Peluang Tantangan dan Peran Perguruan Ti

Muhammad Darmawan Ardiansyah/Hubungan Internasional/semester 1/1112113000007

Peluang, Tantangan, dan Peran Perguruan Tinggi Dalam Mewujudkan
Masyarakat Madani di Indonesia
Masyarakat madani sering diidentikkan dengan masyarakat yang berkualitas, mandiri,
dan memiliki ciri-ciri multikulturalisme, hubungan timbal balik yang saling menguntungkan,
serta mempunyai toleransi yang sangat tinggi. Selain daripada itu masyarakat madani disebut
juga sebagai sebuah kerjasama yang dibentuk oleh warga negara untuk membangun tali
persaudaraan, menciptakan jaringan komunikasi, serta membentuk ikatan sosial di antara
komunitas warga negara.
Arti dari masyarakat madani itu sendiri adalah sistem sosial yang dibangun diatas
prinsip-prinsip berasaskan moral untuk menjamin keseimbangan antara kebebasan masingmasing individu dan kestabilan masyarakat. Masyarakat madani merupakan sebuah proses
dalam rangka mewujudkan demokrasi setelah reformasi. Pembentukan masyarakat madani
ditujukan untuk mengisi ruang publik sebagai kaca spion untuk mengawasi jalannya
pemerintahan. Sehingga pemerintahan dapat dijalankan sesuai kehendak bersama dan
menghindari adanya campur tangan pribadi dalam menjalankan kekuasaan.
Karakteristik masyarakat madani adalah wilayah publik yang bebas, dijalankannya
prinsip-prinsip demokrasi dengan baik dan benar, sikap saling menghargai dan menghormati
perbedaan pendapat, adanya tingkat kesadaran yang tinggi akan pluralitas dan kemajemukan
bangsa Indonesia, dan keadilan sosial yang menjamin semua warga negara sama dan tidak
ada perbedaan dimata hukum.

Refleksi dari demokrasi adalah terciptanya masyarakat madani yang bebas dari
intervensi negara. Apabila kita teliti lebih lanjut mengenai ciri-ciri masyarakat madani diatas
dapat kita simpulkan bahwa masyarakat madani adalah sebuah masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai demokrasi, dimana para anggotanya mempunyai kesadaran tinggi akan hakhak dan kewajiban untuk menyuarakan aspirasi dan mewujudkan kepentingan untuk
kemaslahatan bersama. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah harus memberikan ruang
yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk campur tangan dalam mewujudkan programprogram pembangunan yang dijalankan di wilayahnya.
Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat instan yang terbentuk
begitu saja. Masyarakat madani merupakan sebuah proses panjang yang dibutuhkan usaha
dan perjuangan terus-menerus untuk mewujudkannya. Dibutuhkan kemandirian bagi

masyarakat madani agar tidak bergantung pada negara. Cerminan dari masyarakat madani
yang memiliki kemandirian tinggi dan tidak menggantungkan hidupnya pada negara dapat
kita lihat contohnya pada lembaga-lembaga yang bersifat non-pemerintah, dimana lembagalembaga semacam ini sangat banyak sekali di Indonesia.
Sejarah perkembangan masyarakat madani muncul seiring dengan adanya
ketidakpuasan pada masyarakat mengenai pengambilan-pengambilan keputusan yang banyak
mengesampingkan aspirasi mereka. Perkembangan istilah dan pemaknaan masyarakat
madani sendiri telah banyak berubah seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut
pencapaian kualitas kehidupan yang lebih tinggi. Tidak hanya berperan dalam pengambilan
keputusan saja, melainkan juga menjadi penyeimbang kekuatan di sebuah negara. Dalam
pandangan para ilmuwan, masyarakat madani didominasi oleh kalangan cendikiawan, dimana

mereka menjadi aktor utama dalam proses perubahan sosial dan politik.
Apabila dilihat dari kehidupan politik, secara sederhana sistem politik masyarakat
madani adalah sistem politik berperadaban yang pelaksanaannya berdasarkan saling
mengawasi dan mengimbangi kekuasaan antara negara dan masyarakat, patuh dan tunduk
pada hukum-hukum yang telah ditentukan. Konsep masyarakat madani dapat dipahami
sebagai masyarakat beradab dan berbudaya. Pembentukan masyarakat madani dapat dilihat
dengan ciri-cirinya yaitu bertambahnya kelas menengah sosial ekonomi yang berpendidikan
tinggi dan mempunyai kekuatan ekonomi, dan tidak terlalu bergantung sepenuhnya pada
negara.
Masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan dalam membangun demokrasi.
Salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi masyarakat dalam
proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintahan.
Masyarakat madani mensyaratkan adanya keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi
sosial. Keterlibatan tersebut memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan sikap
toleransi antara satu dengan lainnya. Demokrasi dapat dianggap sebagai hasil pandangan
masyarakat yang menghendaki adanya partisipasi.
Masyarakat madani akan hidup dan berkembang dalam kondisi masyarakat yang pro
demokrasi. Oleh sebab itu sebuah negara perlu menjalankan secara sungguh-sungguh proses
demokratisasi. Perlu dikembangkan bentuk dan sistem politik yang lebih dmokratis, sehingga
wujud demokrasi pancasila yang dinginkan menjadi kenyataan. Apabila hal-hal tersebut dapat


dijalankan dengan baik ditengah fenomena kehidupan Indonesia yang majemuk, maka akan
tercipta hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara civil society dan
demokrasi.
Di Indonesia masyarakat madani sangat dipengaruhi oleh proses modernisasi, semenjak
tumbuhnya kaum terpelajar dan golongan cendikiawan maka dimungkinkan munculnya
kesadaran politik untuk melepaskan diri dari cengkraman penjajahan dan membentuk sebuah
masyarakat dengan tatanan baru yang berprinsipkan demokrasi. Hal tersebut dapat kita lihat
pada masa kolonialisme Belanda, dimana terdapat banyak organisasi-organisasi yang bersifat
civil society.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat madani Indonesia mengalami pasang surut dari
masa ke masa. Penyebab utama masalah tersebut adalah ketidakkonsistenan pemerintah
dalam menjalankan demokrasi. Demokrasi yang telah dijadikan keputusan akhir bagi
Indonesia yang majemuk malah dianggap sebagai faktor utama keterpurukan Indonesia di
panggung perpolitikan dunia. Inilah faktor utama penyebab masyarakat madani tidak bisa
berkembang secara maksimal, karena adanya pemasungan nilai-nilai demokrasi, dimana
nilai-nilai tersebut berperan aktif bagi perkembangan masyarakat madani di Indonesia.
Reformasi dijadikan sebuah harapan bagi berkembangnya masyarakat madani untuk
mendukung jalannya pemerintahan yang demokratis. Akan tetapi, harapan yang diinginkan
tidak didukung oleh warga negara sebagai komponen utama pembentuk masyarakat madani.

Hal ini dapat kita lihat dari masih rendahnya minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik Indonesia dan kurangnya rasa nasionalisme yang kurang peduli dengan
masalah-masalah yang dihadapi negara ini, masih kurangnya sikap toleransi baik dalam
kehidupan bermasyarakat maupun beragama, serta masih kurangnya kesadaran individu
dalam keseimbangan dan pembagian yang sesuai antara hak dan kewajiban.
Adapun yang masih menjadi kendala utama dalam mewujudkan masyarakat madani di
Indonesia adalah kualitas sumber daya manusia yang masih belum merata, masih rendahnya
pendidikan politik dikalangan masyarakat, kondisi ekonomi negara yang masih belum stabil
pasca krisis moneter yang menyebabkan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat pada
negara, masih maraknya tingkat korupsi, kolusi, dan nepotisme dikalangan pejabat
pemerintahan, serta kondisi politik yang masih labil pasca reformasi.

Kendala lain dari sulitnya untuk menciptakan masyarakat madani adalah masih
membekas kuat dibenak segenap warga Indonesia akan trauma yang ditimbulkan pada masa
rezim orde baru. Pemerintahan orde baru yang represif telah menghasilkan masyarakat yang
tertekan, tidak kritis, serta dipaksa bertindak dan berfikir sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh penguasa. Tidak ada daya dan upaya bagi organisasi-organisasi masyarakat pada masa
itu untuk mengotrol jalannya pemerintahan, karena prinsip-prinsip demokrasi yang dipasung
oleh kekuasaan yang otoriter.
Hambatan lain yang tidak kalah penting adalah pluralitas kehidupan bangsa Indonesia

yang menyangkut kehidupan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Begitu juga tingkat
keegoisan yang mulai timbul di antara warga negara. Indonesia dulu yang dikenal sebagai
negara yang menjunjung tinggi sifat kekeluargaan, berubah drastis menjadi negara yang
sangat identik dengan keegoisan seiring globalisasi yang tidak dapat dibendung arusnya.
Sifat-sifat keegoisan ini sangat mudah dijumpai di kota-kota besar, karena sulitnya untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat.
Membutuhkan proses panjang bagi demokrasi untuk membentuk masyarakat madani.
Untuk mengawali proses tersebut hendaknya dimulai dengan pemahaman dikalangan
masyarakat tentang apa dan bagaimana karakteristik masyarakat madani. Paling tidak
masyarakat memahami konsep serta prinsip-prinsip dasar masyarakat madani. Sehingga
masyarakat mengetahui tujuan dari prinsip masyarakat madani tersebut. Pemahaman
masyarakat harus ditekankan pada mekanisme bagaimana masyarakat madani dijalankan
dalam dinamika kehidupan bermasyarakat. Pemahaman konsep yang bagus lebih
memudahkan masyarakat untuk memahami mekanisme yang dijalankan dalam masyarakat
madani.
Diperlukan upaya untuk menumbuhkan keyakinan dikalangan masyarakat bahwa
masyarakat madani adalah masyarakat yang ideal, pilihan terbaik dalam mewujudkan citacita demokrasi yang berlandaskan pancasila. Disamping penumbuhan keyakinan diperlukan
juga upaya menumbuhkan sikap saling percaya. Dengan ditopang keyakinan yang kuat serta
sikap saling percaya disetiap elemennya, jalan menuju masyarakat madani akan lebih mudah
untuk dicapai.

Apabila telah terbentuk sikap saling percaya dikalangan masyarakat tahap berikutnya
diperlukan juga kesepakatan, satu hati dan kebersamaan dalam menentukan arah kehidupan

yang dicita-citakan. Cerminan dari kesepakatan, satu hati dan kebersamaan akan terlihat
dengan semakin menguatnya rasa saling tergantung antara individu dengan kelompok dalam
masyarakat. Hal ini mengakibatkan tingkat saling membutuhkan antara berbagai elemen
masyarakat akan menjadi bagian terpenting dari moral kehidupan masyarakat dan akan
menjamin keseimbangan antara kebebasan individual dan kestabilan masyarakat.Apabila
tahap-tahap tersebut telah tertanam dalam kehidupan masyarakat, maka penyatuan visi dan
misi menjadi lebih mudah untuk diwujudkan.
Mahasiswa adalah komponen terpenting dalam pembentukan masyarakat madani di
Indonesia. Proses demokratisasi dapat terlihat dari bagaimana sikap-sikap yang ditunjukkan
oleh mahasiswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi pada perilakunya seharihari. Merupakan sebuah keharusan bagi seluruh mahasiswa untuk menerapkan nilai-nilai
demokrasi dalam setiap tingkah lakunya, karena mahasiswa merupakan percontohan
langsung bagi tegaknya demokrasi dimata masyarakat.
Proses demokratisasi mahasiswa dapat ditunjukkan dengan melakukan aksi-aksi yang
dilakukan secara dialogis, santun, dan bermartabat. Toleransi dalam perbedaan pendapat
sangat dibutuhkan agar setiap orang saling menghargai pendapat orang lain dan
mendiskusikan pendapat mereka agar sesuai dengan tujuan bersama. Disamping sikap-sikap
tersebut juga dibutuhkan sikap kritis dikalangan mahasiswa untuk mengontrol kebijakankebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam mengkritisi kebijakan-kebijakan tersebut

juga dibutuhkan upaya untuk memberikan solusi yang terbaik agar kebijakan yang
dikeluarkan sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat madani akan terwujud apabila
sikap-sikap tersebut dapat dipupuk dengan baik dikalangan mahasiswa yang dijadikan
tauladan oleh masyarakat.
Dosen sebagai pendidik mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi mempunyai
kontribusi yang sangat tinggi bagi jalannya demokrasi dikalangan mahasiswa. Anarkisme
yang ditunjukkan oleh mahasiswa tidak lepas dari pendidikan dosen yang diberikan kepada
mahasiswa pada saat di kelas. Mengapa demikian? Karena kurang adanya pendidikan moral
dan keterikatan batin antara mahasiswa dan dosen. Hubungan mereka hanya sebatas
pertemuan di kelas, tidak adanya kesadaran pada pendidik untuk mendidik anak didiknya
agar berguna bagi bangsa.

Ciri-ciri dari tidak berhasilnya perguruan tinggi dalam mewujudkan nilai-nilai
demokrasi dikalangan mahasiswa dapat terlihat dari tingkah laku mahasiswa ketika berorasi
menyampaikan pendapat. Orientasi mereka ketika berorasi ada dua macam yaitu, orasi yang
bertujuan menciptakan kerusuhan dan orientasi yang bertujuan untuk menyelesaikaan
permasalahan dengan baik dan damai sesuai nilai-nilai demokrasi.
Apabila mereka berorientasi pada kerusuhan, maka dapat dipastikan bahwa pendidikan
yang mereka terima di kampus hanyalah sebatas ilmu yang tidak didasari dengan pendidikan
moral yang baik. Dosen hanya berorientasi pada gaji dan kenaikan jabatan, sedangkan

mahasiswa hanya berorientasi pada nilai yang tinggi. Contoh ini dapat kita lihat pada
universitas-universitas yang sering mengalami krisis kerusuhan.
Yang kedua adalah apabila orientasi mereka bertujuan untuk menyelesaikan masalah
dengan nilai-nilai yang beradab. Hal ini tercipta karena adanya pendidikan yang benar-benar
baik di universitas tersebut. Tingkat kesadaran tinggi dikalangan dosen sebagai pendidik
generasi bangsa dan mahasiswa sadar akan tugas yang mereka emban sebagai agen
perubahan bangsa.
Dampak dari orentasi-orientasi diatas sangat besar bagi perkembangan masyarakat
madani di Indonesia. Oleh karena itu, apabila kita benar-benar ingin mewujudkan masyarakat
madani yang penuh dengan nilai-nilai demokrasi, kita harus berorientasi pada opsi yang
kedua. Apabila opsi ini benar-benar diterapkan di seluruh universitas yang ada di negeri
ini,maka masyarakat madani yang penuh dengan nilai-nilai demokrasi akan segera terwujud.

Sumber bacaan:
Buku:
Ahmad. Ubaedillah & Abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan
Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
As’ad Said Ali. Negara Pancasila: jalan kemaslahatan berbangsa. Jakarta:
Pustaka LP3ES, 2009.
Nurcholis Madjid. Cita-cita Politik Islam Era Reformasi. Jakarta: Paramadina,

1999.
Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH., MA., Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA.
Demokrasi Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2005.
Internet:
http://demokrasi-democrazy.blogspot.com/ Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani.
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/04-asfar.pdf.