Undang Undang BI Instrumen Pasar Uang da

TUGAS LKBB MENGENAI UUD BI &
INSTRUMEN PASAR UANG &
RESIKO INVESTASI

Stephanna Juni 20131112100

Instrumen Pasar Uang
1. Call Money (Interbank Call Money Market)
Call Money adalah penempatan atau peminjaman dana jangka pendek (dalam hitungan hari)
antar bank.
Call Money merupakan instrument bank dalam mengatasi kekurangan atau kelebihan dana
jangka pendek yang bersifat sementara.
2. Sertfikat Bank Indonesia (SBI)
SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
Tujuan bank Indonesia mengeluarkan SBI untuk mengurangi peredaran uang di dalam
masyarakat.
Karakteristik SBI:
o Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
o Berjangka waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan.
o Penerbitan dan perdagangan dilakukan dengan sistem diskonto.

o Diterbitkan tanpa warkat, artinya SBI diterbitkan tanpa adanya fisik SBI itu sendiri dan bukti
kepemilikan bagi pemegang hanya berupa pencatatan elektronis.
o Dapat dipindahtangankan (negotiable).
SBI sebagai instrumen kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk tujuan kontraksi
moneter. SBI yang ditebitkan dan diperdagangkan dengan sistem lelang, pada dasarnya
penggunaannya sama dengan penggunaan T-Bills di pasar uang Amerika Serikat. Melalui
penggunaan SBI tersebut, BI dapat secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat bunga di
pasar uang dengan cara mengumumkan Stop Out Rate (SOR).
SOR adalah tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari
peserta lelang. Selanjutnya, SOR tersebut akan dapat dipakai sebagai indikator bagi tingkat suku
bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.
SOR merupakan kebijakan Bank Indonesia dalam melakukan penjualan SBI secara lelang
kepada Bank atau Lembaga Keuangan atau melalui Broker, dengan tujuan:
– Untuk mengendalikan baik volume uang beredar maupun tingkat bunga melalui target volume
yang diinginkan dan tingkat bunga dalam suatu batas tertentu.

– Dengan menyerahkan tingkat bunga pada Prime Dealer untuk jumlah 60%, maka tingkat
bunga menjadi wajar.
Pola pembelian SBI:
o Pembelian melalui Pasar Perdana (langsung ke BI)

o Pembelian melalui Pasar Sekunder
o Pembelian melalui Broker
Sebelum jatuh tempo SBI boleh diperjualbelikan, baik oleh Bank, LKBB, maupun masyarakat
atau dunia usaha setiap saat melalui pasar sekunder. Untuk itu Security House (perantara) akan
membeli atau menjual SBI setiap hari dengan tingkat diskonto yang berlaku di pasar. Untuk
memperlancar perdagangan SBI ini Bank Sentral Indonesia menunjukkan beberapa market dan
broker yang terdiri dari Bank-bank Umum sebagai lembaga penunjang dalam perdagangan SBI.
Market maker disini bertindak sebagai penggerak pasar sekunder.
Dalam hal ini market maker bertindak sebagai dealer yang berkewajiban sbb:
Membuat dan mengumumkan quotation.
Secara aktif mengajukan penawaran dan permintaan SBI di pasar sekunder. Membeli dan
menjual SBI dari dan kepada pihak yang mencari dan menawarkan SBI di pasar sekunder.
Pembelian dan penjualan SBI dapat dilakukan baik secara outright maupun repo.
(Transaksi outright adalah transaksi jual beli SBI atas dasar sisa jangka waktu SBI yang
bersangkutan, tidak ada kewajiban bagi penjual untuk membeli kembali sebelum jatuh tempo;
sedangkan transaksi repo adalah transaksi dengan perjanjian bahwa penjual wajib membeli
kembali SBI yang bersangkutan sesuai jangka waktu yang dijanjikan).
3. Sertifikat Deposito
Instrumen keuangan yang diterbitkan oleh suatu bank atas unjuk dan dinyatakan dalam suatu
jumlah, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Sertifikat Deposito adalah deposito berjangka

yang bukti simpanannya dapat diperdagangkan. Ciri pokok yang membedakannya dengan
deposito berjangka terletak pada sifat yang dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan
sebelum jangka waktu jatuh temponya melalui lembaga – lembaga keuangan lainnya.
4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
Surat – surat berharga berjangka pendek yang dapat diperjualbelikan secara diskonto dengan
Bank Indonesia atau lembaga diskonto yang ditunjuk oleh BI.

Ditinjau dari jenis transaksi dan warkatnya, SBPU dapat dibedakan sbb:
a. Surat Sanggup (aksep/promes), dapat berupa:
Surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah dalam rangka penerimaan kredit dari bank untuk
membiayai kegiatan tertentu. Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank dalam rangka pinjaman
antar bank.
b. Surat wesel, dapat berupa:
Surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksep oleh pihak lain dalam rangka transaksi
tertentu. Penarik dan atau tertarik adalah nasabah bank. Surat wesel yang ditarik oleh nasabah
bank dan diaksep oleh bank dalam rangka pemberian kredit untuk membiayai kegiatan tertentu.
Mekanisme perdagangan SBPU adalah dunia usaha atau masyarakat yang merupakan nasabah
berbentuk badan usaha maupun perorangan meneluarkan surat aksep atau wesel (sebagai
surat utang) untuk mendapatkan dana dari Bank atau LKBB (Lembaga Keuangan bukan Bank).
Kemudian SBPU dijualbelikan oleh Bank dan LKBB melalui security house (perantara) maupun

melalui pasar sekunder, yaitu diperjualbelikan antara lembaga-lembaga keuangan itu sendiri
serta dunia usaha atau masyarakat. SBPU ini melalui security house juga bisa dijualbelikan ke
Bank Sentral Indonesia.
Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas Bank Umum dan menekan laju inflasi.
5. Banker’s Acceptence
Suatu instrumen pasar uang yang digunakan untuk memberikan kredit pada eksportir atau
importir untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing.
Bank Accetance adalah surat berharga yang timbul karena suatu pihak memiliki tagihan kepada
pihak lain. Oleh karena pihak yang memiliki uang tersebut memerlukan dana dalam waktu
singkat maka tagihan tersebut dapat dijual dengan mendapatkan jaminan pembayaran dari
bank. Biasanya terdapat pada transaksi ekspor/impor yang dilakukan dengan sarana letter of
credit (L/C).
Pihak penjual (eksportir) di luar negeri atau atas bank pembeli di luar negeri atau atas bank
pembeli di luar negeri (opening bank) menurut syarat L/C; pada draft tercantum jumlah uang dan
tanggal pembayaran. Bank penarik draft sebagai bank penerima fasilitas sedangkan bank yang
mengaksep draft (accepting bank) sebagai bank pemberi fasilitas bank pemberi fasilitas Bank
Acceptance.

Jangka waktu Bank acceptance berkirsar antara 1 sampai 6 bulan. Bunga sekuritas didapatkan
dengan sistem diskonto dimana bunganya dibayarkan dimuka berupa diskon terhadap nilai

nominalnya .

Banker’s Acceptance (BA)
BA adalah time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importir atas
suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing. Apabila bank
menyetujui wesel tersebut, bank akan menstempel dengan kata ”accepted” di atas wesel
tersebut dan memprosesnya.
Dengan demikian bank yang menerima dan memproses tersebut memiliki suatu janji atau
jaminan tak bersyarat untuk membayar sebesar nilai nominal aksep tersebut pada saat jatuh
tempo. Hal tersebut berarti bank yang bersangkutan menjamin eksportir dan investor dalam
pasar uang internasional dari kemungkinan adanya gagal bayar (default).
Jangka waktu akseptasi biasanya berkisar 30 sampai 270 hari, namun umumnya 90 hari. Aksep
ini merupakan instrumen pasar uang yang berkualitas tinggi. Akseptasi bank sangat aktif
diperdagangkan antar lembaga-lembaga keuangan, perusahaan industri, dealer surat-surat
berharga sebagai investasi yang berkualitas tinggi dan sangat mudah diuangkan.
Aksep digunakan dalam perdagangan ekspor impor karena banyak eksportir yang tidak pasti
dan tidak yakin betul terhadap credit standing importir yang dikirimi barang. Eksportir sangat
tergantung paa pembiayaan akseptasi oleh bank domestik atau suatu bank asing.
Dengan demikian, aksep adalah instrumen keuangan yang dirancang untuk mengalihkan resiko
perdagangan internasional kepada pihak ketiga yang akan mengambil resiko tersebut karena ia

memiliki keahlian dalam menilai resiko kredit dan menyebarkan resiko tersebut dalam berbagai
pinjaman. Ketiga pihak dalam transaksi tersebut yaitu eksportir, importir dan bank penerbit,
mendapatkan keuntungan dari metode pembiayaan perdagangan internasional ini sebagai
berikut:
– Eksportir dapat menerima uangnya segera tanpa penundaan.
– Importir dapat menunda pembayarannya sesuai dengan jangka waktu credit line yang
disepakati dengan bank.
– Bank penerbit yang memegang Banker’s Acceptance (didiskonto dari eksportir) merupakan
instrumen keuangan yang sangat likuid yang dapat dijual sebelum jatuh tempo melalui dealer
bila membutuhkan likuiditas.

6. Commercial Paper
Promes yang tidak disertai dengan jaminan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh
dana jangka pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang.
Commercial Paper (CP) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan
swasta/BUMN. CP adalah surat janji untuk membayar kembali jumlah hutang yang diterima pada
suatu tanggal tertentu. Bunga CP juga didapatkan dengan menggunakan diskonto Berbeda
dengan Bank Acceptance atauipun Sertifikat Deposito, pelunasan CP tidak dijamin oleh bank
maupun suatu hak kebendaan (Unsecured Promisory Notes).
Commercial Paper pada dasarnya merupakan promes yang tidak disertai dengan jaminan

(unsequred promissory notes), diterbitkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana jangka
pendek dan dijual kepada investor dalam pasar uang. Penerbit berjanji akan membayar
sejumlah tertentu uang pada saat jatuh tempo. Penerbit CP adalah perusahaan yang
mempunyai kredibilitas tinggi.
Jangka waktu jatuh tempo CP ini berkisar mulai dari beberapa hari sampai 270 hari.
Penjualan CP dilakukan umumnya dengan sistem diskonto, namun beberapa diantaranya
menggunakan bunga sebagaimana halnya dengan kredit.
Dalam pelaksanaannya seringkali CP diterbitkan dengan backup fasilitas credit line dari bank
yang jumlahnya mendekati atau sama dengan nilai CP yang diterbitkan. Dalam
perkembangannya di beberapa negara, CP diterbitkan dengan dukungan aset perusahaan
lainnya, misalnya piutang, dsb. Bahkan perkembangan terakhir CP diterbitkan dengan bank
garansi atau jaminan dari perusahaan induknya. Namun kasus ini terjadi bila investor tertentu
meminta jaminan dari nilai CP yang dibeli dalam jumlah besar.
Penerbitan CP dapat dilakukan secara langsung kepada investor maupun secara tidak langsung
dengan menggunakan jasa perantara.
Kelebihan CP bagi penerbit dan investor antara lain sbb:
Bagi Penerbit:
a. Tingkat bunga CP lebih rendah daripada prime rate, yaitu tingkat bunga kredit yang dikenakan

perbankan kepada nasabah utamanya, sehingga biaya dana akan menjadi lebih murah.

b. Tidak perlu menyediakan jaminan.
c. Penerbitannya relatif lebih mudah karena pada prinsipnya hanya melibatkan penerbit dan
investor.
d. Jangka waktu jatuh temponya lebih fleksibel, dapat diperpanjang atas persetujuan investor.
Bagi Investor:
a. CP menawarkan penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan misalnya Sertifikat Deposito,
Treasury Bills.
b. Dapat dijual kembali (didiskontokan) tanpa perlu menunggu jatuh temponya.
c. Tingkat keamanannya relatif tinggi karena penerbit CP umumnya perusahaan dengan rating
yang tinggi.
Kelemahan CP dilihat dari kepentingan investor dan penerbit antara lain:
Bagi investor, CP merupakan instrumen yang tidak disertai dengan jaminan. Kemungkinan
penerbit melakukan rekayasa laporan keuangan untuk memperlihatkan keadaan likuiditas dan
kemampuan perolehan labanya.
Bagi perusahaan penerbit, CP merupakan sumber dana jangka pendek sehingga perusahaan
kurang leluasa untuk dijadikan sebagai modal investasi.
7. Treasury Bills (T-Bills)
T-Bills merupakan instrument utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Sentral atas
unjuk dengan jumlah tertentu yang akan dibayarkan kepada pemegang pada tanggal yang telah
ditetapkan.

Instrumen ini berjangka waktu jatuh tempo satu tahun atau kurang.
Instrumen yg sangat aman karena diterbitkan oleh pemerintah atau biasanya oleh Bank Sentral.
Oleh karena itu instrumen ini sangat mudah diperjualbelikan dan disukai oleh perusahaanperusahaan, terutama oleh lembaga-lembaga keuangan untuk dijadikan sebagai cadangan
likuiditas sekuner yg memberikan hasil.
T-Bills (istilah umum digunakan di dunia internasional) kalau di Indonesia adalah SBI (Sertifikat
Bank Indonesia).

8. Repurchase Agreement
Transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli
kcmbali surat-surat berharga yang dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah
ditetapkan lebih dahulu

Repurchase Agreement dan Reverse Repo.
Repo adalah suatu perjanjian antara penjual & pembeli atas efek-efek dimana penjual berjanji
untuk membeli kembali efek-efek yang dimaksud pada harga yang disepakati bersama dan pada
jangka waktu yang telah ditentukan.
Reverse repo adalah merupakan kebalikan daripada Repurchase Agreement yaitu membeli
kembali efek-efek dan investor berjanji untuk membeli efek-efek dan investor berjanji untuk
membeli efek-efek yang dimaksud pada harga yang telah disepakati pada jangka waktu yang
telah ditentukan.

Sasaran dari transaksi repo adalah instansi yang memiliki excess dana antara lain: Bank
Pemerintah & Bank Swasta, Lembaga keuangan Bukan Bank (Asuransi dan Dana Pensiun)
serta perusahaan lain yang memiliki dana berlebih.
Repurchase Agreement (Repo)
Repo adalah transaksi jual beli surat-surat berharga disertai dengan perjanjian bahwa penjual
akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual; tersebut pada tanggal dan dengan
harga yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Surat-surat berharga yang biasanya dijadikan sebagai instrumen dalam transaksi Repo adalah
surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan secara diskonto, misalnya SBI, SBPU, CD, CP
dan T-bills
9. Pasar valuta asing (foreign exchange market, forex) atau disingkat valas

merupakan suatu jenis perdagangan atau transaksi yang memperdagangkan mata uang suatu
negara terhadap mata uang negara lainnya (pasangan mata uang/pair) yang melibatkan pasarpasar uang utama di dunia selama 24 jam secara berkesinambungan.

RESIKO INVESTASI DI PASAR MODAL
a)Resiko daya beli (purchasing power risk)
Sifat investor dalam menangani factor resiko dipasar modal ini terdiri atas dua,
yaitu investor yang tidak menyukai resiko (risk averter) dan investor justru
menyukai menantang resiko (risk averse) bagi investor kategori pertama ini akan

mencari atau memilih jenis investasi yang akan memberikan keuntungan yang
jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan investasi yang dilakkukan
sebelumnya.
b)Resiko bisnis (business risk)
Resiko bisnis adalah suatu resiko menurunnya kemampuan memperoleh laba
yang ada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan (emiten)
membayar bunga atau deviden.
c)Resiko tingkat bunga (interest rate risk)
Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga yang
berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya, kenaikan tingkat
bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga instrument pasar modal.
d)Resiko pasar(market risk)
Apabila pasar bergairah umumnya hampir semua harga saham dibursa efek
mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila pasar lesu, saham-saham akan ikut
pula mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat menyebabkan
harga surat-surat berharga anjlok terlepas dari adanya perubahan fundamental
atas kemampuan perolehan laba perusahaan.
e)Resiko likuiditas (liquidity risk)
Resiko ini berkaitan dengan kemampuan surat berharga untuk dapat segera
diperjualbelikan dengan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

f)Risiko nilai tukar mata uang (valas)
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai
mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan nama currency
risk atau exchange rate risk.

g)Resiko Reinvestment.
Resiko terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset keuangan yang harus di reinvest dalam aset yang berpendapatan rendah (resiko yang memaksa investor
menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat

berharga ke investasi yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat
bunga.

UUD BANK INDONESIA
Rangkuman :
1.

UU ini merupakan penyempurnaan atas UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia. Beberapa hal yang melatarbelakangi perubahan UU tersebut
antara lain adalah:
o

Perlu dilakukan penyesuaian terhadap mekanisme perumusan
kebijakan moneter dan penataan kembali kelembagaan BI sebagai
penanggung jawab otoritas kebijakan moneter.

o

Pelaksanaan fungsi the Lender of the Last Resort (LoLR) oleh BI
dirasakan sangat terbatas dan belum mencakup fungsi LoLR yang dapat
digunakan dalam kondisi darurat atau krisis. berpotensi mengakibatkan
krisis yang membahayakan sistem keuangan.

o

Tugas BI untuk mengawasi bank menurut UU No. 23 tahun 1999
bersifat sementara. Namun mengingat amanat pembentukan lembaga
pengawasan sektor jasa keuangan yang selambat-lambatnya tanggal 31
desember 2002 telah terlampaui maka perlu ada pengunduran batas
waktu pembentukan lembaga tersebut.

2.

Beberapa ketentuan dalam UU No 23 Tahun 1999 tentang BI yang
mengalami penyempurnaan meliputi :
o

Pasal 4 terkait dengan independensi BI dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya.

o

Pasal 6 terkait dengan penambahan modal BI.

o

Pasal 7 terkait dengan pencapaian tujuan BI.

o

Pasal 10 terkait dengan penetapan sasaran-sasaran moneter.

o

Pasal 11 terkait dengan pemberian fasilitas pembiayaan darurat
dalam hal suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang berdampak
sistemik dan berpotensi mengakibatkan krisis yang membahayakan
sistem keuangan.

o

Pasal 34 terkait dengan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan
dan batas waktu pembentukannya, yang semula ditetapkan paling lambat
31 Desember 2002 menjadi 31 Desember 2010.

o

Pasal 37 terkait dengan penyesuaian jumlah anggota Dewan
Gubernur

setelah

fungsi

pengawasan

bank

dialihkan

ke

lembaga

pengawasan sektor jasa keuangan.
o

Pasal

38

terkait

dengan

penetapan

pembagian

tugas

dan

wewenang anggota Dewan Gubernur dalam Peraturan Dewan Gubernur,
tata tertib dan tata cara pelaksanaan tugas dan wewenang Dewan
Gubernur, dan penilaian kinerja Dewan Gubernur oleh DPR.
o

Pasal 40 terkait dengan syarat untuk dapat diangkat sebagai
anggota Dewan Gubernur.

o

Pasal 41 terkait dengan mekanisme penunjukan dan pengangkatan
Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi Gubernur.

o

Pasal 47 terkait dengan penghapusan larangan anggota Dewan
Gubernur untuk menjadi pengurus/anggota partai politik dan kewajiban
pengunduran diri bagi Dewan Gubernur yang melanggar larangan yang
ditetapkan dalam UU ini.

o

Pasal 48 terkait dengan dengan pemberhentian anggota Dewan
Gubernur.

o

Pasal

52

terkait

dengan

fungsi

BI

sebagai

pemegang

kas

Pemerintah, BI memberikan bunga atas saldo kas Pemerintah.
o

Pasal 54 terkait dengan kewajiban pemerintah untuk meminta
pendapat /mengundang BI dalam sidang kabinet yang membahas

masalah ekonomi, perbankan, dan keuangan yang berkaitan dengan
tugas BI.
Pasal 55 terkait dengan penerbitan surat utang-surat utang negara:

o


Pemerintah harus berkonsultasi dengan BI dan DPR



Bi dapat membantu penerbitan surat-surat utang negara
yang diterbitkan Pemerintah.
Larangan bagi BI untuk membeli surat-surat utang negara di



pasar primer, kecuali surat utang negara berjangka pendek untuk
operasi pengendalian moneter.
BI



dapat

membeli

surat

utang

negara

dalam

rangka

pemberian fasilitas pembiayaan darurat.
o

Pasal 58 terkait dengan kewajiban menyampaikan laporan.

o

Penambahan pasal baru diantara Pasal 58 dan Pasal 59, yakni Pasal
58A terkait dengan pembentukan Badan Supervisi.

o

Pasal

60

terkait

dengan

tahun

anggaran

BI

dan

evaluasi

pelaksanaan anggaran tahun berjalan.
o

Pasal 62 terkait dengan penggunaan surplus dari hasil kegiatan BI.

o

Penambahan pasal baru diantara Pasal 77 dan Pasal 78, yakni Pasal
77A terkait dengan ketentuan mengenai mata uang.