Makalah Tafsir dan ayat ekonomi hadits h

HADITS-HADITS TENTANG AKAD (TRANSAKSI)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

TAFSIR AYAT DAN HADITS EKONOMI
Dosen Pengampu : Dede Rodin, M.Ag.

Disusun Oleh :
Nurul Hikmah
Sahal Ludin
Siti Duma Karmila

(1605036017)
(1605036018)
(1605036020)

PRODI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017

1 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i


BAB I
PENDAHULUAN
Hadits merupakan paduan bagi umat Islam dalam mengerjakan segala sesuatu. Bagi
siapa yang hanya berpedoman kepada al-Qur’an semata–seperti para pengingkar sunnah,
maka ia akan mengalami kesulitan dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an. Sebab tidak
seluruhnya dijelaskan secara mendetail. Untuk itu, hadits sangat berperan dalam menjelaskan
kandungan yang terdapat dalam al- Qur’an. Maka al-Qur’an dan Hadits Nabi adalah ruh bagi
umat manusia, khususnya bagi umat Islam. Di samping itu, Islam bukan agama yang hanya
berisi perintah dan larangan bagi pemeluknya. Tetapi ia lebih merupakan tuntunan dan
paduan hidup yang membawa kepada keselamatan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Akad atau ijab qabul merupakan salah satu dari rukun berbagai jenis muamalah,
seperti jual beli, sewa menyewa, dan sebagainya. Seiring perkembangan zaman, akad atau
yang sering kita kenal dengan transaksi, tentunya mengalami evolusi atau telah berubah
mengikuti perkembangannya, khususnya dalam sistem ekonomi syari’ah. Pada makalah ini,
akan di terangkan hadits-hadits tentang akad transaksi. Akad transaksi seperti apa saja yang di
perbolehkan dan akad transaksi seperti apa saja yang tidak di perbolehkan.

2 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad (Transaksi)
Kata Aqad dalam istilah bahasa berarti ikatan dan tali pengikat. Jika dikatakan
aqada al-habla maka itu menghubungkan antara dua ujung tali lalu mengikatnya.
Kemudian makna ini berpindah dari hal yang bersifat hissi (indra) kepada ikatan yang
tidak tampak antara dua ucapan dari kedua belah pihak yang sedang berdialog. Dari
sinilah kemudian makna akad diterjemahkan secara bahasa sebagai : Menghubungkan
antara dua perkataan, masuk juga didalamnya janji dan sumpah, karena sumpah
menguatkan niat berjanji untuk melaksanakan isi sumpah atau meninggalkannya.
Demikian juga halnya dengan janji sebagai perekat hubungan antara kedua belah
pihak yang berjanji dann menguatkanya.1

Akad dalam terminologi bahasa mencakup makna ikatan, pengokohan dan
penegasan dari satu pihak atau kedua belah pihak. Makna secara bahasa ini sangat
sesuai sekali dengan apa yang dikatakan oleh kalangan ulama fiqh, dimana kita
mendapati kalangan ulama fiqh menyebutkan akad adalah setiap ucapannya yang
keluar sebagai penjelas dari dua keinginan yang ada kecocokan sebagaimana mereka
juga menyebutkan arti akad sebagai setiap ucapan yang keluar menerangkan
keinginan walaupun sendirian.2


Akad Tranasksi dalam fiqh didefinisikan dengan Irtibath ijab bi qabulin ala
wajihin masyru’ yatsbutu atsarubu fi mahallihi, yaitu pertalian ijab dengan qabul
menurut cara-cara yang disyariatkan yang berpengaruh terhadap objeknya. Ijab adalah
permulaan penjelasan yang keluar dari salah satu pihak yang berakad sebagai
gambaran kehendaknya dalam mengadakan aqad. Qabul yaitu perkataan yang keluar
dari pihak yang berakad pula, yang diucapkan setelah adanya ijab. Sedangkan
pengaruh atas objek seperti perpindahan kepemilikan seperti yang terjadi pada akad
jual beli, atau hanya perpindahan manfaat barang seperti dalam akad sewa.3

B. Hadits-hadits Tentang Aturan Akad (Transaksi)

1 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat”Sistem Transaksi Dalam Islam”, (Jakarta:
Bumi Aksara.2014). hlm.15.
2 Ibid, hlm.16.
3 Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.2010.). hlm.66

3 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i


1. Hadits Larangan Tentang Melakukan Transaksi Munabadzah dan Mulamasah.

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Ufair berkata, telah
menceritakan kepada saya Al Laits berkata, telah menceritakan kepada saya
'Uqail dari Ibnu Syihab berkata, telah mengabarkan kepada saya 'Amir bin Sa'ad
bahwa Abu Sa'id radliallahu 'anhu mengabarkannya bahwa Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam melarang munabadzah, yaitu seseorang melempar
pakaiannya sebagai bukti pembelian harus terjadi (dengan mengatakan bila
kamu sentuh berarti terjadi transaksi) sebelum orang lain itu menerimanya atau
melihatnya dan Beliau juga melarang mulamasah, yaitu menjual kain dengan
hanya menyentuh kain tersebut tanpa melihatnya (yaitu dengan suatu syarat
misalnya kalau kamu sentuh berarti kamu harus membeli) ".(H.R Bukhari
no.2000)
Kata Munabadzah secara syar’i berarti seseorang berkata “barang mana
saja yang kamu lemparkan kepadaku, maka aku membayarnya dengan harga
sekian” atau pedagang berkata “barang mana saja yang aku lemparkan, maka
kamu harus membayarnya dengan harga sekian” tanpa dia melihat kepada barang
tersebut.4 Jual beli ini tidak sah disebabkan dua alasan, yaitu :
-


Adanya ketidakjelasan barang

-

Barang yang di jual masih tergantung pada syarat, yaitu apabila kain
tersebut di lemparkan kepadanya

Kategori barang yang termasuk di dalamnya adalah semua jenis barang,
berdasarkan perkatan barang apa saja yang kau lemparkan jual beli seperti ini di
larang oleh syariat, karena gambaran jual beli seperti ini akan mengundang
perselisihan dan permusuhan anatara kedua belah pihak.
4 https://almanhaj.or.id/4037-jual-beli-mulamasah-jual-beli-munabadzah-jual-beli-hashahjual-beli-muhaqalah.html (diakses pada 06 Oktober 2017)

4 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i

Kata mulamasah secara syar’i berarti seorang pedagang berkata “kain
mana saja yang kau sentuh, maka kain tersebut menjadi milikmu dengan harga
sekian”. Jual beli ini tidak layak karena dua sebab, yaitu :
-


Adanya jahalah (ketidakjelasan barang)

-

Masih tergantung dengan syarat. Syaratnya ialah seorang pedagang
berkata kain mana saja yang kau sentuh, maka kain tersebut menjadi
milikmu dengan harga sekian.

Larangan ini berlaku untuk semua barang baik berupa pakaian ataupun
barang lainnya. Karena di dalam jual beli mulamasah terdapat unsur paksaan.
Transaksi ini juga melanggar hak khiyar. Seperti yang diterangkan dalam hadits
berikut :

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan
kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa Beliau bersabda: "Jika dua orang
melakukan jual beli maka masing-masingnya punya hak khiyar (pilihan) atas jual
belinya selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya sepakat atau salah satu
dari keduanya memilih lalu dilakukan transaksi maka berarti jual beli telah
terjadi dengan sah, dan seandainya keduanya berpisah setelah transaksi

sedangkan salah seorang dari keduanya tidak membatalkan transaksi maka jual
beli sudah sah". (H.R Bukhari no 1970).

Hadits ini mengaskan “Jika dua orang melakukan jual beli maka masingmasingnya punya hak khiyar (pilihan) atas jual belinya”. Khiyar yang dimaksud
5 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i

disini adalah pilihan dalam menentukan barang apa yang mau kita beli, dan
apakah kita harus membelinya. Tidak harus ditentukan oleh pedagang seperti
transaksi Munabadzah dan mulamasah. Oleh karena itu hadits ini turut
menegaskan bahwa jual beli Munabadzah dan mulasamah itu tidak boleh
dilakukan.

2. Hadits Larangan Transaksi atas Transaksi Saudaranya.

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id berkata, telah
menceritakan kepada kami Malik bin Anas dari Nafi' dari Ibnu Umar bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah salah seorang dari
kalian bertrasasaksi atas transaksi saudaranya."(H.R Ibnu Majah no. 2162 ).

Bertransaksi atas transaksi saudaranya maksudnya adalah ketika ada dua

orang yang sudah melakukan transaksi, maka orang ketiga tidak boleh menawar
atas transaksi tersebut.

Contoh : Pak Abror melakukan transaksi yaitu pembelian tanah kepada pak
Ragil, dengan harga sekian, dan di sepakati. Lalu pak Adi ingin menawar tanah
yang telah disepakati oleh pak Abror dan pak Ragil. Dengan cara membujuk atau
merayu dengan harga yang lebih tinggi dari pak Abror kepada pak Ragil. Inilah
yang di maksud bertransaksi atas transaksi saudaranya, dan ini dilarang oleh
Rasulullah.
Larangan ini juga di terangkan pada hadits berikut ;

6 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata,
telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri dari Sa'id Ibnul Musayyab
dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Janganlah seorang laki-laki melakukan transaksi atas transaksi saudaranya,
atau menawar atas tawaran saudaranya."(H.R Ibnu Majah no 2163).

Hadits ini menerangkan bahwa "Janganlah seorang laki-laki melakukan

transaksi atas transaksi saudaranya, atau menawar atas tawaran saudaranya.".
sudah jelas hadits ini berkaitan dengan contoh diatas. Bahwa kita tidak boleh
menawar atas tawaran saudara.

3. Larangan Transaksi Jual Beli Najasy (Menambah Harga untuk Menipu Pembeli).

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar dan Sahl
bin Abu Sahl keduanya keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami sufyan
dari Az Zuhri dari Said dan Abu Hurairah dari nabi shallallahu alaihi wasallam,
beliau bersabda : janganlah kalian jual beli dengan cara Najasy (Menambah
harga untuk menipu pembeli).(H.R Ibnu Majah no.2165).

Hadits ini menerangkan bahwa kita tidak boleh melakukan jual beli najasy.
Maksud najasy di sini adalah seseorang ditugaskan menawar barang mendatangi
penjual penjual lalu menawar barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari
7 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i

yang biasa. Hal ini dilakukannya dihadapan pembeli dengan tujuan memperdaya
pembeli. Namun dia sendiri tidak ada niat untuk membeli, namun tujuannya
semata-mata hanya untuk memperdaya si pembeli dengan tawarannya tersebut.

Dan ini termasuk bentuk penipuan dan dilarang oleh Rasulullah.

Rasulullah menganjurkan, ketika kita melakukan transaksi jual beli maka
katakanlah “Tidak boleh ada penipuan”. Seperti sabda Rasulullah sebagai berikut:

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah dari
Malik dari Abdullah bin Dinar dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki
menyebutkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa dirinya telah
ditipu dalam jual beli. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Apabila engkau melakukan transaksi jual beli maka katakanlah,
'Tidak boleh ada penipuan'." Setelah itu jika laki-laki tersebut melakukan
transaksi jual beli ia selalu mengatakan, 'Tidak boleh ada penipuan'."(H.R Abu
Daud no.3037).

8 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i

4. Anjuran Bersedekah Ketika saat Bertransakasi Jual Beli.

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan
kepada kami Abu Bakr bin 'Ayyasy dari 'Ashim dari Abu Wa`il dari Qais bin Abu

Gharazah ia mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang kepada
kami dan kami dinamakan para makelar, lalu beliau bersabda: "Wahai para
pedagang, Sesungguhnya setan dan dosa itu datang ketika transaksi jual beli,
maka gabungkanlah jual beli kalian dengan sedekah." Ia mengatakan; Dalam hal
ini ada hadits serupa dari Ak Bara` bin 'Azib dan Rifa'ah. Abu Isa berkata;
Hadits Qais bin Abu Gharazah adalah hadits hasan shahih. Manshur, Al A'masy,
Habib bin Abu Tsabit dan yang lainnya telah meriwayatkannya dari Abu Wa`il
dari Qais bin Abu Gharazah dan kami tidak mengetahui hadits Qais dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam selain hadits ini. Telah menceritakan kepada kami
Hannad telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari
Syaqiq bin Salamah, Syaqiq adalah Abu Wa`il, dari Qais bin Abu Gharazah dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seperti itu dengan maknanya. Abu Isa berkata;
Hadits ini shahih. (H.R Tirmidzi no.1129).

9 | Ta f s i r Ay a t d a n H a d i t s E k o n o m i

Pada Hadits ini di tekankan pada kata "Wahai para pedagang,
Sesungguhnya setan dan dosa itu datang ketika transaksi jual beli, maka
gabungkanlah jual beli kalian dengan sedekah." Pada kata ini sudah jelas bahwa
kita dianjurkan bersedekah ketika kita sedang melakukan transaksi jual beli. Dan
beginilah jual beli yang dianjurkan oleh Rasulullah.

BAB III
SIMPULAN
Akad Tranasksi dalam fiqh didefinisikan pertalian ijab dengan qabul menurut caracara yang disyariatkan yang berpengaruh terhadap objeknya. Ijab adalah permulaan
penjelasan yang keluar dari salah satu pihak yang berakad sebagai gambaran kehendaknya
dalam mengadakan aqad. Qabul yaitu perkataan yang keluar dari pihak yang berakad pula,
yang diucapkan setelah adanya ijab.
Adanya Hadits larangan dan anjuran dalam melaksanakan Akad (Transaksi), kita
mengetahui bagaimana saja akad (Transaksi) yang dilarang, sehingga kita bisa
menghindarinya, seperti akad Munabadzah dan Mulasamah, Kita tidak boleh bertransaksi
atas transaksi saudaranya (menawar atas tawaran saudara), Larangan bertransaksi Najasy atau
menambah harga untuk menipu pembeli. Kita juga mengetahui anjuran dari Rasulullah
S.A.W dalam bertransaksi khususnya jual beli yaitu dalam hal transaksi jual beli,
gabungkanlah jual beli dengan sedekah, di karenakan pada saat jual beli setan dan dosa itu
datang ketika kita bertransaksi Jual beli.

10 | T a f s i r A y a t d a n H a d i t s E k o n o m i

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Aziz, Abdul. 2014. Fiqh Muamalat”Sistem Transaksi Dalam Islam”. Jakarta: Bumi
Aksara.
Rodin, Dede. 2015. Tafsir Ayat Ekonomi. Semarang: CV Karya Abadi.
Suwiknyo, Dwi. 2010. Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Internet

https://almanhaj.or.id/4037-jual-beli-mulamasah-jual-beli-munabadzah-jual-belihashah-jual-beli-muhaqalah.html (Diakses Pada 06 Oktober 2017).

11 | T a f s i r A y a t d a n H a d i t s E k o n o m i