Docking dan Perawatan Kapal doc

Makalah Kapal Perikanan

DOCKING DAN
PERAWATAN KAPAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kapal Perikanan yang dibimbing
oleh Bapak Dr. Ali Muntaha, APi., SPi, MT

Oleh:
Nama

: Anisa Nur Wulan

NIM

: 135080200111052

Kelas

: P01

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pengedokan adalah suatu proses memindahkan kapal dari air/laut
ke atas dock dengan bantuan fasilitas pengedokan. Untuk melakukan
pengedokan kapal ini, harus dilakukan persiapan yang matang dan
berhati-hati mengingat spesifikasi bentuk kapal yang khusus dan
berbeda-beda setiap kapal. Biro Klasifikasi Indonesia dan Syah Bandar
menentukan periode-periode pengedokan kapal (perbaiakan kapal diatas
dok), yang kesemuanya tergantung dari umur kapal, jenis bahan yang

dipakai sebagai badan kapal, keadaan/kebutuhan kapal.
Untuk keperluan membersihkan badan kapal dibawah garis air,
memeriksa kerusakan-kerusakan, memperbaiki kerusakan-kerusakan
serta mencat badan kapal dibawah garis air maka dapat digunakan
beberapa jenis dok yaitu Dok Kolam (Graving Dock/Dry Dock);

Dok

Apung (Floating Dock); Dok Tarik (Slipway Dock); Dok Angkat.

Manga (1993) menyatakan bahwa untuk mesin penggerak
sistem dua langkah, dengan enam silinder, dapat dikopel langsung
dengan baling-baling. Sedangkan mesin penggerak empat langkah
dengan enam slinder harus dikopel dengan terlebih dahulu
menggunakan ‘reduction gear’ sebelum dihubungkan dengan balingbaling. Hal ini mengesampingkan fungsi lain dari ‘gear box’, juga
dapat mengubah arah keluaran putaran menjadi maju ataupun
mundur. Sebab mesin dua langkah lebih memiliki tenaga atau lebih
tanggap (responsive) ketika diberi beban dibandingkan mesin empat
langkah. Hal ini pada akhirnya berdampak kepada penghematan
pemakaian bahan bakar. Karena mesin akan memerlukan lebih

banyak bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang besar.
Untuk merencanakan kamar mesin seluruh kebutuhan sistem
harus ditentukan secara detail. Di dalam pertimbangan perancangan
kamar mesin bukan hanya meminimumkan volume ruang mesin atau
panjang kamar mesin namun harus di pertimbangkan pencapaian layout

2

yang rational untuk mesin utama dan mesin bantu. Juga harus
dipertimbangkan kemungkinan untuk pemasangan, pengoperasian,
perawatan praktis, reparasi maupun penggantian.

1.2

Rumusan Masalah
Mengacu dari judul di atas, maka rumusan masalah yang saya
bahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian pengedokan?
2. Bagaimana saja persiapan pada docking kapal?
3. Apa saja jenis-jenis pengedokan?

4. Bagaimana cara penurunan dock dari atas kapal (undocking)?
5. Bagaimana cara perawatan kapal?
6. Bagaimana hubungan antara GT kapal dengan HP mesin?
7. Bagaimana penyusunan tata letak pemasangan mesin pada kapal?
8. Bagaimana konstruksi kamar mesin pada kapal?

1.3

Tujuan
Mengacu dari judul di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah pengertian dari pengedokan.
2. Mengetahui bagaimana saja persiapan pada docking kapal.
3. Mengetahui apa saja jenis-jenis pengedokan.
4. Mengetahui bagaimana cara penurunan dock dari atas kapal
5.
6.
7.
8.


(undocking).
Mengetahui bagaimana cara perawatan kapal.
Mengetahui bagaimana hubungan antara GT kapal dengan HP mesin.
Mengetahui penyusunan tata letak pemasangan mesin pada kapal.
Mengetahui konstruksi kamar mesin pada kapal.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengedokan
Pengedokan adalah suatu proses memindahkan kapal dari air/laut
ke atas dock dengan bantuan fasilitas pengedokan. Untuk melakukan

3

pengedokan kapal ini, harus dilakukan persiapan yang matang dan
berhati-hati mengingat spesifikasi bentuk kapal yang khusus dan
berbeda-beda setiap kapal. Biro Klasifikasi Indonesia dan Syah Bandar

menentukan periode-periode pengedokan kapal (perbaiakan kapal diatas
dok), yang kesemuanya tergantung dari umur kapal, jenis bahan yang
dipakai sebagai badan kapal, keadaan/kebutuhan kapal.
2.1.1

Persiapan Pengedokan
a. Proses Persiapan Kapal
 Kapal ditambatkan di Dermaga dan mematikan
semua mesin utama kapal.


Menurunkan barang-barang yang tidak dipelukan
dalam proses perbaikan kapal, misalnya drum dan
barang lainnya yang mudah bergeser.



Memasukan alat-alat yang menonjol keluar kapal
misalnya stabilisato kapal.




Kapal diusahakan tegak tidak dalam posisi miring
ataupun nungging.



Kapal

yang

naik dock diusahakan

dalam

keadaan free gas demi keselamatan karyawan dalam
proses perbaikan.


Menyediakan tali temali, fender dan peralatan yang

lain yang dapat digunakan sewaktu-waktu.



Menyediakan kapal tunda sebagai pemandu kapal.



Pengosongan tangki, baik tangki bahan bakar,
pelumas, ballast dll.



Menyediakan gambar yang dibutuhkan dalam proses
pengedokan, seperti
a. General arrangement
b. Midshipman section
c. Lines plan
d. Shell expantion


4



Memperhatikan posisi waktu gelombang air (pasang/
surut) untuk proses pemasukan kapal maupun
pengeluaran kapal dari dock dengan dibantu kapal
bantu dantug boat.

b. Persiapan Docking oleh Pihak Galangan
Sebelum memasukkan kapal perlu kita perhatikan
hal-hal sebagai berikut:


Mesin harus mati kecuali mesin winch



Kapal diatur supaya trim yang terjadi adalah trim
minimum.




Kapal harus bebas dari muatan berbahaya dan gas



Kesiapan fasilitas sandar (bolder, tali, crew dock dll)



Selain memperhatikan hal-hal tersebut diatas perlu
juga dipersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengaturan keel

block dan side

block,

yang


mengacu pada docking line plan.
b. Pada keel block 1 m terdiri dari beton cor setinggi
70cm dan bantalan kayu keras setinggi 30 cm.
c. Peninggian side block diatur sesuai bentuk
gading-gading kapal.
d. Kapal-kapal dengan lebar sama atau lebih dari
16m dibuat side block antara, dimana jarak antar
block maksimal 2 m atau diatur tumpuan
maksimal pada landasangraving tidak lebih.
e. Posisi bottom plug, peralatan elektronik dibawah
kulit lambung, sea chest, dan sepatu kemudi
tidak boleh bertumpu pada stop block.
f.

Jarak pengaturan lock sebagai berikut:


4 buah keel block terdepan dan 5 buah
paling

belakang

jarak

antar stop

blockmasing-masing adalah 50 cm dan diikat
masing-masing menjadi 1 unit agar saat
kapal

duduk

susunan keel

block tidak

bergeser pada pondasi.


Jarak antara keel block masing-masing 2 m

5



Jarak antara side block masing-masing 3 m,
3,5 m, 4 m tergantung masing-masing
jarak frame dan besar kapal.



Penempatan side

block diletakkan

dalam

daerah setengah lebar –R bilga


Penempatan side block antara, tergantung
posisi side

keel pada

konstruksi

kapal

tersebut.
g. Penempatan keel

block, side

block dan side

block antara diusahakan bertumpu pada wrangwrang double

bottom,

sekat

melintang

dan

memanjang sekat melintang dan memanjang
untuk menghindari deformasi pada plat bottom.
h. Penandaan garis, titik, untuk posisi acuan
pembentukan kapal.
i.

Persiapan tug boat, dock master dan crew dock,
batang stut ukuran, tali-temali, tangga dan lainlain.

j.

Setelah pekerjaan persiapan selesai, kapal dapat
dimasukkan,

urutan

sesuai

dengan

proses docking.

2.1.2

Jenis Pengedokan
Untuk keperluan membersihkan badan kapal dibawah garis
air, memeriksa kerusakan-kerusakan, memperbaiki kerusakankerusakan serta mencat badan kapal dibawah garis air maka
dapat digunakan beberapa jenis dok yaitu :
a. Dok Kolam (GRAVING DOCK/DRY DOCK).

6

Gambar : Graving Dock
Graving Dock yaitu suatu fasilitas pengedokan kapal
yang berbentuk meyerupai Kolam yang terletak di tepi pantai.
Pada graving dock mempunyai beberpa elemen atau bagian
yang penting diantaranya adalah: pintu penutup (yang
berhubungan

dengan

perairan

pantai),

pompa-pompa

pengering, mesin gulung (cupstand), tangga-tangga (untuk
naik

turun

keadasar

dan

atas

kolam,

crane

(untuk

transportasi) dll.
Dimana umumnya dinding-dinding sisi dan belakang
terdiri dari bangunan beton bertulang, Dasar dari kolam ini
terdiri dari beton bertulang yang telah dipancang paku-paku
bumi (concrete pile) sedangkan pintu penutupnya terbuat dari
pelat baja yang konstruksinya dibuat sedemikian rupa,
sehingga pintu tersebut dapat mengapung, dimana pintu
penutup ini dilengkapi tangki-tangki ballast yang digunakan
untuk menenggelamkan dan mengapungkan pada waktu
pengoperasiannya

serta

dilengkapi

dengan

katup-katup

(valves) dan pompa-pompa. Pada bagian bibir pintu yang
bersinggungan dengan bibir kolam (graving dock) diberi
packing dari karet untuk memperoleh kekedapan pada waktu
air dalam kolam kosong.
Sebelum kapal dimasukan kedalam graving dock,
maka graving dock diisi

diisi dengan air dengan cara

membuka katup, setelah permukaan air didalam graving dock
sama dengan permukaan air perairan, maka pintu (gate)
7

dibuka atau digeser dan kapal dimasukkan kedalam graving
dock.

Kapal

diatur

setelah

dalam

kedudukan

yang

direncanakan, pintu ditutup lagi dan air didalam graving dock
dipompa keluar yang sebelumnya katup pemasukannya
ditutup . waktu pemompaan (jumping time) tergantung dari
jumlah dan kapasitas pompa serta jumlah air yang masuk
kedalam graving dock. Setelah graving dock dipompa kering,
kekedapan air dari pintu dock tidak sepenuhnya kedap.
Kemungkinan masih masuknya air kedalam dock dialirkan
pada got dan selang beberapa waktu dapat dipompa keluar
dengan pompa khusus.
Keuntungan secara umum dari Graving Dock adalah
sebagai berikut :


Aman
Lebih aman untuk pengedokan kapal dibanding peralatan
pengedokan lainnya misalnya floating dock. Sebab
graving dock suatu bangunan yang tetap sedangkan
floating dock adalah bangunan yang terapung.



Umur pakainya lama
Umur daya pemakaiannya tinggi dan lama dibandingkan
peralatan pengedokan lainnya.



Perawatan cukup rendah



Dapat digunakan untuk pembangunan kapal baru
Dengan merubah atau memperluas dinding samping dan
belakang maka graving dock dapat dirubah menjadi
launching dock, yang dapat digunakan tidak saja untuk
reparasi tetapi bangunan baru dengan menggunakan
metode arus posisi (positional flow method far new
building ship).
Kerugian secara umum dari Graving Dock adalah

sebagai berikut :
 Biaya pembangunannya cukup besar atau mahal.
 Waktu pebuatannya lama
 Permanen/tidak bisa dipindah
 Lokasi/tempat amat berpengaruh
8

b. Dok Apung ( FLOATING DOCK )

Gambar : Floating Dock
Floating Dock adalah suatu bangunan konstruksi
dilaut yang digunakan untuk Pengedockan kapal dengan cara
menggelamkan dan mengapungkan dalam arah vertikal.
Konstruksi floating dock ini umumnya terbuat dari baja dan
plat, dimana sumber Listrik penyuplinya dapat digolongkan
menjadi dua yaitu : suplai listrik dari darat

atau dari

floatingnya sendiri. Salah satu hal yang paling tampak dari
floating dock ini adalah kemampuannya untuk mereparasi
pontonya sendiri (self dockijng).

Bagian-bagian utama dari Dock Apung adalah sebagai
berikut :


Pompa pengeluaran



Katup-katup pemasukan



Jangkar dan rantai jangkar



Crane pengangkat
Pompa-pompa dan katup-katup serta pipa-pipa induk,

dimana untuk pemompaan ini dapat dikendalikan dari suatu
tempat yang disebut control house. Disamping itu karena dok

9

apung merupakan suatu bangunan yang terapung maka
haruslah perlu ada peralatan untuk bertambat agar jangan
sampai bergeser kedudukannya disebabkan oleh arus,
ombak, atau angin. Peralatan untuk bertambat ini jelas
dengan jangkar atau rantainya dimana kadang-kadang
digunakan juga bangunan beton atau pipa pancang yang
ditempatkan pada dasar perairan sebagai bantuan.
Selain itu dok juga diperlengkapi peralatan untuk
menarik atau menggeser kapal yang akan dinaikkan serta
kran – kran yang diperlukan untuk transportasi pada waktu
reparasi. Sebelum Dok apung yang dibuat dari plat dan beton
bertulang untuk pengedokan kapal yang tak begitu besar
dipakai material dok apung dari kayu. Dimana dok apung dari
kayu dibuat pada waktu itu karena pemakaian kayu jauh lebih
murah dari pada material lainnya .
Pemakaian kayu akan lebih elastic dan baik memakan
beban pukulan, tetapi mempunyai beberapa kekurangan
diantarannya terpaksa dibangun banyak seksi dok akan sukar
mendapatkan kekuatan memanjang dok yang diperlukan.
Oleh karena itu agar dapat dibuat dok apung yang mempunyai
sifat- sifat yang baik maka dibuat dari beton bertulang. Dok
apung yang dibuat dari beton bertulang mempunyai beberapa
kebaikan diantarannya :
1. Pemakaian material lebih sedikit sekitar 1/3 dari
pemakaian material dok apung dari plat.
2. Harganya kurang lebih 25 % lebih kecil disbanding
harga dok apung dari plat.
3. Tidak

akan

berkarat

dan

tak

akan

diperlukan

pengecatan.
4. Biaya eksploitasi lebih rendah disbanding dengan dok
apung dari plat (dengan memperhitungkan, lebih
rendahnya

pemeliharaan,

biaya

perbaiakan

dan

penggantian). Berdasarkan penelitian dok apung dari
beton bertulang tak membutuhkan perbaikan besar,

10

tidak seperti dok apung dari plat setiap 20 tahun karat
diadakan reparasi besar.
5. Kekuatan serta daya tahannya menunjukkan beberapa
ketebalan.
Ciri – ciri yang baik dari dok apung dibanding dengan
dok kolam ialah :
1. Dok apung dapat dipindahkan kesebarang tempat
perairan betapapun jauhnya.
2. Biaya pembuatannya (diukur penjangkaran) 3 – 4 kali
lebih murah disbanding dok kolam.
3. Kemampuan dok apung dapat menaikkan kapal
dengan kemiringan memanjang dan melintang yang
cukup besar.
4. Dok apung dapat menaikkan kapal dengan panjang 15
– 20 % daripada panjang dok apungnya sendiri,
sedangkan dok kolam tidak bias.
Ciri – cirri negatifnya ialah :
1. Umur pemakain lebih rendah disbanding dok kolam.
2. Memerlukan dalam perairan yang cukup dalam agar
jngan sampai dok apung duduk dilumpur ( dasar
peranan ) pada waktu akan dapat menaikkan kapal.
3. Memakai tenaga yang lebih besar dibanding dengan
dok kolam.

c. Dok Tarik (SLIPWAY DOCK)

11

Dok tarik (Slip Way) adalah fasilitas pengedokan kapal
dengan cara medudukan kapal diatas kereta yang disebut
trolley dan menarik kapal tersebut dari permukaan air dengan
mesin derek dan tali baja melalui suatu rel yang menjorok
masuk kedalam perairan dengan kecondongan tertentu
sampai ketepi perairan yang tidak terganggu oleh pasang
surut dari air laut.

Slipway adalah peralatan di tepi peraiaran yang
diguanakan untuk menaikkan kapal yang akan diperbaiki
melalui rel dan pertolongan keret serta dengan beberapa
penggeserannnya.

Seperti

pada

heling,

sleepway

pun

tergantung kedudukan kapal terhadap rel terbagi atas Slipway
melintang dan Slipway mamanjang.
Proses pengedokan pada slipway adalah sebagai
berikut:
1.

Pengaturan keel block dan side block pada kereta yang
mengacu pada docking lines plan.

2.

Membuka pintu slip way dengan cara memompa keluar
air yang ada di tangki pintu slipway.

3.

Kapal didorong dengan tugboat menuju pintu silway, pada
kapal tersebut pada bagian kanan dan kiri diberi tali untuk
mengarahkan kapal supaya pas pada keel block dan side
block yang sudah dibuat.

4.

Setelah itu kapal yang sudah duduk diatas kereta ditarik
keata.

5.

Slipway ditutup kembali dan airnya dipompa keluar.

d. Dock Angkat (SYNCRHOLIFT)

12

Gambar : Syncrolift Drydock
Syncrolift adalah cara pengedokan kapal dengan
menggunakan lift. Platform dari syncrolift diturunkan dengan
pertolongan penghantar dan lift dari beberapa mesin Derek
listrik kanan dan kiri. Setelah platform mencapai kedudukan
yang tertentu, yang sudah barang tentu telah dipersiapkan
balok lunas dan balok samping yang diperlukan maka kapal
dimasukkan . Kemudian platform diangkut sampai pada
permukaan. Penghantar tetap dari platform itu dapat berupa
pipa baja atau beton. Jumlah mesin Derek listrik ini minimum
adalah empat, lebih banyak lebih baik.
Untuk

mempertinggi

efisiensi

dari

syincrolift

ini

biasanya digunakan lagi rel penggeser (transfer system) baik
arah memanjang atau melintang sehingga dapat memperbaiki
beberapa kapal atau membuat kapal baru.
2.1.3

Penurunan Kapal Dari Atas Dock (Undocking)
a. Tahap Persiapan :


Pastikan material, alat kerja, kotak sampah dan barangbarang bekas yang berada diatas dok telah dinaikkan ke
darat.



Siapkan tali tambat pada tempat yang telah ditentukan.



Siapkan tenaga kerja yang telah ditentukan di atas dok
apung, kapal dan tug boat serta lokasi sandar yang telah
ditentukan.

13



Pastikan kapal yang telah diturunkan dok telah diatur
kondisi ballast sesuai pada waktu naik dok dan dan telah
diperiksa oleh pihak control galangan, klas,atau owner
surveyor.



Seluruh peralatan yang ada di dock apung dicoba dan
pastikan

alat-alat

mekanik, elektrik, pneumatik, serta

indikator-indikator yang ada di control house dapat bekerja
secara akurat.


Pastikan kondisi kapal tunda (tug boat) dalam kondisi siap
pakai.



Periksa tabel pasang surut air laut terhadap kondisi sarat
penurunan kapal dan dock apung telah aman dari bahaya
kandas.

b. Tahap Pelaksanaan :


Dok apung diturunkan sampai draft yang diperlukan
(dengan mengantisipasi situasi pasang surut air laut).



Setelah kapal terapung, checker dan inspektor control
galangan memeriksa lokasi yang ada perbaikan terhadap
kemungkinan adanya kebocoran.



Kapal digandeng 2 kapal tunda untuk ditarik keluar dok
apung, kemudian ditempatkan pada lokasi sandar yang
telah ditentukan.



Setelah kapal keluar, dok mulai dipompa kembali.



Selama dalam proses pemompaan, petugas yang berada
diatas dok selalu mengikuti perkembangan situasi dan
kondisi sampai dok terapung kembali seperti semula.

2.1.4

Perawatan Kapal
Menurut Ariyanto

(2009),

Periode

perawatan

Kapal

Perikanan sebagai berikut:
a. Perawatan rutin
Perawatan rutin adalah perawatan kontruksi kapal yang
dilakukan setiap hari secara teratur yang meliputi kontruksi
14

kapal yang berada diatas permukaan air laut. Pekerjaan yang
termasuk di dalam kegiatan perawatan rutin yaitu:
-

Pembersihan dan pengecatan kontruksi kapal

-

Pendempulan dan pemakalan kampuh kapal yang rusak

-

Perbaikan bagian kontruksi yang rusak.

b. Perawatan periodik
Perawatan periodik adalah perawatan kontruksi kapal
khususnya kapal kayu dilakukan setiap periode waktu enam
bulan yang meliputi kontruksi kapal yang berada dibawah
permukaan air laut. Untuk perwatan periodik kapal kayu harus
dilakukan docking kapal ada tiga cara pengedokan kapal
yaitu:
1. Pengedokan kapal secara mekanis
2. Pengedokan kapal secara tradisional
Pengedokan kapal dengan cara tradisional ditentukan oleh
tinggi rendahnya pasang surut didaerah sekitar galangan
kapal. Apabila perbedaan pasang surut cukup tinggi maka
kapal cukup dikandaskan pada daratan dan selanjutnya
dipasang balok penyangga pada lambung kanan-kiri kapal
agar kapal tetap dalam posisi tegak harus diperhatikan dalam
pengedokan dilakukan secara tradisonal yaitu dasar perairan
harus berupa pasir atau lumpur.
c. Docking besar.
Docking

besar

adalah

merupakan

perawatan

kapal

penangkap ikan yang dikerjakan diatas kapal dan di darat
khususnya galangan kapal rakyat yang mencakup seluruh
kapal, antara lain: mesin kapal, alat navigasi, radar dan lampu
isyarat, mesin Bantu, As dan baling-baling, daun kemudi dan
alas kemudi, pelampung, alat pemadam kebakaran/hydrant.

15

2.1.5

Perawatan/Perbaikan Kayu pada Kapal
Jika perawatan dilakukan oleh pemilik kapal sendiri maka
pada perbaikan kapal yang terbuat dari material kayu, pada
umumya pihak galangan anya menyediakan tempat (slipway)
untuk pross perawatan dan perbaikan kapal. Biaya yang
dikenakan kepada pemilik kapal hanyalah biaya naik/turun kapal
dan biaya sewa slipway per hari. Proses perbaikan dilakukan
sendiri oleh pemilik kapal dengan merekrut pekerja-pekerja
sendiri, dengan demikian biaya perawatan dan perbaikan
ditanggung sendiri oleh pemilik kapal secara langsung.
Jika perawatan dilakukan oleh galangan kapal maka
Proses perawatan dan perbaikan yang dilakukan pada galangan
kapal meliputi perawatan dan perbaikan untuk bagian badan kapal
(Lambung kapal), perawatan dan perbaikan itu meliputi:


Pencucian seluruh bagian kapal, pengelontokan cat kapal
yang telah rusak atau bocor dan pengecatan kapal. Namun
demikian apabila pihak pemilik kapal menginginkan hal
tersebut dilakukan oleh pihak galangan kapal, maka
setelah terjadi kesepakatan bersana, proses perbaikan
akan segera dilakukan.



Perawatan dan perbaikan lainnya seperti: mesin kapal,
baling baling, jangkar, instalasi listrik dan lainnya juga
dapat dilakukan oleh pihak galangan kapal, sedangkan
untuk alat tangkap ikan, pada umumnya dlakukan di
tempat lain.

a. Prosedur Kegiatan Perawatan dan Perbaikan Kapal Kayu
Prosedur yang dilakukan pada dasarnya tidak terlalu
rumit dan birokratis. Setelah ada surat pengantar dari
syahbandar (atau hal tersebut bisa dibantu oleh pihak
galangan) dan setelah terjadi kesepakatan bersama maka
proses perbaikan kapal dimulai.
Prosedur
pertama
yang

dilakukan

adalah

memberitahukan kepada pihak galangan mengenai keinginan

16

pemilik dalam melakukan kegiatan doking. Pemberitahuan itu
juga menentukan tanggal dan waktu pengedokan kapal ke
atas

slipway.

Penentuan

waktu

doking

berdasarkan

ketersediaan tempat yang ada dan juga berdasarkan
kepercayaan lama dari pemilik kapal. Setelah negosiasi
berjalan lancer dan disetujui oleh kedua belah pihak, kapal
dapat langsung dinaikkan ke atas slipway sesuai tanggal dan
waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Pencucian Kapal
Setelah kapal berada di slipway, kegiatan yang
pertama kali dilakukan adalah pembersihan atau pencucian
seluruh bagian kapal. Pencucian ini menggunakan air tawar
yang

berasal

dari

ledeng.

Selama

proses

pencucian

berlangsung, dilakukan kegiatan pembersihan badan apal dari
binatang laut dan kotoran lain yang menepel pada lambung
kapal.
Alat yang digunakan adalah serok dan sikat besi.
Pembersihan ini dilakukan pada seluruh badan kapal terutama
bagian lambung kapal. Kegiatan ini berlangsung selama 1-2
jam. Dengan keadaan kapal yang sudah bersih, maka dapat
dilihat secara pasti dan jelas mengenai kondisi kapal,
sehingga dapat diketahui bagian bagian yang perlu perbaikan
atau pengantian. Bagian bagian yang rusak dapat dilepaskan
terlebih dahulu untuk diperbaiki, diantaranya adalah balingbaling, daun kemudi, klep depan dan belakang, as balingbaling dan bagian permesinan.
c. Pemakalan dan Pendempulan Badan Kapal
Proses perawatan kapal yang rutin dilakukan setiap
tahun adalah pengecatan kapal kembali. Proses ini dimulai
dengan pengelontokan cat yang telah lama dan telah
terkelupas, dilanjutkan dengan proses penggantian papan
papan lambung yang telah lapuk dan pemakalan. Proses
pakal adalah kegiatan menambal, bagian bagian antar papan
pada lambung kapal dengan menggunakan makjun. Makjun
merupakan semacam serat yang terbuat dari remi. Serat ini
dimasukkan pada sela sela papan dengan mengunakan palu
17

dan pakal. Proses pemakalan dan pendempulan memakan
waktu 2-3 hari tergantung kepada jumlah pekerja dan ukuran
kapal yang dikerjakan.
d. Pengecatan Kapal
Proses pengecatan dimulai dengan pemberian cat
menie pada seluruh bagian lambung kapal. Pemberian cat
menie bermulai dari lunas (dasar) sampai batas water line
tertinggi. Cat ini diharapkan dapat menjadi anti fouling dan anti
karat pada lambung kapal.
Proses selanjutnya adalah pemberian cat yang sesuai
dengan keinginan pemilik kapal. Cat ini melapisi cat menie
yang telah kering sebelumnya. Proses pengecatan kapal
deilakukan

oleh

kelompok

pekerja

yang

brbeda

dari

sebelumnya. Berjumlah 5-6 orang sehingga proses ini dapat
diselesaikan selama 1-2 hari. Jika seluruh kegiatan perawatan
kapal selesai maka bagian bagian kapal yang lain dilepaskan
sebelumnya (daun kemudi, baling baling, clamp depan
belakang dan as baling baling) dapat dipasang kembali.

e. Kegiatan Reparasi
Penggantian kayu lunas, penambahan kayu lunas
(memperpanjang lunas kapal pada bagian buritan, dan
penambahan kayu lunas (menambah ketebalan lunas kapal).
Clamp merupakan bagian yang terbuat dari besi yang berada
pada bagian sambungan linggi depan dan belakang kapal
dengan lunas kapal. Clamp berfungsi untuk memperkuat
sambugan

tersebut.

Pemasangan

clamp

dengan

menggunakan mur yang diborkan ke dalam kayu linggi dan
lunas.
Daun kemudi yang telah lapuk atau rusak dapat diganti
sesuai dengan ukurannya semula. Perbaikan atau pergantian
baling baling hanya dilakukan jika mengalami patah saja.
Daun baling baling yang patah dapat disambungkan kembali
dengan pengelasan atau menggantinya dengan baling baling

18

yang baru. Proses perbaikan juga sering dilakukan untuk
mengganti papan papan dek yang telah lapuk.
2.2

Perbandingan GT Kapal dengan HP Mesin
Usaha penangkapan ikan dapat dimaksimalkan efisiensinya,
apabila sarana dan prasarana dimajukembangkan dengan teknik yang
memadai atau berteknologi maju. Teknologi yang menentukan dalam
usaha penangkapan dalam kaitannya dengan kapal perikanan ialah
penggunaan mesin (mekanisasi) untuk penggerak kapal. Pemanfaatan
mesin dalam kapal perikanan sangat membantu kegiatan penangkapan.
Oleh karena itu, semakin modern teknik mesin yang digunakan semakin
efektif dan efisien pula kegiatan penangkapan. Oleh karena itu, dengan
didukung oleh perangkat penangkapan yang modern, maka tentunya
akan semakin dapat pula dilakukan upaya memaksimalkan usaha
penangkapan, dalam waktu yang relatif lebih singkat.

Oleh karenanya, perputaran mesin yang maksimal dijadikan
patokan kemampuan ‘gear box’. Kaedahnya secara sederhana
adalah semakin tinggi putaran mesin maka semakin tinggi pula
perbandingan yang harus dimiliki oleh gear box. Apabila kaedah ini
tidak diterapkan, maka dapat berakibat hilangnya tenaga mesin
(losting power engine).
Manga (1993) menyatakan bahwa untuk mesin penggerak
sistem dua langkah, dengan enam silinder, dapat dikopel langsung
dengan baling-baling. Sedangkan mesin penggerak empat langkah
dengan enam slinder harus dikopel dengan terlebih dahulu
menggunakan ‘reduction gear’ sebelum dihubungkan dengan balingbaling. Hal ini mengesampingkan fungsi lain dari ‘gear box’, juga
dapat mengubah arah keluaran putaran menjadi maju ataupun
mundur. Sebab mesin dua langkah lebih memiliki tenaga atau lebih
tanggap (responsive) ketika diberi beban dibandingkan mesin empat
langkah. Hal ini pada akhirnya berdampak kepada penghematan
pemakaian bahan bakar. Karena mesin akan memerlukan lebih
banyak bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang besar.

19

FAO (1996) mengklasifikasikan perikanan yang selektif bagi
beberapa negara, menggolongkan perikanan di Indonesia pada dua
kategori yaitu:
1. Perikanan skala kecil; menggunakan mesin luar < 10 HP atau < 5
GT dengan daerah operasi jalur 1 (4 mil) dari garis pantai, dan yang
menggunakan mesin luar < 50 HP atau < 25 GT dengan daerah
operasi jalur 2 (4 mil – 8 mil).
2. Perikanan

skala

besar

yang

merupakan

perikanan

industri,

menggunakan mesin dalam < 200 HP atau 100 GT dengan daerah
operasi jalur 3 dan 4 (8 mil – 12 mil dan atau > 12 mil).
2.2.1

GT (Gross Tonnage)
GT adalah perhitungan volume semua ruang yang terletak
dibawah geladak kapal ditambah dengan volume ruangan tertutup
yang terletak di atas geladak ditambah dengan isi ruangan beserta
semua ruangan tertutup yang terletak di atas geladak.
Tonase kotor (GT) diperoleh dengan mengalikan faktor
yang besarnya 0,25 dengan jumlah volume (V) dari volume
ruangan di bawah geladak (VI) dan volume ruangan-ruangan di
atas geladak yang tertutup (V2), atau dalam bentuk rumus ditulis
sebagai berikut : Tonnage Kotor (GT) = 0,25 . V

2.2.2

HP (Horse Power)
Horse power / tenaga kuda adalah salah satu unit
pengukuran daya yang pada umumnya setara dengan 735.5
hingga 745.7 watt. Pada awalnya, istilah daya kuda digunakan
untuk

membandingkan

performa

antara

mesin

uap

dengan kemampuan tarikan kuda (draft horse). Setelah itu, satuan
ini diadopsi untuk mengukur daya keluaran dari piston, turbin,
motor listrik, dan mesin lainnya.
Horse Power (HP) adalah sebuah kemampuan untuk
mengusung sebuah beban dalam priode/rentang waktu tertentu.
Dalam kendaraan bermotor biasanya disitu akan menyantumkan
dua varian nilai dari Horse Power, dimana yang pertama
adalah Brake Horse Power (BHP), nah maksudnya dari BHP
20

adalah suatu nilai horse power yang diperoleh dari sebuah
gerakan piston naik turun yang diterima oleh poros engkol
(crankshaft) dan nilai tersebut dihitung sebagai nilai net (nilai
bersih)

dari

horse

power,

nilai

tersebut

didapat

dengan

mengabaikan loss komponen yang dihasilkan oleh putaran
komponen komponen lainnya yang terdapat pada rangkaian
mesin tersebut. Sedangkan yang ke dua adalah Wheel Horse
Power (Horse power) dimana nilai dari Hp tersebut didapat setelah
melalui proses loss komponen yang ada didalam rangakian mesin
tersebut.

2.3

Tata Letak Pemasangan Mesin
Menentukan pondasi mesin yang tepat (accurate) adalah
langkah awal yang penting dilakukan dalam proses memasang mesin
kapal. Karena hal ini berkaitan erat dengan teknik memasang mesin
kapal yang efektif sebagai penggerak kapal. Membuat kapal perikanan
haruslah memperhitungkan rancangan kedudukan mesin dan perangkat
yang mendukung mesin tersebut sebagai penggeraknya. Untuk
memehuhi persyaratan itu diperlukan sumber tenaga penggerak yang
memiliki kemampuan menghasilkan daya kecepatan yang tinggi. Ada
beberapa jenis tenaga penggerak yang sering digunakan pada kapal,
antara lain mesin yang bertenaga miyak solar atau diesel dan bertenaga
bahan bakar bensin (Pounder, 1972).
Menentukan kedudukan mesin kapal haruslah dipertimbangkan
sistemnya dengankapal. Kedudukan mesin haruslah selaras dengan
berat dan ukuran mesin. Instalasi kedudukan mesin yang baik akan
mengurangi getaran (vibrasi) yang ditimbulkan oleh mesin itu (Pike,
1975).
Mesin pada kapal perikanan pada umumnya memiliki prinsip dan
mekanisme kerja yang sama dengan mesin lainnya, yang digunakan
dalam

dunia

otomotif

dan

industri

lainnya.

Hanya

saja

yang

membedakannya adalah kebutuhan, fungsi dan mekanisme sistem
mesin itu berkerja. Pada kapal perikanan sebagian besar menggunakan
mesin diesel.

21

Menurut Wiranto dan Tsuda (2004) mesin diesel merupakan
mesin yang sistem penggeraknya adalah menggunakan sistem
pemampatan

(compression

system)

yang

tinggi,

kemudian

menginjeksikan bahan bakar ke dalam udara dalam mesin pada suhu
dan tekanan yang tinggi. Hal inilah sebenarnya sumber yang
menimbulkan getaran yang kuat, yang pada gilirannya dapat berakibat
berkurangnya kekuatan mesin dan lunas kapal dalam rentang waktu
yang lama.
Untuk mengkonversikan antara suatu jenis mesin sebagai mesin
utama baik dari jenis kecepatan tinggi atau menengah pada suatu kapal
perikanan sangat erat kaitannya dengan rancangan awal dalam
pembuatan kapal, yang berkaitan pula dengan keadaan mesin yang
dipakai atau pemilihan mesin (Fyson 1985), dan teknik pemasangan
mesin pada kapal. Seperti yang dikemukakan oleh Ahmad et al. (2004)
bahwa tahapan di dalam pembuatan suatu kapal di antara rangkaian
sistemnya adalah pemasangan landasan mesin dan pemasangan
sumbu baling-baling (bost propeller). Dengan demikian diperlukan suatu
pemaduan (integrasi) antara teknik pemasangan instalasi mesin dengan
perancangan kapal. Itu haruslah berdasarkan pengetahuan teknik
pemasangan mesin yang efektif menggerakkan kapal perikanan, yang
umumnya masih dibuat dari bahan kayu.
Mesin utama kapal penangkap ikan harus mempunyai daya yang
sesuai dengan hambatan yang dihadapi kapal, yang dipengaruhi oleh
penempatan fondasi mesin kapal dan hubungan mesin dengan ukuran
kipas. Hal ini ada hubungannya dengan pemilihan mesin yang dipasang
pada kapal penangkap ikan, karena dirancang dan direkayasa untuk
Negara pembuatnya, maka mungkin saja tidak sesuai dengan alam dan
lingkungan Indonesia; terutama tentang ketahanannya terhadap suhu,
kelembaban, dll. (Manga, 1993).
Konstuksi kamar mesin dibuat khusus karena adanya bebanbeban tambahan yang bersifat tetap, seperti berputarnya mesin utama
dan mesin lainnya.
Dalam pemasangan kemudi kapal, yang pertama kali dilakukan
adalah mengukur dan mengetahui panjang, lebar daun kemudi dan
tinggi tiang yang digunakan. Untuk menentukan besar daun kemudi

22

pada umumnya dilakukan perhitungan dengan membandingkannya
terhadap ukuran berat (GT) kapal. Sebab fungsi kemudi memang untuk
mengarahkan gerakan kapal atau berkaitan dengan menggerakkan
kapal. Oleh karena itu, lazimnya semakin besar atau berat kapalnya
semakin besar pula ukuran kemudi yang dibutuhkan. Selain itu, ukuran
kemudi

juga

ditentukan

oleh

fungsi

kapal.

Pada

kapal

yang

membutuhkan maneuver cukup tinggi seperti kapal purse-seine, maka
daun kemudinya dibuat sedikit lebih besar.

Pembuatan lubang sumbu baling-baling merupakan hal yang
sangat menentukan (crucial) terhadap efektifnya mesin. Ini erat
kaitannya dengan kedudukan dan besarnya lubang, yang ditentukan
oleh besarnya sumbu dan ukuran baling-baling yang digunakan.
Kedudukan lubang sumbu baling-baling mempengaruhi kedudukan
fondasi mesin dan pada gilirannya juga efektifnya tenaga mesin.
Kedudukan dan besarnya lubang sumbu baling-baling juga berkaitan
erat dengan jenis mesin yang akan digunakan karena akan
mempengaruhi kemampuan ‘gear box’.
2.3.1 Konstruksi Kamar Mesin Kapal
Kamar mesin adalah kompartemen yang sangat penting
pada sebuah kapal. Di tempat inilah terdapat mesin penggerak
kapal yang biasanya dinamakan mesin induk atau mesin utama.
Di kamar mesin pula terletaksumber tenaga untuk membangkitkan
listrik yang berupa generator listrik kapal, pompa-pompa, dan
bermacam-macam

peralatan

kerja

yang

menunjang

pengoperasian kapal. Konstruksi kamar mesin dibuat khusus
karena adanya beban-beban tambahan yang bersifat tetap,
seperti berputarnya mesin utama dan mesin lainnya.
Untuk poros antara yang melalui ruang muat, dibuat
terowongan poros baling-baling di bagian bawah ruang muat.
Selain itu ada lagi tipe kapal yang mempunyai kamar mesin
langsung di belakang, maksudnya tanpa ruang palka di antara
kamar mesin dengan ceruk buritan. Kamar mesin di tengah jarang
sekali digunakan.

23

Keterangan:
1. Mesin utama
2. Generator
3. Wrang kamar mesin
4. Tangki pelumas cadangan
5. Poros antara
6. Poros baling-baling
7. Baling-baling
8. Kemudi
9. Tangki air tawar
10. Cerobong asap
Kamar mesin pada kapal-kapal besar biasanya lebih dari
dua lantai. Pada lantai pertama atau lantai alas dalam terletak
mesin utama dan pada lantai kedua terletak generator pembangkit
tenaga listrik. Jumlah generator lebih dari satu, dan umumnya dua
atau tiga. Hal tersebut dimaksudkan sebagai cadangan, jika salah
satu generatornya rusak atau sedang dalam perbaikan. Dapat
dilihat bahwa mesin utama terletak tepat pada bidang simetri
kapal dan tiga buah generator listrik terletak pada lantai yang
sama.

24

Pandangan Atas Kamar Mesin

Gambar pandangan atas kamar mesin dibuat berdasarkan
pandangan atas dari lantai kamar mesin dan dinamakan gambar
rencana tata letak kamar mesin.
Gambar-gambar lain yang lebih detail dari kamar mesin
berpedoman pada gambar rencana tata letak kamar mesin,
misalnya gambar fondasi mesin pompa-pompa, botol angin,
keran-keran, dan sistem pipa pada kamar mesin.

Pandangan Samping Seluruh Isi Kamar Mesin

Keterangan:
1. Pondasi mesin

25

2. Mesin utama
3. Dinding selubung kamar mesin
4. Jendela atas
5. Cerobong asap
6. Sekat depan kamar mesin
7. Sekat belakang kamar mesin
8. Pipa gas buang
9. Pelat alas
10. Geladak utama
11. Geladak kimbul
12. Geladak sekoci
Untuk merencanakan kamar mesin seluruh kebutuhan
sistem harus ditentukan secara detail. Di dalam pertimbangan
perancangan kamar mesin bukan hanya meminimumkan volume
ruang mesin atau panjang kamar mesin namun harus di
pertimbangkan pencapaian layout yang rational untuk mesin
utama

dan

mesin

bantu.

Juga

harus

dipertimbangkan

kemungkinan untuk pemasangan, pengoperasian, perawatan
praktis, reparasi maupun penggantian.

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
26

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:


Pengedokan adalah suatu proses memindahkan kapal dari air/laut ke



atas dock dengan bantuan fasilitas pengedokan.
Untuk melakukan pengedokan kapal ini, harus dilakukan persiapan
yang matang dan berhati-hati mengingat spesifikasi bentuk kapal yang



khusus dan berbeda-beda setiap kapal.
Secara garis besar, jenis pengedokan ada 4 yaitu:
a)

Dok Kolam (Graving Dock/Dry Dock)

b)

Dok Apung (Floating Dock)

c)

Dok Tarik (Slipway Dock)

d)

Dok Angkat (Syncrholift)



Periode perawatan kapal ada 3 yaitu perawatan rutin, perawatan



periodic, dan docking besar.
Usaha penangkapan ikan dapat dimaksimalkan efisiensinya, apabila
sarana dan prasarana dimajukembangkan dengan teknik yang



memadai atau berteknologi maju.
Kamar mesin adalah kompartemen yang sangat penting pada sebuah
kapal. Di tempat inilah terdapat mesin penggerak kapal yang biasanya



dinamakan mesin induk atau mesin utama.
Kamar mesin pada kapal-kapal besar biasanya lebih dari dua lantai.

27