Catatan Kuliah Hukum Acara Tata Usaha
PERADILAN TATA
USAHA NEGARA
SEJARAH PTUN
PARADIGMA
PARADIGMA FUNGSI
FUNGSI NEGARA
NEGARA
•
•
•
NEGARA
NEGARA ABSOLUT
ABSOLUT
NEGARA
NEGARA PENJAGA
PENJAGA MALAM
MALAM
NEGARA
NEGARA KESEJAHTERAAN
KESEJAHTERAAN
Intervensi pemerintah
• Masyarakat membutuhkan perlindungan:
• Preventif
• Represif
Represif
• Jalur Peradilan
• Jalur Non Peradilan
– Pengajuan keberatan
– Banding administrasi
– Ombudsman
Penanganan perkara-perkara di
bidang tata usaha negara
• Jaman Hindia Belanda
• Jaman Pra UU No 5 Tahun 1986
• Jaman UU No 5 Tahun 1986
Penanganan perkara-perkara di bidang tata
usaha negara Jaman Hindia Belanda
• Pasal 134 (1) Indische Staatsregeling (I S)
serta Pasal 2 Reglement op de Rechterlijke
Organisatie en het Belied der Justitite (RO)
tanggal 30 April 1847 (Stb No 23 jo Stb 1848/57)
sebagai berikut:
a. Perselisihan perdata diputus oleh hakim biasa
menurut undang-undang
b.Pemeriksaan serta penyelesaian perkara admi
nistrasi menjadi wewenang lembaga adminis
trasi itu sendiri
Penanganan perkara-perkara di bidang tata
usaha negara Jaman Pra UU No 5 Tahun 1986
• Pasal 66 Undang-undang No 19 tahun 1948
sebagai berikut:
• Jika dengan undang -undang atau berdasar
atas undang- undang tidak ditetapkan Badanbadan kehakiman lain untuk memeriksa dan
memutus perkara-perkara dalam soal tata usaha
pemerintahan maka Pengadilan Tinggi dalam
tingkatan pertama dan Mahkamah Agung
dalam tingkatan kedua memeriksa dan me
mutus perkara-perkara itu
Perkembangan selanjutnya, setelah konstitusi tata negara
Indonesia beralih ke Undang-Undang Dasar Sementara
Pasal 108 Undang - undang Dasar Sementara,
sebagai berikut:
• Pemutusan tentang sengketa yang mengenai
Hukum Tata Usaha Negara diserahkan ke
pada Pengadilan yang mengadili perkara per
data ataupun kepada alat-alat perlengkap an
lain, tetapi jika demikian seboleh-bolehnya
dengan jaminan yang serupa tentang keadilan
dan kebenaran
Penanganan perkara-perkara di bidang tata
usaha negara Jaman UU No 5 Tahun 1986
• UU No 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara. Disahkan tanggal 29 Desember
1996
• Direvisi UU No 9 tahun 2004 tentang Perubahan
atas UU No 5 tahun 1986 tentang PTUN
• Direvisi UU No 51 tahun 2009 tentang
Perubahan kedua UU No 5 tahun 1986
• Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1991
tentang Penerapan Undang-Undang Nomor 5
tahun 1986.
JENIS-JENIS TINDAKAN PEMERINTAH
a. Melakukan perbuatan materiil (Materiele daad)
(membuat selokan,memotong pohon) (PN)
b. Mengeluarkan peraturan (regeling)
(Perda Sampah,KTP, Iklan) (PN)
c. Mengeluarkan keputusan (Beschikking)
(mengangkat Si A jadi pegawai,Si B dipecat) (PTUN)
OBYEK PTUN
Pasal 1 angka 4 UU PTUN yang menyatakan sebagai
berikut
•
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul
dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan
Hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku;
Pasal 1 angka 3 UU PTUN yang menyatakan
sebagai berikut:
• KeputusanTata Usaha Negara adalah
suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan
per undang-undangan yang berlaku,
bersifat kongkret, individual, dan final yang
me nimbulkan
akibat
hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata;
INDIKATOR APAKAH SUATU KETETAPAN TATA USAHA
NEGARA DAPAT MENJADI OBYEK PTUN
• A. Penetapan tertulis
• B. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara
• C. Berisi tindakan Hukum Tata usaha Negara
yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku
• D. Bersifat konkret,individual,final
• E. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata
PENETAPAN TERTULIS
• Untuk kepentingan pembuktian, maka
KTUN selayaknya dalam bentuk tertulis
• Menitikberatkan sisi substansinya bukan
kepada bentuk formal keputusan tata
usaha negara
• Bentuk KTUN non formal bisa menjadi
obyek PTUN sepanjang memenuhi syaratsyarat tertentu
PARAMETER/INDIKATOR UNTUK MENGUJI
APAKAH MEMO/NOTA DINAS DAPAT MENJADI
OBYEK GUGATAN DI PTUN
• Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluar
kannya;
• Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu
• Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang di
tetapkan di dalamnya jelas bersifat individual, konkret dan
final
• Serta menimbulkan suatu akibat hukum bagi
orang ataupun badan hukum perdata
sese
PENETAPAN TERTULIS
• Keputusan TUN tidak tertulis yang bersifat
negatif dapat juga menjadi obyek PTUN,
apabila memenuhi syarat tertentu sebagai
mana diatur dalam Pasal 3 UU No 5
Tahun 1986 yo UU No 9 tahun 2004
Pasal 3 UU No 5 tahun 1986 yo UU No 9 tahun
2004 ,sebagai berikut:
a. Suatu badan yang tidak mengeluarkan keputusan yang
menjadi kewajibannya disamakan dengan telah
membuat keputusan
b. Apabila suatu badan tidak mengeluarkan keputusan
padahal jangka waktu yang ditentukan dalam per
undangan tentang permohonan itu sudah lewat, maka
dianggap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara itu
telah menolak untuk mengeluarkan keputusan yang
dimaksud
c. Setelah lewat waktu dari jangka waktu yang ditentu
kan atau empat bulan sejak permohonan diajukan dan
pejabat atau Badan Tata Usaha Negara tersebut tidak
mengeluarkan keputusan, maka kepadanya dianggap
telah mengeluarkan keputusan penolakan.
Dikeluarkan oleh Badan atau
pejabat Tata Usaha Negara
Pasal 1 angka 2 UU No 5 tahun 1986 :
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan
yang berlaku
Indikator Pejabat TUN
a.Badan atau Pejabat tata usaha negara
yang melaksanakan urusan pemerintahan
b. Berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku
Kesimpulan tentang definisi
pejabat menurut PTUN
• Berdasar pada bunyi Pasal 1 angka 2 UU
PTUN,dapatlah disimpulkan bahwa dalam
PTUN yang dipentingkan dalam penentu
an apakah masuk dalam klasifikasi pe
jabat atau badan tata usaha negara ada
lah terletak dari apa yang diperbuat oleh
pejabat atau badan tata usaha negara
tersebut, dan tidak mendasarkan kepada
jenis kekuasaan apa yang diembannya
Siapa yang harus dijadikan Tergugat
(kesalahan dalam menunjuk Tergugat berakibat gugatan salah
alamat, dan sangat fatal)
•
Periksa Sumber kewenangan Pejabat
yang menandatangani Keputusan
TUN yang digugat tersebut:
• Sumber kewenangan terdiri
a. Atribusi
b. Delegasi
c. Mandat
ATRIBUSI
• PEMBERIAN/PENCIPTAAN
KEWENANGAN OLEH UNDANGUNDANG
• Polisi dalam KUHAP mendapatkan
atribusi kewenangan di bidang penyidikan
DELEGASI
• PELIMPAHAN WEWENANG
• BERLAKU SELAMANYA
• PEMBERI DELEGASI TIDAK MENCAMPURI PELAKSANAAN TUGAS PENERIMA DELEGASI
• TANGGUNG JAWAB PADA PENERIMA
DELEGASI
MANDAT
• BUKAN PELIMPAHAN WEWENANG
• BERLAKU SEMENTARA
• PEMBERI MANDAT DAPAT MENCAMPURI PELAKSANAAN TUGAS OLEH
PENERIMA MANDAT/ MANDAT ARIS.
• TANGGUNGJAWAB PADA PEMBERI
MANDAT (biasanya ditandatangani dengan
tanda An,Ub )
Berisi Tindakan Hukum Tata
Usaha Negara
Tidak semua tindakan tata usaha negara dapat dijadikan
obyek gugatan dalam PTUN. Ada beberapa pembatasan
yang diatur dalam PTUN, tentang tindakan tata usaha
apa saja yang tidak termasuk ke dalam wewenang PTUN.
Pembatasan yang dilakukan PTUN, terhadap tindak
an tata usaha negara yang tak dapat diajukan gugat di
PTUN adalah:
a.
Termasuk keputusan tata usaha negara yang
diperkecualikan dalam Pasal 2 UU No 5 tahun 1986
b.
Termasuk keputusan yang dibuat dalam kondisi
sesuai yang diatur dalam Pasal 49 UU No 5 tahun
1986
KEPUTUSAN TATA USAHA
NEGARA YANG BUKAN
MENJADI WEWENANG PTUN
MESKIPUN MEMENUHI SYARAT-SYARAT DI ATAS TETAPI ADA
KETETAPAN TATA USAHA NEGARA
YANG BUKAN KEWENANGAN PTUN
Pasal 2 UU No 9 tahun 2004
perbuatan hukum perdata
pengaturan yang bersifat umum
masih memerlukan persetujuan
dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana atau Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang
bersifat hukum pidana;
E. dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan Peradilan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
F. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha
Tentara Nasional Indonesia
G. Keputusan Komisi Pemilihan Umum, baik di pusat maupun
di daerah mengenai hasil pemilihan umum
A.
B.
C.
D.
Pasal 49 UU No 5 tahun 1986
sebagai berikut:
a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya,
keadaan bencana alam atau keadaan luar
biasa yang membahayakan, berdasarkan
peraturan perundang- undangan yang ber
laku;
b. Dalam keadaan mendesak untuk ke
pentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Pasal 2 UU No 31 tahun 1997
• Gugatan terhadap tata usaha TNI diajukan
ke PTUM (Peradilan Tata Usaha Militer)
Bersifat Konkret, Individual dan
Final
• Penjelasan Pasal 1 ayat 3 UU No 5
Tahun 1986 diartikan sebagai berikut:
• Bersifat konkret, artinya obyek yang di
putuskan dalam Keputusan Tata Usaha
Negara itu tidak abstrak tetapi berwujud,
tertentu atau dapat ditentukan, umpama
nya keputusan mengenai rumah si A,izin
usaha bagi si B, pemberhentian si A se
bagai pegawai negeri.
Bersifat Individual
• keputusan TUN memiliki sifat individual ,
dimaksudkan keputusan tersebut mem
punyai adressat hukum tertentu atau
khusus. Persona atau badan hukum yang
dituju dalam keputusan tersebut , harus
benar-benar jelas identitasnya.
Final
• Keputusan tata usaha negara yang ber
sifat final, artinya Keputusan tata usaha
negara tersebut , sudah tidak memerlu
kan persetujuan lagi. Sehingga sudah
dapat dilaksanakan , oleh pejabat yang
menerbitkannya.
Menimbulkan akibat hukum Bagi
Seseorang atau Badan Hukum Perdata
a.Keputusan tata usaha negara yang bersifat positip dan keputusan yang bersifat
negatif.
b.Ketetapan deklaratoir
c.Ketetapan kilat
contoh bentuk-bentuk ketetapan yang mempunyai
sifat negatif
a.Suatu pernyataan tidak berwenang
(onbevoegdheid)
b.Pernyataan tidak diterima (Niet
ontvangkelijk verklaring)
c. Suatu penolakan
Kasus
• Kabupaten Bedoldeso, mengadakan pengadaan barang
jasa Jembatan senilai 5 milyar Rupiah melalui proses
tender umum, dan pemenangnya CV Katrok, kemudian
dibuatlah SPK antara Kabupaten dan CV katrok, serta
dibayarkan UMK. CV Katrok melaksanakan pembuatan
jembatan, tetapi ternyata peralatan yang digunakan tidak
memadai, sehingga Bupati khawatir jembatan tidak jadi
pada waktunya dan negara akan dirugikan, untuk itu
Bupati kemudian menerbitkan Keputusan Bupati No
01/PHK/2008 yang membatalkan SPK yang ada.
• Apakah CV Katrok dapat menggugat melalui PTUN ?
• JELASKAN PENDAPAT SAUDARA
KASUS I
HM NO 5
HM NO 1
KASUS II
LETER C NO 12
LC NO 5
SUBYEK PTUN
Pelaku dan Subyek dalam
Perkara PTUN
1.Subyek Penggugat
point d’interet,point d’action
2. Subyek Tergugat
ketentuan Pasal 53 UU No 5 Tahun 1986 yang
berbunyi:
Seseorang atau badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara dapat.......dsl
TERGUGAT
• Pasal 1 ayat 6 UU No 5 Tahun 1986
tentang PTUN yang menyebutkannya
sebagai berikut:
• Tergugat adalah badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang
ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya, yang digugat oleh orang atau
badan hukum perdata
Penggugat
• Pihak yang secara langsung dirugikan ,
akibat diterbitkannya Keputusan tata
Usaha Negara yang disengketakan
• PTUN tidak mengenal gugatan Class
Action atau gugatan perwakilan
• Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1
tahun 2002 tentang Acara Gugatan
Perwakilan Kelompok
Dalam PERMA-RI No 1 tahun 2002
Pengertian Gugatan perwakilan kelompok adalah :
• suatu tata cara pengajuan gugatan, dalam mana
satu orang atau lebih yang mewakili kelompok
mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri
mereka sendiri, dan sekaligus mewakili se
kelompok orang banyak yang jumlahnya
banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau
dasar
hukum antara wakil kelompok dan
anggota kelompok yang dimaksud
Kasus
• Tanah milik Universitas Diponegoro di Kecamat
an Tembalang (sertpikat HM No 4/1982),
ternyata diduduki oleh PT WK untuk perumahan
mewah.Saat ditelusuri PT WK ternyata mem
punyai sertipikat HM (Sertipikat HM No 5 /1988)
hasil transaksi jual beli dengan Paidi pemilik
tanah. Paidi ini adalah ahli waris Paidu yang
pernah menjual tanah yang sama dengan
UNDIP. Paidu meninggal tahun 1985
• Apakah Undip dapat mengajukan gugat di
PTUN untuk membatalkan sertipikat HM milik
PT WK tersebut ? JELASKAN !
Hukum Acara PTUN
Gugatan tidak diterima
PENDAFTARAN
RAPAT PERMUSYAWARATAN
(DISMISSAL PROCESS)
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
SIDANG UTAMA
BANDING
KASASI
PENINJAUAN KEMBALI
UPAYA PERLAWANAN
Gugatan tidak diterima
1.PEMBACAAN GUGATAN
2.JAWABAN TERGUGAT
3.REPLIK PENGGUGAT
4.DUPLIK TERGUGAT
5.PEMBUKTIAN PENGGUGAT
6.PEMBUKTIAN TERGUGAT
7.KESIMPULAN
8.PUTUSAN
1.Asas negara hukum Indonesia;
2.Asas demokrasi;
3.Asas kekeluargaan;
4.Asas serasi,seimbang dan selaras;
5.Asas
6.Asas
7.Asas
8.Asas
persamaan dihadapan hukum;
peradilan netral
sederhana,cepat,adil,mudah dan murah;
kesatuan beracara;
9.Asas keterbukaan persidangan;
10.Asas musyawarah dan perdamaian;
11.Asas hakim aktif;
12.Asas pembuktian bebas
13.Asas Audi et alteram partem
14.Asas het vermoeden van rechtmatigheid atau asa presumptio iustae causa;
15.Asas pemeriksaan segi rechtmatigheid dan larangan pemeriksaan segi doelmatigheid
16.Asas
17.Asas
18.Asas
19.Asas
20.Asas putusan bersifat erga omnes
pengujian extunct
kompensasi atau asas ongelijkheid compentatie;
hak uji materiil;
ultra petita
HAKIM HARUS MENDENGAR INFORMASI
DARI KEDUA BELAH PIHAK YANG
BERSENGKETA
Keputusan Tata Usaha Negara harus
dianggap sah dan berlaku meskipun sedang
digugat, sampai pengadilan
membatalkannya
Hakim hanya boleh menguji sisi hukumnya
saja dan tidak boleh menguji kebijakan
yang diambil pejabat
PEMERIKSAAN BERDASARKAN KEADAAN
PADA SAAT KEPUTUSAN TERSEBUT
DITERBITKAN
AKIBAT PEMBATALAN BERLAKU SURUT SEJAK
KEPUTUSAN DITERBITKAN
HAKIM DAPAT MEMUTUS YANG MEMBAWA
PENGGUGATA KEPADA KONDISI YANG
LEBIH BURUK DARIPADA KONDISI
PENGGUGAT SEBELUM MENGAJUKAN
GUGATAN
Surat Gugat
Pasal 56 UU PTUN sebagai berikut:
(1)Gugatan harus memuat:
a. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan
pekerjaan peng gugat atau kuasanya
b. Nama jabatan, tempat kedudukan TERGUGAT
c. Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputus
kan oleh pengadilan;
(2)Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani
oleh
seorang kuasa penggugat , maka gugatan harus
disertai surat kuasa yang sah
(3)Gugatan sedapat mungkin juga disertai Keputusan Tata
Usaha negara yang disengketakan oleh Penggugat.
Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan surat
kuasa khusus atau dapat dilakukan secara lisan
di persidangan.
Surat kuasa yang dibuat di luar negeri
bentuknya harus memenuhi persyaratan di
negara yang bersangkutan dan diketahui oleh
Perwakilan Republik Indonesia di negara
tersebut, serta kemudian diterjemaahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah
resmi.
Surat Kuasa harus bersifat khusus dan menurut
Undang-undang harus dicantumkan dengan jelas
bahwa surat kuasa itu hanya dipergunakan untuk
keperluan tertentu
Apabila dalam surat kuasa khusus tersebut telah
disebutkan bahwa kuasa tersebut mencakup pula
pemeriksaan dalam tingkat banding dan kasasi,
maka surat kuasa khusus tersebut tetap sah
berlaku hingga pemeriksaan dalam kasasi, tanpa
diperlukan suatu surat khusus yang baru
LAW OFFICE
JACKSON MARPAUNG, SH & PARTNERS
THAMRIN SQUARE, Building 4th Floor Room 12
Jl. M.H. Thamrin No. 24 Jakarta 50231 INDONESIA
Telephone : (021) 8318274 Ext. 1234 Fax : (021) 8318274
E-mail : [email protected]
No
Hal
: 0312/AM/SG/II/2004
: Gugatan Pembatalan Surat Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran UNDIP
No. 0009/PT09 H1 FK/A/04
Kepada Yang Terhormat.
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
Jl. Abdurahman Saleh
Semarang
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama ONNY SURATMAN, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
WNI, bertempat tinggal di Perumahan Graha Candi No. 11 Semarang, perkenankanlah kami:
JACKSON MARPAUNG, SH.,BUDI KALIGIS, SH.WNI, advokat yang berkantor di THAMRIN
SQUARE, Building 4th Floor Room 12 Jl. M.H. Thamrin No. 24 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tertanggal 17 September 2004 (terlampir), mengajukan gugatan pembatalan Surat Keputusan
Dekan Fakultas Kedokteran Undip No. 0009/PT09 H1 FK/A/04, serta membela perkaranya di
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang dan untuk kemudahan, mohon disebut sebagai
PENGGUGAT;
Bahwa PENGGUGAT hendak mengajukan gugatan terhadap :
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO, berkedudukan di Kantor
Dekanat Fakultas Kedokteran UNDIP, Jl.Dr Sutomo Semarangt, untuk kemudahan selanjutnya mohon
disebut sebagai TERGUGAT;
Dasar gugatan/ fundamentum
petendi
• Pasal 53 ayat 2 UU No 9 tahun 2004
sebagai berikut:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu bertentangan dengan per
aturan perundang- undangan yang
berlaku;
b.Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu bertentangan dengan asasasas umum pemerintahan yang baik;
Bertentangan dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku;
• Bertentangan sisi materiil/substansial;
• Bertentangan sisi formal/prosedural;
• Dibuat oleh pejabat yang tidak
berwenang;
Tidak berwenang dari segi materi
(onbevoegdheids ratione materiae)
Tidak berwenang dari segi tempat
(onbevoegdheids ratione loci)
Tidak berwenang dari segi waktu
(onbevoegdheids ratione temporis)
Asas-asas umum
pemerintahan yang baik ini meliputi
-
kepastian hukum
tertib penyelenggaraan negara
keterbukaan
proporsionalitas
profesionalitas
akuntabilitas
Asas-asas umum
pemerintahan yang baik ini meliputi
“Asas kepastian hukum”
adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan,kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara.
“Asas tertib penyelenggaraan Negara”
adalah asas yang menjadi landasan keter aturan keserasian, dan
keseimbangan dalam pe ngendalian penyelenggaraan negara.
“Asas Kepentingan umum”
adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
“Asas Keterbukaan”
adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar,jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaran negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
“Asas Proporsionalitas”
adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban Penyelenggara Negara
“Asas Profesionalitas”
adalah
asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
“Asas Akuntabilitas”
adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
pertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Bagi hakim sebagai dasar untuk menguji
dan membatalkan Keputusan TUN yang
digugat (toetsingsgronden)
Bagi Tergugat (Badan/Pejabat TUN) sebagai
pedoman dalam menemukan atau
menentukan hukum yang dipakai di dalam
perbuatan pemerintah (bestuurnormen)
Bagi Penggugat sebagai alasan untuk
mengajukan gugatan (beroepsgronden)
Asas persamaan
Asas Kepercayaan
Asas kepastian hukum
Asas kecermatan/ketelitian
Asas pemberian alasan atau motivasi
Larangan penyalahgunaan wewenang
(detournement de pouvoir)
Larangan bertindak sewenang-wenang (willekeur)
Asas bahwa kesalahan yang dilakukan oleh
pejabat TUN di dalam menerbitkan Keputusan
TUN yang mengakibatkan kerugian bagi pencari
keadilan/ masya rakat, tidak boleh dibebankan
atau menjadi resiko yang bersangkutan.
PETITUM/TUNTUTAN
• Terbatas hanya kepada tuntutan, agar
keputusan tata usaha negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah, dengan atau tanpa disertai
tuntutan ganti rugi dan atau direhabilitasi
Ganti rugi
• menurut Peraturan Pemerintah No 43 tahun
1991 adalah minimal sejumlah Rp 250.000,(dua ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dan
maksimal sejumlah Rp 5.000.000 (Lima Juta
Rupiah).
• Khusus untuk kompensasi akibat tidak dapat
terlaksananya putusan PTUN di bidang ke
pegawaian, nilainya ditentukan minimal Rp
100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) dan paling
banyak Rp 2000.000,- (Dua Juta Rupiah)
PERMOHONAN TAMBAHAN
• Beracara secara Cuma-Cuma
• Penangguhan/penundaan KTUN yang
disengketakan
• Beracara secara cepat
CONTOH PETITUM
Beracara secara Cuma-Cuma
Pasal 60
(1) Penggugat dapat mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan untuk bersengeketa
dengan cuma-cuma.
(2) Permohonan diajukan pada waktu penggugat
mengajukan gugatannya disertai dengan surat
keterangan tidak mampu dari kepala desa atau
lurah di tempat kediaman pemohon.
(3) Dalam keterangan tersebut harus dinyatakan
bahwa pemohon itu betul-betul tidak mampu
membayar biaya perkara.
Penangguhan KTUN yang
disengketakan
• PTUN menganut azas Presumptio
iustae
causa/ het vermoeden van rechtmatigheid
(artinya setiap keputusan yang di sengketakan ,
harus dianggap sah dan dapat dilaksanakan
walaupun terdapat gugatan atas keputusan
tersebut).
• Dalam hal terjadi suatu kondisi yang memaksa,
terkadang
Penggugat
menghendaki
adanya
penundaan pelaksanaan keputusan Tata Usaha
Negara yang dipersengketakan, sampai ada
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap.
Ciri peradilan cepat
Menurut Pasal 99 UU PTUN:
• Diperiksa hakim tunggal;
• Tenggang waktu untuk jawaban dan
pembuktian bagi kedua belah
pihakmasing-masing ditentukan tidak
melebihi 14 hari;
• Tanpa melalui prosedur pemeriksaan
persiapan;
PERTIMBANGAN HAKIM
Pasal 67 UU PTUN sebagai berikut:
a.Dapat dikabulkan hanya apabila terdapat ke
adaan yang sangat mendesak yang meng
akibatkan kepentingan penggugat sangat di
rugikan jika Keputusan tata Usaha Negara yang
digugat itu tetap dilaksanakan;
b. Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan
umum dalam rangka pembangunan meng
haruskan dilaksanakannya keputusan tersebut.
STOP PRESS
MAHASISWA ANGKATAN 200X
TERTANGKAP TANGAN KETIKA
SEDANG BERUSAHA MENCURI
LCD DI RUANG P.111.
BAGAIMANA NASIBNYA ?
Kasus
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Iwan blero, mahasiswa Fakultas Hukum UNDIP angkatan 200X,
karena terdesak membayar biaya kos-kosan, dia terpaksa mencuri
LCD yang ada di ruang P.111.
Sayang pencurian tersebut gagal, karena ia tertangkap oleh teman
seangkatannya, dan kemudian dilaporkan ke Dekan.
Oleh Dekan kasus tersebut dibuatkan berita acara pemeriksaan,
dan kemudian dimintakan sanksi pemecatan kepada Rektor.
Berdasarkan permohonan tersebut.
Rektor kemudian melakukan konfirmasi kepada Dekan tentang
usulan tersebut, dan kemudian Rektor menerbitkan Surat
Keputusan Rektor UNDIP no 15/200X yang isinya memecat Iwan
Blero, sebagai Mahasiswa UNDIP sejak SK diterbitkan.
Orangtua Iwan Blero tentu berang mendengar anaknya dipecat,
karena Iwan adalah harapan warga di desanya, disamping itu
barang yang dicuri juga tidak hilang ,jadi tidak ada kerugian UNDIP.
Apakah terhadap SK rektor UNDIP dapat diajukan Gugatan PTUN ?
Siapa yang digugat ?
Alasan hukum apa yang akan digunakan dalam gugatan ?
Apa petitum yang saudara ajukan, jika jadi kuasa Hukum
Tenggang Waktu Mengajukan
Gugatan (beroepstermijn)
• Pasal 55 UU No 5 tahun 1986 yo UU No
9 Tahun 2004 yang menyatakan batas
90 (sembilan puluh) hari sejak saat
diterimanya atau diumumkannya ke
putusan yang disengketakan.
CARA MENGHITUNG TENGGANG WAKTU
PENGAJUAN GUGATAN
• TEORI PENERIMAAN
(ONTVANG THEORY)
• TEORI PENGIRIMAN
(VERZEND THEORY)
• TEORI PENGETAHUAN
Tempat Pengajuan Gugatan
Pasal 54 UU No 5 tahun 1986 sebagai berikut:
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang ber
wenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum pengadilan, gugatan diajukan ke
pada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum peng
adilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat untuk selanjutnya
diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
(4) Dalam hal - hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara yang
bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan dapat diajukan
kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat ke
diaman penggugat.
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri, gugat
an diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar negeri, gugat
an diajukan kepada pengadilan di tempat kedudukan tergugat.
RAPAT
PERMUSYAWARATAN
RAPAT PERMUSYAWARATAN
• PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
• DILAKUKAN OLEH KETUA PTUN
• DASAR HUKUMNYA PASAL 62 UU NO
5 TH 1986
Rapat Permusyawaratan
• Disebut sebagai Dismissal Process
• Ketua PTUN
memeriksa dan memutus
dengan suatu penetapan , apakah surat gugat
yang di masukkan telah memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan perundang- undangan.
• Jika tidak memenuhi persyaratan yang diatur
dalam UU No 5 tahun 1986 , maka gugatan
dapat dinyatakan TIDAK DITERIMA.
Dasar pertimbangan Ketua PTUN, untuk menyatakan
suatu gugatan dinyatakan TIDAK DITERIMA
a. Pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk
dalam wewenang pengadilan;
b. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 tidak dipenuhi oleh Penggugat sekalipun ia
telah diberi tahu dan diperingatkan;
c. Gugatan tersebut tidak didasarkan kepada alasan alasan yang layak;
d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah
terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat
e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat
waktunya
UPAYA PERLAWANAN
• Terhadap putusan Ketua Pengadilan TUN tersebut,
Penggugat dapat melakukan upaya perlawanan. Upaya
ini diajukan paling lambat 14 (empat belas ) hari, sejak
putusan dibacakan .
• Upaya perlawanan ini kemudian disidangkan, dan apa
bila hasil upaya perlawanan ini menyatakan perlawan
an diterima, maka dengan sendirinya putusan Ketua
PTUN gugur. Sebaliknya apabila dalam upaya per
lawanan ternyata perlawanan ditolak, maka Penggugat
tidak ada upaya hukum lagi Pasal 62 ayat 3 huruf a UU
No 5 tahun 1986
DI DALAM RAPAT PERMUSYAWARATAN
DIPUTUS PULA
• PERMOHONAN BERACARA SECARA
CUMA-CUMA
• PERMOHONAN BERACARA SECARA
CEPAT
• PERMOHONAN PENANGGUHAN
KTUN YANG DIGUGAT
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
• TUJUANNYA MEMATANGKAN PERKARA
• DIPIMPIN OLEH KETUA MAJELIS HAKIM
• MAJELIS BERHAK UNTUK:
A. MEMANGGIL PEJABAT TERKAIT DENGAN PERKARA TERSEBUT UNTUK DIMINTAI KETERANGAN
B. MEMBERI NASIHAT KEPADA PENGGUGAT UNTUK MEMPERBAIKI GUGATAN DALAM TEMPO 30 HARI
C. APABILA DALAM 30 HARI TIDAK DIPERBAIKI MAKA GUGATAN
DINYATAKAN TIDAK DAPAT DITERIMA
D. TIDAK ADA UPAYA HUKUM UNTUK PUTUSAN PEMERIKSAAN
PERSIAPAN
Pemeriksaan Persiapan
1. Hakim wajib memberi nasihat kepada penggugat
untukmemperbaiki
gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka
waktu tiga puluh hari.
2. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari ternyata Penggugat belum
menyempurnakan gugatan nya, maka Hakim dapat menyatakan dengan
putusan bahwa gugatan Tidak Diterima. Dalam hal Gugatan dinyatakan Tidak
Diterima karena alasan Penggugat tidak menyem purnakan gugatannya
dalam tenggang waktu 30 hari, maka
Penggugat tidak dapat dilakukan
upaya hukum lagi, tetapi kepada Penggugat diberi kesempatan untuk
mengajukan gugatan baru.
3. Hakim dapat meminta penjelasan kepada Badan atau pejabat Tata Usaha
negara yang bersangkutan, selain meminta penjelasan Hakim dapat
memberikan bantuan kepada Penggugat untuk mendapatkan bukti-bukti
yang diperlukan, terutama apabila bukti-bukti tersebut justru ada pada
Tergugat.
Hakim dapat melakukan pengumpulan data atau
keterangan yang bersumber dari :
a.Keterangan-keterangan resmi dari pihak
pemerintah
b.Keterangan-keterangan resmi lainnya
yang diperlukan yang mungkin juga di
dapat dari pihak ketiga
c.Pendapat dan dalil-dalil dari para pihak
sendiri
SIDANG UTAMA
Sidang Utama
• Berdasar Pasal 64 ayat 2 UU No 5
tahun 1986, maka jarak antara
pemanggilan dengan hari sidang
tidak boleh kurang dari 6 (enam) hari
Pasal 64
(1) Dalam menentukan hari sidang, Hakim harus mempertimbangkan jauh
dekatnya tempat tinggal kedua belah pihak dari tempat persidangan.
(2) Jangka waktu antara pemanggilan dan hari sidang tidak boleh kurang dari
enam hari, kecuali dalam hal sengketa tersebut harus diperiksa dengan
acara cepat sebagaimana diatur dalam Bagian Kedua Paragraf 2.
SIDANG UTAMA
• KETUA MAJELIS HAKIM MEMBUKA
SIDANG DAN WAJIB MENYATAKAN
SIDANG TERBUKA UNTUK UMUM
KECUALI UNTUK KASUS TERTENTU
(menyangkut ketertiban umum atau
keselamatan negara),
BERDASAR PASAL 70 AYAT 3 UU PTUN
MENYEBABKAN BATAL PUTUSANNYA
Ketidakhadiran pihak Penggugat
• Pengguggat tidak hadir tanpa alasan
yang dibenarkan hukum, dan kemudian
dalam
pemanggilan kedua Penggugat
juga tetap tidak hadir di persidangan meski
telah dipanggil secara sah, maka berdasar
ketentuan Pasal 71 ayat 1 UU PTUN
Hakim dapat menyatakan Gugatan
Gugur , dan Penggugat hanya berhak
memasukkan gugatan baru sekali lagi
setelah membayar biaya perkara
APABILA PENGGUGAT TIDAK HADIR 2 X
BERTURUT TURUT TANPA ALASAN YANG
SAH MAKA BERDASAR PASAL 71 UU NO
5 /1986 GUGATANNYA DINYATAKAN
GUGUR
TERGUGAT TIDAK HADIR
• DIPANGGIL SEKALI LAGI
• DIKIRIM SURAT KE ATASANNYA
• DALAM 2 (DUA) BULAN TIDAK ADA
KABAR DARI ATASANNYA MAUPUN
TERGUGAT , MAKA SIDANG
DILANJUTKAN TANPA HADIRNYA
TERGUGAT (PTUN TIDAK MENGENAL
VERSTEK)
Intervensi Pihak Ketiga
MASUKNYA KE PERSIDANGAN PIHAK KE-TIGA DI LUAR PIHAK YANG
SEDANG BERSENGKETA UNTUK MEMPERTAHANKAN HAK-HAKNYA
a. Pihak ketiga yang mengajukan intervensi
sendiri. (tussenkomt)
b. Salah satu pihak yang sedang berperkara
baik pihak Penggugat maupun Tergugat.
c. Kehendak atau inisiatip dari Hakim,
apabila Hakim memandang perlu untuk
memasukan pihak ketiga ke dalam
sidang yang sedang berjalan.(voeging)
EKSEPSI
EKSEPSI
(SANGGAHAN TERGUGAT ATAS GUGATAN PENGGUGAT,YANG
TIDAK MENGENAI POKOK PERKARA, APABILA DITERIMA
GUGATAN DINYATAKAN TIDAK DAPAT DITERIMA)
• EKSEPSI TENTANG KEWENANGAN
KOMPETENSI PENGADILAN
• EKSEPSI LAIN-LAIN
ERROR IN PERSONNA, OBSCUUR LIBEL DLL
EKSEPSI MENGENAI KEWENANGAN
DAN KOMPETENSI PENGADILAN
• EKSEPSI KEWENANGAN ABSOLUT
MENGENAI SIFAT PERKARANYA
• EKSEPSI KEWENANGAN RELATIF
MENGENAI WEWENANG HAKIM YANG
BERHUBUNGAN DENGAN DAERAH HUKUMNYA
EKSEPSI ABSOLUT
• DIPUTUS TERLEBIH DULU DENGAN
PUTUSAN SELA
• PIHAK YANG DIKALAHKAN DAPAT
AJUKAN BANDING ATAS PUTUSAN SELA
TERSEBUT
EKSEPSI KEWENANGAN
RELATIF
• DIPUTUS BERSAMA-SAMA DENGAN
POKOK PERKARA
• PENGAJUAN BANDING ATAS PUTUSAN
TTG EKSEPSI RELATIF DIAJUKAN
BERSAMA DENGAN POKOK PERKARA
Eksepsi
• Eksepsi baik mengenai kewenangan absolut, maupun
relatip, terhadap eksepsi kewenangan absolut berdasar
Pasal 77 UU PTUN dapat diajukan sepanjang waktu,
• Hakim meskipun tidak ada eksepsi, berdasar jabatan
nya bisa menyatakan PTUN tidak berwenang, apabila
diketahui dasar-dasar yang menguatkan pendapatnya
itu.
• Eksepsi terhadap kewenangan relatip, hanya dapat
diajukan sebelum Tergugat mengajukan jawaban atas
surat gugat, dan akan diputus sebelum pokok
sengketa diputus, sedangkan eksepsi lainnya diputus
bersama putusan pokok perkara
Sidang Utama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pembacaan gugatan
Jawaban tergugat terhadap gugatan P
Replik Penggugat atas jawaban T
Duplik Tergugat atas Replik P
Pembuktian
Kesimpulan
Putusan
Perubahan Gugatan atau Jawaban
• Penggugat berhak merubah gugatan
sampai Replik;
• Tergugat berhak merubah jawaban
sampai duplik
• Penggugat dapat mencabut gugatan
sepanjang tergugat belum menyampaikan
jawaban, jika tergugat sudah menyampai
kan jawaban maka pencabutan harus ijin
tergugat
PEMBUKTIAN
PRINSIP PEMBUKTIAN
1. MENCARI KEBENARAN MATERIIL
2. BEBAN PEMBUKTIAN KEPADA PIHAK
YANG PALING MUNGKIN
MEMBUKTIKAN
3. PRESUMPTIO IUSTAE CAUSA
4. BEBAS TERBATAS
Pasal 107
Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian
beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan
sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim.
Pembuktian
a.
b.
c.
d.
e.
Surat atau tulisan
Keterangan ahli
Keterangan saksi
Pengakuan para pihak
Pengetahuan hakim
BUKTI TULISAN
Pasal 101
Surat sebagai alat bukti terdiri atas tiga jenis ialah:
a. akta otentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau di hadapan
seorang pejabat umum, yang menurut peraturan perundangundangan berwenang membuat surat itu dengan maksud
untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau
peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;
b. akta di bawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditanda
tangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud
untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau
peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;
c. surat-surat lainnya yang bukan akta.
KETERANGAN AHLI
Pasal 102
(1) Keterangan ahli adalah pendapat orang yang di
berikan di bawah sumpah dalam persidangan
tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman
dan pengetahuannya.
(2) Seseorang yang tidak boleh didengar sebagai
saksi berdasarkan Pasal 88 tidak boleh mem
berikan keterangan ahli.
KETERANGAN SAKSI
Pasal 104
• Keterangan saksi dianggap sebagai alat
bukti apabila keterangan itu berkenaan
dengan hal yang dialami, dilihat, atau
didengar oleh saksi sendiri.
Pihak yang tidak boleh didengar sebagai saksi
menurut Pasal 88 UU PTUN adalah
a. Keluarga sedarah atau semenda menurut garis
keturunan lurus ke atas atau ke bawah sampai
derajat ke dua dari salah satu pihak yang ber
sengketa
b. Istri atau suami salah seorang pihak yang
bersengketa meskipun sudah bercerai
c. Anak yang belum berusia tujuh belas tahun
d. Orang sakit ingatan
Undur diri saksi
• Pasal 89 ayat 1 UU PTUN)
a. Saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan
perempuan salah satu pihak
b. Setiap orang yang karena martabat, pekerjaan atau
jabatannya diwajibkan merahasiakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan martabat, pekerjaan atau
jabatannya itu. (Hakim akan mempertimbangkan apakah
seseorang itu mempunyai dasar kewajiban merahasia
kan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan,
martabat jabatannya)
PENGAKUAN
• Pasal 105
• Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik
kembali kecuali berdasarkan alasan yang
kuat dan dapat diterima oleh Hakim.
PENGETAHUAN HAKIM
• Pasal 106
• Pengetahuan Hakim adalah hal yang
olehnya diketahui dan diyakini kebenar
annya.
KASUS PEMECATAN
• Subroto seorang guru SMAN 150 Semarang dengan
pangkat IV C diberhentikan dengan tidak hormat dengan
SK Walikota Semarang No 16/SK/PNS/I/2012 tertanggal
10 nopember 2012 dikarenakan ybs menunggak pem
bayaran kredit rumahnya di Bank BPG Jawa Tengah
sampai 1 (satu) tahun lamanya.
• Pihak bank sudah berusaha membujuk Subroto agar
mau melunasi kredit yang agunannya adalah rumah
Subroto, sebab ternyata rumah tersebut telah rusak
terkena banjir, dan andai dijualpun oleh Bank , tetap
tidak cukup untuk melunasi hutang subroto tersebut.
• Karena merasa diabaikan oleh subroto, kemudian BPG
mengirim surat tegoran kepada Subroto hingga 6 kali,
surat tersebut juga dikirimkan ke Kepala Diknas
Semarang.
• Atas dasar surat tersebut Kepala Diknas telah
mengirim surat tegoran sampai 3 (tiga) kali
kepada Subroto, tetapi tetap diabaikan, karena
memang tidak ada uang untuk membayar
hutang tersebut.
• Subroto kemudian dipanggil menghadap,
dengan panggilan 3 (tiga) kali pula, tetapi surat
tersebut tidak ditanggapi.
• Karena merasa kesal diabaikan bawahannya,
Kepala Diknas kemudian mengajukan kepada
Walikota untuk memecat Subroto sebagai
PNS,sebab dianggap telah melanggar PP 53
tahun 2010.
• Atas dasar usulan tersebut Walikota kemudian
menerbitkan Surat Keputusan Pemecatan atas
nama Subroto.
• Subroto tentu tidak terima, sebab hutang kredit
tersebut, tidak melalui kantor tetapi bersifat
pribadi, dan kalaupun macet toh sudah ada
jaminannya yaitu rumahnya, sehingga BPG
seharusnya tidak perlu melakukan tegoran
seperti itu
• Subroto kini kehilangan gajinya sebesar Rp
2.500.000,-. Tentu subroto ingin bekerja kembali,
sebab dirinya harus membiayai istri dan 3 (tiga)
orang anaknya.
• Subroto pernah menjadi Guru teladan se
Semarang pada tahun 2012 dan DP3 tahun
2012 rata-rata bernilai 92
Tugas saudara
• Jelaskan siapa yang akan saudara Gugat dan
mengapa anda menggugat ybs ?
• Jelaskan alasan gugatan saudara
(fundamentum petendi) beradasar Pasal 53 ayat
2 UU Peratun, dan jelaskan ratio legisnya ?
• Jelaskan tuntutan apa saja yang akan saudara
ajukan dan apa alasannya saudara mengajukan
tuntutan tersebut
• Jelaskan alat bukti apa saja yang akan saudara
ajukan, dan apa alasan saudara mengajukan
alat bukti tersebut
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• PENEGUHAN DALIL-DALIL PENGGUGAT/
TERGUGAT BERDASARKAN FAKTA DAN
BUKTI YANG ADA DI PERSIDANGAN
PUTUSAN
PUTUSAN
Pasal 108
(1) Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.
(2) Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak
hadir pada waktu putusan Pengadilan diucapkan, atas
perintah Hakim Ketua Sidang salinan putusan itu
disampaikan dengan surat tercatat kepada yang
bersangkutan.
(3) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berakibat putusan Pengadilan tidak sah
dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
FORMAT PUTUSAN DAN KONSEKWENSINYA
Pasal 109
(1) Putusan Pengadilan harus memuat:
a. Kepala putusan yang berbunyi: "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA";
b. nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau tempat
kedudukan para pihak yang bersengketa;
c. ringkasan gugatan dan jawaban tergugat yang jelas;
d. pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang
terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa;
e. alasan hukum yang menjadi dasar putusan;
f. amar putusan tentang sengketa dan biaya perkara;
g. hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera,
serta keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.
(2) Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat menyebabkan batalnya putusan Pengadilan.
Putusan
a.
b.
c.
d.
Gugatan Ditolak
Gugatan Dikabulkan
Gugatan Tidak diterima
Gugatan Gugur
A.Gugatan Ditolak
• Apabila
Apabila penggugat
penggugat gagal
gagal membuktikan
membuktikan
dalil-dalilnya,
dalil-dalilnya, meskipun
meskipun surat
surat gugatnya
gugatnya
memenuhi
memenuhi syarat-syarat
syarat-syarat yang
yang ditentukan
ditentukan
B.Gugatan Dikabulkan
• Apabila Penggugat berhasil membuktikan
dalil-dalil dalam gugatannya
C.Gugatan Tidak diterima
• Apabila Penggugat dalam membuat surat
Gugat tidak memenuhi syarat, atau hal-hal
yang berkaitan dengan ketentuan Pasal
62 ayat 1 huruf a,b,c,d UU No 5 tahun
1986
Pasal 62
(1) Dalam rapat permusyawaratan, Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu
penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu
dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dalam hal:
a. pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan;
b. syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak dipenuhi oleh penggugat
sekalipun ia telah diberi tahu dan diperringatkan;
c. gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak;
d. apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha Negara
yang digugat;
e. gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
Dalam amar yang mengabulkan gugatan
Penggugat,hakim dapat membebankan tambahan
kewajiban seperti: (Pasal 97 ayat 9 UU PTUN)
•
•
•
Mencabut Keputusan TUN yang
disengketakan.
Mencabut Keputusan TUN yang disengketa
kan dan menerbitkan keputusan yang baru
Penerbitan Keputusan TUN dalam hal
gugatan didasarkan pada Pasal 3 UU No 5
tahun 1986. Khusus dalam hal masalah
kepegawaian dapat pula ditambahkan ganti
rugi, rehabilitasi maupun kompensasi.
APABILA PENGGUGAT 2 KALI BERTURUT
TURUT TIDAK HADIR DI PERSIDANGAN
TANPA ALASAN WALAUPUN SUDAH
DIPANGGIL SECARA PATUT
ERGA OMNES
• PUTUSAN PTUN BERLAKU DAN
MENGIKAT UMUM ATAU PUBLIK
• Hal ini berbeda dengan Putusan hakim
Perdata yang hanya mengikat para pihak
saja
ASAS LARANGAN ULTRA
PETITA
• HAKIM TIDAK BOLEH MEMUTUS
MELEBIHI APA YANG DITUNTUT
ASAS LARANGAN
MENCAMPURADUKKAN KEWENANGAN
• “dat de rechter niet op de stoel van het
bestuur mag gaan zitten” (hakim tidak
boleh duduk di kursi pemerintah” )
• Misalnya, Hakim menerbitkan Putusan yang
isinya merupakan kewenangan eksekutif ,
misal Hakim yang menetapkan nilai mata
kuliah seseorng dalam putusannya
REFORMATIO IN PEIUS
• Hakim dapat memutus hukuman yang
membuat status kedudukan Penggugat
menjadi lebih buruk dari Kondisi sebelum
gugatan diajukannya.
• Misalnya: Penggugat (PNS) yang mangkir kerja 50 hari
dan menggugat ke PTUN karena dirinya dikenakan
sanksi penuruan pangkat, maka hakim justru
memutuskan memberhentikan dengan tidak hormat
sesuai ketentuan PP No 53 tahun 2010
PEMERIKSAAN DI TINGKAT
BANDING
Putusan yang dapat diajukan banding
adalah:
tenggang waktu 14 (empat belas) hari, sejak
putusan PTUN di tingkat pertama diberi
tahukan kepadanya secara sah
1. Putusan akhir PTUN
2. Putusan atas penetapan penangguhan
/ penundaan ketetapan TUN yang
digugat.
3. Putusan sela atas permohonan
eksespsi baik absolut maupun relatif
Putusan yang tak dapat diajukan
Banding
• Tidak semua Putusan PTUN dapat diajukan banding,
ada beberapa putusan yang tidak dapat diajukan
banding yaitu:
1. penetapan Ketua Pengadilan menurut pasal 62 ayat 1;
2. Putusan Majelis Perlawanan terhadap penetapan Ketua
Pengadilan tersebut (pasal 62 ayat 6)
3. Penetapan Ketua Pengadilan mengenai permohonan
untuk beracara dengan cuma-cuma (pasal 61 ayat 2)
4. Putusan mengenai perlawanan pihak ketiga terhadap
pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap
Pasal 62
(1) Dalam rapat permusyawaratan, Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu
penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan
itu dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dalam hal:
a. pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan;
b. syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak dipenuhi oleh penggugat
sekalipun ia telah diberi tahu dan diperringatkan;
c. gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak;
d. apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat;
e. gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
(2)a. Penetapan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) diucapkan dalam rapat permusyawaratan
sebelum hari persidangan ditentukan dengan memanggil kedua belah pihak untuk
mendengarkannya;
b. Pemanggilan kedua belah pihak dilakukan dengan surat tercatat oleh Panitera Pengadilan
atas perintah Ketua Pengadilan.
(3) a. Terhadap penetapan sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diajukan perlawanan
kepada Pengadilan dalam tenggang waktu empat belas hari setelah diucapkan;
b. Perlawanan tersebut diajukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
56.
(4) Perlawanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diperiksa dan diputus oleh Pengadilan
dengan acara singkat.
(5)
Dalam hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh Pengadilan, maka penetapan sebgaimana
dimaksud dalmn ayat (1) gugur demi hukum dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan
diselesaikan menurut acara biasa.
(6) Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat digunakan upaya hukum.
PENETAPAN YANG TAK BISA
DIAJUKAN BANDING
Pasal 60
(1) Penggugat dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan untuk
bersengeketa dengan cuma-cuma.
(2) Permohonan diajukan pada waktu penggugat mengajukan gugatannya
disertai dengan surat keterangan tidak mampu dari kepala desa atau lurah
di tempat kediaman pemohon.
(3) Dalam keterangan tersebut harus dinyatkan bahwa pemohon itu betul-betul
tidak mampu membayar biaya perkara.
Pasal 61
(1) Permohonan gebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 harus diperiksa dan
ditetapkan oleh Pengadilan sebelum pokok sengketa diperiksa.
(2) Penetapan ini diambil di tingkat pertama dan terakhir.
(3) Penetapan Pengadilan yang telah mengabulkan permohonan penggugat
untuk bersengketa dengan cuma-cuma di tingkat pertama, juga berlaku di
tingkat banding dan kasasi.
Pemohon Banding
•
•
•
•
Penggugat
Tergugat
Penggugat dan Tergugat
Interventor
Hukum Acara Banding
• Permohonan Banding diajukan maksimal 14 hari setelah
Putusan diberitahukan kepada para pihak
• Permohonan banding diajukan dengan mengisi surat
permohonan banding pada bagian Panitera Muda bagian
upaya hukum, dan membayar uang biaya perkara
• Apabila pemohon mengajukan permohonan dengan
menggunakan kuasa hukum, maka harus dilampiri surat
kuasa khusus mermeterai cukup.
• Surat kuasa tersebut harus didaftarkan di panitera dan
membayar biaya pendaftaran
Hukum Acara Banding
• Setelah permohonan didaftarkan ,Kepala
Panitera memberitahukan kepada pihak
Termohon banding.
• Kepala Panitera selambatnya 30 hari
sejak pencatatan permohonan
memberitahukan kepada para pihak untuk
melihat berkas perkara (INZAKE), dalam
tenggang waktu 30 hari sejak diterimanya
pemberitahuan.
INZAKE
• Tujuannya untuk melihat berkas perkara
guna mempersiapkan pembuatan memori
banding dan kontra memori banding
• Pada saat inzake, hanya diperkenankan
untuk melihat dan mencatat, dan tidak
diperkenankan untuk menggandakan
berkas
Memori Banding
• Berisi alasan-alasan pengajuan
permohonan banding, khususnya
keberatan atas putusan PTUN
• Keberatan mengenai fakta hukumnya dan
bukan mengenai penerapan hukumnya
• Tidak bersifat wajib
• Setelah memori banding diserahkan,
maka kepala Panitera mengirimkannya
kepada pihak Termohon Banding.
• Termohon Banding berhak untuk membuat
Kontra memori Banding, yang berisi
sanggahan atas keberatan yang diajukan
oleh Pemohon Banding dalam memori
banding.
Pemberkasan
• Dalam hal berkas permohonan banding
telah lengkap, maka selambat-lambatnya
dalam tempo 60 hari sejak pencatatan
permohonan, seluruh berkas dikirim
kepada PTTUN
• Kepala Panitera memberitahukan kepada
para pihak ,tentang telah dikirimkannya
berkas permohonan banding tersebut.
Pemeriksaan di PTTUN
• Dalam hal berkas telah diterima oleh
PTTUN, maka panitera muda perkara
kemudian akan mencatat berkas perkara
tersebut, serta memberikan nomor register
banding:
• Contoh: 120/B/TUN/2008/PTTUN Sby
• Kepala Panitera dengan surat tercatat
akan memberitahukan kepada para pihak
nomor register banding tersebut.
Pemeriksaan di PTTUN
• Setelah diberi nomor register, Kepala
Panitera menyerahkan berkas kepada
Ketua PTTUN untuk kemudian menunjuk
Majelis Hakim pemeriksanya
• Majelis Hakim Pemeriksa banding minimal
terdiri 3 orang
• Penentuan majelis Hakim, memperhatikan
larangan-larangan bagi hakim dan
panitera
WAJIB UNDUR DIRI
Pasal 78
(1) Seorang Hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan
apabila terikat hubungan keluarga sedarah, atau semenda
sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau isteri
meskipun telah bercerai, dengan salah seorang Hakim Anggota
atau Panitera.
(2) Seorang Hakim atau Panitera wajib mengundurkan diri dari
persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau
semanda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau isteri
meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat atau
penasihat hukum.
(3) Hakim atau Panitera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) harus diganti, dan apabila tidak diganti atau tidak
mengundurkan diri sedangkan sengketa telah diputus, maka
sengketa tersebut wajib segera diadili ulang dengan susunan
yang lain.
KEWAJIBAN UNDUR DIRI
• Pasal 79
(1) Seorang Hakim atau Panitera wajib mengundurkan diri apabila ia
berkepentingan langsung atau tidak langsung atas suatu sengketa.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan atas kehendak Hakim atau Panitera, atau atas
permintaan salah satu atau pihak-pihak yang bersengketa.
(3) Apabila ada keraguan atau perbedaan pendapat mengenai hal
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka pejabat Pengadilan
yang berwenang yang menetapkan.
(4) Hakim atau Panitera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) harus diganti dan apabila tidak diganti atau tidak
mengundurkan diri sedangkan sengketa telah diputus, maka
sengketa tersebut wajib segera diadili ulang dengan susunan yang
lain.
• Pasal 127 UU No 5 tahun 1986
(1) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara memeriksa dan memutus perkara
banding dengan sekurang-kurangnya tiga orang Hakim.
(2) Apabila Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berpendapat bahwa
pemeriksaan Pengadilan Tata Usaha Negara kurang lengkap, maka
Pengadilan Tinggi tersebut dapat mengadakan sidang sendiri untuk
mengadakan pemeriksaan tambahan atau memerintahkan Pengadilan Tata
Usaha Negara yang bersangkutan melaksanakan pemeriksaan tambahan
itu.
(3)Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang menyatakan tidak
berwenang memeriksa perkara yang diajukan kepadanya, sedang
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berpendapat lain, Pengadilan Tinggi
tersebut dapat memeriksa dan memutus sendiri perkara itu atau
memerintahkan Pengadilan Tata Usaha Negara yang bersangkutan
memeriksa dan memutusnya.
(4) Panitera Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam waktu tiga puluh hari
mengirimkan salinan putusan Pengadilan Tinggi beserta surat pemeriksaan
dan surat lain kepada Pengadilan Tata Usaha Neg
USAHA NEGARA
SEJARAH PTUN
PARADIGMA
PARADIGMA FUNGSI
FUNGSI NEGARA
NEGARA
•
•
•
NEGARA
NEGARA ABSOLUT
ABSOLUT
NEGARA
NEGARA PENJAGA
PENJAGA MALAM
MALAM
NEGARA
NEGARA KESEJAHTERAAN
KESEJAHTERAAN
Intervensi pemerintah
• Masyarakat membutuhkan perlindungan:
• Preventif
• Represif
Represif
• Jalur Peradilan
• Jalur Non Peradilan
– Pengajuan keberatan
– Banding administrasi
– Ombudsman
Penanganan perkara-perkara di
bidang tata usaha negara
• Jaman Hindia Belanda
• Jaman Pra UU No 5 Tahun 1986
• Jaman UU No 5 Tahun 1986
Penanganan perkara-perkara di bidang tata
usaha negara Jaman Hindia Belanda
• Pasal 134 (1) Indische Staatsregeling (I S)
serta Pasal 2 Reglement op de Rechterlijke
Organisatie en het Belied der Justitite (RO)
tanggal 30 April 1847 (Stb No 23 jo Stb 1848/57)
sebagai berikut:
a. Perselisihan perdata diputus oleh hakim biasa
menurut undang-undang
b.Pemeriksaan serta penyelesaian perkara admi
nistrasi menjadi wewenang lembaga adminis
trasi itu sendiri
Penanganan perkara-perkara di bidang tata
usaha negara Jaman Pra UU No 5 Tahun 1986
• Pasal 66 Undang-undang No 19 tahun 1948
sebagai berikut:
• Jika dengan undang -undang atau berdasar
atas undang- undang tidak ditetapkan Badanbadan kehakiman lain untuk memeriksa dan
memutus perkara-perkara dalam soal tata usaha
pemerintahan maka Pengadilan Tinggi dalam
tingkatan pertama dan Mahkamah Agung
dalam tingkatan kedua memeriksa dan me
mutus perkara-perkara itu
Perkembangan selanjutnya, setelah konstitusi tata negara
Indonesia beralih ke Undang-Undang Dasar Sementara
Pasal 108 Undang - undang Dasar Sementara,
sebagai berikut:
• Pemutusan tentang sengketa yang mengenai
Hukum Tata Usaha Negara diserahkan ke
pada Pengadilan yang mengadili perkara per
data ataupun kepada alat-alat perlengkap an
lain, tetapi jika demikian seboleh-bolehnya
dengan jaminan yang serupa tentang keadilan
dan kebenaran
Penanganan perkara-perkara di bidang tata
usaha negara Jaman UU No 5 Tahun 1986
• UU No 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara. Disahkan tanggal 29 Desember
1996
• Direvisi UU No 9 tahun 2004 tentang Perubahan
atas UU No 5 tahun 1986 tentang PTUN
• Direvisi UU No 51 tahun 2009 tentang
Perubahan kedua UU No 5 tahun 1986
• Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1991
tentang Penerapan Undang-Undang Nomor 5
tahun 1986.
JENIS-JENIS TINDAKAN PEMERINTAH
a. Melakukan perbuatan materiil (Materiele daad)
(membuat selokan,memotong pohon) (PN)
b. Mengeluarkan peraturan (regeling)
(Perda Sampah,KTP, Iklan) (PN)
c. Mengeluarkan keputusan (Beschikking)
(mengangkat Si A jadi pegawai,Si B dipecat) (PTUN)
OBYEK PTUN
Pasal 1 angka 4 UU PTUN yang menyatakan sebagai
berikut
•
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul
dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan
Hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku;
Pasal 1 angka 3 UU PTUN yang menyatakan
sebagai berikut:
• KeputusanTata Usaha Negara adalah
suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan
per undang-undangan yang berlaku,
bersifat kongkret, individual, dan final yang
me nimbulkan
akibat
hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata;
INDIKATOR APAKAH SUATU KETETAPAN TATA USAHA
NEGARA DAPAT MENJADI OBYEK PTUN
• A. Penetapan tertulis
• B. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara
• C. Berisi tindakan Hukum Tata usaha Negara
yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku
• D. Bersifat konkret,individual,final
• E. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata
PENETAPAN TERTULIS
• Untuk kepentingan pembuktian, maka
KTUN selayaknya dalam bentuk tertulis
• Menitikberatkan sisi substansinya bukan
kepada bentuk formal keputusan tata
usaha negara
• Bentuk KTUN non formal bisa menjadi
obyek PTUN sepanjang memenuhi syaratsyarat tertentu
PARAMETER/INDIKATOR UNTUK MENGUJI
APAKAH MEMO/NOTA DINAS DAPAT MENJADI
OBYEK GUGATAN DI PTUN
• Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluar
kannya;
• Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu
• Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang di
tetapkan di dalamnya jelas bersifat individual, konkret dan
final
• Serta menimbulkan suatu akibat hukum bagi
orang ataupun badan hukum perdata
sese
PENETAPAN TERTULIS
• Keputusan TUN tidak tertulis yang bersifat
negatif dapat juga menjadi obyek PTUN,
apabila memenuhi syarat tertentu sebagai
mana diatur dalam Pasal 3 UU No 5
Tahun 1986 yo UU No 9 tahun 2004
Pasal 3 UU No 5 tahun 1986 yo UU No 9 tahun
2004 ,sebagai berikut:
a. Suatu badan yang tidak mengeluarkan keputusan yang
menjadi kewajibannya disamakan dengan telah
membuat keputusan
b. Apabila suatu badan tidak mengeluarkan keputusan
padahal jangka waktu yang ditentukan dalam per
undangan tentang permohonan itu sudah lewat, maka
dianggap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara itu
telah menolak untuk mengeluarkan keputusan yang
dimaksud
c. Setelah lewat waktu dari jangka waktu yang ditentu
kan atau empat bulan sejak permohonan diajukan dan
pejabat atau Badan Tata Usaha Negara tersebut tidak
mengeluarkan keputusan, maka kepadanya dianggap
telah mengeluarkan keputusan penolakan.
Dikeluarkan oleh Badan atau
pejabat Tata Usaha Negara
Pasal 1 angka 2 UU No 5 tahun 1986 :
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan
yang berlaku
Indikator Pejabat TUN
a.Badan atau Pejabat tata usaha negara
yang melaksanakan urusan pemerintahan
b. Berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku
Kesimpulan tentang definisi
pejabat menurut PTUN
• Berdasar pada bunyi Pasal 1 angka 2 UU
PTUN,dapatlah disimpulkan bahwa dalam
PTUN yang dipentingkan dalam penentu
an apakah masuk dalam klasifikasi pe
jabat atau badan tata usaha negara ada
lah terletak dari apa yang diperbuat oleh
pejabat atau badan tata usaha negara
tersebut, dan tidak mendasarkan kepada
jenis kekuasaan apa yang diembannya
Siapa yang harus dijadikan Tergugat
(kesalahan dalam menunjuk Tergugat berakibat gugatan salah
alamat, dan sangat fatal)
•
Periksa Sumber kewenangan Pejabat
yang menandatangani Keputusan
TUN yang digugat tersebut:
• Sumber kewenangan terdiri
a. Atribusi
b. Delegasi
c. Mandat
ATRIBUSI
• PEMBERIAN/PENCIPTAAN
KEWENANGAN OLEH UNDANGUNDANG
• Polisi dalam KUHAP mendapatkan
atribusi kewenangan di bidang penyidikan
DELEGASI
• PELIMPAHAN WEWENANG
• BERLAKU SELAMANYA
• PEMBERI DELEGASI TIDAK MENCAMPURI PELAKSANAAN TUGAS PENERIMA DELEGASI
• TANGGUNG JAWAB PADA PENERIMA
DELEGASI
MANDAT
• BUKAN PELIMPAHAN WEWENANG
• BERLAKU SEMENTARA
• PEMBERI MANDAT DAPAT MENCAMPURI PELAKSANAAN TUGAS OLEH
PENERIMA MANDAT/ MANDAT ARIS.
• TANGGUNGJAWAB PADA PEMBERI
MANDAT (biasanya ditandatangani dengan
tanda An,Ub )
Berisi Tindakan Hukum Tata
Usaha Negara
Tidak semua tindakan tata usaha negara dapat dijadikan
obyek gugatan dalam PTUN. Ada beberapa pembatasan
yang diatur dalam PTUN, tentang tindakan tata usaha
apa saja yang tidak termasuk ke dalam wewenang PTUN.
Pembatasan yang dilakukan PTUN, terhadap tindak
an tata usaha negara yang tak dapat diajukan gugat di
PTUN adalah:
a.
Termasuk keputusan tata usaha negara yang
diperkecualikan dalam Pasal 2 UU No 5 tahun 1986
b.
Termasuk keputusan yang dibuat dalam kondisi
sesuai yang diatur dalam Pasal 49 UU No 5 tahun
1986
KEPUTUSAN TATA USAHA
NEGARA YANG BUKAN
MENJADI WEWENANG PTUN
MESKIPUN MEMENUHI SYARAT-SYARAT DI ATAS TETAPI ADA
KETETAPAN TATA USAHA NEGARA
YANG BUKAN KEWENANGAN PTUN
Pasal 2 UU No 9 tahun 2004
perbuatan hukum perdata
pengaturan yang bersifat umum
masih memerlukan persetujuan
dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana atau Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang
bersifat hukum pidana;
E. dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan Peradilan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
F. Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha
Tentara Nasional Indonesia
G. Keputusan Komisi Pemilihan Umum, baik di pusat maupun
di daerah mengenai hasil pemilihan umum
A.
B.
C.
D.
Pasal 49 UU No 5 tahun 1986
sebagai berikut:
a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya,
keadaan bencana alam atau keadaan luar
biasa yang membahayakan, berdasarkan
peraturan perundang- undangan yang ber
laku;
b. Dalam keadaan mendesak untuk ke
pentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Pasal 2 UU No 31 tahun 1997
• Gugatan terhadap tata usaha TNI diajukan
ke PTUM (Peradilan Tata Usaha Militer)
Bersifat Konkret, Individual dan
Final
• Penjelasan Pasal 1 ayat 3 UU No 5
Tahun 1986 diartikan sebagai berikut:
• Bersifat konkret, artinya obyek yang di
putuskan dalam Keputusan Tata Usaha
Negara itu tidak abstrak tetapi berwujud,
tertentu atau dapat ditentukan, umpama
nya keputusan mengenai rumah si A,izin
usaha bagi si B, pemberhentian si A se
bagai pegawai negeri.
Bersifat Individual
• keputusan TUN memiliki sifat individual ,
dimaksudkan keputusan tersebut mem
punyai adressat hukum tertentu atau
khusus. Persona atau badan hukum yang
dituju dalam keputusan tersebut , harus
benar-benar jelas identitasnya.
Final
• Keputusan tata usaha negara yang ber
sifat final, artinya Keputusan tata usaha
negara tersebut , sudah tidak memerlu
kan persetujuan lagi. Sehingga sudah
dapat dilaksanakan , oleh pejabat yang
menerbitkannya.
Menimbulkan akibat hukum Bagi
Seseorang atau Badan Hukum Perdata
a.Keputusan tata usaha negara yang bersifat positip dan keputusan yang bersifat
negatif.
b.Ketetapan deklaratoir
c.Ketetapan kilat
contoh bentuk-bentuk ketetapan yang mempunyai
sifat negatif
a.Suatu pernyataan tidak berwenang
(onbevoegdheid)
b.Pernyataan tidak diterima (Niet
ontvangkelijk verklaring)
c. Suatu penolakan
Kasus
• Kabupaten Bedoldeso, mengadakan pengadaan barang
jasa Jembatan senilai 5 milyar Rupiah melalui proses
tender umum, dan pemenangnya CV Katrok, kemudian
dibuatlah SPK antara Kabupaten dan CV katrok, serta
dibayarkan UMK. CV Katrok melaksanakan pembuatan
jembatan, tetapi ternyata peralatan yang digunakan tidak
memadai, sehingga Bupati khawatir jembatan tidak jadi
pada waktunya dan negara akan dirugikan, untuk itu
Bupati kemudian menerbitkan Keputusan Bupati No
01/PHK/2008 yang membatalkan SPK yang ada.
• Apakah CV Katrok dapat menggugat melalui PTUN ?
• JELASKAN PENDAPAT SAUDARA
KASUS I
HM NO 5
HM NO 1
KASUS II
LETER C NO 12
LC NO 5
SUBYEK PTUN
Pelaku dan Subyek dalam
Perkara PTUN
1.Subyek Penggugat
point d’interet,point d’action
2. Subyek Tergugat
ketentuan Pasal 53 UU No 5 Tahun 1986 yang
berbunyi:
Seseorang atau badan hukum perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu
Keputusan Tata Usaha Negara dapat.......dsl
TERGUGAT
• Pasal 1 ayat 6 UU No 5 Tahun 1986
tentang PTUN yang menyebutkannya
sebagai berikut:
• Tergugat adalah badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang
ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya, yang digugat oleh orang atau
badan hukum perdata
Penggugat
• Pihak yang secara langsung dirugikan ,
akibat diterbitkannya Keputusan tata
Usaha Negara yang disengketakan
• PTUN tidak mengenal gugatan Class
Action atau gugatan perwakilan
• Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1
tahun 2002 tentang Acara Gugatan
Perwakilan Kelompok
Dalam PERMA-RI No 1 tahun 2002
Pengertian Gugatan perwakilan kelompok adalah :
• suatu tata cara pengajuan gugatan, dalam mana
satu orang atau lebih yang mewakili kelompok
mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri
mereka sendiri, dan sekaligus mewakili se
kelompok orang banyak yang jumlahnya
banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau
dasar
hukum antara wakil kelompok dan
anggota kelompok yang dimaksud
Kasus
• Tanah milik Universitas Diponegoro di Kecamat
an Tembalang (sertpikat HM No 4/1982),
ternyata diduduki oleh PT WK untuk perumahan
mewah.Saat ditelusuri PT WK ternyata mem
punyai sertipikat HM (Sertipikat HM No 5 /1988)
hasil transaksi jual beli dengan Paidi pemilik
tanah. Paidi ini adalah ahli waris Paidu yang
pernah menjual tanah yang sama dengan
UNDIP. Paidu meninggal tahun 1985
• Apakah Undip dapat mengajukan gugat di
PTUN untuk membatalkan sertipikat HM milik
PT WK tersebut ? JELASKAN !
Hukum Acara PTUN
Gugatan tidak diterima
PENDAFTARAN
RAPAT PERMUSYAWARATAN
(DISMISSAL PROCESS)
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
SIDANG UTAMA
BANDING
KASASI
PENINJAUAN KEMBALI
UPAYA PERLAWANAN
Gugatan tidak diterima
1.PEMBACAAN GUGATAN
2.JAWABAN TERGUGAT
3.REPLIK PENGGUGAT
4.DUPLIK TERGUGAT
5.PEMBUKTIAN PENGGUGAT
6.PEMBUKTIAN TERGUGAT
7.KESIMPULAN
8.PUTUSAN
1.Asas negara hukum Indonesia;
2.Asas demokrasi;
3.Asas kekeluargaan;
4.Asas serasi,seimbang dan selaras;
5.Asas
6.Asas
7.Asas
8.Asas
persamaan dihadapan hukum;
peradilan netral
sederhana,cepat,adil,mudah dan murah;
kesatuan beracara;
9.Asas keterbukaan persidangan;
10.Asas musyawarah dan perdamaian;
11.Asas hakim aktif;
12.Asas pembuktian bebas
13.Asas Audi et alteram partem
14.Asas het vermoeden van rechtmatigheid atau asa presumptio iustae causa;
15.Asas pemeriksaan segi rechtmatigheid dan larangan pemeriksaan segi doelmatigheid
16.Asas
17.Asas
18.Asas
19.Asas
20.Asas putusan bersifat erga omnes
pengujian extunct
kompensasi atau asas ongelijkheid compentatie;
hak uji materiil;
ultra petita
HAKIM HARUS MENDENGAR INFORMASI
DARI KEDUA BELAH PIHAK YANG
BERSENGKETA
Keputusan Tata Usaha Negara harus
dianggap sah dan berlaku meskipun sedang
digugat, sampai pengadilan
membatalkannya
Hakim hanya boleh menguji sisi hukumnya
saja dan tidak boleh menguji kebijakan
yang diambil pejabat
PEMERIKSAAN BERDASARKAN KEADAAN
PADA SAAT KEPUTUSAN TERSEBUT
DITERBITKAN
AKIBAT PEMBATALAN BERLAKU SURUT SEJAK
KEPUTUSAN DITERBITKAN
HAKIM DAPAT MEMUTUS YANG MEMBAWA
PENGGUGATA KEPADA KONDISI YANG
LEBIH BURUK DARIPADA KONDISI
PENGGUGAT SEBELUM MENGAJUKAN
GUGATAN
Surat Gugat
Pasal 56 UU PTUN sebagai berikut:
(1)Gugatan harus memuat:
a. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan
pekerjaan peng gugat atau kuasanya
b. Nama jabatan, tempat kedudukan TERGUGAT
c. Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputus
kan oleh pengadilan;
(2)Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani
oleh
seorang kuasa penggugat , maka gugatan harus
disertai surat kuasa yang sah
(3)Gugatan sedapat mungkin juga disertai Keputusan Tata
Usaha negara yang disengketakan oleh Penggugat.
Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan surat
kuasa khusus atau dapat dilakukan secara lisan
di persidangan.
Surat kuasa yang dibuat di luar negeri
bentuknya harus memenuhi persyaratan di
negara yang bersangkutan dan diketahui oleh
Perwakilan Republik Indonesia di negara
tersebut, serta kemudian diterjemaahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah
resmi.
Surat Kuasa harus bersifat khusus dan menurut
Undang-undang harus dicantumkan dengan jelas
bahwa surat kuasa itu hanya dipergunakan untuk
keperluan tertentu
Apabila dalam surat kuasa khusus tersebut telah
disebutkan bahwa kuasa tersebut mencakup pula
pemeriksaan dalam tingkat banding dan kasasi,
maka surat kuasa khusus tersebut tetap sah
berlaku hingga pemeriksaan dalam kasasi, tanpa
diperlukan suatu surat khusus yang baru
LAW OFFICE
JACKSON MARPAUNG, SH & PARTNERS
THAMRIN SQUARE, Building 4th Floor Room 12
Jl. M.H. Thamrin No. 24 Jakarta 50231 INDONESIA
Telephone : (021) 8318274 Ext. 1234 Fax : (021) 8318274
E-mail : [email protected]
No
Hal
: 0312/AM/SG/II/2004
: Gugatan Pembatalan Surat Keputusan Dekan Fakultas Kedokteran UNDIP
No. 0009/PT09 H1 FK/A/04
Kepada Yang Terhormat.
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
Jl. Abdurahman Saleh
Semarang
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama ONNY SURATMAN, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
WNI, bertempat tinggal di Perumahan Graha Candi No. 11 Semarang, perkenankanlah kami:
JACKSON MARPAUNG, SH.,BUDI KALIGIS, SH.WNI, advokat yang berkantor di THAMRIN
SQUARE, Building 4th Floor Room 12 Jl. M.H. Thamrin No. 24 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tertanggal 17 September 2004 (terlampir), mengajukan gugatan pembatalan Surat Keputusan
Dekan Fakultas Kedokteran Undip No. 0009/PT09 H1 FK/A/04, serta membela perkaranya di
Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang dan untuk kemudahan, mohon disebut sebagai
PENGGUGAT;
Bahwa PENGGUGAT hendak mengajukan gugatan terhadap :
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO, berkedudukan di Kantor
Dekanat Fakultas Kedokteran UNDIP, Jl.Dr Sutomo Semarangt, untuk kemudahan selanjutnya mohon
disebut sebagai TERGUGAT;
Dasar gugatan/ fundamentum
petendi
• Pasal 53 ayat 2 UU No 9 tahun 2004
sebagai berikut:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu bertentangan dengan per
aturan perundang- undangan yang
berlaku;
b.Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu bertentangan dengan asasasas umum pemerintahan yang baik;
Bertentangan dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku;
• Bertentangan sisi materiil/substansial;
• Bertentangan sisi formal/prosedural;
• Dibuat oleh pejabat yang tidak
berwenang;
Tidak berwenang dari segi materi
(onbevoegdheids ratione materiae)
Tidak berwenang dari segi tempat
(onbevoegdheids ratione loci)
Tidak berwenang dari segi waktu
(onbevoegdheids ratione temporis)
Asas-asas umum
pemerintahan yang baik ini meliputi
-
kepastian hukum
tertib penyelenggaraan negara
keterbukaan
proporsionalitas
profesionalitas
akuntabilitas
Asas-asas umum
pemerintahan yang baik ini meliputi
“Asas kepastian hukum”
adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan,kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara.
“Asas tertib penyelenggaraan Negara”
adalah asas yang menjadi landasan keter aturan keserasian, dan
keseimbangan dalam pe ngendalian penyelenggaraan negara.
“Asas Kepentingan umum”
adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
“Asas Keterbukaan”
adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar,jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaran negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
“Asas Proporsionalitas”
adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban Penyelenggara Negara
“Asas Profesionalitas”
adalah
asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
“Asas Akuntabilitas”
adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
pertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Bagi hakim sebagai dasar untuk menguji
dan membatalkan Keputusan TUN yang
digugat (toetsingsgronden)
Bagi Tergugat (Badan/Pejabat TUN) sebagai
pedoman dalam menemukan atau
menentukan hukum yang dipakai di dalam
perbuatan pemerintah (bestuurnormen)
Bagi Penggugat sebagai alasan untuk
mengajukan gugatan (beroepsgronden)
Asas persamaan
Asas Kepercayaan
Asas kepastian hukum
Asas kecermatan/ketelitian
Asas pemberian alasan atau motivasi
Larangan penyalahgunaan wewenang
(detournement de pouvoir)
Larangan bertindak sewenang-wenang (willekeur)
Asas bahwa kesalahan yang dilakukan oleh
pejabat TUN di dalam menerbitkan Keputusan
TUN yang mengakibatkan kerugian bagi pencari
keadilan/ masya rakat, tidak boleh dibebankan
atau menjadi resiko yang bersangkutan.
PETITUM/TUNTUTAN
• Terbatas hanya kepada tuntutan, agar
keputusan tata usaha negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah, dengan atau tanpa disertai
tuntutan ganti rugi dan atau direhabilitasi
Ganti rugi
• menurut Peraturan Pemerintah No 43 tahun
1991 adalah minimal sejumlah Rp 250.000,(dua ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dan
maksimal sejumlah Rp 5.000.000 (Lima Juta
Rupiah).
• Khusus untuk kompensasi akibat tidak dapat
terlaksananya putusan PTUN di bidang ke
pegawaian, nilainya ditentukan minimal Rp
100.000,- (Seratus Ribu Rupiah) dan paling
banyak Rp 2000.000,- (Dua Juta Rupiah)
PERMOHONAN TAMBAHAN
• Beracara secara Cuma-Cuma
• Penangguhan/penundaan KTUN yang
disengketakan
• Beracara secara cepat
CONTOH PETITUM
Beracara secara Cuma-Cuma
Pasal 60
(1) Penggugat dapat mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan untuk bersengeketa
dengan cuma-cuma.
(2) Permohonan diajukan pada waktu penggugat
mengajukan gugatannya disertai dengan surat
keterangan tidak mampu dari kepala desa atau
lurah di tempat kediaman pemohon.
(3) Dalam keterangan tersebut harus dinyatakan
bahwa pemohon itu betul-betul tidak mampu
membayar biaya perkara.
Penangguhan KTUN yang
disengketakan
• PTUN menganut azas Presumptio
iustae
causa/ het vermoeden van rechtmatigheid
(artinya setiap keputusan yang di sengketakan ,
harus dianggap sah dan dapat dilaksanakan
walaupun terdapat gugatan atas keputusan
tersebut).
• Dalam hal terjadi suatu kondisi yang memaksa,
terkadang
Penggugat
menghendaki
adanya
penundaan pelaksanaan keputusan Tata Usaha
Negara yang dipersengketakan, sampai ada
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum
tetap.
Ciri peradilan cepat
Menurut Pasal 99 UU PTUN:
• Diperiksa hakim tunggal;
• Tenggang waktu untuk jawaban dan
pembuktian bagi kedua belah
pihakmasing-masing ditentukan tidak
melebihi 14 hari;
• Tanpa melalui prosedur pemeriksaan
persiapan;
PERTIMBANGAN HAKIM
Pasal 67 UU PTUN sebagai berikut:
a.Dapat dikabulkan hanya apabila terdapat ke
adaan yang sangat mendesak yang meng
akibatkan kepentingan penggugat sangat di
rugikan jika Keputusan tata Usaha Negara yang
digugat itu tetap dilaksanakan;
b. Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan
umum dalam rangka pembangunan meng
haruskan dilaksanakannya keputusan tersebut.
STOP PRESS
MAHASISWA ANGKATAN 200X
TERTANGKAP TANGAN KETIKA
SEDANG BERUSAHA MENCURI
LCD DI RUANG P.111.
BAGAIMANA NASIBNYA ?
Kasus
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Iwan blero, mahasiswa Fakultas Hukum UNDIP angkatan 200X,
karena terdesak membayar biaya kos-kosan, dia terpaksa mencuri
LCD yang ada di ruang P.111.
Sayang pencurian tersebut gagal, karena ia tertangkap oleh teman
seangkatannya, dan kemudian dilaporkan ke Dekan.
Oleh Dekan kasus tersebut dibuatkan berita acara pemeriksaan,
dan kemudian dimintakan sanksi pemecatan kepada Rektor.
Berdasarkan permohonan tersebut.
Rektor kemudian melakukan konfirmasi kepada Dekan tentang
usulan tersebut, dan kemudian Rektor menerbitkan Surat
Keputusan Rektor UNDIP no 15/200X yang isinya memecat Iwan
Blero, sebagai Mahasiswa UNDIP sejak SK diterbitkan.
Orangtua Iwan Blero tentu berang mendengar anaknya dipecat,
karena Iwan adalah harapan warga di desanya, disamping itu
barang yang dicuri juga tidak hilang ,jadi tidak ada kerugian UNDIP.
Apakah terhadap SK rektor UNDIP dapat diajukan Gugatan PTUN ?
Siapa yang digugat ?
Alasan hukum apa yang akan digunakan dalam gugatan ?
Apa petitum yang saudara ajukan, jika jadi kuasa Hukum
Tenggang Waktu Mengajukan
Gugatan (beroepstermijn)
• Pasal 55 UU No 5 tahun 1986 yo UU No
9 Tahun 2004 yang menyatakan batas
90 (sembilan puluh) hari sejak saat
diterimanya atau diumumkannya ke
putusan yang disengketakan.
CARA MENGHITUNG TENGGANG WAKTU
PENGAJUAN GUGATAN
• TEORI PENERIMAAN
(ONTVANG THEORY)
• TEORI PENGIRIMAN
(VERZEND THEORY)
• TEORI PENGETAHUAN
Tempat Pengajuan Gugatan
Pasal 54 UU No 5 tahun 1986 sebagai berikut:
(1) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang ber
wenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat.
(2) Apabila tergugat lebih dari satu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan
berkedudukan tidak dalam satu daerah hukum pengadilan, gugatan diajukan ke
pada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan salah satu
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara.
(3) Dalam hal tempat kedudukan tergugat tidak berada dalam daerah hukum peng
adilan tempat kediaman penggugat, maka gugatan dapat diajukan ke pengadilan
yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat untuk selanjutnya
diteruskan kepada Pengadilan yang bersangkutan.
(4) Dalam hal - hal tertentu sesuai dengan sifat sengketa Tata Usaha Negara yang
bersangkutan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah, gugatan dapat diajukan
kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat ke
diaman penggugat.
(5) Apabila penggugat dan tergugat berkedudukan atau berada di luar negeri, gugat
an diajukan kepada Pengadilan di Jakarta.
(6) Apabila tergugat berkedudukan di dalam negeri dan penggugat di luar negeri, gugat
an diajukan kepada pengadilan di tempat kedudukan tergugat.
RAPAT
PERMUSYAWARATAN
RAPAT PERMUSYAWARATAN
• PEMERIKSAAN ADMINISTRASI
• DILAKUKAN OLEH KETUA PTUN
• DASAR HUKUMNYA PASAL 62 UU NO
5 TH 1986
Rapat Permusyawaratan
• Disebut sebagai Dismissal Process
• Ketua PTUN
memeriksa dan memutus
dengan suatu penetapan , apakah surat gugat
yang di masukkan telah memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan perundang- undangan.
• Jika tidak memenuhi persyaratan yang diatur
dalam UU No 5 tahun 1986 , maka gugatan
dapat dinyatakan TIDAK DITERIMA.
Dasar pertimbangan Ketua PTUN, untuk menyatakan
suatu gugatan dinyatakan TIDAK DITERIMA
a. Pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk
dalam wewenang pengadilan;
b. Syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 56 tidak dipenuhi oleh Penggugat sekalipun ia
telah diberi tahu dan diperingatkan;
c. Gugatan tersebut tidak didasarkan kepada alasan alasan yang layak;
d. Apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah
terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat
e. Gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat
waktunya
UPAYA PERLAWANAN
• Terhadap putusan Ketua Pengadilan TUN tersebut,
Penggugat dapat melakukan upaya perlawanan. Upaya
ini diajukan paling lambat 14 (empat belas ) hari, sejak
putusan dibacakan .
• Upaya perlawanan ini kemudian disidangkan, dan apa
bila hasil upaya perlawanan ini menyatakan perlawan
an diterima, maka dengan sendirinya putusan Ketua
PTUN gugur. Sebaliknya apabila dalam upaya per
lawanan ternyata perlawanan ditolak, maka Penggugat
tidak ada upaya hukum lagi Pasal 62 ayat 3 huruf a UU
No 5 tahun 1986
DI DALAM RAPAT PERMUSYAWARATAN
DIPUTUS PULA
• PERMOHONAN BERACARA SECARA
CUMA-CUMA
• PERMOHONAN BERACARA SECARA
CEPAT
• PERMOHONAN PENANGGUHAN
KTUN YANG DIGUGAT
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
PEMERIKSAAN PERSIAPAN
• TUJUANNYA MEMATANGKAN PERKARA
• DIPIMPIN OLEH KETUA MAJELIS HAKIM
• MAJELIS BERHAK UNTUK:
A. MEMANGGIL PEJABAT TERKAIT DENGAN PERKARA TERSEBUT UNTUK DIMINTAI KETERANGAN
B. MEMBERI NASIHAT KEPADA PENGGUGAT UNTUK MEMPERBAIKI GUGATAN DALAM TEMPO 30 HARI
C. APABILA DALAM 30 HARI TIDAK DIPERBAIKI MAKA GUGATAN
DINYATAKAN TIDAK DAPAT DITERIMA
D. TIDAK ADA UPAYA HUKUM UNTUK PUTUSAN PEMERIKSAAN
PERSIAPAN
Pemeriksaan Persiapan
1. Hakim wajib memberi nasihat kepada penggugat
untukmemperbaiki
gugatan dan melengkapinya dengan data yang diperlukan dalam jangka
waktu tiga puluh hari.
2. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari ternyata Penggugat belum
menyempurnakan gugatan nya, maka Hakim dapat menyatakan dengan
putusan bahwa gugatan Tidak Diterima. Dalam hal Gugatan dinyatakan Tidak
Diterima karena alasan Penggugat tidak menyem purnakan gugatannya
dalam tenggang waktu 30 hari, maka
Penggugat tidak dapat dilakukan
upaya hukum lagi, tetapi kepada Penggugat diberi kesempatan untuk
mengajukan gugatan baru.
3. Hakim dapat meminta penjelasan kepada Badan atau pejabat Tata Usaha
negara yang bersangkutan, selain meminta penjelasan Hakim dapat
memberikan bantuan kepada Penggugat untuk mendapatkan bukti-bukti
yang diperlukan, terutama apabila bukti-bukti tersebut justru ada pada
Tergugat.
Hakim dapat melakukan pengumpulan data atau
keterangan yang bersumber dari :
a.Keterangan-keterangan resmi dari pihak
pemerintah
b.Keterangan-keterangan resmi lainnya
yang diperlukan yang mungkin juga di
dapat dari pihak ketiga
c.Pendapat dan dalil-dalil dari para pihak
sendiri
SIDANG UTAMA
Sidang Utama
• Berdasar Pasal 64 ayat 2 UU No 5
tahun 1986, maka jarak antara
pemanggilan dengan hari sidang
tidak boleh kurang dari 6 (enam) hari
Pasal 64
(1) Dalam menentukan hari sidang, Hakim harus mempertimbangkan jauh
dekatnya tempat tinggal kedua belah pihak dari tempat persidangan.
(2) Jangka waktu antara pemanggilan dan hari sidang tidak boleh kurang dari
enam hari, kecuali dalam hal sengketa tersebut harus diperiksa dengan
acara cepat sebagaimana diatur dalam Bagian Kedua Paragraf 2.
SIDANG UTAMA
• KETUA MAJELIS HAKIM MEMBUKA
SIDANG DAN WAJIB MENYATAKAN
SIDANG TERBUKA UNTUK UMUM
KECUALI UNTUK KASUS TERTENTU
(menyangkut ketertiban umum atau
keselamatan negara),
BERDASAR PASAL 70 AYAT 3 UU PTUN
MENYEBABKAN BATAL PUTUSANNYA
Ketidakhadiran pihak Penggugat
• Pengguggat tidak hadir tanpa alasan
yang dibenarkan hukum, dan kemudian
dalam
pemanggilan kedua Penggugat
juga tetap tidak hadir di persidangan meski
telah dipanggil secara sah, maka berdasar
ketentuan Pasal 71 ayat 1 UU PTUN
Hakim dapat menyatakan Gugatan
Gugur , dan Penggugat hanya berhak
memasukkan gugatan baru sekali lagi
setelah membayar biaya perkara
APABILA PENGGUGAT TIDAK HADIR 2 X
BERTURUT TURUT TANPA ALASAN YANG
SAH MAKA BERDASAR PASAL 71 UU NO
5 /1986 GUGATANNYA DINYATAKAN
GUGUR
TERGUGAT TIDAK HADIR
• DIPANGGIL SEKALI LAGI
• DIKIRIM SURAT KE ATASANNYA
• DALAM 2 (DUA) BULAN TIDAK ADA
KABAR DARI ATASANNYA MAUPUN
TERGUGAT , MAKA SIDANG
DILANJUTKAN TANPA HADIRNYA
TERGUGAT (PTUN TIDAK MENGENAL
VERSTEK)
Intervensi Pihak Ketiga
MASUKNYA KE PERSIDANGAN PIHAK KE-TIGA DI LUAR PIHAK YANG
SEDANG BERSENGKETA UNTUK MEMPERTAHANKAN HAK-HAKNYA
a. Pihak ketiga yang mengajukan intervensi
sendiri. (tussenkomt)
b. Salah satu pihak yang sedang berperkara
baik pihak Penggugat maupun Tergugat.
c. Kehendak atau inisiatip dari Hakim,
apabila Hakim memandang perlu untuk
memasukan pihak ketiga ke dalam
sidang yang sedang berjalan.(voeging)
EKSEPSI
EKSEPSI
(SANGGAHAN TERGUGAT ATAS GUGATAN PENGGUGAT,YANG
TIDAK MENGENAI POKOK PERKARA, APABILA DITERIMA
GUGATAN DINYATAKAN TIDAK DAPAT DITERIMA)
• EKSEPSI TENTANG KEWENANGAN
KOMPETENSI PENGADILAN
• EKSEPSI LAIN-LAIN
ERROR IN PERSONNA, OBSCUUR LIBEL DLL
EKSEPSI MENGENAI KEWENANGAN
DAN KOMPETENSI PENGADILAN
• EKSEPSI KEWENANGAN ABSOLUT
MENGENAI SIFAT PERKARANYA
• EKSEPSI KEWENANGAN RELATIF
MENGENAI WEWENANG HAKIM YANG
BERHUBUNGAN DENGAN DAERAH HUKUMNYA
EKSEPSI ABSOLUT
• DIPUTUS TERLEBIH DULU DENGAN
PUTUSAN SELA
• PIHAK YANG DIKALAHKAN DAPAT
AJUKAN BANDING ATAS PUTUSAN SELA
TERSEBUT
EKSEPSI KEWENANGAN
RELATIF
• DIPUTUS BERSAMA-SAMA DENGAN
POKOK PERKARA
• PENGAJUAN BANDING ATAS PUTUSAN
TTG EKSEPSI RELATIF DIAJUKAN
BERSAMA DENGAN POKOK PERKARA
Eksepsi
• Eksepsi baik mengenai kewenangan absolut, maupun
relatip, terhadap eksepsi kewenangan absolut berdasar
Pasal 77 UU PTUN dapat diajukan sepanjang waktu,
• Hakim meskipun tidak ada eksepsi, berdasar jabatan
nya bisa menyatakan PTUN tidak berwenang, apabila
diketahui dasar-dasar yang menguatkan pendapatnya
itu.
• Eksepsi terhadap kewenangan relatip, hanya dapat
diajukan sebelum Tergugat mengajukan jawaban atas
surat gugat, dan akan diputus sebelum pokok
sengketa diputus, sedangkan eksepsi lainnya diputus
bersama putusan pokok perkara
Sidang Utama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pembacaan gugatan
Jawaban tergugat terhadap gugatan P
Replik Penggugat atas jawaban T
Duplik Tergugat atas Replik P
Pembuktian
Kesimpulan
Putusan
Perubahan Gugatan atau Jawaban
• Penggugat berhak merubah gugatan
sampai Replik;
• Tergugat berhak merubah jawaban
sampai duplik
• Penggugat dapat mencabut gugatan
sepanjang tergugat belum menyampaikan
jawaban, jika tergugat sudah menyampai
kan jawaban maka pencabutan harus ijin
tergugat
PEMBUKTIAN
PRINSIP PEMBUKTIAN
1. MENCARI KEBENARAN MATERIIL
2. BEBAN PEMBUKTIAN KEPADA PIHAK
YANG PALING MUNGKIN
MEMBUKTIKAN
3. PRESUMPTIO IUSTAE CAUSA
4. BEBAS TERBATAS
Pasal 107
Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian
beserta penilaian pembuktian, dan untuk sahnya pembuktian diperlukan
sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim.
Pembuktian
a.
b.
c.
d.
e.
Surat atau tulisan
Keterangan ahli
Keterangan saksi
Pengakuan para pihak
Pengetahuan hakim
BUKTI TULISAN
Pasal 101
Surat sebagai alat bukti terdiri atas tiga jenis ialah:
a. akta otentik, yaitu surat yang dibuat oleh atau di hadapan
seorang pejabat umum, yang menurut peraturan perundangundangan berwenang membuat surat itu dengan maksud
untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau
peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;
b. akta di bawah tangan, yaitu surat yang dibuat dan ditanda
tangani oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan maksud
untuk dipergunakan sebagai alat bukti tentang peristiwa atau
peristiwa hukum yang tercantum di dalamnya;
c. surat-surat lainnya yang bukan akta.
KETERANGAN AHLI
Pasal 102
(1) Keterangan ahli adalah pendapat orang yang di
berikan di bawah sumpah dalam persidangan
tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman
dan pengetahuannya.
(2) Seseorang yang tidak boleh didengar sebagai
saksi berdasarkan Pasal 88 tidak boleh mem
berikan keterangan ahli.
KETERANGAN SAKSI
Pasal 104
• Keterangan saksi dianggap sebagai alat
bukti apabila keterangan itu berkenaan
dengan hal yang dialami, dilihat, atau
didengar oleh saksi sendiri.
Pihak yang tidak boleh didengar sebagai saksi
menurut Pasal 88 UU PTUN adalah
a. Keluarga sedarah atau semenda menurut garis
keturunan lurus ke atas atau ke bawah sampai
derajat ke dua dari salah satu pihak yang ber
sengketa
b. Istri atau suami salah seorang pihak yang
bersengketa meskipun sudah bercerai
c. Anak yang belum berusia tujuh belas tahun
d. Orang sakit ingatan
Undur diri saksi
• Pasal 89 ayat 1 UU PTUN)
a. Saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan
perempuan salah satu pihak
b. Setiap orang yang karena martabat, pekerjaan atau
jabatannya diwajibkan merahasiakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan martabat, pekerjaan atau
jabatannya itu. (Hakim akan mempertimbangkan apakah
seseorang itu mempunyai dasar kewajiban merahasia
kan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan,
martabat jabatannya)
PENGAKUAN
• Pasal 105
• Pengakuan para pihak tidak dapat ditarik
kembali kecuali berdasarkan alasan yang
kuat dan dapat diterima oleh Hakim.
PENGETAHUAN HAKIM
• Pasal 106
• Pengetahuan Hakim adalah hal yang
olehnya diketahui dan diyakini kebenar
annya.
KASUS PEMECATAN
• Subroto seorang guru SMAN 150 Semarang dengan
pangkat IV C diberhentikan dengan tidak hormat dengan
SK Walikota Semarang No 16/SK/PNS/I/2012 tertanggal
10 nopember 2012 dikarenakan ybs menunggak pem
bayaran kredit rumahnya di Bank BPG Jawa Tengah
sampai 1 (satu) tahun lamanya.
• Pihak bank sudah berusaha membujuk Subroto agar
mau melunasi kredit yang agunannya adalah rumah
Subroto, sebab ternyata rumah tersebut telah rusak
terkena banjir, dan andai dijualpun oleh Bank , tetap
tidak cukup untuk melunasi hutang subroto tersebut.
• Karena merasa diabaikan oleh subroto, kemudian BPG
mengirim surat tegoran kepada Subroto hingga 6 kali,
surat tersebut juga dikirimkan ke Kepala Diknas
Semarang.
• Atas dasar surat tersebut Kepala Diknas telah
mengirim surat tegoran sampai 3 (tiga) kali
kepada Subroto, tetapi tetap diabaikan, karena
memang tidak ada uang untuk membayar
hutang tersebut.
• Subroto kemudian dipanggil menghadap,
dengan panggilan 3 (tiga) kali pula, tetapi surat
tersebut tidak ditanggapi.
• Karena merasa kesal diabaikan bawahannya,
Kepala Diknas kemudian mengajukan kepada
Walikota untuk memecat Subroto sebagai
PNS,sebab dianggap telah melanggar PP 53
tahun 2010.
• Atas dasar usulan tersebut Walikota kemudian
menerbitkan Surat Keputusan Pemecatan atas
nama Subroto.
• Subroto tentu tidak terima, sebab hutang kredit
tersebut, tidak melalui kantor tetapi bersifat
pribadi, dan kalaupun macet toh sudah ada
jaminannya yaitu rumahnya, sehingga BPG
seharusnya tidak perlu melakukan tegoran
seperti itu
• Subroto kini kehilangan gajinya sebesar Rp
2.500.000,-. Tentu subroto ingin bekerja kembali,
sebab dirinya harus membiayai istri dan 3 (tiga)
orang anaknya.
• Subroto pernah menjadi Guru teladan se
Semarang pada tahun 2012 dan DP3 tahun
2012 rata-rata bernilai 92
Tugas saudara
• Jelaskan siapa yang akan saudara Gugat dan
mengapa anda menggugat ybs ?
• Jelaskan alasan gugatan saudara
(fundamentum petendi) beradasar Pasal 53 ayat
2 UU Peratun, dan jelaskan ratio legisnya ?
• Jelaskan tuntutan apa saja yang akan saudara
ajukan dan apa alasannya saudara mengajukan
tuntutan tersebut
• Jelaskan alat bukti apa saja yang akan saudara
ajukan, dan apa alasan saudara mengajukan
alat bukti tersebut
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• PENEGUHAN DALIL-DALIL PENGGUGAT/
TERGUGAT BERDASARKAN FAKTA DAN
BUKTI YANG ADA DI PERSIDANGAN
PUTUSAN
PUTUSAN
Pasal 108
(1) Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum.
(2) Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak
hadir pada waktu putusan Pengadilan diucapkan, atas
perintah Hakim Ketua Sidang salinan putusan itu
disampaikan dengan surat tercatat kepada yang
bersangkutan.
(3) Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berakibat putusan Pengadilan tidak sah
dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
FORMAT PUTUSAN DAN KONSEKWENSINYA
Pasal 109
(1) Putusan Pengadilan harus memuat:
a. Kepala putusan yang berbunyi: "DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA";
b. nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau tempat
kedudukan para pihak yang bersengketa;
c. ringkasan gugatan dan jawaban tergugat yang jelas;
d. pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang
terjadi dalam persidangan selama sengketa itu diperiksa;
e. alasan hukum yang menjadi dasar putusan;
f. amar putusan tentang sengketa dan biaya perkara;
g. hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera,
serta keterangan tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.
(2) Tidak dipenuhinya salah satu ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat menyebabkan batalnya putusan Pengadilan.
Putusan
a.
b.
c.
d.
Gugatan Ditolak
Gugatan Dikabulkan
Gugatan Tidak diterima
Gugatan Gugur
A.Gugatan Ditolak
• Apabila
Apabila penggugat
penggugat gagal
gagal membuktikan
membuktikan
dalil-dalilnya,
dalil-dalilnya, meskipun
meskipun surat
surat gugatnya
gugatnya
memenuhi
memenuhi syarat-syarat
syarat-syarat yang
yang ditentukan
ditentukan
B.Gugatan Dikabulkan
• Apabila Penggugat berhasil membuktikan
dalil-dalil dalam gugatannya
C.Gugatan Tidak diterima
• Apabila Penggugat dalam membuat surat
Gugat tidak memenuhi syarat, atau hal-hal
yang berkaitan dengan ketentuan Pasal
62 ayat 1 huruf a,b,c,d UU No 5 tahun
1986
Pasal 62
(1) Dalam rapat permusyawaratan, Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu
penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu
dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dalam hal:
a. pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan;
b. syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak dipenuhi oleh penggugat
sekalipun ia telah diberi tahu dan diperringatkan;
c. gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak;
d. apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha Negara
yang digugat;
e. gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
Dalam amar yang mengabulkan gugatan
Penggugat,hakim dapat membebankan tambahan
kewajiban seperti: (Pasal 97 ayat 9 UU PTUN)
•
•
•
Mencabut Keputusan TUN yang
disengketakan.
Mencabut Keputusan TUN yang disengketa
kan dan menerbitkan keputusan yang baru
Penerbitan Keputusan TUN dalam hal
gugatan didasarkan pada Pasal 3 UU No 5
tahun 1986. Khusus dalam hal masalah
kepegawaian dapat pula ditambahkan ganti
rugi, rehabilitasi maupun kompensasi.
APABILA PENGGUGAT 2 KALI BERTURUT
TURUT TIDAK HADIR DI PERSIDANGAN
TANPA ALASAN WALAUPUN SUDAH
DIPANGGIL SECARA PATUT
ERGA OMNES
• PUTUSAN PTUN BERLAKU DAN
MENGIKAT UMUM ATAU PUBLIK
• Hal ini berbeda dengan Putusan hakim
Perdata yang hanya mengikat para pihak
saja
ASAS LARANGAN ULTRA
PETITA
• HAKIM TIDAK BOLEH MEMUTUS
MELEBIHI APA YANG DITUNTUT
ASAS LARANGAN
MENCAMPURADUKKAN KEWENANGAN
• “dat de rechter niet op de stoel van het
bestuur mag gaan zitten” (hakim tidak
boleh duduk di kursi pemerintah” )
• Misalnya, Hakim menerbitkan Putusan yang
isinya merupakan kewenangan eksekutif ,
misal Hakim yang menetapkan nilai mata
kuliah seseorng dalam putusannya
REFORMATIO IN PEIUS
• Hakim dapat memutus hukuman yang
membuat status kedudukan Penggugat
menjadi lebih buruk dari Kondisi sebelum
gugatan diajukannya.
• Misalnya: Penggugat (PNS) yang mangkir kerja 50 hari
dan menggugat ke PTUN karena dirinya dikenakan
sanksi penuruan pangkat, maka hakim justru
memutuskan memberhentikan dengan tidak hormat
sesuai ketentuan PP No 53 tahun 2010
PEMERIKSAAN DI TINGKAT
BANDING
Putusan yang dapat diajukan banding
adalah:
tenggang waktu 14 (empat belas) hari, sejak
putusan PTUN di tingkat pertama diberi
tahukan kepadanya secara sah
1. Putusan akhir PTUN
2. Putusan atas penetapan penangguhan
/ penundaan ketetapan TUN yang
digugat.
3. Putusan sela atas permohonan
eksespsi baik absolut maupun relatif
Putusan yang tak dapat diajukan
Banding
• Tidak semua Putusan PTUN dapat diajukan banding,
ada beberapa putusan yang tidak dapat diajukan
banding yaitu:
1. penetapan Ketua Pengadilan menurut pasal 62 ayat 1;
2. Putusan Majelis Perlawanan terhadap penetapan Ketua
Pengadilan tersebut (pasal 62 ayat 6)
3. Penetapan Ketua Pengadilan mengenai permohonan
untuk beracara dengan cuma-cuma (pasal 61 ayat 2)
4. Putusan mengenai perlawanan pihak ketiga terhadap
pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap
Pasal 62
(1) Dalam rapat permusyawaratan, Ketua Pengadilan berwenang memutuskan dengan suatu
penetapan yang dilengkapi dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan
itu dinyatakan tidak diterima atau tidak berdasar, dalam hal:
a. pokok gugatan tersebut nyata-nyata tidak termasuk dalam wewenang Pengadilan;
b. syarat-syarat gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 tidak dipenuhi oleh penggugat
sekalipun ia telah diberi tahu dan diperringatkan;
c. gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan-alasan yang layak;
d. apa yang dituntut dalam gugatan sebenarnya sudah terpenuhi oleh Keputusan Tata Usaha
Negara yang digugat;
e. gugatan diajukan sebelum waktunya atau telah lewat waktunya.
(2)a. Penetapan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) diucapkan dalam rapat permusyawaratan
sebelum hari persidangan ditentukan dengan memanggil kedua belah pihak untuk
mendengarkannya;
b. Pemanggilan kedua belah pihak dilakukan dengan surat tercatat oleh Panitera Pengadilan
atas perintah Ketua Pengadilan.
(3) a. Terhadap penetapan sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diajukan perlawanan
kepada Pengadilan dalam tenggang waktu empat belas hari setelah diucapkan;
b. Perlawanan tersebut diajukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
56.
(4) Perlawanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diperiksa dan diputus oleh Pengadilan
dengan acara singkat.
(5)
Dalam hal perlawanan tersebut dibenarkan oleh Pengadilan, maka penetapan sebgaimana
dimaksud dalmn ayat (1) gugur demi hukum dan pokok gugatan akan diperiksa, diputus dan
diselesaikan menurut acara biasa.
(6) Terhadap putusan mengenai perlawanan itu tidak dapat digunakan upaya hukum.
PENETAPAN YANG TAK BISA
DIAJUKAN BANDING
Pasal 60
(1) Penggugat dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan untuk
bersengeketa dengan cuma-cuma.
(2) Permohonan diajukan pada waktu penggugat mengajukan gugatannya
disertai dengan surat keterangan tidak mampu dari kepala desa atau lurah
di tempat kediaman pemohon.
(3) Dalam keterangan tersebut harus dinyatkan bahwa pemohon itu betul-betul
tidak mampu membayar biaya perkara.
Pasal 61
(1) Permohonan gebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 harus diperiksa dan
ditetapkan oleh Pengadilan sebelum pokok sengketa diperiksa.
(2) Penetapan ini diambil di tingkat pertama dan terakhir.
(3) Penetapan Pengadilan yang telah mengabulkan permohonan penggugat
untuk bersengketa dengan cuma-cuma di tingkat pertama, juga berlaku di
tingkat banding dan kasasi.
Pemohon Banding
•
•
•
•
Penggugat
Tergugat
Penggugat dan Tergugat
Interventor
Hukum Acara Banding
• Permohonan Banding diajukan maksimal 14 hari setelah
Putusan diberitahukan kepada para pihak
• Permohonan banding diajukan dengan mengisi surat
permohonan banding pada bagian Panitera Muda bagian
upaya hukum, dan membayar uang biaya perkara
• Apabila pemohon mengajukan permohonan dengan
menggunakan kuasa hukum, maka harus dilampiri surat
kuasa khusus mermeterai cukup.
• Surat kuasa tersebut harus didaftarkan di panitera dan
membayar biaya pendaftaran
Hukum Acara Banding
• Setelah permohonan didaftarkan ,Kepala
Panitera memberitahukan kepada pihak
Termohon banding.
• Kepala Panitera selambatnya 30 hari
sejak pencatatan permohonan
memberitahukan kepada para pihak untuk
melihat berkas perkara (INZAKE), dalam
tenggang waktu 30 hari sejak diterimanya
pemberitahuan.
INZAKE
• Tujuannya untuk melihat berkas perkara
guna mempersiapkan pembuatan memori
banding dan kontra memori banding
• Pada saat inzake, hanya diperkenankan
untuk melihat dan mencatat, dan tidak
diperkenankan untuk menggandakan
berkas
Memori Banding
• Berisi alasan-alasan pengajuan
permohonan banding, khususnya
keberatan atas putusan PTUN
• Keberatan mengenai fakta hukumnya dan
bukan mengenai penerapan hukumnya
• Tidak bersifat wajib
• Setelah memori banding diserahkan,
maka kepala Panitera mengirimkannya
kepada pihak Termohon Banding.
• Termohon Banding berhak untuk membuat
Kontra memori Banding, yang berisi
sanggahan atas keberatan yang diajukan
oleh Pemohon Banding dalam memori
banding.
Pemberkasan
• Dalam hal berkas permohonan banding
telah lengkap, maka selambat-lambatnya
dalam tempo 60 hari sejak pencatatan
permohonan, seluruh berkas dikirim
kepada PTTUN
• Kepala Panitera memberitahukan kepada
para pihak ,tentang telah dikirimkannya
berkas permohonan banding tersebut.
Pemeriksaan di PTTUN
• Dalam hal berkas telah diterima oleh
PTTUN, maka panitera muda perkara
kemudian akan mencatat berkas perkara
tersebut, serta memberikan nomor register
banding:
• Contoh: 120/B/TUN/2008/PTTUN Sby
• Kepala Panitera dengan surat tercatat
akan memberitahukan kepada para pihak
nomor register banding tersebut.
Pemeriksaan di PTTUN
• Setelah diberi nomor register, Kepala
Panitera menyerahkan berkas kepada
Ketua PTTUN untuk kemudian menunjuk
Majelis Hakim pemeriksanya
• Majelis Hakim Pemeriksa banding minimal
terdiri 3 orang
• Penentuan majelis Hakim, memperhatikan
larangan-larangan bagi hakim dan
panitera
WAJIB UNDUR DIRI
Pasal 78
(1) Seorang Hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan
apabila terikat hubungan keluarga sedarah, atau semenda
sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau isteri
meskipun telah bercerai, dengan salah seorang Hakim Anggota
atau Panitera.
(2) Seorang Hakim atau Panitera wajib mengundurkan diri dari
persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau
semanda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau isteri
meskipun telah bercerai dengan tergugat, penggugat atau
penasihat hukum.
(3) Hakim atau Panitera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) harus diganti, dan apabila tidak diganti atau tidak
mengundurkan diri sedangkan sengketa telah diputus, maka
sengketa tersebut wajib segera diadili ulang dengan susunan
yang lain.
KEWAJIBAN UNDUR DIRI
• Pasal 79
(1) Seorang Hakim atau Panitera wajib mengundurkan diri apabila ia
berkepentingan langsung atau tidak langsung atas suatu sengketa.
(2) Pengunduran diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan atas kehendak Hakim atau Panitera, atau atas
permintaan salah satu atau pihak-pihak yang bersengketa.
(3) Apabila ada keraguan atau perbedaan pendapat mengenai hal
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka pejabat Pengadilan
yang berwenang yang menetapkan.
(4) Hakim atau Panitera sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) harus diganti dan apabila tidak diganti atau tidak
mengundurkan diri sedangkan sengketa telah diputus, maka
sengketa tersebut wajib segera diadili ulang dengan susunan yang
lain.
• Pasal 127 UU No 5 tahun 1986
(1) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara memeriksa dan memutus perkara
banding dengan sekurang-kurangnya tiga orang Hakim.
(2) Apabila Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berpendapat bahwa
pemeriksaan Pengadilan Tata Usaha Negara kurang lengkap, maka
Pengadilan Tinggi tersebut dapat mengadakan sidang sendiri untuk
mengadakan pemeriksaan tambahan atau memerintahkan Pengadilan Tata
Usaha Negara yang bersangkutan melaksanakan pemeriksaan tambahan
itu.
(3)Terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang menyatakan tidak
berwenang memeriksa perkara yang diajukan kepadanya, sedang
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berpendapat lain, Pengadilan Tinggi
tersebut dapat memeriksa dan memutus sendiri perkara itu atau
memerintahkan Pengadilan Tata Usaha Negara yang bersangkutan
memeriksa dan memutusnya.
(4) Panitera Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam waktu tiga puluh hari
mengirimkan salinan putusan Pengadilan Tinggi beserta surat pemeriksaan
dan surat lain kepada Pengadilan Tata Usaha Neg