Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

(1)

Pengaruh Mutu Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Bidang Studi Ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Ahmad Fadhil 104015000574

PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN TADRIS IPS (EKONOMI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

ABSTRAKS

Ahmad Fadhil (104015000574), Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengaruh Mutu Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Ekonomi di SMAN 14 Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara mutu mengajar terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang. Responden dalam penelitian ini sebanyak 45 siswa. Mutu mengajar guru mengetahui bagaimana usaha-usaha guru dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme dalam mengajar, sedangkan prestasi belajar siswa mengetahui hasil yang dicapai oleh siswa selama satu semester yaitu semester satu (ganjil) yang diakumulasikan dalam nilai raport. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik deskriptif analisis. Data mutu mengajar guru diperoleh melalui koesioner yang terdiri dari 25 item pertanyaan, dari hasil perhitungan didapat rxy Product Moment sebesar 0,417 yang berkisar 0,40-0,70. Hasil

membandingkan nilai rh dengan rt maka Ha diterima dan Ho ditolak setelah

diketahui df sebesar 43 (0,417 > 0,294). Koefisien determinasi sebesar 17,38 % menunjukkan bahwa mutu mengajar guru sebagian kecil mempengaruhi prestasi belajar siswa, ini berarti 82,62% lagi dipengaruhi faktor lain seperti minat dan bakat siswa.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, salawat dan salam semoga terlantun bagi kekasihNya, Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti sunnahnya hingga hari kebangkitan. Alhamdulillah ucapan syukur yang tiada henti-hentinya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Mutu Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Ekonomi di SMAN 14 Tangerang“. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan pihak lain. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun tidak langsung karena skripsi ini yang tidak akan mendekati kesempurnaan tanpa bantuan semua. Penulis secara khusus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Bapak Drs. H. Nurochim, M.M beserta jajarannya.

3. Dosen pembimbing Bapak Drs. Banadjid, terima kasih banyak atas bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya selama penulis kuliah.

5. Kepada seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu menyediakan fasilitas perpustakaan.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 14 Tangerang, Bapak Drs. H.M. Bay Masruri, MM dan guru bidang studi Ekonomi kelas XI, Ibu Eva Yurina, SE. Dan tak


(4)

lupa kepada siswa-siswi kelas XI IPS SMA Negeri 14 Tangerang yang sudah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

7. Keluarga tercinta, khususnya kedua orang tua penulis Ayahanda Muslih H. Abdul Hadi dan Ibunda Masiah H. Micang yang selalu semangat mendo’akan tiada henti dan senantiasa memberikan dukungan baik moriil maupun materiil kepada penulis, kakak-kakakku tersayang Yayah Luthfiah &Suami, Ati Kurniati & Suami, Muthoharoh, Nuril Anwar & Istri, dan adikku M. Mamduh. Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan.

8. Teman-teman seperjuangan di IPS angkatan 2004 Faisal Aceh, Sainan Bangka Belitung, Hardi Lampung, Aries Lampung, Mahfudz Bumiayu, Bambang Ponorogo, Ade Ciamis, Lukman Tasikmalaya, Reni Sukabumi, Yuli Sukabumi, Solahudin/Coink Bogor, Adi Bekasi, Sarah Bekasi, Dede Depok, Gilang Jakarta, Dwi Tangerang, Khasanah Tangerang, Uci Tangerang, Ifay Tangerang, Suharto Tangerang, I love U full...

9. Teman-teman Pelajar Islam Indonesia (PII) Jakarta. Zaki, Deden, Fasya, Ruhyat, Cecep, Irwan, Musa, Basori, Ridwan, Ferly, Eka, Dian, Zahro, Yayah, Ulfa, Khusnul.

Serta kepada semua pihak yang telah turut membantu yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya. Penulis mendo’akan semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang sepadan. Amin

Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya, serta benar-benar menjadi langkah awal bagi kelahiran keilmuan yang lebih baik.

Tangerang, 8 November 2010


(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………..i

Daftar Isi………..…...iii

Daftar Tabel……….……iv

Daftar Lampiran………..v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Identifikasi Masalah………5

C. Pembatasan Masalah………....5

D. Perumusan Masalah………...………..6

E. Tujuan Penelitian……….6

F. Manfaat Penelitian………...6

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Mutu Mengajar Guru………..7

1. PengertianMutu Mengajar Guru………..7

2. Kedudukan, Peran dan Tugas Guru...10

3. Kompetensi Guru...16

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Mengajar Guru dan Usaha Dalam Meningkatkannya...25

B. Prestasi Belajar………..29

1. Pengertian Prestasi Belajar………..29

2. Cara Mengetahui Prestasi Belajar Siswa………30

3. Indikator Prestasi Belajar………....32

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...32

5. Usaha-usaha Peningkatan Prestasi Belajar...33

C. Kerangka Berfikir………..35


(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian………....37

B. Variabel Penelitian………37

C. Populasi, Sampel………38

D. Teknik Pengumpulan Data……….38

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...40

F. Interpretasi data...42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMA Negeri 14 Tangerang………...45

B. Deskripsi Data………53

C. Pengolahan dan Analisis Data...68

D. Interpretasi Data...72

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……….75

B. Saran………...76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini setiap negara di dunia saling berlomba dalam mencapai kemajuan bangsanya. Bangsa-bangsa yang maju dan modern ialah bangsa yang benar-benar memperhatikan dan mengutamakan aspek pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan mempunyai posisi yang strategis dalam memperlancar dan menyukseskan program pembangunan nasional, karena pendidikan tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tetapi juga ikut membentuk kepribadian bangsa.

Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Output pendidikan belum mampu berjalan seimbang dengan tuntutan zaman, hal ini disebabkan minimnya penguasaan terhadap disiplin ilmu yang diperoleh melalui proses pendidikan. Keadaan ini menjadi tantangan bagi para pendidik untuk mempersiapkan peserta didiknya dalam memasuki masa depan.

Pendidikan pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membebaskan manusia dari berbagai macam persoalan kehidupan yang pada intinya untuk mencapai kesempurnaan hidup, dan untuk menjadi makhluk yang bermartabat.1

Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bab II Pasal 3, dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. bertujuan untuk berkembangnya potensi

1

Yunus M. Firdaus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004), Cet.Ke-1, h. 1


(8)

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.2

Agar dapat mewujudkan pendidikan nasional maka peranan orang tua, masyarakat, instansi pemerintah dan guru sangatlah penting. Guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Itulah sebabnya perbincangan mengenai pembaruan kurikulum, pengadaan alat-alat belajar sampai pada kriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh pendidikan selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa signifikan peran guru dalam dunia pendidikan.3

Kualitas sumber daya guru atau guru profesional sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Secara umum guru itu memenuhi dua kategori yaitu capability dan loyality. Capability yang dimaksud adalah guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dan yang dimaksud loyality adalah memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tapi pre servis atau out servis. Gilbert H. Hunt dalam bukunya “Effektive Teacing” sebagaimana dikutif oleh Dede Rosyada, menyatakan guru yang baik harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, berorientasi pada tugas dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang diampunya, mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasa yang diharapkan siswa secara maksimal.

b. Mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan terang memberi layanan yang variatif, menggunakan kelompok kecil secara efektif, mendorong semua siswa untuk berpartisipasi, memonitor bahkan sering mendatangi siswa.

2

Undang-Undang RI, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004), h. 7

3

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 223


(9)

c. Mampu memberikan harapan pada siswa, mampu membuat siswa akuntabel dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan akademik siswa.

d. Biasa menerima berbagai masukan, risiko dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada siswanya, konsisten dalam kesepakatan dengan siswa, mampu memajukan keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi kelas sejak hari pertama bertugas.4

Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran serta mampu pula melakukannya dalam bentuk interaksi belajar mengajar. Guru pun harus dapat menjadi suri tauladan yang baik sehingga dapat memberikan bimbingan sikap kepada murid-muridnya.

Pada ruang lingkup kehidupan pendidik sebagai individu tiap guru terikat dengan kewajiban untuk mengembangkan mutu kinerja melalui kegiatan belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetuan dan keterampilan terbaik dalam meningkatkan potensi siswa. Hal tersebut penting agar kewibawaan diri terpelihara. Juga sebagai anggota komunitas guru wajib membangun kerja sama meningkatkan kompetensi, melakukan pengukuran, meningkatkan kapasitas diri dalam pengelolaan pembelajaran, mengembangkan pengalaman terbaik dalam mengelola pembelajaran, dan mengembangkan kompetensi profesi mapun kompetensi pedagogik.

Dalam meningkatkan mutu kinerja guru memiliki kewajiban untuk memenuhi mutu materi pelajaran, mengelola proses pembelajaran agar meningkatkan minat siswa untuk belajar baik melalui peningkatan kemampuan individu dalam kerja sama kelompok. Potensi diri siswa dikembangkan melalui kerja sama. Menggunakan teknologi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan kemampuan sekolah menyediakan sarananya. Menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia mapun bahasa

4

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. Ke-1, h. 112-114


(10)

asing dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas setaraf dengan mutu pembelajaran di sekolah-sekolah unggul di dunia.

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan moral, akhlaq dan etika peserta didik yang sekarang ini sedang berada pada titik terendah dalam perkembangan masyarakat indonesia. Kegagalan pendidikan untuk membuat dan menciptakan peserta didik yang berkarakter atau berkepribadian tidak lepas dari kelemahan aktor utama dalam proses pendidikan di kelas, yakni kelemahan guru dalam mengemas dan mendesain serta membawakan mata pelajaran ini kepada peserta didik. Ditambah lagi disebabkan ketiadaan penguasaan manajemen modern bagi guru pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran disekolah sehingga sampai saat ini sulit sekali dikontrol dan di evaluasi keberhasilan dan kegagalannya.

Dan hal ini diperparah dengan para lulusan perguruan tinggi yang mengajar di sekolah tidak memenuhi standar mengajar, dan ada juga terjadi ketidak sesuaian antara kompetensi yang dimiliki dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan berakibat ketidakpuasan oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar, kemungkinan akan terjadi gejala-gejala negatif seperti acuh tak acuh terhadap materi pelajaran, mengobrol pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, bolos sekolah bahkan sampai sikap tidak menghargai guru. Seandainya dalam proses belajar mengajar seperti ini, maka sangat menjadi kendala untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bahkan akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan bagi guru untuk memiliki kualitas mengajar yang baik.

Guna mengungkapkan hal tersebut apakah ada pengaruh dari mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar, maka diperlukan penelitian. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian skripsi dengan judul: Pengaruh Mutu Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang”.


(11)

Dengan memperhatikan uraian pada latar belakang diatas, penulis dapat diidentifikasi beberapa masalah yang mempengaruhi mutu pendidikan, diantaranya:

1. Bagaimana mutu mengajar pada guru bidang studi ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar siswa? 3. Apakah mutu mengajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

4. Apa terdapat pengaruh antara mutu mengajar guru dengan prestasi belajar siswa bidang studi ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang?

5. Seberapa besar korelasi antara mutu mengaja guru dengan prestasi belajar siswa bidang studi ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang?

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka untuk lebih memfokuskan penelitian ini. Maka penulis hanya membatasi masalah kedalam hal berikut ini:

1. Mutu mengajar guru di SMA Negeri 14 Tangerang. 2. Prestasi belajar siswa bidang studi ekonomi.

3. Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang studi ekonomi.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh antara mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang studi ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang?

E.

Tujuan Penelitian


(12)

1. Untuk mengetahui mutu mengajar guru, khususnya guru Ekonomi SMA Negeri 14 Tangerang.

2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa bidang studi Ekonomi SMA Negeri 14 Tangerang.

3. Untuk mengetahui pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 14 Tangerang.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran khususnya bagi para guru dan para tenaga kependidikan pada umumnya. 2. Memberikan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan,

khususnya mengenai mutu mengajar guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa


(13)

BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS

A.

Mutu Mengajar Guru

1.

Pengertian Mutu Mengajar Guru

Dalam Standar Nasional PP.RI.No.19 Tahun 2005, Pasal 1 ayat 1,2 dan 3. Mengenai penjaminan mutu dan tujuannya yang berbunyi : “ Setiap satuan pendidikan pada jalur formal maupun non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi dan melampaui standar nasional yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas”.5

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa “mutu adalah (ukuran) baik buruk sesuatu benda, kualitas, taraf, kadar, atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya)”.6

Menurut Jerome S. Arcaro, “mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan”.7

Menurut Nurhasan, pengertian secara umum kata mutu dapat diartikan kualitas, “suatu gambaran yang menjelaskan mengenai baik buruknya hasil yang dicapai para siswa dalam proses pendidikan yang sedang dilaksanakan”.8 Jadi dapat disimpulkan bahwa mutu adalah ukuran untuk menyatakan esensi semua benda atau hal berupa standar ideal yang ingin dicapai oleh suatu proses.

5

Peraturan Pemerintah, Republik Indonesia, No. 19 tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan,( Bandung: Lekdis, 2005 ), Cet. Ke-3, h. 27

6

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2002 ), Edisi III, Cet. Ke-2, h. 768

7

Jeorme S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 ), Cet. Ke-4, h. 75

8

Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II: kurikulum Untuk Abad Ke-21,


(14)

Menurut Oemar Hamalik, “Mengajar merupakan usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa”.9

Menurut Bohar Suharto yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno mengungkapkan bahwa “mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan”.10

Menurut Tyson dan Caroll yang dikutip oleh Muhibbin Syah mengungkapkan “bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan”.11

Jadi dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah aktivitas dimana guru dan peserta didik memainkan peranan terdapat interaksi edukatif sehingga terciptanya kondisi belajar yang baik dan dibantu dengan sistem lingkungan yang mendukung.

Pengertian guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1991, yang dikutip oleh Muhibbin Syah adalah “orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar”.12

Menurut Balnadi Sutadipura yang dikutip oleh Syafruddin Nurdin mengungkapkan bahwa “guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru”.13

9

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005 ), Cet. Ke-5, h. 48

10

Pupuh Fathurrohman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam, ( Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. Ke-1, h. 7

11

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000 ), Cet. Ke-5, h. 182

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 222

13

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, ( Jakarta: Ciputat Pers, 2002 ), Cet. Ke-1, h. 7


(15)

Menurut Moh. Uzer Usman, “Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru”.14

Sedangkan menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 ayat 1, yang dikutip oleh Martinis Yamin bahwa definisi guru adalah ”Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.15 Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal pada umumnya, karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan. Maka setiap guru harus memiliki perilaku, pengetahuan dan wawasan yang cukup dan selalu mengikuti perkembangan kemajuan teknologi untuk mengembangkan siswa dengan baik.

Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moril yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Apabila guru berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik maka akan tampak perubahan yang berarti pada diri siswa, seperti sikap positif dalam belajarnya dan prestasi belajar akan semakin meningkat.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang definisi mutu mengajar yaitu keadaan atau ukuran baik buruk dari hasil kegiatan orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tingkat keunggulan yang tinggi seperti memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.

2.

Kedudukan, Peran dan Tugas Guru

14

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006 ), Cet. Ke-19, h. 5

15

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi keguruan di Indonesia, ( Jakarta: Gaung Persada Press, 2006 ), Cet. Ke-1, h. 209-210


(16)

Dalam Sabda Rasulullah SAW berbunyi “Pendidik dalam ajaran agama Islam kedudukannya sangat dihargai”. Dan menurut Hadits Riwayat Abu Daud & Tirmidzi bersabda “Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para syuhada”.16

Menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan (gulu/ulama), penghormatan dan kedudukan yang tinggi ini amat logis diberikan kepadanya, karena dilihat dari jasanya yang demikian besar dalam membimbing dan mengarahkan, membentuk akhlak, dan memberikan pengetahuan sehingga anak didik siap menghadapi hari depan dengan penuh rasa percaya diri dan dapat melaksanakan fungsinya sebagai Abdullah dan Khalifatu Fil Ard.

Guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Masyarakat percaya bahwa gurulah yang dapat mendidik anak mereka agar menjadi orang yang memiliki pribadi yang mulia.

Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka pundak guru diberikan tugas yang berat. Namun lebih berat lagi mengemban tanggung jawab, sebab tanggung jawab itu tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah tapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus diberikan guru tidak hanya secara kelompok tapi juga secara individual. Hal ini menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatan peserta didiknya tidak hanya di sekolah tapi juga di luar sekolah.

Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang bersifat khusus dalam situasi belajar mengajar. Berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adam & Dickey dalam bukunya “Basic Principles of Student Teaching”, yang dikutip oleh Oemar Hamalik dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 12 peranan

16

Pupuh Fathurrohman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam, h. 122


(17)

guru di dalam kelas (dalam situasi belajar mengajar). Tiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan yang dipandang “inti” untuk masing-masing peranan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas

b) Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok-kelompok murid

c) Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa

d) Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan untuk mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran

e) Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan penjelasan

f) Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan cara menyelidiki sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan

g) Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan meramu bahan pelajaran secara profesional

h) Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas

i) Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar kelas

j) Guru sebagai perannya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang dapat merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah k) Guru sebagai pengganjar, perlu memiliki keterampilan cara

memberikan penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi l) Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai

anak-anak secara obyektif, kontinue dan komprehensif

m) Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu anak-anak yang mengalami kesulitan tertentu.17

Peranan guru menurut kajian Pullias dan Young (1988), Manan (1990), serta Yelon dan Weinstein (1997), yang dikutip oleh E. Mulyasa dapat diidentifikasikan sedikitnya 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas,

17

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumu Aksara, 2004 ), Cet. Ke-4, h. 48-49


(18)

pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminator.18

Yang akan penulis kemukakan di sini adalah peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Guru Sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.19

b. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas.20 c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

18

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, ( PT. Remaja Rosda Karya, 2006 ), Cet. Ke-4, h. 37

19

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 9

20


(19)

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.21

Sedangkan sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

d. Guru Sebagai Evaluator

Sebagai evaluator guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian karena, dengan penilaian, guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.22

21

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 11

22


(20)

Bagan. 1 Peran Guru23

Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dari tugas-tugas yang langsung berhubungan dengan tugas utamanya, yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi guru yang andal dan dapat diteladani.

Menurut Uzer Usman yang dikutip oleh Hamzah B. Uno terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.24

23

Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ( Jakarta: Kencana, 2008 ), Cet. Ke-3, h. 147

PERAN GURU

Sumber Belajar

Fasilitator

Manager Evaluator

Organisator

Motivator

Administrator


(21)

Tugas guru sebagai suatu profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada peserta didik.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai dari sebagai makhluk bermain (homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens). Membantu peserta didik dalam mentransformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu peserta dalam mengidentifikasikan diri peserta itu sendiri.

Tugas guru dalam bidang masyarakat diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.

Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang bersifat menantang dan meransang peserta untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

Secara khusus tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran sebagai berikut:

a. Menilai kemajuan program pembelajaran

b. Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil bekerja ( learning by doing )

c. Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat-alat belajar

d. Mengkoordinasi, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas e. Mengomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke peserta didik f. Membuat kaputusan instruksional dalam situasi tertentu

g. Bertindak sebagai manusia sumber

h. Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari

24

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Repormasi Pendidikan di Indonesia, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008 ), Cet. Ke-3, h. 20


(22)

i. Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada peserta didik untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru)

j. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal.25

Sedangkan menurut Roestiyah N. K bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk:

1) Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman

2) Membentuk kepribadian anak yang harmonis

3) Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik sesuai Undang-undang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. II Tahun 1983

4) Sebagai perantara dalam belajar

5) Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan

6) Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat 7) Sebagai penegak disiplin

8) Guru sebagai administrator dan manajer 9) Pekerjaan guru sebagai profesi

10)Guru sebagai perencana kurikulum 11)Guru sebagai pemimpin

12)Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.26

Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini.

3.

Kompetensi Guru

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata kompetensi berarti kewenangan atau hak kekuasaan untuk menentukan dan memutuskan

25

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Repormasi Pendidikan di Indonesia, h. 21-22

26


(23)

sesuatu hal, dan secara kebahasaan mengandung arti (1) cakap mengetahui pekerjaan atau persoalan, (2) berhak, berwenang menentukan sesuatu.27

Menurut pendapat W. Robert Houston yang dikutip oleh Roestiyah N.K mengemukakan pengertian kompetensi sebagai berikut: “competence ordinarily is defined as adequancy for a task or as possession of require knowledge, skill and abilities”.28

Yang dapat diartikan sebagai suatu tugas yang memadai atau memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut pada jabatan seseorang.

Adapun menurut Broke and Stone (1975) sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa “Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti”.29

Sedangkan menurut Zakiyah Darajat bahwa kompetensi adalah kewenangan atau kecakapan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.30

Menurut Moh. Uzer Usman mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan “Kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya”.31

Artinya bahwa guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut guru yang kompeten dan profesional.

Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saman. A, bahwa “Seseorang dikatakan berkompeten dalam bidang tertentu apabila orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian sesuai dengan tuntutan

27

J. S. Badudu, et. Al., Kamus Umum Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994 ), Cet. Ke-5, h. 518

28

Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), Cet. Ke-3, h. 4

29

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 14

30

Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta: Ruhama, 1995 ), Cet. Ke-2, h. 95

31


(24)

bidang yang bersangkutan, dengan demikian ia mempunyai kewenangan dalam pelayanan sosial”.32

Menurut Barlow (1985) yang dikutip dan diartikan oleh Muhibbin Syah menyatakan bahwa “Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak”.33

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kecakapan atau kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya secara baik dan bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien.

Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

Adapun menurut Muhibbin Syah yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno mengklasifikasikan ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar yaitu:

1. Menguasai bahan, yang meliputi:

a) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah b) Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi 2. Mengelola program belajar mengajar, yang meliputi:

a) Merumuskan tujuan instruksional

b) Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar c) Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat d) Melaksanakan program belajar mengajar

e) Mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik f) Merencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial 3. Mengelola kelas, meliputi:

32

Saman. A, Profesionalisme Keguruan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1994 ), Cet. Ke-1, h. 94

33


(25)

a) Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran b) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi 4. Menggunakan media atau sumber belajar, yang meliputi:

a) Mengenal, memilih dan menggunakan media b) Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana

c) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar

d) Mengembangkan laboratorium

e) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar

f) Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman lapangan

5. Mengusai landasan-landasan kependidikan 6. Mengelola interaksi belajar mengajar

7. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran

8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, meliputi:

a) Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan konseling di sekolah

b) Menyelenggarakan program layanan dan bimbingan di sekolah 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, meliputi:

a) Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah b) Menyelenggarakan administrasi sekolah

10.Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.34

Menurut Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa kompetensi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Kompetensi pribadi, yaitu meliputi: a. Mengembangkan kepribadian

1) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa pancasila

3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan sebagai guru

b. Berinteraksi dan berkomunikasi

1) Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional

2) Berinteraksi dengan masyarakat dalam penunaian misi pendidikan

c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan

1) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar 2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus

34

Pupuh Fathurrohman & M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam, h. 45


(26)

d. Melaksanakan administrasi sekolah

1) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah 2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah

e. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran 1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah

2) Melaksanakan penelitian

2. Kompetensi profesional, yaitu meliputi: a. Menguasai landasan kependidikan

1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional

2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar

b. Menguasai bahan pengajaran

1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah

2) Menguasai bahan pengayaan c. Menyusun program pengajaran

1) Menetapkan tujuan pembelajaran

2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran 3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar 4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai 5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar

d. Melaksanakan program pengajaran

1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat 2) Mengatur ruangan belajar

3) Mengelola interaksi belajar mengajar

e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan 1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.35 Demikian tentang tugas, peranan dan kompetensi guru yang merupakan landasan dalam mengabdikan profesinya. Guru yang profesional tidak hanya mengetahui, tetapi betul-betul melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan perannya.

Sedangkan menurut Nana Sudjana membagi kompetensi kedalam tiga bidang, yaitu:

1) Kompetensi bidang kognitif 2) Kompetensi bidang sikap (afektif)

35


(27)

3) Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik).36

Penjelasan mengenai tiga bidang kompetensi yang telah disebutkan diatas adalah, sebagai berikut:

1) Kompetensi bidang kognitif

Kompetensi bidang kognitif yaitu kemampuan intelektual yang dimiliki oleh guru. Seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan metode mengajar, pengetahuan mengenal belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang masyarakat, serta pengetahuan umum lainnya.

2) Kompetensi bidang afektif

Kompetensi bidang sikap (afektif) yaitu kesediaan dan kesiapan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya. Misalnya sikap mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya

3) Kompetensi bidang psikomotorik

Kompetensi bidang perilaku (psikomotorik) yaitu segala kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pendidik, seperti keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan media pengajaran, keterampilan komunikasi dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, sudah tentu ketiga bidang kompetensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Sedangkan secara yuridis pemerintah menetapkan Undang-undang tentang pendidikan, dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam Bab IV Pasal 8 bagian kesatu

36

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: Algesindo, 2002), Cet. Ke-6, h. 18


(28)

mengenai kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi yang berbunyi: “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.37 Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 tersebut diperjelas lagi pada pasal 10 ayat 1 yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Bab VI pasal 28 ayat (1) dan (3) tentang Standar Nasional Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Ayat (1) bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ayat (3) menyatakan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial.38

Penjelasan mengenai kompetensi-kompetensi yang telah disebutkan undang-undang di atas adalah sebagai berikut:

a. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengemabangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

37

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, h. 88

38

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, h. 168


(29)

b. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.39

Kompetensi kepribadian secara nyata diungkapkan dalam bentuk sikap kedewasaan, disiplin, dinamis, terbuka, fleksibel, bertanggungjawab dan lain-lain. Disamping itu kompetensi personal juga menunjukan pada kemampuan dasar guru untuk dapat mentransformasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya kepada peserta didik.

Adapun kompetensi pribadi, antara lain sebagai berikut: 1) Bersikap terbuka terhadap hal-hal yang baru

2) Peka terhadap perkembangan anak 3) Penuh pengertian

4) Mempunyai sikap toleransi 5) Mempunyai kreatifitas tinggi 6) Bersikap ingin tahu.40

c. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.41

Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar yang berkaitan langsung dengan jabatan pekerjaan seseorang. Istilah profesional berasal dari bahasa inggris yaitu “profession” yang mengandung arti pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan. Secara umum istilah profesi diartikan sebagai “suatu bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian”.

39

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, h. 230

40

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar teoritis untuk praktek Profesional,

( Bandung: PT. Angkasa, 1985 ), h. 61

41

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, h. 230


(30)

Oteng Sutisna mengemukakan bahwa persyaratan profesional atau pendidikan antara lain:

1) Sudah berpengalaman mengajar

2) Menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar 3) Bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal atau cara

4) Mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual kelompok disamping secra klasikal

5) Mengutamakan standar prestasi yang tinggi dalam stiap kesempatan

6) Menguasai berbagai teknik dan model penilaian.42

d. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.43

Seorang guru tidak hanya bertanggungjawab di dalam kelas, tetapi juga harus mewarnai perkembangan anak didik di luar kelas. Bukanlah seorang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu tetapi juga anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.

Dalam kehidupan sosial guru juga merupakan figur sentral yang menjadi ukuran bagi masyarakat untuk mengambil keteladannya. Hal ini menuntut guru untuk berperan serta profesional dalam masyarakat akan menjadi tuntutan bagi anak didik.

Adapun persyaratan hubungan sosial antara lain: 1) Suka dan pandai bergaul dengan anak-anak

2) Dapat menyesuaikan diri

42

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar teoritis untuk praktek Profesional, h. 61

43

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2006, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, h. 230


(31)

3) Mudah bergaul dan memahami dengan cepat tingkah laku orang lain.44

Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya guru difungsikan sebagai subyek yang membimbing dan memberi pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu memenuhi kriteria tertentu diantaranya kompetensi dan profesionalitas. Oleh karena itu, guru tidak saja mendidik fungsi sebagai orang dewasa

yang bertugas secara profesional memindahkan ilmu pengetahuan ( transfer of knowledge ) atau penyalur ilmu pengetahuan ( transmitter of

knowledge ) yang dikuasai kepada anak didik, melaikan lebih dari itu, ia menjadi pemimpin, pendidik, dan pembimbing di kalangan anak didiknya.

Demikian kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru dan juga yang merupakan landasan dalam mengabdikan profesinya. Kompetensi dasar guru jelas sangat berguna bagi guru, sebab dengan adanya perumusan kompetensi dasar guru bias dijadikan pedoman bagi guru untuk menilai dirinya apakah dia sebagai seorang guru dalam menjalankan profesinya telah dapat memenuhi kompetensi-kompetensi tersebut. Bila belum, guru harus berani mengakui kekurangannya itu, dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya dan lebih memantapkan dirinya menjadi seorang guru.

4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Mengajar Guru

dan Usaha Dalam Meningkatkannya

Mutu guru dalam mengajar, pada hakekatnya merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor yang datangnya dari dalam dan luar dirinya. Faktor yang datang dari dalam dirinya (faktor internal) antara lain adalah faktor kesehatan, potensial, bakat, sikap dan kepribadian. Sedangkan faktor yang berasal dari luar

44

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar teoritis untuk praktek Profesional, h. 61


(32)

dirinya (faktor eksternal) antara lain faktor kepemimpinan kepala sekolah, peserta didik, dan sarana prasarana.

Menurut Kartini Kartanto terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi mutu guru antara lain adalah “faktor dari dalam diri sendiri yang meliputi kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat, motif, kepribadian dan cita-cita. Dan faktor dari luar diri sendiri yang meliputi lingkungan dan sarana prasarana”.45

Adapun di bawah ini beberapa faktor yang mempengaruhi mutu guru sebagai berikut:

a. Kemampuan

Seperti halnya siswa, maka guru pun sama, ia harus memiliki kemampuan baik secara jasmani maupun rohani agar pengajaran dapat dilaksanakan dengan lancar, dan memiliki implikasi yang positif terhadap prestasi belajar.

b. Latar belakang

Setiap jenjang pendidikan yang dilalui oleh seseorang adalah sebuah pembekalan baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk diimplikasikan ke dalam sebuah pekerjaan. Demikian pula ketika seseorang akan menjadi seorang guru selayaknya ia berkompeten dibidangnya dan telah mendapatkan sebuah ijazah yang baik dan sesuai dengan bidangnya.

c. Pengalaman kerja

Menurut Ngalim Purwanto:

Pada umumnya setiap guru baru, apalagi yang baru menyelesaikan pendidikan di sekolah guru dan langsung bekerja, akan merasa banyak kekurangan, terutama dalam pengalaman, dibandingkan dengan guru-guru senior yang lebih banyak pengalaman. Akan tetapi, kita tidak boleh beranggapan bahwa setiap guru baru itu lebih bodoh atau lebih tidak mampu dibanding dengan guru yang sudah lama mengajar. Mungkin pula sebaliknya, guru baru itu memiliki

45

Kartini Kartono, Menyiapkan dan Memandu Karier, ( Jakarta: CV. Rajawali, 1985), h. 23


(33)

pengetahuan yang lebih luas dan up to date dan sangat berguna bagi perkembangan dan kemajuan di sekolah.46

d. Beban belajar

Beban belajar disini maksudnya adalah bahwa setiap orang yang mengajar bukan berarti ia berhenti belajar justru ia harus terus belajar dan lebih banyak mancari informasi pendidikan demi kemajuan dirinya dan peserta didiknya.

e. Kondisi sosial ekonomi

Seorang guru yang mendapatkan kesejahteraan yang sesuai dengan pekerjaannya akan merasa senang dan lebih tenang dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar, sehingga memungkinkan bagi mereka untuk tetap dan lebih meningkatkan dalam mengajar. f. Motivasi kerja

Menurut Muhaimin:

Seorang guru agama itu perlu memiliki semangat jihad dalam menjalankan profesinya sebagai guru agama, dan memiliki kepribadian yang matang dan berkembang professionalism is predominantly an attitude, not a set of competencies, yakni seperangkat kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru agama adalah penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah sikap atu etos profesionalisme dari guru agama itu sendiri.47

g. Komitmen

Komitmen yang tinggi terhadap profesi keguruan, jika sikap semacam itu sudah melekat pada diri seorang guru, maka pendidikan akan semakin memberikan makna bagi pengembangan wawasan, sikap dan mental bagi para peserta didik.

h. Disiplin dan kreativitas

Disiplin sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, apalagi dalam meningkatkan mutu dalam melaksanakan tugas profesionalnya

46

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998 ), Cet. Ke-8, h. 156

47

Muhaimin, Problematika Agama dalam Kehidupan Manusia, ( Jakarta: Kalam Mulia, 1998 ), Cet. Ke-1, h. 101


(34)

dalam pencapaian tujuan kurikulum sehingga menghasilkan mutu prestasi belajar yang baik bagi siswanya.

Untuk meningkatkan mutu guru perlu dipertimbangkan faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam maupun dari luar dirinya. Bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia serta pembinaan yang telah diupayakan dengan baik oleh kepala sekolah, namun jika guru tersebut tidak memiliki kemauan maka semuanya tidak akan berjalan dengan lancar. Dengan adanya kemauan, kecakapan, serta keahlian yang dimiliki oleh seorang guru maka segala kekurangan yang ada akan menjadi pendorong baginya untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuannya.

Menurut Muhammad Numan Somantri mengemukakan bahwa untuk meningkatkan mutu mengajar guru adalah sebagai beikut:

a) Sikap bersahabat, tidak agresif, kooperatif, demokratis, sopan dalam memperlakukan siswa, tetapi tetap dapat memelihara wibawa

b) Menghargai pendapat dan menjaga perhatian siswa dengan jalan menunjukkan adanya relevansi antara pendapat tersebut dengan tujuan pelajaran

c) Antusias terhadap bahan pelajaran yang sedang dibicarakan

d) Dapat memperkaya bahan pelajaran yang terdapat dalam buku pelajaran dengan sumber-sumber majalah, surat kabar, cerita-cerita film, maupun hubungannya dengan pelajaran

e) Dapat memperagakan secara skematis bahan pelajaran di papan tulis, sehingga memungkinkan para siswa tertarik terhadap bahan-bahan pelajaran

f) Dapat merumuskan teknik bertanya yang dapat menumbuhkan kemampuan mengingat, berpikir, menilai, dan berpikir kreatif pada para siswa

g) Dapat memberi jalan kepada para siswa untuk mendorong kegiatan-kegiatan menyelidiki bahan pelajaran, hingga mereka dapat memiliki keterampilan berpikir ilmiah maupun dapat menemukan sistem nilai yang positif bagi seorang warga negara.48

Dengan demikian, faktor internal pada guru merupakan faktor yang utama dan mendasar dalam meningkatkan mutu mengajar guru, juga

48

Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,

( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ), Cet. Ke-1, h. 290


(35)

dalam menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan pendidikan, karena guru merupakan ujung tombak dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Namun faktor eksternal juga merupakan penunjang bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya.

B.

Prestasi Belajar Siswa

1.

Pengertian Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Untuk memudahkan dalam memahaminya, maka akan diuraikan secara satu persatu apa itu prestasi dan apa itu belajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaksud dengan prestasi adalah “Hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”.49 Menurut Suharsimi Arikunto, “prestasi adalah hasil kerja

yang keadaannya sangat kompleks”.50

Dengan demikian prestasi adalah hasil usaha yang telah dilakukan seseorang setelah melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan.

Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.51

49

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2002 ), Cet. Ke-2, h. 895

50

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002 ), Cet. Ke-I, h. 4

51

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2003 ), Cet. Ke-4, h. 2


(36)

Menurut Akyas Azhari, “Belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku atau pribadi berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”.52

Morgan mengemukakan pengertian belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.53

Moh. Uzer Usman mengartikan bahwa “Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan lingkungannya”.54

Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa “Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik”.55

Dengan demikian berdasarkan beberapa definisi diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan tentang definisi prestasi belajar merupakan hasil yang telah diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar, baik berupa pengetahuan, sikap ataupun keterampilan. Hasil belajar siswa itu biasanya dinyatakan dalam bentuk angka (skor) atau kalimat yang ditulis oleh guru dalam buku prestasi belajar siswa (raport).

2.

Cara Mengetahui Prestasi Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi dapat diketahui apakah tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Sebagaimana dijelaskan oleh

52

Akyas Azhari, Psikologi Umum & Perkembangan, ( Jakarta: Teraju, 2004 ), Cet. Ke-I, h. 122

53

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990 ), Cet. Ke-5, h. 84

54

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, h. 5

55

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002 ), Cet. Ke-1, h. 13


(37)

Muhibbin Syah bahwa “Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”.56

Jadi evaluasi sangatlah diperlukan untuk menentukan prestasi belajar siswa, karena dengan cara itulah dapat dikatakan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa atau baik-buruk prestasi belajarnya.

Adapun ragam evaluasi yang dapat dikatakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

a. Pre Test yaitu “Evaluasi yang dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya untuk mengidentifikasikan taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan”.57

b. Post Test yaitu “Evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya untuk mengetahui taraf penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan”.58

c. Evaluasi Formatif yaitu “Evaluasi hasil belajar jangka pendek. Tujuannya untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan remedial (perbaikan) program bagi siswa”.59

d. Evaluasi sumatif yaitu “Evaluasi belajar yang dilakukan pada waktu berakhirnya suatu program pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Tujuannya untuk mengetahui hasil akhir yang dapat dicapai oleh siswa, yakni penguasaan pengetahuan sekaligus menggambarkan keberhasilan proses belajar mengajar”.60

56

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 141

57

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 143

58

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 144

59

Zuhairini, et.al., Metodik khusus Pendidikan agama, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1983 ), Cet. Ke-8, h. 155

60

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999 ), Cet. Ke-2, h. 170


(38)

e. Evaluasi Diagnostik yaitu “Evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelemah-kelemahan siswa sehingga dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Tujuannya untuk mengatasi atau membantu pemecahan kesulitan/hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar”.61

3.

Indikator Prestasi Belajar

Indikator prestasi belajar adalah hasil belajar yang meliputi segenap ranah psikologis yang berubah akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Ranah psikologis itu berupa ranah cipta (kognitif), ranah rasa (afektif), dan ranah karsa (psikomotorik).

Indikator prestasi belajar siswa menurut Muhibbin Syah adalah sebagai berikut:

a. Ranah Cipta (kognitif) diantaranya siswa dapat menunjukkan, membandingkan, menghubungkan, menyebutkan, menjelaskan, mendefinisikan dan memberikan contoh.

b. Ranah rasa (afektif) diantaranya siswa dapat menunjukkan sikap menerima, menunjukkan sikap menolak, mengakui dan menyakiti, mengingkari dan menjelmakan dalam pribadi dan prilaku sehari-hari. c. Ranah karsa (psikomotor) diantaranya siswa dapat

mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya, mengucapkan membuat mimik dan gerakan jasmani.62

4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri individu (eksternal).

Menurut M. Dalyono, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri), yaitu: 1) Kesehatan (Jasmani dan Rohani)

2) Intelegensi dan bakat

61

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, h. 34

62


(39)

3) Minat dan Motivasi Belajar

4) Cara belajar seperti teknik-teknik belajar, waktu belajar, tempat dan fasilitas belajar.

b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri), yaitu:

1) Keluarga (pendidikan orang tua, perhatian dan bimbingan orang tua, situasi dalam rumah, peralatan/media belajar di rumah)

2) Sekolah (Kualitas guru, kedisiplinan guru dalam mengajar, metode mengajar guru, kurikulum, fasilitas/perlengkapan sekolah, jumlah murid perkelas dan pelaksanaan tata tertib di sekolah)

3) Masyarakat (Pergaulan dan tingkat pendidikan)

4) Lingkungan sekitar (keadaan rumah/bangunan, lalu lintas dan iklim).63

Dengan demikian, hasil belajar siswa itu sangat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Kedua faktor tersebut akan saling berinteraksi, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.

5.

Usaha-usaha Peningkatan Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar terletak pada usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor kemauan, minat, ketekunan, tekad untuk sukses dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap usaha dan kegiatannya. Peserta didik akan berhasil kalau berusaha semaksimal mungkin dengan cara belajar yang efisien sehingga meningkatkan prestasi belajar mereka.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa, antara lain keadaan jasmani, keadaan sosial emosional, lingkungan, sikap yang optimis, dan mengatur waktu yang baik.

Adapun usaha yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, antara lain:

a. Membangkitkan motivasi belajar siswa

63

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 1997), Cet. Ke-I, h. 55-60


(40)

Motivasi merupakan salah satu faktor turut menentukan keefektifan pembelajaran. Menurut M. Alisuf Sabri motivasi adalah “segala sesuatu yang menjadi timbulnya suatu tingkah laku”64

motivasi sangatlah berpengaruh dalam proses pembelajaran, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam belajar dan dengan motivasi belajar ini pula kualitas hasil belajar siswa dapat terwujud.

Menurut Moh. Uzer Usman ada beberapa cara membangkitkan motivasi, yaitu:

1) “Mengadakan kompetensi (persaingan) terhadap para siswa guna meningkatkan prestasi belajarnya.

2) Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat) 3) Mengadakan penilaian atau tes”.65

b. Meningkatkan disiplin belajar siswa

Pada hakikatnya disiplin adalah pengendalian perilaku dan pengendalian diri. Apabila seorang siswa dapat mengendalikan dirinya dan perilakunya sehari-hari baik di rumah, sekolah maupun lingkungan sekitarnya maka ia telah mendisiplinkan diri.

Ketika siswa sudah memiliki kedisiplinan baik hal itu yang berasal dari dirinya maupun atas dorongan orang lain, maka segala sesuatu yang dikerjakan akan menjadi maksimal dan akan berpengaruh pula pada prestasi yang baik dalam belajarnya.

Di samping itu, disiplin belajar siswa tidak akan berjalan kalau guru yang mengajar pun tidak berdisiplin. Maka dari itu guru harus memberikan teladan yang baik kepada siswa guna meningkatkan dan mempertahankan kedisiplinan siswa.

64

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. Ke-2, h. 55

65


(41)

C.

Kerangka Berpikir

Pada ruang lingkup kelembagaan guru perlu mengembangkan tugas pribadinya dalam konteks sosial dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaiknya dalam mengembangkan daya kepemimpinan, merumuskan tujuan sekolah, mengembangkan daya kolaborasi dalam komunitas profesi, meningkatkan disiplin, pengembangan suasana yang harmonis sebagai dasar bagi pengembangan potensi lembaga, peningkatan efektivitas dan efisiensi pembiayaan, dan mengelola pengadaan dan pemberdayaan sarana dan prasarana.

Pada ruang lingkup kehidupan pendidik sebagai individu tiap guru terikat dengan kewajiban untuk mengembangkan mutu kinerja melalui kegiatan belajar, meningkatkan penguasaan ilmu pengetuan dan keterampilan terbaik dalam meningkatkan potensi siswa. Hal tersebut penting agar kewibawaan diri terpelihara. Juga sebagai anggota komunitas guru wajib membangun kerja sama meningkatkan kompetensi, melakukan pengukuran, meningkatkan kapasitas diri dalam pengelolaan pembelajaran, mengembangkan pengalaman terbaik dalam mengelola pembelajaran, dan mengembangkan kompetensi profesi mapun kompetensi pedagogik.

Dalam meningkatkan mutu kinerja guru memiliki kewajiban untuk memenuhi mutu materi pelajaran, mengelola proses pembelajaran agar meningkatkan minat siswa untuk belajar baik melalui peningkatan kemampuan individu dalam kerja sama kelompok. Potensi diri siswa dikembangkan melalui kerja sama. Menggunakan teknologi sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan kemampuan sekolah menyediakan sarananya. Menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia mapun bahasa asing dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas setaraf dengan mutu pembelajaran di sekolah-sekolah unggul di dunia.

Dengan demikian, kerangka berpikir yang penulis ungkapkan adalah semakin mutu mengajar guru bernilai tinggi, maka akan semakin baik pula prestasi belajar yang dicapai. Begitupun sebaliknya semakin rendah mutu mengajar guru, maka akan semakin rendah pula prestasi yang dicapainya.


(42)

D.

Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pemikiran sebagaimana yang penulis uraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:

Hipotesis alternatif (Ha) : Ada pengaruh yang signifikan antara mutu mengajar guru ekonomi (variabel X) dengan prestasi belajar siswa (variabel Y).

Hipotesis nihil (Ho) : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara mutu mengajar guru ekonomi (variabel X) dengan prestasi belajar siswa (variabel Y).


(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi yang di jadikan penelitian adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Tangerang. Yang beralamat di Jl. Pembangunan I Darussalam Utara II Kelurahan Batusari Kecamatan Batuceper Kota Tangerang.

2. Penelitian ini dilaksanakan antara 5 April 2010 sampai dengan 10 Juni 2010.

B.

Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.66

Dengan dasar definisi tersebut, dapat penulis jelaskan bahwa penelitian ini mempunyai dua variabel, yaitu:

1. Variabel pertama berupa mutu mengajar guru, variabel ini menduduki posisi sebagai variabel independent (bebas), yaitu masukan yang memberi pengaruh terhadap hasil, yang diberi simbol dengan huruf X.

2. Variabel kedua berupa prestasi belajar siswa, variabel ini menduduki posisi sebagai variabel dependen (terikat), yaitu hasil sebagai pengaruh variabel independent (bebas), yang diberi simbol huruf Y.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah “keseluruhan subyek penelitian”.67

Populasi yang diambil dalam penelitian ini diambil dengan berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto: “Apabila subyek kurang dari 100 orang, maka diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar maka dapat diambil 10-15 % atau lebih,

66

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, ( Jakarta: Rhineka Cipta, 2006 ), Cet. Ke-13, h. 118

67


(44)

tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan biaya”.68

Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel diambil secara acak (random sampel).

D.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah “Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung”.69

Penulis melakukan wawancara terhadap guru Ekonomi dan Kepala SMA Negeri 14 Tangerang. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh data yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang diperoleh melalui angket.

2. Angket

Angket adalah “daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung”.70 Angket ini disebarkan kepada murid SMA Negeri 14 Tangerang untuk memperoleh informasi mengenai mutu mengajar yang dimiliki oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Angket dibuat dengan model likert yang mempunyai empat opsi jawaban yang berjumlah genap ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas.

Penyusunan angket mutu mengajar guru mengacu kepada aspek-aspek kemampuan profesional guru yang terdiri dari 25 butir soal dengan perincian sebagai berikut:

68

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 134

69

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 57-58

70


(45)

Tabel 1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Sub Variabel Butir Soal

( + ) ( - )

Mutu Mengajar Guru

1. Menguasai bahan 1, 2, 4 3

2. Mengelola Program Belajar Mengajar 6, 7, 8 5

3. Mengelola Kelas 9, 10 11, 12

4. Menggunakan Media/Sumber Belajar

13, 14, 15

5. Menguasai Landasan-landasan Kependidikan

16 17

6. Mengelola Interaksi Belajar Mengajar 18

7. Menilai Prestasi Siswa 19

8. Mengenal Fungsi dan Program Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah

20, 21

9. Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi sekolah

22, 24 & 25

23

3. Studi dokumentasi

Dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang tidak bisa dikejar dengan interview, observasi, maupun angket, melaikan diperoleh dengan data tertulis. Peneliti mencari data tentang prestasi belajar siswa, yaitu dari nilai raport mata pelajaran Ekonomi, hasil studi semester I.

E.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian.


(1)

alternatif (Ha) diterima karena teruji kebenarannya, sedangkan (Ho) ditolak.

Sedangkan untuk mengetahui kontribusi (sumbangan) yang diberikan variabel X terhadap variabel Y digunakan rumus koefisien determinan sebagai berikut:

KD = r2 x 100% = (0,417)2 x 100% = 0,173889 x 100% = 17,3889%

Dari perhitungan di atas diperoleh KD sebesar 17,3889% maka diketahui bahwa mutu mengajar guru memiliki korelasi terhadap prestasi belajar siswa sebesar 17,38%, ini berarti 82,62% dipengaruhi oleh faktor lain.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel X (Mutu Mengajar Guru) terhadap variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) karena hipotesa alternatif (Ha) diterima dengan rxy 0,417 lebih besar dari “r” tabel baik taraf 5% (0,294) maupun pada taraf 1% (0,380). Sedangkan pengaruh yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y sebesar 17,38%. Dan mean dari variabel x adalah 70 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 64. Mean variabel y adalah 74,3 dengan nilai tertingi 85 dan nilai terendah 65. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru bidang studi ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang dikategorikan cukup baik.


(2)

BAB V

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang disajikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Mutu mengajar yang dimiliki oleh guru bidang studi Ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang yang didasarkan atas jawaban responden (45 siswa) dengan 25 item pertanyaan menunjukkan bahwa hasil jawaban di nilai cukup baik., dengan rata-ratanya yaitu 70. Dengan demikian kualitas mengajar guru dan proses pembelajaran yang telah dilakukan termasuk kategori baik.

2. Selanjutnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa SMA Negeri 14 Tangerang dari hasil raport semester kelas XI yang penulis peroleh dari sekolah dengan jumlah rata-rata yaitu 74,3. Ini menunjukkan bahwa prestasi siswa SMA Negeri 14 Tangerang dapat dikatakan cukup baik. 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisiensi korelasi antara mutu

mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa yaitu sebesar 0,417, angka tersebut berada pada kisaran 0,40-0,70 yang sifat hubungannya adalah sedang atau cukup. Sehingga dapat dikemukakan bahwa terdapat pengaruh antara variabel X (Mutu Mengajar Guru) terhadap variabel Y (Prestasi Belajar Siswa) memiliki korelasi yang positif yang signifikan, dilihat pada taraf signifikansi 5% = 0,294 dan taraf 1% = 0,380 rxy lebih besar dari pada r tab yaitu 0,417>0,380>0,294.

B.

SARAN-SARAN

Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini, ada beberapa saran yang perlu penulis kemukakan:

1. Kepada pihak kepala sekolah, hendaknya selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada para guru di lapangan, dalam hal ini khususnya


(3)

penyediaan sarana dan prasarana pengajaran yang dibutuhkan oleh guru bidang studi Ekonomi agar mendukung kualitas dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

2. Kepada para guru khususnya guru bidang studi ekonomi, hendaknya selalu memberikan perhatian dan motivasi kepada para peserta didik agar selalu semangat dan tetap memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa juga hendaknya lebih meningkatkan minatnya dalam belajar sehingga akan mencapai prestasi belajar yang optimal.

3. Kepada pihak guru, hendaknya selalu meningkatkan kualitas dan profesional dalam menjalankan tugasnya yang sesuai dengan perkembangan zaman.

4. Kepada pihak orang tua (Komite Sekolah), hendaknya selalu memberikan dukungan kepada sekolah yang berkaitan dengan peningkatan mutu/kualitas peserta didik dan juga untuk pembangunan sekolah. Dan selalu memberikan perhatian dan motivasi kepada anak ketika di rumah agar lebih giat dalam belajar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A, Saman., Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, Cet. Ke-1, 1994. Arcaro, Jeorme S., Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet.

Ke-4, 2007.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. Ke-I, 2002.

_____, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rhineka Cipta, Cet. Ke-13, 2006.

Azhari, Akyas, Psikologi Umum & Perkembangan, Jakarta: Teraju, Cet. Ke-I, 2004.

Badudu, J. S., et. Al., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Cet. Ke-5, 1994.

Darajat, Zakiyah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, Cet. Ke-2, 1995.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, Cet. Ke-I, 1988.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi III, Cet. Ke-2, 2002.

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rhineka Cipta, Cet. I, 2000.

_____, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. Ke-1, 2002.

Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobri, Strategi Belajar Mengajar: Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam, Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. Ke-1, 2007.

Firdaus, Yunus M., Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, Yogyakarta: Logung Pustaka, Cet. Ke-1, 2004.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. Ke-2, 1999.


(5)

_____, Pendidikan Guru; Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: PT. Bumu Aksara, Cet. Ke-4, 2004.

_____, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. Ke-5, 2005. Kartono, Kartini, Menyiapkan dan Memandu Karier, Jakarta: CV. Rajawali,

1985.

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Rhineka Cipta, Cet. Ke-I, 1997. Muhaimin, Problematika Agama dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: Kalam

Mulia, Cet. Ke-1, 1998.

N.K, Roestiyah, Didaktik Metodik, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.

_____, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: PT. Bina Aksara, Cet. Ke-3, 1989.

Nugroho, Bhuono Agung, Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan PSS, Yogyakarta: Andi Offset, Ed. I, 2005.

Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers, Cet. Ke-1, 2002.

Nurhasan, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II: kurikulum Untuk Abad Ke-21, Jakarta: PT. Grasindo, 1994.

Peraturan Pemerintah, Republik Indonesia, No. 19 tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bandung: Lekdis, Cet. Ke-3, 2005.

Purwanto, M. Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-8, 1998.

_____, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-5, 1990. Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis, Jakarta: Prenada Media, Cet.

Ke-1, 2004.

Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. Ke-2, 1996.

Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana, Cet. Ke-3, 2008.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. Ke-4, 2003.


(6)

Somantri, Muhammad Numan, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-1, 2001.

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Algesindo, Cet. Ke-6, 2002.

Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan Dasar teoritis untuk praktek Profesional,

Bandung: PT. Angkasa, 1985.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-7, 2002.

Undang-Undang RI, Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004.

Uno, Hamzah B., Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Repormasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. Ke-3, 2008.

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-17, 2005.

Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada Press, Cet. Ke-1, 2006.

Zuhairini, et.al., Metodik khusus Pendidikan agama, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. Ke-8, 1983.


Dokumen yang terkait

Pengaruh kreativitas mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa (studi kasus di SMP 2 kota Tangerang Selatan

2 36 77

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap hasil belajar siswa bidang studi pkn

0 7 90

Pengaruh metode mengajar terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi fiqih kelas IV di MIN Pegadungan Kalideres Jakarta Barat

0 3 79

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 PURWOREJO

0 4 182

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KREATIVITAS GURU DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 14 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 3 27

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA DAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 DOLOKSANGGUL.

0 4 20

PENGARUH KETERAMPILAN GURU MENGAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 BATANG ONANG TAHUN AJARAN 2013 / 2014.

0 2 19

PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Persepsi Siswa Mengenai Keterampilan Mengajar Guru Dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Kelas XI IPS Pada SMA Negeri 1 Purwodadi

0 1 15

PENGARUH KETERAMPILAN GURU MENGAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 2 SIBOLGA TAHUN AJARAN 2011/2012.

0 1 12

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

0 1 18