MAKALAH BAHASA INDONESIA Etika Bisnis Ek (1)

MAKALAH BAHASA INDONESIA
“Etika Bisnis Ekonomi Islam”

Dosen Pengampu: Zein Muttaqin, S.Ei, M.A

Disusun oleh:
Deby Jatra (13423078)

EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

1|Page

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala Puji Syukur teruntuk Ilahi Rabbi, shalawat dan salam semoga senantiasa

terlimpah atas Rasulullah SAW. Seluruh keluarga, kerabat, dan sahabatnya. Amin.
Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena penyusun
dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Etika Bisnis Ekonomi Islam” pada mata kuliah
Bahasa Indonesia. Pada kesempatan ini penyusun ucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Zein Muttaqin, S.Ei, M.A selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia
yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penyusun.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik
serta saran yang membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Dan penyusun berharap makalah yang
sederhana ini bermanfaat, terutama bagi pembaca dan yang membutuhkannya.
Akhir kata, semoga Allah meridhoi kegiatan penyusunan makalah

ini dan

memberikan manfaat bagi kita semua yang membacanya.

Yogyakarta,

Desember 2016


Penyusun.

2|Page

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................... 6
D. Manfaat ........................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip Etika Bisnis ............................................................ 8
B. Studi Kelayakan Mendirikan Bisnis Ekonomi Islam .................................. 11
C. Implementasi Etika Bisnis Ekonomi Islam ................................................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 16
B. Saran ......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

3|Page

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dibidang teknologi telah melahirkan terjadinya revolusi industri di Eropa
pada abad ke-17 dan 18. Sejak itu volume produksi barang dan jasa meningkat tajam.
Barang-barang dan jasa tersebut memerlukan pasar untuk mendistribusikan produksi
yang melimpah, sehingga volume perdagangan berkembang pesat. Di samping itu,
kemajuan dibidang transportasi dan komunikasi semakin memacu kemajuan
perdagangan yang dapat menyebabkan distribusi atau perpindahan barang dan jasa
berjalan dengan lancar, sehingga transaksi dapat dilaksanakan dalam waktu singkat
melalui media elektronika canggih seperti fax, telepon, internet dan sebagainya.
Ratusan juta transaksi terjadi di setiap saat pada suatu negara dalam tatanan global.
Pada semua transaksi tersebut terjadi pula perpindahan ratusan barang atau jasa dari
satu tangan ke tangan lainnya. Dalam proses perpindahan barang dan jasa tersebut tidak
semua berjalan dengan mulus atau sesuai dengan transaksi, tetapi banyak terdapat
permasalahan yang merugikan konsumen. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian

Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada sidang ke-63 Economic and
Social Council (Ecosoc) pada tahun 1977 yang menyatakan bahwa di semua negara,

konsumen selalu dalam posisi tawar menawar yang lemah dan sering dirugikan
dibandingkan dengan pihak produsen karena berbagai faktor. (Muhammad & Alimin,
2004)
Tercapainya tujuan ekonomi dan sosial dari kegiatan bisnis, secara ideal perlu
didukung oleh semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung berjasa dalam
meraih keuntungan bisnis secara layak. Hal ini muncul dengan alasan bahwa
keuntungan yang diperoleh bisnis, secara logis disebabkan karena jasa pihak lain
terkait. Dengan kata lain, pencapaian tujuan bisnis terwujud karena telah didukung oleh
sumber daya manusia dan nonmanusia. Sumber daya inilah yang disebut dengan
stakeholder (versi Islam sebagai pemegang amanah dari Allah).

4|Page

Oleh karena itu, keuntungan yang diperoleh dari aktivitas bisnis selayaknya
dipergunakan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan maksud yang lebih luas,
dan komprehensif bagi keseluruhan pihak yang terkait, baik yang bersifat ekonomi
maupun sosial. (Muslich & Muhamad, 2007)

Salah satu ciri ajaran Islam adalah karena sistem Islam selalu menetapkan secara
global dalam masalah-masalah yang mengalami perubahan, karena perubahan
lingkungan dan zaman. Islam memiliki pedoman dalam mengarahkan umatnya untuk
melaksanakan amalan. Pedoman tersebut adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Sebagai
sumber ajaran Islam, setidaknya dapat menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsipprinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan dengan perkembangan
zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dalam waktu. Hal ini tentunya dapat
dipakai untuk pengembangan lebih lanjut atas suatu tatanan kehidupan tersebut,
termasuk tatanan kehidupan bisnis. (Muhammad, 2007)
Bersama dengan semakin besarnya kesadaran etika dalam berbisnis, orang mulai
menekankan pentingnya keterkaitan faktor-faktor etika dalam bisnis. Sesungguhnya
dalam hal seluruh pelaksanaan kehidupan telah di atur dalam pandangan ajaran Agama
Islam untuk mengatur seluruh kehidupan manusia termasuk dalam kaitannya
pelaksanaan perekonomian dan bisnis. Dalam ajaran Islam memberikan kewajiban bagi
setiap muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan syariah
(aturan). Islam di segala aspek kehidupan termasuk di dalamnya aturan bermuamalah
(usaha dan bisnis) yang merupakan jalan dalam rangka mencari kehidupan.
Pada hakikatnya tujuan penerapan aturan (syariah) dalam ajaran Islam di bidang
muamalah tersebut khususnya perilaku bisnis adalah agar terciptanya pendapatan
(rizki) yang berkah dan mulia, sehingga akan mewujudkan pembangunan manusia yang
berkeadilan dan stabilisasi untuk mencapai pemenuhan kebutuhan, kesempatan kerja

penuh

dan

distribusi

pendapatan

yang

merata

tanpa

harus

mengalami

ketidakseimbangan yang berkepanjangan di masyarakat Penerapan etika bisnis Islam
tersebut juga harus mampu dilaksanakan dalamsetiap aspek perekonomian termasuk

dalam penyelenggaraan produksi, konsumsi maupun distribusi. Hal inilah yang sudah
dilakukan pada beberapa pelaku usaha kecil dengan menerapkan etika bisnis Islam

5|Page

dalam kegiatan mereka. Penelitian ini merupakan suatu resume dari hasil penelitian
yang penah dilakukan sebelumnya sehingga nantinya konsep etika bisnis Islam ini
dapat menjadi sebuah framework bagi pelaku usaha lainnya. (Amalia, 2014, p. 134)
B. Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang yang telah dijelaskan pada lembar halamn
sebelumnya, maka dapat di ambil rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian dan Prinsip Etika Bisnis?
2. Bagaimana Studi Kelayakan mendirikan Bisnis Ekonomi Islam ?
3. Bagaiman Penerapan Etika Bisnis Ekonomi islam ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas pada
mata kulaih Bahasa Indonesia. Serta agar mahasiswa mempunyai kemampuan
penyusunan makalah dengan baik dan benar melalui topik permasalahan yang
baerkaitan dengan Etika Bisnis Ekonomi Islam.
D. Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran mahasiswa
dalam penyusunan makalah yang baik dan benar, sehingga mahasiswa mendapatkan
bekal yang baik dalam proses penyusunan dan pembuatan makalah yang baik dan
benar. Dalam pembahasan topik pada makalah ini, diharapkan agar menambah ilmu
pengetahuan serta wawasan pembaca terkait dengan judul Etika Bisnis Ekonomi Islam.
Serta dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu :
1. Masyarakat
Masyarakat dapat menyadari pentingnya nilai-nilai etika dalam setiap
perilaku berbisnis dalam kehidupan sehari-hari. Agar tidak ada yang dirugikan
dalam setiap transaksi berbisnis sehingga terciptanya kemakmuran dan
kesejahteraan bersama.
2. Pemerintah
Dapat dijadikan acuan bagi pemerintah mengenai peran etika bisnis dalam
peningkatan kualitas moral masyarakat dalam bertransaksi di kehidupan seharihari.

6|Page

3. Akademisi
Dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dan menambah
wawasan mengenai etika bisnis ekonomi Islam terutama pada penerapannya.


7|Page

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Prinsip Etika Bisnis
Pengertian etika adalah a code or set of principles which people live (kaedah atau
seperangkat prinsip yang mengatur hidup manusia). Etika adalah bagian dari filsafat
yang membahas secara rasional dan kritis tentang nilai, norma atau moralitas. Dengan
demikian, moral berbeda dengan etika. Norma adalah suatu pranata dan nilai mengenai
baik dan buruk, sedangkan etika adalah refleksi kritis dan penjelasan rasional mengapa
sesuatu itu baik dan buruk. Menipu orang lain adalah buruk. Ini berada pada tataran
moral, sedangkan kajian kritis dan rasional mengapa menipu itu buruk apa alasan
pikirannya, merupakan lapangan etika. Salah satu kajian etika yang amat populer
memasuki abad 21 di mellinium ketiga.
Di zaman klasik bahkan juga di era modern, masalah etika bisnis dalam dunia
ekonomi tidak begitu mendapat tempat. Maka tidak aneh bila masih banyak ekonom
kontemporer yang menggemakan cara pandang ekonom klasik Adam Smith. Mereka
berkeyakinan bahwa sebuah bisnis tidak mempunyai tanggung jawab sosial dan bisnis
terlepas dari “etika”. Dalam ungkapan Theodore Levitt, tanggung jawab perusahaan

hanyalah mencari keuntungan ekonomis belaka.
Di Indonesia paham klasik tersebut sempat berkembang secara subur di Indonesia,
sehingga mengakibatkan terpuruknya ekonomi Indonesia ke dalam jurang kehancuran.
Kolusi, korupsi, monopoli, penipuan, penimbunan barang, pengrusakan lingkungan,
penindasan tenaga kerja, perampokan bank oleh para konglomerat, adalah persoalanpersoalan yang begitu jelas didepan mata kita baik yang terlihat dalam media massa
maupun media elektronik.
Di Indonesia, pengabaian etika bisnis sudah banyak terjadi khususunya oleh para
konglomerat. Para pengusaha dan ekonom yang kental kapitalisnya, mempertanyakan
apakah tepat mempersoalkan etika dalam wacana ilmu ekonomi?. Munculnya
penolakan terhadap etika bisnis, dilatari oleh sebuah paradigma klasik, bahwa ilmu
ekonomi harus bebas nilai (value free). Memasukkan gatra nilai etis sosial dalam

8|Page

diskursus ilmu ekonomi, menurut kalangan ekonom seperti di atas, akan
mengakibatkan ilmu ekonomi menjadi tidak ilmiah, karena hal ini mengganggu
obyektivitasnya. Mereka masih bersikukuh memegang jargon “mitos bisnis a moral”
Di sisi lain, etika bisnis hanyalah mempersempit ruang gerak keuntungan ekonomis.
Padahal, prinsip ekonomi, menurut mereka, adalah mencari keuntungan yang sebesarbesarnya. (Agustianto, 2008)
Menurut Wisanto dan Wijayakusuma (2002) bisnis Islami adalah serangkaian

aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan
hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya
dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram. (Muhammad & Alimin,
2004)
Dalam pelaksanaannya etika bisnis ada beberapa prinsip yang harus dianut oleh
pelaku bisnis. Sesuai dengan norma dan kecenderungan alamiah tentang kodrat
manusia yang mempunyai watak kreatif dan berkeinginan untuk berkembang sebagai
makhluk sosial maka prinsip-prinsip ini dapat dirinci dengan kategori sebagai yang
akan dijelaskan dibawah ini.
1. Prinsip Otonomi
Pelaku bisnis menjalankan kegiatan bisnis dengan paradigma yang ada di
masyarakat tersedia berbagai pilihan penggunaan sumber daya yang tersedia atau
sarana dan prasarana yang akan dimanfaatkan dalam rangka mencapai tujuan yang
ingin dicapai pelaku bisnis. Keputusan yang diambil pelaku bisnis dalam
memanfaatkan sumber daya ini bebas untuk memilih penggunaan yang mana yang
akan dipilih tentu yang bebas secara otonomi. Tentunya keputusan yang secara
otonomi ini terikat dengan kebebasan orang lain yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Keputusan yang diambil betapapun bebasnya keputusan
ini mesti ada pertanggungjawaban yang dimiliki oleh pelaku bisnis terutama pada
pihak-pihak terkait dengan siapa yang menerima pertanggungjawaban yang harus
diberikan pelaku atau pengambil keputusan ini. Tetapi secara umum
pertanggungjawaban ini diberikan kepada:
a. Diri sendiri pelaku bisnis

9|Page

b. Pihak terkait secara partnership
c. Masyarakat luas juga menjadi pihak yang harus dipertanggung-jawabkan
d. Tuhan sebagai pencipta alam
2. Kejujuran
Prinsip etika atas sikap kejujuran yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis merupakan
modal utama bagi pelaku bisnis manakala diinginkan bisnisnya mendapat
kepercayaan dari partner dan masyarakat. Misalnya dalam hal:
a. Perjanjian kontrak kerja
b. Penawaran barang atau jasa
c. Hubungan kerjasama dengan stake holder
d. Jujur pada semua mitra kerja perlu dijaga dengan baik.
3. Niat Baik dan Tidak Berniat Jahat
Sejak awal didirikannya bisnis memang diniatkan bertujuan baik dan tak
sedikitpun tersembunyi niatan yang tidak baik atau jahat terhadap semua pihak.
Niatan dari suatu tujuan terlihat pada cukup transparannya misi, visi dan tujuan
yang ingin dicapai oleh organisasi bisnis. Dari misi, visi dan tujuan yang
dirumuskan akan menjadi bahan ukur bagi masyarakat untuk menilai niatan yang
dipaparkan didalamnya dilaksanakan atau tidak.
4. Adil
Prinsip ini merupakan prinsip yang cukup sentral bagi kegiatan bisnis.
Hampir disegala aspek kegiatan bisnis bermuara pada tuntutan untuk bersikap dan
berperilaku adil terhadap semua pihak yang terlibat. Sedikitpun sikap dan perilaku
yang dilakukan jangan mengandung ketidakadilan. Sebab ketidakadilan
merupakan sumber kegagalan yang akan dialami perusahaan atau pelaku bisnis.
5. Hormat pada Diri Sendiri
Prinsip hormat pada diri sendiri adalah cermin penghargaan yang positif
pada diri sendiri. Sebuah upaya dalam perilaku bagaimana penghargaan terhadap
diri sendiri itu diperoleh. Hal ini tentu dimulai dengan penghargaan kita terhadap
orang lain. Jadi sebelum kita menghargai diri sendiri maka kita terlebih dahulu
menghargai orang lain. Maka logika ini sebagai penghormatan kita pada diri

10 | P a g e

sendiri maka seharusnya kita lakukan sebagai penghormatan yang kita bisa lakukan
untuk orang lain. (Muslich, 2004)

B. Studi Kelayakan Mendirikan Bisnis Ekonomi Islam
Studi kelayakan investasi menurut Islam suatu keputusan investasi dilihat dari sudut
pandang atau aspek tertentu sesuai dengan kaidah Islam. Secara empiris sesungguhnya
studi kelayakan investasi menurut versi Islam setidaknya harus memenuhi kriteria
terntentu, anatar lain:
1. Layak secara Syar’i
Pengertian layak dalam kontek Syar’i adalah dapat diterima ditinjau dari sudut
perundang-undangan yang Islami. Dalam hal ini dilihat dari boleh tidaknya proyek
usaha ini dijalankan oleh umat Islam yang menghendaki usaha ini halal atau tidak
haram. Tolak ukur yang dipergunakan tentu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.
Secara umum semua usaha yang menghasilkan barang atau jasa dimana produk atau
jasa tersebut berguna secara positif bagi umat manusia diperbolehkan atau mubah
oleh Islam.
2. Layak secara Ekonomi
Penelitian dan evaluasi terhadap suatu proyek investasi dilakukan secara
berhasil atau menguntungkan baik dalam konteks sempit yaitu kelayakan secara
teknologi dan finansial, maupun dalam konteks luas yang meliputi keseluruhan
faktor yang pantas dipertimbangkan yaitu kelayakan dari sudut pandang sosial,
politik, budaya, dan lingkungan.
Layak dalam arti sempit dimaksudkan sebagai kepentingan bagi investor
yang menghendaki proyek menguntungkan secara finansial. Artinya investasi yang
dilakukan akan terjamin kembali modal dan mendatangkan keuntungan secara
positif baginya dengan kalkulasi teknik ekonomi dan finansial yang dapat diprediksi
kedepan.
3. Layak secara Logika
Kelayakan investasi atau proyek yang dilihat dari sudut logika secara
objektif dan memenuhi kaidah ilmiah dimana logika yang merupakan paradigma

11 | P a g e

ilmiah maka logika ilmiah berorientasi pada kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah
seperti yang dinyatakan oleh filosof ilmu bahwa kebenaran ilmiah adalah
pengungkapan fakta sesuai dengan hakekatnya.
Jadi logika secara obyektif pasti mengakui kebenaran ilmiah yang
berorientasi pada kebenaran yang sesuai dengan hakikatnya. Namun, terkadang
atua sering karena manusia memiliki unsur hawa nafsu, terkelabui atau
mengadakana pengingkaran terhadap kebenaran ilmiah ini.
Oleh karena jika kebenaran ilmiah yang dijadikan landasan logika dalam
menilai sesuatu khususnya terhadap suatu objek, yang dalam hal ini kelayakan suatu
proyek, maka pasti berorientasi pada kebenaran hakikiyah ini, yaitu pasti
kebenarannya dilihat dari sejumlah fenomena ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan.
Jadi kelayakan proyek jika dilihat dari logika pasti obyektifitasnya lebih
menonjol. Kebenaran ilmiah menjadi penguat argumentasi kelayakan suatu proyek
investasi. Karena logika yang dibimbing hati nurani pasti berpihak pada kebenaran.
4. Pihak yang Berkepentingan
Para pihak yang berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan dari sudut
pandang beberapa aspek ini tentu akan diperlukan oleh beberap pihak, misalnya:
a. Investor
b. Lembaga Keuangan Nasional
c. Pemerintah
d. Lembaga Pembiayaan Lain
e. Lembaga Keuangan Internasional
f. Masyarakat
g. Norma dan Budaya
h. Lingkungan Fisik
5. Design Studi Kelayakan
Desain yang jika dijabarkan secara substansi akan terlihat pada tahapan-tahapan
sebagai berikut ini:
a. Identifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi

12 | P a g e

b. Identifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
c. Mengambil keputusan investasi dari hasil evaluasi, layak ataukah tidak layak.
(Muslich & Muhamad, 2007)

C. Implementasi Etika Bisnis Ekonomi Islam
Berikut merupakan beberapa implementasi etika bisnis ekonomi Islam:
1. Implementasi Etika Bersaing
Prinsip etika yang dapat dikembangakan dalam persaingan antara lain
dijabarkan pada beberapa landasan, yaitu:
a. Memberikan yang terbaik bagi konsumen
Prinsip memberikan yang terbaik pada konsumen dapat berupa memberikan
kualitas produk terbaik bagi konsumen, memberikan harga yang kompetitif
dibanding yang lain dan memberikan pelayanan terbaik pada konsumen.
Dengan memberikn pelayanan atau service dan kualitas barang yang lebih baik
atau lebih menyenangkan dibanding dengan yang diberikan oleh pesaing
lainnya dengan harga yag sama.
b. Berusaha Lebih Unggul
Keunggulan dalam bersaing untuk memberikan yang terbaik pada
konsumen antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara, bekerja dengan caracara yang lebih efisien, membuat barang atau jasa yang lebih bermutu, dan
memberikan pelayanan yang lebih baik.
Jika dalam pengoperasiannya lebih efisien, maka dipastikan biaya yang
dapat kita capai adalah lebih rendah. Lebih rendahnya biaya akan memberikan
penghematan biaya yang tidak relevan dan yang mengarah pada pemborosan.
Oleh karena itu biaya yang lebih rendah akan diberikan kepada konsumen
dengan penetapan harga yang lebih rendah.
2. Implementasi Etika Pengelolaan SDM
a. Peran Sumber Daya Manusia
Pada landasan normatif sangat jelas bahwa manusia dilahirkan memiliki
peran dan fungsi sebagai penyelenggara amanah dari Allah. untuk mengelola

13 | P a g e

sumber daya dalam rangka memakmurkan kehidupan dimuka bumi ini. Baik
fungsi sebagai individu maupun sebagai kelompok. Oleh karena itu dalam
konteks kerja sama dalam hal kebaikan. Untuk kemakmuran bersama seluruh
manusia.
Peran manusia dalam kerjasama memang sudah menjadi karakter dan
kodratnya sebagai makhluk sosial. Manusia tidak bisa hdup sendirian, apalagi
jika untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar dan memeelukan banuan
orang lain, maka konsep kerja sama adalah konsep yang penting dalam
mencapai tujuan-tujuan bersama. Disinilah konsep pengelolaan sumber daya
manusia itu menjadi landasan pijakan.
b. Prinsip Saling Membutuhkan
Allah menciptakan manusia dengan berbagai anugrah potensi yang berbedabeda sesuai dengan kehendak-Nya. Perbedaan potensi ini memungkinkan
manusia secara fitrahnya mengharuskan adanya kerja sama antar manusia satu
dengan yang lain dalam karya untuk mencapai tujuan kebaikan bersama.
Saling membutuhkan merupakan refleksi dari kenyataan bahwa setiap
manusia memiliki potensi yang berbeda-beda, memiliki disiplin ilmu yang
berbeda dan minat yang berbeda. Sehingga kerjasama antar disiplin dan
ketrampilan dalam suatu pekerjaan yang besar atau kecil dinilai sebagai suatu
keadaan yang mengharuskan antara manusia saling membutuhkan dan saling
butuh adanya kekompakan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.
c. Pendelegasian Wewenang
Delegasi wewenang merupakan pemberian kepercayaan atas tugas atau
pekerjaan kepada orang lain yang memang berhak sesuai dengan kemampuan
dan keahlian. Semakin besarnya suatu organisasi memerlukan adanya
pendelegasian sejumlah pekerjaan kepada orang lain. Prinsip norma ini dapat
diaplikasikan dalam konteks pemberian amanah kepada tenaga kerja yang akan
menerimadelegasi atau kekuasaan dalam suatu organisasi.
d. Memberikan Kontra Pretasi

14 | P a g e

Islam sangat concer pada pemberian kontra pretasi pada seorang yang
memberikan kontribusi kepada prestasi yang diperoleh suatu oraganisasi atau
perusahaan. Hal ini terlihat dari sebuah hadits yang mengharuskan segera
memberikan kontra prestasi yaitu upah pada pekerja sebelum keringatnya
kering.
Besar kecilnya upah atau gaji yang diberikan oleh pengusaha atau pemimpin
perusahaan kepada tenaga kerja ditentukan oelh pengukuran antara hasil
prestasi kerja atau perusahaan dengan kontribusi masing-masing pekerja atas
prestasi yang dihasilkan. Tetapi prinsip yang patut dianut oleh pengusaha atau
pimpinan perusahaan adalah penetapan kontra prestasi atau upah yang cukup
adil sesuai dengan pertimbangan peran atau kontribusi atau risiko dari masingmasing peran atau posisinya.
c. Mengembangkan Potensi
Sumber daya manusia dengan seluruh potensi yang berbeda yang
dipekerjakan didalam suatu organisasi perlu dikembangkan, karena hal ini
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Jika sumber daya manusia semakin
meningkat kemampuannya maka akan semakin berguna bagi perusahaan dan
semakin dapat dimanfaatkan potensi yang meningkat tersebut untuk
meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan tersebut.
d. Memberikan Kepemimpinan
Pengertian dari istilah kepemimpinan pada para karyawan tidak lain
memberikan pengarahan dan bimbingan agar semakin termotivasi dan loyalitas
serta komitmen untuk mendukung tercapainya tujuan organisasisemakin efektif
dan efisien. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi dalam menjalankan
kepemimpinan, yaitu:

 Motivasi yang diberikan oleh pimpinan

 Komunikasi yang efektif antara pimpinan dan bawahan
 Tujuan bersama yang ingin dicapai

 Kondisi kerja yang kondusif untuk mencapai tujuan organisasi. (Muslich,
2004)

15 | P a g e

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis tentang
nilai, norma atau moralitas. Dengan demikian, moral berbeda dengan etika. Menurut
Wisanto dan Wijayakusuma (2002) bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis
dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya
(barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan
pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.
Studi kelayakan investasi menurut Islam suatu keputusan investasi dilihat dari sudut
pandang atau aspek tertentu sesuai dengan kaidah Islam. Secara empiris sesungguhnya
studi kelayakan investasi menurut versi Islam setidaknya harus memnuhi kriteria
terntentu, anatar lain: layak secara Syar’i, layak secara Ekonomi, layak secara logika,
dan design studi kelayakan.
Berikut merupakan beberapa implementasi etika bisnis ekonomi Islam:
1. Implementasi Etika Bersaing
Prinsip etika yang dapat dikembangakan dalam persaingan antara lain
dijabarkan pada beberapa landasan, yaitu memberikan yang terbaik bagi konsumen,
dan berusaha lebih unggul
2. Implementasi Etika Pengelolaan SDM
Dalam implementasi etika pengelolaan SDM yang memuat, peran sumber daya
manusia, prinsip saling membutuhkan, pendelegasian wewenang, memberikan
kontra pretasi, mengembangkan potensi, serta memberikan kepemimpinan.
B. Saran
Setelah mempelajari materi tentang etika bisnis ekonomi Islam, penulis berharap
semoga dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua serta dapat
diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, serta agar terciptanya masyarakat yang
adil, makmur, dan sejahtera. Memang tidak mudah dalam merealisasikan tindakan etika
bisnis yang cara pelaksanaan nya seringkali tidak di sadari oleh kita, maka kegiatan
16 | P a g e

etika bisnis ekonomi Islam pada penulisan makalah ini, diharapkan dapat bermanfaat
serta dapat menjadi rujukan dalam penulisan makalah maupun kegiatan dilapangan di
masa yang akan datang.
Selanjutnya saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran kepada para
pembaca yang bersifat membangun demi kebaikan makalah ini kedepannya, terima
kasih.

17 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, 2008. Etika Bsinis dalam Islam, Yogyakarta: Wordpress.
Amalia, F., 2014. Etika Bisnis Islam: Konsep dan Impelemntasi Pada Usaha Kecil. AlIqtishad, Volume VI, pp. 133-142.
Muhammad, 2007. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Muhammad & Alimin, 2004. Etika & Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam.
Yogyakarta: BPFE.
Muslich, 2004. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Ekononisia.
Muslich & Muhamad, 2007. Bisnis Syariah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

18 | P a g e