proposal pemupukan dan penyakit tanaman

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Tanaman bawang merah berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu di sekitar
India, Pakistan sampai Palestina. Bawang merah merupakan sayuran rempah yang
meskipun bukan asli Indonesia, namun penggunaannya sebagai bumbu pelezat
masakan sungguh lekat dengan lidah masyarakat Indonesia. Hampir semua
masakan Indonesia menggunakan bawang sebagai salah satu bumbu penyedapnya
(Wibowo, 1999).
Sejak zaman dahulu, bawang merah telah banyak berperan dalam
peningkatan kesejahteraan manusia dan mempunyai khasiat sebagai obat
tradisional. Hingga sekarang bawang merah banyak digunakan untuk pengobatan
sakit panas, masuk angin, disentri, dan gigitan serangga (Rahayu, Estu & Berlian
2006).
Daerah sentra produksi dan pengusahaan bawang merah perlu
ditingkatkan mengingat permintaan konsumen dari waktu ke waktu terus
meningkat. Hal ini sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan
peningkatan daya belinya. Selain itu, dengan semakin berkembangnya industri
makanan siap saji maka akan terkait pula peningkatan kebutuhan terhadap bawang
merah yang berperan sebagai salah satu bahan pembantunya (Rahayu, Estu &

Berlian 2006).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal
Hortikultura pada tahun 2012 luas panen bawang merah di Aceh adalah 808 Ha,
dengan produksi sebesar 4.385 Ton dan produktivitas sebesar 5,43 Ton/Ha
(Deptan.go.id/BPS Dirjen Hortikultura, 2012).
Salah satu usaha yang dilakukan untuk peningkatan kualitas dan
kuantitas produksi bawang merah adalah dengan pengaturan kerapatan tanaman

2

dan penambahan bahan organik dan pupuk dalam tanah yang dapat memperbaiki
struktur tanah sehingga menjadi gembur dan akar tanaman lebih mudah
menembus tanah dan menyerap unsur hara yang ada dalam tanah dengan baik. Hal
ini akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Kerapatan tanaman (jarak tanam) memiliki hubungan yang tidak dapat
dipisahkan dengan jumlah hasil yang diperoleh dari sebidang tanah. Produksi
tanaman merupakan hasil dari faktor reproduksi dan hasil pertumbuhan vegetatif
(Jumin, 2005).
Hasil penelitian Ferdinanta Sembiring (2010) menunjukkan bahwa jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali jumlah daun. Dari

penelitian diperoleh hasil yang terbaik pada jarak 15 x 10 cm.
Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup
besar ke dalam tanah, sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung
nitrogen tersebut akan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan
pupuk majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal N, P dan K. Fungsi nitrogen
sebagai pupuk adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman
(tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan
membantu proses pembentukan protein. Defisiensi phospor (P) menyebabkan
pertumbuhan tanaman lambat, lemah dan kerdil. Unsur hara kalium (K) berfungsi
dalam pembentukan gula dan pati, sintetis protein, katalis bagi reaksi enzimatis,
serta berperan dalam pertumbuhan jaringan meristem, meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit dan perbaikan kualitas hasil tanaman (Hardjowigeno 2003).
Pemberian bahan organik berpengaruh besar terhadap sifat – sifat tanah.
Daya mengikat unsur kimia yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu
tidak tercuci dan membuat keadaan hara tetap tersedia di dalam tanah. Selanjutnya

3

tanaman akan mendapatkan suplai hara untuk pertumbuhan dan dapat
meningkatkan produksi tanaman (Murbandono, 2003).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengaruh pengaturan jarak tanam dan kombinasi NPK dengan pupuk organik pada
pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum, L).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pengaturan jarak tanam dan kombinasi NPK
dengan pupuk organik pada pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum, L).
Hipotesis Penelitian
1. Pengaturan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman bawang merah.
2. Kombinasi NPK dengan pupuk organik berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.
3. Terdapat interaksi antara pengaturan jarak tanam dan kombinasi NPK dengan
pupuk organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan untuk penulisan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Samudra.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan, seperti petani
dan pengusaha yang bergerak dalam budidaya bawang merah.


4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Bawang Merah
Klasifikasi
Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan ke dalam golongan
sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class
: Monocotyledonae
Ordo
: Liliales
Famili
: Liliaceae
Genus
: Allium
Species

: Allium ascalonicum, L (Rahayu, Estu & Berlian 2006).
Morfologi
Bawang merah merupakan tanaman semusim yang berbentuk rumput,
berbatang pendek dan berakar serabut, tinggi dapat mencapai 15-20 cm dan
membentuk rumpun. Akarnya berbentuk akar serabut yang tidak panjang. Bentuk
daun tanaman bawang merah seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 5070 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau
tua dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek. Pangkal
daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis (Hapsoh dan Yaya
Hasanah, 2011).
a. Akar
Akar tanaman bawang merah terdiri dari primary root (akar pokok) yang
berfungsi sebagai tempat tumbuh akar adventif dan bulu akar yang berfungsi
untuk menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan zat – zat hara dari
dalam tanah. Akar dapat tumbuh hingga kedalaman 30 cm, berwarna putih dan
jika diremas berbau menyengat seperti bawang merah (Setijo, 2003).

5

b. Batang
Bawang merah memiliki batang sejati atau discus yang bentuknya seperti

cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan mata tunas. Pada
bagian atas discus ini terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah
daun. Batang semu yang berada dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya
menjadi umbi lapis (bulbus). Diantara lapis kelopak bulbus terdapat mata tunas
yang dapat membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang
merah biasa (Rukmana, 2002).
c. Daun
Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang seperti pipa,
tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang
daun. Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagian bawahnya melebar dan
membengkak. Daun bawang merah berwarna hijau. Kelopak daun bawang merah
sebelah luar selalu melingkar menutup kelopak daun bagian dalam (Rahayu, Estu
& Berlian 2006).
d. Bunga
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang
bertangkai dengan 50 – 200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai
mengecil dan di bagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang
berlubang di dalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari
daunnya sendiri dan mencapai 30 – 50 cm. Kuntumnya juga bertangkai tetapi
pendek, antara 0,2 – 0,6 cm (Wibowo, 1999).

Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna, terdiri dari 5 – 6
benang sari dan putik. Daun bunga berwarna agak hijau bergaris putih. Bakal

6

buah duduk diatas membentuk bangunan segitiga hingga tampak jelas seperti
kubah (Rahayu, Estu & Berlian 2006).
e. Umbi
Syarat Tumbuh
Iklim
Dalam pertumbuhannya, tanaman bawang merah menyukai daerah yang
beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah, terutama
mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah tidak tahan kekeringan
karena akarnya yang pendek. Selama pertumbuhan dan perkembangan umbi,
dibutuhkan air yang cukup banyak (Rukmana, 2002).
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran
tinggi (0 – 900 m dpl) dengan curah hujan 300 – 2500 mm/thn. Pertumbuhan
tanaman maupun umbi yang terbaik di ketinggian sampai 250 m dpl (Rahayu,
Estu & Berlian 2006).
Tanah

Bawang merah dapat ditanam di sawah setelah panen padi dan dapat juga
di tanah darat seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Tanah yang gembur, subur,
banyak mengandung bahan organis atau humus sangat baik untuk bawang merah.
Tanah yang genbur dan subur akan mendorong perkembangan umbi sehingga
hasilnya besar – besar. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang
berpasir atau berdebu karena sifat yang demikian ini mempunyai aerasi yang
bagus dan drainasenya baik (Wibowo, 1999).
Keasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk bawang merah adalah
yang agak asam sampai normal (6,0 – 6,8). Tanah yang memiliki pH 5,5 – 7,0
masih dapat digunakan untuk penanaman bawang merah (Rahayu, Estu & Berlian
2006).
Kerapatan Tanaman

7

Kerapatan tanaman (jarak tanam) memiliki hubungan yang tidak dapat
dipisahkan dengan jumlah hasil yang diperoleh dari sebidang tanah. Produksi
tanaman merupakan hasil dari faktor reproduksi dan hasil pertumbuhan vegetatif
(Jumin, 2005).
Kerapatan tanaman atau jarak tanam akan sangat berhubungan dengan

persaingan antar tanaman dalam mendapatkan sinar matahari dan unsur hara.
Dalam hal persaingan mendapatkan sinar matahari, kerapatan tanaman yang
tinggi menyebabkan tingkat persaingan menjadi tinggi sehingga kelembapan
udara di sekitar pertanaman tinggi dan meningkatkan risiko terserang hama dan
penyakit.
Sebaliknya kerapatan tanaman yang rendah menyebabkan persaingan
antartanaman menjadi rendah, sehingga kelembapan di sekitar pertanaman rendah
dan menekan serangan hama dan penyakit. Dalam hal persaingan usur hara dan
air, kerapatan tanaman yang tinggi menyebabkan persaingan antartanaman
semakin tinggi sehingga tanaman sering mengalami kekurangan hara dan air.
Demikian pula sebaliknya pada kerapatan rendah.
Pupuk NPK
Pupuk NPK adalah pupuk buatan yang berbentuk cair atau padat yang
mengandung unsur hara utama nitrogen, fosfor, dan kalium. Pupuk NPK
merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang paling umum digunakan
(Wikipedia, 2013).
Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk majemuk yang mengandung
unsur Nitrogen (N), Posfor (P) dan Kalium (K) dengan kadar yang beragam. Jenis
dan kadar unsur yang dikandungnya berdasarkan negara asalnya. Seperti
amafoska I (12-24-12) dari Amerika Serikat, nitrofoska I (17.5-13-22) dari


8

Jerman, compound fertilizer (14-12-9) dari Jepang dan NPK Holland (15-15-15)
dari Belanda (Lingga dan Marsono, 2008).
Pupuk NPK mempunyai berbagai bentuk, yang paling khas adalah pupuk
padat yang berbentuk granul atau bubuk. Ada juga pupuk NPK yang berbentuk
cair, beberapa keuntungan dari pupuk cair adalah efek langsung dan jangkauannya
yang luas (Pusat Marketing NPK, 2012).
Pemakaian pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup
besar ke dalam tanah, sehingga dengan pemberian pupuk NPK yang mengandung
nitrogen tersebut akan membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK merupakan
pupuk majemuk yang terdiri dari pupuk tunggal N, P dan K. Fungsi nitrogen
sebagai pupuk adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman
(tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan
membantu proses pembentukan protein (Hardjowigeno 2003).
Unsur kalium berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohidrat,
memperkuat jaringan tanaman serta membentuk antibodi tanaman melawan
penyakit dan kekeringan. Salah satu fungsi sppesifik unsur K adalah sebagai
pengimbang atau penetral efek kelebihan N yang menyebabkan tanaman menjadi

sukulen (awet muda) sehingga lebih mudah terserang hama penyakit, rapuh dan
mudah rontoknya bunga, buah, daun, cabang. Hal ini karena unsur K berfungsi
meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga mempercepat
penebalan dinding-dinding sel dan ketegaran tangkai/buah/cabang (Hanafiah
2007).
Unsur fosfor sangat berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, bahan
dasar protein, memperkuat batang tanaman serta membantu asimilasi dan
respirasi. Gejala-gejala kekurangan P yaitu pertumbuhan terhambat (kerdil)

9

karena pembelahan sel terganggu, daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai dari
ujung daun, terlihat jelas pada tanaman yang masih muda (Hardjowigeno 2003).
Rinsema (1983) dalam Yulyatin (2007) menyatakan bahwa penggunaan
pupuk NPK mempunyai faktor positif dan negatif. Faktor positif dari pupuk NPK
adalah sebagai berikut : pupuk buatan yang harus dikerjakan biasanya lebih
sedikit dan menaburkan zat makanan tanaman dapat dilakukan dalam satu kali
kerja. Faktor negatif dari pupuk NPK adalah kemungkinan pupuk kurang merata
bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk tunggal, adakalanya tanaman
memperlihatkan gejala tanaman kurang baik sebagai akibat dari konsentrasi garam
yang tinggi di dalam tanah dan NPK bereaksi masam.
Bahan Organik
Sejak berabad – abad yang lalu petani telah mengenal pupuk organik.
Para ilmuwan kemudian membuktikan bahwa peranan bahan organik sangat vital
dalam

mempertahankan

dan

meningkatkan

produktivitas

lahan

melalui

mekanisme perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Premono dan Widayati,
2000).
Pemberian bahan organik berpengaruh besar terhadap sifat – sifat tanah.
Daya mengikat unsur kimia yang baik sehingga menyebabkan unsur kimia itu
tidak tercuci dan membuat keadaan hara tetap tersedia di dalam tanah. Selanjutnya
tanaman akan mendapatkan suplai hara untuk pertumbuhan dan dapat
meningkatkan produksi tanaman (Murbandono, 2003).
Sumber primer bahan organik di dalam tanah adalah jaringan tanaman
berupa akar, batang, daun, ranting, bunga dan buah. Jaringan tanaman ini akan
mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah, serta bercampur

10

dengan tanah. Tumbuhan tidak saja menjadi sumber bahan organik tanah, tetapi
juga sumber bahan organik bagi makhluk hidup (Hakim, dkk, 2010).
Bahan organik yang dapat ditambahkan ke dalam tanah antara lain
berbagai jenis pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, guano, bokashi, tepung
tulang dan sebagainya.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan -bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan
aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003 dalam Wikipedia).
Menurut Redaksi Agromedia (2007), kompos adalah sampah organik
yang telah mengalami proses pelapukan atau dekomposisi akibat adanya interaksi
mikroorganisme yang bekerja di dalamnya. Bahan – bahan organik yang biasa
dipakai bisa berupa dedaunan, rumput, jerami, sisa ranting atau dahan pohon,
kotoran hewan, kembang yang telah gugur, air kencing hewan dan sampah dapur.
Pupuk kandang mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik dan
kimia tanah. Pupuk kandang dapat menambah ketersediaan bahan makanan (unsur
hara) bagi tanaman, yang dapat diserapnya dari dalam tanah, dengan perkataan
lain pupuk kandang mempunyai kemampuan mengubah berbagai faktor dalam
tanah menjadi faktor – faktor yang dapat menjamin kesuburan tanah (Sutanto,
2006).
Pupuk kandang yang dapat digunakan adalah pupuk kandang yang sudah
matang. Artinya, dalam pupuk tersebut tidak terjadi lagi proses dekomposisi atau
penguraian oleh jasad renik. Tanda – tanda pupuk kandang sudah matang adalah
tidak berbau tajam (bau amoniak), berwarna coklat tua, tampak kering, tidak
terasa panas bila dipegang, dan gembur bila diremas (Prihmantoro, 2001).

11

Pupuk guano merupakan bahan yang efektif untuk penyubur tanah
maupun mesiu karena kandungan fosfor dan nitrogennya tinggi. Superfosfat yang
terbuat dari guano digunakan untuk topdressing. Tanah yang kekurangan zat
organik dapat dibuat lebih produktif dengan tambahan pupuk ini. Guano
mengandung amonia, asam urat, asam fosfat, asam oksalat, dan asam karbonat,
serta garam tanah. Tingginya kandungan nitrat juga menjadikan guano komoditas
strategis; Perang di Pasifik antara aliansi Peru-Bolivia dan Chili utamanya
berdasarkan pada percobaan Bolivia memungut pajak kepada pengusaha guano
dari Chili (Wikipedia, 2013).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Durian Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang dengan pH 5,5 – 6 dan curah hujan agak basah (BPP
Kecamatan Rantau). Waktu penelitian ini direncanakan pada Bulan Desember
2013 sampai dengan Bulan Maret 2014.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : bibit bawang merah varietas Thailand, pupuk NPK Mutiara,

12

pupuk kompos bokashi, pupuk kandang sapi, pupuk guano, tali rafia, triplek,
paku, cat, insektisida Sevin 85 S, fungisida Dithane-M 45 WP.
Alat
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hand sprayer,
timbangan meteran, parang, cangkul, alat tulis menulis, alat dokumentasi dan
lainnya yang menunjang penelitian ini.

Metode Penelitian
Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan, yaitu :
1. Faktor pengaturan jarak tanam (J) dengan 3 taraf, yaitu :
J1 = 25 x 25 cm
J2 = 20 x 20 cm
J3 = 15 x 15 cm
2. Faktor kombinasi NPK dengan pupuk organik (K) dengan 3 taraf, yaitu :
K1 = Pupuk NPK dengan pupuk kompos bokashi
K2 = Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi
K3 = Pupuk NPK dengan pupuk guano
Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan, dengan susunannya
seperti tertera pada tabel 1. Setiap percobaan diulang 3 kali sehingga terdapat 27
satuan percobaan, dan jumlah rumpun dalam setiap satuan percobaan tergantung
dari jarak tanamnya (perlakuan). Sebagai tanaman sampel diambil secara acak 4
rumpun dari tiap – tiap plot.

Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan Pengaturan Jarak Tanam dan Kombinasi
Pupuk NPK dengan Pupuk Organik

13

No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kombinasi
Perlakuan
J1K1
J1K2
J1K3
J2K1
J2K2
J2K3
J3K1
J3K2
J3K3

Pengaturan Jarak
Tanam (cm)
25 x 25
25 x 25
25 x 25
20 x 20
20 x 20
20 x 20
15 x 15
15 x 15
15 x 15

Kombinasi Pupuk NPK dengan Pupuk
Organik
Pupuk NPK dengan pupuk kompos
Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi
Pupuk NPK dengan pupuk guano
Pupuk NPK dengan pupuk kompos
Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi
Pupuk NPK dengan pupuk guano
Pupuk NPK dengan pupuk kompos
Pupuk NPK dengan pupuk kandang sapi
Pupuk NPK dengan pupuk guano

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan model
matematika (Kemas, 2010) yaitu sebagai berikut :
Y = µ + β + J + K + JK + Ɛ
Dimana :
Y = Nilai-nilai hasil pengamatan
µ = Nilai rerata
β = Pengaruh blok/pengelompokan
J

= Pengaruh pengaturan jarak tanam

K = Pengaruh kombinasi NPK dengan pupuk organik
JK = Pengaruh interaksi antara pengaturan jarak tanam dan kombinasi NPK
dengan pupuk organik
Ɛ = pengaruh galat
Apabila hasil analisis sidik ragam terhadap perlakuan yang berpengaruh
nyata terhadap parameter yang diamati, maka akan dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
1. Penyiapan Lahan

14

Persiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan areal penelitian
dari gulma yang tumbuh, adapun cara pembersihan yaitu dengan cara membabat,
setelah pembabatan gulma selesai selanjutnya dilakukan pengolahan tanah.
Pengolahan tanah dilakukan dua kali, pengolahan tanah pertama dilakukan
menggunakan cangkul dengan kedalaman 20 – 30 cm, kemudian dibiarkan selama
satu

minggu.

Setelah

itu

dilakukan

pengolahan

tanah

kedua

dengan

menghancurkan gumpalan tanah lalu diratakan dan selanjutnya dibuat plot - plot
dengan ukuran 120 x 120 cm sebanyak 27 plot yang tersusun dalam tiga blok
dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 80 cm.
2. Perlakuan Bibit
Bibit yang akan ditanam terlebih dahulu diberi fungisida Dithane M-45
sebanyak 5 gram yang dilarutkan dalam 7,5 ml air. Umbi calon bibit dan fungisida
dimasukan kedalam baskom plastik lalu diaduk sampai rata selama ± 5 menit
sampai fungisida merata mengenai seluruh benih, kemudian bibit segera ditanam.
Tujuan perlakuan ini adalah untuk mencegah jamur dan cendawan baik yang ada
dalam benih maupun yang ada di lapangan.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara menggali lubang sedalam 2 cm. Tiap
lubang diisi dengan 2 (dua) umbi bawang merah. Penanaman dilakukan pada sore
hari.
4. Aplikasi Perlakuan
a. Pengaturan Jarak Tanam
Pada saat penanaman jarak tanam yang digunakan sesuai dengan perlakuan
yaitu 25 x 25 cm, 20 x 20 cm dan 15 x 15 cm.
b. Kombinasi Pupuk NPK dengan Pupuk Organik

15

Kombinasi pupuk NPK dengan pupuk organik ini diaplikasikan sebagai
pupuk dasar yang akan diberikan seminggu sebelum penanaman (pada saat
penyiapan lahan). Kombinasi pupuk NPK dengan pupuk organik ini ditaburkan
di atas permukaan bedeng, kemudian sambil menghaluskan permukaan bedeng
pupuk dicampurkan dan diratakan. Dosis yang digunakan adalah masing –
masing setengah dari dosis anjuran, yaitu
5. Pemupukan
Pupuk yang diberikan adalah pupuk Urea dengan dosis 500 kg/ha (72
gr/plot), TSP dengan dosis 300 kg/ha (43,2 gr/plot) dan KCl dengan dosis 200
kg/ha (28,8 gr/ha). Pemberian pupuk Urea dilakukan 2 kali. Yang pertama,
setengah bagian diberikan bersama pupuk TSP dan KCl pada waktu 2 minggu
setelah tanam. Dan yang kedua diberikan 4 minggu setelah tanam.
Pemupukan diberikan dengan cara ditaburkan pada larikan antara barisan
tanaman di dalam plot sedalam ± 5 cm. Kemudian alur pupuk ditutup lagi dengan
tanah.
6. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan 1 – 2 kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore hari
kecuali jika hari hujan maka penyiraman tidak dilakukan.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya
kurang baik, diganti dengan tanaman yang telah disiapkan. Penyulaman
dilakukan 1 minggu setelah pindah tanam.
c. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar
pertanaman, yaitu dengan cara mencabut rerumputan tanaman dan disesuaikan
dengan kondisi di lapangan.

16

7. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
fungisida Dithane M-45 dan insektisida Sevin 85 S dengan dosis 2 gr/liter air.
Penyemprotan dilakukan apabila tanaman terserang hama dan penyakit.

8. Panen
Panen dilakukan pada umur 70 HST dengan ciri-ciri tanaman : Tanaman
sudah cukup tua dengan hampir 60% - 90% batang telah lemas dan daun
menguning. Umbi lapis terlihat penuh padat berisi dan sebagian tersembul
dipermukaan tanah. Warna kulit telah mengkilap atau memerah. Cara panen
dengan mencabut tanaman bersama daunnya dan diusahakan agar tanah yang
menempel dibersihkan. Saat panen pada kondisi kering.
Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh
tanaman. Pengukuran dilakukan mulai tanaman berumur 15, 25 dan 35 hari
setelah tanam.
2. Jumlah daun
Jumlah daun yang diamati pada saat tanaman berumur 15, 25 dan 35 hari
setelah tanam.
3. Berat umbi per rumpun (Kg)
Berat umbi ditimbang pada saat panen dengan cara menimbang berat umbi
per tanaman sampel.
4. Produksi per Hektar (Ton)
Berat umbi ditimbang pada saat panen dengan cara menimbang berat umbi
per plot dan dikonversikan ke hektar.
DAFTAR PUSTAKA

17

Hakim, N.M.Y. Nyakpa;A.M.Lubis;S.G.Nugraha;M.R. Saul;M.A dan H.H.Beiley.
2010. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hapsoh. Hasanah, Yaya. 2011. Budidaya Bawang Merah. Usu Press. Medan
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Bogor: Akademika Pressindo.
http://id.wikipedia.org/wiki/Guano
http://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_NPK
http://npkgresik.blogspot.com/2012/10/pengertian-pupuk-npk.html
http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/isi_dt5thn_horti.php
Jumin, Hasan Basri, M.Sc. 2005. Dasar – Dasar Agronomi. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Kemas Ali, 2010. Rancangan Percobaan. Rajawali Pers. Jakarta
Murbandono, L. 2003. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lingga Pinus, 1989. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lingga P, Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta
Premono, E & E Widyawati. 2000. Kompos dan Pupuk Hayati Sebagai Pupuk
Organik, Majalah Penelitian Gula. No. 419. Jakarta.
Prihmantoro, H. 2001. Memupuk Tanaman Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahayu, Estu & Berlian, Nur. 2006. Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta
Redaksi AgroMedia, 2010. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sutanto, R. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta
Wibowo, Singgih. 1999. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya. Jakarta

18

Yulyatin A. 2007. Pengaruh NPK (15-15-15) dan campuran media tanah dan
kompos terhadap pertumbuhan bibit salam (Eugenia polyantha Wight)
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Lampiran I. Tata Letak Bagan Percobaan di Lapangan

19

120 x 120 cm

J1K1

J1K2

30 cm

J1K1

J1K2

80 cm

J1K1

J1K2
U

J1K3

J1K3

J1K3

J2K1

J2K1

J2K1

J2K2

J2K2

J2K2

J2K3

J2K3

J2K3

J3K1

J3K1

J3K1

Lampiran II. Letak Tanaman Dalam Plot
J3K2
J3K2

J3K2

J3K2

S

J3K2

J3K2

120 x 120 cm

20

Jarak Tanam = 20 x 20 cm

120 x 120 cm

Jarak Tanam = 25 x 25 cm

120 x 120 cm

21

Jarak Tanam = 25 x 25 cm

Lampiran III. Jadwal Penelitian
No
.

Kegiatan

Bulan dan Minggu Pelaksanaan Penelitian
Desember Januari
Februari
Maret
April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1
2
3
4
5

6

Konsultasi dengan Dosen
Pembimbing
Penyusunan Rencana
Penelitian
Seminar
Persiapan Lahan di Lapangan
Pengolahan Tanah &
Pemberian Kompos
Penanaman

22

7
8
9
10
11
12

Pemeliharaan
Pengamatan
Panen
Analisa Data
Penulisan Skripsi
Ujian