Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap

Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Rokok yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2015
Angeline L. D. Putri
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Musamus Merauke
Angeline.putri17@gmail.com
ABSTRACT
ANGELINE DWI PUTRI LESTARI. The effect working capital management on
profitability of tobacco companies listed on the Indonesian Stock Exchange period
2006-2015 (Supervised by M. V. Irene Herdjiono).
The research aimed to analyze the effect of working capital management on
the profitability of tobacco companies listed in Indonesia Stock Exchange 20062015 period.
The population in this research are all companies included in the
classification of the tobacco industry that have gone public and its shares are
listed on the Indonesia Stock Exchange from 2006 to 2015. The sampling
technique used was purposive sampling. The population in this study is a cigarette
company listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2015 period as many as four
companies. After collecting company in accordance with the category obtained a
sample of three companies from 2006 to 2015. Because the research

was


conducted over the past ten years, the total observations is 30. The analysis
technique used is multiple linear regression analysis.
The research results showed a partial note that accounts payable period
(APP), accounts receivable period (ARP) and the inventory period (INVP)
negative significant effect on ROA cigarette companies listed in Indonesia Stock
Exchange 2006-2015 period. Simultaneous testing results show that working
capital management that consists of variable account payable period (APP),
account receivable period (ARP) and the inventory period (inVP) significantly
affects ROA.

Kata kunci: Account Payable Period (APP), Account Receivable Period (ARP),
Inventory Period (INVP).

Latar Belakang Penelitian
Komoditas tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang berorientasi
pasar dan memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Industri rokok
merupakan salah satu sektor industri dari pengelolahan hasil tembakau yang memiliki
kontribusi cukup besar bagi penerimaan negara. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru
Pambudi menyatakan sepanjang tahun 2015 penerimaan cukai rokok sebesar Rp 139,5
triliun yang mencapai 100,3% melebihi target yang ditetapkan dalam APBNP 2015

(Alvionitasari, 2015). Sedangkan, penyerapan tenaga kerja di industri rokok tahun 2015
mencapai 6,1 juta orang (Suhendra, 2015).
Puspitasari (2011) menjelaskan bahwa dewasa ini perkembangan dari industri
rokok sudah semakin baik dengan masuknya beberapa perusahaan di pasar modal,
sehingga akan menarik minat investor menginvestasikan dananya pada industri ini.

Gambar 1.1
Grafik Pangsa Pasar Rokokdi Indonesia Tahun 2015
(Sumber: Mandiri, 2015)
Untuk dapat memenangkan pangsa pasar, maka perusahaan harus mampu
menyediakan dan memenuhi permintaan pasar. Hal ini tentunya berhubungan erat
dengan modal kerja. Modal kerja sebagai komponen penting dalam industri rokok di
Indonesia memiliki karakteristik yang khusus dibandingkan dengan industri lainnya.
Kautsari (2013) menjelaskan bahwa karakteristik khusus tersebut dapat diketahui dari
sisi jumlahnya yang cukup besar yang ditunjukkan dengan jumlah aktiva lancar yang
bahkan tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan jumlah aktiva tetapnya. Selain
itu, Puspitasari (2011) menjelaskan bahwa persediaan sebagai salah satu komponen
modal kerja juga memiliki karakteristik tersendiri. Tembakau sebagai bahan baku
utama dalam industri rokok harus disimpan, karena tidak dapat langsung digunakan
dan pemakaian yang berfluktuasi serta bersifat musiman. Permasalahan tersebut dapat

mempengaruhi kinerja pada laba, total aset, dan penjualan.

Permasalahan di atas kemudian semakin diperparah dengan adanya
regulasi tentang rokok di Indonesia yaitu PP Nomor 109 tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa produk Tembakau
bagi Kesehatan semakin menurunkan tingkat konsumsi terhadap rokok.
Menurunnya tingkat konsumsi tersebut, secara otomatis akan berdampak
pada penghasilan dari perusahaan. Hal ini terbukti dari adanya dua dari “ The
Big Four ” Raksasa Industri Rokok diakuisisi sahamnya oleh perusahaan

asing, yaitu Sampoerna oleh Philip Morris dan Bentoel oleh British American
Tobacco (www.detik.com). Terjadinya akuisisi menunjukkan bahwa perusahaan
rokok Indonesia telah mengalami keguncangan dari sisi modal kerja (Arinanda,
2014).
Hadirnya permasalahan-permasalahan tersebut, pada akhirnya akan
berdampak pada kondisi keuangan dari perusahaan Rokok dan akan
mengalami kesulitan dalam berkembang menjadi lebih baik di masa depan.
Hal ini menunjukkan bahwa manajemen dalam modal kerja akan mampu
memengaruhi upaya perusahaan dalam memaksimalkan perolehan laba.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, diketahui adanya gerakan yang

fluktuatif dari perusahaan rokok selama lima tahun terakhir, yaitu:
Tabel 1.1 Laba Bersih Perusahaan Rokok di Indonesia
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015

PT. Gudang Garam Tbk.
6.867.973
6.025.681
4.383.932
5.395.293
6.452.834

PT. HM Sampoerna Tbk.
8.064.426
9.945.296
10.818.486

10.181.083
10.363.308

PT. Bentoel Investama Tbk.
305.997
(323.351)
(1.042.068)
(2.278.718)
(1.638.538)

Sumber: Data diolah tahun 2016 (dalam Jutaan Rupiah)
Tabel 1.2 Komparasi Penelitian
Variabel Independent
Manajemen modal kerja:
 Account payable period
(APP);
 Accountreceivable
period (ARP);
 Inventory period (INVP)


Gambo & Ibn
(2016)

Hoque, Mia, &
Anwar (2015)

Ukaegbu
(2014)

Kautsari
(2013)

(-) signifikan

(+) signifikan

(+) signifikan

(+) signifikan


(+) signifikan

(-) signifikan

Tidak
signifikan
(-) signifikan

(+) signifikan

(+) signifikan

(+) signifikan

(-) signifikan

Sumber: Data diolah tahun 2016

Sajian data dalam table dan uraian di atas menunjukkan bahwa masih terdapat
inkonsistensi hasil penelitian, sehingga hal tersebut yang menjadikan motivasi

peneliti untuk melakukan penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA
1.

Definisi Manajemen Modal Kerja
Raza, et al., (2015) mendefinisikan manajemen modal kerja sebagai bentuk

administrasi aset perusahaan saat ini dan kebutuhan pembiayaan untuk
mendukung aktiva lancar. Tsagem, et al., (2015) menguraikan bahwa manajemen
modal kerja adalah pengelolaan aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek serta
keterkaitan diantaranya. Madura (2007:482) menyebutkan bahwa manajemen
modal kerja merupakan aktiva dan kewajiban jangka pendek perusahaan.
2.

Komponen Manajemen Modal Kerja
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tauringana & Afrifa (2013) juga

menyebutkan bahwa komponen yang terdapat dalam manajemen modal kerja dan
dijadikan sebagai pengukuran manajemen modal kerja diantaranya adalah :

a)

Cash Conversion Cycle (CCC)

Ukaegbu (2014) menjelaskan bahwa CCC merupakan jumlah hari antara
pengeluaran kas perusahaan untuk pembelian bahan baku, produksi produk
penjualan dan pengumpulan kas dari penjualan produk jadi.
b) Account Payable Period (APP)
Angahar & Alematu (2014) menjelaskan bahwa Account Payable Period
merupakan manajemen yang dilakukan terhadap hutang perusahaan. Pengertian
lain menurut Sitorus dan Irsutami (2012) menjelaskan Account Payable Period
merupakan periode rata-rata pembayaran utang adalah waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk melunasi utang kepada para kreditor. Semakin lama perusahaan
melunasi hutang dari para kreditor, maka dana modal kerja tersebut dapat
dipergunakan untuk memperluas kegiatan operasional perusahaan, dimana hal ini
akan berdampak pada kenaikan penjualan perusahaan dan pada akhirnya akan
menaikkan laba perusahaan.

c)


Account Receivable Period (ARP)
Account Receivable Period

merupakan media untuk mengetahui adanya

kredit macet yang terdapat di dalam laporan keuangan perusahaan dan
kemampuan perusahaan untuk mengkonversi piutang usaha menjadi kas dan
setara kas. Periode penagihan piutang dikenal di dalam industri perbankan dan
non perbankan. Melalui nilai periode penagihan piutang usaha ini, maka dapat
menilai kinerja perusahaan dalam

mengelola

piutang

usahanya

dan

meminimalkan beban piutang usaha tidak tertagih. Periode pengumpulan piutang

berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan (Pandiangan, 2015). ARP akan
menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan rata-rata jumlah hari untuk
mengumpulkan pembayaran dari pelanggan. Semakin tinggi nilai dari hasil
perhitungan, maka semakin tinggi investasinya di akun piutang usaha (Teruel &
Solano, 2007).
d) Inventory Period (INVP)
INVP merupakan variabel yang mencerminkan rata-rata jumlah hari
persediaan yang diadakan oleh perusahaan. Waktu persediaan yang lebih panjang
merupakan investasi yang lebih besar dalam persediaan untuk tingkat operasi
tertentu. Waktu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk membayar
persediaan yang dibeli secara kredit disebut dengan periode rata-rata pembayaran
(Ngwenya, 2012). Waktu persediaan yang lebih panjang merupakan investasi
yang lebih besar dalam inventory untuk tingkat operasi tertentu (Teruel & Solano,
2007).
3.

Profitabilitas
Pada penelitian ini profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio return on

assets (ROA). Berdasarkan hasil perhitungan dari rasio ROA ini menunjukkan

keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk menghasilkan
pendapatan. Semakin besar hasil perhitungan ROA, maka semakin efisien
perusahaan dalam menggunakan aktiva yang ada untuk mendapatkan laba bersih
(Sumarthanayasa, et al., 2013).

A. Kerangka Pikir

X1
Account Payable Period (APP)

Komponen
Manajemen Modal

X2
Account Receivable Period (ARP)

H1
Y
H2

Profitabilitas
(ROA)

X3

H3

Inventory Period (INVP)

H4

Gambar 2.2
Kerangka Pikir
METODE PENELITIAN
1.

Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Rokok yang terdaftar di BEI

periode 2006-2015 yaitu sebanyak empat perusahaan. Penentuan

sampel

digunakan teknik sampling purposive. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian
adalah perusahaan rokok yang terdaftar di BEI periode 2006-2015 yang
menerbitkan laporan keuangan secara continue sesuai periode penelitian.
Perusahaan yang memenuhi kriteria untuk menjadi menjadi sampel dalam
penelitian ini sebanyak tiga perusahaan yaitu PT. Gudang Garam Tbk., PT
Bentoel Internasional Investama Tbk. dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna. PT
Wismilak Inti Makmur Tbk tidak masuk dalam sampel penelitian dikarenakan PT
Wismilak Inti Makmur Tbk, baru tercatat di Bursa Efek Indonesia mulai tanggal
18 Desember 2012.
2.

Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1
Variabel Independen dan Dependen

No
1.

2.

Variabel Independen
Account Payable Periode (APP) X1
Definisi APP ialah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk melunasi
utang kepada para kreditor (Sitorus dan Irsutami, 2012)
Rumus APP = (Hutang/HPP) x 365
Accounts Receivable Periode (ARP) X2
Definisi ARP ialah kemampuan perusahaan untuk mengkonversi piutang
usaha menjadi kas (Pandiangan, 2015)

3.

Rumus ARP = (Piutang/Penjualan) x 365
Inventory Periode (INVP) X3
Definisi INVP mencerminkan rata-rata jumlah hari perusahaan
memegang persediaan sebelum menjualnya. (Muscettola, 2014)
Rumus INVP = (Persediaan/Penjualan) x 365

No
1.

Variabel Dependen

Return On Assets (ROA) Y1
Definisi rasio profitabilitas yang menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki
untuk menghasilkan keuntungan (Diaz & Jufrizen, 2014)
Rumus ROA = (Laba Setelah Pajak/Total Aset) x 100%
Sumber : Data diolah tahun 2016

3.

Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa laporan keuangan perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2006-2015.

4.

Teknik Analisis
Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linear berganda untuk
pengujian hipotesis pengaruh antara variabel dependen dengan variabel
independen.
Model regresi adalah sebagai berikut:

a.
Uji Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, diperlukan uji asumsi
klasik untuk memastikan bahwa model telah memenuhi kriteria BLUE (Best
Liniear Unbiased Estimator ). Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji normalitas, multikolineritas, heterokedastisitas dan
autokorelasi.
b.
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan untuk menganalisis dan menarik menarik kesimpulan
terhadap permasalahan yang diteliti. Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Uji hipotesis yang digunakan adalah analisis koefisien determinasi, uji t
dan uji f.

PEMBAHASAN
1.

Statistik Deskriptif
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N

APP
ARP
INVP
ROA
Valid N (listwise)

Minimum
25
1
62
-22

30
30
30
30
30

Maximum
180
34
244
42

Mean
118,27
9,87
135,60
13,17

Std. Deviation
37,710
7,825
48,447
16,060

Sumber: Hasil olah data tahun 2016
2.

Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum model regresi digunakan untuk uji hipotesis penelitian, diperlukan

serangkaian uji asumsi klasik.
a)

Uji Normalitas

b) Uji Multikolinieritas

Tabel 4.2 Uji Kolmogorov Smirnov Z
One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
Unstand
ardized
Residual
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

1,004
,266

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas
Model

Collinearity Statistics
Tolerance

VIF

(Constant)
APPLG
,691
ARPLG
,968
INVPLG
,676
a. Dependent Variable: ROALG
1

1,448
1,033
1,480

Sumber: Hasil olah data tahun 2016
b) Uji Heterokedastisitas

c) Uji Autokorelasi
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
b

Model Summary
Model
1

Durbin-Watson
1,391

a. Predictors: (Constant), INVPLG, ARPLG,
APPLG
b. Dependent Variable: ROALG

Gambar 4.1
Uji Heterokedastisitas
Sumber: Hasil olah data tahun 2016

3.

Analisis Regresi
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi

Model

Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
(Constant)

APPLG
ARPLG
INVPLG
a. Dependent Variable: ROALG
1

3,770

,644

-,141
-,340
-,978

,328
,133
,335

Sumber: Hasil olah data Tahun 2016
Berdasarkan sajian data dalam tabel 4.5, maka dapat dituliskan dalam sebuah
persamaan regresi linier berganda dan sederhana sebagai berikut:
ROA = 3,770 – 0,141APP – 0,340ARP – 0,978INVP
4.

Pengujian Hipotesis

a) Koefisien Determinasi
Tabel 4. Koefisien Determinasi
Model
1

R

R Square

,739

a

Adjusted R Square

,546

Std. Error of the Estimate

,482

,23899

Sumber: Hasil olah data tahun 2016
Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 0,482, hal ini berarti bahwa variasi
perubahan Y dipengaruhi oleh X1, X2 dan X3 sebesar 48,2%. Jadi besarnya
pengaruh manajemen keuangan yang terdiri dari variabel APP, ARP dan INVP
terhadap ROA adalah sebesar 48,2%, sedangkan sisanya 51,8% dipengaruhi oleh
faktor lain diluar penelitian ini.
b) Uji Hipotesis Secara Parsial (t)
Tabel 4.7 Uji Parsial (t)

c) Uji Hipotesis Secara Simultan (F)
Tabel 4.8 Uji Simultan (F)
Model

Model

T

F

Sig.

8,432

,001

Sig.
Regression

(Const
5,856
,000
ant)
APPLG -,428
,036
1
ARPLG -2,559 ,018
INVPL
-2,922 ,008
G
a. Dependent Variable: ROALG

Sumber: Hasil olah data tahun 2016

1

b

Residual
Total

a. Dependent Variable: ROALG
b. Predictors: (Constant), INVPLG, ARPLG,
APPLG

C. Pembahasan
1.

Pengaruh Account Payable Period (APP) terhadap Profitabilitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa account payable period (APP)

memperoleh nilai t hitung sebesar -,428 dengan taraf signifikansinya sebesar
0,036 < 0,05. Hal ini berarti bahwa jika account payable period (APP) mengalami
peningkatan atau penambahan maka profitabilitas perusahaan akan mengalami
penurunan, begitupula sebaliknya. Dengan demikian hasil penelitian ini
menegaskan bahwa hipotesis account payable period (APP) berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas diterima kebenarannya, namun arah hubungan
pada hipotesis dan hasil penelitian ini bertolak belakang.
Perusahaan rokok memaksimalkan keuntungannya dengan cara mengelola
sebaik-baiknya pembayaran hutangnya. Perusahaan rokok menurunkan jumlah
waktu yang dibutuhkan perusahaan dalam membayar utang untuk dapat memiliki
laba yang besar. Hal ini karena perusahaan yang memiliki laba yang besar dapat
mengalokasikan labanya dalam membeli persediaan untuk kegiatan operasinya.
Selain itu Lokollo & Syafruddin (2013) menjelaskan dengan membayar lebih
cepat maka perusahaan mungkin akan mendapatkan potongan harga, sehingga
perusahaan dapat mengurangi biaya pembelian bahan baku.
Temuan dari penelitian ini diketahui didukung oleh hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh Lokollo & Syafruddin (2013) yang juga menunjukkan bahwa APP
memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan
yang dalam penelitian ini dilambangkan dengan NOP.
2.

Pengaruh Account Receivable Period (ARP) terhadap Profitabilitas
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t hitung dari account

receivable period (ARP) terhadap profitabilitas adalah sebesar -2,559 dengan taraf

signifikansi sebesar 0,018 < 0,05. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hipotesis
account receivable period (ARP) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

profitabilitas diterima kebenarannya.
Hal ini didukung dengan pernyataan dari Pandiangan (2015) bahwa melalui
nilai periode penagihan piutang usaha ini, maka dapat menilai kinerja perusahaan
dalam mengelola piutang usahanya dan meminimalkan beban piutang usaha tidak

tertagih. Periode pengumpulan piutang berpengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan. Pernyataan tersebut terbukti dalam penelitian ini, sebab ARP yang
diteliti menunjukkan hasil yang berpengaruh terhadap ROA. Di mana ROA dalam
penelitian ini adalah proksi dari profitabilitas.
Temuan dalam penelitian ini didukung oleh juga oleh hasil penelitian dari
Saputra & Susanti (2013) yang menyatakan bahwa account receivable period
(ARP) memiliki koefisien regresi yang negatif dan signifikan terhadap
pengaruhnya ke profitabilitas. Artinya, ARP terbukti berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas. Ukaegbu (2014) dalam penelitiannya juga menemukan
bahwa account receivable period memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap ROA. Hasil inilah yang mendukung temuan dalam penelitian ini.
3.

Pengaruh Inventory Period (INVP) terhadap Profitabilitas
Penelitian ini menemukan bahwa INVP dalam uji hipotesis secara parsial

memperoleh nilai t hitung sebesar -2,922 dengan taraf signifikansi sebesar 0,008
< 0,05. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa hipotesis inventory period
(INVP) berpengaruh negatif terhadap profitabilitas diterima kebenarannya.
Temuan penelitian ini juga menjelaskan bahwa semakin singkat periode
persediaan produk perusahaan, akan mempengaruhi pertumbuhan perolehan laba
perusahaan. Kautsari (2013) menjelaskan bahwa dalam industri rokok,
karakteristik persediaannya diketahui berbeda dengan karakteristik yang dimiliki
oleh perusahaan manufaktur lainnya. Persediaan bahan baku dalam industri rokok
memiliki sifat yang musiman dan harus dilakukan penyimpanan terlebih dahulu
dalam waktu tertentu untuk memperkuat cita rasa dari rokok membuat perusahaan
harus mempertimbangkan dengan baik periode persediaannya. Salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh perusahaan rokok ketika menghendaki peningkatan
profitabilitasnya adalah dengan melakukan penyimpanan secara singkat agar
bahan baku bisa segera diproses dan meningkatkan profitabilitas dari perusahaan.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diketahui sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kautsari (2013) menjelaskan bahwa ketika suatu
perusahaan dapat mempersingkat periode persediaan, maka akan dapat

meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
inventory period (INVP) dapat mempengaruhi profitabiltas suatu perusahan.

4.

Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas
Pada sajian data dalam tabel 4.8 di atas diketahui bahwa nilai F hitung yang

diperoleh dari pengaruh account payable period (APP), account receivable period
(ARP) dan inventory period (INVP) terhadap ROA adalah sebesar 8,432 dengan
taraf signifikansi sebesar 0,01 < 0,05. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai
signifikansi yang diperoleh tersebut lebih kecil dari cut off value yaitu sebesar
0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa secara bersama-sama komponen
manajemen modal kerja yang terdiri dari account payable period (APP), account
receivable period (ARP) dan inventory period (INVP) berpengaruh signifikan

terhadap ROA perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
pada penelitian ini dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Account Payable Periode (APP) terbukti tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA. Pembayar hutang yang lebih cepat, maka perusahaan mungkin
akan mendapatkan potongan harga, sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya
pembelian bahan baku.
2. Account Receivable Periode (ARP) terbukti berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA. ARP menunjukkan nilai periode penagihan piutang usaha.
Perusahaan dapat menilai profitabilitasnya dalam mengelola piutang usahanya
dengan cara mempersingkat periode piutang, sehingga meminimalkan beban
piutang usaha tidak tertagih.
3. Inventory Periode (INVP) terbukti berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA. Semakin cepat bahan baku yang diproses akan mempersingkat waktu
periode persediaan yang nantinya akan mampu meningkatkan profitabilitas dari
perusahaan karena proses produksi yang cepat.

4. Penelitian ini menemukan bahwa secara simultan atau bersama-sama manajemen
modal kerja yang terdiri dari variable APP, ARP dan INVP berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Manajemen modal kerja yang efisien melibatkan
perencanaan dan pengendalian aset lancar dan kewajiban lancar dalam rangka
mengurangi risiko ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dan untuk mengurangi kelebihan investasi dalam aset ini,
sehingga pengelolaan komponen manajemen modal kerja akan berpenngatuh
terhadap profitabilitas perusahaan.

B. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan tema yang
sama diharapkan dapat menggunakan objek penelitian yang berbeda. Sebab hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada perusahaan
lain selain perusahaan sektor rokok. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan
variabel independen yang berbeda untuk mengetahui faktor yang dapat
mempengaruhi ROA perusahaan rokok secara khusus atau perusahaan lain pada
umumnya.
2. Bagi Perusahaan Rokok diharapkan dapat melakukan manajemen modal kerja
secara efisien dengan mempersingkat APP, ARP dan INVP, sehingga dengan
cara demikian perusahaan akan meningkatkan laba atau profitabilitas perusahaan
dan perkembangan perusahaan bisa lebih maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Arinanda, D. (2014, April 10). Masa Depan Rokok Indonesia . Dipetik April 28,
2016, dari http://www.kompasiana.com/dhitaarinanda/masa-depan-rokokindonesia_54f7ae74a33311da1c8b479a.
Diaz, R., & Jufrizen. (2014). Pengaruh Return On Assets (ROA) Dan Return On
Equity (ROE) Terhadap Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan
Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen &
Bisnis, Vol 14, No. 02 .
Gambo, E.-M. J., & Ibn, S. A. (2016). Empirical Examination Of The Association
Of Working Capital Management And Firms’ Profitability Of The Listed
Food And Beverages Firms In Nigeria. International Refereed Research
Journal, Vol. 7, No. 1.

Hoque, M. A., Mia, M. A., & Anwar, S. R. (2015). Working Capital Management
And Profitability: A Study On Cement Industry In Bangladesh.
International Journal of Information Technology and Business
Management, Vol. 36, No. 1.
Kautsari, R. K. (2013). Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Perusahaan Pada Perusahaan Rokok Yang Terdaftar DI Bursa EFek
Indonesia. Artikel Ilmiah.
Lokollo, A & Syafruddin, M. 2013. Pengaruh Manajemen Modal Kerja dan Rasio
Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Industri Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI tahun 2011. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol.2
No.2
Mandiri. (2015). Pangsa Pasar Rokok Berdasarkan Pemain Utama. Industry
Update, Vol. 14, Juli 2015.
Muscettola, M. (2014). Cash Conversion Cycle and Firm’s Profitability: An
Empirical Analysis on a Sample of 4,226 Manufacturing SMEs of Italy.
International Journal of Business and Management, Vol. 9, No. 5 .
Ngwenya, S. (2012). The Relationship Between Working Capital Management
and Profitability of Companies Listed on the Johannesburg Stock
Exchange. Journal of Modern Accounting and Auditing, Vol. 8, No. 8.
Pandiangan, Roristua. (2015). Rasio Perputaran dan Periode Penagihan Piutang
Usaha Terhadap Rasio Lancar Perusahaan Barang Produksi. Jurnal
Keuangan dan Perbankan. Vol. 19, No. 1 Januari 2015, hlm. 109-121.
Puspitasari, I. A. (2011). Analisis Efisiensi Industri Rokok Di Indonesia Dengan
Menggunakan Metode DEA (Data Envelopment Analysis) Tahun 20062008. Media Ekonomi, Vol. 19, No. 2.
Raza, M. Y., Bashir, M., Latif, K., Shah, T. S., & Ahmed, M. (2015). Impact Of
Working Capital Management On Profitability: Evidence From Pakistan
Oil Sector. International Journal of Accounting and Financial Reporting,
Vol. 5, No. 1.
Sitorus, Yuni Sartika dan Irsutami. (2012). Analisis Pengaruh Managemen Modal
Kerja Terhadap Profitabilitas. Politeknik Negeri Batam.
Suhendra, Zulfi. (2015). Menperin: Industri Rokok Libatkan Tenaga Kerja 6,1
Juta Orang. Diakses dari http://finance.detik.com/read/2015/03/27
/220824/2872087/1036/menperin-industri-rokok-libatkan-tenaga-kerja-61juta-orang.
Sumarthanayasa, Eka, I. G., & Diatmika, I. P. (2013). Analisis Return On Asset
(ROA) Dan Forcasting Laba Pada Koperasi Simpan Pinjam Lintas Desa
Pada Payu Banyuning Singaraja. VOKASI Jurnal Riset Akuntansi, Vol. 2,
No. 2.
Tauringana, V., & Afrifa, G. A. (2013). The Relative Importance Of Working
Capital Management And Its Components To SMEs' Profitability. Journal
of Small Business and Enterprise Development, Vol. 20, No. 3, 453-469.
Teruel, P. J., & Solano, P. M. (2007). Effects Of Working Capital Management
On SME Profitability. International Journal of Managerial Finance, Vol.
3, No. 2, 164-177.

Tsagem, M. M., Aripin, N., & Ishak, R. (2015). Impact of Working Capital
Management, Ownership Structure and Board Size on the Profitability of
Small and Medium-Sized Entities in Nigeria. International Journal of
Economics and Financial Issues, Vol. 5.
Ukaegbu, B. (2014). The Significance Of Working Capital Management In
Determining Firm Profitability: Evidence From Developing Economies In
Africa. Research in International Business and Finance, Vol. 31, 1-16.