoleon di perairan Sulawesi Selatan setiap
tahun mengalami penurunan. Gambar 4.
Produksi dipengaruhi atas besarnya tingkat
upaya pemanfaatan terhadap target produksi
itu sendiri. Semakin besar target produksi
tersebut,

maka

tingkat

pengupayaan

terhadap target tersebut juga diintensifkan.

tersisa. Hal ini sejalan dengan Indra (2007),
di dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
yang tidak dilakukan dengan baik, akhirnya
akan terjadi kelebihan penangkapan ikan
(overfishing), dimana kategori overfishing
ada beberapa tipe tergantung pada tingkat
keseriusannya,
overfishing,

yaitu
biologically

recruitment
overfishing,

economically overfishing,
14

Gambar 5. Komposisi ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap di perairan Sulawesi
Selatan.

dan malthusin overfishing.

akan

Salah satu jenis ikan hias laut yang
banyak diminati pecinta ikan hias adalah
jenis ikan blueface napoleon. Jenis ikan ini
merupakan primadona bagi kolektor pecinta
akuarium air laut dan merupakan salah satu
komoditas ekspor disektor perikanan. Sektor
kelautan dan perikanan merupakan salah

ikan

blueface

napoleon.

Namun

demikian, berdasarkan Data AKKII dan
AKIS

2010,

menunjukkan

terjadinya

penurunan jumlah hasil tangkapan ikan injel
napoleon. Penurunan ini terutama pada
tahun 2002 hingga tahun 2010 untuk ukuran
M dan S (Gambar 5).
Pendugaan populasi pada ikan dapat

satu sumber pertumbuhan ekonomi yang

digunakan

penting diperhatikan karena kapasitas suplai

Jumlah individu ikan di dalam populasi dari

yang besar dan permintaan yang terus

suatu spesies ikan di lingkungan parameter

meningkat. Tingginya permintaan terutama

tertentu selalu berubah karena dipengaruhi

berasal dari negara-negara berkembang dan

oleh banyak faktor. Dengan mengetahui

maju

jumlah

keberadaan jumlah individu ikan di dalam

penduduk (Fauzi, 2006). Oleh sebab itu,

suatu perairan maka akan dapat mendukung

upaya penangkapannya semakin digalakkan

untuk mengetahui potensi di lingkungan

seiring dengan meningkatnya permintaan

perairan tersebut (FAO,199).

dengan

meningkatnya

sebagai

parameter

populasi.

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

1,25.
4. Berdasarkan

Berdasarkan penelitian ini dapat

hasil

analisis

optimalisasi

penangkapan sumberdaya ikan napoleon
diketahui bahwa nilai proporsi sebesar 100%

disimpulkan sebagai berikut:
1.

kepuasan terdapat pada konsumen sebesar

Tingkat eksploitasi ikan blueface

napoleon di perairan Sulawesi Selatan
sudah mengalami kelebihan tangkap.
2.
Status penangkapan Ikan blueface

pada nilai ekonomi langsung. Nilai jual pada
ikan

napoleon

rendah

karena

jumlah

penangkapan per tahun terus menurun akibat
terus

berkurangnya

stok

dan

jumlah

napoleon diduga telah melampaui produksi

permintaan terus menurun akibat harga yang

tangkapan

terus naik.

lestari

(MSY).

Peningkatan

usaha (effort) tidak diikuti peningkatan
produksi bahkan produksi terus menurun

SARAN
1.
Dari hasil penelitian ini disarankan

dimana ukuran S (8,1 – 11 cm) dan M

untuk diberlakukannya batasan ukuran dan

(11,1– 15 cm) menurun lebih drastic

kuota tangkap untuk pemanfaatan ikan hias

dibanding ukuran lainnya.
3.
Hasil perhitungan surplus konsumen
didapatkan data bahwa fungsi penawaran Y=

Blueface

Napoleon

karena

kebanyakan

masih berukuran juvenil sehingga dapat

50.739x + 134815 dan fungsi permintaan

terjaga.
2.
Penelitian ini hanya menemukan

Y= -98.83x + 490333 maka didapatkan titik

sebagian kecil variabel yang diukur mampu

ekuilibrium sebesar Rp. 175.000 dan jumlah

menerangkan model produksinya, sehingga

ekuilibrium

penelitian

3200

ekor/tahun.

Besarnya

selanjutnya

disarankan

surplus konsumen pada ikan napoleon di

menggunakan variabel variable/aspek-aspek

Sulawesi Selatan selama lima tahun terakhir

biologi,

yaitu sebesar 200.000 sedangkan untuk

konservasi dalam model produksi.
3.
Penelitian ini hanya menemukan

surplus produsen pada ikan napoleon di
Sulawesi Selatan yaitu sebesar 150.000.

teknologi,

maupun

kebijakan

sebagian kecil variabel yang diukur mampu

Dari data perhitungan yang didapatkan

menerangkan model permintaan eksportnya,

perbandingan antara surplus produsen dan

sehingga penelitian selanjutnya diharapkan

konsumen pada komoditas ikan napoleon

mencari faktor-faktor yang dianggap lebih

yaitu

mampu menerangkan model permintaan

sebesar 1,25 yang berarti nilai

eksportnya.
16

4.

Untuk menjamin suplai ikan blueface

napoleon perlu penelitian upaya budidaya.

Journal of Fish Biology. 51(5) :
931 - 938.
Per Sparre dan Siebren C Venema, 1999.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, G and M. Adrim. 2003. Coral Reef
Fishes of Indonesia. Zoological
Studies. 42 (1). pp. 1-72.
Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery
Systems. Blackweell Science,
London. pp. 370.
Effendie, M.I. 1992. Metoda Biologi
Perikanan. Yayasan Agromedia,

Introduksi Pengkajian Stok Ikan
ropis. Pusat Penelitian dan
Pengembangan
PerikananPerikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.
Widodo, J. dan Suadi. 2008. Pengelolaan
Sumber Daya Perikanan Laut.
Gadjah Mada University Press.

Bogor. 112 hal.
FAO. 1998. Introduksi Pengkajian Stok
Ikan Tropis. Kerjasama dengan
Organisasi Pangan dan Pertanian
Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Jakarta.
Indra. 2007. Model Bio-Ekonomi Opsi
Rehabilitasi Sumber Daya
Perikanan di Provinsi Nangroe
Aceh Darussalam. Disertasi. IPB,
Bogor.
Munday, P. L. and Wilson, S. K. 1997.
"Comparative efficacy of clove oil
and other chemicals in
anaesthetization of Pomacentrus
amboinensis, a coral reef fish.
17