Quo Vadis Perguruan Tinggi (1)

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

Quo Vadis Perguruan Tinggi ?

EKOJI999 Nomor

428, 10 November 2013

oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - [email protected]
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email [email protected].

Mengingat potensi dampak negatif yang begitu besar yang dihadapi di bidang
pendidikan nilai di pendidikan tinggi maupun pengembangan perguruan tinggi,
maka globalisasi merupakan tantangan yang cukup besar yang sedang dan masih
akan dihadapi untuk masa-masa yang akan datang. Bahkan dapat dikatakan
bahwa globalisasi merupakan tantangan strategis pendidikan tinggi dewasa ini.
Disebut strategis, karena menyangkut kelangsungan hidup maupun kelangsungan
misi yang diemban oleh pendidikan tinggi. Oleh karena itu sudah banyak

perguruan tinggi atau asosiasi perguruan tinggi membicarakan dan
mengantisipasi hal ini. Salah satu refleksi yang sangat bagus, adalah yang
dilakukan oleh sejumlah universtias Katolik yang tergabung dalam International
Federation of Catholic Universities (IFCU). Pada akhir tahun 2002, IFCU
menyelenggarkan konferensi di Vatikan dengan tema ’Globalization and Catholic
Higher Education, Hopes and Challenges’. Refleksi ini lebih mengenai tantangan
perguruan tinggi di bidang pendidikan nilai.
Dalam refleksinya tersebut, globalisasi dilihat sebagai suatu fenomena dan proses
yang memunculkan berbagai wajah, berbagai pendapat dan interpretasi yang
menyebabkan berbagai jenis dampak yang dramatis pada manusia, budaya, dan
masyarakat. Globalisasi tidak dapat direduksi hanya sebagai ekspresi ekonomi
tentang perkembangan kebebasan dan persetujuan global dalam oritentasi pasar
secara eksklusif dan lingkungan persaingan. Globalisasi harus dimengerti dan
dianalisis sebagai fenomena multidimensional yang menyangkut berbagai bidang
kegiatan dan interaksi lintas batas dan lintas kontinen, termasuk ekonomi, politik,
sosial-budaya, teknologi, etik, lingkungan, dan personal. Globalisasi
menghadirkan tantangan dan persoalan serius bagi masa depan universitas.
Globalisasi mempertanyakan nilai-nilai utama pemberian pelayanan bagi
universitas maupun masyarakat. Globalisasi menekan nilai-nilai tradisional
universitas seperti otonomi, kebebasan akademik, riset dan penilaian mahasiswa

di dalam pasar baru pendidikan yang mengglobal tersebut dan membutuhkan
pemecahan terhadap problema-problema umum seperti mobilitas mahasiswa dan
dosen, pengurangan bantuan pemerintah, relevansi kurikulum, dan munculnya
universitas yang berorientasi pada keuntungan.
Dalam premisnya, IFCU mengakui bahwa gelombang globalisasi
membuka
kesempatan baru dan keuntungan potensial namun sekaligus juga menciptakan
risiko dan ancaman. Meskipun demikian cukup alasan untuk optimis bahwa
globalisasi dapat diarahkan (kembali) atau dirubah agar dapat lebih
memanusiakan (humanise) konsekuensinya pada orang, martabat manusia, budaya,
dan masyarakat. Globalisasi menawarkan kesempatan untuk memikirkan kembali
dan memperkuat peran
pendidikan dan universitas, yang menawarkan
kebenaran, harapan, perikemanusiaan, perdamaian, persatuan, pembangunan
sosial yang berkelanjutan dan penghapusan kemiskinan, kekerasan, dan ketiadaan
HALAMAN 1 DARI 3



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013


SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

toleransi. Oleh karena itu pendidikan tinggi terpanggil untuk memberikan
pelayanan sebagai pemberi pedoman universal dan referensi praktis untuk
menanamkan dan mengembangkan globalisasi yang berkasihan (compassionate
globalization).
Menanggapi kebutuhan untuk memanusiakan globalisasi di pendidikan tinggi dan
merumuskan orientasi pendidikan tinggi di masa depan, IFCU selanjutnya
memberikan beberapa pedoman untuk universitas-universitas Katolik. Orientasi
dan pedoman yang diberikan IFCU kepada para anggotanya ini mempunyai
prinsip dan nilai universal, sehingga tidak hanya berlaku untuk universitas
Katolik saja, tetapi dapat juga dijadikan bahan renungan untuk universitasuniversitas lain. Pedoman tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu mengenai formasi
pengembangan manusia secara utuh, transmisi ilmu pengetahuan dalam pencarian
akan kebenaran, dan pelayanan kepada masyarakat.
1. Formasi Pengembangan Manusia Secara Utuh
a. Meningkatkan pendidikan tinggi sebagai proses dinamik yang
melayani masyarakat dan secara tidak langsung menyuburkan

pengembangan manusia secara utuh
dan mengakui dimensi
spiritual dari berbagai budaya.
b. Menyediakan alat pendidikan mengenai disiplin, inter-disiplin,
dan trans-disiplin dan merangsang pertukaran yang
menyumbangkan pembentukan warganegara yang bertanggungjawab dan mampu bersikap kritis dalam menganggapi tantangan
dari realitas globalisasi.
c. M e n g u a t k a n p e r s o n a m a n u s i a u n t u k m e n g e m b a n g k a n b u d a y a
damai, solider, adil, murah hati dan sebagainya, di seluruh dunia,
dengan perhatian khusus pada yang paling miskin.
d. Menyumbangkan pembentukan kemanusiaan baru dengan berfokus
pada visi umum mengenai martabat persona manusia.
2. Transmisi Ilmu Pengetahuan dalam Pencarian Akan Kebenaran
a. M e n g a k u i d i v e r s i f i k a s i , k e k h u s u s a n d a n o t o n o m i d a l a m
pengajaran dan riset yang menyebabkan pengalaman kultural
setiap universitas unik dan istimewa.
b. Mendorong kerjasama antar departemen, antar disiplin, dan antar
universitas di seluruh kontinen, dengan menggunakan teknologi
dan jaringan baru, dan menggabungkan dedikasi pada kebenaran,
keyakinan akal sehat, dan penguatan dalam iman.

c. Mendukung pertukaran para pengajar dan peneliti dari berbagai
negara dan bidang akademis dengan tujuan pembentukan manusia
yang mampu untuk membentuk kehidupan sosial, ekonomi, dan
politik dengan fokus pada analisis kritis mengenai globalisasi,
berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip kemanusiaan.
d. Memperlancar dialog terbuka antara para ahli teologi, filsafat, dan
ilmu pengetahuan untuk pembaharuan sikap dalam pencarian
bersama akan arti.
e. M e m p e r k u a t n i l a i - n i l a i u n i v e r s a l d a l a m p e n d i d i k a n a k a n
kebenaran dengan mengintegrasikan iman dan kehidupan dengan
kompetensi profesional, dengan fokus khusus pada hak-hak asasi
manusia, demokrasi, perdamaian yang berkelanjutan,
HALAMAN 2 DARI 3



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013

SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI


PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT

penghapusan kemiskinan, dan sebagainya, dengan menghadapkan
tantangan masa kini mengenai globalisasi pada masyarakat.
3. Pelayanan Kepada Masyarakat
a. M e n d o r o n g k o m u n i t a s a k a d e m i k m e n g a m b i l b a g i a n d a l a m
tanggung-jawab, dengan melakukan analisis proses globalisasi dan
meningkatkan refleksi yang berorientasi pada tindakan, dalam
melayani masyarakat dari dalam.
b. Menjadi tempat dan sarana perubahan di dunia akademi, budaya,
dan ilmu pengetahuan di setiap tempat di mana berada dengan
membawakan nilai-nilai keagamaan dan etis yang mendukung
martabat manusia persona.
c. M e n c i p t a k a n b u d a y a k o m u n i k a s i d e n g a n p e n e m u a n i l m u
pengetahuan yang tersebar melampaui kepentingan komersial dan
mengarahkan riset pada hasilnya yang memihak pada
kemanusiaan yang utuh.
d. Menekankan dialog antar budaya dan antar agama sebagai sarana
yang penting untuk pemahaman bersama mengenai nilai-nilai dan
prinsip-prinsip yang sama-sama digunakan serta pencapaian

kebaikan bersama.
Secara umum, universitas dapat bersikap dan menghadapi tantangan negatif yang
dihadapi sehubungan dengan globalisasi secara internal dengan cara tetap setia
pada misi universitas pada umumnya yaitu mencari kebenaran sejati melalui ilmu
pengetahuan dan penelitian, untuk meningkatkan kesejahteraan umat manusia
serta meningkatkan penghormatan atas martabat manusia. Secara eksternal
dengan memberikan inspirasi, mengajak dan mendorong masyarakat luas untuk
tetap mengembangkan budaya yang mendukung keberpihakan pada peningkatan
penghormatan atas martabat manusia persona. Pendidikan sejati pada hakekatnya
haruslah mampu menghadirkan visi yang lengkap dan transenden mengenai
manusia persona dan mendidik kesadaran manusia.
Perguruan tinggi perlu mengambil sikap positif terhadap globalisasi, meskipun
tetap harus bersikap kritis. Melihat segi positif dan negatif dari globalisasi, dan
mengingat bahwa globalisasi tidak dapat dihindarkan, maka tugas perguruan
tinggi adalah ’memanusiakan globalisasi’ tersebut. Globalisasi dipicu oleh faktorfaktor ekonomis, tetapi dewasa ini lebih dari sebelumnya, globalisasi juga
memberikan bentuk keputusan politis, hukum, dan bioetis yang sering kali
m eru gi kan kepen tin gan s o s ial d a n m a n u s ia . D u n ia pergu ru a n tin ggi pe r l u
menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi keputusan ini dan memberikan
k o n t r i b u s i a g a r k e p u t u s a n t e r s e b u t b e t u l - b e t u l m e ru p a k a n p e r b u a t a n y a n g
bermoral, keputusan yang bermanfaat bagi kemanusiaan.


--- akhir dokumen ---

HALAMAN 3 DARI 3



(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013