Pengaruh Integritas dan Objektivitas Ter

Pengaruh Integritas dan Objektivitas Terhadap Kualitas Hasil Audit
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna dalam
pengambilan keputusan untuk penggunanya. Sudah kewajiban perusahaan untuk mengaudit
secara jujur tanpa memanipulasi dan terbuka untuk mengekspose laporan keuangannya
kepada semua pihak yang berkepentingan. Kualitas audit akan menghasilkan laporan
keuangan yang baik, dapat dipercaya sebagai pengambilan keputusan. Untuk menghasilkan
kualitas audit yang baik, auditor harus menyelesaikan pekerjaan secara profesional, sesuai
dengan kode etik akuntan. Adapun menurut Ikatan Akuntansi Indnesia (2016), kode etik
akuntan terdiri dari:
a) Intergritas, yaitu bersikap tegas jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.
b) Objektivitas, yaitu tidak membiarkan benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihak lain, yang dapat mengesampingkan pertimbangan profesional
atau bisnis.
c) Kompetensi dan kehati-hatian yaitu, menjaga pengetahuan dan keahlian profesional
pada tingkat yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja akan
menerima jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
peraturan, dan teknik mutakhir, serta bertindak sunguh-sunguh dan sesuai dengan
teknik dan standar profesional yang berlaku.
d) Kerahasiaan, yaitu menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
hubungan profesional dan bisnis dengan tidak mengungkapkan informasi tersebut
kepada pihak ketiga tanpa ada kewenangan yang jelas dan memadai, kecuali terdapat

suatu hak, atau kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkanya, serta
tidak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi akuntan profesional
atau pihak ketiga.
e) Perilaku profesional, yaitu mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
menghindari perilaku apa pun yang mengurangi kepercayaan kepada profesi akuntan
profesional.
Menurut Elfarini (2007) kualitas audit merupaka kemungkinan (probability) dimana
auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang
terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkanya dalam laporan keuangan auditan,
dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing
dan kode etik akuntan publik yang relevan. Kode etik sangat berpengaruh untuk
menghasilkan hasil audit yang berkualitas.

 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Audit
Menurut IAPI (2007-2008:6) dikatakan bahwa setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam
menjalin hubungan profesional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaan nya.
Setiap anggota harus dapat menjalankan tanggung jawab pekerjaan dengan integritas yang
tinggi agar kepercayaan masayarakat dapat terjaga. Integritas merupakan patokan
(brencmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Sunarto dalam sukriah
(2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan

perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip.
Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil
pemeriksaannya. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Apabila auditor
independen dihadapkan pada situasi tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus, atau
dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, ia harus berfikir apakah keputusan atau
perbuatanya telah sesuai dengan integritasnya sebagai auditor. Berdasarkan penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa auditor sangat berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
 Pengaruh Obyektivitas Terhadap Kualitas Hasil Audit
Objektivitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak
lain yang berkepentingan. Standar umum dalam standar audit APIP menyatakan bahwa
dengan prinsip objektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaanya. Adapun
unsur yang dapat menunjang objektivitas antara lain:
1) Dapat diandalkan dan dipercaya
2) Tidak merangkap sebagai panitia tender
3) Tidak berangkat tugas dengan mencari-cari kesalahan orang lain
4) Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan yang resmi
5) Didalam bertindak atau mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis
(sukriah dkk, 2009).
Menurut wurangian (2005), seorang akuntan ketika melaksanakan pengauditan harus
mampu menempatkan dirinya sebaik dan sebebas mungkin sehingga mampu melihat

kenyataan secara apa adanya dan mampu menilai secara jujur serta menyajikan sesuai dengan
hasil penilaian terhadap kenyataanya tersebut. Hal ini berarti bahwa seorang auditor dalam
menjalankan objektivitas harus dapat melaporkan kesalahan yang dilakukan oleh klien tanpa
apa adanya pengaruh dari luar. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi objektivitas
maka akan semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.

Contoh Kasus
Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian
mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank
yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada
wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari
sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak
melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak
sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut
termasuk di antara bank-bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar
tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R,
RY, S & S, SD & R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi
etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang
diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu

kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada
pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang
dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan
dalam penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif
meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW
mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu
tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga
menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan
bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin
kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah melaporkan tindakan
dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar
kode etik profesi akuntan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa akuntan yang bersangkutan banyak
melanggar kode etik profesi akuntan. Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama
tentang tanggung jawab profesi. Prinsip ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai

pemberi jasa professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka
termasuk masyarakat dan juga pemegang saham. Dengan menerbitkan laporan palsu, maka
akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka selaku
orang yang dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan. Kode etik kedua
yang dilanggar yaitu kepentingan public dan objektivitas. Para akuntan dianggap telah
menyesatkan public dengan penyajian laporan keuangan yang direkayasa dan mereka
dianggap tidak objective dalam menjalankan tugas. Dalam hal ini, mereka telah bertindak
berat sebelah yaitu mengutamakan kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan
penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari benturan kepentingan pihak lain.

Referensi
Ayuningtyas, h. y. (2012). Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas Integritas
dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor
Inspektorat Kota/Kabupaten di Jawa Tengah). Fakultas Ekonomia dan Bisnis
Universitas Diponegoro
Bhinga Primaraharjo, j. h. (2011). Pengaruh Kode Etik Profesi Akuntansi Publik Terhadap
Kualitas Audit Independen Disurabaya. Jurnal Akuntansi, Vol. 3 No 1, Januari
2011

Draft, e.(2016). Kode Etik Akuntan Profesional. Ikatan Akuntan Indonesia